• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN BEBAN KERJA DAN KELELAHAN KERJA ANTARA SIKAP

KERJA BERDIRI DAN DUDUK PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI

PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

ISNA FAIZAH J 410 120 090

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN BEBAN KERJA DAN KELELAHAN KERJA ANTARA SIKAP

KERJA BERDIRI DAN DUDUK PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI

PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

ISNA FAIZAH J 410 120 090

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Tarwaka, PGDip., Sc., M.Erg Sri Darnoto, SKM., MPH

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN BEBAN KERJA DAN KELELAHAN KERJA ANTARA SIKAP

KERJA BERDIRI DAN DUDUK PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI

PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

OLEH ISNA FAIZAH

J 410 120 090

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Sabtu, 6 Agustus 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1.Tarwaka, PGDip, Sc, M.Erg (……..……..) (Ketua Dewan Penguji)

2.Heru Subaris Kasjono, SKM., M.Kes (………) (Anggota I Dewan Penguji)

3.Bejo Raharjo, SKM., M.Kes (……….)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Suwaji, M.Kes NIP. 195311231983031002

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang

lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya

pertanggungjawabkan sepenuhnya. . Surakarta, 6 Agustus 2016 Penulis ISNA FAIZAH J 410 120 090

(5)

PERBEDAAN BEBAN KERJA DAN KELELAHAN KERJA ANTARA SIKAP KERJA BERDIRI DAN DUDUK PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT ISKANDAR

INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA Oleh

Isna Faizah1, Tarwaka2, Sri Darnoto3 1

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, isnafaizah90@yahoo.com

23

Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstrak

Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan tenaga kerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sikap kerja terbagi menjadi sikap kerja berdiri dan duduk. Bekerja dengan sikap kerja berdiri maupun duduk dapat berpengaruh pada beban kerja dan kelelahan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan beban kerja dan kelelahan kerja antara sikap kerja berdiri dan duduk pada karyawan bagian produksi di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan bagian produksi di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta yang mencakup operator pakan dan operator cucuk. Pemilihan sampel menggunakan seluruh populasi yang ada, yaitu sebanyak 60 pekerja yang terbagi menjadi 35 orang operator pakan dan 25 orang operator cucuk. Analisis bivariat menggunakan Mann Whitney. Hasil uji statistik untuk perbedaan beban kerja dan kelelahan kerja antara sikap kerja berdiri dan duduk, keduanya diperoleh nilai p=0,00. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan beban kerja dan kelelahan secara signifikan antara sikap kerja berdiri dan duduk pada karyawan bagian produksi di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

Kata Kunci : Beban Kerja, Desain Stasiun Kerja, Kelelahan Kerja, Sikap Kerja Berdiri dan Duduk. Abstract

The design of workstations would inevitably influence to the work position which was done by the worker to finish the job. The position of work was devided into two sitting down and standing up position. Working with standing up and sitting down could affect the workload and fatigue. This study aims at knowing the differences of workload and fatique of working between standing and sitting working position on the employees of production departement at PT Iskandar Indah Printing Textile of Surakarta. This research used an observational study with cross sectional approach. The population in this research was the production employees at PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta which includes pakan operators and cucuk operators. The selection of the samples was using the whole populations as many as 60 workers divided into 35 pakan operators and 25 cucuk operators. The bivariate analysis was using the Mann Whitney. The results of statistical tests is for the differences on the workload and fatigue of employment between standing and sitting working position, both of them obtained p value = 0,00. The result can be concluded that there were differences workload and fatigue significantly (p=0,00) between standing up and sitting down working position on employees of production departement at PT Iskandar Indah Printing Textile of Surakarta.

(6)

1. PENDAHULUAN

Desain stasiun kerja yang ergonomis merupakan suatu hal yang sangat penting untuk pencapaian suatu produktivitas kerja yang tinggi. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan pekerja baik duduk maupun berdiri. Masing-masing sikap kerja mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap tubuh. Di dalam mendesain suatu stasiun kerja, salah satu pertimbangan penting yang tidak boleh dilupakan adalah setiap manusia berbeda satu dengan yang lainnya (Tarwaka, 2015).

Setiap manusia memiliki keterbatasan yang berbeda-beda. Manusia memiliki keterbatasan dalam memproses informasi dan melakukan aktivitas dalam bekerja. Beban kerja yang melebihi kemampuan manusia dapat menurunkan kinerja pekerja, bahkan dapat berujung pada kecelakaan. Selain beban kerja yang overload, pekerjaan yang di bawah kapasitas kerja pekerja juga dapat menyebabkan masalah kinerja seperti, kebosanan, mengurangi kewaspadaan dan mengantuk (Kuswana, 2015).

Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut (Tarwaka, 2015). Oleh sebab itu, penempatan seorang pekerja seharusnya sesuai dengan beban optimum yang sanggup dilakukan. Selain itu juga dipengaruhi oleh pengalaman, keterampilan motivasi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003)

Ditinjau dari higiene dan keselamatan kerja perusahaan industri tekstil memiliki segi-segi khusus yang tidak dimiliki industri lain, misalnya saja penyakit byssinosis dan demam pabrik (mill fever). Selain itu, kelelahan merupakan segi yang harus mendapat perhatian di perusahaan-perusahaan tekstil. Kelelahan berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Kelelahan yang terus-menerus untuk jangka waktu yang panjang akan menyebabkan terjadinya kelelahan kronis (Suma’mur, 2009).

Berdasarkan hasil survei diperoleh bahwa pekerja dengan sikap kerja berdiri sejumlah 10 orang, 80% termasuk beban kerja sedang dan 20% beban kerja ringan sedangkan tingkat kelelahannya 40% tinggi dan 60% sedang. Pada pekerja dengan sikap kerja duduk sejumlah 10 orang, 100% termasuk beban kerja ringan dan tingkat kelelahannya 60% sedang serta 40% rendah.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan beban kerja dan kelelahan kerja antara sikap kerja berdiri dan duduk pada karyawan bagian produksi di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

(7)

2. METODE

Jenis penelitian ini adalah suatu penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016. Tempat penelitian di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja bagian produksi yaitu operator pakan dan cucuk di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta yang berjumlah 60 orang yang terbagi menjadi 35 orang operator pakan dan 25 orang operator cucuk. sampel dalam penelitian ini semua tenaga kerja bagian operator pakan dan cucuk di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta yang berjumlah 60 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan exhaustive sampling yaitu menggunakan semua populasi dijadikan sampel penelitian. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian guna menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase setiap variabel. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel dengan menggunakan uji statistik Mann Whitney karena data berdistribusi tidak normal.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Tempat Kerja dan Cara Kerja

Penelitian dilakukan pada bagian produksi yaitu pada operator pakan dan operator cucuk. Pekerjaan pada kedua bagian tersebut dilakukan selama 8 jam kerja yaitu 7 jam kerja dan 1 jam istirahat sesuai dengan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 77. Pada operator pakan pekerja melakukan pekerjaannya dengan cara berdiri dan tidak disediakan tempat duduk untuk istirahat. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja pasal 9 (3) yang menyebutkan untuk buruh yang melakukan pekerjaan sambil berdiri, berjalan merangkak, jongkok, atau berbaring harus disediakan tempat-tempat duduk pada waktu ia membutuhkannya. Pekerja pada operator cucuk melakukan pekerjaannya dengan cara duduk dan memanfaatkan kursi kayu tanpa sandaran. Hal ini tidak sesuai dengan PMP No 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja pasal 9 (2d) yang menyebutkan tempat duduk harus memenuhi syarat ada sandaran untuk punggung.

Selama bekerja baik pada operator pakan dan cucuk dituntut untuk melakukan pekerjaan dengan sikap kerja berdiri dan duduk dalam periode waktu yang lama (7 jam/hari). Hal ini dapat mengakibatkan otot terasa kaku dan tegang. Menurut Anderson (2010) Stretching atau peregangan dibutuhkan untuk mengurangi ketegangan otot. Selain itu peregangan juga dapat membantu mencegah cedera seperti kram otot. Peregangan dapat dimulai dengan peregangan ringan yaitu selama 10-15 detik. Peregangan ringan akan mengurangi kekakuan dan ketegangan otot mempersiapkan jaringan otot untuk peregangan lanjutan. Peregangan lanjutan juga dilakukan selama 10-15 detik, hal ini berfungsi untuk menyiapkan otot dan meningkatkan kelenturan.

(8)

3.2 Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden

Variabel Berdiri Duduk

(n) (%) (n) (%) Umur (Tahun) 17-25 0 0,0 1 4 26-35 0 0,0 0 0,0 36-45 14 40 13 52 46-55 18 51,4 11 44 Jumlah 35 100 25 100 Rerata= 47,46 SD= 4,98 Rerata= 43,44 SD =5,9 Jenis Kelamin Laki-laki 15 42,9 0 0,0 Perempuan 20 57,1 25 100 Jumlah 35 100 25 100 Status Gizi

Kurus Tingkat Berat 0 0,0 0 0,0

Kurus Tingkat Ringan 3 8,6 1 4

Normal 20 57,1 8 32

Gemuk Tingkat Ringan 5 14,3 7 28

Gemuk Tingkat Berat 7 20 9 36

Jumlah 35 100 25 100

Kondisi Kesehatan

Tidak Sehat 5 14,3 2 8

Sehat 30 85,7 23 92

(9)

3.3 Perbedaan Beban Kerja antara Sikap Kerja Berdiri dan Duduk Pada Karyawan Bagian Produksi di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta

Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Perbedaan Beban Kerja antara Sikap Kerja Berdiri dan Duduk Pada Karyawan Bagian Produksi di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta dengan Uji Mann

Whitney Beban Kerja Sikap Kerja p value Berdiri Duduk (n) (%) (n) (%) Ringan 1 2,9 25 100 0,00 Sedang 34 97,1 0 0,0 Berat 0 0,0 0 0,0 Jumlah 35 100 25 100

Berdasarkan hasil uji analisis statistik dengan uji Mann Whitney disimpulkan ada perbedaan beban kerja yang signifikan antara sikap kerja berdiri dan duduk pada karyawana bagian produksi di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta (nilai p= 0,00 < 0,05). Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata pekerja dengan sikap kerja berdiri termasuk beban kerja sedang sebanyak 34 orang (97,1%) dan semua pekerja dengan sikap kerja duduk termasuk beban kerja ringan (100%). Bekerja dengan sikap berdiri secara fisiologis akan bertumpu pada kedua kaki yang akan berakibat bertumpuknya pembebanan pada kaki sehingga akan menambah beban pada pekerja. Sedangkan bekerja dengan sikap kerja duduk, pekerja tidak akan ada pembebanan pada kaki karena tumpuan berat badan di kaki hilang sehingga beban pekerja akan berkurang. Hal inilah yang membedakan beban kerja antara sikap kerja berdiri dan duduk.

Penelitian ini sejalan dengan peraturan SNI 7269 (2009) bahwa sikap kerja yang dilakukan oleh pekerja akan membedakan beban kerja yang diterima pekerja. Pada penelitian Sundari (2011) yang menunjukkan bahwa tukang bentuk keramik yang bekerja dengan sikap kerja tidak fisiologis mengalami peningkatan beban kerja secara bermakna (nilai p < 0,05). Penelitian Tyas (2009) yang menunjukkan adanya pengaruh pekerjaan angkat-angkut terhadap beban kerja di unit filling PT Indo Acidatama, Tbk (p=0,007).

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak mengalami beban kerja sedang pada kelompok umur 46-55 tahun, sedangkan beban kerja ringan paling banyak pada kelompok umur 36-45 tahun. Umur dapat mempengaruhi beberapa kapasitas fisik, dimana semakin tua disertai kurangnya kemampuan kerja dapat berpeluang besar mengalami cidera akibat beban kerja (Gray dkk, 2006).

Beban kerja sedang dialami oleh semua tenaga kerja dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan sikap kerja berdiri. Sedangkan kelompok dengan sikap kerja duduk semuanya termasuk dalam beban kerja ringan. Hal ini disebabkan karena sikap kerja mereka. Menurut SNI 7269 (2009) beban kerja yang diterima antara laki-laki dan perempuan berbeda, hal tersebut dibedakan karena perhitungan metabolisme basalnya. Jika laki-laki metabolisme basal hasil dari perkalian berat badan (BB) dikali 1 kkal/jam sedangkan perembuat BB dikali 0,9 kkal/jam.

(10)

Responden dengan sikap kerja berdiri paling banyak mengalami beban kerja sedang dengan status gizi nornal sebanyak 20 orang (58,8%) sedangkan pada pekerja dengan sikap kerja duduk paling banyak mengalami beban kerja ringan dengan status gizi gemuk tingkat berat sebanyak 9 orang (34,6%). Keadaan gizi pada pekerja sangat berpengaruh dengan pekerjaannya karena bekerja memerlukan energi yang menghasilkan panas untuk melakukan pekerjaan dan semakin berat beban pekerjaan yang dilakukan seorang pekerja maka semakin banyak jumlah energi yang digunakan (Ginting, 2013). Semakin lama waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas fisik intensitas berat maka status gizi cenderung semakin rendah atau buruk. Risiko beban kerja yang berat sering kali menimbulkan penurunan berat badan jika tidak seimbang dengan asupan gizi yang dikonsumsi (Aziza dan Fillah, 2015).

Responden baik dengan sikap kerja bediri maupun duduk sebagian besar memiliki kondisi yang sehat dengan beban kerja ringan sebanyak 24 orang (92,3%) dan beban kerja sedang 29 orang (85,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian Nisa dan Tri (2013) yang menunjukkan tidak ada pengaruh kondisi kesehatan terhadap keluhan kelelahan pada teknisi gigi di laboratorium gigi Surabaya (p=0,914).

3.4 Perbedaan Kelelahan Kerja antara Sikap Kerja Berdiri dan Duduk Pada Karyawan Bagian Produksi di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta

Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat Perbedaan Kelelahan Kerja antara Sikap Kerja Berdiri dan Duduk Pada Karyawan Bagian Produksi di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta dengan Uji Mann

Whitney Variabel Sikap Kerja p value Berdiri Duduk (n) (%) (n) (%) Rendah 0 0,0 12 48 0,00 Sedang 24 68,6 13 52 Tinggi 11 31,4 0 0,0 Sangat Tinggi 0 0,0 0 0,0 Jumlah 35 100 25 100

Berdasarkan hasil uji analisis statistik dengan uji Mann Whitney disimpulkan ada perbedaan kelelahan kerja yang signifikan antara sikap kerja berdiri dan duduk pada karyawana bagian produksi di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta (nilai p= 0,00 < 0,05). Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata responden mengalami kelelahan kerja tingkat sedang dengan sikap kerja berdiri (68,6%) sedangkan dengan sikap kerja duduk (52%). Bekerja dengan sikap kerja berdiri akan menambah pembebanan pada kaki yang berakibat penekanan pada paha sehingga otot kaki akan cepat lelah dan akan berdampak pada tenaga kerja yang mudah lelah. Sedangkan bekerja dengan sikap kerja duduk, beban pada tenaga kerja akan berkurang sehingga hanya memerlukan sedikit energi yang akan mengurangi atau memperlambat kelelahan pada tenaga kerja. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaaan kelelahan kerja antara sikap kerja berdiri dan duduk.

(11)

dengan sikap duduk yang baik, maka kenyamanan kerja akan meningkat dan sebaliknya bila sikap duduk tidak baik, maka akan menimbulkan kelelahan kerja.

Pada dasarnya berdiri itu sendiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% di bandingkan dengan duduk (Tarwaka, 2015). Pekerjaan yang berdiri maupun duduk secara terus-menerus merupakan sumber umum dari kelelahan. Merubah posisi tubuh termasuk pergantian antara duduk dan berdiri membantu untuk menghindari kelelahan (OSHD, 2016).

Dari hasil penelitian diperoleh hasil tingkat kelelahan kerja rendah, sedang dan tinggi paling banyak dialami kelompok umur 46-55 tahun. Kemampuan jasmani dan rohani pun akan menurun secara perlahan-lahan tapi pasti seiring menanjaknya umur. Aktivitas hidup juga berkurang, yang mengakibatkan semakin bertambahnya ketidakmampuan tubuh dalam berbagai hal (Cahyani, 2012). Umur berkaitan dengan proses degenerasi organ yang menyebabkan penurunan kemampuan organ sehingga tenaga kerja semakin mudah mengalami kelelahan (Widyo, 2008).

Dari hasil penelitian diperoleh kelelahan kerja tingkat rendah dan sedang paling banyak dialami oleh tenaga kerja perempuan sedangkan kelelahan kerja tingkat tinggi paling banyak dialami tenaga kerja laki-laki. Laki-laki dan perempuan berbeda dalam kemapuan fisiknya. Kekuatan fisik tubuh wanita rata-rata sekitar 2/3 dari pria. Sebagai gambaran kekuatan wanita yang lebih jelas, wanita muda dan laki-laki tua kemungkinan dapat mempunyai kekuatan yang hampir sama (Cahyani, 2012).

Tingkat kelelahan kerja rendah, sedang maupun tinggi paling banyak dialami oleh responden dengan status gizi normal. Hal ini sejalan dengan penelitian Irma dkk (2014) tidak ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada unit produksi paving block CV. Sumber Galian Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar (p = 0,947).

4. PENUTUP 4.1 Simpulan

4.1.1. Sebagian besar kelompok responden dengan sikap berdiri memiliki rentang umur 46-55 tahun (51,4%) sedangkan responden dengan sikap kerja duduk paling banyak memiliki rentang umur 36-45 tahun (52%). Responden sebagian berjenis kelamin perempuan. Pada responden dengan sikap kerja berdiri perempuan (57,1%) dan laki-laki (42,9%) sedangkan responden dengan sikap kerja duduk semua berjenis kelamin perempuan (100%).

4.1.2. Sebagian besar kelompok responden dengan sikap kerja berdiri memiliki beban kerja sedang (97,1%) dan pada kelompok sikap kerja duduk semuanya termasuk beban kerja ringan (100%). Uji statistik dengan menggunakan Mann Whitney menunjukkan nilai p=0,00 yang berarti bahwa ada perbedaan beban kerja yang signifikan antara sikap kerja berdiri dan duduk pada karyawan bagian produksi di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

4.1.3. Sebagian besar kelompok responden memiliki tingkat kelelahan kerja sedang dengan sikap kerja berdiri (68,6%) dan pada kelompok sikap kerja duduk (52%). Uji statistik dengan menggunakan Mann Whitney menunjukkan nilai p=0,00 yang berarti bahwa ada

(12)

perbedaan kelelahan kerja yang signifikan antara sikap kerja berdiri dan duduk pada karyawan bagian produksi di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

4.2 Saran

4.2.1. Bagi PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta

4.2.1.1. Pengusaha diharapkan dapat menyediakan tempat duduk yang memenuhi syarat bagi tenaga kerja di bagian operator pakan. Penempatan kursi dapat diletakan di pinggir tempat kerja operator pakan.

4.2.1.2. Pengusaha diharapkan dapat mengganti kursi yang ada sandarannya pada bagian operator cucuk..

4.2.2. Bagi Tenaga Kerja

Bagi tenaga kerja agar selalu memanfaatkan waktu istirahat dengan baik dan melakukan stretching di sela-sela jam kerja agar otot-otot tidak kaku dan tegang. Streaching dapat dilakukan selama kurang lebih satu menit.

4.2.3. Bagi Peneliti Lain

Peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan beban kerja dan kelelahan kerja, misalnya dengan variabel lingkungan kerja (kebisingan, getaran, debu, iklim kerja).

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, B. (2010). Peregangan untuk Orang Kantoran (Terjemahan). Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Aziza, Z., & Fillah, FD. (2015). Perbedaan Aktivitas Fisik Intensitas Berat, Asupan Zat Gizi Makro, Persentase Lemak Tubuh, Dan Lingkar Perut Antara Pekerja Bagian Produksi Dan Administrasi PT Pupuk Kujang Cikampek. Journal of Nutrition College. Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 96-103.

Budiono, AMS. (2003). Bungai Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Semarang: UNDIP.

Cahyani, W. D. (2012). Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kelelahan kerja pada Pekerja Buruh Angkut. Diakses : 4 Juni 2016. http://download.portalgaruda.org/article.php?article =104957&val=1322&title=Hubungan%20Antara%20Beban%20Kerja%20dengan%20Ke lelahan%20kerja%20pada%20Pekerja%20Buruh%20Angkut.

Ginting, S. (2013). Pengaruh Beban Kerja terhadap Status Gizi Pekerja Peternakan Ayam di Desa Silebo-Lebo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013. Diakses : 5 Maret 2016. http://uda.ac. id/jurnal/files/JURNAL%20dosen%20luar%20-fik1.pdf.

Gray, Margon, Simpson & Dawkins. (2006). Kardiologi. Jakarta: Erlangga.

Irma, Syamsiar S. R., & Andi, W. (2014). Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada Unit Produksi Paving Block CV. Sumber Galian Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Diakses : 2 Januari 2016. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/12345 6789/10783/IRMA.%20MR%20K11110315.pdf?sequence=1.

(13)

Kuswana, W. S. (2015). Mencegah Kecelakaan Kerja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Nisa, A. Z. dan Tri, M. (2013). Faktor yang Memengaruhi Keluhan Kelelahan pada Teknisi Gigi di Laboratorium Gigi Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 2, No. 1 Jan-Jun 2013: 61–66.

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Occupational Safety and Health Division. (2016). Guidelines on Work in Standing/Sitting Positions. Diakses : 5 Juni 2016. https://www.wshc.sg/files/wshc/upload/cms/file/Guidelines%20on %20Work%20in%20Standing%20and%20Sitting%20Positions.pdf.

Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja.

Standar Nasional Indonesia Nomor 7269 Tahun 2009 tentang Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Kalori Menurut Pengeluaran Energi. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Suma’mur, P. K. (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Sagung Seto. Sundari, K. N. (2011). Sikap Kerja yang Menimbulkan Keluhan Muskuloskeletal dan

Meningkatkan Beban Kerja pada Tukang Bentuk Keramik. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011.

Tarwaka. (2015). Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja edisi 2. Surakarta: Harapan Press.

Tyas, B, S. (2009). Pengaruh Pekerjaan Angkat-Angkut terhadap Kelelahan Kerja pada Waktu Aktivitas Pengisian Acetic ccid Ke Dalam Jerigen di Unit Filling PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri Kebakkramat Karanganyar. [Laporan Khusus]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Widyo, S. (2008). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan pada Pekerja dibagian Saw Mill Park PT Marcelindo Jaya Pratama Desa Kuningan Kecamatan Karangawen. [Skripsi Ilmiah]. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Pendapat kedua, bahwa perkawinan antar agama adalah sah dan dapat dilangsungkan, karena telah tercakup dalam perkawinan campuran, dengan argumentasi pada pasal 57

Uji pendahuluan ini dilakukan untuk menge-tahui pengaruh kotoran sapi sebagai starter dan air yang ditambahkan pada sampah organik terhadap HRT pengolahan sampah

Dalam penelitian kami, tingginya prevalensi kelainan tajam penglihatan pada pelajar dengan status gizi normal-lebih disebabkan oleh faktor lain yang lebih dominan, yaitu

Menganalisis pengaruh earning per share (EPS), return on asset (ROA), stock offering, reputasi underwriter, dan umur perusahaan secara simultan terhadap tingkat

Pada loop B2 mengambarkan bahwa knowledge development yang diakibatkan secara positif (hubungan searah) oleh kinerja perusahaan, perbandingan dengan kompetitor,

Dengan segala strategi dan cara untuk mendapatkan pengaruh yang besar dalam Pilkades ini dan mendapatkan suara masyarakat, perselisihan antar blaterpun juga terjadi saat dan

Hutan alami yang tersisa di Pulau Jawa sebagian besar berada di lereng gunung dan beberapa wilayah dataran rendah konservasi, oleh karena itu kemungkinan Panthera pardus

Pada tugas akhir ini, GPS U-Blox CN-06 V2.0 akan mengirimkan data serial ke ATMega128 untuk diolah dan ATMega128 akan mengirimkan data tersebut ke database server melalui