• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI IMPLEMENTASI RISK BASED INSPECTION (RBI) UNTUK PERENCANAAN BIAYA REPARASI KAPAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI IMPLEMENTASI RISK BASED INSPECTION (RBI) UNTUK PERENCANAAN BIAYA REPARASI KAPAL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Tujuan utama dari tugas akhir ini adalah melakukan studi implementasi Risk Based Inspection (RBI) untuk perencanaan biaya reparasi kapal. Pertama, pendekatan perencanaan biaya reparasi kapal yang dilakukan saat ini di galangan kapal sampel diamati dan dikaji ulang. Saat ini diketahui perencanaan biaya reparasi kapal masih dilaksanakan dengan metode konvensional yang hanya mempertimbangkan biaya langsung ( biaya material dan jasa) dan biaya overhead. Fakta yang ada biaya bongkar pasang dan tambahan pekerjaan yang bersinggungan dengan bagian komponen yang telah tercantum dalam daftar repair list dan kemungkinan mitigasi risiko tidak diperhitungkan. Kedua, sebuah framework untuk implementasi RBI dalam rangka meningkatkan akurasi perencanaan biaya reparasi kapal telah diidentifikasi dan diformulasikan. Pada framework tersebut digunakan pendekatan fault tree analysis dan check list. Ketiga, studi kasus yang didasarkan pada repair list kapal yang dijadikan contoh untuk mengevaluasi efektivitas framework.

Strategi implementasi RBI merupakan cara yang efektif untuk mengidentifikasi biaya tambahan, biaya tak terduga dan risiko yang terlibat dalam pekerjaan reparasi kapal. Oleh karena itu perencanaan biaya reparasi kapal dapat dilakukan dengan cara yang lebih sistematis dan lebih akurat.

Kata Kunci : Risk Based Inspection (RBI),reparasi kapal, dan biaya reparasi

I. PENDAHULUAN

eparasi sebuah kapal memerlukan estimasi biaya yang akurat sehingga sesuai dengan prediksi profit yang telah ditentukan. Biaya merupakan faktor yang diperhitungkan untuk tidak mengalami pembengkakan. Tahapan awal dari sebuah estimasi biaya reparasi kapal adalah identifikasi bagian-bagian yang diperkirakan terjadi kerusakan atau terkait dalam proses reparasi kapal. Pekerjaan yang tidak hati–hati atau mempertimbangkan risiko yang ada di sekitar akan menghasilkan biaya yang tidak terduga sedangkan kontrak biaya reparasi sudah ada.

Permasalahan-permasalahan dalam reparasi kapal berpengaruh terhadap kepuasan dari konsumen maupun pihak galangan kapal. Terutama masalah biaya, sampai saat ini biaya yang harus dialokasikan untuk suatu

proses reparasi kapal tidak sesuai dengan harapan galangan kapal. Karena estimasi biaya pada pekerjaan reparasi kapal kurang teliti sehingga mengakibatkan pembengkakan biaya.

Mengatasi permasalahan di atas, tugas akhir ini akan melakukan studi analisis bahwa RBI (Risk Based Inspection) dapat diimplementasikan untuk perencanaan biaya reparasi kapal sehingga biaya yang direncanakan menjadi lebih teliti.

II. METODE

Studi Pustaka dan Lapangan

Tahap awal yang dilakukan dalam pengerjaan Tugas Akhir adalah dimulai dengan membaca dan mencari referensi studi literatur terkait dengan Tugas Akhir yang akan dikerjakan. Studi literatur dilakukan guna lebih memahami permasalahan yang ada, sehingga memunculkan dugaan awal yang selanjutnya bisa disusun menjadi sebuah hipotesa.

Studi literatur yang dilakukan adalah yang berkaitan dengan pemahaman teori dan konsep dari RBI (Risk Based Inspection) dan FTA (Fault Tree Analysis) dimana nantinya akan berguna untuk mengetahui kerusakan atau kejadian yang banyak terjadi pada sebuah material atau bagian kapal saat reparasi.

Data

Data untuk pengerjaan tugas akhir ini merupakan repair list reparasi kapal, serta konsekuensi – konsekuensi yang terjadi pada pekerjaan reparasi kapal dengan anggaran biaya reparasi. Data digunakan sebagai sumber untuk mengerjakan tugas akhir.

Probability Failure

Mengidentifikasi kemungkinan–kemungkinan yang terjadi pada sebuah pekerjaan yang akan berdampak pada lingkungan sekitar atau pada pekerjaan sendiri dari segi keselamatan dan biaya.

Consequence Of Failure

Menganalisis konsekuensi apa yang terjadi pada

kapal yang mengalami reparasi atau konsekuensi biaya

STUDI IMPLEMENTASI RISK BASED

INSPECTION (RBI) UNTUK

PERENCANAAN BIAYA REPARASI

KAPAL

Laksyardo Wisnu Baroto, Ir. Triwilaswandio W.P., MSc

Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: triwilas@na.its.ac.id

(2)

yang ada untuk bongkar pasang. Konsekuensi pada pekerjaan reparasi kapal dapat menjadi pertimbangan untuk reparasi.

Risk Ranking

Teknis pengelompokan risiko sesuai dengan levelnya,

dimana dibagi menjadi 3 bagian yaitu low, medium, dan high. Hasil risiko akan menjadi pertimbangtan untuk maintenence plan.

Maintenence Plan

Penyusunan jadwal inspeksi pada kapal berdasarkan

risk ranking yang telah dibuat. Dimana inspeksi akan di adakan lebih memperhatikan pada bagian atau material yang mengalami atau terdapat pada bagian high risk.

Mitigasi

Mitigasi adalah pengurangan, pencegahan atau bisa dikatakan sebagai proses mengupayakan berbagai tindakan preventif untuk meminimalisasi dampak negatif dari suatu pekerjaan. [Wikipedia]. Framework merupakan sebuah hasil yang dapat digunakan untuk proses mitigasi.

Kesimpulan

Setelah melakukan semua pekerjaan dengan

sistematika pada flowcahrt, maka dibuat sebuah kesimpulan terhadap hasil pekerjaan. Kesimpulan dibuat sesuai dengan apa yang sudah dilakukan pada pembahasan.

Gambar 1. Metodologi

Mengimplementasikan RBI pada kapal, berpengaruh pada pengambilan keputusan yang menghasilkan risiko berdampak pada biaya. Sengaja atau tidak disengaja, manusia mengambil keputusan bedasarkan risiko yang ada. Semakin besar risiko yang ditanggung maka akan semakin mencari solusi untuk memperkecil risiko yang ada untuk sebuah keputusan.

Risiko merupakan sebuah gabungan dari kemungkinan terjadinya sebuah peristiwa tertentu dan akibat yang ditimbulkan pada pengambilan keputusan tersebut (hal negatif) dalam bentuk perhitungannya dapat digambarkan sebagai berikut :

Risk = Kemungkinan x konsekuensi

Risk Based Inspection (RBI) adalah tinjauan yang difokuskan terhadap risiko yang terjadi pada kejadian dan mencegah kerugian pada saat pengerjaan. RBI sendiri memfokuskan pada pekerjaan material/komponen yang dapat menimbulkan dampak risiko biaya yang akan di keluarkan untuk sebuah pekerjaan. [1]. Sebagai contoh jika terjadi sebuah korosi pada pipa di kamar mesin, untuk proses reparasi akan menimbulkan dampak yang berpengaruh pada material atau komponen lain pada proses reparasi. Seperti kerusakan peralatan pada proses bongkar pasang reparasi serta bahan–bahan berbahaya yang ada pada sekitar proses reparasi yang dapat berdampak pada kerugian secara ekonomi.

Kombinasi dari kemungkinan terjadinya satu kejadian dengan konsekuensi masing–masing akan menentukan risiko terhadap suatu pekerjaan.. Efek dari kesalahan yang timbul berdampak pada pekerjaan sekitar dan faktor ekonomi (biaya). Tindakan yang dilakukan adalah inspeksi dan mitigasi untuk memprediksi yang terbaik dan terburuk pada sebuah pekerjaan.

• Pendekatan Pada RBI

Jenis penilaian pada RBI dapat dilakukan dengan 3

cara :

- Pendekatan kualitatif - Pendekatan kuantitatif - Pendekatan semi kuantitatif

Setiap pendekatan menghasilkan cara yang sistematik untuk menyaring risiko, indentifikasi, serta potensial kejadian yang akan terjadi dalam sebuah pekerjaan. [2]. Menentukan tingkat bahaya dapat juga meminta ahli untuk mengecek tingkat risikonya berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki dalam hal pekerjaan ini. Pada tugas akhir ini dilakukan pendekatan secara kualitatif. Pendekatan kualitatif cocok untuk studi implementasi pada sebuah masalah. Pendekatan RBI pertama dilakukan dengan melakukan penerapan FTA untuk mengidentifikasi jenis pekerjaan yang menghabiskan biaya. [4].

FTA dimulai dengan repair list sebuah proses reparasi untuk mengidentifikasi biaya terbesar dari reparasi kapal. Pembagian 2 zona berguna untuk membedakan biaya yang terbesar untuk tiap pekerjaan perzona. Zona pekerjaan ini juga berguna untuk membagi lagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang ada di setiap zona. Pekerjaan replating, outfitting, kemudi dan permesinan merupakan macam pekerjaan yang terjadi

(3)

dalam reparasi kapal. Proses identifikasi pada gambar 2 adalah FTA dari penjelasan sebelumnya. Identifikasi menghasilkan matriks resiko untuk biaya reparasi. Mengimplementasi RBI merupakan tindakan selanjutnya, untuk pengimplementasian RBI membutuhkan bantuan framework.

Gambar 2. FTA RBI • Framework dan Check List

Framework adalah kumpulan fungsi-fungsi/prosedur-prosedur untuk tujuan tertentu yang sudah siap digunakan, sehingga bisa mempermudah dan mempercepat pekerjaan seorang pekerja tanpa harus membuat fungsi atau urutan kerja dari awal. [3]. Framework membuat sebuah pekerjaan lebih tertata dan terorganisir, sehingga dalam pencarian kesalahan dalam sebuah pekerjaan akan lebih mudah dideteksi. Intinya, framework pada gambar 3 merupakan pondasi awal sebelum menentukan sebuah pekerjaan apa yang akan dikerjakan.

Check List pada tabel 1 berguna mengidentifikasi risiko dan jumlah material komponen yang terlibat dalam sebuah reparasi. Framework memiliki alur risiko dalam prosesnya, dalam proses check list berperan dalam identifikasi dan mitigasi yang dilakukan untuk mengantisipasi risiko.

Gambar 3. Framework

Perencanaan biaya reparasi kapal konvensional masih berupa proses memperhitungkan biaya yang

tampak (material dan jasa) tanpa memperhitungkan biaya yang disebabkan oleh bongkar pasang saat reparasi dan mitigasi. Implementasi RBI merubah proses konvensional menjadi seperti gambar 4. Framework dan check list masuk dalam proses berguna untuk mengidentifikasi biaya tak terduga pada pekerjaan yang menimbulkan biaya mitigasi untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan. Biaya bongkar pasang juga termasuk dalam biaya yang tidak terduga dalam perencanaan biaya reparasi kapal.

Tabel 1. Check List

1 Main Engine Main Engine Temperatur Pencahayaan Bahan Kimia Berbahaya Ergonomis Maintenance Jumlah B/P Material dan Komponen Biaya B/P Material dan Komponen Z-Peller

Intermediate Shaft Flange Stub Shaft End Geislinger Coupling End Secondary Engine Genset External Fire Fighting Sanitary SW Pressure Sanitary FW Pressure Salt Water Cooling For AC Battery Air Compressor Oil Water Separator Hydrolic Power Pack Fresh Water Cooler Lube Oil Cooler M/E Alarm Panel Fuel Oil Transfer Pump Sewage Pump Bilge/Ballast Pump Fire & GS Pump Sludge Pump Lube Oil Pump Foam Pump Bilga/ Ballast Pipe Fuel Oil Pipe Lube Oil Pipe Fresh Water Pipe Salt Water pipe Fire & GS Pipe Pelat Glaswol Alat Pemadam Blower 9 Coverall Helm Safety Sepatu Safety Sarung Tangan Safety Belt Masker Kacamata / Google 6 Piping

8 Cold Work Hot Work

5 Pump No Item Komponen 2 Propulsion Unit 4 Deck Mechinary 3 Auxiliary Engine Jenis Pekerjaan :

Faktor Sumber Resiko

7 Pelat

Jenis Pekerjaan

Personal Protective Equipment

Gambar 4. Alur Perencanaan Biaya Reparasi III. HASILDANPEMBAHASAN

Persiapan awal dalam analisis RBI adalah mapping pekerjaan yang tertera pada repair list. Mapping adalah sebuah kegiatan untuk membuat sesuatu menjadi lebih teratur dan diketahui. Kapal memiliki banyak bagian yang harus diidentifikasi. Tindakan indentifikasi dapat mengetahui masalah yang ingin diselesaikan. Kapal yang digunakan adalah MT. Best I.

Data Kapal Nama : Best I No IMO : 5575268 Year of built : 1983 Jenis Kapal : Oil Tanker Bendera : Indonesia Klasifikasi : BKI

(4)

LOA (m) : 87.2 m LPP (m) : 78.52m B (m) : 12 m H (m) : 7 m T (m) : 5 m DWT (Ton) : 2654 ton

Data RL dapat mengetahui biaya reparasi kapal saat maintenance. Menentukan bagian mana yang menanggung biaya paling besar dapat digunakan metode FTA. Elemen biaya merupakan elemen yang diperhatikan karena dapat membengkak. Zona pekerjaan dalam penerapannya dibagi menjadi 2 zona, yaitu :

• Zona Kamar Mesin (KM) • Zona Ruang Muat (RM)

Pembagian zona pada gambar 5 dilakukan untuk membedakan tingkat kesulitan dan risiko–risiko dalam pekerjaan reparasi. Pekerjaan reparasi sendiri memiliki safety yang harus diperhatikan. Dimana dapat dicegah ataupun dikurangi kemungkinannya dengan mitigasi.. Identifikasi mengarah pada sumber biaya terbesar pekerjaan reparasi kapal. Pembuatan matriks resiko pada pekerjaan reparasi dapat mengidentifikasi biaya terbesar.

Gambar 5. Pembagian Zona .

Zona Kamar Mesin

Tabel 2. Biaya Reparasi Kamar Mesin

Jenis Pekerjaan Biaya Reparasi Zone Kamar Mesin (Rp) Jenis biaya Risiko Biaya Dalam Persen Kemudi 211,627,900 Kemudi 34.082 Permesinan 38,670,700 Permesinan 5.228 Replating 1,942,675 Replating 1.319 Outfitting 368,693,773 Outfitting 59.377 Total Biaya 620,935,048

Biaya Reparasi Zone Kamar Mesin

Diagram 1. Biaya Reparasi Kamar Mesin

Diagram 1 dan tabel 2 menghasilkan komponen outfitting menghabiskan biaya reparasi yang terbesar pada zona kamar mesin. Penyebabnya banyak outfitting yang terpasang pada kamar mesin. Terutama bagian perpipaan di kamar mesin, Bukan karena harga pipa yang mahal, namun karena risiko bongkar pasang pada sebuah lajur pipa yang direparasi dan mitigasi untuk

risiko dan konsekuensi mungkin menghasilkan biaya tambahan.

Diagram 2. Komposisi Biaya Reparasi Kamar Mesin Diagram 2 merupakan risiko biaya dari total biaya pengerjaan. Bagian outfitting pada zona kamar mesin kapal menanggung 60% biaya yang dibayarkan pada sebuah reparasi zona kamar mesin. Reparasi outfitting agar diperhatikan terutama perpipaan di kamar mesin. Jumlah bongkar pasang komponen dan mitigasi merupakan faktor yang mempengaruhi biaya reparasi.

Zona Ruang Muat

Tabel 3. Biaya Reparasi Ruang Muat

Jenis Pekerjaan Biaya Reparasi Zone Kamar Mesin (Rp) Jenis biaya Risiko Biaya Dalam Persen

Replating 945,102,681Replating 66.005

Outfitting 305,251,092Outfitting 21.318

Cat 181,515,788Cat 12.677 Total Biaya 1,431,869,561

Biaya Reparasi Zone Ruang Muat

Tabel 3 dan diagram 3 merupakan hasil breakdown biaya pada zona ruang muat. Biaya terbesar terjadi pada pekerjaan replating pada zona ruang muat. Zona ruang muat lebih didominasi material pelat, dimana biaya yang dikeluarkan untuk replating tidak terlalu besar jika dibanding dengan komponen di zona kamar mesin. Banyaknya pergantian pada pelat yang berpengaruh pada biaya reparasi zona ruang muat. Reparasi tidak harus mengganti bagian pelat tersebut, dapat dilakukan beberapa cara untuk menghemat biaya yang akan dikeluarkan.

Diagram 3. Biaya Reparasi Ruang Muat

(5)

Risiko biaya yang ditanggung 66% dari total biaya yang dikeluarkan untuk reparasi zona ruang muat pada pekerjaan replating tampak pada diagram 4. Butuh perhatian untuk merawat atau melakukan cara lain untuk menekan biaya reparasi di zona ruang muat. Dibandingkan dengan zona kamar mesin yang memang terkendala pada banyaknya lajur lalu lintas outfitting dan desain ruang yang menyebabkan pembengkakan biaya pada biaya bongkar pasang. Zona ruang muat lebih pada perawatan pelat–pelat, terlebih diperhatikan adalah pelat yang berada pada sisi luar atau pelat eksternal.

Keseluruhan Kapal

Tabel 4. Total Biaya Reparasi

Jenis Pekerjaan Biaya Reparasi Zone Kamar Mesin (Rp) Jenis biaya Risiko Biaya Dalam Persen Replating 917,796,294 Replating 45.302 Outfitting 643,102,920 Outfitting 31.743 Cat 183,059,245 Cat 9.036 Mechinary 281,993,650 Mechinary 13.919 Total Biaya 2.025.952.109

Biaya Reparasi Kapal

Diagram 5. Total Biaya Reparasi Kapal

Tabel 4 menghasilkan diagram 5 menunjukkan bahwa biaya reparasi untuk replating kapal menempati urutan pertama menghasilkan biaya terbesar dalam sebuah reparasi kapal.

Diagram 6 terindentifikasi bahwa dari sampel kapal menghabiskan biaya terbanyak dalam reparasi adalah pada pekerjaan replating. Risiko yang harus ditanggung mencapai 45% dari total biaya reparasi kapal. Peraturan menjelaskan sebuah pekerjaan replating tidak harus mengganti jika masih memenuhi syarat ketebalan minimal dari aturan yang diterapkan klas. Ada alternatif lain berupa pemasangan anode serta pengecatan ulang (coating) yang memiliki biaya lebih terjangkau

Diagram 6. Komposisi Biaya Reparasi Kapal

Dapat dibuat matriks risiko pada tabel 5 berdasarkan analisis dari kapal Mt. Best I dimana replating menempati tingkat risiko paling tinggi dari biaya yang

dikeluarkan pada sebuah reparasi. Tabel matriks risiko 5 berdasarkan jumlah biaya untuk reparasi kapal dalam annual repair.

Tabel 5. Matriks Resiko Biaya Reparasi Kapal Tingkat Risiko Jenis Pekerjaan Tingkat kemungkinan

Very High Replating A

High Outfitting B

Medium Mechinary C

Low Coating D

Pelat eksternal menjadi bagian terbesar dalam replating karena berhubungan langsung dengan faktor-faktor yang mengebabkan pengurangan tebal pelat. Faktor yang mempengaruhi pengurangan tebal pelat, antara lain :

• Cuaca

• Daerah pelayaran • Cat yang digunakan

• Banyaknya anode yang digunakan

• Serta foil – foil yang menempel pada pelat eksternal kapal

Perencanaan biaya reparasi kapal berfungsi untuk mengetahui komponen apa yang terkait dan bagaimana menanganinya dengan tidak melakukan proses bongkar pasang yang mengorbankan bagian kapal yang lain secara percuma dan mitigasi untuk mencegah risiko yang muncul. Biaya mitigasi untuk mengatasi risiko dan konsekuensi pada proses reparasi antara lain :

• Biaya Pemeriksaan Bebas Gas (Gas Free) • Biaya Pembuangan Sampah

• Biaya Penampungan Minyak dan Bensin • Biaya Sewa Pemadam Kebakaran • Biaya Pelayanan Ventilasi dan Blower • Biaya Sewa MCK

Tabel 6. Biaya Mitigasi Jenis Kapal Biaya Mitigasi Komposisi

biaya mitigasi

Tanker Rp 83.513.920 4.14%

General

Cargo Rp 82.808.000 9.61%

Ferry Rp 23.802.000 12.63%

Tabel 6 memberikan perbandingan jenis kapal untuk biaya mitigasi. Biaya mitigasi yang terhitung dibandingkan dengan biaya reparasi total tiap kapal menghasilkan masing-masing 4.14%, 9.61%, 12.63%. Alokasi dana rata-rata membutuhkan 8.8% dari total biaya reparasi untuk biaya mitigasi atau mencegah terjadinya resiko. Perencanaan biaya reparasi kapal pada diagram 7 dapat dilakukan berdasarkan analisis biaya reparasi, dengan porsi 45% dari total biaya reparasi

(6)

pada pekerjaan replating, 30% pada outfitting, 20% untuk mechinary dan kemudi, sisanya 5% di alokasikan untuk coating. Total biaya reparasi belum ditambah biaya 8.8% dari total biaya reparasi akibat biaya mitigasi pada reparasi kapal.

Diagram 7. Perencanaan Biaya Reparasi Kapal IV. KESIMPULAN

Setelah Setelah melakukan identifikasi, maka dapat di ambil kesimpilan sebagai berikut :

1. Perencanaan biaya reparasi kapal saat ini masih menggunakan metode konvensional. Metode RBI dapat digunakan untuk mengantisipasi biaya tak terduga dalam proses perencanaan biaya reparasi kapal.

2. Pendekatan Risk Based Inspection (RBI) dapat di implementasikan pada proses perencanaan biaya reparasi kapal, diperoleh juga hasil lain sebagai berikut :

• Framework dapat digunakan sebagai metode untuk identifikasi risiko pada perencanaan biaya reparasi kapal.

• Pekerjaan reparasi kapal yang memakan banyak biaya adalah replating dan untuk pekerjaan yang berisiko berada pada zona kamar mesin berdasarkan kapal sampel yang digunakan.

• Perencanaan biaya reparasi kapal dialokasikan biaya dengan porsi 45% dari total biaya reparasi pada pekerjaan replating, 30% pada outfitting, 20% untuk mechinary dan kemudi, sisanya 5% di alokasikan untuk coating berdasarkan kapal sampel yang digunakan. • Biaya mitigasi teridentifikasi sebesar 8.8%

dari total biaya reparasi sebagai biaya tak terduga.

3. Strategi penerapan RBI pada reparasi kapal dapat diimplementasikan diawali dengan framework dan check list untuk mengidentifikasi biaya tak terduga dan biaya mititgasi dalam proses perencanaan biaya reparasi kapal.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan pemikirannya dalam membantu menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa ucapan terimakasih pada kedua orang tua yang memberikan support dalam pengerjaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] API PUBLICATION 581 FIRST EDITION, MAY 2000, Risk-Based Inspection Base Resource Document

[2] API RECOMMENDED PRACTICE 581, SECOND EDITION, SEPTEMBER 2008

[3]

http://ghoribaslichu.blogspot.com/2012/10/pengertian-framework.html

Gambar

Gambar 1. Metodologi
Gambar 2. FTA RBI
Tabel 4. Total Biaya Reparasi
Diagram 7. Perencanaan Biaya Reparasi Kapal  IV.  KESIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Lesson Plan, adalah suatu struktur atau program perencanaan yang dibuat oleh instruktur, berisi (a) Tujuan Pembuatan Lesson Plan (b) Element yang

Syarat perlu dan cukup untuk eksis- tensi ring hasil bagi kanan (kiri) pada ring nonkomutatif R adalah S mem- punyai sifat permutable dan reversible

Sesuai dengan fungsi yang diharapkan dari “Forum Komunikasi Daerah” ini, “Forum Komunikasi Daerah” dapat terbentuk atas inisiatif pihak-pihak di daerah itu sendiri. Dalam

Penyelenggaraan pemerintahan di Nagari Cingkariang mengacu kepada Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Agam Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Pemerintahan Nagari, dimana roda

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model

Web merupakan kumpulan halaman-halaman yang digunakan untuk menampilkan informasi teks, gambar diam atau gerak, animasi, suara, dan atau gabungan dari semuanya,

1 Tahap persiapan Pada tindakan siklus 2 peneliti lebih memahami persiapan apa saja yang diperlukan untuk mempersiapkan media yang diperlukan pada proses pembelajaran,

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah naga dapat dijadikan sebagai indikator asam basa, waktu optimum yang digunakan untuk ekstrak kulit buah naga