• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diversitas dan sebaran kumbang staphylinid di habitat ubi jalar di bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diversitas dan sebaran kumbang staphylinid di habitat ubi jalar di bogor"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

DIVERSITAS DAN SEBARAN KUMBANG STAPHYLINID

DI HABITAT UBI JALAR DI BOGOR

NOFIALDI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Diversitas dan Sebaran Kumbang Staphylinid di Habitat Ubi Jalar di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari kedua pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun. Sumber informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

NOFIALDI. Diversitas dan Sebaran Kumbang Staphylinid di Habitat Ubi Jalar di Bogor. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan TARUNI SRI PRAWASTI.

Kumbang staphylinid (Coleoptera) dicirikan dengan elytra pendek dan tubuh berwarna jingga, cokelat, atau hitam. Kumbang ini bersifat predator, fitofag, dan saprofag. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi keanekaragaman dan pola sebaran spesies staphylinid di habitat ubi jalar di sembilan lokasi di Bogor. Penelitian ini juga mengamati tipe-tipe hemosit pada hemolimfa kumbang Stenus sp. Kumbang staphylinid dikoleksi dari kebun ubi jalar dalam plot berukuran 1x1 m2 yang diletakkan secara sistematis. Setiap kebun ubi jalar dibuat 10 plot. Kumbang staphylinid yang ditemukan di kebun ubi jalar di Bogor terdiri dari 6 spesies, yaitu Stenus sp., Hypostenus prahoeensis, Paederus fuscipes, Philonthus sp1, Philonthus sp2, dan Philonthus sp3. Spesies staphylinid yang dominan adalah Stenus sp. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman (H’), staphylinid di kebun Cipaku-2 tergolong memiliki keanekaragaman sedang (1<H’<3), sedangkan di lokasi lainnya memiliki keanekaragaman rendah (H’<1). Kebun ubi jalar Cibereum-2, Cipaku-1, dan Cipaku-2 memiliki kemerataan (evenness) tinggi (E>0,6) dan kebun ubi lainnya memiliki kemerataan rendah (E<0,4). Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi terdapat pada Stenus sp. (162,50%), sedangkan INP terendah pada Philonthus sp1, Philonthus sp2, dan Philonthus sp3. Kumbang Stenus sp., P. fuscipes, dan H. prahoeensis mempunyai pola sebaran mengelompok (Id>1). Indeks similaritas tertinggi (Cs=1,0) terdapat pada kebun ubi jalar Dramaga, Bojongrangkas, Sindangbarang, Cibereum-1, Cibinong, dan Cimanggu. Indeks similaritas terendah (Cs=0,14) ditemukan antara kebun ubi jalar di Cipaku-1 dan Cipaku-2. Tipe-tipe hemosit yang ditemukan pada hemolimfa kumbang Stenus sp. yaitu adipohemosit, prohemosit, granulosit, sistosit, spherulosit, dan oenositoid.

(5)

ABSTRACT

NOFIALDI. The Diversity and Distribution of Staphylinid Beetle in Sweet Potato Fields in Bogor. Supervised by TRI ATMOWIDI and TARUNI SRI PRAWASTI.

Staphylinid beetle (Coleoptera) is characterized by short elytra and orange, brown, or black body color. This beetles role as predator, phytophagy, and saprophagy. This research aimed to explore the diversity and distribution of staphylinid species in sweet potato fields at nine locations in Bogor. This research also observed the type of hemocytes in hemolymph of Stenus sp. Staphylinid beetles were collected from sweet potato field in the plot size 1x1 m2, placed systematically. In every field of sweet potato, we set up 10 plots. Staphylinid beetles found in sweet potato fields in Bogor consisted of six species, i.e. Stenus sp., Paederus fuscipes, Hypostenus prahoeensis, Philonthus sp1, Philontus sp2, and Philontus sp 3. The dominant species of staphylinid was Stenus sp. Based on diversity index (H’), staphylinid in Cipaku-2 field has a medium diversity (1<H’<3), meanwhile in other locations showed the lower diversity (H’<1). Sweet potato fields in Cibereum-2, Cipaku-1, and Cipaku-2 have high evenness ( E>0,6) and other sweet potato fields have low evenness (E<0,4). The highest Important Value Index (IVI) was showed by Stenus sp. (162,50%), meanwhile lower IVI were showed by Philonthus sp1, Philonthus Sp2, and Philonthus sp3. Distribution of Stenus sp., P. fuscipes, and H. prahoeens were clump (Id>1). The highest similarity index (Cs=1,0) was found in sweet potato fields of Dramaga, Bojongrangkas, Sindangbarang, Cibereum-1, Cibinong, and Cimanggu. The lowest similarity index (Cs=0,14) was found between sweet potato fields of Cipaku-1 and Cipaku-2. Hemocytes type found in hemolymph of Stenus sp. were adipohemocytes, prohemocytes, granulocytes, cystocytes, spherulocyte, and oenocytoids.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

di Departemen Biologi

DIVERSITAS DAN SEBARAN KUMBANG STAPHYLINID

DI HABITAT UBI JALAR DI BOGOR

NOFIALDI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Diversitas dan Sebaran Kumbang Staphylinid di Habitat Ubi Jalar di Bogor

Nama : Nofialdi NIM : G34100062

Disetujui oleh

Dr Tri Atmowidi, MSi Pembimbing I

Dra Taruni Sri Prawasti, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi Ketua Departemen Biologi

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Diversitas dan Sebaran Kumbang Staphylinid di Habitat Ubi Jalar di Bogor”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Tri Atmowidi, MSi dan Dra Taruni Sri Prawasti, MSi selaku pembimbing atas masukan, bantuan, dan dukungan yang diberikan, serta Dr Nunik Sri Ariyanti, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dalam penulisan skripsi ini. Di samping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah (Jamhuri), Ibu (Hayatin alm.), serta seluruh keluarga tercinta, atas segala doa, motivasi, dan dukungan yang diberikan.

Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada Ibu Tini sebagai laboran Biosistematika dan Ekologi Hewan dan Ibu Retno sebagai laboran Laboratorium terpadu IPB yang telah banyak membantu dalam proses pengamatan spesimen. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Sarino, staf peneliti Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Cibinong, Bogor atas bantuan mengidentifikasi spesimen. Juga Sefriatin Nurmaulani sebagai rekan seperjuangan dalam penelitian serta rekan-rekan mahasiswa Departemen Biologi angkatan 47 atas kebersamaannya.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat secara maksimal untuk kegiatan penelitian selanjutnya.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

METODE

Waktu dan Tempat 2

Bahan dan Alat 2

Metode Penelitian 2

HASIL

Kondisi Lingkungan 4

Keanekaragaman dan Kemerataan Kumbang Staphylinid 4 Indeks Nilai Penting dan Pola Sebaran Spesies 7 Kesamaan Spesies Staphylinid antar Lokasi 7

Struktur Hemolimfa Kumbang 7

PEMBAHASAN 8

SIMPULAN 11

DAFTAR PUSTAKA 11

(12)

DAFTAR TABEL

1 Data unsur cuaca di habitat ubi jalar di beberapa lokasi di Bogor 4 2 Indeks keanekaragaman dan kemerataan staphylinid di habitat ubi jalar 5 3 Indeks Nilai Penting (INP) dan pola sebaran staphylinid di kebun ubi jalar 7 4 Indeks similaritas kumbang staphylinid antar kebun ubi jalar 7

DAFTAR GAMBAR

1 Kumbang staphylinid di habitat ubi jalar: Stenus sp. (a), H.prahoeensis (b), P.fuscipes (c), Philonthus sp1 (d), Philonthus sp2 (e), dan Philonthus sp3 (f) 6 2 Tipe-tipe hemosit Stenus sp. pada perbesaran 100x : adipohemosit (a),

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Coleoptera merupakan ordo terbesar dari serangga (Borror et al. 1992). Sekitar 30.000 spesies Coleoptera telah dideskripsikan di Australia (Lawrence dan Britton 1994). Coleoptera dibagi menjadi empat subordo, yaitu Adephaga, Polyphaga, Archostemata, dan Myxophaga (Davies 1987). Soesanthy (1999) melaporkan bahwa kelimpahan Coleoptera di Taman Nasional Gunung Halimun terdiri atas predator (139 spesies), saprofag (633 spesies), dan fitofag (128 spesies). Riyanto et al. (2011) juga melaporkan bahwa Coleoptera di sentra sayuran dataran rendah dan dataran tinggi Sumatera Selatan terdiri dari serangga predator (16 spesies).

Staphylinidae merupakan salah satu famili dalam Coleoptera yang memiliki tubuh memanjang, abdomen besar dan meruncing di bagian ujung, elytra pendek (Borror et al. 1996), mandibula panjang, ramping, dan tajam, biasanya kumbang ini berwarna orange, cokelat, dan hitam (Lilies 1991). Kumbang staphylinid berperan sebagai predator yang memangsa serangga kecil, seperti kutu dan larva serangga (Shepard et al. 1991). Spesies staphylinid yang berperan sebagai predator, yaitu Stenus sp., Paederus fuscipes, dan Philonthus sp. (Riyanto et al. 2011). Beberapa spesies juga berperan sebagai bioindikator kesuburan tanah (Bohac 1999). Kumbang ini dapat bersifat saprofag (Bohac 1999) atau polifag (Kalshoven 1981). Spesies staphylinid mampu hidup menyebar di berbagai habitat, seperti perkebunan apel, pear, dan anggur (Balog & Viktor 2006). Prasetyo (2013) melaporkan bahwa komunitas staphylinid di kebun ubi jalar di Leuwikopo, Situgede, dan Cikarawang Bogor terdiri atas Paederus fuscipes (subfamili Paederinae), Medon sp. (subfamili Paederinae), dan Stenus sp. (subfamili Steninae). Lubis (2013) juga melaporkan bahwa komunitas staphylinid di persawahan di Leuwikopo, Situgede, dan Sindangbarang Bogor terdiri dari P. fuscipes, Cryptobium abdominale¸ dan Stenus sp.

Salah satu habitat kumbang staphylinid adalah kebun ubi jalar (Ipomoe batatas. L) yang merupakan tanaman berumur pendek dari famili Convolvulaceae. Ubi jalar mempunyai nilai gizi tinggi dan merupakan sumber karbohidrat penting, sehingga komoditas ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk mendampingi beras menuju ketahanan pangan (Lingga 1989). Dalam penelitian ini dipelajari diversitas kumbang staphylinid di sembilan lokasi kebun ubi jalar di Bogor.

Tujuan Penelitian

(14)

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2013-Maret 2014. Sampel staphylinid diperoleh dari kebun ubi jalar di Bogor, yaitu daerah Cibereum, Cipaku, Cibinong, Bojongrangkas, Cimanggu, Sindangbarang, dan Dramaga. Identifikasi spesimen dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB. Verifikasi spesimen dilakukan di Laboratorium Entomologi Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Cibinong, Bogor.

Bahan dan Alat

Alat yang digunakan adalah botol sampel, pinset, tali, sarung tangan, cawan petri, mikroskop stereo dengan kamera opti lab, mikroskop cahaya, digital four in one, jarum, objek gelas, dan gelas penutup. Bahan yang digunakan adalah spesimen kumbang staphylinid, larutan etanol 70%, metanol, dan Giemsa.

Metode Penelitian

Koleksi Spesimen dan Pengukuran Kondisi Lingkungan. Sampel kumbang dikoleksi dari kebun ubi jalar dalam plot berukuran 1x1 m2.Sebanyak 10 plot digunakan di setiap kebun yang diletakkan secara sistematis dengan jarak antar plot sekitar 0,3 m. Koleksi kumbang pada tiap kebun dilakukan sebanyak 3 kali dalam 1-2 minggu. Kumbang yang ditangkap kemudian dimasukkan kedalam botol sampel yang berisi alkohol 70 % untuk proses identifikasi. Pengukuran unsur cuaca meliputi: suhu udara, kelembapan udara, dan intensitas cahaya dilakukan dengan menggunakan digital four in one.

Identifikasi Spesimen. Spesimen hasil koleksi diidentifikasi berdasarkan Cameron (1930; 1931; 1932). Spesimen juga diverifikasi di Museum Zoologi, LIPI Cibinong, Bogor.

Pengamatan Struktur Hemolimfa Kumbang. Pengamatan komponen hemolimfa dilakukan dengan metode smear. Pengambilan cairan hemolimfa dilakukan dengan cara melukai bagian toraks kumbang yang masih hidup dengan jarum steril, kemudian ditekan di bagian kepala, toraks dan abdomen agar seluruh cairan hemolimfa keluar. Hemolimfa diratakan pada gelas objek, dikeringanginkan dan difiksasi dengan metanol. Selanjutnya diwarnai dengan pewarna Giemsa selama 30-45 menit, dan dicuci dengan air mengalir (Suntoro 1983). Hemosit pada hemolimfa diamati dan diidentifikasi berdasarkan Ghasemi (2013), Gupta (1979), dan Lackie (1988) .

Analisis Data. Analisis data kumbang staphylinid pada masing-masing lokasi ubi jalar meliputi:

(15)

3

H’ = -∑ (pi ln pi), dengan pi = Keterangan:

H’ : Indeks keanekaragaman ni : Jumlah individu spesies ke-i N : Jumlah individu total

Indeks Kemerataan (Evenness). Indeks ini menunjukkan pola kemerataan suatu

spesies dengan spesies lainnya pada suatu habitat (Magurran 1987). E = H’

Indeks Nilai Penting (INP). Jumlah dari Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR) dinyatakan sebagai Indeks Nilai Penting (INP) (Magurran 1987). Persamaan yang digunakan yaitu:

Kerapatan = Jumlah individu satu spesies Total individu spesies Kerapatan Relatif = Kerapatan satu spesies x 100%

Total kerapatan

Id : Indeks Sebaran Morisita n : Ukuran contoh (jumlah plot)

∑X : Total dari jumlah individu suatu spesies dalam plot ∑X2 : Total dari kuadrat jumlah individu dalam plot Id < 1 : Penyebaran spesies secara seragam

Id = 1 : Penyebaran spesies secara acak

Id > 1 : Penyebaran spesies secara mengelompok

Indeks Kesamaan (Similaritas). Perhitungan indeks similaritas digunakan Indeks Sorensen (Magurran 1987) dengan persamaan:

Cs = 2j

Cs : Indeks Similaritas Sorenson

(16)

HASIL

Kondisi Lingkungan

Secara umum kondisi habitat kebun ubi jalar adalah lembap dan ternaungi. Suhu udara terendah (26,1°C) di kebun Cibereum-2, sedangkan suhu udara tertinggi (30,75 °C) di kebun Cipaku-2. Kelembapan udara tertinggi (89,4%) di kebun Cibereum-2, sedangkan kelembapan udara terendah (66,3%) di kebun Cipaku-2. Intensitas cahaya tertinggi (9940 lux) di kebun Cipaku-2, sedangkan intensitas cahaya terendah (621 lux) di kebun Cibereum-2 (Tabel 1).

Tabel 1 Data unsur cuaca di habitat ubi jalar di sembilan lokasi di Bogor

Lokasi

Unsur Cuaca

Suhu Udara (°C) Kelembapan Udara (%)

(17)

5

Tabel 2 Indeks keanekaragaman dan kemerataan staphylinid di habitat ubi jalar

Subfamili

Kumbang dari famili Staphylinidae memiliki tubuh memanjang dengan warna jingga, hitam, atau cokelat; abdomen besar dan meruncing di bagian ujung; dan elytra pendek. Subfamili Steninae memiliki ciri-ciri: kepala menyempit ke belakang dengan mata besar menonjol; antena terdiri dari 11 ruas; leher tebal; tibia tanpa duri atau rambut eksternal; tarsi beruas lima dan ruas keempat bidentate. Subfamili Paederinae dengan ciri-ciri: kepala menyempit ke bagian belakang, antena filiform, terdiri 11 ruas; elitra tidak meluas ke metasternum; tarsi beruas lima. Subfamili Staphylininae memiliki tubuh berwarna mengkilap; kepala menyempit ke arah belakang; kepala dan toraks berwarna kehitaman; elitra tidak meluas ke metasternum; tiap segmen abdomen terdapat garis lateral putih; koksa anterior panjang; tibia spinose.

Kumbang Stenus sp. yang dicirikan dengan tubuh dua pola warna, yaitu berwarna merah-kehitaman dan hitam mengkilap; tubuh relatif lebih kecil dibandingkan staphylinid lainnya dengan panjang tubuh sekitar 4,9 mm; antena masuk ke bagian tepi mata, terdiri dari 11 ruas; rahang panjang, ramping, melengkung, dan runcing; elitra membulat, berwarna hitam mengkilap; abdomen terdiri dari 6 segmen; tungkai berwarna kuning; tarsi terdiri dari 5 ruas (Gambar Ia).

Kumbang H. prahoeensis dengan tubuh berwarna hitam mengkilap; tubuh memiliki rambut-rambut berwarna kuning; panjang tubuh sekitar 7,35 mm; elitra unicolorous berwarna hitam mengkilap; abdomen terdiri dari 8 segmen; tungkai berwarna kuning (Gambar 1b).

Kumbang P. fuscipes memiliki tubuh dengan dua pola warna (merah bata dan hitam); panjang tubuh sekitar 6,93 mm; kepala dan dua segmen abdomen bagian posterior berwarna hitam; toraks dan empat segmen abdomen anterior berwarna merah bata; mandibula dan palpi testaceous; elitra berwarna biru kehitaman (mengkilap); elitra lebih panjang dibandingkan toraks; tungkai testaceous; tibia berwarna hitam; tarsi terdiri dari 5 ruas (Gambar 1c).

(18)

6

terdiri dari 11 ruas; abdomen terdiri dari 6 segmen; tungkai kuning kecoklatan (Gambar 1d).

Kumbang Philonthus sp2 mempunyai dua pola warna, yaitu merah bata dan hitam; tubuh memiliki rambut-rambut kuning; panjang tubuh sekitar 7,93 mm; kepala berwarna hitam; tiga ruas ujung anterior antena berwarna kuning, sedangkan 8 ruas posterior berwarna hitam; toraks berwarna merah bata dan hitam; 3 segmen ujung posterior abdomen dan 2 segmen anterior abdomen berwarna hitam; sayap belakang tampak seperti membran tipis; tungkai berwarna merah bata (Gambar 1e).

Kumbang Philonthus sp3 dicirikan dengan tubuh hitam mengkilap; panjang tubuh sekitar 6,71 mm; antena terdiri dari 11 ruas; tiga ruas ujung anterior antena berwarna kuning-kecokelatan; antena, femur, dan tibia terdapat rambut-rambut berwarna kuning; abdomen terdiri dari 6 segmen; sayap belakang tampak seperti membran tipis (Gambar 1f).

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(19)

7

Indeks Nilai Penting dan Pola Sebaran Spesies

Kumbang Stenus sp. memiliki INP tertinggi (162,50%), sedangkan INP terendah pada spesies Philonthus sp1, Philonthus sp2, dan Philonthus sp3, masing-masing sebesar 3,36%. Berdasarkan Indeks Morisita (Id), Stenus sp., H. prahoeensis, dan P. fuscipes mempunyai pola sebaran mengelompok (Id>1) (Tabel 3).

Tabel 3 Indeks Nilai Penting dan pola sebaran staphylinid di kebun ubi jalar

Nama Spesies ∑ K KR

Stenus sp. 65 0,83 83,33 34 0,38 79,17 162,50 2,38 Mengelompok

H. prahoeensis 6 0,07 7,69 4 0,04 8,33 16,02 18,0 Mengelompok

P. fuscipes 4 0,05 5,12 3 0,03 6,25 11,37 15,0 Mengelompok

Philonthus sp1 1 0,01 1,28 1 0,01 2,08 3,36 * Tidak terdefinisi

Philonthus sp2 1 0,01 1,28 1 0,01 2,08 3,36 * Tidak terdefinisi

Philonthus sp3 1 0,01 1,28 1 0,01 2,08 3,36 * Tidak terdefinisi

TOTAL 78 1 100 90 0,48 100 200

Keterangan: ∑ (Total individu spesies ke-i yang ditemukan), K (Kerapatan), KR (Kerapatan Relatif), F (Frekuensi), FR (Frekuensi Relatif), INP (Indeks Nilai Penting), dan Id (Indeks Morisita).

Kesamaan Spesies Staphylinid antar Lokasi

Hasil perhitungan Indeks similaritas Sorensen menunjukkan bahwa kebun ubi jalar Bojongrangkas, Sindangbarang, Dramaga, Cibereum-1, Cibinong, dan Cimanggu memiliki nilai tertinggi (Cs=1,0), sedangkan similaritas terendah ditemukan antara kebun ubi jalar Cipaku-1 dan Cipaku-2 (Cs=0,14) (Tabel 4). Tabel 4 Indeks similaritas kumbang staphylinid antar kebun ubi jalar

Lokasi A B C D E F G H I

(20)

8

Gambar 2 Tipe-tipe hemosit Stenus sp pada perbesaran 100x. yaitu: adipohemosit (a),prohemosit (b), granulosit (c), sistosit (d), spherulosit (e), oenositoid (f)

PEMBAHASAN

Keanekaragaman staphylinid di kebun ubi jalar Cipaku-2 memiliki kenekaragaman sedang (H’=1,44), sedangkan kebun ubi jalar lainnya tergolong memiliki keanekaragaman rendah (H’≤1). Di lokasi kebun ubi jalar Cipaku-2 ditemukan 5 spesies staphylinid. Kebun ubi jalar di Cipaku-2 dengan kondisi tanah lembap, tanah banyak ternaungi, serta banyak serasah dan akar membusuk. Kebun ubi jalar di Bojongrangkas, Sindangbarang, Dramaga, Cibereum-1, Cibinong, dan Cimanggu terdapat sedikit serasah, tanah lembap, dan tanah sedikit ternaungi. Di kebun ubi tersebut hanya ditemukan 1 spesies staphylinid. Berdasarkan nilai evenness, kebun ubi jalar Cibereum-2, Cipaku-1, dan Cipaku-2 memiliki kemerataan tinggi, sedangkan kebun ubi jalar lainnya mempunyai kemerataan rendah. Indeks kemerataan tertinggi (E=1,0) ditemukan di kebun ubi jalar Cipaku-1 yang menunjukkan bahwa jumlah individu masing-masing spesies yang ditemukan pada lokasi tersebut adalah merata.

b)

c)

e)

( f)

(b)

(c)

(d)

(e)

(21)

9

Hasil perhitungan indeks similaritas Sorensen menunjukkan bahwa nilai tertinggi (Cs=1,0) terdapat pada kebun ubi jalar Bojongrangkas, Sindangbarang, Dramaga, Cibereum-1, Cibinong, dan Cimanggu. Lokasi-lokasi tersebut memiliki kondisi habitat yang relatif sama, yaitu tanah lembap, tanah sedikit ternaungi, dan hanya terdapat sedikit serasah. Indeks similaritas terendah (Cs=0,14) ditemukan antara kebun ubi jalar Cipaku-1 dan Cipaku-2. Kedua lokasi ini memiliki kondisi habitat yang berbeda. Kebun ubi jalar di Cipaku-1 memiliki tanah lembap, tanah banyak ternaungi, namun tidak ditemukan serasah yang membusuk, sedangkan kebun ubi jalar di Cipaku-2 memiliki tanah lembap, tanah banyak ternaungi, dan ditemukan banyak serasah dan akar yang membusuk.

Kumbang Stenus sp. memiliki kelimpahan tinggi terutama di kebun ubi jalar yang kondisinya lembap atau dekat dengan sumber air, seperti kebun ubi jalar di Sindangbarang. Kumbang ini berperan sebagai predator di sekitar perairan, khususnya pada tanaman akuatik (Betz 2002). Berdasarkan hasil pengamatan, kumbang ini ditemukan tersembunyi di bawah daun, batu-batu kecil, serasah daun, di atas tanah, dan batang tanaman. Di kebun ubi jalar Cibinong paling banyak ditemukan Stenus sp. (18 individu). Di kebun ini terdapat banyak batu-batu kecil dan sedikit serasah, tanaman rimbun, dan tanah lembap. Imago Stenus dapat hidup di daerah pesisir pantai dan biasanya menghuni habitat yang lembap, serasah daun, dan tangkai tanaman (Bohac 1999). Menurut Betz (1998), kumbang ini terdistribusi secara luas di Eropa tengah, Jerman, Amerika, dan Rusia.

Kumbang H. prahoeensis hanya ditemukan di kebun ubi jalar Cipaku-1. Kumbang ini ditemukan pada tangkai dan batang tanaman ubi jalar serta aktif di atas tanah. Kebun ubi jalar di Cipaku-1 memiliki kondisi tanah ternaungi dan sangat lembap. Menurut Cameron (1932), kumbang Hypostenus aktif pada tangkai tanaman dan menyukai habitat yang dekat dengan perairan. Kumbang ini banyak tersebar di dunia seperti H. bispinus ditemukan di Nalanda, Myanmar (Burma), Indo-China, dan Indonesia (Sumatra).

(22)

10

Kumbang Philonthus hanya ditemukan di kebun ubi jalar Cipaku-2. Pada lokasi tersebut terdapat banyak serasah dan akar yang membusuk dibandingkan lokasi lainnya. Berdasarkan pengamatan, kumbang ini ditemukan tersembunyi di bawah serasah dan akar yang membusuk. Hal ini sesuai dengan Cameron (1932) yang menyatakan bahwa kumbang Philonthus sp. banyak ditemukan di seluruh dunia dan menyukai habitat seperti di serasah dan tanaman-tanaman yang mati dan membusuk. Riyanto et al. (2011) melaporkan bahwa kumbang Philonthus merupakan serangga predator Aphis gossypii yang pernah ditemukan di daerah dataran tinggi sentra sayuran Kerinjing.

Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan peranan suatu spesies dalam ekosistem. Jika INP bernilai tinggi, maka spesies tersebut memiliki peran penting dalam ekosistemnya (Fachrul 2008). INP tertinggi (162,50%) ditemukan pada spesies Stenus sp., sedangkan INP terendah pada spesies Philonthus sp1, Philonthus sp2, dan Philonthus sp3, masing-masing sebesar 3,36%. Hal ini menunjukkan bahwa kumbang Stenus sp. memiliki peranan besar terhadap spesies lain dalam struktur komunitas.

Pola sebaran spesies menunjukkan penempatan anggota-anggota suatu populasi dalam suatu ruang atau habitat. Pola sebaran populasi terdiri dari 3 macam, yaitu seragam, acak, dan mengelompok (Brower et al. 1977). Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Morisita, Stenus sp., H. prahoeensis, dan P. fuscipes mempunyai pola sebaran mengelompok. Pola sebaran mengelompok kemungkinan disebabkan kondisi tanah yang lembap, ketersediaan bahan organik, dan distribusi makanan yang tidak merata di lingkungan, sehingga individu-individu suatu spesies beragregasi pada titik tertentu yang memiliki kelimpahan sumber daya.

(23)

11

SIMPULAN

Kumbang staphylinid yang ditemukan di kebun jalar di Bogor terdiri dari 6 spesies, yaitu Stenus sp., H. prahoeensis, P. fuscipes, Philonthus sp1, Philonthus sp2, dan Philonthus sp3. Kumbang Stenus sp. merupakan spesies staphylinid yang mendominasi di kebun ubi jalar dengan INP tertinggi. Kumbang staphylinid di kebun Cipaku-2 mempunyai keanekaragaman sedang, sedangkan kebun ubi lainnya memiliki keanekaragaman rendah. Kebun ubi jalar Cibereum-2, Cipaku-1, dan Cipaku-2 memiliki kemerataan staphylinid tinggi, sedangkan kebun ubi lainnya memiliki kemerataan rendah. Kumbang Stenus sp., P. fuscipes, dan H. prahoeensis memiliki pola sebaran mengelompok. Indeks similaritas tertinggi (Cs=1,0) terdapat pada kebun ubi jalar Dramaga, Bojongrangkas, Sindangbarang, Cibereum-1, Cibinong, dan Cimanggu, sedangkan similaritas terendah (Cs=0,14) ditemukan antara kebun ubi jalar Cipaku-1 dan Cipaku-2. Hemosit yang ditemukan pada hemolimfa kumbang Stenus sp. yaitu adipohemosit, prohemosit, granulosit, sistosit, spherulosit, dan oenositoid.

DAFTAR PUSTAKA

Balog A dan Viktor M. 2006. Studies on rove beetles (Coleoptera: Staphylinidae) in hungarian orchards ecosystems. J Fruit Ornam Plant Res. 14:149-159. Bohac J. 1999. Staphylinids beetles as bioindicators. Agricult Ecosys and Envir.

74:357-372.

Betz O. 1998. Life forms and hunting behaviour of some Central European Stenus species (Coleoptera, Staphylinidae). Applied Soil Ecol. 9:69-74. Betz O. 2002. Performance and adaptive value of tarsal morphology in rove

beetles of the genus Stenus (Coleoptera, Staphylinidae). J Experiment Biol. 205:1097-1113.

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Ed. ke-6. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insect (Sixth Edition.

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga Ed. ke-6. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.

Brower JE, Zar JH, Endevon CN. 1977. Field and Laboratory Method: for General Ecology. Dubuque (US): WCB Publishers.

Cameron M. 1930. The Fauna of British India. Di dalam: Ceylon dan Burma, editor. Coleoptera. Staphylinidae - Vol. I. London (GB): Taylor and Francis Red Lion Court, Fleet Street.

(24)

12

Cameron M. 1932. The Fauna of British India. Di dalam: Ceylon dan Burma, editor. Coleoptera. Staphylinidae - Vol. III. London (GB): Taylor and Francis Red Lion Court, Fleet Street.

Clausen CP. 1940. Entomophagous Insect. London (GB): Mc Graw-Hill.

Davies AG. 1987. The Gola Forest Rrserves, Sierra Lone: Wildlife Conservation and Forest Management. IUCN, Gland. 126 pp.

Fachrul MF. 2008. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Ghasemi V et al. 2013. Circulating hemocytes of Mediterranean flour moth,

Ephestia kuehniella Zell. (Lep: Pyralidae) and their response to thermal stress. ISJ. 10:128-140.

Gupta AP. 1979. Arthropod Hemocytes and Phylogeny, pp. 669-735, in Arthropod Phylogeny. New York (US): Van Nostrand Reinhold Co.

Herlinda S, Waluyo, Estuningsih SP, dan Irsan C. 2008. Perbandingan keanekaragaman spesies dan kelimpahan arthropoda predator penghuni tanah di sawah Lebak yang diaplikasi dan tanpa aplikasi insektisida. penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Kartohardjono A dan Trisnaningsih. 2007. Jenis Serangga Hama Tanaman Pangan dan Musuh Alaminya di Kp. Muara, Bogor. Subang (ID): Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

Kasmara H, Ridwan A, dan Goenarso D. 2002. Pengaruh suhu dan ekstrak biji nimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap jumlah hemosit jangkerik (Gryllus mitratus Burm.). Jurnal Biotika. 1(1):46-54.

Lackie AM. 1988.Haemocyte behaviour. Insect Physiol. 21:85-178.

Lawrence JF dan Britton. 1994. Australian Beetles. Melbourne (AU): Meilbourne University Pr.

Lilies CS. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta (ID): Kanisius. Lingga P et al. 1989. Bertanam Ubi-ubian. Jakarta (ID): PT. Penebar Swadaya. Lubis ASA. 2013. Komunitas Staphylinidae (Coleoptera) di persawahan sekitar

Bogor dan struktur histologi Paederus Fuscipes Curt [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Biologi, FMIPA IPB.

Magurran AE. 1987. Ecological Diversity and Its Measurement. London (GB): Chapman and Hill.

Prasetyo DA. 2013. Komunitas Staphylinidae (Coleoptera) di kebun ubi jalar [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Biologi, FMIPA IPB.

Riyanto, Herlinda S, Irsan C, dan Umayah A. 2011. Kelimpahan dan keanekaragaman spesies serangga predator dan parasitoid Aphis gossypii di Sumatera Selatan. Jurnal HPT Tropika. 11(1):57-68.

(25)

13

Soesanthy F. 1999. Keragaman habitat dan implikasinya terhadap keragaman Coleoptera: studi kasus mengenai keragaman Coleoptera di Taman Nasional Gunung Halimun [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian IPB.

Sudrajat, Utomo A, dan Dono D. 2009. Biologi dan kemampuan memangsa P. fusipes Curtis (Coleoptera: Staphylinidae) terhadap Bemisia tabaci Gennadius (Homoptera: Aleyrodidae). Jurnal Agrikultur. 20(3):204-209. Suntoro SH. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi dan Kimia). Jakarta (ID):

Bharata Karya Aksara.

(26)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Serang, 03 April 1992 dari pasangan Jamhuri dan Hayatin. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan studi di SDN Pulo Ampel pada tahun 2004, MTsN Bojonegara pada tahun 2007, dan SMAN 2 Kota Serang (SMAN 1 Cipocok Jaya) pada tahun 2010. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Penulis aktif dalam SERUM (Serambi Ruhiyah) G FMIPA IPB pada tahun 2013-2014. Selama menempuh studi di Departemen Biologi, penulis melakukan studi lapangan mengenai “Struktur Sekretori Tanaman Obat Suku Lauraceae dan Solanaceae di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango” pada tahun 2012 dan praktik lapangan di PT. Duta Sugar International, Cilegon mengenai “Quality Control Gula Rafinasi” pada bulan Juli 2013.

Gambar

Tabel 1  Data unsur cuaca di habitat ubi jalar di sembilan lokasi di Bogor
Tabel 2  Indeks keanekaragaman dan kemerataan staphylinid di habitat ubi jalar
Gambar 1  Kumbang staphylinid  di habitat ubi jalar: Stenus sp. (a), H.  prahoeensis (b),         P
Tabel 3  Indeks Nilai Penting dan pola sebaran staphylinid di kebun ubi jalar

Referensi

Dokumen terkait

Analisis nilai tambah dari pengolahan ubi jalar segar menjadi tepung dapat dilihat secara menyeluruh dari mulai penggunaan bahan baku ubi jalar segar hingga menjadi

Tempat pembelian Ubi Jalar Bestak Mangkokan, jumlah Pedagang Ubi Jalar, dan Jumlah Responden di Pasar Tradisional Kota

Hal ini karena ubi jalar varietas Biang memiliki kadar air dan kadar gula reduksi yang rendah, serta kadar pati dan kadar antosianin yang tinggi dibandingkan ubi jalar

Kanten merupakan desa yang paling banyak menyumbang produksi ubi jalar di Kecamatan Trucuk, khususnya ubi jalar putih dimana kebanyakan rumah tangga petani di Desa Kanten

Skema Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan dan Konsumsi Makanan Berpati (Ubi Kayu dan Ubi Jalar) di Sumatera Utara. Ketersediaan Makanan Berpati

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa petani ubi jalar di Kecamatan Cilimus memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah, karena sebagian besar petani

Umbi-umbian adalah bahan nabati yang diperoleh dari dalam tanah, misalnya ubi kayu, ubi jalar, kentang, garut, kunyit, gadung, bawang, kencur, jahe, kimpul, talas, gembili,

Jadwal Kegiatan: Peningkatan Produktivitas pada Ubi Jalar Cilembu di Kabupaten Sumedang • Bulan 1: Seleksi dan Penggunaan Varietas Unggul • Bulan 2: Manajemen Tanah dan Pemupukan: