• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BARANG KONSUMSI DI INDONESIA ADLIN IMAM 02636/2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BARANG KONSUMSI DI INDONESIA ADLIN IMAM 02636/2008"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ADLIN IMAM 02636/2008

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG WISUDA PERIODE 96 MARET 2013

(2)
(3)

FACTORS THAT AFFECT THE IMPORT OF CONSUMER GOODS IN INDONESIA ADLIN IMAM

Jurnal Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang

Email: Adlin_Imam@ymail.com

Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BARANG KONSUMSI DI INDONESIA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) Pengaruh pengeluaran konsumsi terhadap impor barang konsumsi di Indonesia. (2) Pengaruh tingkat kurs terhadap impor barang konsumsi di Indonesia. (3) Pengaruh pendapatan nasional Indonesia (PDB) terhadap impor barang konsumsi di Indonesia. (4) Pengaruh secara bersama-sama pengeluaran konsumsi, tingkat kurs, dan pendapatan nasional Indonesia terhadap impor barang konsumsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode OLS (ordinary least square) dari tahun 2003 kuartal 1- 2010 kuartal 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Secara parsial pengeluaran konsumsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor barang konsumsi di Indonesia (2) Secara parsial tingkat kurs Rp/US$ berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap impor barang konsumsi di (3) Secara parsial pendapatan nasional Indonesia berpengaruh positif terhadap impor barang konsumsi di Indonesia (4) Secara bersama-sama pengeluaran konsumsi, tingkat kurs dan pendapatan nasional Indonesia berpengaruh secara signifikan terhadap impor barang konsumsi di Indonesia secara bersama-sama sebesar 93,68 %. Dari hasil penelitian ini, maka disarankan kepada pemerintah untuk lebih promosikan hasil produk dalam negeri guna menumbuhkan kecintaan akan produk dalam negeri.Pemeitah lebih membantu dalam hal persaingan dengan produk luar negeri baik dalam perizinan pendirian usaha anak negeri maupun promosi didalam maupun di luar negeri. Masyarakat lebih mencintai dan bangga akan hasil dalam negeri selain kualitas yang baik juga dapat membantu dalam menambah lapangan pekerjaan baru.

Kata kunci: Pengeluaran Konsumsi, Kurs Rp/US$ dan Pendapatan Nasional Indonesia (PDB) ABSRTACT

The purpose of this study was to analyze (1) Effect of consumption expenditure on imports of consumer goods in Indonesia. (2) Effect of exchange rate on imports of consumer goods in Indonesia. (3) Effect of Indonesia's national income (GDP) on imports of consumer goods in Indonesia. (4) Effect jointly consumption expenditure, exchange rate, and Indonesia's national income on consumer goods imports in Indonesia.This study uses OLS (ordinary least squares) from the 2003 quarter 1-2010 fourth quarter. The results showed that (1) In partial consumption expenditure has positive and significant impact on imports of consumer goods in Indonesia (2) In partial exchange rate of Rp / U.S. $ has positive and significant effect on imports of consumer goods (3) national income Partially Indonesia positive effect on imports of consumer goods in Indonesia (4) together consumption expenditure, exchange rate and national income Indonesia significantly affect the import of consumer goods in Indonesia jointly by 93.68%. From these results, it is recommended to the government to further promote its products in the country in order to foster a love for the product in negeri.Pemeitah more help in terms of competition with foreign products in both domestic licensing business establishment and promotion of children within and outside the country. People are more loving and proud of the country other than good quality can also help in adding new jobs.

Keywords: Consumption Expenditure, Exchange rate USD / U.S. $ and the Indonesian National Income (GDP)

(4)

I. PENDAHULUAN

Kenapa suatu negara perlu melakukan perdagangan internasional melalui (Ekspor-Impor). Suatu negara perlu melakukan perdagangan internasional disebabkan kelebihan jumlah produksi dalam negerinya atau kekurangan jumlah produksi dalam negerinya. Sebagai contoh: Ada dua negara, yaitu negara A dan negara B dan masing-masing memproduksi tekstil. Tetapi harga lebih murah di negara A disebabkan kelebihan faktor produksi sehingga negara A melakukan ekspor. Tetapi negara B yang harga tekstilnya lebih tinggi dari negara A dan faktor produksinya masih rendah harus melakukan impor guna mencukupi kebutuhan dalam negerinya. Maka yang harus dilakukan negara A adalah dengan melalukan ekspor produk komparatifnya atau spesialisasi barang tekstil terhadap negara B guna mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Indonesia merupakan negara sedang berkembang dengan jumlah penduduk sekitar 237.641 juta (tahun 2010) dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% pertahun (tahun 2010), memiliki tantangan yang cukup besar dalam menghasilkan barang-jasa dan kenikmatan yang diperoleh oleh setiap penduduk. Dengan tingkat konsumsi masyarakat yang semakin lama semakin meningkat yang dipicu oleh bertambahnya jumlah penduduk cenderung mendorong Indonesia untuk melakukan perdagangan internasional dengan melakukan ekspor maupun impor.

Melihat adanya permasalahan yang terjadi pada penyediaan konsumsi di Indonesia, sehingga dilakukannya kegiatan impor barang konsumsi dapat dilihat pertumbuhan impor barang konsumsi dari tahun 2003 kuartal 1 sampai 2010 kuartal 4 dimana rata-rata pertumbuhan nilai impor barang konsumsi adalah sebesar 5,94% per tahunnya hal ini dikarenakan tingginya tingkat pengeluaran konsumsi dalam negeri sehingga menyebabkan nilai impor barang konsumsi cenderung meningkat.

Impor barang konsumsi dipengaruhi pengeluaran konsumsi seseorang hal ini disebabkan semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin besar rasio pengeluaran yang akan dibelanjakan begitupun sebaliknya bila

pemerintah tidak dapat memenuhi konsumsi dalam negeri maka hal yang harus dilakukan adalah dengan cara mengimpor barang konsumsi dari luar negeri guna memenuhi kebutuhan dalam negeri namun bila sebagian besar kebutuhan konsumsi dalam negeri dipenuhi oleh luar negeri maka akan mengakibatkan defisit neraca perdagangan dalam negeri.

Dalam melakukan perdagangan internasional antara satu negara dengan negara lainnya maka diperlukan satu mata uang yang dapat diterima secara universal sehingga tidak mengakibatkan ketimpangan dalam melakukan pembayaran dalam hal ini nilai mata uang yang dapat diterima secara universal adalah nilai mata uang Amerika Serikat US$. Indonesia dalam melaksanakan perdagangan internasional harus memperhatikan nilai tukar rupiah terhadap mata uang Amerika Serikat sehingga tidak menyebabkan defisit anggaran yang besar dalam melakokan impor barang konsumsi dari luar negeri kedalam negeri semakin tinggi nilai mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri maka akan mengakibatkan jatuhnya nilai mata uang dalam negeri (terdepresiasi) terhadap mata uang asing begitupun sebaliknya bila nilai mata uang asing mengalami penurunan terhadap mata uang dalam negeri (apresiasi) akan mengakibtkan naiknya mata uang dalam negeri.

Dalam perekonomian suatu negara hal utama yang menjadi tulang punggu perekonomian adalah tingkat pendapatan nasional atau PDB semakin besar pendapatan nasional suatu negara maka semakin besar pula kemampuan negara tersebut dalam melakukan perdagangan internasional. Pendapatan nasioanal Indonesia dari tahun ketahunnya mengalami peningkatan hal ini disebabkan oleh keberhasilan pemerintah Indonesia dalam mengelola perekonomiannya dan tidak lagi melakukan hutang terhadap IMF dan Bank Dunia pasca terjadinya reformasi pemerintahan dan krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia dimana pada masa itu perekonomian lebih banyak ditunjang oleh hutang luar negeri sehingga menyebabkan terjadinya krisis ekonomi yang berdampak cukup nyata bagi roda pemerintahan pada masa itu.

Keberhasilan lain yang mengakibatkan meningkatnya pendapatan nasional Indonesia

(5)

adalah dari sektor usaha kecil menengah dimana sektor tersebut sebagai penyelamat perekonomian dan sangat berperan dalam membantu mennghidupkan kembali perekonomian Indonesia.

Tidak bisa dipungkiri bahwa barang konsumsi adalah mutlak bagi manusia dalam keberlangsungan hidupnya dan juga tidak bisa dipungkiri bahwa barang konsumsi yang ada di Indonesia juga terbatas, dikarenakan banyaknya jumlah penduduk dan tingginya permintaan akan konsumsi dalam negeri sehingga mendorong pemangku kebijakan mendorong dilakukannya impor guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Dikarenakan hal tersebut impor barang konsumsi di Indonesia dari tahun ketahunnya terus meningkat walaupun terdapat penurunan jumlah maupun nilai tetapi penurunan tersebut tidak berlangsung lama karena tingkat kebutuhan akan barang konsumsi dalam negeri terus meningkat setiap tahun maupun kuartalannya. Penelitian ini akan melihat pengaruh pengeluaran konsumsi dalam negeri, tingkat kurs Rp/US$, pendapatan nasional Indonesia (PDB) dan secara bersama-sama terhadap impor barang konsumsi di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengeluaran konsumsi, tingkat kurs Rp/US$, pendapatan nasional (PDB) Indonesia secara bersama-sama terhadap impor barang konsumsi di Indonesia.

II. TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Impor

Negara yang menganut sistem perekonomian terbuka akan senantiasa berintegrasi dengan negara-negara lain dalam transaksi perdagangan internasional. Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan, yaitu dapat membeli barang dengan harga yang lebih rendah dan dapat menjual barang ke luar negeri dengan harga yang relatif lebih tinggi. Menurut Adam Smith (Mankiw,2003:424) bahwa kedua negara akan memperoleh keuntungan dengan melakukan spesialisasi atau keunggulan dalam memproduksi suatu barang dan jasa dan kemudian melakukan perdagangang baik domestik maupun luar negeri dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Teori tersebut dikenal dengan teori absolute

advantage oleh Adam Smith. Berdasarkan teori

comparative advantage yang dikemukakan oleh

James Stuart Mill. Dalam perekonomian terbuka sebagian output dijual untuk dalam negeri dan sebagian diekspor ke luar negeri. Pengeluaran atas output pada perekonomian terbuka Y dibagi menjadi atas empat komponen,yaitu:

Y=Cd+Id+Gd+EX………(1) Semua pengeluaran domestik atas barang dan jasa adalah jumlah pengeluaran domestik untuk barang dan jasa serta barang dan jasa mancanegara, sehingga:

C = Cd + Cf ... ... (2) I = Id + If ... ... ... (3) G = Gd + Gf. ... ... (4) Dimana :

C = Konsumsi barang dan jasa

Cd = konsumsi barang dan jasa domestik Cf = Konsumsi barang dan jasa luar negeri I = Investasi barang dan jasa

Id = Investasi barang dan jasa domestik If = Investasi barang dan jasa luar negeri G = Pembelian pemerintah atas barang dan jasa

Gd = Pembelian pemerintah atas barang dan jasa domestik

Gf = Pembelian pemerintah atas barang dan jasa luar negeri

Dengan mensubstitusikan tiga persamaan ini kedalam identitas di atas maka:

Y = (C – Cf) + (I – If) + (G –Gf) + EX... (5) Diubah menjadi :

Y = Cd + Id + Gd + EX – ( Cf + If +Gf)... (6)

Jumlah pengeluaran domestik atas barang dan jasa (Cf + If + Gf) adalah pengeluaran untuk impor (IM), sehingga :

Y = C + I + G + EX- C- I- G...(7)

Karena pengeluaran domestik atas barang dan jasa yang diimpor dari luar negeri bukanlah bagian dari output suatu negara, maka persamaan ini harus dikurangi dengan pengeluaran untuk impor (NX = EX- IM), maka:

Y = C + I + G + NX... (8) Dimana : Y = Pendapatan nasional C = Konsumsi I = Investasi G = Pengeluaran pemerintah NX = Ekspor netto

(6)

Identitas perhitungan pendapatan nasional menunjukkan hubungan antara output domestik, pengeluaran domesti dan ekspor netto.

NX = Y – (C + I + G)... (9) Jika output melebihi pengeluaran domestik, maka kegiatan ekspor dilakukan dan ekspor netto positif. Sebaliknya, jika output lebih kecil dari pengeluaran domestik maka kegiatan impor dilakukan, sehingga ekspor netto negatif. Ekspor netto adalah neraca perdagangan (Trade

balance), karena menunjukkan bagaimana

hubungan perdagangan barang dan jasa atas tolok ukur kesamaan ekspor dan impor. Adanya kelebihan produksi dalam negeri, negara dapat mengekspornya ke luar negeri, sehingga dapat melakukan spesialisasi suatu barang. Kegiatan impor barang dari luar negeri dilakukan apabila jumlah produksi dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri dan juga disebabkan oleh tingginya biaya produksi yang dihsilkan jauh lebih besar dari pada dengan mengimpor.

Untuk menghitung impor pemerintah harus menghitung jumlah stock yang tersedia dan jumlah konsumsi nasional. Adapun cara menghitungnya adalah sebagai berikut ;

St = St-1 + Qt + It – Ct... (10)

Ct = St-1 + Qt +It – St... (11)

Dimana :

St = Stock tahun tertentu St-1 = Stock tahun lalu

Qt = Jumlah produksi barang sekarang It = Jumlah Impor tahun tertentu Ct = Jumlah konsumsi tahun tertentu

Dengan formula di atas pemerintah dapat mengukur berapa jumlah impor yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan komoditi nasional, sehingga kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.

Menurut Sukirno (2002:344) bahwa : Ahli ekonomi klasik, terutama David Ricardo, “Mengemukakan bahwa pandangan mengenai pentingnya peranan perdagangan luar negeri dalam perekonomian. Teori Ricardo mengenai keuntungan yang dapat diperoleh dari melakukan spesialisasi dan perdagangan luar negeri menjadi landasan dan teori perdagangan luar negeri dan perdagangan internasional yang wujud sekarang ini”

Perdagangan luar negeri dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya yaitu keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara.

Sukirno (2002:344) mengemukakan empat faktor terpenting mengapa suatu negara perlu melakukan perdagangan yaitu:

a. Memperoleh barang yang tidak dapat dihasilkan didalam negeri b. Mengimpor teknologi yang lebih

modern dari negara lain

c. Memperluas pasar produk-produk dalam negeri

d. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi

Dengan adanya perdagangan luar negeri maka suatu negaradapat meningkatkan kemampuan perekonomian agar tercapai surplus neraca pembayaran dan neraca perdagangan. Sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut oleh sebab itu, kegiatan perdagangan luar negeri juga merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan perekonomian suatu negara

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor

Kegiatan impor merupakan kegiatan konsumsi masyarakat terhadap barang dari luar negeri. Seperti halnya konsumsi, impor juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pendapatan nasional. Teori konsumsi menjelaskan bahwa pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga dalam perekonomian tergantung pada pendapatan yang diterimanya, semakin besar pendapatan mereka semakin besar pula pengeluaran konsumsinya (Sukirno, 2002:81).

Krugman, Paul R (2000:124) menjelaskan ada beberapa faktor-faktor yang mendorong dilakukannya impor antara lain:

a. Keterbatasan kualitas sumber daya manusia dan teknologi yang dimiliki untuk mengolah sumber daya alam yang tersedia agar tercapai efektifitas dan efisiensi yang optimal dalam kegiatan produksi dalam negeri.

b. Adanya barang-jasa yang belum atau tidak dapat diproduksi di dalam negeri.

(7)

c. Adanya jumlah atau kuantitas barang di dalam negeri yang belum mencukupi.

Selain beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya impor barang dan jasa, impor juga dapat dibedakan dari jenisnya yaitu : impor migas , non migas, dan impor barang konsumsi. Berdasarkan teori tersebut maka jika dilihat kedalam konsep perdagangan international, konsumsi yang dimaksud adalah konsumsi terhadap barang impor. Jadi kegiatan mengimpor dipengaruhi oleh besarnya pendapatan atau jika dilihat dalam skala nasional maka dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi impor juga dapat dijelaskan oleh Froyen (2003:341). Dalam model IS-LM yang merupakan bagian ekonomi terbuka dari model IS-LM. Dalam ekonomi tertutup, model terdiri dari dua persamaan, yaitu :

M = L (Y,r)... (12) S (Y) + T = I (r) ………..(13) Persamaan (12) merupakan keseimbangan pada pasar uang (kurva LM), dan persamaan (13) merupakan keseimbangan pada pasar barang (kurva IS).

Secara serentak model tersebut menentukan kurs nominal (r) dan tingkat pendapatan riil (Y), dimana tingkat harga secara agregat adalah konstan. Dalam ekonomi terbuka, kurva LM tidak akan berubah. Persamaan (12) tentang penawaran uang riil, dimana yang diasumsikan akan dikontrol oleh pembuat kebijakan domestik, dalam dalam keseimbangan harus sama dengan permintaan uang riil. Ini adalah penawaran uang nominal yang dikontrol oleh pembuat kebijakan, tetapi dengan asumsi tingkat harga tetap, perubahan pada suplai uang nominal juga merupakan perubahan pada penawaran uang riil.

Persamaan IS (13) diturunkan dari keadaan keseimbangan pada pasar barang untuk ekonomi tertutup :

C + S + T = C + I + G ... (14) Dimana, saat C dikuarangi pada kedua sisi, maka: S + I = I + G ... (15)

Jika ditambah dengan impor (Z) dan ekspor (X) kedalam model persamaan (3), maka: C + S + T = Y = C + I + G + X – Z... (16)

Dimana (X-Z), net ekspor, merupakan kontribusi sector luar negeri terhadap permintaan agregat. Jika impor dipindahkan kesisi kiri dan menunjukkan variabel yang mempengaruhi setiapa elemen, persamaan IS pada ekonomi terbuka dapat ditulis sebagai berikut :

S (Y) + Z (Y, ) = I (r) + G + X (Yt,π) ...

(17) Tabungan dan investasi sama dengan yang ada dalam model ekonomi tertutup. Impor berhubungan positif dengan pendapatan. Permintaan impor juga berhubungan negative dengan kurs (π). Kurs didefinisikan sebagai harga mata uang asing. Kenaikan kurs akan membuat barang luar negeri lebih mahal dan menyebabkan penurunan impor.

Impor merupakan Ekspor negara lain dan oleh karena itu berhubungan negative terhadap kurs. Peningkatan pada kurs luar negeri akan membuat barang luar negeri menjadi lebih murah.

Mankiw (2000:316) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi impor, begitu pula dengan ekspor, yaitu:

a. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri

b. Harga barang-barang di dalam negeri

c. Besarnya nilai tukar yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing

d. Ongkos angkut barang antar negara

e. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.

Impor berhubungan positif dengan pendapatan nasional dan permintaan impor juga berhubungan negatif dengan kurs (π). Kurs didefinisikan sebagai mata uang asing. Kenaikan kurs akan membuat barang luar negeri lebih mahal dan menyebabkan penurunan impor. Ekspor merupakan impor negara lain dan oleh karena itu berhubungan positif terhadap pendapatan negara asing dan kurs. Peningkatan pada kurs luar negeri akan membuat barang luar negeri menjadi lebih murah. Sukirno (2000:111) juga menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi impor yaitu:

(8)

“Impor suatu negara juga di tentukan oleh beberapa faktor yang menentukan ekspor, yaitu daya saing negara lain dinegara tersebut, proteksi perdagangan yang dilakukan negara tersebut dan kurs valuta asingnya. Namun, penentu impor yang utama adalah pendapatan masyarakat, bila pendapatan meningkat maka semakin banyak impor yang akan mereka lakukan”.

Artinya bahwa pendapatan masyarakat memberikan efek yang positif terhadap impor, dimana tingginya pendapatan mendorong masyarakat untuk lebih banyak mengkonsumsi barang-barang buatan luar negeri atau barang impor.

Kajian Penelitian Terdahulu

Rustam Efendi (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 8, No. 3, Desember 2009 : 247 – 257) dengan judul “Faktor-Faktor Penentu Impor Minyak Bumi di Indonesia”. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa Impor Minyak Bumi di Indonesia di Pengaruhi oleh Jumlah produksi dalam negeri, tingkat konsumsi minyak bumi, harga, dan kurs berpengaruh signifikan terhadap impor minyak bumi di Indonesia.

Syarifuddin A. Bakar (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 9, No. 1 April 2010 :71–78) dengan judul “Analisis Kausalitas antara Ekspor dan Impor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa peran ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia berpengaruh signifikan yang dikarenakan volume ekspor perdagangan Indonesia dari tahun ketahunnya mengalami peningkatan dikarenakan barang ekspor Indonesia memiliki daya saing yang tinggi dipasar Internasional.

Karimun Rasyid Harahap (2007:43) yang meneliti tentang “analisis faktor- faktor yang mempengaruhi impor kedelai di Indonesia” dalam penelitian ini disimpulkan bahwa impor kedelai yang di lakukan Indonesia sejak tahun 1981- 2005 mengalami peningkatan setiap tahunnya dikarenakan tingginya tingkat konsumsi dalam negeri sehingga pemerintah

melakukan impor kedelai dari luar negeri guna mencukupi kebutuhan dalam negeri.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penalitian deskriptif asosiatif. Data yang dipakai dalan penelitian ini adalah data Time series yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat dan Bank Indonesia (BI). Data tersebut merupakan data gabungan (time series dan cross section) yaitu data yang dikumpulkan dari tahun ke tahun Sedangkan waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2012 sampai selesai. Sedangkan analisis induktif menggunakan analisis persamaan regresi linear berganda (OLS).

Sebelum melakukan analisis regresi dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari: Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, Uji Heterokedastisitas dan Uji Normalitas.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh langsung dari instansi pemerintahan Kantor Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat .

IV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode OLS (Ordinary Least Square) dengan data Time series dari tahun 2003 sampai 2010. Berdasarkan hasil olahan dengan metode OLS dengan bantuan Eviews 6 maka sebelum melakukan uji analis regresi, terlebih dahulu peneliti melakukan uji Asumsi klasik. Hasil uji Asumsi klasik pada penelitian ini adalah:

Uji multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji VIF. Data dikatakan tidak tidak terjadi multikolinearitas apabila VIF ≤ 5, dan data dikatakan terjadi multikolinearitas apabila nilai VIF > 5. Adanya multikolinearitas menyebabkan adanya ketidakpastian estimasi. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi multikolinearitas antara variabel bebas karena VIF kecil dari 5.

Berdasarkan Tabel di atas didapatkan nilai DW sebesar 1.66 Sedangkan dari Tabel DW dengan tingkat signifikan 0,05 didapatkan nilai dl = 1,24, du = 1,65, 4-du = 2,35. Nilai DW berada pada daerah antara du dan 4-du, maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

(9)

Uji heterokedastisitas pada penelitian ini dengan menggunakan uji Park. Dari Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa, nilai probabilitas dari semua variabel independent > = 1%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model tidak mengandung masalah heterokedastisitas.

Selanjutnya, dapat dilihat model regresi pada penelitian ini sebagai berikut:

Log = Log α + 1LogX + 2 Log X +β3Log X

Log ̂t = -22.70905 + 2.741724 X +

0.246160X + 1.008778 X

Tebel 2. Hasil Estimasi Regresi N

o

Variabel Koefisien Nilai t hit Prob. 1 Constanta -22.70905 -7.601194 0,0000 2 LOG (X1) 2.741724 5.789479 0,0000 3 LOG (X2) 0.246160 0.685697 0,4985 3 LOG (X3) 1.008778 2.670086 0.0125 R-Square = 0.936844 F statistic = 138.4486 Prob.F.Statistik= .0000000

Sumber data diolah 2013 n:32

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa besarnya koefisien elastisitas variable pengeluaran konsumsi (X1) adalah 2,741724 hal

ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif antara pengeluaran konsumsi terhadap impor barang konsumsi di Indonesia. Apabila pengeluaran konsumsi meningkat satu persen maka impor barang konsumsi akan meningkat sebesar 2,741724 persen. Hal ini berarti, semakin tinggi pengeluaran konsumsi maka akan meningkatkan impor barang konsumsi di Indonesia dengan asumsi cateris paribus.

Selanjutnya pengaruh kurs Rp/US$ (X2)

adalah 0,246160 hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif antara kurs terhadap impor barang konsumsi di Indonesia. Apabila kurs meningkat satu persen maka impor barang konsumsi akan meningkat sebesar 0,246160 persen. Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat kurs maka akan meningkatkan impor barang konsumsi di Indonesia dengan asumsi cateris

paribus.

Selanjutnya pengaruh pendapatan nasional Indonesia (X3) terhadap impor barang konsumsi di Indonesia (Y) adalah positif dengan koefisien elastisitas sebesar 1,008778. Apabila

pendapatan nasional naik satu persen maka impor barang konsumsi akan mengalami peningkatan sebesar 1,008778 persen Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendapatan nasional Indonesia maka akan meningkatkan impor barang konsumsi di Indonesia dengan asumsi cateris paribus.

Nilai konstanta sebesar -22,70905 hal ini berarti bahwa tanpa dipengaruhi oleh variabel pengeluaran konsumsi, kurs dan pendapatan nasional maka impor barang konsumsi akan mengalami penurunan sebesar -22,70905 persen. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi berguna untuk melihat seberapa besar proporsi sumbangan variabel bebas secara bersama-sama terhadap nilai variabel tidak bebas.

Berdasarkan hasil estimasi seperti disajikan di atas dapat terlihat koefisien determinasi R-squared sebesar 0.936844 Sumbangan pengeluaran konsumsi (X1), kurs

Rp/US$ (X2), dan pendapatan nasional Indonesia

(X3), secara bersama-sama terhadap impor

barang konsumsi di Indonesia (Y) sebesar 93,68 persen. Sisanya sebesar 6,32 persen dipengaruhi oleh faktor lain.

Pengujian Hipotesis

Untuk membuktikan pengaruh masing-masing dari variabel bebas yaitu pengeluaran konsumsi (X1), kurs (X2), kursdan pendapatan

nasional Indonesia (X3) terhadap impor barang

konsumsi di Indonesia (Y), dilakukan pengujian apakah hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini terbukti atau tidak. Dalam pengujian hipotesis ini dengan mempergunakan uji t dan uji f sebagai berikut:

Uji t

Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh secara parsial salah satu variabel bebas tehadap variabel terikat. Uji ini disebut juga dengan uji parsial. Uji t ini dilakukan dengan memmbandingkan antara nilai thitung dengan nilai

ttabel. Apabila dipeoleh hasil nilai thitung > ttabel

maka Ho akan ditolak dan Ha akan diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika thitung < ttabel maka Ho akan diterima dan Ha

(10)

tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Uji F

Hipotesis ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengeluaran konsumsi, kurs , dan pendapatan nasional Indonesia terhadap impor barang konsumsi di Indonesia..

Pengujian hipotesis secara bersama-sama dilakukan dengan menggunakan uji F. Jika Fhitung

lebih besar dari Ftabel maka hipotesis nol harus

ditolak dan hipotesis alternatif harus diterima. Artinya bahwa secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.

Dalam pengujian ini diperoleh nilai Fhitung

(138,45) > Ftabel (2.711). Dengan demikian Fhitung

> Ftabel dan sig < 0.00  = 0.05 maka Ho ditolak

dan Ha diterima sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti diterima dimana secara bersama-sama pengeluaran konsumsi, kurs dan pendapatan nasional Indonesia terhadap impor barang konsumsi di Indonesia.

Pengaruh Pengeluaran Konsumsi Terhadap Impor Barang Konsumsi di Indonesia (Y).

Berdasarkan uji hipotesis ditemukan bahwa variabel pengeluaran konsumsi memilki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap impor barang konsumsi di Indonesia. Pengeluaran konsumsi penting diperhatikan dalam melakukan impor karena jika pengeluaran konsumsi meningkat akan meningkatkan jumlah impor barang konsumsi. Dalam penelitian ini pengeluaran konsumsi sebagai variabel control pada tabel 2 diatas dapat terlihat bahwa pengaruh pengeluaran konsumsi (X1) terhadap impor

barang konsumsi di Indonesia (Y) pada tahun 2003 kuartal 1- 2010 kuartal 4 adalah positif dengan koefisien regresinya adalah 2,741724. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat jumlah pengeluaran konsumsi di Indonesia maka akan meningkatkan impor barang konsumsi di Indonesia dengan asumsi cateris paribus.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Mankiw (2003:52),bahwa tingkat konsumsi tergantung pada disposible income (pendapatan yang bisa dibelanjakan) semakin tinggi tingkat

disposible income samakin besar konsumsi,

sehingga kecenderungan marjinal (MPC) adalah

jumlah perubahan konsumsi ketika pendapatan

disposible meningkat. Dimana antara pendapatan

dengan konsumsi mempunyai hubungan yang positif, artinya apabila pendapatan naik maka konsumsi akan meningkat pula, sebaliknya apabila pendapatan turun maka konsumsi akan menurun pula.

Sebagai bahan perbandingan hasil penelitian sejenis yang dilakukan Rustam Efendi (2009:247-257) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat konsumsi minyak bumi dalam negeri terhadap impor minyak bumi di Indonesia.

Pengaruh kurs (X2) Terhadap Impor Barang

konsumsi di Indonesia (Y).

Nilai tukar mata uang asing atau yang sering disebut dengan nama kurs adalah perbandingan antara suatu mata uang terhadap mata uang asing lainnya. Kurs akan mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah impor barang konsumsi di Indonesia. Karena dalam melakukan perdagangan antar negara, negara sudah menggunakan mata uang yang berbeda maka kurs disini sebagai fasilitator untuk membandingkan nilai suatu mata uang ke mata uang lainnya. Dalam penelitian ini digunakan mata uang Dollar Amerika Serikat (US$) sebagai pembanding mata uang Rupiah (Rp).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa kurs dollar tidak berpengaruh signifikan terhadap impor barang konsumsi di Indonesia. Hal ini berdasarkan hasil uji hipotesis dengan mengunakan uji t dan uji sig, ditemukan sig 0,4985 > α (0,05) yang mengidentifikasikan bahwa impor barang konsumsi di Indonesia tidak ditentukan berdasarkan tinggi atau rendahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar. Hal ini bisa dilihat Pada tabel perkembangan tingkat kurs dari tahun 2003 kuartal 1 sampai 2010 kuartal 4, dapat dilihat perkembangan kurs, pada tahun 2006 kuartal 3 nilai tukar rupiah terhadap dollar berada pada Rp. 9.123 per dollarnya, melihat rendahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang berada pada Rp. 9.123 per satu dollarnya harusnya kebijakan yang diambil oleh pemerintah adalah dengan lebih mengenalkan barang dalam negeri atau membantu masyarakat dengan memberi bantuan modal kepada

(11)

masyarakat untuk berwirausaha dalam mengurangi impor barang konsumsi.

Namun kelihatannya kebijakan tersebut belum semuanya terwujud dengan baik yang dikarenakan masih terkendalanya beberapa kebijakan pemerintah tersebut. Sehingga nilai impor barang konsumsi dengan tahun dan kuartal yang sama mengalami pertumbuhan sebesar 10,75 persen dengan nilai impor sebesar 452,568.7,- juta dollar.

Sebagai bahan perbandingan hasil penelitian sejenis yang dilakukan Rustam Efendi (2009:247-257) yang meneliti tentang Faktor-Faktor Penentu Impor Minyak Bumi di Indonesia. Menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kurs Rp/US$ dalam penelitiannya. Ini bermakna bahwa impor minyak bumi sesungguhnya tidak semata-mata bergantung pada nilai kurs rupiah, melainkan lebih dipengaruhi oleh tingkat konsumsi, fluktuasi harga dan permintaan di pasar dunia.

Pengaruh Pendapatan Nasional Indonesia (X2) Terhadap Impor Barang Konsumsi di

Indonesia (Y).

Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji t ditemukan bahwa variabel pendapatan nasional Indonesia memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap impor barang konsumsi di Indonesia. Hal ini berdasarkan hasil uji hipotesis dengan mengunakan uji t dan uji sig, ditemukan sig 0,0125 < α (0,05), hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan nasional Indonesia akan meningkatkan impor barang konsumsi di Indonesia dengan asumsi cateris paribus.

Hal ini sesuai dengan hasil teori yang dikemukakan oleh oleh Soekirno (2000:28) bahwa produk nasional atau pendapatan nasional adalah nilai barang akhir dan jasa akhir yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun tertentu. Besarnya pendapatan nasional mencerminkan besarnya pengeluaran yang akan dilakukan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat dikarenakan naiknya jumlah pendapatan masyarakat yang siap untuk dibelanjakan. Berdasarkan teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh pendapatan

nasional Indonesia positif terhadap impor karena dengan pendapatan yang tinggi mencerminkan kemampuan suatu negara untuk mengimpor lebih banyak.

V. PENUTUP SIMPULAN

Pada tahap akhir dalam penelitian ini berdasarkan hasil pengujian statistik dan analisis yang telah di bahas pada bab sebelumnya, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

Impor barang konsumsi di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh pengeluaran konsumsi dan berpengaruh positif. Dimana thitng

lebih besar dibandingkan dengan > nilai ttabel =

(3,390 > 2,0484) pada taraf tingkat kepercayaan 95% (prob = 0,0000). Akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini diterima Artinya semakin tinggi pengeluaran konsumsi maka akan meningkatkan impor barang konsumsi di Indonesia.

Impor barang konsumsi di Indonesia tidak dipengaruhi secara signifikan oleh kurs Rp/US$ dan berhubungan positif. Dimana thitung lebih

kecil dibandingkan dengan ttabel = ( 1,139 <

2,0484) pada taraf tingkat kepercayaan 95% (prob = 0.4985). Akibatnya Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini ditolak Artinya naik atau turunnya kurs Rp/US$ tidak mempengaruhi impor barang konsumsi di Indonesia.

Impor barang konsumsi di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh pendapatan nasional Indonesia (PDB) dan berhubungan positif. Dimana thitung lebih besar dibandingkan

dengan ttabel (3,283 >2,0484) pada taraf tingkat

kepercayaan 95% (prob = 0,0125). Akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima sehingga hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini diterima Artinya semakin tinggi pendapatan nasional Indonesia maka akan meningkatkan impor barang konsumsi di Indonesia.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan maka dari itu ada beberapa saran sebagai berikut :

(12)

promosi hasil produk dalam negeri kepada masyarakat guna menumbuhkan kecintaan bangga terhadap hasil produk dalam negeri guna mengurangi tingkat impor barang konsumsi.

Pemerintah diharapkan dapat lebih membantu dalam hal persaingan hasil produk dalam negeri dalam melawan serbuan barang luar negeri apalagi ditambah dengan pasar persaingan terbuka masa kini sehingga pemerintah harus lebih siap membantu perkembangan hasil barang dalam negeri seperti lebih mempermudah pengizinan pendirian hasil usaha anak negeri dan memnatu mempromosikannya didalam event dalam maupun luar negeri guna tetap menjaga persaingan dengan produk luar negeri.

Masyarakat lebih mencintai hasil dalam negeri daripada barang produk luar negeri karena kualitas hasil barang dalam negeri lebih baik daripada produk luar negeri selain kualitas yang baik jika masyarakat membeli barang dalam negeri juga dapat menambah lapangan pekerjaan baru.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Rahman. 14 Maret 2010. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Jakarta. UII Syarif Hidayatullah

Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan edisi keempat. Yogyakarta.STIE YKPN.

Biro Pusat Statistik (BPS), (2000-2010). Sumatera Barat. Statistik Indonesia ---.(2000-2010) Indikator

Ekonomi. Sumatera Barat

Bank Indonesia (BI) Cabang Padang. (1995-2009). Laporan Tahunan Bank Indonesia. Padang

Efendi, Rustam.Desember 2009. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 8, No. 3.

Froyen, Richard T. 2003. Macroeconomic “Theories and Policies. Carahnya prentice-Hall

Gujarati, Damodar N. 1999. Dasar-Dasar Ekonometrika. Erlangga. Jakarta.

____________. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika, Edisi 3 Jilid 1. Jakarta. Erlangga.

Hasan, Iqbal.1999. Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensial). Jakarta.

Bumi Aksara.

Harahap, Rasyid karimun.”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor kedelai di Indonesia”. Medan

Jhingan, L.M. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Krugman, Paul R. dan Maurice. Obstfeld. 2000. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Edisi Kelima. Jilid 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Lindart, Peter H.1999. Ekonomi Internasional, edisi Kesembilan. Jakarta: Bumi Aksara.

Mankiw, N.Gregory.1999.Teori Ekonomi Makro. Jakarta. Erlangga.

___________.2000. Pengantar Ekonomi Makro. Jilid 2. Jakarta Erlangga.

___________.2003 Teori Ekonomi Makro. Jakarta. Erlangga

Nicholson, Walter. 2002. Mikro Ekonomi

Intermediate dan aplikasinya. Erlangga.

Jakarta

Nopirin. 1999. Ekonomi Internasional. Edisi ke empat. Yogyakarta. BPFE

_______.1996.Ekonomi Internasional. Edisi ke empat. Yogyakarta. BPFE

Nordhaus, Samuelson. 2000. Ilmu Ekonomi

Mikro. Jakarta: Global Edukasi

Nirwanto. 2000. “Analisis Ekspor Manufaktur atas perubahan Kurs Rupiah terhadap Dollar AS”.jurnal : Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Gajah Mada.

Rinaldy, Eddy. 2000. Kamus Perdagangan Internasional. Jakarta: PT Raja Grafindo Rosyidi, Suherman. 2003. Pengantar Teori

Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.

Salvatore, Dominick. 2001. Managerial Economics Dalam Perekonomian Global Jilid 1 Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.

Santoso, Singgih. 2002. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Gramedia; Jakarta.

Soediyono.1996. Ekonomi Internasional. (Pengantar Lalu Lintas Pembayaran Internasional). Yogyakarta: Liberty Soekartiwi.1994.Teori Ekonomi Produksi.

(14)

Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Moderen:Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingae Keynesian Baru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. ____________. 2001. Pengantar Teori

Ekonomi. Jakarta: FE-UI.

____________. 2002. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. ____________. 2003. Pengantar Teori Mikro

Ekonomi. Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.

____________ 2004. Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syahrianengsih. 2010. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat”.Skirpsi : Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Padang. (Tidak Dipublikasikan) Syarifuddin A. Bakar. 1 April 2010 Jurnal

Ekonomi dan Bisnis Vol. 9, No.:71–78 dengan judul “Analisis Kausalitas antara Ekspor dan Impor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Banda Aceh.

Bank Indonesia, www.bi.go.id

Badan Pusat Statistik, www.bps.go.id www. Repository.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan desain bangunan warga di Desa Sugihwaras menggunakan bentuk desain bangunan yang hampir sama dengan kebanyakan rumah

Pada penelitian yang dilakukan oleh Vivienne M Miall-Allen, Graham J Kemp, Bheesma Rajagopalan, Doris J Taylor, George K Radda, Sheila G Haworth ditemukan pasien

Dalam penelitian ini terdapat teori-teori yang digunakan seperti Business Process Modeling Notation (BPMN), Object Oriented Analysis and Design (OOAD), Consistency

Hasil penelitian dihitung menggunakan uji statistic Chi-Square didapatkan hasil pengetahuan (P value 0,000), sikap (P value 0,000), informasi (P value 0,000), dukungan (P

a. Microsoft Windows 10 sebagai sistem operasi dalam menjalankan aplikasi pengerjaan penelitian dan proses pembuatan perangkat lunak sistem informasi penyebaran

DEPARTEMEN PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA1.

Dalam menganalisa target penjualan produk pada tahun 2008 hingga tahun 2013 , menggunakan metode trend least square dan metode trend kuadratik dapat dibandingkan dengan hasil

“KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) DR.. DJOELHAM BINJAI TAHUN 2014 – 2015”