• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muh. Nur Yamin Staf Pengajar Program Studi Ilmu Administrasi Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Muh. Nur Yamin Staf Pengajar Program Studi Ilmu Administrasi Negara"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 77 DALAM MENGANTISIPASI ALIRAN SESAT (STUDI KASUS KANTOR

KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN GOWA) Andini Azis

Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

Muh. Nur Yamin

Staf Pengajar Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar Jl. A.P. Pettarani Kampus UNM Gunung Sari Baru Makassar

Email: nuryamim1@gmail.com ABSTRAK

Peranan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi Aliran Sesat (Studi Kasus Kantor Kementerian Agama Kab. Gowa). Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar. Dibimbing oleh Bapak H. Muhammad Guntur dan Bapak Muhammad Nur Yamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peranan Kantor Kementererian Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi Aliran Sesat. Jenis Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, Teknik Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, Teknik Analisis Data yang digunakan yakni Logika Perjodohan Pola dengan menggunakan Studi Kasus Model Yin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peranan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi Aliran Sesat itu berjalan dengan baik dilihat dari tiga aspek yang berperan (Pendidikan dan Bimbingan, Hukum dan Advokasi Sosial, Pemutusan mata Rantai ke Jejaring Institusi Berajaran Menyimpang) karena adanya faktor yang menunjang dan dua aspek yang kurang berperan (Konseling/Psikoterapy dan Pengobatan/Treatment) karena adanya faktor yang menghambat. Sehingga keseluruhan cenderung efektif yang mengakibatkan peran Kementerian agama berjalan dengan baik. Saran dari peneliti ini adalah perlu adanya pertemuan aktif yang dilakukan antara forum- forum keagamaan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa, Saran kedua yakni perlu adanya penambahan Penyuluh Agama yang ditugaskan dalam proses pengantisipiasi Aliran Sesat.

(2)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 78 1. Latar Belakang

Pada dasarnya negara Indonesia dengan batas-batas geografis seperti yang berlaku sekarang ini adalah suatu kawasan atau wilayah bekas jajahan Belanda antara abad ke-17 hingga abad ke-20. Pada saat itu, Indonesia disebut Hindia Belanda Timur. Dilihat dari perspektif yang positif, salah satu warisan kolonial yang paling penting adalah determinasi batas-batas wilayah sebuah negara di masa depan menyusul berakhirnya kekuasaan bangsa penjajah. Tanpa kolonialisme Belanda, rasanya tidak mungkin negara Indonesia akan eksis dengan batas-batas wilayah seperti yang berlaku sekarang ini. Dilihat dari perspektif sosial budaya, bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa di dunia yang paling majemuk dipandang dari segi banyaknya agama, kepercayaan, tradisi, kesenian, kultur dan etnis. Dalam sebuah tulisannya yang berjudul

“Indonesian Cultures and

Communities” yang dimuat dalam

buku bertajuk Indonesia (disunting oleh Ruth.T.McVery, New Haven, Yale University Press, 1963, hlm.24), Hildred Geertz menggambarkan khazanah keragaman dan kemajemukan masyarakat Indonesia sebagai berikut :

Terdapat lebih dari 300 kelompok etnis di Indonesia masing-

budayanya sendiri-sendiri, lebih dari 250 jenis bahasa daerah dipakai, dan hampir semua agama besar diwakili, selain agama asli yang banyak jumlahnya.

Menggambarkan pluralitas masyarakat dan keberagaman budaya Indonesia, para pendiri Republik ini pada tahun 1945 telah mempergunakan motto “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai motto nasional. Bhinneka Tunggal Ika adalah bahasa sansekerta yang berarti “berbeda- beda tetapi tetap satu”. Motto ini diambil dari gagasan brilian pujangga Empu Tantular, seorang pemikir cemerlang pada zaman kejayaaan kerajaan Hindu Majapahit (1293:1478). Para peguasa kerajaan majapahit, yang muncul sebagai kerajaan hindu terbesar sebelum kedatangan Islam di Indonesia, menggunakan motto tersebut untuk memelihara komitmen kesatuan seluruh rakyat dan menjaga integritas kerajaan.

Realitas kemajemukan bangsa Indonesia tercermin secara nyata dari banyaknya etnis seperti etnis Jawa, Sunda, Betawi, Madura, Batak, Bugis, Banjar, Dayak, Buton, Bali, Sasak, Maluku, Minang, dan lain sebagainya, yang semuanya menurut penelitian antropolog Amerika Serikat Hildred Geertz- berjumlah lebih besar dari 300 etnis. Masing- masing etnis mempunyai bahasa

(3)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 79 penelitiannya memperkirakan lebih

dari 250 bahasa lokal dipakai di Indonesia), adat istiadat, tradisi, seni dan budaya sendiri-sendiri dengan identitas khas yang berbeda satu sama lain. Dari segi Agama dan kepercayaan, bangsa Indonesia memperlihatkan juga sosok kemajemukan yang sangat kaya dan variatif. Agama-agama besar seperti islam (dipeluk oleh mayoritas bangsa Indonesia), Kristen (Katolik dan Protestan), Hindu dan Budha sudah lama eksis. Realitas sosiologis ini menunjukkan secara nyata bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religus. Bahkan di Indonesia terdapat Kementerian Agama (Kemenag) yang salah satu

tugas pokoknya adalah

menumbuhkembangkan, membina dan menjaga kerukunan antar umat beragama dan toleransi antar penganut kepercayaan.

Berdasarkan Undang-Undang Kementerian Agama dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2015 Pasal 29 Ayat 2 Tentang kebebasan beragama yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing- masing dan untuk beribadah menurut ibadah dan kepercayaannya masing-

masing”. Peranan Kantor Kementerian Agama dalam menjaga tiap-tiap penduduk mempunyai kemerdekaan untuk memeluk agamanya masing-masing, dan beribadah sesuai kepercayaannya, serta membimbing, menyokong, memelihara, dan mengembangkan aliran-aliran agama yang sehat.66

Keberadaan aliran kepercayaan yang banyak dipeluk oleh suku-suku di Indonesia semakin menambah panorama pluralitas, keberagaman dan kemajemukan bangsa Indonesia. Fakta bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang pluralistik semakin dirasakan dengan banyaknya agama, kepercayaan, tradisi, seni dan kultur yang sudah lama hidup subur dan berkembang di tengah-tengah kehidupan bangsa Indonesia. Agama dan kepercayaan bagi bangsa Indonesia merupakan suatu hal yang sangat penting dan fundamental

(ultimate) yang tidak bisa dipisah-

pisahkan dari sisi kehidupan mereka. Sangat beralasan apabila rumusan sila pertama Pancasila berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa.” Ini membuktikan secara jelas bahwa bangsa Indonesia pada hakikatnya percaya kepada Tuhan (dalam hal ini masing-masing komunitas pemeluk agama dan kepercayaan mempunyai

(4)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 80 interpretasi dan pandangan teologis

sendiri-sendiri sesuai ajaran agama dan kepercayaan mereka masing- masing.

Aliran kepercayaan itu muncul dan berkembang di lokalitas dengan latar belakang kehidupan, tradisi, adat istiadat, dan kultur yang berbeda- beda, maka dapat dipastikan bahwa masing-masing aliran kepercayaaan itu memperlihatkan ciri-ciri khas yang berlainan satu sama lain. Dengan kata lain, suatu kepercayaan yang terdapat di suatu daerah akan tidak sama dengan aliran kepercayaan yang terdapat di daerah lain. Bisa saja terdaapat kemiripan sebagai ekspresi kerohanian dan wujud praktik kepercayaan, tetapi setiap aliran kepercayaan akan menempatkan ciri khas dan karakteristiknya tersediri. Disebut aliran kepercayaan karena aliran kepercayaan tersebut hanya dipeluk oleh suku atau masyarakat setempat. Pada kenyataannya, kepercayaan itu tidak berkembang dan hanya dipeluk , dianut dan dipraktikkan oleh suku yang mendiami daerah tertentu. Dapat diduga bahwa aliran kepercayaan ini sudah eksis sebelum agama Hindu, Budha, islam, dan Kristen datang ke Nusantara. Aliran kepercayaaan ini tetap bertahan pada saat agama Hindu, Budha, Islam, Kristen datang ke Nusantara dan terus dianut secara turun temurun oleh suku-suku di

daerah-daerah di Indonesia sampai sekarang ini.

Maraknya perkmbangan Aliran Kepercayan di Indonesia, MK akhirnya mengeluarrkan putusan pengujian Undang-Undang Nomor 1/PNPS/Tahun 1965 yang dikeluarkan pada 2009 atau lebih dikenal dengan sebutan “Putusan Pengujian Penodaan Agama”. Putusan tersebut dikeluarkan guna untuk mengantisipasi adanya kasus penyebaran aliran yang tidak sesuai dengan Undang-undang yang berlaku di Indonesia. Aturan ini pertama kali diterbitkan melalui ketetapan Presiden tanggal 27 Januari 1965 pada saat mulai memuncaknya kekhawatiran terhadap marebaknya komunisme dan berkembangnya aliran kepercayaan di Indonesia. Pada Tahun 1969, aturan tentang penodaan agama terssebut diperkuat dalam bentuk Undang-Undang, dimana penguatan ini memberi kepastian bahwa pemuka agama dapat melindungi status, ajaran, dan penafsiran dari enam agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia yaitu, Islam, Kristen, katolik, Hindu, Budha, dan Khonghucu. Undang- undang penodaan Agama juga memuat ketentuan untuk memperingati orang, peganut, anggota dan pengurus organisasi yang melakukan hal-hal yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama.

(5)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 81 tersebut dapat diambil berdasarkan

pertimbangan dari Menteri Agama, Menteri dalam Negeri, dan Jaksa Agung. Apabila dinilai masih terus melanggar, maka perseorangan tersebut dapat dipidana maksimal lima tahun dan organisasinya dapat dibubarkan sekaligus dinyatakan sebagai organisasi atau aliran terlarang.67

Ada dua elemen penting dan mendasar dalam setiap bingkai kepercayaan, yaitu lokalitas dan spritualitas. Lokalitas akan mempengaruhi spritualitas. Spritualitas akan memberi warna pada lokalitas. Keduanya saling mempengaruhi, bersinergi dan berintegrasi. Spritualitas lahir dan terefleksikan dari asas ajaran kerohanian dan praktik-praktik ritual sesuai doktrin aliran kepercayaan yang dianut oleh suatu suku di daerah tertentu. Dalam ekspresi spritualitas dan praktik ritualitas tadi sudah tentu masuk unsur-unsur lokalitas (tradisi, adat istiadat, kebiasaan dan seni budaya setempat) yang kemudian

67

Pan Mohamad Faiz.28 Mei 2014.Undang-undang Penodaan

Agama dan Mahkamah

Konstitusi.https://Panmohammadfaiz. com/2014/05/28/UU-Penodaan- Agama-dan-Mahkamah- Konstitusi.16Januari2019. 68 Ahmad Syafi Mufid.2012.Dinamika

menyatu, senyawa dan berintegrasi dengan unsur-unsur spiritualitas dan ritulitas.68

Sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Nurningsi pada tahun 2018 yang Berjudul “Analisis Kinerja Penyuluh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa (Studi Kasus Penyuluh Agama Islam di Kecamatan Pattalassang)“ , menyimpulkan bahwa kinerja pegawai penyuluh agama Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa ini belum berjalan dengan optimal, karena terkadang pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu lama, hasil pekerjaan yang juga terkadang terdapat kesalahan, rasa tanggung jawab yang kurang dalam pelaksanaan tugas, adanya ketidakpatuhan para pegawai dalam menaati aturan terkait pelaksaan kerja, kurangnya inisiatif untuk menyelesaikan setiap pekerjaan dan kurang berinisiatif di dalam mengatasi permasalahan yang terjadi pada masyarakat atas perbedaan keyakinan mereka.69

Lokal di Indonesia. Jakarta: Kementerian Agama RI Badan Litbang & Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan. Hal 6-15

69 Nurningsi.2018. Analisis Kinerja

Penyuluh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa (Studi Kasus Kinerja Penyuluh Agama

(6)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 82 Penelitian terdahulu kedua

Oleh wahyu, yulianti pada tahun 2012 mengenai “Peranan Kantor Urusan agama (KUA) dalam Melakukan Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Wakaf (Studi pada Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda).” Dimana penelitian ini menyimpulkan bahwa di Kecamatan samarinda Ulu kota Samarinda sebagian tanahnya sudah tersertifikat dan terdaftar pada Kantor Pertanahan. Hal ini menunjukkan bahwa peran dari KUA sebagai PPAIW dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah wakaf sudah berjaalan sesuai dengan peraaturan perundang-undangan yang berlaku.70

Dari kedua penelitian terdahulu di atas yang membedakan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni pada masalah peranan dan lokus. Dimana, peneliti akan mengkaji lebih dalam bagaimana Peranan Kantor Kementerian Agama dalam Mengantisipaasi Aliran Sesat yang ada di Kabupaten Gowa.

Magister Ilmu Administrasi Negara STIA LAN. Hal 8

70 Yulianti, Wahyu.2012.Peranan

Kantor Urusana Agama (KUA) dalam Melakukan Pendaftaran Tanah Wakaf (Studi pada Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Berbagai fenomena

bermunculannya aliran sesat atau sempalan khususnyaa di Kabupaten Gowa tentu saja dengan adanya kondisi tersebut membutuhkan penanganan yang serius dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Gowa terutama dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam menjalankan peranannya.

Merujuk pada data keagamaan dari Kantor Kementerian Agama RI sejak tahun 2001 hingga 2014, disebutkan sedikitnya ada 250 aliran kepercayaan yang berkembang di Indonesia, 43 aliran kepercayaan diantaranya tumbuh subur di Sulawesi Selatan dan beberapa diantaranya berkembang tepatnya di Kabupaten Gowa. Dengan melihat kondisi banyaknya paham atau aliran dalam agam islam, tentunya hal ini sangat memprihatinkan bagi negara indonesia, aliran-aliran ini sejatinya, lebih menambah daftar krisis bangsa Indonesia, dan sama sekali bukan solusi untuk kemajuan bagi negara Indonesia.71

Universitas Diponegoro Semarang.

71 Nurningsi.2018. Analisis Kinerja

Penyuluh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa (Studi Kasus Kinerja Penyuluh Agama

Islam di Kecamatan

(7)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 83 Berdasarkan penjelasan

tersebut telah menjadi pengamatan awal dari penulis yang dilakukan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa, dimana diperoleh data jumlah penganut aliran sesat/faham sempalan seluruh kecamatan yang berkembang di Kabupaten Gowa.

Hal yang dilakukan para pembimbing Agama Islam di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa menjadi salah satu peranan Kantor Kementerian Agama Islam dalam hal mengatisipasi aliran Sesat yang kian berkembang di tengah- tengah masyarakat Kabupaten Gowa. Beberapa Hambatan yang dihadapi oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa mulai dari sulitnya memulihkan dan menghadapi perbedaan karakter-karakter dalam diri masyarakat, ketidaktahuan dan kurangnya informasi tentang pengetahuan agama mereka, sulitnya mereka berbaur dengan orang yang berbeda pendapat dengan mereka mengenai pengetahuan agama, Manajemen sumber daya manusia yang berperan sebagai pembimbing atau penyuluh agama islam di kantor kementerian agama kabupaten gowa

Magister Ilmu Administrasi Negara STIA LAN. Hal 8

yang masih belum stabil, dan beberapa hal lainnya. Berdasarkan uraian Latar

Belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Peranan Kantor Kementerian Agama dalam Mengantisipasi Aliran sesat di Kabupaten Gowa”.

2. TINJAUAN PUSTAKA a. Konsep Peranan

Menurut Biddle dan Thomas (Sarwono 2001: 217) “ Peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu”.72

Menurut Soejono Soekanto (2012: 212) “Menjelaskan pengertian peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan”. Perbedaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Sebagaimana dengan kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal 217

(8)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 84 Setiap orang mempunyai macam-

macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya.73

Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh Margono Slamet (1985:15), yang mendefenisikan peranan sebagai “sesuatu perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi dalam masyarakat. Sedangkan Astrid S.Susanto (1979:94) menyatakan bahwa peranan adalah dinamisasi dan kewajiban atau disebut dengan subyektif.74

Peranan adalah suatu rangkaian perilaku yang teratur, yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal. Kepribadian seseorang juga juga amat mempengaruhi bagaimana peranan harus dijalankan. Peranan timbul karena seseorang memahami bahwa ia bekerja tidak sendirian.

75“Mempunyai lingkungan, yang

setiap saat diperlukan untuk berinteraksi. Lingkungan itu luas dan beraneka macam, dan masing-masing akan mempunyai lingkungan yang berlainan. Tetapi peranan yang harus

73

Soerjono Soekanto, Budi Sulistyowati.2013. Sosiologi Suatu

Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. Hal 212

74 Admin.2015.Landasan Teoritis

dimainkan pada hakekatnya tidak ada perbedaan Miftah Thoha (2012:10)”. Menurut Mintzberg yang ditulis oleh Siswanto dan Miftah Thoha (2016: 265), ada tiga peran yang dilakukan dalam organisasi yaitu :

1. Peran Antarpribadi (Interpersonal

Role), dalam peranan antar pribadi,

atasan harus bertindak sebagai tokoh, sebagai pemimpin dan sebagai penghubung agar organisasi yang dikelolanya berjalan dengan lancar. Peranan ini oleh Mintzberg dibagi atas tiga peranan yang merupakan perincian lebih lanjut dari peranan antarpribadi ini yaitu: a) peranan sebagai tokoh (figurehead) yakni suatu peranan yang dilakukan untuk mewakili organisasi yang dipimpinnya didalam setiap kesempatan dan persoalan yang timbul secara formal, b) peranan sebagai pemimpin (Leader) dalam peranan ini atasan bertindak sebagai pemimpin, c) peranan sebagai pejabat perantara (Liaison

Manager) peranan ini atasan

melakukan peranan yang berinteraksi dengan teman sejawat,

santeoritisdariperanan.pdf/ di akses tanggal 27 Oktober 2018 pukul 22.15 WITA).

75 Elly M Setiadi, Usman Kolip.2011.

(9)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 85 staf, dan orang-orang yang berada

diluar organisasinya untuk mendapatkan informasi.

2. Peranan yang berhubungan dengan informasi (Informational Role), peranan interpersonal diatas meletakkan atasan pada posisi yang unik dalam hal mendapatkan informasi. Peranan interpersonal diatas Mintzberg merancang peranan kedua yakni yang berhubungan dengan informasi ini. Peranan itu terdiri dari peranan- peranan sebagai berikut : a) peran pemantau (Monitor), Peranan ini mengidentifikasikan seorang atasan sebagai penerima dan mengumpulkan informasi, b) sebagai diseminator, Peranan ini melibatkan atasan untuk menangani proses transmisi dari informasi-informasi kedalam organisasi yang dipimpinnya, c) sebagai juru bicara (Spokesman) peranan ini dimainkan manajer untuk menyampaikan informasi keluar lingkungan organisasinya. 3. Peranan Pengambil Keputusan

(Decisional Role), dalam peranan

ini atasan harus terlibat dalam suatu proses pembuatan strategi di dalam organisasi yang di

pimpinnya. Mintzberg

berkesimpulan bahwa pembagian besar tugas atasan pada hakikatnya digunakan secara penuh untuk

memikirkan sistem perbuatan strategi organisasinya.76

Peranan dapat disimpulkan sebagai suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Secara umum Peranan adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi stuktur sosial masyarakat.

Menurut Levinson (Soejono Soekanto 2013: 174) Peranan mencakup dalam 3 hal yakni :

1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau seseorang dalam masyarakat.

Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan- peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. Norma-norma tersebut secara sosial di kenal ada empat meliputi :

a) Cara (Usage), lebih menonjol di dalam hubungan antar individu dalam masyarakat. Suatu penyimpangan terhadapnya tak akan mengakibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya

(10)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 86 sekedar celaan dari individu yang

dihubunginya.

b) Kebiasaan (Folkways), sebagai perbuatan yang berulang-ulang dalam bentuk yang sama merupakan bukti bahwaa orang banyak menyukai perbuatan tersebut.

c) Tata kelakukan (Mores),

merupakan cerminan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap anggota- anggotanya.

d) Adat istiadat (Custom),

merupakan tata kelakuan yang kekal serta kuat integritasnya dengan pola-pola perilaku masyarakat dapat meningkatkan kekuatan mengikatnya menjadi

Custom atau adat istiadat. Soerjono Soekanto (2013: 174).77 2) Peranan individu dalam

Organisasi

Artinya individu berperan dalam organisasi sebagai pemberi status. Status yang dimaksud diantaranya :

a) Ascribed status, yaitu kedudukan yang diperoleh tanpe melalui perjuangan atau usaha sendiri.

77

Soerjono Soekanto. Op.cit. hal 174

78

Elly M. Setiadi. Op.Cit. Hal 46

b) Achieved status, yaitu kedudukan yang diperoleh melalui usaha atau perjuangan sendiri.78

3) Peranan individu dalam stuktur sosial masyarakat

Artinya individu tersebut memiliki aktivitas sebagai seorang atasan dalam suatu stuktur sosial masyarakat diantaranya :

a) Perencanaan, yakni rencana atau planning yang tersusun jelas dalam stuktur keorganisasian.

b) Pengorganisasian, yakni proses kegiatan penyusunan stuktur organisasi sesuai dengan tujuan, sumber, dan lingkungannya.

c) Pengarahan, dimana bagian yang sangaat kritis karena ini sangat menentukann berhasil atau tidaknya individu dalam stuktur sosial masyarakat. d) Pemotivasian, yakni pekerjaan

manajemen yang sederhana

namun rumit dalam

pelaksanaanya.

e) Pengendalian, yakni proses pengaturan berbagai faktor dalam suaatu perusahaan agar pelaksanaannya sesuai dengan ketetapan dalam rencana.79 (http://natasyas.blogspot.com/2012/0 3/peranan-individu-dalam-

(11)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 87 Dalam Buku Pedoman

Penanganan Aliran dan Gerakan Keagamaan Bermasalah di Indonesia oleh Ahmad syafi’i dkk, menjelaskan bahwa konsep peran dari Kantor Kementerian Agama dalam menangani aliran keagamaan, yang dimana peran dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama tersebut meliputi beberapa metode penanganan khusus dalam pembinaan Aliran yang dinilai bermasalah, dengan pendekatan personal melalui beberapa metode diantaranya :

1. Pendidikan dan Bimbingan (Edukasi dann Guidance)

Penyimpangan dari ajaran agama (yang syar’i) ditangani dengan metode pendidikan dan bimbingan keberagamaan. Dalam proses ini, pendidikan dan bimbingan bisa dilakukan dengan cara ta’lim, remedikal, dan klinikal lewat teknik monitoring, diskusi, dialog (counter), ceramah atau metode lainnya yang dinilai cocok dengan kondisi para korban. Prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dalam proses ini adalah :

a. Menciptakan kenyamanan, sehingga korban merasa damai, terbela, dan terlindungi.

b. Tidak bersifat menghakimi tetapi

bersifat analitis terhadap pemahamannya.

c. Membangun rasa percaya (trust) korban sehingga mereka bersedia terbuka kepada petugas dari tim penanganan.

2. Konseling dan Psikotherapi Tatkala korban telah

terdiagnosa sebagai penderita keabbnormalan jiwa, maka metode penanganannya adalah dengan konseling dan psikotherapi. Penderita yang terdiagnosa dengan gejala kesulitan menentukan piliha keputusan terhadap nilai dan norma teks dan konteks wahyu secara utuh, maka disuluhi dengan konseling.

3. Pengobatan (Treatment)

Setelah korban diagnosa menderita salah satu atau sejumlah penyakit phisik

(diseases), maka perlu

ditanggulang dengan elayanan biomedis secara an sich.

4. Hukum dan Advokasi sosial Setelah korban jelas

terindikasi masalah hukum, maka penanganannya adalah penyelesaian lewat peradilan. Dalam hal ini, agar keadilan berjalan maksimal perlu ada advokasi. Sementara korban yag terindikasi memikul dampak sosiaal, maka penanganannya dengan metode emberi

(12)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 88 pemahaman dan kesadaran

masyarakat agar dapat menerima kembali korban yang sudah dianggap sudah baik dan siap hidup di tengah masyarakatnya, untuk kemudian diberi prpgram pemberdayaan (empowering). 5. Pemutusan Mata Rantai ke

Jejaring Institusi Berjajaran Menyimpang

Sebagaimana telah dikemukakan, pemutusan hubungan dengan aliran/gerakan bermasalah sangat penting dalam proses penanganan. Cara yang dilakukan dalam metode ini adalah dengan memutus lingkungan korban dari komunitas dan atau jaringan yang dimungkinkan bisa dipengaruhi oleh aliran/gerakan keagamaan bermasalah. Pemutusan hubungan ini dilakukan hingga korban dinilai sudah mampu menjaga diri dari pengaruh aliran/gerakan keagamaan bermasalah tersebut.

Dari berbagai metode di atas, alur proses penanganan aliran/gerakan keagamaan baru yang bermasalah terlihat fungsi dari berbagai stakehholders yang diharapkan terlibat dalam penanganan, tentunya secara terkoordinasi dalam satuan tim

80

Ahmad Syafi’i dkk.2014.Pedoman

Penanganan Aliran dan Gerakan

oleh institusi yang mejadi Leading

Sector koordinasinyaa, yaitu Kementerian Agama RI.80

Berdasarkan dari beberapa pengertian dapat dikatakan bahwa peranan adalah suatu kelompok penghargaan seseorang terhadap cara menentukan sikap dan perbuatan dalam situasi tertentu berdasarkan atas kedudukan sosial tertentu.

Salah satu Peranan organisasi dalam Kementerian Agama Islam yaitu peranan dalam pengantisipasian aliran-aliran yang dinilai sesat di Kabupaten gowa. Kementerian Agama Islam ini memiliki peranan penting dalam hal mengantisipasi aliran yang dinilai sesat dimana keberadaan aliran tersebut semakin berkembang di tengah-tengah masyarakat Kabupaten Gowa.

Berdasarkan uraian para ahli diatas mengenai Peranan dapat disimpulkan secara Umum bahwa Peranan merupakan suatu proses keberlangsungan suatu kegiatan dimana sumber daya manusia yang memegang peranan penting itu memiliki status kependudukan dalam masyarakat yang dipercayai memiliki keahlian yang lebih dalam memberikan bimbingan positif ke masyarakat, sehingga sumber daya manusia memegang peranan penting

Kehidupan Keagamaan Badan Nitbang dan Diklat Kementerian

(13)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 89 sebagai pelaksana sekaligus sebagai

penggerak roda pembangunan demi terlaksananya program-program yang direncanakan.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Mengenai Peranan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi Aliran Sesat ini merupakan tugas pokok dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa khususnya pada Seksi Bimbingan Masyarakat Islam atau biasa disingkat dengan kata BIMAS.

Hasil penelitian yang dilakukan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa terhadap 9 informan, dengan menggunakan metode wawancara sebagai alat pengumpulan data yang paling utama, sehingga diperoleh data tentang Peranan Kantor Kementerian Agama dalam Mengantisipasi Aliran Sesat di Kabupaten Gowa Dari kesembilan informan tersebut bernama Dr. Mujahid Dahlan, S.Ag, Nurjannah, S.Ag, Hj. Masniati, S.Ag, Ust. Asrofi, S.Ag , Ust. Saing, S.Ag, Usman Muning, Sukmawati, Zulfikar, Masnah. Terpilihnya kesembilan nama informan tersebut dianggap mempunyai kapabilitas dalam memberikan jawaban tentang penelitian ini.

1). Thariqat Tajul Khalwatiah Tajul Khalwatiah Syeikh Yusuf Gowa demikian disebut tarekat

Syeiikh Sayyid Sulthan Ahmad Ali Muhamma Misyraami Al Khalwatiy Qaddasallahu Sirrahu Al Makassariy- Albugisiy- Albuthuniy (Andi Malakuti Petta Karaeng La’lang). Sejatinya tarekat Khalwatiah merupakan pecahan dari Tarekat Sammaniyah, sebelumnya dipimpin oleh saudaranya Puang La’lang, setelah meninggal beberapa tahun kemudian muncul Puang La’lang yang mengaku mendapatkan mandat dari Syeikh Yusuf melalui buku yang tertinggal di peti jenazahnya setelah pulang dari Cape Town Afrika Selatan.

MUI sepakat mengeluarkan fatwa sesat menyesatkan bagi ajaran Tajul Khalwatiah Syekh Yusuf Gowa versi Puang La’lang. Disebutkan ada 21 poin diperhatikan tentang ajaran Puang La’lang yang dijadikan dasar fatwa sesat menyesatkan. Poin-poin tersebut diperoleh berdasarkan dua belas kali rapat, mulai dari pembahasan tentang keberadaan tarikat yang dimaksud, kajian buku- buku yang dikeluarkan tarikat, kemudian dua kali rapat yang menghadirkan puang La’lang untuk menjelaskan ajarannya.

Berkaitan dengan terbitnya fatwa MUI Gowa tersebut beberapa pihak memberikan pandangan dan penjelasan. Puang La’lang dan pengikutnya tidak menghiraukan mengenai fatwa tersebut muncul.

(14)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 90 La’lang mempunyai kelebihan-

kelebihan yang dimiliki oleh Syekh Yusuf Al- Makassari. Setelah meninggalnya Syekh Yusuf tidak ada yang memiliki kharisma selama beberapa generasi, akhirnya kelebihan pengaruh ini bersinar di Puang La’lang. Secara rinci kelebihan yang dimaksud tidak begitu dapat dijelaskan. Jika merujuk pada aktifitas yang dilakukan oleh Puang La’lang yang dikenal sebagai orang yang bisa mengobati orang sakit, tempat konsultasi banyak hal terkait kegiatan sosial, misalnya waktu melaksanakan perkawinan dan kegiatan pesta tertentu, hari baik maupun bulan baik.

Pengaruh Puang La’lang terletak pada kemmpuannya mengobati orang terutama di sekitar desa dan kecamatan, tempat tinggal sang Mursyid. Dalam penjelasan sekretaris Komisi Fatwa MUI Gowa, pendekatan Puang La’lang tentang Wahdatul Wujud juga bermasalah, menyamakan diri dengan Mansyur Al-Hallaj yang mengalami satahat cukup berbeda dengan Sang Mursyid Tajul Khalwatiy. Puang La’lang hanya memahami sedikit tentang Wahdatul Wujud. Mengklaim diri sebagai siklus ketiga setelah Syeikh Siti Jenar juga tidak terlalu tepat, karena banyak Tokoh lain yang menggunakan pendekatan yang sama, misalnya Hamsah Al-Fanshuri

sangat kuat, sedangkan Mursyid Tajul Khalwatiy tidak memahami Bahasa Arab dengan baik, bahkan di beberapa tulisan mengalami kesalahan fatal dalam penulisannya. Seluruh Anggota MUI Gowa mengambil kesimpulan bahwa Puang La’lang kurang memiliki ilmu keislaman.

2. Peranan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi Aliran Sesat.

Peranan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa sangat penting adanya terkhusus pada proses pengantisipasian Aliran sesat yang berkembang di Kabupaten Gowa tepatnya di Kecamatan Pattallassang. Aliran yang dimaksud yakni Thariqat Tajul Khalwatiah yang dimana aliran tersebut di pimpin oleh seorang Mahaguru yang bernama Puang La’lang. Aliran tersebut telah terindikasi sesat berdasarkan atas keputusan Fatwa MUI Kabupaten Gowa dengan berbagai alasan diantaranya karena telah memiliki pemahaman yang menyimpang dari Al-Qur’an dan Hadits, Meyakini atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil-dalil syar’i, Mengingkari otentitas Al-Qur’an dan kebenaran isi Al-Qur’an, Menafsirkan Al-Qur’an tidak berdasar pada kaidah-kaidah penafsiran, Hingga berpotensi mengundang keresahan dan konfilk

(15)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 91 Kabupaten Gowa dan daerah-daerah

penyebarannya. Sesatnya aliran tersebut menimbulkan banyak keresahan oleh masyarakat Kabupaten Gowa terkhusus pada masyarakat pattallassang apabila aliran tersebut dibiarkan begitu saja. Melihat dari keresahan masyarakat Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa tidak hanya tinggal diam dalam menghadapi masalah terhadap aliran keagamaan ini, sehingga seksi Penyelenggaraan syari’ah yang bertugas langsung dalam penangaan aliran keagamaan pun telah memandatkan 3 orang penyuluh Agama yang dipercayakan punya bekal yang cukup dalam proses penanganan atau pengantisipasian Aliran Tajul Khalwatiah yang berada di Kecamatan Patttallasang tersebut. Penyuluh – penyuluh agama tersebut sudah pasti mengetahui tentang bagaimana cara mereka menghadapi masalah yang kian membuat masyarakat menjadi resah. Ada beberapa aspek yang dilakukan oleh para penyuluh Agama dalam proses pengantisipasian Aliran sesat tersebut yaang dimana tidak merupakan Peran dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam proses Pengantisipasian Aliran Sesat melalui relawan – relawan pemuka Agama islam yakni Penyuluh Agama.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan maka

Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Gowa dalam

Mengansipasi Aliran Sesat tergolong berjalan dengan baik atau efektif. Hal ini ditinjau dari segi Pendidikan dan Bimbingan berupa ( Ta’lim, Iremedikal, Klinikal monitoring, Diskusi, dan Ceramah), Konseling dan Psikotherapy, Pengobatan atau Treatment, Hukum dan Advokasi Sosial, hingga pada Pemutusan Mata Rantai ke Jejaring Institusi Berajaran Menyimpang. Kelima aspek tersebut yang merupakan indikator dari Peranan Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Gowa dalam

Mengantisipasi Aliran Sesat. Hal ini dapat dilihat pada penjelasan setiap aspek tersebut, sebagai berikut.

a) Pendidikan dan Bimbingan Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa Proses Pendidikan dan Bimbingan berupa Ta’lim, Iremedikal, Klinikal lewat monitoring, Diskusi serta Ceramah yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam menangani Aliran Sesat itu dinilai berjalan dengan efektif. Hal ini dapat dikatakan demikian sebab temuan di lapangan yang di mana para Penyuluh Agama yang turun langsung dalam pelaksanaan Pendidikan dan Bimbingan itu melaksanakan tugasnya dengan mengikuti standar pelayanan atau ketentuan yang telah di mandatkan langsung oleh Bidang

(16)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 92 (Bimas) dalam proses penanganan

Aliran Sesat Tajul Khalwatiah khususnya yang berada di Kecamatan Pattallassang. Seperti proses kegiatan pengajian rutin yang dilaksanakan pada hari Rabu dan Jumat baik untuk anggota majelis ta’lim hingga pada Santri-Santri TK-TPA Pattallassang sebagai generasi muda yang sangat membutuhkan bimbingan dan pendidikan yang layak tentang Bahayanya Aliran Tajul Khalwatiah apabila masih terus mendapatkan tempat untuk berkembang khususnya di Kecamatan Pattallassang.

Ada banyak kegiatan yang berfaedah dilakukan oleh para generasi muda atau Santri-Santri di Kecamatan Pattallassang, Mulai dari pengajian hingga kegiatan memanah sebagai jeda kegiatan Pengajian yang biasanya dipandu langsung oleh Bapak Ust. Asrofi selaku Penyuluh Agama yang ditugaskan di Kecamatan Pattallassang. Beliau antusias melakukan kegiatan ini karena beliau berfikir Santri-Santri atau generasi muda di Kecamatan Pattallassang akan lebih mudah memahami pentingnya Pendidikan dan Bimbingan apabila di selingi dengan kegiatan-kegiatan yang seru dan produktif tersebut.

Pelaksanaan proses Pendidikan dan Bimbingan ini mendapat apresiasi dari masyarakat Pattallassang baik para remaja

dan bapak-bapak di Kecamatan Pattallassang. Walapun ada sedikit hambatan karena proses Pendidikan dan Bimbingan yang seharusnya juga dilakukan untuk anggota Aliran Tajul Khalwatiah namun anggota pada Aliran tersebut terkesan menutup diri atau bersikap ekslusif pada masyarakat setempat maupun pihak dari Kementerian Agama Kabupaten Gowa.

b) Konseling dan Psikotherapy Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peranan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi Aliran Sesat pada aspek Konseling dan Psikotherapy itu dinilai berjalan namun terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaannya sehingga pada aspek ini masih belum sepenuhnya berperan. Konseling dan psikotherapy ini juga masih menjadi bagian tugas dari para Penyuluh Agama yang dimandatkan langsung dari Bidang Pendidikan Masyarakat Islam Kementerian Agama Kabupaten Gowa. Pelaksanaan Konseling dan Psikotherapy ini menuai beberapa

hambatan dalam proses

pelaksanaannya yakni dimana pelaksanaan Konseling dan Psykotherapy ini seharusnya dilaksanakan langsung kepada anggota Aliran Tajul Khalwatiah namun karena Anggota Aliran tersebut terkesan eklusif atau

(17)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 93 Konseling dan Psikotherapy ini

terhambat.

Konseling dan Psikotherapy juga di berikan kepada masyarakat Pattallassang berupa kajian atau pemberitahuan tentang pentingnya mendalami ajaran islam yang sesungguhnya agar tidak mudah terpengaruh dengan Aliran yang bercorak Islam namun bertolak belakang pada ajaran Agama Islam. Pelaksanaan Konseling dan Psikotherapy ini terus dilaksanakan oleh Penyuluh Agama Kecamatan Pattallassang karena aspek ini juga menunjang keberhasilan dalam proses penanganan Aliran Tajul Khalwatiah yang ada di Kecamatan Pattallassang agar tidak sampai menjamur ke masyarakat luas.

c) Pengobatan (Treatment) Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peranan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam mengantisipasi Aliran Sesat pada aspek Pengobatan atau

treatment yang dilakukan oleh Penyuluh Agama Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa hasilnya berjalan namun ada beberapa faktor yang menghambat jalannya proses ini sehingga Pengobatan atau Treatment ini dinilai belum berperan secara sepenuhnya. Pengobatan atau Treatment ini dilakukan terkhusus langsung kepada anggota Aliran Tajul Khalwatiah yang dinilai insaf dari

Peristiwa ini sebelumnya telah dijumpai oleh salah seorang Penyuluh Agama Kecamatan Pattallassang dimana ia mendapati adanya Anggota aliran Tajul Khalwatiah yang ingin mendaftarkan diri masuk sebagai anggota Penyuluh Agama Honorer ditanyai mengapa beliau ingin masuk menjadi penyuluh agama alasannya karena beliau ingin menegakkan ajaran Agama Islam yang sesungguhnya terutama di daerah tempat kediaman beliau. Saat itu, Penyuluh Agama yang tidak lain adalah Ust. Asrofi pun langsung merangkul beliau dan membimbing beliau ke arah yang lebih baik, sebelumnya beliau sempat di treatment dengan cara rukiah jiwa oleh ust. Asrofi dan diberikan berbagai kajian-kajian Islam agar beliau tetap kuat dan konsisten akan keputusannya untuk insaf dari Aliran Sesat Tajul Khalwatiah. Pengobatan atau Treatment yang dilakukan itu dalam bentuk rukiah jiwa, pemberian Ceramah atau kajian tentang Islam, dan sebagainya.

d) Hukum dan Advokasi Sosial Hukum dan Advokasi sosial yang dimaksud ini adalah bagaimana cara Penyuluh Agama Islam yang ditugaskan menjaga keutuhan masyarakat Pattallassang baik yang tergolong anggota Aliran Tajul Khalwatiah atau pun sebaliknya. Aspek Hukum dan Advokasi sosial

(18)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 94 baik oleh Penyuluh Agama Islam di

Kecamatan Pattallassang dengan cara menghimbau kepada masyarakat agar sekiranya tetap memandang baik dan menjalin kekeluargaan yang baik dalam Islam kepada anggota Aliran Tajul Khalwatiah, tidak menjauhi atau pun saling menghina walau beda pemahaaman dalam Agama Islam.

Hukum dan Advokasi Sosial ini dilakukan dalam proses pemberiaan kajian rutin atau pengajian rutin oleh ibu-ibu majelis Ta’lim maupun pada Santri TK-TPA Pattallassang Kabupaten Gowa dengan cara banyak menghimbau kepada mereka agar tetap menjaga keutuhan dalam menjalin tali persaudaraan tanpa harus saling menghakimi satu sama lain, disamping pemahaman- pemahaman guna memperkuat iman agar tidak terpengaruh oleh Aliran tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas Peranan Kantor Kementerian agama

Kabupaten Gowa dalam

Mengatisipasi Aliran Sesat khususnya pada aspek Hukum dan Advokasi Sosial itu dinilai berjalan dengan efektif.

e) Pemutusan Mata Rantai ke Jejaring Institusi Berajaran Menyimpang

Pemutusan mata rantai ke jejaring institusi berajaran menyimpang merupakan aspek terkahir dalam penelitian ini. Aspek

baik. Karena selain pemahaman yang diberikan mengenai aspek ini, juga telah terbukti bahwa masyarakat setempat tetap menjaga rantai generasi antar sesama walaupun mereka berbeda pemahaman dalam ajaran Agama Islam.

Pemutusan mata rantai ke jejaring institusi berajaran menyimpang artinya memutus rantai generasi kepada anggota Aliran Tajul Khawaltiah tanpa harus bersikap saling tidak menghargai satu sama lain. Semisal dalam satu keluarga hanya ayah dan ibu seorang anak yang fanatik dalam ajaran aliran ini maka rantai generasi yang di putus hanya ke ayah dan ibunya saja bukan kepada anak-anak serta keponakan- keponakannya disamping tetap saling adanya rasa menghargai keyakinan satu sama lain.

Berbagai aspek yang merupakan Peranan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi Aliran sesat telah dijelaskan dan berjalan dengan baik disamping banyaknya sebab akibat yang mempengaruhi namun tidak membuat kinerja Penyuluh Agama Kecamatan Pattallassang berkurang untuk menangani masalah Aliran Sesat Tajul Khalwatiah. Dan hingga saat ini pun keberadaan Tajul Khawaltiah di Kecamatan Pattallassang masih dalam pemantauan pihak

(19)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 95 Gowa dan akan terus di tangani

hingga aliran tersebut betul-betul telah hilang dan sudah tidak berkembang di Kabupaten Gowa.

4. PENUTUP a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peranan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi Aliran Sesat dapat disimpulkan bahwa Peranannya itu berjalan dengan efektif yang dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa untuk menangani Aliran yang dinilai sesat di Kecamatan Pattallassang dan tidak lain aliran tersebut bernama Aliran Tajul Khalwatiah. Hal ini dapat dikatakan demikian karena melihat dari setiap aspek yang dijadikan indikator dalam penelitian ini yaitu :

1. Aspek Pendidikan dan Bimbingan yang hasilnya efektif, dikarenakan Pendidikan dan Bimbingan yang dilakukan berupa Ta’lim, Iremedikal, Klinikal lewat Monitoring, diskusi dan ceramah itu telah dilaksanakan dengan semestinya. Terbukti dengan adanya Pengajian rutin setiap hari Rabu hingga Jumat untuk para ibu-ibu majelis Ta’lim dan para Generasi muda yakni Santri-Santri TK- TPA Pattalassang yang dipandu

langsung oleh Penyuluh Agama Kecamatan Pattallassang.

2. Aspek Konseling dan Psikotherapy yang hasilnya kurang efektif, aspek kedua ini berjalan dengan kurang efektif karena maraknya hambatan yang terjadi namun tidak menggoyahkan jalannya pelaksanaan aspek ini oleh Penyuluh Agama Pattallassang, mulai dari hambatan karena sulitnya berkomunikasi dengan anggota aliran Tajul Khalwatiah karena terkesan menutup diri atau Ekslusif maupun hambatan lainnya.

3. Aspek Pengobatan (treatment) yang hasilnya kurang efektif, aspek ini juga berjalan dengan kurang efektif karena ada beberapa faktor yang menghambat jalannya aspek ini, berhubung aspek ketiga ini merupakan lanjutan dari aspek sebelumya yakni Konseling dan Psikotherapy.

4. Aspek Hukum dan Advokasi Sosial yang hasilnya juga efektif, dikarenakan juga telah dilaksanakan dengan baik oleh Penyuluh Agama Kecamatan Patallassang, dimana aspek ini bertujuan agar supaya masyarakat tidak saling terprovokasi akan adanya Aliran tersebut sehingga walau berbeda

(20)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 96 namun mereka harus tetap saling

menghargai satu sama lain. 5. Aspek Pemutusan Mata Rantai

ke Jejaring Institusi Berajaran Menyimpang dinilai juga berjalan dengan efektif, karena telah dilaksanakan dengan baik oleh para Penyuluh Agama Kecamatan Pattallassang dengan cara menghimbau kepada masyarakat agar tidak memutuskan adanya tali persaudaraan satu sama lain walau mungkin dalam lingkup keluarga hanya ayah dan ibunya yang fanatik menganut Aliran Tajul Khalwatiah itu tidak megharuskan memutuskan rantai generasi ke anak-anak maupun keponakan-keponakannya yang tidak menganut Aliran Tajul Khalwatiah.

b. Implikasi

Melihat dari hasil penelitian ini dapat memiliki implikasi bahwa sangat penting adanya Peranan Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Gowa dalam

Mengantisipasi Aliran sesat agar tidak meresahkan masyarakat luas teruntuk pada masyarakat Kabupaten Gowa. Oleh karena itu untuk mewujudkan perannya itu sendiri Kemenag Gowa memandatkan Penyuluh Agama pada setiap Kecamatan di Kabupaten Gowa untuk melaksanakan tugasnya yang

Kementerian Agama. Penyuluh- penyuluh agama tersebut di mandatkan beberapa tugas dan salah satunya tugas untuk mengatasi aliran sesat yang meresahkan warga. Aliran Sesat yang terkenal di Kabupaten Gowa itu sendiri berada di Kecamatan Pattallassang yang bernama Tajul Khawatiah dan dipimpin oleh seotang Mahaguru yang bernama Puang La’lang. Tugas dari Penyuluh Agama tersebut yakni mengantisipasi perkembangan aliran ini dengan beberapa aspek acuan dalam proses penangannya mulai dari proses pelaksanaan Pendidikan dan bimbingan, Pengobatan, Konseling, Hukum dan advokasi sosial, hingga Pemutusan mata rantai ke Jejaring institusi Berajaran Menyimpang. Beberapa aspek tersebut telah dijalankan dengan baik oleh Penyuluh Agama Kecamatan Pattallassang disamping berbagai hambatan dan kendala yang dihadapi. Hingga saat ini Aliran Tajul Khalwatiah tersebut masih dalam proses penanganan Pihak Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa.

c. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan di atas, maka adapun yang menjadi saran dari hasil penelitian ini, yaitu:

1. Perlu adanya pertemuan aktif dilakukan oleh forum-forum keagamaan yang dilaksanakan

(21)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 97 Kabupaten Gowa yang

menentang adanya keberadaan Aliran Tajul Khalwatiah.

2. Perlu adanya penambahan Penyuluh Agama di Kecamatan Pattallassang untuk proses penanganan Aliran Tajul Khalwatiah. REFERENSI Buku Hikmawati, fenti.2017.Metodologi Penelitian. Depok: PT RajaGrafindo Persada Mardalis.2010.Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal).Bumi Aksara.Jakarta

Mufid, Ahmad Syafi.2012.Dinamika

Perkembangan Sistem

Kepercayaan Lokal di

Indonesia. Jakarta:

Kementerian Agama RI Badan Litbang & Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan

Sarwono, Sarlito Wirawan.2001.

Teori-Teori Psikologi Sosial.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Setiadi, Elly M, Usman Kolip.2011.

Pengantar Sosiologi. Jakarta:

PrenadaMedia Grup

Soekanto, Soerjono, Budi Sulistyowati.2013. Sosiologi

Suatu Pengantar. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada

Sugiyono.2013.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Syafi;i Ahmad,dkk.2014.Pedoman

Penanganan Aliran dan

Gerakan Keagamaan

Bermasalah di

Indonesia.Jakarta:Puslitbang

Kehidupan Keagamaan Badan Nitbang dan Diklat Kementerian Agama RI.Hal 40-42

Thoha, Mifta.2016. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Yin, Robert K.2015. Studi Kasus

Desain dan Metode. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada Internet dan Jurnal

Admin.2015.Landasan Teoritis dari Peranan (http://digilip.unila.ac.id/201 5/landasanteoritisdariperana n.pdf/ di akses tanggal 27 Oktober 2018 pukul 22.15 WITA). Hidayatulloh, Furqon Syarief.2013.Strategi

Pencegahan dan Penanganan Penyebaran Aliran Sesat di Indonesia Studi Kasus di Institut Pertanian Bogor. Bogor: Analisis.Volume

(22)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 98 Langaji Abbas.Dinamika Aliran

Keagamaan Sempalan Tinjuan Perspektif Sosiologi Agama

(www.sublibrary.com/aliran/ aliran-sesat-agama-islam-pdf

diakses tanggal 27 November 2018 pukul 11.26 WITA). Martin, Van, Bruinessen 1992

“Gerakan Sempalan di

Kalangan Umat Islam Indonesia Latar Belakang Sosial-Budaya” (“Sectarian movements in Indonesian Islam Social and cultural background”), Ulumul

Qur’an vol. III.Nomor 1 MUI-Hidayatullah 10 Kriteria Aliran Sesat

(https://m.hidayatullah.com

di akses tanggal 12 Desember 2018 pukul 00.26 WITA)

Natasya’s Blog.2012.Peranan Individu dalam Masyarakat (http://natasyas.blogspot.com/2 012/03/peranan-individu- dalam-masyarakat diakses tanggal 10 Desember 2018 pukul 21.14 WITA)

Muh. Saing. 2018.Makalah Seminar

Isu-Isu Aktual Bimbingan Masyarakat Agama dan Layanan

Keagamaan.Jakarta:Puslitbang

Keagamaaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.Hal 11-15

(adeotnasus1980.bloggspot.co m-2015/02 di akses 12

Desember 2018 pukul 02.46 WITA)

Pan Mohamad Faiz.28 Mei 2014.Undang-undang

Penodaan Agama dan Mahkamah Konstitusi.

https://Panmohammadfaiz.c om/2014/05/28/ UU- Penodaan-Agama-dan- Mahkamah-Konstitusi. Di akses 16 Januari 2019 Pukul 19.46 WITA

Skripsi

Nurningsi.2018. Analisis Kinerja

Penyuluh Kantor

Kementerian Agama

Kabupaten Gowa (Studi Kasus Kinerja Penyuluh Agama Islam di Kecamatan Pattallassang).Makassar:

Program Magister Ilmu Administrasi Negara STIA LAN

Oktiadi, Acep

Mulingki.2014.Analisis Pola

Pembinaan Terhadap Aliran

Islam Sesat Amanat

Keagungan Ilahi di

(23)

Volume 8, No. 2, Agustus 2019 99 Yulianti, Wahyu.2012.Peranan

Kantor Urusana Agama (KUA) dalam Melakukan Pendaftaran Tanah Wakaf (Studi pada Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Samarinda Ulu Kota

samarinda).Samarinda:

Universitas Diponegoro Semarang

Perundang-undangan Deff Billy Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2015 pasal 29 Ayat 2

(http://kepri.kemenag.go.id/p ublic/files/PeraturanPresiden /reap1441957590.pdf

di akses tanggal 9 Desember 2018 pukul 10.26 WITA

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Grafik Total Dana Perimbangan Tahun 2008-2009 untuk daerah di Provinsi Jawa Timur.. (dalam

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa infrastruktur dan aksesibilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan wisatawan asing dan lokal, hal ini dapat

[r]

Hasil analisis pengaruh gaya hidup terhadap perubahan IMT pada akseptor kontrasepsi hormonal suntik tiga bulan menggunakan uji regresi logistik sederhana menunjukkan bahwa

Masa'il , referensi, dan objek yang dikaji. Sedangkan aspek epistemologi istinbat al-ahkam , NU menggunakan metode ilhaq al- masa’il bi nazairiha. Ilhaq al-masa’il bi

Bahwa Pasal 310 Undang-Undang a quo tidak memberikan penjelasan secara khusus mengenai frasa “kelalaiannya” dan “orang lain” sehingga tidak memberikan kepastian hukum,

SISTEM KEUANGAN ISLAM Indirect Financial Market Direct Financial Market Islamic Bond Market Islamic Equity Market Unit Trusts Takaful Forex Market Pension Funds Islamic

Target luaran yang diharapkan adalah membentuk anak panti asuhan yang mandiri secara ekonomis, dan produksi telur ayam ras dari panti yang berkelanjutan.. Dalam kegiatan ini