• Tidak ada hasil yang ditemukan

VOLUME 33, NO. 4, NOVEMBER 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VOLUME 33, NO. 4, NOVEMBER 2013"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

VOLUME 33, NO. 4, NOVEMBER 2013

Peningkatan Kadar Kurkuminoid dan Aktivitas Antioksidan Minuman Instan Temulawak dan Kunyit The Increase of Curcuminoida Content and Antioxidative Activity ofTemulawak and Turmeric Instant Beverages Astuti Setyowati, Chatarina Lilis Suryani

363

Aktivitas dan Stabilitas Antioksidan Ekstrak Pigmen Alga Oscillatoria sp. 371

Antioxidant Activity and Stabilty of Pigment Extracted from Algae Oscillatoria sp. Karseno, Isti Handayani, Retno Setyawati

• Fraksinasi Enzim Lipase dari Endosperm Kelapa dengan Metode Salting Out 377

Lipase Fractionation of Coconut Endosperm by Salting Out Method Moh. Su'i, Suprihana

StabUitas Ekstrak Antosianin Beras Ketan (Oryza sativa var. glutinosa) Hitam selama Proses

Pemanasan dan Penyimpanan 384

Stability of Anthocyanins Extracted from Black Glutinous Rice (Oryza sativa var. glutinosa) during Heating and Storage Process Nanik Suhartatik, Merkuria Karyantina, Akhmad Mustofa, Muhammad Nur Oahyanto,

Sri Raharjo, Endang Sutriswati Rahayu

• Pengaruh Penggunaan Pati Ganyong, Tapioka, dan MOCAF sebagai Dahan Substitusi

terhadap Sifat Fisik Mie Jagung Instan 391

The Effect of Using Canna Starch, Tapioca, and MOCAF as A Substitution Ingredients on Physical Characteristic of Corn Instant Noodle

Novita Indrianti, Rima Kumalasari, Riyanti Ekafitri, Doddy Andy Dannajana • Pengaruh MinyakAtsiri Jahe Merah dan Lengkuas Merab pada Edible Coating

terbadap Kualitas Fillet lkan Patin 399

Effect of Edible Coating Enriched with Red Ginger and Red Galanga/ Essential Oil on the Quality of Patin Fillet Rohula Utami, Kawiji, Edhi Nurhartadi, Muslika Kurniasih, Dedy lndianto

• Khelasi Plumbum (Pb) Cadmium (Cd) Menggunakan Asam Sitrat pada Biji Kedelai 407

Chelation of Plumbum and Cadmium by Citric Acid in Soybean Seeds Sapto Priyadi, Purnama Dannaji, Umar Santoso, Pudji Hastuti

Optimasi Ekstraksi Gelombang Ultrasonik untuk Produksi Oleoresin Jabe (Zingiber oj]icinale Roscoe)

Menggunakan Response Surface Methodology (RSM) . 415

Optimization of Ultrasonic Wave Extraction for Ginger Oleoresin Production (Zingiber officinale Roscoe) Using RSM Sri Hartuti, Muhammad Dani Supardan

(2)

Pengaruh Foaming pada Pengeringan lnulin Umbl Gembill

(Dioscorea esculenta)

terhadap Karakterlstik Fisiko-Kimia dan Aktivitas Prebiotik

Effect of Foaming in Drying of Lesser Yam Inulin (Dioscorea esculenta) on the Physicochemical Characteristics

and Prebiotics Activities

Sri Winarti, Eni Hannayani, Yustinus Marsono, Yudi Pranoto

Penlngkatan Produktivitas Proses budldaya Karet Alam dengan Pendekatan Green Productivity: Studl Kasus di PT. XYZ

The Increase of Natural Rubber Plantations Productivity with Green Productivity Approach: A case study at PT. XYZ Marimin, Muhammad Arif Diirmawan, Machfud, Muhammad Panji Islam Fajar Putra

Rancangbangun dan Pengujian Tungku Berbahan Bakar Gas untuk lndustri Tahu Tradisional Berbasis Produksi Bersib

Design, Cons~ction and Test of Gas Stove for Traditional Tofu Industry Based on Cleaner Production Andi Taufan, Novrinaldi, Umi Hanifah

Prediksl Masa Kedaluwarsa Wafer dengan Artificial Neural Network (ANN) Berdasarkan Parameter Nilai Kapasitansi

Prediction Shelf Life Wafer using Artificial Neural Network based on Capacitance Parameter Ema Rusliana Muhamad Saleh, Erliza Noor, Taufik Djatna, Irzaman

Penyusunan Sistem Pendukung Keputusan untuk Penetapan lndeks Ketahanan Pangan di Tingkat Rumab Tangga dan WUayah (Studi Kasus di Desa Srlmartani, Plyungan, Bantul, Yogyakarta)

Arrangement of Decission Support System for Household and Region Level Food Security Index Definition (Case Studies of Srimartani Village, Piyungan, Bantu/, Yogyakarta)

Erniati, Lilik Sutiarso, Putu Sudira

• Karakteristik Fislk dan Kurva Durasi Aliran pada 15 DAS di Jawa Timur Physical properties and Flow Duration Curves of I 5 Watersheds in East Java . Indarto, Suhardjo Widodo, Agung Priyo Subakti

Modifikasi dan Perbaikan Kinerja Alat Pengiris Mayang Kelapa untuk Menyadap Nira Modification and Improvement of Coconut Spadix Slicer to Take Palm Sap

Tamrin, Ta'lin 424 433 442 450 458 477

(3)

AGRITECH

JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN

DITERBITKAN OLEH

Fakultas Teknologi

Pertanian

Universitas Gad

j

ah Mada

Perhimpunan Ahli Teknologi

Pangan Indonesia

Cabang Yogyakarta

Perhimpunan

Teknik Pertanian

Cabang Yogyakarta

KE

TUA REDAKSI

Yudi Pranoto

DEWAN REDAKSI

Atris Suyantohadi

Hermantoro

Kuncoro Harto Widodo

Nursigit

Bintoro

Rudiati Evi Masithoh

Sardjono

Suharwadji

PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

Agustina Asih Tri Utami

Betty Sri Rejeki

ALAMAT REDAKSI

Kantor Redaksi Agritech

Fakultas Teknologi

Pertanian

Universitas

Gadjah

Mada

Jalan Flora No.

1,

Bulaksumur

,

Yogyakarta 55281

Telp. 085712601130; Faks. (0274) 589797

E-mail:agritech

@

gadjahmada

.

edu

Web: http:

//

www.jurnal-agritech

.

tp

.

ugm.ac.id/

PERCETAKAN

Kanisius, Yogyakarta

Isi di luar tanggung jawab percetakan

Harga

langganan per tahun ( 4

.

nomor)

Rp

100.000

,

00

.

Pembayaran

dilakukan

melalui transfer ke

Rekening Mandiri Cabang UGM No

.

Rekening 137-00-1099907-2 atas nama Rudiati Evi Masitho

h/

Yudi Pranoto

. Konfirmasi

transfer

dapat dilakukan

dengan mengirimkan bukti transfer ke alamat redaksi

melalui email ke agritech

@

gadjahmada.edu atau faks. (0274) 589797. Pembelian per

nomor

harap

menghubungi

Bagi

an

Produksi

dan

Distribusi

(

c

ontact p

e

rson

:

085712601130)

(4)

AGRITECH, Vol. 33, No. 4, November 2013

OPTIMASI EKSTRAKSI GELOMBANG ULTRASONIK UNTUK PRODUKSI

OLEORESIN JAHE (Zingiber officinale Roscoe) MENGGUNAKAN

RESPONSE SURFACE

~ETHODOLOGY

(RSM)

Optim

i

zation of Ult

r

asonic Wave Extraction for Ging

e

r Oleoresin Production

(Zingib

_

erofficinale Roscoe) Using

Response Surface Methodology (RSM)

Sri Hartuti1, Muhammad Dani Supardan

2

1

Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, JI. T. Krueng Kalee, Darussalam, Banda Aceh 23111

2

Jurusan Teknik kimia, Fakultas-Teknik, Universitas Syiah Kuala, JI. Syech AbdurraufNo. 7, Darussalam, Banda Aceh 23111 Email: sri.hartuti@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan melakukan optimasi proses ekstraksi oleoresin jahe menggunakan gelombang ultrasonik.

Variabel-variabel yang dipelajari adalah: rasio jahe terhadap pelarut etanol (X,), temperatur ekstraksi (X2), clan

waktu ekstraksi (X3). Metode perrnukaan respons dengan rancangan Central Composite Design (CCD) digunakan

untuk memperoleh model matematis yang menggambarkan hubungan antara rendemen dan indeks bias oleoresin jahe

terhadap variabel-variabel yang mempengaruhinya. Kondisi optimum ekstraksi oleoresin jahe menggunakan gelombang

ultrasonik diperoleh pada komposisi perbandingan bubuk jahe terhadap

xi

sebesar 1:3,70 g g·

1, x2

sebesar 46 °C, dan

X3 selama 129 menit dengan rendemen sebesar 8,884%, dan nilai indeks bias sebesar 1,487. Hasil analisis GC-MS

menunjukkan bahwa komponen oleoresin jahe pada kondisi terbaik, terdiri atas 41,65% komponen minyak yang mudah

menguap dan 26,2% pembawa rasa pedas. Oleoresin jahe yang dihasilkan pada penelitian ini telah memenuhi standar

EOA No. 243.

Kata kunci: Oleoresin jahe, ekstraksi, ultrasonik, metode perrnukaan respons ABSTRACT

The research aims to optimize extraction process of ginger oleoresin using ultrasonic wave. The variables observed

include ratio of ginger to ethanol solvent (X1), extraction temperature (X

2), and extraction time (XJ The response

surface method with central composite design (CCD) was used to obtain a mathematical model in order to define

correlation between yield and refractive index of ginger oleoresin to any effected variables. The optimum conditions of

ginger oleoresin using ultrasonic wave was obtained at composition ratio of ginger powder to ethanol X, at I :3. 70 g g-1,

X2 at 46°C, and X3 for 129 minutes generating 8.884% yield, and refractive index value at 1.487. A GC-MS analysis

result shows that ginger oleoresin components in the best state consist of 41.65% volatile oil component and 26.2%

carriers of spicy flavor. The ginger oleoresin produced in the research meets the EOA standard No. 243.

Keywords: Ginger oleoresin, extraction, ultrasound, response surface methods

PENDAHULUAN

Jahe mengandung komponen volatile oil, n<?n-vo/atile

oil, dan pati. Minyak atsiri merupakan komponen pemberi bau yang khas, sedangkan minyak yang tak menguap

(oleoresin) merupakan komponen pemberi rasa pedas dan

pahit. Komponen-komponen pemberi rasa pedas yaitu

gingerol sebagai komponen utama serta shagaol dan zingeron

dalam jumlah sedikit. Kandungan oleoresin jahe segar

berkisar antara 0,4-3, 1 persen (Koswara, 1995). Sementara

itu, Paimin dan Murhananto (2007) menyatakan bahwa setiap

I kg oleoresin sebanding dengan 28 kg bubuk jahe.

Umumnya, oleoresin dapat diperoleh melalui ekstraksi

konvensional menggunakan soxhlet. Namun semng

,berjalannya waktu, pengembangan proses pengolahan jahe dengan menggunakan metode ekstraksi terus dilakukan untuk

mendapatkan oleoresin dengan kualitas dan kuantitas yang

(5)

ekstraksi menggunakan ultrasonik. Teknik ini dikenal dengan

sonokimia yaitu pemanfaatan efek gelombang ultrasonik

untuk mempengaruhi perubahan-perubahan yang terjadi

pada proses kimia. Keuntungan utama ekstraksi gelombang ultrasonik antara lain efisiensi lebih besar, waktu operasi lebih singkat, dan biasanya laju perpindahan masa lebih cepat jika dibandingkan dengan ekstraksi konvensional menggunakan

soxhlet (Garcia dan Castro, 2004).

Rendemen oleoresin jahe sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya: ukuran bahan, waktu ekstraksi,

temperatur ekstraksi, jenis bahan, jenis pelarut, dan perbandingan jumlah pelarut dengan bahan. Menurut Fuadi

(2009), rendemen oleoresin jahe tertinggi diperoleh pada

ukuran bahan 10 mesh, temperatur 60°C, dan waktu ekstraksi

5 jam. Susanti (2010) juga menyebutkan bahwa jenis pelarut terbaik yang dapat digunakan pada ekstraksi oleoresin jahe adalah pelarut etanol, pada temperatur 60°C, dengan ukuran bahan 10 mesh. Namun waktu ekstraksi yang terbaik diperoleh selama 3 jam. Selanjutnya Ulfransiska (2010) menyatakan bahwa kualitas oleoresin jahe terbaik diperoleh pada jenis jahe merah dengan waktu ekstraksi selama 5 jam, ukuran bahan 10 mesh dan temperatur ekstraksi 60°C.

Selain itu, Koswara (1995) menyebutkan bahwa

temperatur ekstraksi yang paling baik untuk ekstraksi oleoresin jahe adalah 50°C, karena ha! ini dapat mencegah kerusakan komponen rasa pedas dalam oleoresin jahe. Hal

ini diduga karena gingerol berubah menjadi shogaol dan

zingerone. Gingerol merupakan komponen utama dalam

oleoresin jahe yang menyebabkan rasa pedas, namun ekstraksi

komponen ini dalam bentuk mumi sulit dilakukan karena

senyawa ini mudah bereaksi dengan pelarut (Paimin dan

Murhananto, 2008). Koswara (1995) juga menyatakan bahwa

dalam tahapan pengolahan, gingerol dapat berubah menjadi

shogaol atau zingerone yang kurang pedas. Reaksi perubahan

gingerol dapat terjadi selama proses pengeringan dan ketika

proses ekstraksi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui kondisi optimum parameter-parameter yang mempengaruhi proses ekstraksi oleoresin

jahe menggunakan ultrasonik. Salah satu metode optimasi

yang dapat digunakan adalah metode permukaan respons.

Peningkatan penggunaan metode permukaan respons dalam

berbagai bidang ilmu terns meningkat. Begitu pula untuk

optimasi pada ekstraksi, diantaranya adalah: optimasi

kondisi-kondisi untuk ekstraksi air panas dari jus pisang dengan

menggunakan metode permukaan respons (Lee dkk., 2006),

optimasi permukaan respons pada minyak gandum yang

dihasilkan dengan ekstraksi karbon dioksida superkritik (Shao

dkk., 2008). Oleh karena itu, optimasi ekstraksi oleoresin

jahe dengan menggunakan metode permukaan respons perlu

dilakukan dengan tujuan untuk menghemat waktu dan biaya.

416

AGRJTECH, Vol. 33, No. 4, November 2013

Penelitian ini bertujuan melakukan optimasi proses

ekstraksi oleoresin menggunakan ultrasonik untuk

mendapatkan rendemen oleoresin jahe yang maksimal, dan

indeks bias yang sesuai standar EOA No. 243. Selanjutnya

dilakukan validasi pada kondisi optimum yang telah

diperoleh.

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah jahe

emprit segar yang diperoleh dari pasar rakyat di Kota Bireuen,

Propinsi Aceh. Etanol, aquades, kertas saring. Alat yang

digunakan adalah ultrasonic cleaning bath (Bransonic 8510),

rotary vacuum evaporator (Yamato RE 200), refraktometer

abbe, GC-MS (QP2010S SHIMADZU), ayakan Restaz AS

200, corong pemisah, crusher hammer mill, digital balance,

pompa air, stop watch, termometer, alat gelas, dan alat

analisis.

Prosedur Percobaan

Rimpangjahe segar disortir kemudian dicuci bersih, dan

dirajang setebal 1-2 mm, kemudian dikeringkan dengan sinar

matahari hingga kandungan air mencapai ± 10%. Setelah

proses pengeringan selesai, dilakukan proses pengecilan

ukuran menggunakan hammer mill sampai menjadi bubuk

jahe yang berukuran 10 - 16 mesh. Bubuk jahe dan sejumlah

pelarut etanol untuk masing-masing ukuran percobaan,

dimasukkan kedalam labu leher 2 (dua). Kemudian labu yang

dilengkapi dengan kondensor dan termometer dimasukkan

kedalam ultrasonik cleaning bath.

Setelah proses ekstraksi selesai, hasil ekstraksi disaring

dengan kertas saring, kemudian pelarut diuapkan dengan

menggunakan Rotary Vacum Evaporator (Yamato RE 200)

pada tekanan 24 kPa dan temperatur 40°C sehingga didapatkan

produk oleoresin jahe. Produk oleoresin didinginkan dalam

desikator dan ditimbang sampai berat konstan kemudian dianalisis.

Rancangan Percobaan

Pada penelitian ini digunakan central composite design

(CCD) tiga faktor, untuk melihat kondisi optimum pengaruh

perlakuan (rasio jahe terhadap pelarut etanol, temperatur

ekstraksi dan waktu ekstraksi) terhadap rendemen dan indeks

bias oleoresin jahe. Kondisi terbaik yang diperoleh pe

neliti-peneliti sebelumnya menjadi dasar penentuan tarafperlakuan

pada metode permukaan respons yang digunakan. Persentase

rendemen oleoresin jahe pada setiap perlakuan, dihitung

(6)

berat oleoresin 0

Rendemen= X

100

Yo ...•.•...

(1)

berat jahe kering

Perlakuan dan kode perlakuan ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Batasan dan level variabel berubah/ variabel bebas

Batasan clan level

Variabel (X) -1,682 +l,682

(-a) -1 0 +I (+a)

Perbandingan bubuk

jahe terhadap pelarut 1:1,04 1:1,58 1:2,37 1:3,16 1:3,70 etanol, X, (g g·1 ) Temperatur ektraksi, 42 45 50 55 58

x2

(•C) Waktu ekstraksi, X3 79 120 180 240 281 (menit)

Pada tahapan ini akan terbentuk suatu persamaan matematika dengan model polinomial orde kedua yang fungsinya kuadratik sebagai berikut:

Y={J, + fiiX,+[J,X,+fJ,X,+fii,X,'+[J,,XJ+p,,xJ+fii,X,X, +fii,X,X,+/JnX,x, ...•... (2) Tabel 2. Data hasil eksperimen dan hasil prediksi model

Std Run Batasan dan level

Or-der Order Variabel X

X,

x

?

x

,

18 0 0 0 9 2 -1,682 0 0 3 3 -1 1 -1 10 4 1,682 0 0 14 5 0 0 1,682 11 6 0 -1,682 0 1 7 -1 -1 -1 13 8 0 0 -1,682 12 9 0 1,682 0 8 10 1 7 1 I 1 1 -1 20 12 0 0 0 5 13 1 -1 -1 4 14 -1 1 1 17 15 0 0 0 15 16 0 0 0 16 17 0

·

o

0 6 18 -1 2 19 -1 -1 1 19 20 0 0 0

AGRITECH, Vol. 33, No. 4, November 2013

Dimana: Y adalah rendemen oleoresin jahe dan nilai

indeks bias oleoresin jahe,

I\

adalah intersep/konstanta,

I\,

13

2•

13

3 merupakan koefisien linier,

13

11•

13

22,

13

33 adalah koefisien

kuadratik,

13

2

13

13

13

23 adalah koefisien interaksi perlakuan.

X1 adalah faktor rasio jahe terhadap pelarut etanol (g g-1), x2 adalah temperatur ekstraksi (°C), dan x 3 adalah waktu

ekstraksi (menit) .

BASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan jahe terhadap pelarut etanol, temperatur ekstraksi, dan waktu

ekstraksi mempunyai pengaruh terhadap rendemen dan

indeks bias oleoresin jahe yang dihasilkan. Nilai eksperimen

dan hasil prediksi model untuk rendemen dan indeks bias

oleoresin jahe seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Berdasarkan

Tabel 2, diketahui bahwa nilai rendemen · oleoresi~· jahe

yang diperoleh melalui eksperimen dan melalui prediksi

model memiliki kesesuaian yang cukup baik. Perb.edaan

nilai rendemen hasil eksperimen dan hasil prediksi

rata-rata sebesar 6,78%, sedangkan perbedaan nilai indeks bias

hasil eksperimen dan hasil prediksi rata-rata sebesar 9,09%.

Rendemen tertinggi diperoleh 9,634% yaitu pada kondisi

ekstraksi dengan perbandingan bubuk jahe terhadap pelarut

Rendemen (Y 1) Indeks bias (Y2)

Eksperimen Prediksi Eksperimen Prediksi

6,487 7,054 1,643 1,645 0 0,769 0 0,643 4,274 3,794 1,645 1,645 8,768 7,691 1,642 1,362 9,6343 8,790 1,652 1,859 7,0529 6,790 1,656 1,314 4;531 3,872 1,656 1,645 8,049 8,586 1,673 1,829 7,503 7,457 1,644 1,730 7,629 8,506 1,644 1,806 9,507 9,533 1,654 1,336 7,034 7,054 1,656 1,314 8,800 9,188 1,694 1,346 5,759 5,590 1,694 1,785 7,127 7,054 1,645 1,364 . 7,764 7,054 1,648 1,645 7,917 7,054 1,657 1,645 6,936 7,635 1,814 1,839 4,951 5,143 1,654 1,336 5,944 7,054 1,681 1,645

(7)

etanol 1 :2,37 g g·1

, temperatur ekstraksi 50°C, dan waktu

ekstraksi 281 menit. Sedangkan nilai rendemen terendah diperoleh pada kondisi ekstraksi dengan perbandingan bubuk jahe terhadap pelarut etanol 1: 1.04 g g·1

, temperatur ekstraksi

50°C, dan waktu ekstraksi selama 180 menit, dimana pada kondisi ini tidak dihasilkan rendemen sedikitpun sehingga nilai rendemennya dianggap sama dengan 0%. Pada kondisi ini jumlah pelarut yang digunakan tidak dapat melarutkan bahan secara sempuma. Bahkan bahan masih dalam kondisi tergumpal-gumpal, sehingga pada saat dilakukan proses ekstraksi tidak dihasilkan ekstrak sedikitpun.

Analisis Karakteristik Permukaan Respons Rendemen

Oleoresin Jahe

Tabel 3. Analisis varian regresi untuk rendemen oleoresin jahe Source Regression Linear XI X2 X3 Square Xl*XI X2*X2 X3*X3 Interaction Xl*X2 Xl*X3 X2*X3 Residual Error Lack-of-Fit Pure Error Total R-Sq =91,5% DF 9 3 I 3 3 10 5 5 19 Seq SS 83,727 58,419 21,093 4,215 7,769 4,961 2,807 91,496 Adj MS 9,3031 19,4730 7,0311 1,4050 0,7769 0,9923 0,5615 p 0,000 0,000 0,000 0,425 0,804 0,003 0,002 0,918 0,032 0,209 0,741 0,047 0,682 0,274

Hasil analisis varian untuk rendemen oleoresin jahe menunjukkan nilai R2sebesar 91,5%, hal ini mengindikasikan

bahwa variabel tetap (XI

x

2

dan X3) memberikan pengaruh sebesar 91 5% terhadap ·m~del. P 1 regresi sebesar 0.000

' va ue

Ie.bih kecil dari derajat signifikansi a = 5%. Hal ini berarti variabel-variabel penelitian memberikan pengaruh yang berarti dalam model, baik untuk model linier maupun model kuadratik. Hipotesis awal (H0) akan ditolak bila Pvalue kurang

dari a sebaliknya hipotesis awal akan gagal tolak apabila P value melebihi a. Pada hasil analisis anova untuk rendemen

oleoresin jahe (Tabel 3) menunjukkan nilai hasil uji lack of.

fit adalah 0,274, karena a adalah 5%. Maka tidak ada alasan untuk menolak hipotesis awal (H ) yang mengatakan tidak . a ada lack of fit, artinya model yang telah dibuat sesuai dengan

AIQ

AGRITECH, Vol 33, No. 4, November 2013

data. Model matematika yang diperoleh untuk memprediksi nilai rendemen oleoresin jahe adalah sebagai berikut: y = -277, 184

+

435,337X 1 - o,469 x2

+

0,106 X3 -160,021 x12+ o,268 x 1

x

2-o,149X1 X3+ 0,001

x

22

+

0,0004

x

2

X

3

+

0,0002 X3 2 ... (3) 58 56 54 52 ';l so '48 46

..

\

\

.

1.11 l . t • 1.17 1.l'O 1.23 t.26 l.29 1.32 1.35 X1 9.0 15 6.C yl 4~ )~ u M

Gambar I. Plot kontur dan surface hubungan rendemen oleoresinjahe (Y)

dengan perbandingan jahe terhadap pelarut etanol (X,), dan

temperatur ekstraksi (X,), pada waktu ekstraksi (X1) = 180 menit

Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa semakin

besar perbandingan jahe terhadap pelarut etanol, maka nilai rendemen yang diperoleh juga semakin meningkat, tetapi pada perbandingan jahe dengan pelarut etanol di atas 1:3,16 g g-1 dengan waktu ekstraksi selama 180 menit, rendemennya

cenderung menurun. Hal ini dapat disebabkan karena perbandingan j umlah pelarut pada kondisi tersebut sudah mencapai titik jenuh, maka penambahan jurnlah pelarut tidak akan meningkatkan perolehan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Sementara itu, semakin besar temperatur ekstraksi yang digunakan j uga dapat meningkatkan perolehan rendemen meskipun hanya terjadi sedikit.

275 225 200 ';I 175 150 125 100

.

"--._,/

I

I

' 1.11 1.H 1.17 1.20 1.23 1.

..

ll.l 10.! 9.0 H yl 6.0 4.l l.JI l.l llO

Gambar 2. Plot kontur dan surface hubungan antara rendemen oleoresin

jahe dengan Perbandingan jahe terhadap etanol (X1), dan waktu

ekstraksi (X,) pada temperatur ekstraksi (X,) = 45°C

Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan jahe terhadap pelarut etanol yang digunakan, maka rendemen yang diperolehjuga semakin meningkat. Pada waktu ekstraksi kurang dari 150 menit, diperoleh rendemen oleoresin jahe mencapai 11 %, namun bertambahnya waktu

(8)

....

ekstraksi cenderung tidak dapat meningkatkan perolehan rendemen oleoresin jahe yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena kandungan oleoresin dalam jabe memang banya berkisar 11-12% (Ketaren, 2004). Sebingga pada waktu ekstraksi kurang dari 150 men it oleo resin jabe yang terkandung dalam baban sudah terekstrak selurubnya.

9.S 9.D i.4 yl lJ l.2 125 6.! 6.3

---'·'

s.~ 1 0 0 1 -40

Gambar 3. Plot kontur dan surface hubungan rendemen oleoresin jahe

dengan temperatur ekstraksi (X2),. dan waktu ekstraksi (X,), pada

Perbandingan jahe terhadap etanol (X1). = I :3, 16 g g·'

Pada Gambar 3, diketahui bahwa bertambab tingginya temperatur ekstraksi tidak dapat meningkatkan perolehan rendemen oleoresin jabe yang dihasilkan. Pada perbandingan jabe terhadap pelarut etanol 1:3,16 g g·1

, dan temperatur

ekstraksi yang beragam, menunjukkan babwa waktu ekstraksi kurang dari 150 menit, akan diperoleb rendemen oleoresin jabe yang tinggi yaitu mencapai 7,5%. Akan tetapi pada waktu ekstraksi yang lebib lama (150-225 menit) dan

temperatur dibawab 48°C, rendemen oleoresin jahe yang

dibasilkan kurang dari 7%. Namun pada waktu ekstraksi

yang lebib lama, temperatur ekstraksi yang tinggi, dan pada perbandingan jabe terbadap pelarut etanol konstan,

yaitu 1:3,16 g g·1, perolehan rendemen oleoresin jahe yang

dihasilkan dapat meningkat kembali mencapai 9,5%. Hal ini dapat terjadi karena temperatur ekstraksi dan waktu ekstraksi juga memberikan pengaruh terhadap perolehan rendemen

oleoresin jabe yang dihasilkan. Meskipun pengaruhnya tidak

begitu besar, jika dibandingkan dengan perbandingan jumlah bubuk jabe terhadap pelarut etanol yang digunakan. Selain itu perbandingan jumlah jabe terhadap pelarut etanol yang digunakan pada rasio 1:3,16 g g·1 dianggap belum mampu menyerap semua kandungan oleoresin di dalam bahan. _Sebingga perolehan rendemen oleoresin jahe yang dihasilkan

belum maksimal.

Rendemen tertinggi basil optimasi diperoleh sebesar

11,55% dengan komposisi rasio jahe terbadap pelarut etanol

1 :3,70 g g·1

• temperatur ekstraksi 58°C, dan waktu ekstraksi

selama 79 menit. Namun pada kondisi ini temperatur ekstrakasi

terlalu tinggi, sehingga dikhawatirkan dapat. menyebabkan kerusakan oleoresin jabe yang tidak taban terhadap subu di atas 45°C (U.S. Patent No. 10/496885). Oleh karena itu harus

ditentukan titik optimum barn, yang dipilib adalab temperatur

AGRITECH, Vol. 33, No. 4, November 2013

ekstraksi dibawab 45°C, sebingga diperoleh dengan komposisi xi sebesar I :3,70 g g·1

, x2 sebesar 42°C, x3 selama 79 menit,

dan dibasilkan rendemen oleoresinjabe 11,026%.

Analisis Karakteristik Permukaan Respons Indeks Bias

Oleoresin Jahe

Tabel 4. Analisis varian regresi untuk indeks bias oleoresin

jabe

Source DF Seq SS Adj MS p

Regression 9 1,59954 0,177726 0,218 Linear 3 0,62834 0,209448 0,183 XI 0,036 X2 1 0,870 X3 1 0,921 Square 3 0,96277 0,320924 0,081 Xl*Xl 0,025 X2*X2 0,461 X3*X3 1 0,433 Interaction 3 0,00842 0,002807 0,994 Xl*X2 0,801 Xl*X3 0,947 X2*X3 0,934 Residual Error 10 1,06483 0,106483 Lack-of-Fit 5 1,06384 0,212768 0,000 Pure Error 5 0,00098 0,000197 Total 19 2,66436 R-Sq = 60,0%

Berdasarkan basil analisis varian indeks bias oleoresin jabe, diperoleb R2 sebesar 60%, bal ini mengindikasikan

babwa variabel tetap (X 1. X 2, dan X ) hanya memberikan 3 pengarub sebesar 60% terhadap nilai indeks bias, yang berarti masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai indeks bias oleoresin jabe, diantaranya variabel operasi pada proses pemumian oleoresin. Jika dilibat P-value dari semua model baik model regresi, model linier, maupun model kuadratik'. Salah satu model paling sesuai digunakan adalab model kuadratik (P-value = 0,081 "" 0,05). Pada hasil analisis Anova indeks bias oleoresin jahe (Tabel 4) menunjukkan nilai hasil uji lack of fit adalab 0, apabila menggunakan sebesar 5%. Maka tidak ada alasan untuk menerima hipotesis awal (H), yang mengatakan ada lack of fit, artinya model yang telah dibuat kurang sesuai terhadap indeks bias oleoresin jahe. Model matematis yang diperoleh untuk memprediksi nilai indeks bias oleoresin jabe adalah:

y = -54,697

+

96,265 x - 0 166 x - 0 007 x

-l ' 2 ' 3

36,401 x12- o,076 x !' Y '"2

+

o 002 xx ' I 3

+

0,003 ~1-0,00003 x

(9)

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai indeks bias yang diperoleh tidak ada yang sesuai dengan standar spesifikasi oleoresin jahe. Oleh karena itu dengan melihat plot kontur respons yang diperoleh dari metode permukaan respons diharapkan dapat dengan mudah mengetahui komposisi variabel bebas yang sesuai untuk mendapatkan nilai indeks bias sesuai standar EOA No 243. Hubungan antara indeks bias oleoresin jahe dengan XI' X

2,

dan X3, ditunjukkan pada Gambar 4 sampai dengan Gambar

6.

Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa nilai indeks bias yang sesuai dengan standar EOA No.243, diperoleh pada temperatur ekstraksi antara 42°C - 58°C. dan perbandingan jahe terhadap pelarut etanol 1: 1,58 g g-1 sampai dengan 1 :2,2

g g-1

, dan juga pada perbandingan massa bubuk jahe terhadap

pelarut etanol > 1:3.5 g g-1. 58 54 52 !Ai l!.! 'ii so L4l 48 yl u; 48 1.3 ,

..

llil 44 42 l'-'-.-L--.~c..--...,_~--.-',__, ... ;~ .,/>". .. ~ vo/ ..,¢' ..,f>'0 ..,"!><f ..,,.f:' .. ;~

"'

Gambar 4. Plot kontur dan surface hubungan indeks bias oleoresin jahe

dengan Perbandingan jahe terhadap etanol (X,), dan

temperatur ekstraksi (.X

2), pada waktu ekstraksi (X3) =

180 menit 275 725 200 ';! l7S 150 125

\

" 100 1..104 1.142 1.190 1.218 1.256 1.294 J.332 L370

"'

lV L7 yl J.4 LI OJ o.!

Gambar 5. Plot kontur dansurface hubungan indeks bias dengan Perbandingan

jahe terhadap pelarut etanol (X,), dan waktu ekstraksi (X3) pada

temperatur ekstraksi (X

2) = 45°C

Berdasarkan Gambar 5, diketahui bahwa nilai indeks bias oleoresin jahe yang sesuai dengan standar ~OA No.243, diperoleh pada waktu ekstraksi antara 79-28 I menit dan

perbandingan jahe terhadap pelarut etanol 1: 1,58 g g-1 sa~pai

dengan 1 :2,37 g g-1

, dan pada perbandingan jahe terhadap

pelarut etanol yang lebih besar 1:3,16 g g-1

JI')(\

AGRITECH, Vol 33, No. 4, November 2013

Gambar 6 menunjukkan bahwa salah satu titik yang

menghasilkan nilai indeks bias sesuai standar EOA No. 243

diperoleh pada waktu ekstraksi 86 menit, temperatur ekstraksi

42°C, dan diperoleh indeks bias oleoresinjahe sebesar 1,492, dan pada temperatur yang sama, dimana ekstraksi berlangsung selama 263 menit, diperoleh indeks bias oleoresin jahe sebesar 1,494. 240

u~

Llii 210 151! II tao

))

UI 12 U! ISO LJ2 120

,,__/

,

us Ull 90 42 44 4 6 4 8 5 0 5 2 S 4 5 6 l l l x:z [j)

Gambar 6. Plot kontur dan surface hubungan indeks bias dengan temperatur

ekstraksi (X2), dan waktu ekstraksi (X

3), pada Perbandingan jahe

terhadap etanol (X1) = 1: 1,58 g g-1

Berdasarkan plot suiface diketahui bahwa bertambah

tingginya temperatur dan waktu ekstraksi yang digunakan, akan menurunkan nilai indeks bias oleoresin jahe yang dihasilkan. Namun pada temperatur ekstraksi lebih besar dari 52°C dan waktu ekstraksi di atas 200 menit, nilai indeks bias yang dihasilkan meningkat kembali. Seperti hasil analisis varian yang menyebutkan bahwa variabel

xi

,

x2

dan

x

3

yang hanya memberikan pengaruh sebesar 60% terhadap nilai indeks bias oleoresin jahe. Maka dapat diartikan nilai indeks bias oleoresin jahe tidak hanya dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut, tetapi ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai indeks bias oleoresin jahe yang dihasilkan.

Hasil optimasi menunjukkan komposisi indeks bias terbaik, yaitu pada X1 sebesar 1: 1,58 (g g-1

), X

2 sebesar 42°C,

dan X3 selama 86 menit, dengan perolehan indeks bias sebesar 1,492.

Optimasi Nilai Rendemen dan Indeks Bias Oleoresin

Jahe

Pada komposisi sebelumnya, diperoleh rendemen yang

maksimum dan indeks bias yang sesuai dengan standar EOA No. 243 dengan beberapa komposisi variabel yang berbeda. Namun kondisi ekstraksi yang sesuai untuk rendemen maksimum dan indeks bias sesuai standar EOA No. 243,

belum diperoleh dengan komposisi variabel yang sama. Oleh karena itu dilakukan optimasi terhadap kedua respons tersebut. Hasil optimasi yang diperoleh dengan komposisi dari masing-masing variabel terhadap respons seperti ditunjukkan pada Tabel 5.

(10)

AGRITECH, Vol 33, No. 4, November 2013

Tabel 5. Koordinat titik-titik optimum rendemen dan indeks bias oleoresinjahe basil optimasi

Altematif Rasio jahe terhadap Temperatur ekstraksi,

etanol, X, (g g·') Xl(OC) I. 1:1,708 41,59.1 2. 1:1,708 50,000 3. 1 :3,699 58,409 4. 1:3,699 45,79 5. 1:3,699 58,409

Tabel 5, menunjukkan beberapa temperatur ekstraksi yang diperoleh masih di atas suhu 45°C, meskipun rendemen

tinggi, dan indeks bias yang diperoleh memenuhi standar

EOA No. 243. Sebaiknya pemilihan komposisi variabel tetap pada kondisi temperatur yang mendekati nilai 45°C. Sehingga

pilihan terbaik yaitu dengan komposisi X1 sebesar: I :3, 70

(g g·1), X

2 Sebesar 46°C, dan X3 Selama 129 menit, dengan

perolehan rendemen sebesar 8.884% dan indeks bias sebesar 1.487.

Optimasi kondisi ekstraksi menggunakan bantuan gelombang ultrasonik dengan tujuan untuk mendapatkan

kualitas dan kuantitas oleoresin jahe yang baik telah diperoleh

dalam waktu yang cukup singkat. Hal ini menunjukan bahwa ekstraksi dengan gelombang ultrasonik memberikan efisiensi waktu yang tinggi, jika dibandingkan dengan

ekstraksi menggunakan soxhlet. Ramadhan dan Phaza

(2010) melaporkan bahwa pada ekstraksi menggunakan

labu leher tiga yang dilengkapi dengan pendingin balik, pengaduk magnetik, termometer, dan alat pengambil sampel,

dan diperoleh rendemen tertinggi sebesar 12,65% dengan

menggunakan pelarut etanol, temperatur ekstraksi 40°C, dan waktu ekstraksi selama 6 jam.

Hasil Analisis Komponen Oleoresin Jahe dengan GC-MS

Analisis GC-MS dilakukan pada Kolom: Rastek

RXi-5MS, dengan suhu oven 60°C, suhu injeksi 300°C, Column

Flow: 0.50 mL/min serta Linear Velocity: 25.8 cm/sec. Hasil

analisis GC-MS menunjukkan oleoresin basil ekstraksi pada

kondisi optimum tidak mengandung gingerol. Hal ini diduga

karena gingerol berubah menjadi shogaol ataupun zingerone

d:iiam proses pengolahan. Reaksi-reaksi perubahan gingerol

menjadi senyawa-senyawa lain yang kurang pedas dapat terjadi selama proses pengeringan maupun ketika ekstraksi berlangsung (Koswara, 1995).

Pada · kondisi optimum rendemen oleoresin jahe

dan kondisi optimum untuk indeks bias oleoresin jahe,

dengan waktu ekstraksi kurang dari 2 jam oleoresin jahe ,

yang diperoleh tidak menghasilkan komponen-komponen

pembawa rasa pedas (gingerol, zingerone, shogaol). Hal ini

diduga komponen-komponen pembawa rasa pedas tersebut

Waktu ekstraksi, Rendemen oleoresin Indeks bias oleoresin

X3(Menit) jahe, Y1 (%) Jahe, Y2

129,546 4,557 1,508

79,093 5,163 1,500

230,454 8,039 1,492

129 8,884 1,487

129,463 9,562 1,483

belum terekstrak karena waktu ekstraksi kurang dari 2

jam. Zachariah (2008) juga menyatakan bahwa

komponen-komponen yang memiliki karakteristik sebagai pembawa

rasa pedas pada oleoresin jahe dapat terdeteksi pada sampel

yang menggunakan pelarut organik dalam waktu 6 (enam)

jam, dan dalam sampel yang menggunakan metode ekstraksi

C02 superkritik selama 2 jam. Namun pada kondisi optimum

rendemen dan indeks bias oleoresin jahe yaitu dengan

komposisi rasio bubuk jahe terhadap pelarut etanol (X1)

adalah I :3, 70 g g·1

, temperatur ekstraksi (X) adalah 46°C, dan

waktu ekstraksi (X3) selama 129 menit, telah teridentifikasi

adanya komponen pembawa rasa pedas, yaitu shogaol

dan zingerone, tetapi tidak mengandung gingerol. Hal ini

diduga terjadi karena pada temperatur ekstraksi di atas 45°C

akan menyebabkan terjadinya perubahan gingerol menjadi

komponen shogaol ataupun zingerone.

Ravindran dan Babu (2005) menyatakan persenyawaan

zingerone tidak dalam ·bentuk persenyawaan keton bebas,

melainkan dalam bentuk persenyawaan · aldehid alifatis

jenuh, terutama senyawa n-heptanal. Sehingga penambahan

NaOH, gingerol akan menghasilkan zingerone bebas dengan

rum us C11 H1

p

3 dengan titik cair 40°C. Zachariah (2008) juga

menyebutkan bahwa pada pemanasan di atas 200°C, gingerol

akan berubah menjadi zingerone melalui reaksi retro-aldol

dengan membentuk senyawa aldehid alifatik. Reaksi dehidrasi

dapat merusak gingerol, dan menghasilkan shogaol, sehingga

rasa pedas jahe berkurang. Reaksi ini berlangsung cepat

sekali dalam suasana basa pada suhu kamar, sedangkan dalam

suasana asam lambat sekali, akan tetapi pada suhu yang lebih

tinggi akan berlangsung lebih cepat.

Kandungan oleoresin jahe yang baik, terdiri atas

20-25% minyak atsiri, 25-30% pembawa rasa pedas, dan

beberapa komponen lain yaitu Jemak, Jilin dan karbohidrat. Minyak atsiri merupakan pemberi aroma khas pada jahe,

yaitu minyak dengan komponen yang mudah menguap; yang terdiri dari: zingiberene, ar-curcumene, 13-bisabolen, 13-sesquiphelandrene, nerolidol, dan geraniol. Sedangkan

komponen minyak yang tak menguap yang merupakan

pembawa rasa pedas pada jahe terdiri dari: gingerol, shogaol,

(11)

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai indeks bias yang diperoleh tidak ada yang sesuai dengan standar spesifikasi oleoresin jahe. Oleh karena itu

dengan melihat plot kontur respons yang diperoleh dari

metode permukaan respons diharapkan dapat dengan mudah mengetahui komposisi variabel bebas yang sesuai untuk mendapatkan nilai indeks bias sesuai standar EOA No 243. Hubungan antara indeks bias oleoresin jahe dengan XI' X2' dan X3, ditunjukkan pada Gambar 4 sampai dengan Gambar

6.

Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa nilai indeks

bias yang sesuai dengan standar EOA No.243, diperoleh pada temperatur ekstraksi antara 42°C - 58°C. dan perbandingan jahe terhadap pelarut etanol 1: 1,58 g g·1 sampai dengan 1 :2,2

g g-1

, dan juga pada perbandingan massa bubuk jahe terhadap

pelarut etanol > 1:3.5 g g-1. 58 54 52 'ii 5ll 48 4li

...

44 42 fL-L,....<--,-'---'C.,..--'--,-~-..---'r--l .... ~ .. ;:>" .,._.$' ... ;§'" ...,19 .. 1' ...,'?>-::> ..,,.f.'

...,1'

x1 us Lil L41 7l us Lijj IW

Gambar 4. Plot kontur dan surface hubungan indeks bias oleoresin jahe

dengan Perbandingan jahe terhadap etanol (X,)_ dan

temperatur ekstraksi (X2), pada waktu ekstraksi (X

1) 180menit 775 Li 2SO LO 22S 200 ':I 175 150 125 !DO

\

..

1..104 1.142 1.180 l.218 1.256 l,294 1.332 1,370 xl io 1,7 yJ 1.4 LI QS M

Garn bar 5. Plot konturdanswface hubungan indeks biasdengan Perbandingan

jahe terhadap pelarut etanol (X,). dan waktu ekstraksi (X,) pada

temperatur ekstraksi (X,) = 45°C

Berdasarkan Gambar 5, diketahui bahwa nilai indeks bias oleoresin jahe yang sesuai dengan standar EOA No.243, diperoleh pada waktu ekstraksi antara 79-281 menit. dan perbandingan jahe terhadap pelarut etanol 1: 1,58 g g-1 sampai

dengan 1:2,37 g g-1, dan pada perbandingan jahe terhadap

pelarut etanol yang lebih besar 1:3,16 g g-1 •

LI_')()

AGRJTECH, Vol. 33, No. 4, November 2013

Gambar 6 menunjukkan bahwa salah satu titik yang menghasilkan nilai indeks bias sesuai standar EOA No. 243 diperoleh pada waktu ekstraksi 86 menit, temperatur ekstraksi 42°C, dan diperoleh indeks bias oleoresin jahe sebesar 1,492, dan pada temperatur yang sama, dimana ekstraksi berlangsung selama 263 menit, diperoleh indeks bias oleoresinjahe sebesar 1,494. 210 'll 180 150 120 90 lJlj LlO UI yl Llll ill Uii LIO

Gambar 6. Plot kontur dan surface hubungan indeks bias dengan temperatur

ekstraksi (X2), dan waktu ekstraksi (X3), pada Perbandingan jahe

terhadap etanol (X1) = I: 1,58 g g·'

Berdasarkan plot swface diketahui bahwa bertambah tingginya temperatur dan waktu ekstraksi yang digunakan, akan menurunkan nilai indeks bias oleoresin jahe yang dihasilkan. Namun pada temperatur ekstraksi lebih besar dari 52°C dan waktu ekstraksi di atas 200 menit, nilai indeks bias yang dihasilkan meningkat kembali. Seperti hasil analisis varian yang menyebutkan bahwa variabel xi,~ dan

x3

yang hanya memberikan pengaruh sebesar 60% terhadap nilai indeks bias oleoresin jahe. Maka dapat diartikan nilai indeks bias oleoresin jahe tidak hanya dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut, tetapi ada faktor-faktor lain yang dapatmempengaruhi nilai indeks bias oleoresin jahe yang dihasilkan.

Hasil optimasi menunjukkan komposisi indeks bias

terbaik, yaitu pada

xi

sebesar 1: 1,58 (g g-

1),

x2 sebesar 42°C,

dan ~ selama 86 menit, dengan perolehan indeks bias sebesar 1,492.

Optimasi Nilai Rendemen dan Indeks Bias Oleoresin

Jahe

Pada komposisi sebelumnya, diperoleh rendemen yang maksimum dan indeks bias yang sesuai dengan standar EOA No. 243 dengan beberapa komposisi variabel yang berbeda. Namun kondisi ekstraksi yang sesuai untuk rendemen maksimum dan indeks bias sesuai standar EOA No. 243, belum diperoleh dengan komposisi variabel yang sama.

Oleh karena itu dilakukan optimasi terhadap kedua respons tersebut. Hasil optimasi yang diperoleh dengan komposisi dari masing-masing variabel terhadap respons seperti ditunjukkan pada Tabel 5.

(12)

AGRJTECH, Vol. 33, No. 4, November 2013

Tabel 5. Koordinat titik-titik optimum rendemen dan indeks bias oleoresinjahe hasil optimasi

Altematif Rasio jahe terhadap Temperatur ekstraksi, etanol,

xi

(g g-1 ) X2(0C) I. 1:1,708 41,591 2. 1:1,708 50,000 3. l :3,699 58,409 4. 1 :3,699 45,79 5. 1:3,699 58,409

Tabel 5, menunjukkan beberapa temperatur ekstraksi yang diperoleh masih di atas suhu 45°C, meskipun rendemen tinggi, dan indeks bias yang diperoleh memenuhi standar EOA No. 243. Sebaiknya pemilihan komposisi variabel tetap pada kondisi temperatur yang mendekati nilai 45°C. Sehingga pilihan terbaik yaitu dengan komposisi

xi

sebesar: l :3,70 (g g-

1), x2

sebesar 46°C, dan

x3

selama 129 menit, dengan perolehan rendemen sebesar 8.884% dan indeks bias sebesar

1.487.

Optimasi kondisi ekstraksi menggunakan bantuan gelombang ultrasonik dengan tujuan untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas oleoresinjahe yang baik telah diperoleh dalam waktu yang cukup singkat. Hal ini menunjukan bahwa ekstraksi dengan gelombang ultrasonik memberikan

efisiensi waktu yang tinggi, jika dibandingkan dengan ekstraksi menggunakan soxhlet. Ramadhan dan Phaza (2010) melaporkan bahwa pada ekstraksi menggunakan labu leher tiga yang dilengkapi dengan pendingin batik, pengaduk magnetik, termometer, dan alat pengambil sampel, dan diperoleh rendemen tertinggi sebesar 12,65% dengan menggunakan pelarut etanol, temperatur ekstraksi 40°C, dan waktu ekstraksi selama 6 jam.

Hasil Analisis Komponen Oleoresin Jahe dengan GC-MS Analisis GC-MS dilakukan pada Kolom: Rastek RXi-5MS, dengan suhu oven 60°C, suhu injeksi 300°C, Column

Flow: 0.50 mL/min serta Linear Velocity: 25.8 cm/sec. Hasil

analisis GC-MS menunjukkan oleoresin hasil ekstraksi pada kondisi optimum tidak mengandung gingerol. Hal ini diduga karena gingerol berubah menjadi shogaol ataupun zingerone

d~lam proses pengolahan. Reaksi-reaksi perubahan gingerol menjadi senyawa-senyawa lain yang kurang 'pedas dapat terjadi selama proses pengeringan maupun ketika ekstraksi berlangsung (Koswara, 1995).

Pada kondisi optimum rendemen oleoresin jahe dan kondisi optimum untuk indeks bias oleoresin jahe, dengan waktu ekstraksi kurang dari 2 jam· oleoresin jahe yang diperoleh tidak menghasilkan komponen-komponen pembawa rasa pedas (gingerol, zingerone, shogaol). Hal ini diduga komponen-komponen pembawa rasa pedas tersebut

Waktu ekstraksi, Rendemen oleoresin Indeks bias oleoresin

X3(Menit) jahe, Y1 (%) Jahe, Y2

129,546 4,557 1,508 79,093 5,163 1,500 230,454 8,039 1,492

129 8,884 1,487

129,463 9,562 1,483

belum terekstrak karena waktu ekstraksi kurang dari 2 jam. Zachariah (2008) juga menyatakan bahwa komponen-komponen yang memiliki karakteristik sebagai pembawa rasa pedas pada oleoresin jahe dapat terdeteksi pada sampel yang menggunakan pelarut organik dalam waktu 6 (enam) jam, dan dalam sampel yang menggunakan metode ekstraksi C0

2 superkritik selama 2 jam. Namun pada kondisi optimum

rendemen dan indeks bias oleoresin jahe yaitu dengan komposisi rasio bubuk jahe terhadap pelarut etanol (X1)

adalah 1:3,70 g g-1

, temperatur ekstraksi (X

2) adalah 46°C, dan

waktu ekstraksi (X3) selama 129 menit, telah teridentifikasi

adanya komponen pembawa rasa pedas, yaitu shogaol dan zingerone, tetapi tidak mengandung gingerol. Hal ini diduga terjadi karena pada temperatur ekstraksi di atas 45°C akan menyebabkan terjadinya perubahan gingerol menjadi

komponen shogaol ataupun zingerone.

Ravindran dan Babu (2005) menyatakan persenyawaan zingerone tidak dalam ·bentuk persenyawaan keton bebas,

melainkan dalam bentuk persenyawaan · aldehid alifatis jenuh, terutama senyawa n-heptanal. Sehingga penambahan NaOH, gingerol akan menghasilkan zingerone bebas dengan rumus C

11H1

p

3 dengan titik cair 40°C. Zachariah (2008) juga

menyebutkan bahwa pada pemanasan di atas 200°C, gingerol akan berubah menjadi zingerone melalui reaksi retro-aldol dengan membentuk senyawa aldehid alifatik. Reaksi dehidrasi dapat merusak gingerol, dan menghasilkan shogaol, sehingga rasa pedas jahe berkurang. Reaksi ini berlangsung cepat sekali dalam suasana basa pada suhu kamar, sedangkan dalam suasana asam lambat sekali, akan tetapi pada suhu yang lebih tinggi akan berlangsung lebih cepat.

Kandungan oleoresin jahe yang baik, terdiri atas 20-25% minyak atsiri, 25-30% pembawa rasa pedas, dan beberapa komponen lain yaitu lemak, lilin dan karbohidrat. Minyak atsiri merupakan pemberi aroma khas pada jahe, yaitu minyak dengan komponen yang mudah menguap, ·

yang terdiri dari: zingiberene, ar-curcumene, 13-bisabolen, f3-sesquiphelandrene, nerolidol, dan geraniol. Sedangkan

komponen minyak yang tak menguap yang merupakan

pembawa rasa pedas padajahe terdiri dari: gingerol, shogaol, zingerone dan paradol (Zachariah, 2008).

4t ,

(13)

"<-.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa oleoresin jahe yang diperoleh pada kondisi optimum untuk rendemen dan indeks bias oleoresinjahe, yaitu pada perbandingan bubukjahe terhadap pelarut etanol (X1) sebesar I :3, 70 g g-1, temperatur

ekstraksi (X

2) sebesar 46°C, dan waktu ekstraksi (X3) selama 129 menit, dengan komposisi komponen minyak yang mudah menguap 41,65%, pembawa rasa pedas sebesar 26.20%, dan

berbagai komponen lainnya. Hal ini sedikit berbeda dengan pemyataan Paimin dan Muhamanto (2008), yang menyebutkan bahwa kandungan minyak atsiri dalam oleoresin jahe sebesar 15-35%. Namun sesuai dengan pemyataan Zachariah (2008) yang menyatakan bahwa komponen pembawa rasa pedas pada oleoresin jahe sebesar 25 - 30%.

Perbandingan Spesifikasi Oleoresin Jahe menurut EOA No. 243 dan Hasil Penelitian

Tabel 6 menunjukkan perbandingan oleoresinjahe hasil penelitian dengan spesifikasi menurut EOA No.243. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua spesifikasi oleoresin jahe hasil penelitian sudah memenuhi standar EOA No. 243. Tabel 6. Spesifikasi oleoresinjahe menurut EOA No.243 dan

hasil penelitian

No Spesifikasi Standar EOA No. 243 Hasil penelitian

Penampakan Cairan kental sampai Cairan kental sangat kental berwama sampai sangat kental gelap berwama gelap 2 Aroma Aroma seperti jahe Aroma seperti jahe 3 Gingerol (%

massa, Min)

4 lndek bias 1,4880 - I ,4970 I ,4880 - 1,5030 5 Rotasi Optik -30° sampai -60° -32°sampai -35°

6 Residu Memenuhi syarat pelarut Federal Food,

(etanol) Drug and Cosmetic

dalam Regulation (250 ppm)

oleo~esin

7 Kelarutan Bersifat tidak larut Bersifat tidak larut oleoresin jahe dalam gliserin dalam gliserin

Kandungan Gingerol pada Oleoresin Jahe

Berdasarkan hasil analisis GC-MS, proses ekstraksi oleoresin jahe pada kondisi optimum rendemen dan indeks bias oleoresin jahe menghasilkan produk oleoresin jahe yang tidak mengandung komponen gingerol sebagai salah satu komponen utama pemberi rasa pedas pada jahe. Untuk itu perlu diperkirakan kondisi proses ekstraksi selanjutnya agar produk oleoresin yang dihasilkan mengandung gingerol Berdasarkan persamaan 3, maka kondisi altematif ekstraksi oleoresin jahe dilakukan pada rasio jahe terhadap pelarut etanol 1 :3,96 g g-1

, temperatur ekstraksi 40°C, dan waktu ekstraksi 180 menit, dengan prediksi rendemen sebesar 6.41 %.

4??

AGRITECH, Vol 33, No. 4, November 2013

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen oleoresin jahe diperoleh sebesar 6.6%. Oleoresin jahe memiliki komponen minyak yang mudah menguap 29,38%, yang terdiri dari ar-curcumen 7.41 %, zingiberene 7.49%, -bisabolen 3.10%, ~-sesquiphelandren 6.09%, dan nerolidol 3 .19%. Komponen pembawa rasa pedas sebesar 22.20%, yang terdiri dari zingerone 3.09%, 6-shogaol 13.03%, 8-shogaol 4.37% dan gingerol 1.71%. Baladin dan Headley (1997)juga menghasilkan gingerol sebesar 1.29%, dengan menggunakan prosedur perkolasi dan waktu ekstraksi 10 jam. Sedangkan Zancan dkk., (2002) juga menghasilkan gingerol

+

shogaol sebesar 10.17%, dengan menggunakan metode karbon dioksida superkritik, pada temperatur 35°C dan tekanan 250 bar, dengan waktu ekstraksi 1.25 jam. Hal ini menunjukkan bahwa gingerol dapat diperoleh pada proses ekstraksi menggunakan ultrasonik dengan waktu ekstraksi lebih dari 2 jam, karena komponen ini terekstrak berdasarkan fraksi berat, dan pada temperatur yang lebih rendah dari 45°C, supaya komponen tersebut tidak berubah menjadi shogaol ataupun zingerone. Kromatogram oleoresin jahe yang dihasilkan seperti tertera pada Gambar 7.

'7. 1.9.tl

Gingerol

.-11c•1.oo

10.0 40.0

Gambar 7. Hasil kromatogram oleoresin jahe yang dihasilkan pada perbandingan jahe terhadap etanol (X1) sebesar 1 :3,96 g g-1,

temperature ekstraksi (X

2) sebesar 40°C, dan waktu ekstraksi (X3)

selama 180 menit

KESIMPULAN

Kondisi optimum ekstraksi oleoresinjahe menggunakan ultrasonik yang terbaik diperoleh pada komposisi rasio bubuk jahe terhadap pelarut eta no 1 (X 1) adalah 1 : 3, 70 g g-1, temperatur

ekstraksi (Xi) adalah 46°C, dan waktu ekstraksi (X3) selama

129 menit dengan rendemen adalah 8.884%, nilai indeks bias adalah 1.487. Untuk mendapatkan komponen pembawa rasa pedas pada oleoresin jahe, minimal ekstraksi dilakukan lebih dari 2-3 jam pada ekstraksi oleoresinjahe menggunakan ultrasonik. Hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa komponen dalam oleoresin jahe pada kondisi terbaik, terdiri atas 41,65% komponen minyak yang mudah menguap, dan 26.2% pembawa rasa pedas. Oleoresin jahe yang dihasilkan pada penelitian ini telah memenuhi standar EOA No. 243. Kandungan gingerol dapat diperoleh pada komposisi rasio

(14)

jahe terhadap pelarut etanol 1 :3,96 g g-1

, temperatur ekstraksi 40°C, dan waktu ekstraksi 180 menit, dengan prediksi

rendemen sebesar 6.41 %.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih ditujukan kepada Prof. Dr. Ir_ Hasanuddin, M.S_, dan semua pihak yang telah membantu terlaksananya seluruh rangkaian kegiatan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Balladin, D_A_ dan Headley, 0. (1997)- Extraction and evaluation of the main pungent principles of solar

dried West Indian ginger (Zingiber Officinale Roscoe) Rhizome. Renewable Energy 12: 125-130.

Fuadi, A. (2009). Ekstraksi Oleoresin Jahe Menggunakan

Bantuan Gelombang Ultrasonik. Thesis. Magister Teknik Kimia. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh, Aceh.

Gaedcke, F. dan Feistel, B. (2005). Ginger Extract Preparation U.S. Patent No. 101496885.

Garcia, J.L.L. dan Castro, M.D.L. (2004). Ultrasound-assisted soxhlet extraction: an expeditive approach for solid sample treatment, application to the extraction of total

fat from oleaginous seeds. Journal Chromatography A

1034: 237-242.

Ketaren, S. (2004). Kondisi minyak atsiri indonesia saat ini dan pengembangannya ditinjau dari aspek teknologi.

Panduan Seminar Min yak A tsiri Indonesia, Balai Besar Industri Agro, Jakarta.

Koswara, S. (1995). Jahe dan Hasil Olahannya, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

AGRITECH, Vol 33, No. 4, November 2013

Lee W.C., Yusof, S., Hamid, N.S.A. dan Baharin, B.S. (2006).

Optimizing conditions for hot water extraction of banana juice using response surface methodology. Food

Engineering 75: 473-471.

Paimin, F.B. dan Murhananto. (2007). Budidaya Pengolahan,

Perdagangan Jahe. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ramadhan, A.E. dan Phaza, H.A. (2010). Pengaruh

Konsentrasi Etanol, Suhu dan Jumlah Stage pada

Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale Rose) secara Batch. Skripsi. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro, Semarang.

Ravindran, P.N. dan Babu, K.N. (2005). Ginger The Genus

Zingiber. CRC Press, New York.

Shao, P., Sun, P. dan Ying, Y. (2008). Response surface

optimization of wheat germ oil yield by supercritical

carbon dioxide extracti'on. Food and Bioproducts

Processing 86: 227-231. .

Susanti (2010). Pengaruh Jenis Pelarut dan Temperatur pada Proses Ekstraksi Oleoresin Jahe dengan Bantuan Gelombang Ultrasonik. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh.

Ulfransiska, S. (2010). Pengaruh Jenis Jahe dan Waktu Ekstraksi pada Proses E!cstraksi Oleoresin Jahe dengan

Ultrasonik. Skripsi. Jurus<µl Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh,Aceh.

Zachariah, T.J. (2008). Chemistry of Spices. UK by Biddies Ltd, King's Lynn, USA.

Zancan, K.C., Marques, M.O.M., Petenate,A.J. dan Meireless,

M.A.A. (2002). Extraction of ginger oleoresin with C02 and co-solvents: a study of the antioxidant action of the

Referensi

Dokumen terkait

LGBT akan tidak mudah terpengaruh dengan informasi-informasi yang diberitakan oleh media, namun sebaliknya masyarakat yang masih belum tahu tentang kaum LGBT

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan kepada PTPN-II dalam meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman tembakau deli yang keberadaannya semakin terancam dengan

Pemilihan CB ( Circuit Breaker ) Dalam pemilihan sebuah pemutus dan penghubung listrik CB ( Circuit Breaker ) dilapangan pemilhan alat pemutus tegangan pada kubikel

Bila menipu manusi begitu mudahnya, bagaimana cara menipu al- khabir (yang Maha Cermat). Khazanah Islam sangat kaya dengan cerita-cerita layanan a la Tuhan yang

Perjalanan karir Muhammad di bidang perdagangan dapat dirumuskan sebagai berikut: Muhammad mengenal perdagangan usia 12 tahun atau diistilahkan dengan magang

Misalkan, individu yang hanya memiliki kualitas harga diri tinggi pada dirinya (I am) akan tetapi tidak mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik dengan orang lain

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan transformasional, budaya organisasi berbasis Tri Hita Karana terhadap kinerja organisasi

Tes akhir (post-test) dilakukan pada akhir penelitian dengan tujuan untuk mengetahui dan mengukur berpikir siswa tentang kebutuhan setelah dilaksanakan eksperimen dengan