• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: FITRIYANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: FITRIYANI"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

i

THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV SD INPRES BONTOMANAI

KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh: FITRIYANI 105401100216

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

(2)
(3)
(4)

iv

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : FITRIYANI

Nim : 10540 11002 16

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Talk Write (TTW) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Agusrus 2020 Yang Membuat Pernyataan

(5)

v

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : FITRIYANI

Nim : 10540 11002 16

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi. 4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Agustus 2020

Yang Membuat Perjanjian

(6)

vi

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (An Najm : 39)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini buat kedua orang tuaku, saudariku dan sahabatku, atas keikhlasan dan do’anya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

(7)

vii

Fitriyani. 2020. Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think

Talk Write ( TTW) terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Aliem Bahri dan Ummu Khaltsum.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana menerapkan model

think talk write (ttw) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada siswa

kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model think talk write (ttw) terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen bentuk pretest

posttest design yaitu sebuah eksperimen yang dalam pelaksanaannya hanya

melibatkan satu kelas eksperimen. Satuan eksperimen dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV sebanyak 21 orang.

Hasil analisis statistik deskriptif terhadap kemampuan berpikir kreatif dengan model think talk write (ttw) ini menunjukan kemampuan berpikir kreatif yang lebih baik dari pada sebelum menggunakan model think talk write (ttw). Hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan rumus uji t, dapat diketahui bahwa nilai thitung sebesar 8,802. Dengan frekuensi (dk) sebesar 21-1=20,

pada taraf signifikan 5% diperoleh ttabel = 2,086, maka hipotesis nol (H0) ditolak

dan hipotesis alternative (Ha) diterima, yang berarti bahwa penerapan model think

talk write (ttw) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini

membuktikan bahwa pengajaran model think talk write (ttw) menunjukan kemampuan berpikir kreatif mempunyai pengaruh dari pada sebelum menggunakan model think talk write (ttw).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar melalui penerapan model kooperatif tipe think talk write (ttw) terbilang mengalami peningkatan.

Kata kunci: Model Think Talk Write (TTW), kemampuan berpikir kreatif

(8)

viii

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikianlah kata untuk mewakili sagala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan berhenti bertahmid atas anugrah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-mu ya Allah.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagi fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauahan, tetapi menghilang ketika didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai keserpunaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala upaya dan daya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermamfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Rasa terima kasih sedalam-dalamnya penulis khaturkan kepada ayahanda terkasih Mustamin dan Ibunda tersayang Ramlah atas segala curahan kasih sayang, motivasi dan segala pengorbanan yang sesungguhnya tiada kata yang mampu penulis definisikan untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas segala pengorbanan dan pengertian yang diberikan dari sejak lahir sampai penulis menempuh pendidikan dan akhirnya hampir menyelesaikan studinya.

(9)

ix

memberikan motivasi dan selalu menemani dengan candanya. Kepada Aliem Bahri, S.Pd.,M.Pd dan Ummu Khaltsum, S.Pd., M.pd pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selsesainya skripsi ini.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada ; Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, M.Pd.,

Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar, dan Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd., Ketua Prodi Studi Pendidikan Sekolah Dasar serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah, guru, staf SD Inpres Bontomanai Kota Makassar, dan Ibu Irawati selaku guru kelas IV yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Terima kasih pula kepada siswa-siswi kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar yang telah berperan penting dalam membantu kelancaran penelitiaan ini. Selain itu, Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuanganku, sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Angkatan 2016 atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi pelangi dalam hidupku.

(10)

x

mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aallahuma Aamiin.

Makassar, Agustus 2020

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS ... 5

A. Kajian Pustaka ... 5

1. Penelitian yang Relevan ... 5

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 6

3. Berpikir Kreatif ... 8

4. Model Pembelajaran ... 11

5. Strategi Think Talk Write (TTW) ... 13

B. Kerangka pikir ... 18

C. Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Rancangan Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel ... 23

(12)

xii

E. Teknik Pengumpulan Data ... 24

F. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

A. Simpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 44

1. Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 44

2. Tes hasil belajar pretest dan posttest ... 50

3. Hasil belajar pretest ... 59

4. Hasil belajar posttest ... 65

5. Data hasil penelitian ... 71

6. Daftar hadir siswa ... 77

7. Dokumentasi ... 80

(13)

xiii

Tabel Halaman

3.1 Jumlah siswa kelas IV ... 23

4.1 Perhitungan Mencari Mean nilai pretest ... 29

4.2 distribusi frekuensi dan persentase skor hasil pretest ... 30

4.3 Deskripsi Ketuntatsan Hasil Belajar ... 31

4.4 Perhitungan Untuk Mencari Mean Nilai Posttest... 31

4.5 Tingkap Penguasaan Materi Posttest ... 32

4.6 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Berpikir kreatif ... 33

4.7 Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas siswa ... 34

(14)

xiv

Gambar ... Halaman 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 19

(15)

xv

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 44

2. Tes hasil belajar pretest dan posttest ... 50

3. Hasil belajar pretest ... 59

4. Hasil belajar posttest ... 65

5. Data hasil penelitian ... 71

6. Daftar hadir siswa ... 77

7. Dokumentasi ... 80

(16)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor yang paling besar peranannya bagi kehidupan bangsa dan Negara. Karena dengan pendidikan dapat mendorong dan menentukan maju mundurnya proses perkembangan bangsa dalam segala bidang. Oleh karena itu, pemerintah selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan baik di tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas maupun perguruan tinggi.

Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama para ahli pendidikan berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan cara mengubah sistem pembelajaran yang selama ini berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa khususnya pada pembelajaran bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap lembaga pendidikan, khususnya di SD. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa diarahkan untuk meningkatkan kemampuannya untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis. Komponen berbahasa meliputi aspek menyimak (listening skill), berbicara (speaking skill), membaca (reading skill) dan menulis (writing skill). Semua aspek tersebut saling berkaitan antara satu sama lain.

Salah satu pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa sekolah dasar yaitu pembelajaran kemampuan berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah

(17)

sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan instuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga (Johnson, 2014).

Berdasarkan hasil observasi awal pada kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar, kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas IV tergolong masih rendah. Hal itu dapat ditunjukan dengan adanya persentase ketuntasan siswa, dari 21 siswa kelas IV terdapat 11 siswa yang mampu berpikir kreatif secara baik, yang berarti bahwa 45,83% siswa yang mampu memenuhi syarat standar kelulusan. Masih banyak siswa yang tidak mampu dalam berpikir kreatif, hal itu dapat ditunjukan dengan adanya persentase siswa yang belum tuntas yaitu 54,16%.

Menurut peneliti salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW). Dengan menggunakan model ini siswa dapat meningkatkan kemampuan serta daya tarik siswa untuk belajar.

Menggunakan model kooperatif siswa akan merasa dibutuhkan dalam kelompoknya untuk menyelesaikan masalah, dan siswa juga dilatih untuk memiliki rasa tanggung jawab. Model pembelajaran kooperatif tipe think talk

write merupakan sebuah pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui

bahan bacaan (menyimak, mengkritisi dan alternative solusi). Hasil bacaannya dikomukasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi.dengan demikian penelitian sebelumnya tentang penggunaan model kooperatif tipe think talk write (TTW) telah dilakukan oleh Saifur Rahman dengan

(18)

judul: Pengaruh model think talk write terhadap Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Peserta didik Kelas V SDN Ponsol 01 Pekalongan. hasil penelitian menunjukan bahwa model think talk write memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan menulis laporan.

Bersumber pada penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe think talk write (TTW) terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar’’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan, maka rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar?”

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar.

(19)

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat bagi pembangunan dan pengembangan kelembagaan serta dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik secara teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Sebagai informasi berharga tentang keefektifan model pembelajaran TTW yang dapat membantu siswa dalam kemampuan berpikir kreatif, Memberikan informasi tentang model pembelajaran TTW yang dapat membangun semangat belajar di dalam kelas dan dapat merangsang keaktifan belajar siswa dan membantu berpikir kreatif pada siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan membawa manfaat praktis berupa: a. Bagi siswa

Dapat memberikan motivasi bagi siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar di sekolah.

b. Bagi guru

Sebagai masukan bagi guru untuk dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dan efektif, dalam setiap pembelajaran.

c. Bagi sekolah hasil penelitian ini akan memberikan informasi yang berharga terhadap upaya perbaikan pembelajaran sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap siswa yang diharapkan.

(20)

5

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Saifur Rahman (2016) tentang Pengaruh model think talk write terhadap Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Peserta didik Kelas V SDN Ponsol 01 Pekalongan. Hasil penelitian menunjukan bahwa model think talk write memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan menulis laporan. Hal ini dibuktikan dengan harga t- hitung yaitu 4.158 lebih besar dibandingkan harga t- tabel yaitu 2.000 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan rata- rata antara kelas kontrol dengan eksperimen dengan rata- rata lebih tinggi pada kelas eksperimen.

Penelitian yang dilakukan oleh Indri Widiyastuti (2013) tentang Model Pembelajaran think talk write dengan media Audio Visual untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi pada Siswa Kelas IV SD. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran think talk write dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan keterampilan menulis narasi. Hal tersebu dibuktikan dengan (1) keterampilan guru pada siklus I memperoleh kategori baik kemudian meningkat pada siklus II dengan kategori sangat baik; (2) aktivitas siswa siklus I memperoleh kategori baik kemudian meningkat pada siklus II tetapi masih dengan kategori baik; (3) hasil belajar siswa berupa keterampilan menulis narasi siklus I memperoleh nilai rata- rata

(21)

pada siklus II dengan nilai rata- rata 80,75 dengan persentase ketuntasan siswa 80%.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti yaitu: a. Menggunakan model pembelajaran think talk write

b. jenis penelitiannya menggunakan penelitian eksperimen. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti yaitu:

a. Saifur Rahman meneliti tentang Pengaruh model think talk write terhadap Keterampilan Menulis Laporan, sedangkan penulis meneliti tentang pengaruh model think talk write terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa.

b. Indri Widiyastuti meneliti tentang Model Pembelajaran think talk write dengan media Audio Visual untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi, sedangkan penulis meneliti tentang keterampilan siswa dalam berpikir kreatif.

Persamaan penelitian diatas dengan penelitian ini terletak pada model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe think talk

write (ttw). Variable terikatnya yaitu kemampuan berpikir kreatif dan jenis

penelitiannya menggunakan penelitian eksperimen, sedangkan perbedaan yang dilakukan pada penelitian ini diterapkan pembelajaran tematik kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia a. Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap lembaga pendidikan, khususnya di SD. Dalam pembelajaran bahasa

(22)

Indonesia siswa diarahkan untuk meningkatkan kemampuannya untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis. Ruang lingkup bahasa Indonesia mencakup berbagai komponen, salah satunya adalah komponen berbahasa. Komponen berbahasa meliputi aspek menyimak (listening skill), berbicara (speaking skill), membaca (reading skill) dan menulis (writing skill). Semua aspek tersebut saling berkaitan antara satu dengan lainnya, karena aspek tersebut merupakan suatu kesatuan utuh dalam pembelajaran bahasa.

b. Pengajaran Bahasa Indonesia

Apapun atau bagaimana tujuan pengajaran bahasa yang pernah dirumuskan, sasaran yang harus dicapai adalah para siswa dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik lisan maupun tertulis. Tentunya urutan materi yang mengacu pada kemampuan tersebut harus dirinci di dalam kurikulum. Begitu juga dengan tingkat atau jenjang pendidikan apakah di sekolah dasar, sekolah menengah, maupun perguruan tinggi.

Penyusunan kurikulum dengan silabus tentu harus dilakukan oleh para ahlinya. Di Indonesia ada lembaga atau instansi yang mengurus kurikulum yaitu pusat kurikulum. Tujuan pembinaan bahasa bukan hanya untuk mengajar siswa dapat berbahasa Indonesia dengan baik, tetapi juga harus menanamkan di jiwa rasa cinta dan bangsa memiliki bahasa Indonesia. Para siswa harus diberi kesadaran bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa nasional. Jadi bahasa Indonesia adalah salah satu identitas nasional atau jati diri nasional bangsa Indonesia, disamping identitas nasional lainnya, yaitu bendera sang merah putih dan lagu kebangsaan Indonesia raya.

(23)

c. Kurikulum Bahasa

Sebuah kurikulum berisi materi dan proses belajar. Materi bahasa yang dijabarkan dalam sebuah kurikulum menetapkan kompetensi-kompetensi apa yang harus dikuasai oleh siswa dalam hubungannya dengan empat kemampuan bahasa, yaitu menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Proses yang dimaksud disini adalah adalah sejumlah langkah yang perlu dilakukan secara berurutan untuk mengorganisasikan dan dan mengurutkan materi bahasa itu sesuai dengan tujuan umum dari kegiatan belajar, yaitu tujuan- tujuan pembelajarana spesifik, prestasi yang harus dicapai, jenis-jenis tugas pembelajaran, dan pendekatan yang digunakan dalam pengajaran Lange (Ghazali, 2013: 75).

Kurikulum seringkali menggunakan asumsi filsafat pendidikan tertentu tentang bahasa, proses belajar dan tujuan pendidikan. Uraian tentang hasil-hasil pembelajaran yang diharapkan seringkali didasarkan pada pandangan filosofis tertentu tentang struktur dari bahasa dalam kaitannya dengan empat kemampuan bahasa serta proses-proses apa saja yang dianggap penting agar siswa bias menguasai keempat kemampuan itu.

3. Berpikir Kreatif

a. Pengertian Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan

memperhatikan instuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan

(24)

membangkitkan ide-ide yang tidak terduga Johnson, dalam (Suprapto, dkk, 2017: 02). Berpikir kreatif yang membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti: 1) mengajukan pertanyaan, 2) mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka, 3) membangun keterkaitan khususnya diantara hal- hal yang berbeda, 4) menghubung- hubungkan berbagai hal dengan bebas, 5) menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda, dan 6) mengengarkan instuisi (Johnson, 2014).

Menurut Mumford (2012), berpikir kreatif merupakan pelaksanaan yang efektif dari delapan proses inti, meliputi: definisi masalah, pengumpulan informasi, organisasi informasi, kombinasi konseptual, generasi ide, evaluasi ide, perencanaan pelaksanaan, dan pemantauan solusi.

Dapat diartikan bahwa kemampuan berpikir merupakan suatu kebiasaan berfikir yang tajam dengan intuisi yang menggunakan imajinasi yang mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru atau ide baru sebagai pengembangan dari ide lama untuk memecahkan permasalahan dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

b. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif (creative thinking ) yaitu kemampuan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan konsep - konsep dan prinsip- prinsip yang rasional maupun persepsi, dan intuisi individu Ahmadi, dkk.,dalam (Hendri, 2017: 03). Kemampuan berpikir kreatif dibangun oleh konsep-konsep yang

(25)

sudah tertanam pada diri siswa yang kemudian konsep serta prinsip-prinsip yang sudah ada tersebut di aplikasikan siswa dalam menyelesaikan masalah.

Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan kecakapan menggunakan akal untuk menghasilkan ide, mencipta sesuatu yang baru, asli, luar biasa, bernilai, baik bersifat abstrak, nyata berupa ide atau gagasan, mencari makna dan menyelesaikan masalah secara inovatif. Kreativitas dengan aspek aspek kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan dan digunakan dalam pengajuan atau pemecahan masalah.

Kemampuan berpikir kreatif dapat diukur dengan memberikan tes pada empat aspek yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, orisinalitas berpikir dan penguraian.

Dari beberapa definisi diatas dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. Dapat berupa hasil atau pengembangan atau penggabungan dua atau lebih konsep-konsep yang sudah ada. Empat aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu fluency, flexsibility, originality dan

elaboration.

c. Cara mengetahui kemampuan berpikir kreatif

Ketika seseorang berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata dan perspektif yang berbeda, ketika seseorang mampu menangkap kesempatan-kesempatan yang tidak biasa, yang tidak bisa dilihat oleh orang lain untuk

(26)

mendapatkan sebuah jawaban dan keuntungan, berarti sesorang itu telah berpikir kreatif.

Pada dasarnya, kemampuan berpikir kreatif dapat kita latih dan bisa berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Kemampuan berpikir kreatif bukanlah bakat alami yang hanya ada pada sebagian orang saja. Bagi seseorang yang merasa belum bisa berpikir kreatif, tidak perlu kuatir, kita bisa melatih dan mengasahnya ketika kita sudah dewasa.

Menurut Forbes, orang orang kreatif memikirkan sebuah cara yang berharga dan praktis dalam melakukan sesuatu. Mereka memecahkan sebuah masalah secara teratur dengan menggunakan pemikiran kreatif”.

4. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Fathurrohan (2015: 45) model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana upaya-upaya berorientasi pada tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dan memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif ini melibatkan siswa dalam pembelajaran mereka diberi kesempatan untuk berperan aktif.

Hamdayama (2014: 64) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda.

(27)

Suprijono (2012: 54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dalam bentuk kelompok kecil yang melibatkan semua siswa dalam pembelajaran. dimana antar sesama siswa saling berhubungan dan saling bertukar pikiran untuk memecahkan suatu masalah.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan yang ingin dicapai dalam model pembelajaran kooperatif tidak hanya kemampuan akademik dalam penguasaan materi pembelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas atau karakteristik dari pembelajaran kooperatif.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin dalam (isjoni 2014: 21) sebagai berikut:

1. Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan.

2. Pertanggung- jawaban individu

Keberhasilan ke lompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.

(28)

3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu.

5. Strategi think talk write (ttw)

a. Pengertian dan Kegunaan Strategi atau Model think talk write (ttw) Think, Talk, Write (TTW) adalah strategi yang memfasilitasi latihan

berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Strategi yang diperkenalkan pertama kali oleh Huinker dan Laughlin dalam (Huda 2016: 218) ini didasrkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Strategi TTW mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu. Strategi ini digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan. Strategi TTW memperkenalkan siswa untuk memengaruhi dan memanipulasi ide- ide sebelum menuangkannya dalam bentuk tulisan.

Alur kemajuan strategi ini dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.

Aktifitas berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks bahasa Indonesia atau berisi cerita kemudian membuat catatan apa yang telah

(29)

dibaca. Dalam membuat atau menulis catatan siswa membedakan dan mempersatukan ide yang di sajikan dalam teks bacaan, kemudian menerjemahkan kedalam bahasanya sendiri. Widerhold (yamin dan Ansari, 2009:85) mengemukakan bahwa : membuat catatan berarti menganilisiskan tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang di tulis. Membuat catatan berguna mempertinggikan pengetahuan siswa, bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis. Salah satu manfaat dari proses ini adalah membuat catatan akan menjadi bagian integral dalam setting pembelajaran.

Wiederhold (yamin dan Ansari, 2009: 85) mengemukakan bahwa kemampuan membaca dan membaca secara komprehensif secara umum di anggap berpikir, meliputi membaca baris demi baris atau membaca yang penting saja. Hal tersebut di atas di tanggapi pula Narode (Yamin dan Ansari, 2009: 85) mengemukakan bahwa sering kali suatu teks bacaan di ikuti oleh panduan, bertujuan untuk mempermudah diskusi dan mengembangkan konsep bahasa siswa.

Yamin dan Ansari, (2009:86) mengemukakan pula bahwa : setelah tahap think maka dilanjutkan tahap talk atau bicara yaitu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang mereka pahami. Talk penting dalam bahasa Indonesia, (1) percakapan merupakan alat perantara ungkapan sebagai bahasa manusia. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang spesial di bentuk untuk mengkomunikasikan bahasa sehari-hari, (2) pemahaman bahasa Indonesia dibangun melalui interaksi dan konversasi (percakapan) antara sesama individual yang merupakan aktifitas sosial yang bermakna, (3) cara utama

(30)

partisipasi komunikasi dalam bahasa Indonesia. Siswa menggunakan bahasa untuk menyajikan ide kepada temannya, membangun teori bersama, sharing strategi solusi, dan membuat definisi, (4) pembentukan ide, (5) internalisasi ide serta (6) meningkatkan dan menilai kualitas berfikir.

Hal tersebut di atas sesuai pendapat Huinker dan Laughlin (Yamin dan Ansari, 2009: 86) mengemukakan bahwa: fase berkomunikasi dapat berlangsung secara alami. Proses komunikasi di pelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Selain itu, berkomunikasi dalam suatu diskusi dapat membantu kolaborasi dan meningkatkan aktivitas siswa dalam kelas. Oleh karena itu, keterampilan berkomunikasi dapat mempercepat kemampuan siswa mengungkapkannya dalam tulisan.

Selanjutnya tahap write atau tulis, yaitu menuliskan hasil disikusi pada lembar kerja yang di sediakan. Aktivitas menulis berarti mengkontruksi ide, karena telah berdiskusi atau berdialok antar teman dan kemudian mengungkapannya melalui tulisan. Hal ini sejalan dengan pendapat Shield dan Swinson (Yamin dan Ansari, 2009:87) mengemukakan bahwa menulis membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari. Aktivitas menulis membantu siswa dalam membuat hubungan dan memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa.

b. Langkah- langkah Pembelajaran Strategi think talk write (ttw).

(31)

Siswa membaca teks berupa soal ( kalau memungkinkan dimulai dengan soal yang berhubungan dengan permasalahan sehari- hari atau kontekstual ). Pada tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal- hal yang tidak dipahami dengan menggunakan bahasanya sendiri.

b. Tahap 2: Talk

Siswa diberi kesempatan untuk membicarakan hasil penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi,sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi, baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain.

c. Tahap 3: Write

Pada tahap ini, siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dan kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperoleh.

Menurut Silver dan Smith dalam (Huda 2016: 219), peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi TTW adalah mengajukan dan menyediakan tugas yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif berpikir, mendorong dan menyimak ide-ide yang dikemukakan siswa secara lisan dan tertulis dengan hati-hati, mempertimbangkan dan memberi informasi terhadap apa yang digali siswa dalam diskusi, serta memonitor, menilai, dan mendorong siswa

(32)

untuk berpartisipasi secara aktif. Tugas yang disiapkan diharapkan dapat menjadi pemicu siswa untuk bekerja secara aktif.

Menurut Yamin dan Ansari (2009:90) langkah-langkah pembelajran dengan strategi think talk write (ttw) yaitu:

1) Guru membagi teks bacaan berupa buku siswa dan lembar kerja siswa (LKS) yang memuat situasi masalah dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya.

2) Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (Think atau pikir).

3) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk atau bicara). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.

4) Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write atau tulis).

c. Kelebihan dan Kekurangan Startegi Think Talk Write (TTW)

Adapun kelebihan dan kekurangan strategi Think Talk Write (TTW). Kelebihannya:

1) siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia

2) siswa lebih leluasa mengembangkan ide dalam pikirannya dengan cara berbicara dan menulis dengan kalimatnya sendiri

3) Adanya proses kerja yang berjenjang dari tahap berkerja secara mandiri kemudian di tingkatkan kerja kelompok dan akhirnya menuliskan hasil dari tahap pikir dan bicara (diskusi).

(33)

4) Terjadi interaksi antar siswa untuk saling menyampaikan langkah-langkah menyelesaikan masalah baik pada tahap mandiri maupun berkelompok.

Kekurangannya:

1) Kecenderungan siswa untuk menyontek besar.

2) siswa pandai terkadang susah sharing dengan siswa lain.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran bahasa Indonesia sesuai kurikulim K13 mengharuskan siswa untuk mampu berpikir kreatif. kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. Dapat berupa hasil atau pengembangan atau penggabungan dua atau lebih konsep-konsep yang sudah ada.

Untuk mengungkapkan keefektifan model pembelajaran TTW dalam membantu siswa berpikir kreatif pada kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar, maka penelitian ini dirancang peneliti yang melibatkan dua tahap penelitian, yaitu tahap pretest (sebelum menggunakan model TTW) dan tahap

(34)

Penulis menuangkannya dalam kerangka pikir kedalam sebuah bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan kerangka pikir. Pembelajaran bahasa Indonesia

Kurangnya kemampuan siswa dalam berpikir

kreatif

Model pembelajaran think

talk write (ttw) Pretest Analisis Posttest Berpengaruh Tidak Berpengaruh

(35)

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir yang terkumpul dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang menggunakan model pembelajaran think talk write (ttw) dengan yang tidak menggunakan model pembelajaran think talk write (ttw) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

(36)

21

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan eksperimen yang bersifat kuantitatif. Sedangkan jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pre-Experimental Design, yang mengkaji keefektifan model pembelajaran think talk write (TTW) dalam membantu siswa berpikir kreatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Inpres Bontomanai Kota Makassar.

2. Desain Penelitian

Desain Eksperimen yang digunakan adalah One-Group pretest-posttest

design. Desain ini digunakan karena penelitian ini hanya melibatkan satu kelas

yaitu kelas eksperiment yang diawali dengan pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan yang didapat lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Dengan pola sebagai berikut:

(Sugiyono, 2016: 111)

(37)

Keterangan:

Oı: Pengukuran pertama (awal) sebelum subjek diberi perlakuan (pretest) X : Treatmen atau perlakuan ( pemberian model pembelajaran think talk

write (TTW) melalui konseling kelompok.

O2: Pengukuran kedua setelah diberi perlakuan (posttest)

Model eksperiment ini melalui tiga langkah, yaitu:

a. Pretest

1) Siswa dibagikan test dan kemudian dijelaskan cara menjawab test tersebut. 2) Setelah tes dijawab kemudian dikumpulkan kepada peneliti.

3) Peneliti memberi skor hasil tes awal. 4) Hasil tes dijadikan sumber data.

b. Treatmen atau perlakuan pemberian model pembelajaran think talk write 1) Guru membagi teks bacaan berupa buku siswa dan lembar kerja siswa

(LKS) yang memuat situasi masalah dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya.

2) Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think atau pikir).

3) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk atau bicara). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.

4) Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write atau tulis).

c. Postest

(38)

2) Peneliti melakukan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan model think talk write dalam pelaksanaannya, siswa membaca tes dan memahaminya, lalu mendiskusikan dengan kelompoknya dan menuliskan hasil diskusi tersebut, kemudian menjawab soal yang diberikan.

3) Memberikan skor hasil tes akhir 4) Hasil tes dijadikan sumber data.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah semua objek yang menjadi sasaran dalam sebuah pengamatan atau penelitian.

Sugiyono (2016:61) menyatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri objek/subyek yang mempunyai kuliatas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Dalam peneliti ini populasi yang diambil adalah seluruh siswa kelas IV di SD Inpres Bontomanai Kota Makasaar.

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa Kelas IV

2. Sampel

Menurut Arikunto (2012: 30) sampel merupakan bagian dari keseluruhan yang menjadi objek sesungguhnya dari suatu penelitian sedangkan metodologi yang digunakan menyeleksi di sebut sampling. Untuk menentukan sampel dalam

Kelas Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

IV 7 14 21

(39)

penelitian dalam penelitian digunakan teknik “ total sampling “ artinya peneliti mengambil seluruh jumlah populasi sebagai anggota sampel. Dengan pertimbangan bahwa jumlah siswa hanya 21 orang yang dijadikan sampel.

C. Devinisi Operasional Variabel

1. Model think talk write (ttw) adalah suatu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa.

2. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan kognitif untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan kemampuan untuk memecahkan masalah secara divergen.

D. Instrument Penelitian

Lembar penilaian tes hasil belajar digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator yang diperoleh siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan. Lembar penilaian tes hasil belajar yang dikembangkan peneliti berbentuk tes soal essay.

E. Teknik Pengumpulan Data

Widoyoko (2012: 32) menyatakan bahwa pengumpulan data merupakan strategi atau cara yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen- instrumen yang sudah disebutkan yaitu tes.

(40)

Tes

Tes yang diberikan berupa soal essay yang berjumlah 5 nomor. Tes yang

digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan dengan menerapkan model think talk write (ttw). Tes ini merupakan tes akhir (posttest) untuk mengetahui hasil akhir dari (treatment) yang diberikan.

Pretest

Pretest dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sumber data awal atau

Oı sebelum diberikan perlakuan atau treatment.

a. Siswa dibagikan tes dan kemudian dijelaskan cara menjawab tes tersebut. b. Setelah tes dijawab kemudian dikumpulkan kepada peneliti.

c. Peneliti memberi skor hasil tes awal. d. Hasil tes dijadikan sumber data.

Posttes

a. Siswa dibagikan tes dan kemudian dijelaskan cara menjawab tes tersebut. b. Peneliti menerapkan model think talk write dalam pelaksanaannya, siswa

membaca teks dan memahaminya, kemudian mendiskusikan dengan kelompoknya dan menuliskan.

c. Hasil diskusi tersebut, kemudian menjawab soal yang diberikan.

Memberikan Posttest dilakukan dengan memberikan perlakuan atau treatment untuk mengetahui sumber data kedua atau O2.

d. Skor hasil tes akhir.

(41)

F. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan digunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial. data yang terkumpul berupa nilai pretest dan nilai posttest kemudian dibandingkan. Membandingkan kedua nilai tersebut dengan mengajukan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai pretest dengan nilai posttest. Pengujian perbedaan nilai hanya dilakukan terhadap rerata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu digunakan teknik yang disebut dengan

uji-t (t-test). Dengan demikian langkah langkah analisis data eksperiment dengan

model eksperimen one grup Pretest Posttest Design adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Statistik Deskriptif

Merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama proses penelitian dan bersifat kuantitatif. Adapun langkah langkah dalam penyusunan melalui analisis ini adalah sebagai berikut:

Rata-rata (Mean) (Tiro, 2008:120) Keterangan: Me = Mean (rata-rata) Σ = jumlah Xi = Nilai X ke I sampai ke n N = Banyaknya subjek Persentase (%) nilai rata-rata

(42)

Keterangan:

P = Angka presentase

f = Frekuensi yang dicari presentasenya N = Banyaknya sampel responden

1. Analisis Data Statistik Inferensial

(Arikunto, 2012: 306) Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik statistik t (uji-t), dengan tahapan sebagai berikut :

Keterangan:

Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttets Xı = Hasil belajar sebelum perlakuan (pretest) X2 = Hasil belajar setelah perlakuan (posttest)

D = Deviasi masing-masing subjek Σx²d = Jumlah kuadrat deviasi N = Subjek pada sampel

Langakah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : a.Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

Md = Mean dari perbedaan pretest dengan posttest Σd = Jumlah dari gain (posttest – pretest)

(43)

N = Subjek pada sampel

a. Mencari harga “Σx²d” dengan menggunakan rumus :

Σx²d = Jumlah kuadrat devisiasi

Σd = Jumlah dari gain (posttest – pretest) N = Subjek pada sampel

b. Menentukan harga t Hitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest Xı = Hasil belajar sebelum perlakuan (pretest) X2 = Hasil belajar setelah perlakuan (posttest)

D = Deviasi masing-masing subjek Σx²d = Jumlah kuadrat deviasi N = Subjek pada sampel

c. Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan kaidah pengujian signifikan :

1) Jika t Hitung > t Tabel maka H1 ditolak dan Hₐ diterima, berarti penggunaan

penerapan model think talk write (TTW) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa Kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar. 2) Jika t Hitung > t Tabel maka Hₒ diterima, berarti penerapan model think talk

write (TTW) tidak berpengaruh terhadap kemampan berpikir kreatif siswa

(44)

3) Menentukan harga t Tabel dengan mencari t Tabel menggunakan tabel distribusi t dengan taraf signifikan = 0,05 dan dk = N – 1.

Keterangan:

dk = Derajat kebebasan tertentu ditentukan dengan N – 1

1) Membuat kesimpulan apakah penerapan model think talk write (TTW) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa Kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar.

(45)

30

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Deskripsi hasil pretest sebelum menggunakan model Think Talk Write (TTW) terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SD Inpres Bontomanai Kota Makassar mulai tanggal 20 Juli 2020, maka diperoleh data-data yang dikumpulkan melalui instrument test sehingga dapat diketahui hasil belajar siswa berupa nilai dari kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar.

Data hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar, dapat diketahui sebagai berikut :

Table 4.1 perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai pretest

X F F.X 46 2 92 52 4 208 59 3 177 65 1 65 66 3 198 72 4 288 79 2 158 80 1 80 85 1 85 Jumlah 21 1351

Dari data diatas, dapat diketahui bahwa nilai dari ∑fx = 1351, sedangkan nilai dari N sendiri adalah 21. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai berikut :

(46)

Me = =

= 64,33

Dari hasil perhitungan diatas, maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar sebelum penerapan model pembelajaran think talk write (ttw) yaitu 64,33.

Apabila nilai hasil pretest siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar sebelum diterapkan model pembelajaran think talk write (ttw) dikelompokan dalam lima kategori, maka akan diperoleh distribusi dan presentase seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.2 distribusi frekuensi dan presentase skor hasil pretest

No Interval Kategori frekuensi Presentase (%)

1 0-54 Sangat rendah 5 23,80% 2 55-6 4 Rendah 3 14,28% 3 65-79 Sedang 11 52,38% 4 80-89 Tinggi 2 9,52% 5 90-100 Sangat tinggi 0 0% Jumat 21 100

Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada tahap pretest dengan menggunakan instrument tes dikategorikan sangan rendah yaitu 23,80%, rendah 14,28%, sedang 52,38%, tinggi 9,52%, dan sangat tinggi berada pada presentase 0%. Melihat dari hasil presentase yang ada, dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan siswa

(47)

dalam memahami serta penguasaan materi pelajaran bahasa Indonesia sebelum diterapkan model pembelajaran think talk write ( ttw) tergolong sangat rendah.

Table 4.3 deskripsi ketuntasan hasil pretest

Skor Kategorisasi Frekuensi Persentase (%)

0-64 Tidak tuntas 8 38,09%

65-100 Tuntas 13 61,90%

Jumlah 21 100

Dari tabel 4.4 diatas terlihat bahwa siswa yang tidak tuntas sebanyak 8 orang (38,09%) dan 13 orang (61,90%) siswa yang termasuk dalam kategori tuntas, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar berfikir krestif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar sebelum diterapkan model pembelajaran think

talk write (ttw) sangat rendah.

2. Deskripsi hasil belajar (posttest) menggunakan model thik talk write (ttw) terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar.

Selama penelitian berlangsung, terjadi perubahan terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar setelah diberikan perlakuan. Perubahan tersebut dapat dilihat dari data berikut ini :

Tabel 4.4 perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai posttest

X F F.X

65 2 130

80 7 560

(48)

90 1 90

95 5 475

100 5 500

Jumlah 21 1840

Dari data hasil posttets di atas, diketahui bahwa nilai dari ∑fx= 1840 dan nilai dari N sendiri adalah 21. Kemudian dapat diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai berikut :

Me = =

= 87,61

Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil belajar siswa kelas IV yaitu 87,61 dari skor ideal 100.

Apabila nilai hasil posttest siswa IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar setelah diterapkan model pembelajaran think talk write (ttw) dikelompokan dalam lima kategori, maka akan di peroleh distribusi dan presentase seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.5 tingkat penguasaan materi posttest

No Interval Kategori Frekuensi Persentase

1 2 3 4 5 0-54 55-64 65-79 80-89 90-100 Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 0 0 2 8 11 0% 0% 9,52% 38,09% 52,38% Jumlah 21 100

(49)

Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas, maka dapat di

simpulkan bahwa hasil belajar siswa pada tahap posttest dengan menggunakan instrument test dikategorikan sangat tinggi yaitu 52,38 %, tinggi 38,09%, sedang 9,25%, rendah dan sangat rendah berada pada presentase 0,00%. Melihat dari hasil presentase yang ada, dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan siswa dalam berpikir kreatif setelah diterapkan model pembelajaran think talk write (ttw) tergolong tinggi.

Tabel 4.6 Deskripsi ketuntasan hasil berpikir kreatif

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0-64 Tidak tuntas 0 0 %

65-100 Tuntas 21 100 %

Jumlah 21 100

Dari tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa tidak ada siswa yang tidak tuntas dari

sebanyak 21 orang (100%) yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar setelah diterapkan model pembelajaran think talk write (ttw) tergolong tinggi.

3.Deskripsi Aktivitas Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar selama diterapkan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW).

Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran think talk write (ttw). Selama 3 kali pertemuan dinyatakan persentase sebagai berikut :

(50)

Tabel 4.7 hasil analisis data observasi aktivitas siswa

No Komponen yang diamati Pertemuan ke- Rata-rata Persentase (%)

I II III IV V

1 Siswa yang hadir pada saat

kegiatan pembelajaran P R E T E S T 21 21 21 P O S T T E S T 21,000 100%

2 Siswa yang memperhatikan

pada saat guru menjelaskan materi

18 20 21 19,66 93,61

3 Siswa yang melakukan

aktivitas negative selama proses pembelajaran (main-main, ribut dll)

2 - - 0,09 0,42%

4 Siswa yang mengerjakan

soal-soal latihan yang

diberikan

20 21 21 20,66 98,41%

5 Siswa yang bertanya tentang

materi yang belum dipahami

10 15 20 15 71,42 %

6 Siswa yang aktif

mempersentasikan hasil kerjanya di depan kelas

8 10 21 13 61,90%

7 Keaktifan siswa

memberikan tanggapan terhadap pertanyaan guru

6 16 21 14,33 68,25%

8 Siswa yang mampu

menyimpulkan materi pemblajaran pada akhir pembelajaran

15 18 21 18 85,71%

(51)

4. Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (ttw) terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar.

Sesuai dengan hipotesis penelitian yakni jika diterapkan model

pembelajaran think talk write (ttw), maka terdapat kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar, maka teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah teknik statistik deskriptif dengan menggunakan uji-t.

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : 1. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:

Md =

=

= 23,28

2. Mencari harga “∑ X2 d” dengan menggunakan rumus: ∑ X2 d = ∑ d2

= 14.791

=

14.791 –

= 14.791-11.386

= 3.405

(52)

3. Menentukan harga t hitung t = √ t = √ t = √ t = √ t = √ t = t = 8,802 4. Menentukan harga t tabel

Untuk mencari t tabel peneliti menggunakan tabel distribusi t

dengan taraf signifikan a = 0,05 dan dk = N-1= 21-1=1 maka diperoleh t

0,05 = 2,086 Setelah diperoleh t hitung = 8,802 dan t tabel = 2,086 maka

diperoleh t hitung > t tabel atau 8,802> 2,086. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa Ho ditolak dan H1 diterima dan berpengaruh terhadap kemampuan

berpikir kreatif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini diuraikan temuan yang diperoleh hasil analisis data penelitian. Dari hasil data terhadap kemampuan berpikir kreatif, baik pada pretest maupun posttest diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa sebelum

(53)

diberikan perlakuan dengan penerapan model pembelajaran think talk write (ttw) adalah 85 yang berjumlah 1 orang siswa, dan nilai rata rata pretest adalah 64,33 dengan kategori sangat rendah yaitu 23,80%, rendah 14,28%, sedang 52,38%, tinggi 9,52%, dan sangat tinggi berada pada presentase 0,00%. Melihat dari hasil presentase yang ada, dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan siswa dalam berpikir kreatif, sebelum diterapkan model pembelajaran think talk write (ttw) tergolong rendah.

Selanjutnya skor tertinggi yang diperoleh siswa setelah diberikan perlakuan

dengan penerapan model pembelajaran think talk write (ttw) adalah 100 yang berjumlah 5 orang siswa dan nilai rata-rata posttest adalah 87,61. Jadi, melihat dari hasil presentase yang ada, dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan siswa dalam berpikir kreatif, sesudah diterapkan model pembelajaran think talk write (ttw) tergolong lebih baik dibandingkan dengan sebelum diterapkan model pembelajaran think talk write (ttw). Selain itu, presentase kategori sedang 9,52%, rendah dan sangat rendah berada pada presentase 0,00%.

Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan rumus uji t, dapat diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 8,802. Dengan frekuensi (dk)

sebesar 21 - 1= 20, pada taraf signifikan 5% diperoleh ttabel = 2,086, maka

hipotesis (Ho) ditolak dan hipotesis alternative (H1) diterima, yang berarti bahwa

penerapan model think talk write (ttw) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yang

(54)

penerapan model think talk write (ttw) memiliki pengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar.

(55)

40

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum hasil berpikir kreatif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (ttw ) dikategorikan rendah. Hal ini ditunjukan pada perolehan persentase kemampuan berpikir kreatif dengan kategori sangat rendah yaitu 23,80%, rendah 14,28%, sedang 52,38%, tinggi 9,52%, dan sangat tinggi berada pada presentase 0,00%.

Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (ttw) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar setelah diperoleh thitung = 8,802 dan ttabel = 2,086,

maka diperoleh thitung > ttabel atau 8.802 > 2,086.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan dari penelitian ini, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Untuk menggunakan kooperatif tipe think talk write (ttw), sebaiknya guru mempertimbangkan terlebih dahulu alokasi waktu yang diperlukan agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (ttw) dapat digunakan untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar

(56)

dan lebih percaya diri serta antusias dalam mengasah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa itu sendiri.

3. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut agar prestasi maupun motivasi belajar teori dan praktik serta ruang lingkup yang luas dan bervariasi untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik lagi.

(57)

42

Abdul, Chaer. 2013. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka cipta

Ansari. dkk 2009. Teknik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaun Persada

Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi. IK., Setyono, H. A., dan Amri, S. 2011. Pembelajaran Akselerasi (Analisis Teori dan Praktek serta Pengaruhnya Terhadap Mekanisme Pembelajaran dalam Kelas Akselerasi). Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Dyah Fatkasari. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk

Write Terhadap Ketrampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV SDN Petung Asri 3 Kecamatan Pandaan Kab. Pasuruan, Vol 05 No.03

(Online),https://jurnalmahasiswa.unesa.oc.id/indeks,php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/19831. (Diakses 30 Januari 2020).

Fathurrohman. 2015. Model- model pembelajaran inovatif. Ar- ruzz Media, Jogjakarta.

Ghazali, Syukur. 2013. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan

Pendekatan Komunikatif Interaktif. Bandung: Refika Aditama.

Hendri Handoko.2017.Pembentukan Keterampilan Berpikir Kreatif Pada

Pembelajaran Matematika Model Savi Berbasis Diskovery Strategi Materi Dimensi 3 Kelas x, Vol 06 No.01 (Online), Https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/eduma/article/view/1711. (Diakses 24 Januari 2020).

Huda, Miftahul. 2016. Model Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan

Berkarakter. Ghalia Indonesia, Bogor.

Ismail T. 2017.“ Pengaruh Model TTW ( think talk write ) Terhadap Kemampuan

Memahami Isi Cerita Narasi”. Skripsi. FKIP, PGSD, Universitas

Muhammadiyah, Makassar.

Isjoni. (2014). Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar

Berkelompok. Bandung: Alfabeta.

Johnson, E, B, (2014), Contextual Teaching And Learning: Menjadikan Kegiatan

(58)

Mumford, M. D., etal. (2012). Creatife Thinking: Processes, Strategies, and Konowledge, The Journal Of Creative Behavior, pp. 30- 47.

Rosmiati. 2016.” Pengaruh Model TTW ( think talk write ) dalam Memahami Isi

Cerita Narasi”. Skripsi. FKIP, PGSD, Universitas Muhammadiyah,

Makassar.

Rahman, Saifur.2016. Pengaruh Model think talk write terhadap Keterampilan

Menulis Laporan Pengamatan siswa kelas V SDN Poncol 01 Pekalongan.

Skripsi. Semarang: Program S1 Universitas Negeri Semarang. 2016. Sudarman. Maman. 2013. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jawa

Tengah: Rajawali Pers.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. (pendekatan kuantitaif, kualitatif

dan R & D ). Alfabeta. Bandung.

Sudjana. 1999. http://tatangmangunya wordpresscom

/sampel-samping-dan-pipulasi-penelitian, diakses pada tanggal 30 januari 2020.

Suprapto, dkk.,2017. Pengaruh model pembelajaran reading, questioning, and

answering (RQA) dipadu think pair share (TPS) terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran biologi (online),

http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-report/article/view/975. (Diakses 5 Februari 2020).

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Singarimbun, Masri. 1982. Metode penelitian survai. Jakarta: LP3ES.

Tiro, Muhammad Arif. 2008. Dasar-dasar Statistika. Andira Publiser: Makassar. Rahman, Saifur. Pengaruh Model think talk write terhadap Keterampilan Menulis

Laporan Pengamatan siswa kelas V SDN Poncol 01 Pekalongan. Skripsi.

Semarang: Program S1 Universitas Negeri Semarang. 2016.

Vijayasena, Sugianto. 2015. Metode penelitian eksperimen: pre- eksperimental

Design, (online),

(http://bukusugiyono.blogspot.co.id/2015/05/metode-penelitia-pre,html, diakses pada 30 januari 2020).

Widiyastuti, Indri.2013. Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi melalui

Model Pembelajaran think talk write dengan Media Audio Visual pada Siswa kelas IV SD.Skripsi. Semarang: program S1 Universitas Negeri

Semarang. 2013.

Widiyoko, Rko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

(59)

LAMPIRAN 1

(60)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SD

Kelas / Semester : IV / 1 (Satu)

Tema 1 : Indahnya Kebersamaan

Sub Tema 1 : Keberagaman Budaya Bangsaku

Muatan Terpadu : Bahasa Indonesia, IPS, dan IPA

Pembelajaran ke : 1

Alokasi waktu : 1 hari

A. KOMPETENSI INTI (KI)

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,guru, dan tetangga. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,

melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.1 Mencermati gagasan pokok dan gagasan pendukung yang diperoleh dari teks lisan, tulis, atau visual.

3.1.1 Mengidentifikasi gagasan pokok dan gagasan pendukung setiap paragraf dari teks tulis.

Gambar

Gambar                                                                                              ..........
Table 4.1 perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai pretest
Tabel 4.2 distribusi frekuensi dan presentase skor hasil pretest  No   Interval   Kategori  frekuensi  Presentase (%)
Tabel 4.4 perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai posttest
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: bagaimana langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Round table, apakah penerapan model pembelajaran

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe scramble terhadap kemampuan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif

Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe talking stick