LAMPIRAN A
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
LAMPIRAN B
- Uji Normalitas
- Uji Linearitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
happiness kualitashidup
N 75 75
Normal Parametersa,,b Mean 55.41 52.07
Std. Deviation 8.484 8.279
Most Extreme Differences Absolute .101 .095
Positive .054 .037
Negative -.101 -.095
Kolmogorov-Smirnov Z .870 .821
Asymp. Sig. (2-tailed) .435 .511
a. Test distribution is Normal.
B. Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
kualitashidup *
happiness
Between
Groups
(Combined) 2561.042 23 111.350 2.261 .008
Linearity 1033.273 1 1033.273 20.981 .000
Deviation from
Linearity
1527.769 22 69.444 1.410 .155
Within Groups 2511.625 51 49.248
Total 5072.667 74
C. Uji Korelasi
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
SKALA PENELITIAN
FAKULTAS PSIKOLOGI
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, saya
memerlukan sejumlah data yang hanya akan saya peroleh dengan adanya
kerjasama dan kesediaan Anda dalam mengisi skala ini. Dalam pengisian
skala ini tidak ada jawaban yang salah. Setiap orang dapat mempunyai
jawaban yang berbeda, karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai
dengan diri Anda dengan sejujur-jujurnya tanpa mendiskusikan
dengan orang lain. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini saja. Cara memberikan
pernyataan-pernyataan tersebut akan dijelaskan dalam petunjuk pengisian.
Jika telah selesai, periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada
pernyataan yang terlewati dan belum diisi.
Bantuan Anda dalam memberikan pernyataan dalam skala ini adalah
bantuan yang sangat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk
itu saya mengucapkan terimakasih.
Hormat Saya,
Petunjuk Pengisian Skala I
Isilah identitas diri Anda pada kolom yang telah disediakan.
Berikut disajikan sejumlah pernyataan. Mohon Anda pahami dengan baik setiap
pernyataan. Anda diminta untuk memilih salah satu pilihan yang tersedia disebelah
kanan pernyataan. Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan untuk setiap
pernyataan yang paling sesuai dengan perilaku Anda. Alternatif jawaban yang
tersedia terdiri dari 5 pilihan, yaitu:
STS : jika pernyataan SANGAT TIDAK SESUAI dengan yang anda lakukan atau
anda rasakan
TS : jika pernyataan TIDAK SESUAI dengan yang anda lakukan atau anda
rasakan
N : jika pernyataan NETRAL dengan yang anda lakukan atau anda rasakan
S : jika pernyataan SESUAI dengan yang anda lakukan atau anda rasakan
SS : jika pernyataan SANGAT SESUAI dengan yang anda lakukan atau anda
rasakan
Nama/Inisial : ____________________
Jenis Kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan
Usia : ____ tahun
1. Saya adalah orang yang baik. X
Jika Anda ingin mengganti jawaban Anda, berikan tanda = pada jawaban yang salah
dan berikan tanda silang (X) pada kolom jawaban yang Anda anggap paling sesuai.
Contoh Koreksi Jawaban
No. Pernyataan STS TS N S SS
1. Saya adalah orang yang baik. X X
Isilah pernyataan yang ada sesuai dengan diri Anda dan periksalah kembali jawaban
Anda, pastikan tidak ada yang kosong. Setiap orang memiliki jawaban yang
berbeda-beda, tidak ada jawaban yang benar atau salah, dan tidak ada penilaian baik
atau buruk. Semua jawaban adalah benar. Kerahasiaan jawaban anda akan terjamin
sepenuhnya.
SKALA I
No Pernyataan STS TS N S SS
1. Menurut saya, penyakit ini tidak dapat menghalangi saya membantu orang lain
2. Hal-hal yang sudah saya lakukan selama ini bermanfaat bagi saya
3. Saya aktif mencari informasi terkait dengan kesembuhan penyakit saya
4. Saya senang ketika perawat atau tenaga medis lainnya mengobrol dengan saya
fokus melakukan sesuatu
8. Saya menyadari sebenarnya banyak hal yang saya lakukan tidak bermanfaat
9. Saya merasa hidup saya tidak bermakna
10. Saya tidak mengetahui apa yang menjadi tujuan hidup saya
11. Saya tidak berhenti berharap meskipun di tengah keterpurukan
12. Saya merasa masalah yang saya hadapi saat ini tidak dapat terselesaikan
13. Semenjak mengalami penyakit ini, saya menerapkan pola hidup baru yang lebih sehat
14. Saya menolak untuk bertemu dengan orang lain
15. Saya berusaha mendengarkan keluhan orang lain meskipun dalam keadaan sakit
16. Saya merasa tidak dapat diandalkan oleh orang di sekeliling saya
17. Saya tidak mudah menyerah dalam menjalani pengobatan
18. Saya merasa pengobatan yang saya jalani bermanfaat bagi diri saya
19. Saya tidak yakin pengobatan yang saya jalani dapat membuat kondisi saya menjadi lebih baik
20. Saya tidak dapat memaklumi pengalaman buruk yang terjadi dalam hidup saya
21. Saya berusaha mengisi waktu dengan hal yang berguna
No
Pernyataan
STS TS
N
S
SS
1. Saya tidak mengalami kesulitan untuk tidur di malam hari
2. Saya tidak memerlukan bantuan orang lain untuk aktivitas sehari-hari
3. Saya tidak merasa kesulitan berjalan kaki dalam jarak yang cukup jauh
4. Hubungan komunikasi dengan keluarga saya berjalan baik meskipun kondisi saya seperti ini
5. Saya berusaha mengikuti kegiatan yang diadakan oleh warga di sekitar lingkungan tempat tinggal saya 6. Rasa nyeri yang saya alami mengganggu kegiatan
yang saya lakukan saat waktu luang
7. Saya mengalami kesulitan keuangan akibat kondisi fisik atau terapi medis yang saya jalani
8. Setiap waktu istirahat yang saya gunakan bermanfaat bagi tubuh saya
9. Saya mengalami kesulitan bila tidak dibantu untuk mengerjakan aktivitas sehari-hari
10. Saya yakin Tuhan Yang Maha Esa membantu proses pengobatan yang saya jalani
11. Saya merasa keakraban dengan teman-teman berkurang semenjak kondisi saya seperti ini
12. Saya berusaha berhubungan dengan tetangga dalam lingkungan masyarakat tempat tinggal saya
13. Saya melakukan hobi saya saat waktu luang
pekerjaan rumah sehari-hari
16. Saya masih dapat melakukan aktivitas olahraga ringan seperti jalan santai atau gerak badan ringan 17. Saya rajin berdoa dan menyerahkan seluruh hidup
saya kepada Tuhan Yang Maha Esa
18. Aktivitas sosial saya terganggu akibat kondisi saya saat ini
19. Saya masih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat kerja maupun lingkungan sekitar rumah
20. Dengan kondisi seperti ini, saya mengalami kesulitan saat melakukan hobi saya
21. Saya mengalami kesulitan saat berjalan kaki dalam jarak yang pendek, misalnya sekitar rumah saya
22. Saya tidak suka bila orang mengomentari fisik saya saat ini
LAMPIRAN E
DAFTAR PUSTAKA
ACS (American Cancer Society). (2009). Cancer facts and figures. Diakses dari http://www.cancer.org (Tanggal akses 24 Juni 2015).
Adler, J. (2003). Aristotle’s Ethics: The Theory of Happiness—I. Illinois
University Press.
Andersen, M. R., Bowen, D. J., Morea, J., Stein, K. D., & Baker, F. (2009). Involvement in decision-making and breast cancer survivor quality of life.
Health Psychology, 28, 29-37.
Antoni, M. H., Lechner, S.C., Kazi, A., Wimberly, S. R., Sifre, T., et al. (2006). How stress management improves quality of life after treatment for braest cancer. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 74, 1143-1152. Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______. (2009). Efek seleksi aitem berdasar daya diskriminasi terhadap
reliabilitas skor tes. Universitas Gadjah Mada.
_______. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. (edisi 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Barez, M., Blasco, T., Fernandez-Castro, J., & Viladrich, C. (2009). Perceived control and psychological distress in women with breast cancer: A longitudinal study. Journal of Behavioral Medicine. 32, 187-196.
Bellizzi, K. M., & Blank, T. O. (2006). Predicting posttraumatic growth in breast cancer survivors. Health Psychology, 25, 47-56.
Biswas-Diener, R. & Dean, B. (2007). Positive Psychology Coaching: Putting the
Science of Happiness to Work for Your Clients. New Jersey: John Wiley &
Sons, Inc.
Bloom, J. R., Kang, S. H., & Romano, P. (1991). Cancer and stress: The effect of social support as a resource. Cancer and Stress: Psychological, biological
and coping studies (pp. 95-124). Chichester: Wiley.
Bowling, A. (2005). Measuring Health: A Review of Quality of Life Measurement
Scales. New York : Bell & Bain Ltd.
Brown, I., Renwick, R., Nagler, M. (1996). Conceptual Approaches, Issues, and
Applications.Quality of Life in Health Promotion and Rehabilitation.
Carr, A. (2004). Positive Psychology : The Science of Happiness and Human
Strengths. Hove & NewYork : Brunner – Routledge Taylor & Francis
Group.
Carver, C. S., Lehman, J. M., Michael, H. A. (2003). Dispositional pessimism predicts illness-related disruption of social and recreational actvities among breast cancer patients. J Pers Social Psycology, 84(4), 813-821. Depkes RI. (2014). Hilangkan Mitos Tentang Kanker. Diakses dari:
http://www.depkes.go.id/article/print/201407070001/hilangkan-mitos-tentang-kanker.html. (Tanggal akses 20 April 2015).
Deppe, M. (2013). The Health-Happiness Connection. Vibrant Life; ProQuest. Diananda, R. (2009). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yoyakarta: Katahari
Diener, E. & Diener, R. B. (2008). Happiness : Unlocking The Mysteries of
Psychological Wealth. USA : Blackwell Publishing Ltd.
Donner, C. F., Karone, M., & Bertoliti, G. (1997). Methods of Assesment of
Quality of Life. Eur Respir.
Emzir. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Foulkes, W. D. (2008). Inherited susceptibility to common cancers. New England
Journal of Medicine, 359, 2143-2153.
Friedman, L. C., Romero, C., Elledge, R., Chang, J., Kalidas, M., et al. (2007). Attribution of blame, self-forgiving attitude and psychological adjustment in women with breast cancer. Journal of Behavioral Medicine, 30, 351-357.
Giesinger, J., Kemmler, G., Mueller, V., Zabernigg, A., Mayrbaeurl, B., et al. (2009). Are gender-associated differences in quality of life in colorectal cancer patients disease-specific? Qual Life Res, 18, 547-555.
Gustavsson-Lilius, M., Julkuren, J., Hietanen, P. (2006). Quality of life in cancer patients: the role of optimism, hopelessness, and partner support. Quality
of Life Research, 16, 75-87.
Hadi, S. (2000). Methodology Research. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Hawari, D. (2004). Al Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Bhakti Prima Yasa.
Holland, J, & Evcimen, Y. (2009). Depression in cancer patients. Supportive care
Howren, M. B., Christensen, A. J., Karnell, L. H., & Funk, G. F. (2010). Health-related quality of life in head and neck cancer survivors: Impact of pretreatment depressive symptoms. Health Psychology, 29, 65-71.
Hurlock, E. B. (2002). Development Psychology: A life span approach. Boston: Mc Graw Hill.
Karyono., Dewi, K. S., Lela. (2008). Penanganan stres dan kesejahteraan psikologis pasien kanker payudara yang menjalani radioterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Media Medika Indonesiana, 43, no.2, 102-105. Kiple, K. F. (2003). The Cambridge Dictionary of Disease. New York:
Cambridge University Press.
Kubler-Ross, E. (1969). On death and dying. New York: Macmillan
Lebel, S., Rosberger, Z., Edgar, L., & Devins, G. M. (2007). Comparison of four common stressors across the breast cancer trajectory. Journal of
Psychomatic Research, 63, 225-232.
Lepore, S. J., & Helgeson, V. S. (1998). Social constraints, intrusive thoughts, and mental health after prostate cancer. Journal of Social and Clinical
Manne, S. L. (1999). Intrusive thoughts and psychological distress among cancer patients: The role of spouse avoidance and criticism. Journal of Consulting
and Clinical Psychology, 67, 539-546.
Michalos, A. C., Zumbo, B. D., Hubley, A. (2000). Health and the quality of life.
Social Indicators Research, 51, 245-286.
Myers, D. (2002). The Pursuit of Happiness: Who is Happy and Why?. Harper Paperbacks.
Oemiati, R., et al. (2011). Prevalensi tumor dan beberapa faktor yang
mempengaruhinya di Indonesia. Diakses dari
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/viewFile/56/46 (Tanggal akses 02 Juni 2015).
Oetami, F., Thaha, I., & Wahiduddin. (2014). Analisa Dampak Psikologis
Pereira, M., Canavarro, M. C. (2011). Gender and Age Differences in Quality of Life and the Impact of Psychopathological Symptoms Among HIV-Infected Patients. Aids Behav, 15, 1857-1869.
Perwitasari. (2009). Pengukuran kualitas hidup pasien kanker sebelum dan
sesudah kemoterapi dengan EORTC QLQ-C30 di RSUP Dr. Sardjito
Rusydi, E. (2007). Psikologi Kebahagiaan: Dikupas Melalui Pendekatan
Psikologi Yang Menyentuh Hati. Yogyakarta: Progresif Books.
Sarafino, P.E. (2011). HealthPsychology; biopsychosocial interactions (7th Ed). USA: John Wiley & Sons Inc.
Seligman, M. (2005). Authentic Happiness: Using The New Positive Psychology
to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment (Eva Yulia Nukman,
Silitonga, R. (2007). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup
Penderita Penyakit Parkinson di Poliklinik Saraf RS dr Kariadi. Diakses
dari http://eprints.undip.ac.id/19152/1/ROBERT_SILITONGA.pdf (Tanggal akses 02 Juni 2015).
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah,
Edisi 9, Vol.1. Jakarta: EGC.
Soraki, N, & Abolghasemi, S. (2016). Relationship between happiness and health with a life expectancy of cancer patients. Jornal of Current Research
Stanton, A. L., Estes, M. A., Estes, N. C., Cameron, C. L., Danoff-Burg, S., & Irving, L. M. (1998). Treatment decision making and adjustment to breast cancer: A longitudinal study. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 66, 313-322.
Sugiarto., Siagian, D., Sunaryanto, L. T., & Oetomo, D. S. (2003). Teknik
Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suh, Moon-Gi. (2014). Quality of life and happiness: the myth of development in South Korea. Korea Observer, 45(1), 61.
Susniene, D., Jurkauskas, A. (2009). The concepts of quality of life and happiness-correlation and differences. Inzinerine Ekonomika-Engineering
Economics(3) Work Humanism. ISSN 1392-3785.
Veenhoven, R. (2007). Healthy happiness: effects of happiness on physical health and the consequences for preventive health care.J Happiness Study, 9, 449-469.
Wortman, C. B., Dunkel-Schetter, C. (1979). Interpersonal relationships and cancer: A theoritical analysis. Journal of Social Issues, 35, 120-155. Yuliata, T. S. (2010). Perbedaan Perilaku Nyeri Pasien Kanker Kronis yang
Didampingi Pasangan Hidup dengan yang Tidak Didampingi di Rsup Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara.
Zega, S. (2015). Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara yang Menjalani
32 BAB III
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, yaitu untuk melihat hubungan antara happiness dengan kualitas
hidup pada pasien kanker maka akan digunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Tujuan metode korelasional adalah untuk menentukan
hubungan antara variabel, atau menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi (Ezmir, 2007).
A. Identifikasi Variabel
Untuk dapat menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu diidentifikasikan variabel-variabel penelitian. Variabel yang akan diteliti
dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu: 1. Variabel Bebas : Happiness 2. Variabel Tergantung : Kualitas Hidup
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Happiness
Happiness pada pasien kanker adalah perasaan positif yang
ditandai dengan adanya pengalaman menyenangkan yang dirasakan
pasien kanker sehingga membuat kehidupannya menjadi lebih baik, seperti memiliki hubungan interpersonal yang baik, terlibat penuh dalam
happiness oleh Seligman (2005), yaitu menjalin hubungan positif dengan
orang lain, keterlibatan penuh, menemukan makna dalam keseharian,
optimis namun tetap realistis, serta menjadi pribadi yang resilien.
2. Kualitas Hidup
Kualitas hidup pasien kanker adalah penilaian secara kognitif,
baik positif maupun negatif yang dimiliki pasien tentang kehidupannya dengan membandingkan keadaan pasien saat ini dengan keadaan yang dianggap pasien sebagai suatu standar ideal yang dikaitkan dengan
kemampuan dan keterbatasan pasien secara fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial, dan hubungan dengan lingkungan. Dalam hal ini,
kualitas hidup diukur berdasarkan aspek-aspek kualitas hidup oleh WHO Quality of Life (WHOQOL) (dalam Rapley, 2003), yaitu physical health,
psychological health, social relationship, dan environment.
C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel
1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti (Sugiarto et.al, 2003). Populasi dari penelitian
ini adalah seluruh pasien kanker di RSUP H. Adam Malik. Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka
dijadikan sebagai subjek penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel.
Menurut Sugiarto et.al (2003) sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu
sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Selanjutnya Hadi (2000) menyatakan bahwa syarat utama dalam penelitian harus dapat
mencerminkan keadaan populasinya. Dalam istilah teknik statistik dikatakan, sampel harus merupakan populasi dalam bentuk kecil. Adapun karakteristik populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Pria atau wanita penderita kanker b. Berusia 18 – 60 tahun
Peneliti mengambil rentang usia 18-60 tahun dengan alasan ingin melihat hubungan happiness dengan kualitas hidup pada penderita kanker yang sedang dalam masa usia produktif, yaitu pasien kanker
yang masih memiliki kegiatan atau aktivitas diluar rumah.
2. Metode Pengambilan Sampel
Sampling adalah cara untuk menentukan sampel dalam suatu
penelitian. Untuk memperoleh sampel yang dapat mencerminkan
keadaan populasinya, maka harus digunakan teknik pengambilan sampel yang benar. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik
pengambilan sampel non-probability sampling, dimana non-probability
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel penelitian.
Salah satu teknik non-probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling
merupakan pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mpunyai sangkut paut yang erat
dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2000). Jumlah sample dalam penelitian ini adalah 75 orang.
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian mempunyai tujuan untuk
mengungkap fakta mengenai variabel yang akan diteliti. Data pada penelitian ini nantinya berupa data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian sebagai informasi yang dicari dengan menggunakan alat
pengukuran data (Azwar, 2013). Adapun alat pengukuran yang digunakan untuk mengungkap data dari kedua variabel, happiness dan kualitas hidup,
1. Skala Happiness
Alat ukur yang dipakai untuk mengukur happiness dalam
penelitian ini adalah alat ukur psikologis yang terdiri dari aitem-aitem pernyataan yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek
kebahagiaan (happiness) dari Seligman (2005).
Alat ukur ini bertujuan untuk mengungkapkan seberapa besar
emosi positif yang dirasakan pasien kanker. Alat ukur ini dibuat berdasarkan aspek-aspek kebahagiaan (happiness) dari Seligman (2005), yaitu menjalin hubungan positif dengan orang lain, keterlibatan penuh,
menemukan makna dalam keseharian, optimis namun tetap realistis, serta menjadi pribadi yang resilien.
Model skala happiness ini menggunakan skala Likert yang berbentuk tipe pilihan dan tiap butir diberi lima pilihan jawaban. Setiap aitem terdiri dari lima respon pernyataan yaitu Sangat Tidak Setuju,
Setuju, Netral, Setuju, dan Sangat Setuju. Pemberian skor untuk setiap respon dimulai dengan 0 untuk respon Sangat Tidak Setuju, 1 untuk respon
Setuju, 2 untuk respon Netral, 3 untuk respon Setuju, dan 4 untuk respon Sangat Setuju. Subjek diminta untuk memilih salah satu dari kelima alternatif jawaban yang telah tersedia dan yang paling sesuai atau tepat
Tabel 3.1Blue Print Skala Happiness Sebelum Uji Coba
penelitian ini adalah alat ukur psikologis yang terdiri dari aitem-aitem
Alat ukur ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana kualitas hidup yang dirasakan pasien kanker. Alat ukur ini dibuat berdasarkan
aspek-aspek kualitas hidup dari WHO Quality of Life (WHOQOL) (dalam Rapley, 2003), yaitu physical health, psychological health, social
relationship, dan environment.
Model skala kualitas hidupini menggunakan skala Likert yang
berisi pertanyaan dengan empat pilihan jawaban. Setiap aitem terdiri dari lima respon pernyataan yaitu Sangat Tidak Setuju, Setuju, Netral, Setuju, dan Sangat Setuju. Pemberian skor untuk setiap respon dimulai dengan 0
untuk respon Sangat Tidak Setuju, 1 untuk respon Setuju, 2 untuk respon Netral, 3 untuk respon Setuju, dan 4 untuk respon Sangat Setuju. Subjek
diminta untuk memilih salah satu dari kelima alternatif jawaban yang telah tersedia dan yang paling sesuai atau tepat dengan keadaan atau yang subjek rasakan.Subjek diminta untuk memilih salah satu dari keempat
alternatif jawaban yang telah tersedia dan yang paling sesuai atau tepat dengan keadaan atau yang subjek rasakan.
Tabel 3.2 Blue Print Skala Kualitas Hidup Sebelum Uji Coba
health Perasaan positif atau
Validitas didefinisikan sebagai ketetapan dan kecermatan alat ukur
menjalankan fungsi pengukuran. Suatu alat ukut atau pengumpul data
dikatakan valid adalah alat ukur memberikan hasil pengukuran yang sesuai dengan maksud dan tujuan diadakan pengukuran (Azwar, 2013).
Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi dan validitas tampang. Validitas isi (content validity) menggunakan
expert judgement yang menjadi penilai kesesuaian atau kerelevanan
aitem dengan indikator perilaku berdasarkan tinjauan pustaka yang digunakan. Validitas tampang (face validity) erat kaitannya dengan cara
penyajian skala dari peneliti untuk subjek penelitian, sehingga penyajian skala haruslah rapi, terstrukur, dan dapat dipercaya sebagai suatu alat
2. Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem bertujuan untuk melihat sejauh mana butir
pernyataan mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang
digunakan dalam analisis butir pernyataan ini adalah dengan memilih aitem-aitem pernyataan yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan
fungsi ukur tes dalam mengungkap perbedaan individual. (Azwar, 2013). Uji daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan skor total tes itu sendiri,
menggunakan aplikasi reliabilityanalysis pada SPSS 17.0 for windows sehingga didapatkan koefisien aitem total yang telah dikoreksi.
Selanjutnya semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,20, dianggap memiliki daya beda yang dapat dipertahankan (Thorndike, dalam Azwar, 2009). Dalam proses uji daya beda item pada penelitian
ini, peneliti melakukan try out kepada 50 orang pasien kanker di Ruang Kemoterapi RSUP H. Adam Malik.
3. Reliabilitas Alat Ukur
Konsep dari reliabilitas alat ukur adalah untuk mencari dan
mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabel dapat dikatakan kepercayaan, keandalan, keajaiban,kestabilan, dan
diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek dalam diri subjek yang diukur memang belum berubah (Azwar, 2000). Dalam aplikasinya,
reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0-1,00. Jika koefisien reliabilitas mendekati angka
1 berarti reliabilitasnya tergolong tinggi, sedangkan jika koefisiennya mendekati angka 0 berarti reliabilitasnya tergolong rendah.
Uji reliabilitas data menggunakan pendekatan konsistensi internal yang prosedurnya hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada sekelompok individu sebagai sujek (single trial administartion).
Pendekatan ini dipandang memiliki nilai praktis dan lebih efisien (Azwar, 2013). Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah
uji reliabilitas Alpha dari Cronbach.
F. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Uji coba alat ukur dalam penelitian ini dilakukan mulai tanggal 03 Maret s.d 03 April 2016. Uji coba dilakukan kepada 50 pasien kanker di
Ruang Kemoterapi RSUP H. Adam Malik. Setelah data terkumpul peneliti mengolah data uji coba untuk melihat reliabilitas dan daya beda aitem skala
happiness dan kualitas hidup. Uji coba menggunakan program SPSS 17.0
version for windows. Nilai daya beda aitem yang peneliti gunakan minimal
0,20 (Thorndike, dalam Azwar, 2009). Setelah dilakukan uji coba dengan
happiness sebesar 0,790 dan skala kualitas hidup sebesar 0,783. Hasil analisa
skala happiness dan kualitas hidup, dari 35 aitemterdapat 13 aitemyang gugur
pada tiap skala (nilai daya beda aitemkuarng dari 0,20).
Hasil try out skala happiness dan kualitas hidup dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 3.3. Hasil Try Out Skala Happiness
Aspek Indikator Aitem Jlh
Keterlibatan penuh Tekun dalam melakukan kegiatan
Tabel 3.4 Blue Print Skala Happiness Setelah Uji Coba
Merasa berguna bagi
Tabel 3.5 Hasi Try Out Skala Kualitas Hidup
Aspek Indikator Aitem Jlh
Partisipasi dalam lingkungan 9, 20, 30 3 Kegiatan saat waktu luang 21, 31 10 3
Finansisal 11 0
Jumlah 14 8 22
Tabel 3.6 Blue Print Skala Kualitas Hidup Setelah Uji Coba
Aspek Indikator Aitem Jlh
Physical health
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Pembuatan Alat Ukur
Pada tahap ini peneliti membuat alat ukur berupa skala happiness berdasarkan teori Seligman (2005) dan skala kualitas hidup
berdasarkan teori WHO Quality of Life (WHOQOL) (dalam Rapley, 2003). Pada skala happiness dan kualitas hidup ini, peneliti
b. Permohonan Izin
Sebelum melakukan proses pengambilan data, peneliti mengurus
surat permohonan izin di Fakultas Psikologi, dan kemudian surat tersebut diberikan kepada pihak tata usaha RSUP H. Adam Malik.
Peneliti juga mengurus surat Ethical Clereance di Fakultas Keperawatan USU.
c. Uji Coba Alat Ukur
Uji coba alat ukur dilakukan untuk melihat validitas dan reliabilitas
skala happiness dan kualitas hidup. Uji coba alat ukur diberikan kepada 50 pasien kanker di Ruang Kemoterapi RSUP H. Adam Malik
pada tanggal 03 Maret s.d 03 April 2016.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Proses pengambilan data dilakukan pada tanggal 15 April 2016 s.d 15 Mei 2016 di Ruang Kemoterapi RSUP H. Adam Malik Medan. Skala
happiness dan kualitas hidup diberikan kepada 75 orang pasien kanker.
3. Tahap Pengolahan Data
Setelah diperoleh data skala happiness dan kualitas hidup pada masing-masing subjek, maka dilakukan pengolahan data dengan menggunakan
H. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini metode analisa data menggunakan korelasi
Pearson Product Moment dengan menggunakan program SPSS 17.0for
windows. Dalam melakukan metode analisis data dengan uji korelasi Person
Product Moment perlu dilakukan uji asumsi normalitas dan uji asumsi
linearitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk menguji apakah data yang dianalisis sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip–prinsip distribusi normal agar dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Uji
normalitas sebaran pada penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa data masing-masing variabel yaitu happiness dan kualitas hidup
telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Test of Normality pada program SPSS 17.0 for windows
untuk melihat apakah sampel yang digunaakan berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Pengujian normalitas akan menggunakan
Kolmogorov Smirnov yang mana signifikansi harus lebih besar dari 0,05
agar sampel dianggap berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel
happiness berkorelasi secara linear terhadap data variabel kualitas hidup
menggunakan test for linearity dengan bantuan program komputer SPSS
versi 17.0 for windows. Kedua variabel dapat dikatakan berkorelasi
48 BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian.
Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi data penelitian.
A. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien kanker di Ruang
Kemoterapi Instalasi Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 75 orang.
1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 4.1 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase
Laki-laki 21 28%
Perempuan 54 72%
Total 75 100%
Dari tabel 4.1 dilihat bahwa jumlah subjek perempuan lebih banyak dari subjek laki-laki. Subjek laki laki berjumlah 21 orang
2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian
dikategorisasikan berdasarkan tahap perkembangan menurut Hurlock (2002) yaitu masa dewasa awal dengan usia 18-40 tahun dan masa
dewasa madya dengan usia 41-60 tahun.
Tabel 4.2. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia
Usia Kategori Tahap Perkembangan Jumlah (N) Persentase
18-40 Tahun Dewasa awal 34 45%
41-60 Tahun Dewasa madya 41 55%
Total 75 100%
Dari tabel 4.2 dilihat bahwa jumlah subjek terbanyak berada pada
rentang usia 41-60 yaitu sebanyak 41 orang. Sedangkan yang berada dalam rentang usia 18-40 yaitu sebanyak 34 orang.
B. Hasil Utama Penelitian
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov dan pengolahan data Normal
QQ Plots di dalam SPSS. Pengujian normalitas ini menyatakan data
Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
happiness kualitashidup
N 75 75
Normal Parametersa,,b Mean 55.41 52.07
Std. Deviation 8.484 8.279
Most Extreme Differences Absolute .101 .095
Positive .054 .037
Negative -.101 -.095
Kolmogorov-Smirnov Z .870 .821
Asymp. Sig. (2-tailed) .435 .511
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Tabel 4.3 diatas menunjukkan nilai uji normalitas happiness adalah sebesar 0,435 dan kualitas hidup sebesar 0,511. Hasil uji normalitas keduanya memiliki nilai ρ > 0,05 yang berarti data tersebut
berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas dengan normal QQ plots dapat dilihat dalam grafik berikut.
Grafik 4.2. Uji Normalitas Kualitas Hidup
Sebaran data pada grafik 4.1 dan 4.2 menunjukan titik-titik
data berada disekitar satu garis lurus yang berarti bahwa data skala
happiness dan kualitas hidup berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Dalam penelitian ini uji linearitas akan melihat apakah dua variabel penelitian
Tabel 4.4. Hasil Uji Linearitas
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, diperoleh nilai linearity 0.000 untuk variabel happiness dan kualitas hidup. Hal ini menujukkan bahwa nilai linearitas ρ < 0.05 sehingga telah memenuhi asumsi
linearitas.
2. Hasil Pengujian Hipotesis
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji hipotesa apakah
ada hubungan antara happiness dengan kualitas hidup pada pasien kanker. Uji statistik korelasi pearson-product moment dilakukan dengan
menggunakan bantuan SPSS 17.0 version for windows. Hipotesa penelitian diterima jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil uji korelasi kedua variabel dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5. Uji Korelasi Happiness dan Kualitas Hidup
Correlations
Happiness Kualitashidup
Sig. (2-tailed) .000
N 75 75
kualitashidup Pearson Correlation .451** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4.5 di atas maka diperoleh nilai korelasi sebesar 0,451 dengan nilai p sebesar 0,000. Maka dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak, dengan kata lain Ha diterima yaitu terdapat hubungan antara happiness dengan kualitas hidup.
C. Hasil Tambahan Penelitian
Terlepas dari hasil penelitian utama, terdapat hasil tambahan
penelitian sebagai berikut:
1. Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Happiness
a. Nilai Hipotetik dan Empirik Variabel Happiness
Berikut adalah deskripsi data variabel happiness yang terdiri dari nilai minimum dan maksimum, nilai mean, dan nilai standar
deviasi dari skor skala happiness.
Tabel 4.6. Deskripsi Data Variabel Happiness
Variabel Happiness
Empirik Min Max Mean SD
35 72 55.41 8.484
Hipotetik Min Max Mean SD
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik (55,41 > 44), yang berarti
bahwa sampel penelitian memiliki tingkat happiness lebih tinggi dari yang diperkirakan.
b. Kategorisasi Data Happiness
Kategorisasi variabel happiness dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu Tinggi dan Rendah. Pemisahan kategori tinggi dan rendah dapat dilakukan dengan menggunakan batas kisaran
skor atau fluktuasi skor rata-rata (mean). Sebelum melakukan pemisahan kategori tersebut perlu ditentukan Standard Error of
Measurement (SEM). Besarnya nilai SEM dipengaruhi oleh nilai
koefisien reliabilitas skala dan varians dari skor kelompok (Azwar, 2013). Adapun koefisien reliabilitas (rxx’) alat ukur happiness adalah
0,790 dengan standar deviasi sebesar 8,484. Dengan demikian berikut ini adalah perhitungan SEM variabel happiness.
Se = Sx √(1-rxx’)
= 8,484 √ (1-0,790) = 8,484 √ 0,21
= 8,484 x 0,45 = 3,817
Penelitian ini mengunakan derajat kepercayaan 95%, atau α = 0,05, sehingga α/2 = 0,025. Pada tabel deviasi normal, nilai z untuk p
kategorisasi berikutnya). Dengan mengetahui besarnya SEM, maka fluktuasi skor happiness dapat diperkirakan sebagai berikut:
X ± Zα/2 (Se)
X ± 1,96 (3,817)
X ± 7,48 atau dibulatkan menjadi X ± 7
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan di atas, maka
kategorisasi variabel happiness adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Kategorisasi Data Penelitian Happiness
Variabel Rentang Nilai Kategorisasi Jumlah Persentase
Happiness
X ≤ 37 Rendah 2 3%
37 < X ≤ 51 Tidak Diklasifikasikan 18 24%
X > 51 Tinggi 55 73%
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa subjek dengan
tingkat kebahagiaan rendah sebanyak 2 orang (3%) dan 55 orang (73%) subjek dengan tingkat kebahagiaan yang tinggi.
Pada penelitian ini peneliti juga menghitung skor rata-rata
subjek penelitian pada skala happiness yang ditinjau berdasarkan usia dan jenis kelamin. Hasil perbandingan skor rata-rata tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.8 Perbandingan Nilai Rata-Rata Happiness Subjek Penelitian
Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Variabel Penelitian
Nilai Rata-Rata Variabel
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas maka dapat disimpulkan bahwa
subjek penelitian dengan tahap perkembangan dewasa awal yang berusia 18 sampai 40 tahun secara umum memiliki nilai skor
happiness yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek penelitian
dengan tahap perkembangan dewasa madya yang berusia 41 sampai
60 tahun. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, subjek laki-laki secara umum memiliki nilai skor happiness yang sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan. Meskipun demikian, perbedaan nilai
rata-rata subjek berdasarkan usia dan jenis kelamin tersebut tidak terlalu signifikan.
2. Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Kualitas Hidup
a. Nilai Hipotetik dan Empirik Variabel Kualitas Hidup
Berikut adalah deskripsi data variabel kualitas hidupyang
terdiri dari nilai minimum dan maksimum, nilai mean, dan nilai standar deviasi dari skor skala kualitas hidup.
Tabel 4.9 Deskripsi Data Variabel Kualitas Hidup
Variabel Kualitas Hidup
Empirik Min Max Mean SD
31 72 52.07 8.279
Hipotetik Min Max Mean SD
0 88 44 14.66
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa mean
bahwa sampel penelitian memiliki tingkat kualitas hiduplebih tinggi dari yang diperkirakan.
Kategorisasi variabel kualitas hidupdalam penelitian ini juga dibagi ke dalam dua kategori, yaitu Positif dan Negatif. Nilai koefisien reliabilitas (rxx’) alat ukur happiness adalah 0,783 dengan standar
deviasi sebesar 8,279. Dengan demikian berikut ini adalah
perhitungan SEM variabel kualitas hidup.
Se = Sx √(1-rxx’)
= 8,279 √ (1-0,783) = 8,279 √ 0,217
= 8,279 x 0,46 = 3,808
Dengan mengetahui besarnya SEM, maka fluktuasi skor kualitas hidup dapat diperkirakan sebagai berikut:
X ± Zα/2 (Se)
X ± 1,96 (3,808)
X ± 7,46 atau dibulatkan menjadi X ± 7
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan di atas, maka kategorisasi variabel kualitas hidup adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Kategorisasi Data Penelitian Kualitas Hidup
Variabel Rentang Nilai Kategorisasi Jumlah Persentase
Kualitas Hidup
X ≤ 37 Negatif 4 6%
37 < X ≤ 51 Tidak Diklasifikasikan 28 37%
X > 51 Positif 43 57%
(57%) subjek memiliki kualitas hidup yang positif. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki kualitas
hidup yang positif.
Pada penelitian ini peneliti juga menghitung skor rata-rata
subjek penelitian pada skala kualitas hidupyang ditinjau berdasarkan usia dan jenis kelamin. Hasil perbandingan skor rata-rata tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11 Perbandingan Nilai Rata-Rata Kualitas Hidup Subjek Penelitian
Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Variabel Penelitian
Nilai Rata-Rata Variabel
Berdasarkan Usia Berdasarkan Jenis Kelamin 18-40 Tahun 41-60 Tahun Laki-Laki Perempuan Kualitas Hidup 57.17 47.82 52.52 51.88
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas maka dapat disimpulkan bahwa
subjek penelitian dengan tahap perkembangan dewasa awal yang berusia 18 sampai 40 tahun secara umum memiliki nilai skor kualitas
hidupyang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek penelitian dengan tahap perkembangan dewasa madya yang berusia 41 sampai 60 tahun (57.17 > 47.82). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, subjek
laki-laki secara umum, meskipun tidak terlalu signifikan, memiliki nilai skor kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan perempuan (52.52
D. Pembahasan
Hasil penelitian hubungan antara happiness dengan kualitas hidup
pada pasien kanker diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar r = 0.451, yang berarti ada hubungan positif antara happiness dengan kualitas hidup.
Hubungan yang positif menunjukkan bahwa kenaikan skor pada variabel
happiness akan diikuti kenaikan skor pada variabel kualitas hidup.
Hubungan antara happiness dengan kualitas hidup ini didukung pernyataan Myers (2002) yaitu, ciri-ciri individu yang bahagia adalah mampu menghargai dirinya sendiri, tidak mudah menyerah, dan mampu
mengendalikan dirinya. Hal ini membuat individu yang bahagia lebih mampu untuk menerima kondisi kesehatan mereka dan memiliki harapan
hidup yang tinggi (Soraki & Abolghasemi, 2016). Ketika individu mampu menerima kondisi kesehatannya, mereka akan lebih mampu bertahan dan tidak putus asa sehingga memiliki kualitas hidup yang lebih positif
(Michalos et al, 2000).
Koefisien determinasi (R2) diperoleh sebesar 0,204 yang berarti
happiness menyumbang 20,4% pengaruh terhadap kualitas hidup subjek
penelitian dari sekian banyak faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup subjek. Menurut Brown (1996), terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang, yaitu faktor lingkungan dan pribadi. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan
Happiness merupakan salah satu faktor psikologis yang berasal dari
pribadi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
Dari analisis data juga didapat kategorisasi happiness dan kualitas hidup subjek. Subjek dengan tingkat happiness yang rendah berjumlah 3%
dan tinggi berjumlah 55%. Dari kelompok subjek yang berada pada kategori happiness tinggi, hasil pengukuran memperlihatkan bahwa aspek
optimisme memberikan skor lebih tinggi dibanding aspek lainnya pada variabel happiness. Hal ini sejalan dengan penelitian Gustavsson-Lilius et al (2006) yang menyatakan bahwa pasien kanker yang optimis memiliki
kesehatan psikologis yang lebih baik dibandingkan pasien kanker yang pesimis. Selain itu, rasa optimis yang dimiliki pasien kanker juga dapat
meningkatkan kemampuan pasien dalam menjalankan aktivitas sosialnya terutama menjalin hubungan positif dengan orang lain (Carver et al., 2003). Pasien kanker yang memiliki kesehatan psikologis dan kemampuan
aktivitas sosial yang baik merupakan ciri-ciri orang yang bahagia (Myers, 2002). Hal ini didukung pula dengan hasil observasi yang peneliti lakukan
di lapangan yaitu, meskipun sedang menjalani kemoterapi, pasien kanker yang menjadi subjek penelitian disini terlihat tidak mengeluh. Kebanyakan dari mereka juga melaporkan bahwa mereka memiliki keinginan untuk
sembuh yang besar dan memiliki banyak hal yang ingin dilakukan kedepannya.
emosi positif, seperti kebahagiaan yang dirasakan pasien kanker dapat menjadi faktor untuk menjelaskan hal ini. Soraki & Abolghasemi (2016)
menyatakan bahwa happiness dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam hal positive thinking, problem solving, dan hope. Kemampuan
tersebut dapat membantu pasien kanker untuk tetap dapat memaknai hidup mereka serta meningkatkan keberfungsian dalam menjalani hidup. Howren
et al (2010) juga menyatakan bahwa pasien yang mengalami emosi negatif sering memiliki kualitas hidup yang lebih rendah diantara cancer survivor lainnya.
Selain itu, Bowling (2005) juga menyatakan bahwa kriteria kualitas hidup yang positif ditentukan dengan seseorang yang memiliki pandangan
psikologis yang positif, memiliki kesejahteraan emosional, kesehatan fisik dan mental yang baik, kemampuan fisik untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan, serta memiliki hubungan yang baik dengan teman dan
keluarga. Pernyataan Bowling (2005) tersebut sesuai dengan pernyataan mayoritas pasien kanker yang menjadi subjek pada penelitian ini yang juga
melaporkan bahwa meskipun kondisi kesehatan mereka saat ini tidak sesehat dulu, tapi mereka merasa masih mampu menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa dan tetap memiliki hubungan yang baik dengan keluarga,
teman, dan tetangga.
Kategorisasi happiness dan kualitas hidup pada penelitian ini
tinggi atau positif. Hal ini dapat disebabkan metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti, yaitu dengan cara subjek tidak membaca dan
mengisi sendiri skala happiness dan kualitas hidup yang telah disiapkan melainkan peneliti membacakan setiap pernyataan yang ada di skala yang
kemudian dijawab oleh subjek penelitian. Hal ini dapat menimbulkan
faking good, dimana subjek berusaha menampilkan kesan yang baik
kepada peneliti. Selain itu, aitem-aitem yang mengandung nilai social
desirability yang tinggi juga dapat menjadi penyebab subjek memiliki skor
yang tinggi pada kedua alat ukur tersebut. Hal-hal tersebut merupakan
kelemahan pada penelitian ini dan diharapkan pada penelitian-peneiltian selanjutnya hal tersebut dapat dipertimbangkan.
Pada penelitian ini juga dianalisa perbedaan nilai rata-rata subjek pada variabel happiness dan kualitas hidup yang ditinjau berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pada variabel happiness, berdasarkan jenis
kelamindidapatkan skor rata-rata pada subjek laki-laki sebesar 55,52 dan pada subjek perempuan sebesar 55,37. Selisih keduanya adalah sebesar
0,15. Hal ini didukung pernyataan Seligman (2005) yang menyatakan bahwa tingkat emosi rata-rata pria dan wanita tidak jauh berbeda.
Pada variabel kualitas hidup, skor rata-rata pada subjek laki-laki
sebesar 52,52 dan pada subjek perempuan sebesar 51,88. Selisih keduanya adalah sebesar 0,64. Dapat dilihat dari hasil tersebut bahwa skor rata-rata
yang menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas hidup pada pasien kanker laki-laki maupun perempuan.
Berdasarkan usia, pada variabel happiness didapatkan skor rata-rata subjek pada kelompok tahap perkembangan dewasa awal adalah sebesar
58,70 dan pada dewasa madya sebesar 52,68. Selisih keduanya adalah sebesar 6,02. Meskipun tidak terlalu besar, terlihat bahwa nilai happiness
pada subjek dewasa awal lebih tinggi dibandingkan subjek pada kelompok tahap perkembangan dewasa madya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Seligman (2005) yaitu, intensitas emosi yang dirasakan
seseorang baik positif maupun negatif akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Pada variabel kualitas hidup didapatkan skor rata-rata subjek pada kelompok tahap perkembangan dewasa awal adalah sebesar 57,17 dan pada dewasa madya sebesar 47,82. Selisih keduanya adalah sebesar 9,35.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai kualitas hidup pada subjek dewasa awal lebih tinggi dibandingkan subjek pada dewasa madya. Hal ini sejalan
dengan penelitian Pereira & Canavarro (2011) yang menyatakan bahwa kualitas hidup individu pada kelompok usia dewasa awal lebih tinggi dibandingkan individu dewasa madya.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan, pasien kanker yang menjadi subjek penelitian disini menanggapi pernyataan –
dengan jawaban sangat tidak setuju sampai sangat setuju, subjek juga menjelasakan alasan dibalik jawaban yang mereka berikan. Meskipun
tidak banyak, ada juga subjek yang sampai meneteskan air mata ketika menjelaskan bagaimana perasaan mereka mengenai penyakit yang mereka
alami tersebut. Penjelasan-penjelasan yang diberikan subjek juga memperlihatkan bahwa mereka memiliki keinginan yang besar untuk
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil Utama Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan utama penelitian diperoleh hasil utama penelitian yaitu adanya hubungan antara happiness dengan
kualitas hidup pada pasien kanker yang menjadi subjek penelitian. 2. Hasil Tambahan Penelitian
a. Berdasarkan kategorisasi, pada variabel happiness, mayoritas
subjek berada pada kategorisasi tinggi. Begitu pula dengan variabel kualitas hidup, mayoritas subjek berada pada kategorisasi positif. b. Berdasarkan jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan yang terlalu
signifikan pada pasien kanker yang berjenis kelamin laki-laki
maupun perempuan pada variabel happiness maupun kualitas hidup.
c. Berdasarkan usia, pasien kanker pada tahap perkembangan dewasa
B. Saran
Adapun saran-saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Saran Metodologis
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengungkap variabel lainnya
yang berhubungan dengan kualitas hidup selain happiness, seperti optimisme karena ditemukan bahwa aspek optimisme memiliki skor
tertinggi diantara kelima aspek kualitas hidup lainnya pada subjek penelitian.
2. Saran Praktis
a. Pasien kanker diharapkan dapat menerima penyakit mereka dan
menyesuaikan diri dengan ketidaknyamanan atau bahkan
keterbatasan secara fisik yang mereka rasakan setelah mengalami penyakit tersebut. Masalah psikologis seperti munculnya emosi-emosi negatif merupakan hal yang wajar dirasakan pasien kanker
pada awal diagnosis, namun diharapkan pasien kanker tidak berlarut-larut merasakan emosi negatif melainkan bangkit dan
menjalani pengobatan medis dengan rutin untuk melawan kanker tersebut.Sehingga pasien kanker dapat merasakan kebahagiaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
kanker.
b. Pasien kanker juga perlu meningkatkan rasa optimis dengan
14 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Happiness
1. Definisi Happiness
Kebahagiaan merupakan konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolak ukur yang berbeda-beda. Aristoteles (dalam Adler,
2003) menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan berasal dari kata
“happy” atau bahagia yang berarti feeling good, having fun, having a good
time, atau sesuatu yang membuat pengalaman yang menyenangkan.
Sedangkan orang yang bahagia menurut Aristoteles (dalam Rusydi, 2007) adalah orang yang mempunyai good birth, good health, good look, good
luck, good reputation, good friends, good money dan goodness.
Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas positif
yang tidak mempunyai komponen perasaan sama sekali. Sedangkan
happiness atau kebahagiaan menurut Biswas-Diener & Dean (2007)
merupakan kualitas dari keseluruhan hidup manusia – apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih tinggi.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa happiness adalah perasaan positif yang ditandai dengan adanya pengalaman
2. Aspek – Aspek Kebahagiaan
Menurut Seligman dkk (2005), ada lima aspek utama yang dapat menjadi sumber kebahagiaan sejati, yaitu :
a. Menjalin hubungan positif dengan orang lain
Hubungan yang positif bukan sekedar memiliki teman, pasangan,
ataupun anak. Status perkawinan dan kepemilikan anak tidak dapat menjamin kebahagiaan seseorang.
b. Keterlibatan penuh
Bagaimana seseorang melibatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan yang ditekuni. Keterlibatan penuh bukan hanya pada karir, tetapi juga
dalam aktivitas lain seperti hobi dan aktivitas bersama keluarga. Keterlibatan penuh membutuhkan partisipasi aktif dari orang yang bersangkutan. Dengan melibatkan diri secara penuh, bukan hanya fisik
yang beraktivitas, tetapi hati dan pikiran juga turut serta. c. Menemukan makna dalam keseharian
Dalam keterlibatan penuh dan hubungan positif dengan orang lain tersirat satu cara lain untuk dapat bahagia, yakni temukan makna dalam apapun yang dilakukan.
d. Optimis, namun tetap realistis
Orang yang optimis ditemukan lebih berbahagia. Mereka tidak mudah
e. Menjadi pribadi yang resilien
Orang yang berbahagia bukan berarti tidak pernah mengalami
penderitaan. Karena kebahagiaan tidak bergantung pada seberapa banyak peristiwa menyenangkan yang dialami. Melainkan sejauh
mana seseorang memiliki resiliensi, yakni kemampuan untuk bangkit dari peristiwa yang terpahit sekalipun.
3. Unsur – Unsur Kebahagiaan
Ada dua hal yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kebahagiaan
yaitu afeksi dan kepuasan hidup (Rusydi, 2007). a. Afeksi
Perasaan (feeling) dan emosi (emotion) merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Setiap pengalaman emosional selalu berhubungan dengan afektif atau perasaan yang sangat menyenangkan sampai kepada
perasaan yang tidak membahagiakan. b. Kepuasan hidup
Kepuasan hidup merupakan kualitas dari kehidupan seseorang yang telah teruji secara keseluruhan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kepuasan hidup merupakan hasil dari perbandingan antara
segala peristiwa yang dialami dengan apa yang menjadi tumpuan harapan dan keinginan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
4. Ciri-Ciri Orang yang Bahagia
Menurut David G. Myers (2002), ada empat karakteristik yang selalu ada pada orang yang memiliki kebahagiaan dalam hidupnya, yaitu : a. Menghargai diri sendiri
Orang yang bahagia cenderung menyukai dirinya sendiri. Mereka cenderung setuju dengan pernyataan seperti “Saya adalah orang yang
menyenangkan”. Jadi, pada umumnya orang yang bahagia adalah
orang yang memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi untuk
menyetujui pernyataan seperti diatas. b. Optimis
Ada dua dimensi untuk menilai apakah seseorang termasuk optimis atau pesimis, yaitu permanen (menentukan berapa lama seseorang menyerah) dan pervasif (menentukan apakah ketidakberdayaan
melebar ke banyak situasi). Orang yang optimis percaya bahwa peristiwa baik memiliki penyebab permanen dan peristiwa buruk
bersifat sementara sehingga mereka berusaha untuk lebih keras pada setiap kesempatan agar ia dapat mengalami peristiwa baik lagi (Seligman, 2005). Sedangkan orang yang pesimis menyerah di segala
aspek ketika mengalami peristiwa buruk di area tertentu. c. Terbuka
orang extrovert dan mudah bersosialisasi dengan orang lain ternyata memiliki kebahagiaan yang lebih besar.
d. Mampu mengendalikan diri
Orang yang bahagia pada umumnya merasa memiliki kontrol pada
hidupnya. Mereka merasa memiliki kekuatan atau kelebihan sehingga biasanya mereka berhasil lebih baik di sekolah atau pekerjaan.
5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan
Berikut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi kebahagiaan
seseorang, yaitu: a. Budaya
Triandis (dalam Carr, 2004) mengatakan bahwa faktor budaya dan sosial politik berperan dalam tingkat kebahagiaan seseorang. Carr (2004) mengatakan bahwa budaya dalam kesamaan sosial memiliki
tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. Carr juga menambahkan bahwa kebahagiaan lebih tinggi dirasakan di negara yang sejahtera di mana
institusi umum berjalan dengan efisien dan terdapat hubungan yang memuaskan antara warga dengan anggota birokrasi pemerintahan. b. Kehidupan sosial
Menurut Seligman (2005), orang yang sangat bahagia menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling sedikit
c. Agama atau religiusitas
Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan
daripada orang yang tidak religius (Seligman, 2005). Hal ini dikarenakan agama memberikan harapan akan masa depan dan
menciptakan makna dalam hidup bagi manusia (Seligman, 2005). Selain itu, keterlibatan seseorang dalam kegiatan keagamaan atau
komunitas agama dapat memberikan dukungan sosial bagi orang tersebut (Carr, 2004). Hubungan antara harapan akan masa depan dan keyakinan beragama merupakan landasan mengapa keimanan sangat
efektif melawan keputusasaan dan meningkatkan kebahagiaan (Seligman, 2005).
d. Pernikahan
Seligman (2005) mengatakan bahwa pernikahan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan. Menurut Carr (2004), ada dua
penjelasan mengenai hubungan kebahagiaan dan pernikahan yaitu, orang yang bahagia lebih atraktif sebagai pasangan daripada orang
yang tidak bahagia. Penjelasan kedua yaitu pernikahan memberikan banyak keuntungan yang dapat membahagiakan seseorang, diantaranya keintiman psikologis dan fisik, memiliki anak,
membangun keluarga, menjalankan peran sebagai pasangan dan orang tua, menguatkan identitas dan menciptakan keturunan (Carr, 2004).
besar penghasilan dan hal ini berlaku bagi pria dan wanita (Seligman, 2005).
e. Usia
Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia,
afek positif sedikit melemah, dan afek negatif tidak berubah (Seligman, 2005). Seligman (2005) menjelaskan hal yang berubah
ketika seseorang menua adalah intensitas emosi dimana perasaan “mencapai puncak dunia” dan “terpuruk dalam keputusasaan”
berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan pengalaman. f. Uang
Seligman (2005) menjelaskan bahwa di Negara yang sangat miskin,
kaya bisa berarti lebih bahagia. Namun di Negara yang lebih makmur dimana hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan
(Seligman, 2005). g. Kesehatan
Kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan kebahagiaan (Seligman, 2005). Menurut Seligman (2005) yang penting adalah persepsi subjektif kita terhadap seberapa sehat diri kita.
Seligman (2005) juga menambahkan bahwa orang yang memiliki lima atau lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka berkurang sejalan
h. Jenis kelamin
Jenis kelamin memiliki hubungan yang tidak konsisten dengan
kebahagiaan (Seligman, 2005). Wanita memiliki kehidupan emosional yang lebih ekstrim daripada pria (Seligman, 2005). Wanita mengalami
lebih banyak emosi positif dengan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan pria (Seligman, 2005). Seligman (2005) juga
menjelaskan bahwa tingkat emosi rata – rata pria dan wanita tidak berbeda namun wanita lebih bahagia dan juga lebih sedih daripada pria.
B. Kualitas Hidup
1. Definisi Kualitas Hidup
Kualitas hidup didefinisikan dengan cara yang berbeda oleh para peneliti. Hal ini karena istilah tersebut merupakan istilah multi disipliner
tidak hanya digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, tetapi dalam konteks penelitian dihubungkan dengan berbagai macam bidang khusus
seperti sosiologi, ilmu kedokteran, keperawatan dan psikologi. Oleh karena adanya perbedaan disiplin ilmu dan perspektif yang berbeda maka, kualitas hidup sulit didefinisikan secara pasti (Zega, 2015).
Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial,
adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain (Ware JE &
Sherbourne CD, dalam Silitonga 2007) .
Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)
Group (dalam Rapley, 2003) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu tentang posisinya di kehidupan dalam konteks
kebudayaan dan sistem nilai dimana mereka hidup, berhubungan dengan tujuan, harapan, ukuran, dan perhatian individu tersebut. Sedangkan menurut Donner, Karone, & Bertoliti (1997), kualitas hidup secara umum
adalah keadaan individu dalam lingkup kemampuan, keterbatasan, gejala dan sifat psikososial untuk berfungsi dan menjalankan bermacam-macam
perannya secara memuaskan.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup adalah penilaian individu tentang kehidupannya yang berhubungan
dengan tujuan, harapan, kemampuan, dan keterbatasan untuk berfungsi menjalani perannya dalam kehidupan.
2. Aspek Kualitas Hidup
Menurut WHO Quality of Life (WHOQOL) (dalam Rapley, 2003),
menyatakan bahwa pengukuran kualitas hidup harus didasarkan pada 6 aspek yaitu aspek physical health, psychological, level of independence,