• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Happiness dengan Kualitas Hidup pada Pasien Kanker

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Happiness dengan Kualitas Hidup pada Pasien Kanker"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAMPIRAN A

(3)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(4)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(5)

LAMPIRAN B

- Uji Normalitas

- Uji Linearitas

(6)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

happiness kualitashidup

N 75 75

Normal Parametersa,,b Mean 55.41 52.07

Std. Deviation 8.484 8.279

Most Extreme Differences Absolute .101 .095

Positive .054 .037

Negative -.101 -.095

Kolmogorov-Smirnov Z .870 .821

Asymp. Sig. (2-tailed) .435 .511

a. Test distribution is Normal.

(7)

B. Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

kualitashidup *

happiness

Between

Groups

(Combined) 2561.042 23 111.350 2.261 .008

Linearity 1033.273 1 1033.273 20.981 .000

Deviation from

Linearity

1527.769 22 69.444 1.410 .155

Within Groups 2511.625 51 49.248

Total 5072.667 74

C. Uji Korelasi

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

(8)

LAMPIRAN C

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

LAMPIRAN D

(16)

SKALA PENELITIAN

FAKULTAS PSIKOLOGI

(17)

Dengan hormat,

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan

pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, saya

memerlukan sejumlah data yang hanya akan saya peroleh dengan adanya

kerjasama dan kesediaan Anda dalam mengisi skala ini. Dalam pengisian

skala ini tidak ada jawaban yang salah. Setiap orang dapat mempunyai

jawaban yang berbeda, karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai

dengan diri Anda dengan sejujur-jujurnya tanpa mendiskusikan

dengan orang lain. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan

hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini saja. Cara memberikan

pernyataan-pernyataan tersebut akan dijelaskan dalam petunjuk pengisian.

Jika telah selesai, periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada

pernyataan yang terlewati dan belum diisi.

Bantuan Anda dalam memberikan pernyataan dalam skala ini adalah

bantuan yang sangat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk

itu saya mengucapkan terimakasih.

Hormat Saya,

(18)

Petunjuk Pengisian Skala I

Isilah identitas diri Anda pada kolom yang telah disediakan.

Berikut disajikan sejumlah pernyataan. Mohon Anda pahami dengan baik setiap

pernyataan. Anda diminta untuk memilih salah satu pilihan yang tersedia disebelah

kanan pernyataan. Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan untuk setiap

pernyataan yang paling sesuai dengan perilaku Anda. Alternatif jawaban yang

tersedia terdiri dari 5 pilihan, yaitu:

STS : jika pernyataan SANGAT TIDAK SESUAI dengan yang anda lakukan atau

anda rasakan

TS : jika pernyataan TIDAK SESUAI dengan yang anda lakukan atau anda

rasakan

N : jika pernyataan NETRAL dengan yang anda lakukan atau anda rasakan

S : jika pernyataan SESUAI dengan yang anda lakukan atau anda rasakan

SS : jika pernyataan SANGAT SESUAI dengan yang anda lakukan atau anda

rasakan

Nama/Inisial : ____________________

Jenis Kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan

Usia : ____ tahun

(19)

1. Saya adalah orang yang baik. X

Jika Anda ingin mengganti jawaban Anda, berikan tanda = pada jawaban yang salah

dan berikan tanda silang (X) pada kolom jawaban yang Anda anggap paling sesuai.

Contoh Koreksi Jawaban

No. Pernyataan STS TS N S SS

1. Saya adalah orang yang baik. X X

Isilah pernyataan yang ada sesuai dengan diri Anda dan periksalah kembali jawaban

Anda, pastikan tidak ada yang kosong. Setiap orang memiliki jawaban yang

berbeda-beda, tidak ada jawaban yang benar atau salah, dan tidak ada penilaian baik

atau buruk. Semua jawaban adalah benar. Kerahasiaan jawaban anda akan terjamin

sepenuhnya.

SKALA I

No Pernyataan STS TS N S SS

1. Menurut saya, penyakit ini tidak dapat menghalangi saya membantu orang lain

2. Hal-hal yang sudah saya lakukan selama ini bermanfaat bagi saya

3. Saya aktif mencari informasi terkait dengan kesembuhan penyakit saya

4. Saya senang ketika perawat atau tenaga medis lainnya mengobrol dengan saya

(20)

fokus melakukan sesuatu

8. Saya menyadari sebenarnya banyak hal yang saya lakukan tidak bermanfaat

9. Saya merasa hidup saya tidak bermakna

10. Saya tidak mengetahui apa yang menjadi tujuan hidup saya

11. Saya tidak berhenti berharap meskipun di tengah keterpurukan

12. Saya merasa masalah yang saya hadapi saat ini tidak dapat terselesaikan

13. Semenjak mengalami penyakit ini, saya menerapkan pola hidup baru yang lebih sehat

14. Saya menolak untuk bertemu dengan orang lain

15. Saya berusaha mendengarkan keluhan orang lain meskipun dalam keadaan sakit

16. Saya merasa tidak dapat diandalkan oleh orang di sekeliling saya

17. Saya tidak mudah menyerah dalam menjalani pengobatan

18. Saya merasa pengobatan yang saya jalani bermanfaat bagi diri saya

19. Saya tidak yakin pengobatan yang saya jalani dapat membuat kondisi saya menjadi lebih baik

20. Saya tidak dapat memaklumi pengalaman buruk yang terjadi dalam hidup saya

21. Saya berusaha mengisi waktu dengan hal yang berguna

(21)

No

Pernyataan

STS TS

N

S

SS

1. Saya tidak mengalami kesulitan untuk tidur di malam hari

2. Saya tidak memerlukan bantuan orang lain untuk aktivitas sehari-hari

3. Saya tidak merasa kesulitan berjalan kaki dalam jarak yang cukup jauh

4. Hubungan komunikasi dengan keluarga saya berjalan baik meskipun kondisi saya seperti ini

5. Saya berusaha mengikuti kegiatan yang diadakan oleh warga di sekitar lingkungan tempat tinggal saya 6. Rasa nyeri yang saya alami mengganggu kegiatan

yang saya lakukan saat waktu luang

7. Saya mengalami kesulitan keuangan akibat kondisi fisik atau terapi medis yang saya jalani

8. Setiap waktu istirahat yang saya gunakan bermanfaat bagi tubuh saya

9. Saya mengalami kesulitan bila tidak dibantu untuk mengerjakan aktivitas sehari-hari

10. Saya yakin Tuhan Yang Maha Esa membantu proses pengobatan yang saya jalani

11. Saya merasa keakraban dengan teman-teman berkurang semenjak kondisi saya seperti ini

12. Saya berusaha berhubungan dengan tetangga dalam lingkungan masyarakat tempat tinggal saya

13. Saya melakukan hobi saya saat waktu luang

(22)

pekerjaan rumah sehari-hari

16. Saya masih dapat melakukan aktivitas olahraga ringan seperti jalan santai atau gerak badan ringan 17. Saya rajin berdoa dan menyerahkan seluruh hidup

saya kepada Tuhan Yang Maha Esa

18. Aktivitas sosial saya terganggu akibat kondisi saya saat ini

19. Saya masih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat kerja maupun lingkungan sekitar rumah

20. Dengan kondisi seperti ini, saya mengalami kesulitan saat melakukan hobi saya

21. Saya mengalami kesulitan saat berjalan kaki dalam jarak yang pendek, misalnya sekitar rumah saya

22. Saya tidak suka bila orang mengomentari fisik saya saat ini

(23)

LAMPIRAN E

(24)
(25)
(26)
(27)

DAFTAR PUSTAKA

ACS (American Cancer Society). (2009). Cancer facts and figures. Diakses dari http://www.cancer.org (Tanggal akses 24 Juni 2015).

Adler, J. (2003). Aristotle’s Ethics: The Theory of Happiness—I. Illinois

University Press.

Andersen, M. R., Bowen, D. J., Morea, J., Stein, K. D., & Baker, F. (2009). Involvement in decision-making and breast cancer survivor quality of life.

Health Psychology, 28, 29-37.

Antoni, M. H., Lechner, S.C., Kazi, A., Wimberly, S. R., Sifre, T., et al. (2006). How stress management improves quality of life after treatment for braest cancer. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 74, 1143-1152. Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______. (2009). Efek seleksi aitem berdasar daya diskriminasi terhadap

reliabilitas skor tes. Universitas Gadjah Mada.

_______. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. (edisi 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Barez, M., Blasco, T., Fernandez-Castro, J., & Viladrich, C. (2009). Perceived control and psychological distress in women with breast cancer: A longitudinal study. Journal of Behavioral Medicine. 32, 187-196.

Bellizzi, K. M., & Blank, T. O. (2006). Predicting posttraumatic growth in breast cancer survivors. Health Psychology, 25, 47-56.

Biswas-Diener, R. & Dean, B. (2007). Positive Psychology Coaching: Putting the

Science of Happiness to Work for Your Clients. New Jersey: John Wiley &

Sons, Inc.

Bloom, J. R., Kang, S. H., & Romano, P. (1991). Cancer and stress: The effect of social support as a resource. Cancer and Stress: Psychological, biological

and coping studies (pp. 95-124). Chichester: Wiley.

Bowling, A. (2005). Measuring Health: A Review of Quality of Life Measurement

Scales. New York : Bell & Bain Ltd.

Brown, I., Renwick, R., Nagler, M. (1996). Conceptual Approaches, Issues, and

Applications.Quality of Life in Health Promotion and Rehabilitation.

(28)

Carr, A. (2004). Positive Psychology : The Science of Happiness and Human

Strengths. Hove & NewYork : Brunner – Routledge Taylor & Francis

Group.

Carver, C. S., Lehman, J. M., Michael, H. A. (2003). Dispositional pessimism predicts illness-related disruption of social and recreational actvities among breast cancer patients. J Pers Social Psycology, 84(4), 813-821. Depkes RI. (2014). Hilangkan Mitos Tentang Kanker. Diakses dari:

http://www.depkes.go.id/article/print/201407070001/hilangkan-mitos-tentang-kanker.html. (Tanggal akses 20 April 2015).

Deppe, M. (2013). The Health-Happiness Connection. Vibrant Life; ProQuest. Diananda, R. (2009). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yoyakarta: Katahari

Diener, E. & Diener, R. B. (2008). Happiness : Unlocking The Mysteries of

Psychological Wealth. USA : Blackwell Publishing Ltd.

Donner, C. F., Karone, M., & Bertoliti, G. (1997). Methods of Assesment of

Quality of Life. Eur Respir.

Emzir. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Foulkes, W. D. (2008). Inherited susceptibility to common cancers. New England

Journal of Medicine, 359, 2143-2153.

Friedman, L. C., Romero, C., Elledge, R., Chang, J., Kalidas, M., et al. (2007). Attribution of blame, self-forgiving attitude and psychological adjustment in women with breast cancer. Journal of Behavioral Medicine, 30, 351-357.

Giesinger, J., Kemmler, G., Mueller, V., Zabernigg, A., Mayrbaeurl, B., et al. (2009). Are gender-associated differences in quality of life in colorectal cancer patients disease-specific? Qual Life Res, 18, 547-555.

Gustavsson-Lilius, M., Julkuren, J., Hietanen, P. (2006). Quality of life in cancer patients: the role of optimism, hopelessness, and partner support. Quality

of Life Research, 16, 75-87.

Hadi, S. (2000). Methodology Research. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hawari, D. (2004). Al Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Bhakti Prima Yasa.

Holland, J, & Evcimen, Y. (2009). Depression in cancer patients. Supportive care

(29)

Howren, M. B., Christensen, A. J., Karnell, L. H., & Funk, G. F. (2010). Health-related quality of life in head and neck cancer survivors: Impact of pretreatment depressive symptoms. Health Psychology, 29, 65-71.

Hurlock, E. B. (2002). Development Psychology: A life span approach. Boston: Mc Graw Hill.

Karyono., Dewi, K. S., Lela. (2008). Penanganan stres dan kesejahteraan psikologis pasien kanker payudara yang menjalani radioterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Media Medika Indonesiana, 43, no.2, 102-105. Kiple, K. F. (2003). The Cambridge Dictionary of Disease. New York:

Cambridge University Press.

Kubler-Ross, E. (1969). On death and dying. New York: Macmillan

Lebel, S., Rosberger, Z., Edgar, L., & Devins, G. M. (2007). Comparison of four common stressors across the breast cancer trajectory. Journal of

Psychomatic Research, 63, 225-232.

Lepore, S. J., & Helgeson, V. S. (1998). Social constraints, intrusive thoughts, and mental health after prostate cancer. Journal of Social and Clinical

Manne, S. L. (1999). Intrusive thoughts and psychological distress among cancer patients: The role of spouse avoidance and criticism. Journal of Consulting

and Clinical Psychology, 67, 539-546.

Michalos, A. C., Zumbo, B. D., Hubley, A. (2000). Health and the quality of life.

Social Indicators Research, 51, 245-286.

Myers, D. (2002). The Pursuit of Happiness: Who is Happy and Why?. Harper Paperbacks.

Oemiati, R., et al. (2011). Prevalensi tumor dan beberapa faktor yang

mempengaruhinya di Indonesia. Diakses dari

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/viewFile/56/46 (Tanggal akses 02 Juni 2015).

Oetami, F., Thaha, I., & Wahiduddin. (2014). Analisa Dampak Psikologis

(30)

Pereira, M., Canavarro, M. C. (2011). Gender and Age Differences in Quality of Life and the Impact of Psychopathological Symptoms Among HIV-Infected Patients. Aids Behav, 15, 1857-1869.

Perwitasari. (2009). Pengukuran kualitas hidup pasien kanker sebelum dan

sesudah kemoterapi dengan EORTC QLQ-C30 di RSUP Dr. Sardjito

Rusydi, E. (2007). Psikologi Kebahagiaan: Dikupas Melalui Pendekatan

Psikologi Yang Menyentuh Hati. Yogyakarta: Progresif Books.

Sarafino, P.E. (2011). HealthPsychology; biopsychosocial interactions (7th Ed). USA: John Wiley & Sons Inc.

Seligman, M. (2005). Authentic Happiness: Using The New Positive Psychology

to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment (Eva Yulia Nukman,

Silitonga, R. (2007). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup

Penderita Penyakit Parkinson di Poliklinik Saraf RS dr Kariadi. Diakses

dari http://eprints.undip.ac.id/19152/1/ROBERT_SILITONGA.pdf (Tanggal akses 02 Juni 2015).

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah,

Edisi 9, Vol.1. Jakarta: EGC.

Soraki, N, & Abolghasemi, S. (2016). Relationship between happiness and health with a life expectancy of cancer patients. Jornal of Current Research

(31)

Stanton, A. L., Estes, M. A., Estes, N. C., Cameron, C. L., Danoff-Burg, S., & Irving, L. M. (1998). Treatment decision making and adjustment to breast cancer: A longitudinal study. Journal of Consulting and Clinical

Psychology, 66, 313-322.

Sugiarto., Siagian, D., Sunaryanto, L. T., & Oetomo, D. S. (2003). Teknik

Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suh, Moon-Gi. (2014). Quality of life and happiness: the myth of development in South Korea. Korea Observer, 45(1), 61.

Susniene, D., Jurkauskas, A. (2009). The concepts of quality of life and happiness-correlation and differences. Inzinerine Ekonomika-Engineering

Economics(3) Work Humanism. ISSN 1392-3785.

Veenhoven, R. (2007). Healthy happiness: effects of happiness on physical health and the consequences for preventive health care.J Happiness Study, 9, 449-469.

Wortman, C. B., Dunkel-Schetter, C. (1979). Interpersonal relationships and cancer: A theoritical analysis. Journal of Social Issues, 35, 120-155. Yuliata, T. S. (2010). Perbedaan Perilaku Nyeri Pasien Kanker Kronis yang

Didampingi Pasangan Hidup dengan yang Tidak Didampingi di Rsup Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara.

Zega, S. (2015). Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara yang Menjalani

(32)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, yaitu untuk melihat hubungan antara happiness dengan kualitas

hidup pada pasien kanker maka akan digunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Tujuan metode korelasional adalah untuk menentukan

hubungan antara variabel, atau menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi (Ezmir, 2007).

A. Identifikasi Variabel

Untuk dapat menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu diidentifikasikan variabel-variabel penelitian. Variabel yang akan diteliti

dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu: 1. Variabel Bebas : Happiness 2. Variabel Tergantung : Kualitas Hidup

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Happiness

Happiness pada pasien kanker adalah perasaan positif yang

ditandai dengan adanya pengalaman menyenangkan yang dirasakan

pasien kanker sehingga membuat kehidupannya menjadi lebih baik, seperti memiliki hubungan interpersonal yang baik, terlibat penuh dalam

(33)

happiness oleh Seligman (2005), yaitu menjalin hubungan positif dengan

orang lain, keterlibatan penuh, menemukan makna dalam keseharian,

optimis namun tetap realistis, serta menjadi pribadi yang resilien.

2. Kualitas Hidup

Kualitas hidup pasien kanker adalah penilaian secara kognitif,

baik positif maupun negatif yang dimiliki pasien tentang kehidupannya dengan membandingkan keadaan pasien saat ini dengan keadaan yang dianggap pasien sebagai suatu standar ideal yang dikaitkan dengan

kemampuan dan keterbatasan pasien secara fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial, dan hubungan dengan lingkungan. Dalam hal ini,

kualitas hidup diukur berdasarkan aspek-aspek kualitas hidup oleh WHO Quality of Life (WHOQOL) (dalam Rapley, 2003), yaitu physical health,

psychological health, social relationship, dan environment.

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti (Sugiarto et.al, 2003). Populasi dari penelitian

ini adalah seluruh pasien kanker di RSUP H. Adam Malik. Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka

(34)

dijadikan sebagai subjek penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel.

Menurut Sugiarto et.al (2003) sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu

sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Selanjutnya Hadi (2000) menyatakan bahwa syarat utama dalam penelitian harus dapat

mencerminkan keadaan populasinya. Dalam istilah teknik statistik dikatakan, sampel harus merupakan populasi dalam bentuk kecil. Adapun karakteristik populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Pria atau wanita penderita kanker b. Berusia 18 – 60 tahun

Peneliti mengambil rentang usia 18-60 tahun dengan alasan ingin melihat hubungan happiness dengan kualitas hidup pada penderita kanker yang sedang dalam masa usia produktif, yaitu pasien kanker

yang masih memiliki kegiatan atau aktivitas diluar rumah.

2. Metode Pengambilan Sampel

Sampling adalah cara untuk menentukan sampel dalam suatu

penelitian. Untuk memperoleh sampel yang dapat mencerminkan

keadaan populasinya, maka harus digunakan teknik pengambilan sampel yang benar. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik

pengambilan sampel non-probability sampling, dimana non-probability

(35)

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel penelitian.

Salah satu teknik non-probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling

merupakan pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mpunyai sangkut paut yang erat

dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2000). Jumlah sample dalam penelitian ini adalah 75 orang.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian mempunyai tujuan untuk

mengungkap fakta mengenai variabel yang akan diteliti. Data pada penelitian ini nantinya berupa data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian sebagai informasi yang dicari dengan menggunakan alat

pengukuran data (Azwar, 2013). Adapun alat pengukuran yang digunakan untuk mengungkap data dari kedua variabel, happiness dan kualitas hidup,

(36)

1. Skala Happiness

Alat ukur yang dipakai untuk mengukur happiness dalam

penelitian ini adalah alat ukur psikologis yang terdiri dari aitem-aitem pernyataan yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek

kebahagiaan (happiness) dari Seligman (2005).

Alat ukur ini bertujuan untuk mengungkapkan seberapa besar

emosi positif yang dirasakan pasien kanker. Alat ukur ini dibuat berdasarkan aspek-aspek kebahagiaan (happiness) dari Seligman (2005), yaitu menjalin hubungan positif dengan orang lain, keterlibatan penuh,

menemukan makna dalam keseharian, optimis namun tetap realistis, serta menjadi pribadi yang resilien.

Model skala happiness ini menggunakan skala Likert yang berbentuk tipe pilihan dan tiap butir diberi lima pilihan jawaban. Setiap aitem terdiri dari lima respon pernyataan yaitu Sangat Tidak Setuju,

Setuju, Netral, Setuju, dan Sangat Setuju. Pemberian skor untuk setiap respon dimulai dengan 0 untuk respon Sangat Tidak Setuju, 1 untuk respon

Setuju, 2 untuk respon Netral, 3 untuk respon Setuju, dan 4 untuk respon Sangat Setuju. Subjek diminta untuk memilih salah satu dari kelima alternatif jawaban yang telah tersedia dan yang paling sesuai atau tepat

(37)

Tabel 3.1Blue Print Skala Happiness Sebelum Uji Coba

penelitian ini adalah alat ukur psikologis yang terdiri dari aitem-aitem

(38)

Alat ukur ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana kualitas hidup yang dirasakan pasien kanker. Alat ukur ini dibuat berdasarkan

aspek-aspek kualitas hidup dari WHO Quality of Life (WHOQOL) (dalam Rapley, 2003), yaitu physical health, psychological health, social

relationship, dan environment.

Model skala kualitas hidupini menggunakan skala Likert yang

berisi pertanyaan dengan empat pilihan jawaban. Setiap aitem terdiri dari lima respon pernyataan yaitu Sangat Tidak Setuju, Setuju, Netral, Setuju, dan Sangat Setuju. Pemberian skor untuk setiap respon dimulai dengan 0

untuk respon Sangat Tidak Setuju, 1 untuk respon Setuju, 2 untuk respon Netral, 3 untuk respon Setuju, dan 4 untuk respon Sangat Setuju. Subjek

diminta untuk memilih salah satu dari kelima alternatif jawaban yang telah tersedia dan yang paling sesuai atau tepat dengan keadaan atau yang subjek rasakan.Subjek diminta untuk memilih salah satu dari keempat

alternatif jawaban yang telah tersedia dan yang paling sesuai atau tepat dengan keadaan atau yang subjek rasakan.

Tabel 3.2 Blue Print Skala Kualitas Hidup Sebelum Uji Coba

(39)

health Perasaan positif atau

Validitas didefinisikan sebagai ketetapan dan kecermatan alat ukur

menjalankan fungsi pengukuran. Suatu alat ukut atau pengumpul data

dikatakan valid adalah alat ukur memberikan hasil pengukuran yang sesuai dengan maksud dan tujuan diadakan pengukuran (Azwar, 2013).

Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi dan validitas tampang. Validitas isi (content validity) menggunakan

expert judgement yang menjadi penilai kesesuaian atau kerelevanan

aitem dengan indikator perilaku berdasarkan tinjauan pustaka yang digunakan. Validitas tampang (face validity) erat kaitannya dengan cara

penyajian skala dari peneliti untuk subjek penelitian, sehingga penyajian skala haruslah rapi, terstrukur, dan dapat dipercaya sebagai suatu alat

(40)

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem bertujuan untuk melihat sejauh mana butir

pernyataan mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang

digunakan dalam analisis butir pernyataan ini adalah dengan memilih aitem-aitem pernyataan yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan

fungsi ukur tes dalam mengungkap perbedaan individual. (Azwar, 2013). Uji daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan skor total tes itu sendiri,

menggunakan aplikasi reliabilityanalysis pada SPSS 17.0 for windows sehingga didapatkan koefisien aitem total yang telah dikoreksi.

Selanjutnya semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,20, dianggap memiliki daya beda yang dapat dipertahankan (Thorndike, dalam Azwar, 2009). Dalam proses uji daya beda item pada penelitian

ini, peneliti melakukan try out kepada 50 orang pasien kanker di Ruang Kemoterapi RSUP H. Adam Malik.

3. Reliabilitas Alat Ukur

Konsep dari reliabilitas alat ukur adalah untuk mencari dan

mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabel dapat dikatakan kepercayaan, keandalan, keajaiban,kestabilan, dan

(41)

diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek dalam diri subjek yang diukur memang belum berubah (Azwar, 2000). Dalam aplikasinya,

reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0-1,00. Jika koefisien reliabilitas mendekati angka

1 berarti reliabilitasnya tergolong tinggi, sedangkan jika koefisiennya mendekati angka 0 berarti reliabilitasnya tergolong rendah.

Uji reliabilitas data menggunakan pendekatan konsistensi internal yang prosedurnya hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada sekelompok individu sebagai sujek (single trial administartion).

Pendekatan ini dipandang memiliki nilai praktis dan lebih efisien (Azwar, 2013). Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah

uji reliabilitas Alpha dari Cronbach.

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dalam penelitian ini dilakukan mulai tanggal 03 Maret s.d 03 April 2016. Uji coba dilakukan kepada 50 pasien kanker di

Ruang Kemoterapi RSUP H. Adam Malik. Setelah data terkumpul peneliti mengolah data uji coba untuk melihat reliabilitas dan daya beda aitem skala

happiness dan kualitas hidup. Uji coba menggunakan program SPSS 17.0

version for windows. Nilai daya beda aitem yang peneliti gunakan minimal

0,20 (Thorndike, dalam Azwar, 2009). Setelah dilakukan uji coba dengan

(42)

happiness sebesar 0,790 dan skala kualitas hidup sebesar 0,783. Hasil analisa

skala happiness dan kualitas hidup, dari 35 aitemterdapat 13 aitemyang gugur

pada tiap skala (nilai daya beda aitemkuarng dari 0,20).

Hasil try out skala happiness dan kualitas hidup dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 3.3. Hasil Try Out Skala Happiness

Aspek Indikator Aitem Jlh

Keterlibatan penuh Tekun dalam melakukan kegiatan

Tabel 3.4 Blue Print Skala Happiness Setelah Uji Coba

(43)

Merasa berguna bagi

Tabel 3.5 Hasi Try Out Skala Kualitas Hidup

Aspek Indikator Aitem Jlh

Partisipasi dalam lingkungan 9, 20, 30 3 Kegiatan saat waktu luang 21, 31 10 3

Finansisal 11 0

Jumlah 14 8 22

Tabel 3.6 Blue Print Skala Kualitas Hidup Setelah Uji Coba

Aspek Indikator Aitem Jlh

(44)

Physical health

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Pembuatan Alat Ukur

Pada tahap ini peneliti membuat alat ukur berupa skala happiness berdasarkan teori Seligman (2005) dan skala kualitas hidup

berdasarkan teori WHO Quality of Life (WHOQOL) (dalam Rapley, 2003). Pada skala happiness dan kualitas hidup ini, peneliti

(45)

b. Permohonan Izin

Sebelum melakukan proses pengambilan data, peneliti mengurus

surat permohonan izin di Fakultas Psikologi, dan kemudian surat tersebut diberikan kepada pihak tata usaha RSUP H. Adam Malik.

Peneliti juga mengurus surat Ethical Clereance di Fakultas Keperawatan USU.

c. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilakukan untuk melihat validitas dan reliabilitas

skala happiness dan kualitas hidup. Uji coba alat ukur diberikan kepada 50 pasien kanker di Ruang Kemoterapi RSUP H. Adam Malik

pada tanggal 03 Maret s.d 03 April 2016.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Proses pengambilan data dilakukan pada tanggal 15 April 2016 s.d 15 Mei 2016 di Ruang Kemoterapi RSUP H. Adam Malik Medan. Skala

happiness dan kualitas hidup diberikan kepada 75 orang pasien kanker.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh data skala happiness dan kualitas hidup pada masing-masing subjek, maka dilakukan pengolahan data dengan menggunakan

(46)

H. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini metode analisa data menggunakan korelasi

Pearson Product Moment dengan menggunakan program SPSS 17.0for

windows. Dalam melakukan metode analisis data dengan uji korelasi Person

Product Moment perlu dilakukan uji asumsi normalitas dan uji asumsi

linearitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk menguji apakah data yang dianalisis sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip–prinsip distribusi normal agar dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Uji

normalitas sebaran pada penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa data masing-masing variabel yaitu happiness dan kualitas hidup

telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Test of Normality pada program SPSS 17.0 for windows

untuk melihat apakah sampel yang digunaakan berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Pengujian normalitas akan menggunakan

Kolmogorov Smirnov yang mana signifikansi harus lebih besar dari 0,05

agar sampel dianggap berasal dari populasi yang terdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel

happiness berkorelasi secara linear terhadap data variabel kualitas hidup

(47)

menggunakan test for linearity dengan bantuan program komputer SPSS

versi 17.0 for windows. Kedua variabel dapat dikatakan berkorelasi

(48)

48 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian.

Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi data penelitian.

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien kanker di Ruang

Kemoterapi Instalasi Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 75 orang.

1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 4.1 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase

Laki-laki 21 28%

Perempuan 54 72%

Total 75 100%

Dari tabel 4.1 dilihat bahwa jumlah subjek perempuan lebih banyak dari subjek laki-laki. Subjek laki laki berjumlah 21 orang

(49)

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian

dikategorisasikan berdasarkan tahap perkembangan menurut Hurlock (2002) yaitu masa dewasa awal dengan usia 18-40 tahun dan masa

dewasa madya dengan usia 41-60 tahun.

Tabel 4.2. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia

Usia Kategori Tahap Perkembangan Jumlah (N) Persentase

18-40 Tahun Dewasa awal 34 45%

41-60 Tahun Dewasa madya 41 55%

Total 75 100%

Dari tabel 4.2 dilihat bahwa jumlah subjek terbanyak berada pada

rentang usia 41-60 yaitu sebanyak 41 orang. Sedangkan yang berada dalam rentang usia 18-40 yaitu sebanyak 34 orang.

B. Hasil Utama Penelitian

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan

menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov dan pengolahan data Normal

QQ Plots di dalam SPSS. Pengujian normalitas ini menyatakan data

(50)

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

happiness kualitashidup

N 75 75

Normal Parametersa,,b Mean 55.41 52.07

Std. Deviation 8.484 8.279

Most Extreme Differences Absolute .101 .095

Positive .054 .037

Negative -.101 -.095

Kolmogorov-Smirnov Z .870 .821

Asymp. Sig. (2-tailed) .435 .511

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Tabel 4.3 diatas menunjukkan nilai uji normalitas happiness adalah sebesar 0,435 dan kualitas hidup sebesar 0,511. Hasil uji normalitas keduanya memiliki nilai ρ > 0,05 yang berarti data tersebut

berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas dengan normal QQ plots dapat dilihat dalam grafik berikut.

(51)

Grafik 4.2. Uji Normalitas Kualitas Hidup

Sebaran data pada grafik 4.1 dan 4.2 menunjukan titik-titik

data berada disekitar satu garis lurus yang berarti bahwa data skala

happiness dan kualitas hidup berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Dalam penelitian ini uji linearitas akan melihat apakah dua variabel penelitian

(52)

Tabel 4.4. Hasil Uji Linearitas

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, diperoleh nilai linearity 0.000 untuk variabel happiness dan kualitas hidup. Hal ini menujukkan bahwa nilai linearitas ρ < 0.05 sehingga telah memenuhi asumsi

linearitas.

2. Hasil Pengujian Hipotesis

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji hipotesa apakah

ada hubungan antara happiness dengan kualitas hidup pada pasien kanker. Uji statistik korelasi pearson-product moment dilakukan dengan

menggunakan bantuan SPSS 17.0 version for windows. Hipotesa penelitian diterima jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil uji korelasi kedua variabel dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5. Uji Korelasi Happiness dan Kualitas Hidup

Correlations

Happiness Kualitashidup

(53)

Sig. (2-tailed) .000

N 75 75

kualitashidup Pearson Correlation .451** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 75 75

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 4.5 di atas maka diperoleh nilai korelasi sebesar 0,451 dengan nilai p sebesar 0,000. Maka dapat disimpulkan

bahwa Ho ditolak, dengan kata lain Ha diterima yaitu terdapat hubungan antara happiness dengan kualitas hidup.

C. Hasil Tambahan Penelitian

Terlepas dari hasil penelitian utama, terdapat hasil tambahan

penelitian sebagai berikut:

1. Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Happiness

a. Nilai Hipotetik dan Empirik Variabel Happiness

Berikut adalah deskripsi data variabel happiness yang terdiri dari nilai minimum dan maksimum, nilai mean, dan nilai standar

deviasi dari skor skala happiness.

Tabel 4.6. Deskripsi Data Variabel Happiness

Variabel Happiness

Empirik Min Max Mean SD

35 72 55.41 8.484

Hipotetik Min Max Mean SD

(54)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik (55,41 > 44), yang berarti

bahwa sampel penelitian memiliki tingkat happiness lebih tinggi dari yang diperkirakan.

b. Kategorisasi Data Happiness

Kategorisasi variabel happiness dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu Tinggi dan Rendah. Pemisahan kategori tinggi dan rendah dapat dilakukan dengan menggunakan batas kisaran

skor atau fluktuasi skor rata-rata (mean). Sebelum melakukan pemisahan kategori tersebut perlu ditentukan Standard Error of

Measurement (SEM). Besarnya nilai SEM dipengaruhi oleh nilai

koefisien reliabilitas skala dan varians dari skor kelompok (Azwar, 2013). Adapun koefisien reliabilitas (rxx’) alat ukur happiness adalah

0,790 dengan standar deviasi sebesar 8,484. Dengan demikian berikut ini adalah perhitungan SEM variabel happiness.

Se = Sx √(1-rxx’)

= 8,484 √ (1-0,790) = 8,484 √ 0,21

= 8,484 x 0,45 = 3,817

Penelitian ini mengunakan derajat kepercayaan 95%, atau α = 0,05, sehingga α/2 = 0,025. Pada tabel deviasi normal, nilai z untuk p

(55)

kategorisasi berikutnya). Dengan mengetahui besarnya SEM, maka fluktuasi skor happiness dapat diperkirakan sebagai berikut:

X ± Zα/2 (Se)

X ± 1,96 (3,817)

X ± 7,48 atau dibulatkan menjadi X ± 7

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan di atas, maka

kategorisasi variabel happiness adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Kategorisasi Data Penelitian Happiness

Variabel Rentang Nilai Kategorisasi Jumlah Persentase

Happiness

X ≤ 37 Rendah 2 3%

37 < X ≤ 51 Tidak Diklasifikasikan 18 24%

X > 51 Tinggi 55 73%

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa subjek dengan

tingkat kebahagiaan rendah sebanyak 2 orang (3%) dan 55 orang (73%) subjek dengan tingkat kebahagiaan yang tinggi.

Pada penelitian ini peneliti juga menghitung skor rata-rata

subjek penelitian pada skala happiness yang ditinjau berdasarkan usia dan jenis kelamin. Hasil perbandingan skor rata-rata tersebut dapat

dilihat pada Tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.8 Perbandingan Nilai Rata-Rata Happiness Subjek Penelitian

Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Variabel Penelitian

Nilai Rata-Rata Variabel

(56)

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas maka dapat disimpulkan bahwa

subjek penelitian dengan tahap perkembangan dewasa awal yang berusia 18 sampai 40 tahun secara umum memiliki nilai skor

happiness yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek penelitian

dengan tahap perkembangan dewasa madya yang berusia 41 sampai

60 tahun. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, subjek laki-laki secara umum memiliki nilai skor happiness yang sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan. Meskipun demikian, perbedaan nilai

rata-rata subjek berdasarkan usia dan jenis kelamin tersebut tidak terlalu signifikan.

2. Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Kualitas Hidup

a. Nilai Hipotetik dan Empirik Variabel Kualitas Hidup

Berikut adalah deskripsi data variabel kualitas hidupyang

terdiri dari nilai minimum dan maksimum, nilai mean, dan nilai standar deviasi dari skor skala kualitas hidup.

Tabel 4.9 Deskripsi Data Variabel Kualitas Hidup

Variabel Kualitas Hidup

Empirik Min Max Mean SD

31 72 52.07 8.279

Hipotetik Min Max Mean SD

0 88 44 14.66

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa mean

(57)

bahwa sampel penelitian memiliki tingkat kualitas hiduplebih tinggi dari yang diperkirakan.

Kategorisasi variabel kualitas hidupdalam penelitian ini juga dibagi ke dalam dua kategori, yaitu Positif dan Negatif. Nilai koefisien reliabilitas (rxx’) alat ukur happiness adalah 0,783 dengan standar

deviasi sebesar 8,279. Dengan demikian berikut ini adalah

perhitungan SEM variabel kualitas hidup.

Se = Sx √(1-rxx’)

= 8,279 √ (1-0,783) = 8,279 √ 0,217

= 8,279 x 0,46 = 3,808

Dengan mengetahui besarnya SEM, maka fluktuasi skor kualitas hidup dapat diperkirakan sebagai berikut:

X ± Zα/2 (Se)

X ± 1,96 (3,808)

X ± 7,46 atau dibulatkan menjadi X ± 7

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan di atas, maka kategorisasi variabel kualitas hidup adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Kategorisasi Data Penelitian Kualitas Hidup

Variabel Rentang Nilai Kategorisasi Jumlah Persentase

Kualitas Hidup

X ≤ 37 Negatif 4 6%

37 < X ≤ 51 Tidak Diklasifikasikan 28 37%

X > 51 Positif 43 57%

(58)

(57%) subjek memiliki kualitas hidup yang positif. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki kualitas

hidup yang positif.

Pada penelitian ini peneliti juga menghitung skor rata-rata

subjek penelitian pada skala kualitas hidupyang ditinjau berdasarkan usia dan jenis kelamin. Hasil perbandingan skor rata-rata tersebut

dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11 Perbandingan Nilai Rata-Rata Kualitas Hidup Subjek Penelitian

Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Variabel Penelitian

Nilai Rata-Rata Variabel

Berdasarkan Usia Berdasarkan Jenis Kelamin 18-40 Tahun 41-60 Tahun Laki-Laki Perempuan Kualitas Hidup 57.17 47.82 52.52 51.88

Berdasarkan Tabel 4.12 di atas maka dapat disimpulkan bahwa

subjek penelitian dengan tahap perkembangan dewasa awal yang berusia 18 sampai 40 tahun secara umum memiliki nilai skor kualitas

hidupyang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek penelitian dengan tahap perkembangan dewasa madya yang berusia 41 sampai 60 tahun (57.17 > 47.82). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, subjek

laki-laki secara umum, meskipun tidak terlalu signifikan, memiliki nilai skor kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan perempuan (52.52

(59)

D. Pembahasan

Hasil penelitian hubungan antara happiness dengan kualitas hidup

pada pasien kanker diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar r = 0.451, yang berarti ada hubungan positif antara happiness dengan kualitas hidup.

Hubungan yang positif menunjukkan bahwa kenaikan skor pada variabel

happiness akan diikuti kenaikan skor pada variabel kualitas hidup.

Hubungan antara happiness dengan kualitas hidup ini didukung pernyataan Myers (2002) yaitu, ciri-ciri individu yang bahagia adalah mampu menghargai dirinya sendiri, tidak mudah menyerah, dan mampu

mengendalikan dirinya. Hal ini membuat individu yang bahagia lebih mampu untuk menerima kondisi kesehatan mereka dan memiliki harapan

hidup yang tinggi (Soraki & Abolghasemi, 2016). Ketika individu mampu menerima kondisi kesehatannya, mereka akan lebih mampu bertahan dan tidak putus asa sehingga memiliki kualitas hidup yang lebih positif

(Michalos et al, 2000).

Koefisien determinasi (R2) diperoleh sebesar 0,204 yang berarti

happiness menyumbang 20,4% pengaruh terhadap kualitas hidup subjek

penelitian dari sekian banyak faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup subjek. Menurut Brown (1996), terdapat dua faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas hidup seseorang, yaitu faktor lingkungan dan pribadi. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan

(60)

Happiness merupakan salah satu faktor psikologis yang berasal dari

pribadi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Dari analisis data juga didapat kategorisasi happiness dan kualitas hidup subjek. Subjek dengan tingkat happiness yang rendah berjumlah 3%

dan tinggi berjumlah 55%. Dari kelompok subjek yang berada pada kategori happiness tinggi, hasil pengukuran memperlihatkan bahwa aspek

optimisme memberikan skor lebih tinggi dibanding aspek lainnya pada variabel happiness. Hal ini sejalan dengan penelitian Gustavsson-Lilius et al (2006) yang menyatakan bahwa pasien kanker yang optimis memiliki

kesehatan psikologis yang lebih baik dibandingkan pasien kanker yang pesimis. Selain itu, rasa optimis yang dimiliki pasien kanker juga dapat

meningkatkan kemampuan pasien dalam menjalankan aktivitas sosialnya terutama menjalin hubungan positif dengan orang lain (Carver et al., 2003). Pasien kanker yang memiliki kesehatan psikologis dan kemampuan

aktivitas sosial yang baik merupakan ciri-ciri orang yang bahagia (Myers, 2002). Hal ini didukung pula dengan hasil observasi yang peneliti lakukan

di lapangan yaitu, meskipun sedang menjalani kemoterapi, pasien kanker yang menjadi subjek penelitian disini terlihat tidak mengeluh. Kebanyakan dari mereka juga melaporkan bahwa mereka memiliki keinginan untuk

sembuh yang besar dan memiliki banyak hal yang ingin dilakukan kedepannya.

(61)

emosi positif, seperti kebahagiaan yang dirasakan pasien kanker dapat menjadi faktor untuk menjelaskan hal ini. Soraki & Abolghasemi (2016)

menyatakan bahwa happiness dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam hal positive thinking, problem solving, dan hope. Kemampuan

tersebut dapat membantu pasien kanker untuk tetap dapat memaknai hidup mereka serta meningkatkan keberfungsian dalam menjalani hidup. Howren

et al (2010) juga menyatakan bahwa pasien yang mengalami emosi negatif sering memiliki kualitas hidup yang lebih rendah diantara cancer survivor lainnya.

Selain itu, Bowling (2005) juga menyatakan bahwa kriteria kualitas hidup yang positif ditentukan dengan seseorang yang memiliki pandangan

psikologis yang positif, memiliki kesejahteraan emosional, kesehatan fisik dan mental yang baik, kemampuan fisik untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan, serta memiliki hubungan yang baik dengan teman dan

keluarga. Pernyataan Bowling (2005) tersebut sesuai dengan pernyataan mayoritas pasien kanker yang menjadi subjek pada penelitian ini yang juga

melaporkan bahwa meskipun kondisi kesehatan mereka saat ini tidak sesehat dulu, tapi mereka merasa masih mampu menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa dan tetap memiliki hubungan yang baik dengan keluarga,

teman, dan tetangga.

Kategorisasi happiness dan kualitas hidup pada penelitian ini

(62)

tinggi atau positif. Hal ini dapat disebabkan metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti, yaitu dengan cara subjek tidak membaca dan

mengisi sendiri skala happiness dan kualitas hidup yang telah disiapkan melainkan peneliti membacakan setiap pernyataan yang ada di skala yang

kemudian dijawab oleh subjek penelitian. Hal ini dapat menimbulkan

faking good, dimana subjek berusaha menampilkan kesan yang baik

kepada peneliti. Selain itu, aitem-aitem yang mengandung nilai social

desirability yang tinggi juga dapat menjadi penyebab subjek memiliki skor

yang tinggi pada kedua alat ukur tersebut. Hal-hal tersebut merupakan

kelemahan pada penelitian ini dan diharapkan pada penelitian-peneiltian selanjutnya hal tersebut dapat dipertimbangkan.

Pada penelitian ini juga dianalisa perbedaan nilai rata-rata subjek pada variabel happiness dan kualitas hidup yang ditinjau berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pada variabel happiness, berdasarkan jenis

kelamindidapatkan skor rata-rata pada subjek laki-laki sebesar 55,52 dan pada subjek perempuan sebesar 55,37. Selisih keduanya adalah sebesar

0,15. Hal ini didukung pernyataan Seligman (2005) yang menyatakan bahwa tingkat emosi rata-rata pria dan wanita tidak jauh berbeda.

Pada variabel kualitas hidup, skor rata-rata pada subjek laki-laki

sebesar 52,52 dan pada subjek perempuan sebesar 51,88. Selisih keduanya adalah sebesar 0,64. Dapat dilihat dari hasil tersebut bahwa skor rata-rata

(63)

yang menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas hidup pada pasien kanker laki-laki maupun perempuan.

Berdasarkan usia, pada variabel happiness didapatkan skor rata-rata subjek pada kelompok tahap perkembangan dewasa awal adalah sebesar

58,70 dan pada dewasa madya sebesar 52,68. Selisih keduanya adalah sebesar 6,02. Meskipun tidak terlalu besar, terlihat bahwa nilai happiness

pada subjek dewasa awal lebih tinggi dibandingkan subjek pada kelompok tahap perkembangan dewasa madya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Seligman (2005) yaitu, intensitas emosi yang dirasakan

seseorang baik positif maupun negatif akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia.

Pada variabel kualitas hidup didapatkan skor rata-rata subjek pada kelompok tahap perkembangan dewasa awal adalah sebesar 57,17 dan pada dewasa madya sebesar 47,82. Selisih keduanya adalah sebesar 9,35.

Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai kualitas hidup pada subjek dewasa awal lebih tinggi dibandingkan subjek pada dewasa madya. Hal ini sejalan

dengan penelitian Pereira & Canavarro (2011) yang menyatakan bahwa kualitas hidup individu pada kelompok usia dewasa awal lebih tinggi dibandingkan individu dewasa madya.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan, pasien kanker yang menjadi subjek penelitian disini menanggapi pernyataan –

(64)

dengan jawaban sangat tidak setuju sampai sangat setuju, subjek juga menjelasakan alasan dibalik jawaban yang mereka berikan. Meskipun

tidak banyak, ada juga subjek yang sampai meneteskan air mata ketika menjelaskan bagaimana perasaan mereka mengenai penyakit yang mereka

alami tersebut. Penjelasan-penjelasan yang diberikan subjek juga memperlihatkan bahwa mereka memiliki keinginan yang besar untuk

(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil Utama Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan utama penelitian diperoleh hasil utama penelitian yaitu adanya hubungan antara happiness dengan

kualitas hidup pada pasien kanker yang menjadi subjek penelitian. 2. Hasil Tambahan Penelitian

a. Berdasarkan kategorisasi, pada variabel happiness, mayoritas

subjek berada pada kategorisasi tinggi. Begitu pula dengan variabel kualitas hidup, mayoritas subjek berada pada kategorisasi positif. b. Berdasarkan jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan yang terlalu

signifikan pada pasien kanker yang berjenis kelamin laki-laki

maupun perempuan pada variabel happiness maupun kualitas hidup.

c. Berdasarkan usia, pasien kanker pada tahap perkembangan dewasa

(66)

B. Saran

Adapun saran-saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

1. Saran Metodologis

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengungkap variabel lainnya

yang berhubungan dengan kualitas hidup selain happiness, seperti optimisme karena ditemukan bahwa aspek optimisme memiliki skor

tertinggi diantara kelima aspek kualitas hidup lainnya pada subjek penelitian.

2. Saran Praktis

a. Pasien kanker diharapkan dapat menerima penyakit mereka dan

menyesuaikan diri dengan ketidaknyamanan atau bahkan

keterbatasan secara fisik yang mereka rasakan setelah mengalami penyakit tersebut. Masalah psikologis seperti munculnya emosi-emosi negatif merupakan hal yang wajar dirasakan pasien kanker

pada awal diagnosis, namun diharapkan pasien kanker tidak berlarut-larut merasakan emosi negatif melainkan bangkit dan

menjalani pengobatan medis dengan rutin untuk melawan kanker tersebut.Sehingga pasien kanker dapat merasakan kebahagiaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup pasien

kanker.

b. Pasien kanker juga perlu meningkatkan rasa optimis dengan

(67)
(68)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Happiness

1. Definisi Happiness

Kebahagiaan merupakan konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolak ukur yang berbeda-beda. Aristoteles (dalam Adler,

2003) menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan berasal dari kata

happy” atau bahagia yang berarti feeling good, having fun, having a good

time, atau sesuatu yang membuat pengalaman yang menyenangkan.

Sedangkan orang yang bahagia menurut Aristoteles (dalam Rusydi, 2007) adalah orang yang mempunyai good birth, good health, good look, good

luck, good reputation, good friends, good money dan goodness.

Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas positif

yang tidak mempunyai komponen perasaan sama sekali. Sedangkan

happiness atau kebahagiaan menurut Biswas-Diener & Dean (2007)

merupakan kualitas dari keseluruhan hidup manusia – apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih tinggi.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa happiness adalah perasaan positif yang ditandai dengan adanya pengalaman

(69)

2. Aspek – Aspek Kebahagiaan

Menurut Seligman dkk (2005), ada lima aspek utama yang dapat menjadi sumber kebahagiaan sejati, yaitu :

a. Menjalin hubungan positif dengan orang lain

Hubungan yang positif bukan sekedar memiliki teman, pasangan,

ataupun anak. Status perkawinan dan kepemilikan anak tidak dapat menjamin kebahagiaan seseorang.

b. Keterlibatan penuh

Bagaimana seseorang melibatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan yang ditekuni. Keterlibatan penuh bukan hanya pada karir, tetapi juga

dalam aktivitas lain seperti hobi dan aktivitas bersama keluarga. Keterlibatan penuh membutuhkan partisipasi aktif dari orang yang bersangkutan. Dengan melibatkan diri secara penuh, bukan hanya fisik

yang beraktivitas, tetapi hati dan pikiran juga turut serta. c. Menemukan makna dalam keseharian

Dalam keterlibatan penuh dan hubungan positif dengan orang lain tersirat satu cara lain untuk dapat bahagia, yakni temukan makna dalam apapun yang dilakukan.

d. Optimis, namun tetap realistis

Orang yang optimis ditemukan lebih berbahagia. Mereka tidak mudah

(70)

e. Menjadi pribadi yang resilien

Orang yang berbahagia bukan berarti tidak pernah mengalami

penderitaan. Karena kebahagiaan tidak bergantung pada seberapa banyak peristiwa menyenangkan yang dialami. Melainkan sejauh

mana seseorang memiliki resiliensi, yakni kemampuan untuk bangkit dari peristiwa yang terpahit sekalipun.

3. Unsur – Unsur Kebahagiaan

Ada dua hal yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kebahagiaan

yaitu afeksi dan kepuasan hidup (Rusydi, 2007). a. Afeksi

Perasaan (feeling) dan emosi (emotion) merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Setiap pengalaman emosional selalu berhubungan dengan afektif atau perasaan yang sangat menyenangkan sampai kepada

perasaan yang tidak membahagiakan. b. Kepuasan hidup

Kepuasan hidup merupakan kualitas dari kehidupan seseorang yang telah teruji secara keseluruhan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kepuasan hidup merupakan hasil dari perbandingan antara

segala peristiwa yang dialami dengan apa yang menjadi tumpuan harapan dan keinginan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

(71)

4. Ciri-Ciri Orang yang Bahagia

Menurut David G. Myers (2002), ada empat karakteristik yang selalu ada pada orang yang memiliki kebahagiaan dalam hidupnya, yaitu : a. Menghargai diri sendiri

Orang yang bahagia cenderung menyukai dirinya sendiri. Mereka cenderung setuju dengan pernyataan seperti “Saya adalah orang yang

menyenangkan”. Jadi, pada umumnya orang yang bahagia adalah

orang yang memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi untuk

menyetujui pernyataan seperti diatas. b. Optimis

Ada dua dimensi untuk menilai apakah seseorang termasuk optimis atau pesimis, yaitu permanen (menentukan berapa lama seseorang menyerah) dan pervasif (menentukan apakah ketidakberdayaan

melebar ke banyak situasi). Orang yang optimis percaya bahwa peristiwa baik memiliki penyebab permanen dan peristiwa buruk

bersifat sementara sehingga mereka berusaha untuk lebih keras pada setiap kesempatan agar ia dapat mengalami peristiwa baik lagi (Seligman, 2005). Sedangkan orang yang pesimis menyerah di segala

aspek ketika mengalami peristiwa buruk di area tertentu. c. Terbuka

(72)

orang extrovert dan mudah bersosialisasi dengan orang lain ternyata memiliki kebahagiaan yang lebih besar.

d. Mampu mengendalikan diri

Orang yang bahagia pada umumnya merasa memiliki kontrol pada

hidupnya. Mereka merasa memiliki kekuatan atau kelebihan sehingga biasanya mereka berhasil lebih baik di sekolah atau pekerjaan.

5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan

Berikut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi kebahagiaan

seseorang, yaitu: a. Budaya

Triandis (dalam Carr, 2004) mengatakan bahwa faktor budaya dan sosial politik berperan dalam tingkat kebahagiaan seseorang. Carr (2004) mengatakan bahwa budaya dalam kesamaan sosial memiliki

tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. Carr juga menambahkan bahwa kebahagiaan lebih tinggi dirasakan di negara yang sejahtera di mana

institusi umum berjalan dengan efisien dan terdapat hubungan yang memuaskan antara warga dengan anggota birokrasi pemerintahan. b. Kehidupan sosial

Menurut Seligman (2005), orang yang sangat bahagia menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling sedikit

(73)

c. Agama atau religiusitas

Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan

daripada orang yang tidak religius (Seligman, 2005). Hal ini dikarenakan agama memberikan harapan akan masa depan dan

menciptakan makna dalam hidup bagi manusia (Seligman, 2005). Selain itu, keterlibatan seseorang dalam kegiatan keagamaan atau

komunitas agama dapat memberikan dukungan sosial bagi orang tersebut (Carr, 2004). Hubungan antara harapan akan masa depan dan keyakinan beragama merupakan landasan mengapa keimanan sangat

efektif melawan keputusasaan dan meningkatkan kebahagiaan (Seligman, 2005).

d. Pernikahan

Seligman (2005) mengatakan bahwa pernikahan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan. Menurut Carr (2004), ada dua

penjelasan mengenai hubungan kebahagiaan dan pernikahan yaitu, orang yang bahagia lebih atraktif sebagai pasangan daripada orang

yang tidak bahagia. Penjelasan kedua yaitu pernikahan memberikan banyak keuntungan yang dapat membahagiakan seseorang, diantaranya keintiman psikologis dan fisik, memiliki anak,

membangun keluarga, menjalankan peran sebagai pasangan dan orang tua, menguatkan identitas dan menciptakan keturunan (Carr, 2004).

(74)

besar penghasilan dan hal ini berlaku bagi pria dan wanita (Seligman, 2005).

e. Usia

Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia,

afek positif sedikit melemah, dan afek negatif tidak berubah (Seligman, 2005). Seligman (2005) menjelaskan hal yang berubah

ketika seseorang menua adalah intensitas emosi dimana perasaan “mencapai puncak dunia” dan “terpuruk dalam keputusasaan”

berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan pengalaman. f. Uang

Seligman (2005) menjelaskan bahwa di Negara yang sangat miskin,

kaya bisa berarti lebih bahagia. Namun di Negara yang lebih makmur dimana hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan

(Seligman, 2005). g. Kesehatan

Kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan kebahagiaan (Seligman, 2005). Menurut Seligman (2005) yang penting adalah persepsi subjektif kita terhadap seberapa sehat diri kita.

Seligman (2005) juga menambahkan bahwa orang yang memiliki lima atau lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka berkurang sejalan

(75)

h. Jenis kelamin

Jenis kelamin memiliki hubungan yang tidak konsisten dengan

kebahagiaan (Seligman, 2005). Wanita memiliki kehidupan emosional yang lebih ekstrim daripada pria (Seligman, 2005). Wanita mengalami

lebih banyak emosi positif dengan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan pria (Seligman, 2005). Seligman (2005) juga

menjelaskan bahwa tingkat emosi rata – rata pria dan wanita tidak berbeda namun wanita lebih bahagia dan juga lebih sedih daripada pria.

B. Kualitas Hidup

1. Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup didefinisikan dengan cara yang berbeda oleh para peneliti. Hal ini karena istilah tersebut merupakan istilah multi disipliner

tidak hanya digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, tetapi dalam konteks penelitian dihubungkan dengan berbagai macam bidang khusus

seperti sosiologi, ilmu kedokteran, keperawatan dan psikologi. Oleh karena adanya perbedaan disiplin ilmu dan perspektif yang berbeda maka, kualitas hidup sulit didefinisikan secara pasti (Zega, 2015).

Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial,

(76)

adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain (Ware JE &

Sherbourne CD, dalam Silitonga 2007) .

Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)

Group (dalam Rapley, 2003) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu tentang posisinya di kehidupan dalam konteks

kebudayaan dan sistem nilai dimana mereka hidup, berhubungan dengan tujuan, harapan, ukuran, dan perhatian individu tersebut. Sedangkan menurut Donner, Karone, & Bertoliti (1997), kualitas hidup secara umum

adalah keadaan individu dalam lingkup kemampuan, keterbatasan, gejala dan sifat psikososial untuk berfungsi dan menjalankan bermacam-macam

perannya secara memuaskan.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup adalah penilaian individu tentang kehidupannya yang berhubungan

dengan tujuan, harapan, kemampuan, dan keterbatasan untuk berfungsi menjalani perannya dalam kehidupan.

2. Aspek Kualitas Hidup

Menurut WHO Quality of Life (WHOQOL) (dalam Rapley, 2003),

menyatakan bahwa pengukuran kualitas hidup harus didasarkan pada 6 aspek yaitu aspek physical health, psychological, level of independence,

Gambar

Tabel 3.1Blue Print Skala Happiness Sebelum Uji Coba
Tabel 3.2 Blue Print Skala Kualitas Hidup Sebelum Uji Coba
Tabel 3.3. Hasil Try Out Skala Happiness
Tabel 3.5 Hasi Try Out Skala Kualitas Hidup
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup pada pasien Diabetes Melitus tipe II di Rumah Sakit Islam Surakarta.

Hasil penelitian ini menggambarkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan kualitas hidup pasien kanker payudara dengan nilai p-value = 0,006 (&lt; 0,05).

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH ( BODY IMAGE ) DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI PUSKESMAS PUCANG SEWU

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara derajat nyeri dengan tingkat kualitas hidup pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi. Kata kunci: kanker paru, kemoterapi,

Meningkatkan kualitas hidup pasien kanker selama terapi akan meningkatkan kepatuhan mereka akan berbagai keluhan yang dialami ini bertujuan untuk mengidentifikasi

Penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Peran Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara” ini disusun sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan kualitas hidup pasien kanker payudara dengan pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi di RSUP

Meningkatkan kualitas hidup pasien kanker selama terapi akan meningkatkan kepatuhan mereka akan berbagai keluhan yang dialami ini bertujuan untuk mengidentifikasi