• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING dan CONTEXTUAL TEACHING and LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING dan CONTEXTUAL TEACHING and LEARNING"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI KOMBINASI

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING dan CONTEXTUAL

TEACHING and LEARNING

Suraijiah

Prodi Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Antasari Banjarmasin. Email: suraijiahscasa@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini berfokus untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui kombinasi model pembelajaran PBL dan CTL dengan konvensional, mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara yang menggunakan kombinasi model pembelajaran PBL dan CTL dengan konvensional, dan mengetahui kualifikasi setiap indikatornya pada materi Aritmetika Sosial. Jenis penelitian ini lapangan dengan pendekatan kuantitatif, metode quasi eksperimen dan desain penelitian The

Nonequivalent Posttest - Only Control Group, populasinya seluruh siswa kelas VII MTsN 6 Batola dengan

teknik sampel Purposive Sampling, sebanyak 50 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, dokumentasi, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah statistika diskriptif yaitu rata-rata dan standar deviasi, dan statistika inferensial untuk menganalisis uji normalitas, uji homogenitas, uji t dan uji u. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas yang menggunakan kombinasi model pembelajaran PBL dan CTL memperoleh rata-rata 76 pada kualifikasi baik dan di kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional memperoleh rata-rata 61,2 pada kualifikasi cukup. Kualifikasi untuk setiap indikatornya yaitu kemampuan memahami masalah dan membuat rencana sangat baik, kemampuan melaksanakan rencana cukup, dan kemampuan melihat kembali kurang. Sedangkan pada pembelajaran konvensional berturut-turut diperoleh kualifikasi sangat baik, baik, kurang baik, dan kurang baik.

Kata kunci : Kemampuan Pemecahan Masalah, Kombinasi Model, PBL, CTL.

PENDAHULUAN

menjadi hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika, hal ini sejalan dengan pendapat Branca (Goenawan Roebyanto & Sri Harmini, 2017) bahwa kemampuan pemecahan masalah menjadi jantung bagi matematika, Branca juga menegaskan bahwa ada tiga interpretasi umum kenapa pemecahan masalah penting, pertama sebagai tujuan mengapa matematika diajarkan, kedua sebagai proses kegiatan yang aktif dan yang ketiga sebagaai basic skill, dari

sumber yang sama NTCM juga

merekomendasikan pemecahan masalah sebagai urutan pertama dalam pembelajaran matematika. Namun, faktanya kemampuan ini masih menjadi dilema besar bagi peserta didik. Seperti yang disebutkan The National Assesment of Education

Progress (NAEP) dalam penelitian liana (2018)

menunjukkan bahwa hanya sekitar 30% siswa Indonesia berhasil dengan baik menyelesaikan soal pemecahan masalah yang memuat penjumlahan/pengurangan dengan dua langkah penyelesaian, artinya 70% siswa bermasalah

dengan pemecahan masalah matematis. Selaras dengan penelitian Fitria, (2018) bahwa siswa yang berkemampuan rendah belum memenuhi indikator pemecahan masalah seperti tidak

mampu menyelesaikan perencanaan

penyelesaian masalah dan tidak menuliskan penyelesaian masalahnya. Begitupun dengan penelitian Safitri (2016) bahwa siswa hanya mampu menggunakan setengah langkah Polya. Menyiasati permasalahan tersebut, perlu adanya perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran. Salah satu usaha guru yaitu dengan mengkombinasikan dua model yang nyata, interaktif dan menyenangkan serta melatih pemecahan masalah matematis siswa dengan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Model yang dimaksud adalah kombinasi antara model pembelajaran PBL dan CTL. Selain mempunyai karakteristik yang sama yaitu membangun dan menguatkan konsep, siswa sebagai student center, guru sebagai faslitator. Kedua model juga menghadirkan konteks yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga setelah pembelajaran siswa dapat

(2)

memecahkan masalahnya secara kritis dengan pembelajaran yang lebih bermakna dengan menekankan keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan hal itu, pembelajaran Aritmetika sosial juga menekankan pada konteks sehari-hari, sehingga kedua model ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi ini, mengingat penelitian Asna Shofia (2016) bahwa siswa masih kurang mengerti tentang konsep Aritmetika Sosial, terbukti pada hasil penelitiannya, 4 dari 7 indikator kemampuan pemahaman konsep dinyatakan dalam kualifikasi gagal, penting kiranya peneliti mengangkat materi Aritmetika sosial pada kemampuan dan pendekatan yang berbeda. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara peneliti yang dilakukan kepada guru Matematika di sekolah MTsN 6 Batola menyatakan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang sama dengan modifikasi soal yang berbeda. Tingkat keberhasilan siswa menurun drastis jika disuguhkan soal yang berbeda, hal tersebut mengindikasi masih rendahnya tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Berdasarkan uraian di atas perlu penelitian lebih lanjut terkait kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui kombinasi model Pembelajaran PBL dan CTL pada materi Aritmetika Sosial di Kelas VII MTS Negeri 6 Batola. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan metode peneltian quasi eksperimen dan desain penelitian The Nonequivalent Posttest - Only

Control Group Design, pada desain ini terdapat

dua kelompok, kelompok pertama diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen, kelompok lainnya tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol kemudian kedua kelompok diberi post test. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTsN 6 Batola yang berjumlah 115 orang dan penarikan sampel menggunakan teknik

Purposive Sampling menjadi 50 orang. Pertimbangan yang dilakukan adalah pertimbangan guru mata pelajaran Matematika yang meminta kelas VII B dan VII C sebagai sampel penelitian, hal ini dikarenakan nilai dari hasil belajar matematika semester sebelumnya yang diambil dari nilai ulangan semester ganjil relatif sama yaitu 73,90 dan 73,93. Kemudian dipilih kelas VII C sebagai kelas eksperimen yang

diberi perlakuan kombinasi model pembelajaran PBL dan CTL, dan kelas VIIB sebagai kelas control. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, dokumentasi, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah statistika diskriptif yang digunakan adalah rata-rata dan standar deviasi, dan statistika inferensial untuk menganalisis uji normalitas, uji homogenitas, uji t dan uji u.

Data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa diperoleh berdasarkan hasil post

test. Adapun kriteria pemberian skor untuk setiap

indikatornya adalah :

Tabel I Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

No Aspek yang dinilai Skor keterangan

1. M E M A H A M I M A S A L A H 0

Tidak menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan

1

Menyebutkan apa yang diketahui tanpa menyebutkan

apa yang ditanyakan atau sebaliknya

2

Menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan tapi kurang tepat

3

Menyebutkan apa yang diketahui dan apayang ditanyakan secara tepat

2 M E M B U A T R E N C A N A 0 Tidak merencanakan penyelesaian masalahsama sekali 1 Merencanakan penyelesaian dengan membuat strategi penyelesaian berdasarkan

rumus yang tidak sesuai

2

Merencanakan penyelesaian denganmembuat strategi penyelesaian berdasarkan

rumus yang sesuai

3 M E L A K S A N A K A N R E N C A N A

0 Tidak ada jawaban sama sekali

1

Melaksanakan rencana dengan menuliskan jawaban tetapi jawaban salah atau hanya sebagian kecil jawaban benar

2

Melaksanakan rencana dengan menuliskan jawaban setengah atau sebagian besar jawaban

benar

3

Melaksanakan rencana dengan menuliskan jawaban dengan

lengkap dan benar

4

Me- Lihat Kem- Bali

0 Tidak ada menuliskan kesimpulan

1

Menafsirkan hasil yang diperoleh dengan membuat kesimpulan

(3)

2

Menafsirkan hasil yang diperoleh dengan membuat kesimpulan

secara tepat Sumber : Mawadah dan asiah (2015)

Adapun cara perhitungan nilai akhir adalah sebagai berikut:

N = Skor perolehan

Skor Maksimal × 100

Keterangan : N sebagai nilai akhir.

Nilai kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh kemudian dikualifikasikan dengan cara menghitung rentang data (R), jumlah kelas interval (K), panjang kelas (P), frekuensi kategori, rata-rata ideal (Mi), dan standar deviasi ideal (SDi). Berikut perhitungannya:

R = Data Tertinggi – Data Rendah = 98 – 30

= 68

Jadi, rentang datanya adalah 68. K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 50 = 1 + (3,3 × 1,7) = 1 + 5,61 = 6,61 ≈ 7

Jadi, jumlah kelas intervalnya adalah 7 P = Rentang

Jumlah Kelas

= 68

7

= 9,71 ≈ 10

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh panjang kelas ≈ 10, dengan data tertinggi 98 dan data terendah 30, maka dibuat kelas inteval sebagai berikut :

Tabel II Interval Kelas Kemampuan Pemecahan Masalah Matem- atematis Siswa

no Kelas Interval Frekuensi Relatif % Komulatif % 1 30-39 2 4 4 2 40-49 4 8 12 3 50-59 8 16 28 4 60-69 12 24 52 5 70-79 9 18 70 6 80-89 8 16 86 7 90-99 7 14 100 Sumber: Data diolah,2020

Berdasarkan tabel II menunjukkan frekuensi variabel kemampuan pemecahan masalah matematis siswa paling banyak terletak pada interval 60-69 sebanyak 12 siswa (24%), dan paling sedikit terletak pada interval 30-39 sebanyak 2 siswa. Selanjutnya mencari nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = 1

2 (XMaks + XMin),

dan mencari standar deviasi ideal (SDi) dengan

rumus SDi = 1

6 (XMaks - XMin), sehingga diperoleh Mi

= 64 dan SDi = 10. Selanjutnya kelas dibagi menjadi 5 kategori yaitu:

Mi + 1,5 SDi = 64 +1,5 (10) = 79, maka rentangnya ≥ 79 Mi + 0,5 SDi = 64 +0,5 (10) = 69, maka rentangnya 69 - 78 Mi - 0,5 SDi = 64 - 0,5 (10) = 59, maka rentangnya 59 - 68 Mi - 1,5 SDi = 64 - 1,5 (10) = 49, maka rentangnya 49 – 58 ≤ 48

Berdasarkan perhitungan tersebut dibuat kualifikasi yang bertujuan untuk mengetahui kualifikasi kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah matematis pada materi Aritmetika sosial.

Tabel III Kualifikasi Kemampuan Pemecahan masalah matematis siswa

No. Nilai Kualifikasi 1 ≥ 79 Sangat Baik 2 69 – 78 Baik 3 59 – 68 Cukup 4 49 – 58 Kurang 5 ≤ 48 Kurang Baik Sumber : Data diolah, 2020.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pembelajaran di Kelas Eksperimen dan Kontrol

Pembelajaran di kelas eksperimen yang menggunakan kombinasi model PBL dan CTL dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pembelajaran dan 1 kali untuk post

test. Begitupun pada kelas kontrol. Sehingga total

keseluruhan pertemuan sebanyak 6 kali.

Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua diawali dengan salam, berdoa, mempresensi siswa, kemudian mencek persiapan belajar siswa dan memberi motivasi belajar, selanjutnya peneliti menyampaik-

an apersepsi yang kemudian dilanjutkan dengan penyampaian judul dan tujuan pembelajaran.

Kegiatan inti di pertemuan kelas eksperimen meliputi 9 sintak yang diambil dari gabungan antara sintak model PBL dan CTL secara keseluruhan yaitu:

1. Tahap invitasi dalam tahap ini siswa mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas oleh guru. 2. Orientasi siswa pada masalah (Perkenalan

masalah yang akan diselesaikan)

3. Mengorganisasi siswa untuk belajar (siswa dikelompokkan untuk menyelesaikan soal) 4. Tahap eksplorasi, dalam tahap ini siswa diberi

(4)

menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan interpretasi data. Maksudnya adalah siswa akan menyelidiki masalah yang diberikan kemudian menemukan konsep, siswa mengelompokkan konsep yang dia temukan dan kemudian dikomunikasikan di dalam kelompok

5. Membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok

6. Tahap penjelasan dan solusi, siswa memberikan penjelasan (menyampaikan gagasan) tentang solusi dari permasalahan tersebut dalam kelompoknya

7. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (hasil pemikiran siswa) berupa persentasi di depan kelas.

8. Tahap pengambilan tindakan, Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberi tanggapan atau membuat keputusan.

9. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Bersama siswa, guru menganlisis dan mengevaluasi hasil diskusi serta melakukan klarifikasi jika terdapat kesalahan dalam proses dan hasilnya

Kegiatan akhir, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah diajarkan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari serta menyampaikan pentingnya matematika untuk dipelajari dan menghimbau siswa untuk mempelajari materi selanjutnya di rumah. Setelahnya mengajak siswa berdoa dan peneliti akhiri dengan salam.

Adapun dalam pelaksanaannya pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua di kelas kontrol diawali dengan salam, berdoa, mengabsen siswa, kemudian mencek persiapan belajar siswa dan memberi motivasi belajar, selanjutnya peneliti menyampaiakan apersepsi yang kemudian langkah berikutnya dilanjutkan dengan penyampaian judul dan tujuan pembelajaran.

Kegiatan inti di pertemuan kelas kontrol menggunakan sintak model pembelajaran konvensional, berikut tahapannya:

1. Persiapan, mempersiapkan siswa untuk menerima pembelajaran

2. Penyajian, menyampaikan materi oleh guru 3. Generalisasi, dari berbagai unsur yang

dipelajari dihimpun untuk mendapatkan kesimpulan.

4. Mengaplikasikan, tahap ini siswa diasah kemampuannya terkait penjelasan guru. Setelah semua terlaksana dalam pembelajaran, kedua kelas diberikan tes akhir yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa terhadap materi yang

telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Soal berjumlah 4 butir soal uraian dan diikuti oleh 25 siswa.

B. Deskripsi Kemampuan Awal Siswa

Data kemampuan awal siswa diperoleh dari nilai ulangan semester ganjil, berikut gambaran kemampuan awal siswa:

Tabel IV Deskripsi Kemampuan Awal Siswa Kelas VII MTsN 6 Batola

Kelas VII Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Nilai Tertinggi 84 84 Nilai Terendah 70 70

Rata-rata 73,90 73,93 Standar Devisi 4,754 4,423 Varians 22,596 19,567 Sumber : Data diolah, 2020.

Selanjutnya data diproses dengan menggunakan bantuan SPSS dengan tahapan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi data dari sampel yang diteliti dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov

Test.

Tabel V Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas VII MTsN 6 Batola

Kelas Angka Signifikansi Kesimpulan VIIB 0,000 Berdistribusi Tidak

normal VIIC 0,000 Tidak Berdistribusi normal Sumber : Data diolah, 2020.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol homogen atau tidak.

Tabel VI Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa Kelas VII MTsN 6 Batola

Kelas df1 df2 Sign. Kesimpulan VII B

1 56 0,643 Homogen VII C

Sumber : Data diolah, 2020.

Berdasarkan tabel VIdiketahui bahwa pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05 didapatkan 0,643 > 0,05, artinya kedua data tersebut homogen.

3. Uji U

Data berdistribusi tidak normal tetapi bersifat homogen sehingga uji yang digunakan adalah uji U.

Tabel VII Uji U Kemampuan Awal Siswa Kelas VII MTsN 6 Batola

Kelas Sig. kesimpulan VII B 0,819 H

0 diterima

VII C

Sumber : Data diolah, 2020.

Berdasarkan tabel VII diketahui bahwa pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05 didapatkan 0,819 > 0,05,

(5)

artinya H0 diterima dan Ha ditolak. Dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol, sehingga kemampuannya sama dan dapat dijadikan sampel penelitian.

C. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas Eksperimen

Hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel VIII Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas Eksperimen MTsN 6 Batola

Kelas VII

Hasil Tes Akhir Siswa Berdasarkan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

A B C D Soal 1 72 44 53 42 Soal 2 70 39 40 10 Soal 3 74 40 63 18 Soal 4 75 42 39 23 Jumlah 291 165 195 93 Rata-rata 97 82,5 45 62,5

Kategori Sangat baik Sangat baik Cukup Kurang Keterangan:

A : Kemampuan Memahami Masalah B : Kemampuan Membuat Rencana C : Kemampuan Melaksanakan Rencana D : Kemampuan Melihat Kembali

Berdasarkan tabel VIII dapat disimpulkan bahwa dari 4 soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah, pada indikator 1 dan 2 siswa memperoleh rata-rata 97 dan 82,5 artinya kemampuan memahami masalah dan kemampuan membuat rencana pada kategori sangat baik, sedangkan pada indikator 3 siswa hanya memperoleh rata-rata 65 artinya kemampuan melaksanakan rencana hanya pada kategori cukup, dan indikator ke 4 siswa hanya memperoleh rata-rata 46,5 artinya kemampuan melihat kembali hanya pada kategori kurang. Berikut datanya:

a) Kemampuan Memahami Masalah

Gambar I Diagram kemampuan memahami masalah di Kelas Eksperimen

b) Kemampuan Membuat Rencana

Gambar II Diagram Kemampuan Membuat Rencana di kelas Eksperimen 1 1 2 1 1 23 22 24 25 0 0,5 1 1,5

Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Tidak menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan

Menyebutkan apa yang diketahui tanpa menyebutkan apa yang ditanyakan atau sebaliknya

Menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan tapi kurang tepat

Menyebutkan apa yang diketahui dan apa yaang ditanyakan secara tepat

3 5 1 3 1 8 2 22 19 16 20 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Tidak merencanakan penyelesaian masalah sama sekali

Merencanakan penyelesaian dengan membuat strategi penyelesaian berdasarkan rumus yang tidak sesuai

Merencanakan penyelesaian dengan membuat strategi penyelesaian berdasarkan rumus yang sesuai

(6)

c) Kemampuan Melaksanakan Rencana

Gambar III Diagram Kemampuan Melaksanakan rencana di kelas Eksperimen

d) Kemampuan Melihat Kembali

Gambar IV Diagram Kemampuan Melihat kembali di kelas Eksperimen

2. Hasil tes kemampuan pemecahan Masalah matematis di kelas kontrol Hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IX Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas kontrol MTsN 6 Batola

Kelas VII

Hasil Tes Akhir Siswa Berdasarkan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

A B C D Soal 1 72 43 42 42 Soal 2 72 31 23 10 Soal 3 67 34 27 18 Soal 4 60 45 44 23 Jumlah 271 153 136 93 Rata-rata 90,33 76,5 45,33 26 kategori Sangat baik Sangat baik Cukup Kurang Keterangan:

A : Kemampuan Memahami Masalah B : Kemampuan Membuat Rencana C : Kemampuan Melaksanakan Rencana D : Kemampuan Melihat Kembali

Berdasarkan tabel IX dapat disimpulkan bahwa dari 4 soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah, pada indikator 1 siswa memperoleh rata-rata 90,33, artinya kemampuan memahami masalah pada kategori sangat baik, sedangkan pada indikator 2 siswa hanya memperoleh rata-rata 76,5, artinya kemampuan membuat rencana hanya pada kategori baik. Indikator ke-3 dan ke-4 berturut-turut siswa hanya memperoleh rata-rata 45,33 dan 26 artinya kemampuan melaksanakan rencana dan melihat kembali pada kategori kurang baik. Berikut datanya:

a) Kemampuan Memahami Masalah

Gambar V Diagram Kemampuan Memahami masalah di Kelas Kontrol 4 5 5 1 3 1 8 8 14 10 5 12 3 14 7 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Tidak ada jawaban sama sekali

Melaksanakan rencana dengan menuliskan jawaban tetapi jawaban salah atau hanya sebagian kecil jawaban benar

Melaksanakan rencana dengan menuliskan jawaban setengah atau sebagian besar jawaban benar

Melaksanakan rencana dengan menuliskan jawaban dengan lengkap dan benar

2 17 15 9 4 6 2 9 19 2 8 7 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Tidak ada menuliskan kesimpulan Menafsirkan hasil yang diperoleh dengan membuat kesimpulan tetapi kurang tepat Menafsirkan hasil yang diperoleh dengan membuat kesimpulan secara tepat

1 1 1 2 7 1 1 1 1 23 23 21 17 0 0,5 1

Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4

Tidak menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan

Menyebutkan apa yang diketahui tanpa

menyebutkan apa yang ditanyakan atau sebaliknya Menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan tapi kurang tepat

Menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan secara tepat

(7)

b) Kemampuan Membuat Rencana

Gambar VI Kemampuan Membuat Rencana di kelas Kontrol

c) Kemampuan melaksanakan rencana

Gambar VII Diagram Kemampuan Melaksanakan Rencana di Kelas Kontrol

d) Kemampuan Melihat Kembali

Gambar VIII Diagram Kemampuan Melihat Kembali Kelas Kontrol

D. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Rangkuman hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dari tes akhir yang diberikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel X Deskripsi Hasil Tes Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa Kelas VII MTsN 6 Batola

Kelas VII Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Nilai Tertinggi 98 93 Nilai Terendah 40 30

Rata-rata 76 61,2 Standar Devisi 13,957 17,095

Varians 194,792 292,250 Sumber : Data diolah, 2020.

Berdasarkan tabel X diketahui bahwa nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan perbedaan rata-rata dengan selisih 14,8. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dengan uji beda menggunakan taraf signifikan 5%, selanjutnya data diproses dengan menggunakan bantuan SPSS dengan tahapan sebagai berikut: 3 9 5 2 1 1 6 1 21 15 14 22 0% 20% 40% 60% 80% 100%

Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4

Tidak merencanakan penyelesaian masalah sama sekali

Merencanakan penyelesaian dengan membuat strategi penyelesaian berdasarkan rumus yang sesuai Merencanakan penyelesaian dengan membuat strategi penyelesaian berdasarkan rumus yang tidak sesuai 8 13 13 5 45 3 3 3 7 3 10 8 2 6 7 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4

Tidak ada jawaban sama sekali

Melaksanakan rencana dengan menuliskan jawaban tetapi jawaban salah atau hanya sebagian kecil jawaban benar

Melaksanakan rencana dengan menuliskan jawaban setengah atau sebagian besar jawaban benar Melaksanakan rencana dengan menuliskan jawaban dengan lengkap dan benar

10 24 21 13 4 2 6 11 1 2 6 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4

Tidak ada menuliskan kesimpulan Menafsirkan hasil yang diperoleh dengan membuat kesimpulan tetapi kurang tepat Menafsirkan hasil yang diperoleh dengan membuat kesimpulan secara tepat

(8)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi data dari sampel yang diteliti dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov

Test.

Tabel XI Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII MTsN 6 Batola

Kelas Angka Sign Kesimpulan Eksperimen 0,200 Berdistribusi normal Kontrol 0,200 Berdistribusi normal

Berdasarkan tabel XI angka signifikansi kelas eksperimen dan kontrol 0,200 > 0,05, artinya kedua data tersebut berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kontrol homogen atau tidak.

Tabel XII Uji Homogenitas Kemampuan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII MTsN 6 Batola

Kelas df1 df2 Sign. Kesimpulan Eksperimen

1 48 0,251 Homogen Kontrol

Sumber : Data diolah, 2020.

Berdasarkan tabel XII diketahui bahwa pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05 didapatkan 0,251 > 0,05, artinya kedua data tersebut homogen.

3. Uji T

Oleh karena, data berdistribusi normal dan homogen dapat dilakukan uji t untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan atau tidak.

Tabel XIII Uji t Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII MTsN 6 Batola

Kelas N Sig Sign. (𝛼) Kesimpulan Eksperimen 25

0,002 0,05 H0 ditolak

Kontrol 25

Berdasarkan hasil output SPSS menggunakan

Independent Samples T Test, diketahui nilai Sig.

(2-tailed) adalah 0,002 < 0,05 berarti H0 ditolak.

Dapat disimpulkan antara kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan menggunakan kombinasi model pembelajaran PBL dan CTL dengan pembelajaran konvensional terdapat perbedaan.

Berdasarkan hasil analisis dari data hasil Post

test kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa pada kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan kombinasi model pembelajaran PBL dan CTL dan kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran konvensional menunjukkan

perbedaan rata-ratanya. Secara terurut rata-rata

Post test kelas eksperimen dan kelas kontrol

adalah 76 pada kualifikasi baik dan 61,2 pada kualifikasi cukup. Penelitian ini mendukung hasil penelitian lain bahwa kombinasi model pembelajaran PBL dan CTL dapat memberikan dampak yang baik dalam pembelajaran matematika. Sebut saja pada penelitian Ari Wijayanti dan Taat Wulandari dalam jurnalnya “Efektivitas Model CTL dan Model PBL Terhadap Hasil Belajar IPS,” menunjukkan bahwa kedua model ini sama-sama efektif dalam pembelajaran matematika. Sejalan dengan penelitian Asria Hirda Yanti, dalam jurnalnya yang berjudul “Penerapan

Model PBL Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa sekolah menengah Pertama Lubukliggau,” bahwa PBL meningkatkan kemampuan pemecahan masalah sebesar 58% dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Begitu halnya dengan penelitian Marina dan Indah suciati dalam jurnalnya “Pengaruh Pendekatan Kontekstul Terhadap Prestasi Belajar Matematika Aritmetika Sosial Siswa Kelas VII SMPN 3 Kota Palu,” bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, peneliti mengkombinsikan kedua model antara PBL dan CTL yang sama-sama efektif.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII MTsN 6 Batola pada materi Aritmetika sosial di kelas yang menggunakan kombinasi model pembelajaran PBL dan CTL memperoleh rata-rata 76 berada pada kualifikasi baik dan di kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional memperoleh rata-rata 61,2 pada kualifikasi cukup. Kualifikasi untuk setiap indikatornya yaitu kemampuan memahami masalah dan membuat rencana sangat baik, kemampuan melaksanakan rencana cukup, dan kemampuan melihat kembali kurang. Sedangkan pada pembelajaran konvensional berturut-turut diperoleh kualifikasi sangat baik, baik, kurang baik, dan kurang baik.

DAFTAR PUSTAKA

A.A, Selly Diah Matematika Untuk SMP/MTs Kelas VII Semester 2, Ponorogo: CV. Putra Kertonatan, 2013.

Agustin, Risa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Serbajaya, 2017.

(9)

Ariani, Suci, dkk, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Strategi Abduktif-Deduktif di SMAN 1 Insralaya Utara, Jurnal Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Sriwijaya, Vol. 3, No. 1, 2017.

Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Cahyani, Hesti dan Setyawati, Ririn Wahyu, Pentingnya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui PBL untuk Mempersiapkan Generasi Unggul Menghadapi MEA, Seminar Nasional Matematika X Universitas Negeri Semarang, 2016.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Naional, Jakarta : 2010.

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2014. dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013.

Fitria, Rahmi, Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Materi Aritmetika Sosial Kelas VII SMP Dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 4, 2018. Hamzah, Ali Evaluasi Pembelajaran Matematika,

Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Hartono,Yusuf, Matematika Strategi Pemecahan Masalah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014. Isrok’atun dan Amelia Rosmala, Model-model

Pembelajarn Matematika, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2018.

Jacobs, Jennifer dan Hilda Borko, “The Problem Solving Cycle A Model of Mathematics Profesional Develoment, “ dalam jurnal NCSM Journal spring 2007, januari, 2007. Karso, H. Modul Aritmetika Sosial dan

Pebandingan Pembelajaran Matematika SMP.

Kartasasmita, Bana G. dan Prof. Dr. Wahyudin, Modul Matematika Pada Awal Peradaban Manusia.

Kasmadi dan Nia Siti Sunariah, Panduan Modern Penelitian Kuantitatif, Bandung: Cv Alfabet, 2013.

Kemendikbud, Matematika Untuk SMP/MTs Kelas VII, Jakarta: 2016.

Kusaeri, M.Pd, Histogriografi Matematika Rujukan Paling Otoritatif tentang Sejarah Perkembangan Matematika, Yogyakarta: Tajuk Entri Utama, 2017.

Lessani, Abdolreza, Aida Suraya Md.Yunus, dkk, “Comparison Of New Mathematics With Traditional Method,” dalam International Journal Of Social Sciences, vol.3, No.13 Oktober, 2017.

Lestari, Karunia Eka dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika, Bandung: Refika Aditama, 2017.

Liana, Eva, Pengembangan Strategi Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan MasalahPecahan Pada Siswa yang Mengalami Problema Belajar Mengajar, Tesis Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2013. Mahdiyah, Statistik Pendidikan, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2014.

Martono, Nanang, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.. Maryadi, Lutfi, Rumus-rumus Matematika SMP

Kelas VII, VIII, dan IX, Jakarta: Palito Media, 2018.

Masyhuri dan M. Zainudin, Metedologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Bandung: PT Refika Aditama, 2011.

Mawaddah, Siti, Hana Asiah, “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) di SMP,” Jurnal Pendidikan Matematika FTKIP Universitas Lambung Mangkurat, Vol. 3 No. 2 Oktober 2015.

Mudyahardjo, Radja, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009. Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah,

Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.

Roebyanto,Goenawan dan Sri Harmini, Pemecahan Masalah Matematika, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017.

Sacchudin, Ahmad Izzan, Hadis Pendidikan Konsep Pendidikan Berdasarkan Hadis, Bandung: Humaniora, 2019.

Saifuddin, Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010.

Shadiq, Fajar, Pembelajaran Matematika, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014.

Syahruddin, Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dalam Hubungannya dengan Pemahaman Konsep Ditinjau dari

(10)

Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 4 Binamu Kabupaten Jeneponto, Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, 2016.

Uhbiyati, A.A, Ilmu Pendidikan, Semarang: Rineka Cipta, 2001.

Wijaya, Ariyadi, Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari, Taktik

Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.

Gambar

Tabel  II  Interval  Kelas  Kemampuan          Pemecahan  Masalah Matem- atematis Siswa
Tabel VIII Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah  Matematis Siswa Kelas  Eksperimen MTsN 6  Batola
Gambar IV  Diagram  Kemampuan  Melihat  kembali  di  kelas Eksperimen
Tabel X   Deskripsi Hasil Tes Kemampuan pemecahan  masalah  matematis  siswa  Kelas  VII  MTsN  6  Batola

Referensi

Dokumen terkait

KARYA YEPPA INDAH INDAH PURWODADI, PANAM, PEKANBARU POS.. 85 RIO FAUZI

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam varian (ANOVA) menunjukan bahwa pada permen jelly dengan perlakuan konsentrasi rumput laut menunjukan adanya pengaruh yang nyata

[r]

Hal yang juga menarik dari temuan peneli- tian ini adalah bahwa ternyata para siswa tersebut memiliki pemikiran yang dapat dijadikan oleh guru sebagai dasar untuk

Klasifikasi senyawa organik pada umumnya didasarkan atas ikatan kovalen yang terdapat diantara atom karbon, keistimewaan dalam struktur molekul dan radikal atau gugus fungsi

1. Bagaimana desain pendidikan karakter di MTs. Roudlotul Mubtadiin Balekambang Kec. Bagaimana pelaksanaan manajemen pendidikan karakter di MTs. Roudlotul Mubtadiin

w imr Kecepatan angin induksi arah vertikal pada rotor utama m/s. w hf Kecepatan angin relatif arah vertikal, lokal di sirip horisontal

The purpose of this research is to know the factors that influence the number of children that is wife age, family income and the value of the child through the