• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN BOKASHI DAN SUPER ABSORBENT POLIMER (SAP) SEBAGAI PENYERAP AIR PADA PERKECAMBAHAN TANAMAN AKASIA (Acasia mangium) DI DAERAH KERING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN BOKASHI DAN SUPER ABSORBENT POLIMER (SAP) SEBAGAI PENYERAP AIR PADA PERKECAMBAHAN TANAMAN AKASIA (Acasia mangium) DI DAERAH KERING"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN BOKASHI DAN SUPER ABSORBENT POLIMER (SAP) SEBAGAI PENYERAP AIR PADA PERKECAMBAHAN TANAMAN AKASIA

(Acasia mangium) DI DAERAH KERING

(The Utilization Of Bokashi And Super Absorbent Polymer As Water Absortbant In Acacia Plant ( Acacia Mangium ) Germination)

Heri Winarno Akbar1, Prasetyorini2, Ismanto3 1.2.3

Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Pakuan, Bogor

ABSTRAK

Indonesia has tropical climate. In order to be succesful in dry land sustainable farming, it in necessary to take into consideration several factors which can increase production and factors which affect the process of land degradation. Bokashi is fertilizer made from the result of fermantation of organic substances, such as husk, sawdust, straw, animal waste or manure. Water absorbent hydrogels or Super Absorbent Polymer (SAP) is material which can absorb liquid up to 200 times as much as its own weight. Acacia plant is used for reeforestation activities on critical land because it can make self-apatation to its environment easily and quickly. Acacia plant (Acacia mangium) is one of the favorite plants to be planted in the industrial forest (HTI) because the timber can be used as the raw material to produce paper. Dry land is a plot of land which can be used to grow plants by utilizing and taking advantage of water in limited quantity, usually rain water. The research was conducted in June and July 2015 at SEAMEO BIOTROP Laboratory and Green House. In this research asacia seeds were planted with several treatments, namely: soil, soil + bokashi, soil + Super Absorbant Polymer, soil + bokasi + Super Absorbant Polymer. Subsequently the researcher observed which treatment is the most effective to be used as the germination media for acacia seeds. The finding of the research indicates that rhe planting media provided with soil + bokasi + Super Absorbant Polymer treatment can be used as the germination media for acacia seeds. The planting media provided with soil + bokasi + Super Absorbant Polymer treatment produces acacia germination which is taller compared to those provided with other treatments. The planting media consisting of soil + bokashi + Super Absorbant Polymer is the media which is suitable to be used as planting media on dry land.

Keyword : bokashi, Super Absorbent Polymer (SAP), germination, Acacia Mangium

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan daerah panas (tropik) yang memiliki curah hujan tinggi. Berdasarkan keadaan curah hujan pada suatu lahan kering dikenal dua macam jenis lahan kering, yaitu lahan kering beriklim basah dan lahan kering beriklim kering (Rukmana, 2009). Pengelolaan sumberdaya air di daerah kering masih sangat tergantung dari curah hujan (Erfandi, 2010).

Untuk mencapai keberhasilan usaha tani berkelanjutan dilahan kering perlu

memperhatikan beberapa faktor yang mendukung peningkatan produksi serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses degradasi lahan (Soeharsono, 2011).

Hidrogel penyerap air atau Super Absorbent Polymer (SAP) adalah material yang mampu menyerap cairan sampai 200 kali berat material hidrogel itu sendiri. Bahan SAP tersebut membentuk struktur gel serta mempertahankan kandungan air yang diserap meskipun diberikan tekanan kepadanya. Salah satu kegunaan dari bahan SAP adalah mempercepat pertumbuhan tanaman. Selain itu SAP juga

(2)

mudah didadapat dengan harga yang murah dan ramah lingkungan, terdapat dalam jumlah yang melimpah terutama di Indonesia contohnya yaitu Pati (Istiqomah, 2007).

Manfaat tumbuhan akasia diantara adalah untuk kegiatan penghutan kembali lahan kritis karena mudah beradaptasi dengan lingkungannya dengan cepat. Tanaman akasia (Acacia mangium)

merupakan salah satu tanaman favorit untuk ditanam dalam areal Hutan Tanaman Industri (HTI) karena kayunya bermanfaat untuk pembuatan kertas. Selain itu, akar akasia juga dapat dijadikan sebagai obat untuk mengatasi penyakit rabies. Adapun zat tanin yang dikandungnya bisa digunakan sebagai astringent dengan melalui proses penguapan kayu akasia. Lebih jauh, tanaman ini ternyata juga dapat bermanfaat untuk menstabilkan kadar gula darah dengan cara merebus dan meminumnya secara teratur (Thomas, 2004).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan Bokashi dan Super Absorbent Polimer sebagai penyerap air pada perkecambahan biji Akasia di daerah kering.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2015 di Laboratorium dan Rumah Kaca SEAMEO BIOTROP (South-East Asian Regional Center For Tropical Biology) dan Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Pakuan.

Parameter utama (primer) yang diamati pada penelitian ini yatu inisiasi kecambah, jumlah biji yang tumbuh dan tinggi kecambah pada setiap perlakuan, dan parameter pendukung (sekunder) yang diamati yaitu kelembaban media tanam. Pembuatan Bokashi

Tahap-tahap pembuatan Bokashi yaitu :

a. Jerami dipotong dengan ukuran 5 cm. b. Jerami, pupuk kandang, arang sekam

dan dedak diaduk sampai merata.

c. Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan (campuran bahan organik) secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %, bila adonan dikepal dengan tangan air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan masih tampak menggumpal.

d. Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian 15-20 cm. e. Kemudian ditutup dengan karung

berpori (karung goni) selama 3-4 hari f. Agar proses fermentasi dapat

berlangsung dengan baik perhatikan agar suhu tidak melebihi 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C turunkan suhunya dengan cara membolak balik. g. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan

h. Setelah 4-5 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.

Penyortiran Benih

Penyortiran biji bertujuan untuk mendapatkan kualitas biji yang baik dan siap ditanam. Penyortian dilakukan dengan cara merendam biji Akasia dalam air selama 30 menit, biji yang bagus adalah yang tenggelam bukan yang terapung. Kemudian biji yang berkualitas baik direndam dengan air mendidih selama 10 menit untuk menghilangkan masa dormansi biji, perendaman dilakukan setelah air dipindahkan dari kompor. Selanjutnya biji tersebut direndam lagi pada air dingin selama 20 menit, biji siap untuk disemai.

Pembuatan Media Perkecambahan Bak perkecambahan berbentuk persegi empat terbuat dari kayu dengan ukuran 15 x 15 x 5 cm. Jumlah bak yang digunakan ada 12. Kemudian diisi dengan media sesuai perlakuan.

Perlakuan

Dalam penelitian ini dilakuan 4 perlakuan komposisi media

(3)

perkecambahan dan 3 kali ulangan. Empat perlakuan media perkembahan yaitu :

1. Tanah + 15 biji akasia

2. Tanah + bokashi (1:1) + 15 biji akasia

3. Tanah + Super Absorbent Polimer (1:1) + 15 biji akasia

4. Tanah + Bokashi + Super Absorbent Polimer (1:1:1) + 15 biji akasia Penyiraman dilakukan hanya satu kali penyiraman pada awal penanaman biji akasia.

HASIL DAN PEMBAHASAN Inisiasi Kecambah

Pada perlakuan tanah, tanah + bokashi, tanah + bokashi + SAP inisiasi kecambah terjadi pada hari ke-7 hst. Sedangkan pada perlakuan tanah + SAP tidak terjadi inisiasi karena sampai hari terakhir biji tidak tumbuh.

Hasil Penghitungan Jumlah Biji yang Tumbuh

Hasil penelitian jumlah biji yang tumbuh pada daerah kering dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengamatan dan Peritungan Jumlah Biji yang Tumbuh

Perlakuan

Rata-Rata Jumlah Biji Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Kontrol 1,33 b 5,33 b 5,33 a Tanah + Bokasi 1,67 c 5,33 b 5,33 a Tanah + SAP 0,00 a 0,00 a 0,00 a Tanah+Bokasi+SAP 1,33 b 5,67 b 8,33 b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata. Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (DMRT0,05)

Dari hasil uji Duncan di atas menunjukkan bahwa benih akasia (Acacia

mangium) yang diamati pada hari ke-7

setelah tanam menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap kontrol dan perlakuan lainnya pada pemberian media tanam Tanah + Bokasi, sedangkan untuk hari ke-21 menunjukkan hasil sangat beda

nyata pada perlakuan Tanah + Bokasi + SAP dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Ini menunjukkan pada perlakuan media Tanah + Bokashi hanya bagus diawal saja, sedangkan pada perkuan Tanah + Bokashi + SAP bagus untuk jangka waktu yang lama dibandingkan perlakuan lain. Hasil analisis uji Duncan’s disajikan pada tabel 2.

Berdasarkan tabel 2 adanya perbedaan yang ditunjukkan pada setiap perlakuan berdasarkan hari yang diamati. Hasil yang ditunjukkan oleh kontrol (tanah saja) pada hari ke-7 kecambah akasia mulai tumbuh dengan rata-rata 1,33 hingga hari ke 14 dengan rata-rata 5,33, namun pada hari ke-21 sudah tidak ada yang tumbuh karena mati. Hal ini dikarenakan tanah merupakan media yang sudah mengandung bahan organik dan air dalam jumlah terbatas, maka persediaannya harus dalam jumlah banyak. Selain itu, penggunaan tanah dalam jangka waktu lama tanpa adanya perawatan secara intensif dapat menurunkan kualitas tanah tersebut, sehingga dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman atau benih akan menurun (Redaksi PS, 2008). Oleh karena itu media tanam tanah perlu ditambahkan bahan organik lain untuk memperkaya kandungan unsur hara pada media tanam.

Hasil yang ditunjukkan pada pemberian tanah + bokasi pada hari ke-7 jumlah rata-rata yang tumbuh lebih besar dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lain. Hal ini dikarenakan bokasi merupakan pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik (jerami, rumput, tanaman kacang, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergaji) dengan teknologi EM4 (Susanto 2004), maka dengan kata lain kandungan hara dalam pupuk bokasi cukup tinggi (Indriani, 2005). Bila bokashi dimasukan ke dalam tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagai substrat oleh mikroorganisme, efektif untuk berkembang biak dalam tanah, sekaligus sebagai tambahan persediaan unsur hara bagi tanaman. Namun penurunan

(4)

pertumbuhan jumlah kecambah terjadi diantara hari ke-14 dan hari ke-21, hal ini menunjukkan media tanam yang berisi tanah + bokasi saja masih belum cukup untuk pertumbuhan kecambah.

Pada perlakuan yang diberi tanah + SAP tidak ada satu kecambah pun yang tumbuh, hal ini dikarenakan minimnya unsur hara yang terkandung di dalam media tanam. Hal ini dikarenakan SAP (Super Absorbent Polimer) atau Hydrogel hanya dapat menyimpan air saja. Namun penggunaan SAP ini dapat diguakan dalam waktu lebih lama, hingga kelembaban media tanam dapat terjaga (Abidin, 2012). Akan tetapi jika media tanam hanya diberi tanah dan SAP saja tanaman tersebut hanya akan tumbuh dalam jangka waktu yang pendek, karena kurangnya pasokan bahan organik untuk tanaman.

Hasil yang ditunjukkan pada media tanam yang diberi tanah + bokasi + SAP merupakan media paling baik untuk digunakan dalam pertumbuhan kecambah benih akasia, karena dari data yang didapat pertumbuhan masih terlihat. Hari ke-7 kecambah akasia mulai tumbuh dengan rata-rata 1,33 namun pada hari ke-14 meningkat menjadi 6,67, pada hari ke-21 kecambah masih bertambah hingga 8,33. Hal ini dikarenakan pada media tanam ini diberi tanah + bokasi + SAP. Tanah berperan sebagai komponen utama media tanam, bokasi sebagai penyedia bahan organik yang diperlukan oleh kecambah, sedangkan SAP sebagai penyedia air untuk jangka panjang hingga kelembaban dapat terjaga dengan baik. Dengan kata lain komposisi tanah + bokasi + SAP merupakan media tanam yang bagus digunakan sebagai media tanam di daerah kering.

Hasil Perhitungan Tinggi Kecambah Dari pengukuran tinggi tanaman benih akasia, diperoleh Hasil uji F pada taraf kesalahan 5%, menunjukkan bahwa faktor perlakuan media berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman akasia. Berikut

hasil perhitungan uji Duncan kecambah akasia.

Tabel 3. Rata-rata tinggi kecambah (cm) benih perkecambahan Perlakuan Rata-Rata Tinggi Kecambah 7 14 21 Kontrol 1,5 b 3,5 b 0,00 a Tanah + Bokasi 1,67 b 4,33 b 0,00 a Tanah + SAP 0,00 a 0,00 a 0,00 a Tanah + Bokasi + SAP 2 b 4,83 b 6,83 b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata. Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (DMRT0,05)

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa tinggi kecambah akasia (Acacia

mangium) yang diamati pada hari ke-7

hingga hari ke-14 setelah tanam menunjukkan tidak adanya perbedaan yang terhadap kontrol pada perlakuan tanah + bokashi dan tanah + bokashi + SAP, namun adanya pengaruh beda nyata terhadap perlakuan tanah + SAP. Namun, pada hari ke-21 terlihat perlakuan yang berbeda nyata teradap kontrol dan perlakuan lain yaitu pemberian tanah + bokasi + SAP. Hal ini dikarenakan persediaan bahan organik dan air pada masing-masing perlakuan berbeda, pada perlakuan tanah + bokashi + SAP persediaan bahan organik dan air masih mencukupi untuk pertumbuhan kecambah akasia.

Pada hari ke-7 kecambah tertinggi dimiliki oleh perlakuan tanah + bokashi + SAP sebesar 2 cm, dibandingkan dengan kontrol sebesar 1,5 cm dan tanah bokasi 1,67 cm. Pada hari ke-14 kecambah paling tinggi yaitu perlakuan tanah + bokasi + SAP sebesar 4.84 cm, dibandingkan dengan kontrol sebesar 3,5 cm dan tanah + bokashi sebesar 4,33 cm. Pada hari ke-21 kecambah tanah + bokashi + SAP terus tumbuh hingga mencapai 6,83 cm. Hal ini dapat diketahui bahwa perlakuan tanah + bokashi + SAP merupakan perlakuan yang

(5)

menghasilkan kecambah akasia lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain.

Kelembaban Media Tanam

Media tanam yang digunakan pada masing-masing perlakuan hanya disiram satu kali pada hari pertama, selanjutnya media tidak disiram. Kelembaban media tanam diperiksa menggunakan higrometer. Berikut hasil penelitian kelembaban media tanam hingga 21 hari:

Tabel 4. Kelembaban media tanam

Perlakuan

Hari ke-

0 7 14 21

I II II I II III I II III I II III

Kontrol 65 65 65 61 60 58 50 52 45 46 45 43,5 T + B 65 65 65 58 52,5 56,5 50 50 47 47 45 41 T + SAP 65 65 65 62,5 57,5 61 60 56 54,5 57 54 53 T + B+

SAP 65 65 65 63 62 60 61 55,5 56 56 55 54 Keterangan : T = Tanah, B = Bokashi,

Dari hasil perhitungan kelembaban media tanam menunjukkan pada perlakuan media Tanah + Bokashi + SAP pada hari ke-21 kelembabannya tidak terlalu beda dengan hari ke-0. Sedangkan pada perlakuan media yang lain terlihat perbedaan yang jauh. Kelembaban sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kecambah, sehingga harus benar-bener dilihat agar mendapatkan hasil tanam yang bagus.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Media tanam yang diberi perlakuan tanah + bokashi + SAP lebih bagus digunakan untuk media perkecambah benih akasia didaerah kering.

2. Media tanam yang diberi perlakuan tanah + bokashi + SAP merupakan

perlakuan yang menghasilkan kecambah akasia lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. 3. Media tanam yang terdiri dari tanah +

bokashi + SAP merupakan media yang cocok untuk dijadikan media tanam di daerah kering.

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan bokashi dan super absorbent polimer sebagai penyerap air dan media perkecambahan tanaman akasia didaerah kering.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, zainal. 2012. Sintesis Dan karakterisasi Polimer Superabsorben dari Akrilamida. Jurnal Teknik Kimia Indonesia (Vol.11). No.2. Bandung : Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung. Adiwinata, Ani. 2002. Rehabilitasi Hutan

Indonesia. Bogor : CIFOR. Agus, Fahmudin. 2013. Teknologi

Konservasi Air Dan Irigasi Suplemen Untuk Optimasi Pertanian Lahan Kering. Jurnal Sistem Integrasi. Kutai : Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Arsyad, Sitanala. 2008. Penyelamatan Tanah, Air, Dan Lingkungan. Edisi Pertama. Bogor : IPB Press. Day, R.A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi kedua. Jakarta : Eirlangga.

Erfandi, Dedi. 2010. Teknik Konservasi Tanah Lahan Kering Untuk Mengatasi Degradasi Lahan. Jurnal Konservasi Tanah Dan

Air. Bogor : Balai Penelitian

(6)

Indriani. 2005. Membuat Pupuk Kompos Secara Kilat. Jakarta : PT. Penebar Swadaya

Istiqomah, Siti. 2007. Menanam Hidroponik. Jakarta : Azka Press. Krisnawati, Haruni. 2011. Acacia

mangium Willd. Bogor :

CIFOR.

Mansur, Irdika. 2010. Kayu Jabon. Halaman 13. Jakarta : PT. Penebar Swadaya.

Pangaribuan, Darwin. 2008. Pemanfaatan Kompos Jerami Untuk Meningkatkan Produksi Dan Kualitas Buah Tomat. Jurnal

Seminar Nasional Sains Dan Teknologi. Bandar Lampung :

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Prastowo. 2005. Teknik Peembibitan Dan Perbanyakan Vegetatif. Jakarta : Winrock Internasional.

Rahmatia, Diah. 2006. Bercocok Tanam. Semarang : PT. Sinar Wadja Lestari.

Redaksi PS. 2008. Media Tanam Untuk

Tanaman Hias. Depok : Penebar

Swadaya

Rukmana, Rahmat. 2009. Teknik Pengolahan Berbukit Dan Kritis. Yogyakarta : Kanisius.

Sedjati, Subur. 2013. Kajian Pemberian Bokashi Jerami Padi Pada Kacang Tanah. Jurnal Education

Biologi. (Vol.3). Tangerang :

Program Studi Tadris Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Soeharsono. 2011. Sistem Integrasi Tanaman Di Lahan Kering. Jurnal Konservasi Tanah.

Yogyakarta : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.

Susanto, Rachman. 2004. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta : PT. Karnisius.

Swantomo, Dewi. 2008.Pembuatan Komposit Superabsorbent Dengan Mesin Berkas Elektron. Jurnal Seminar Nasional. (Vol.4). Batan : Sekolah Tinggi Ilmu Nuklir

Thomas. 2004. Tanaman Obat Tradisional. Edisi kedua. Yogyakarta : PT. Karnisius.

Gambar

Tabel 2. Hasil Pengamatan dan Peritungan  Jumlah Biji yang Tumbuh
Tabel  3.  Rata-rata  tinggi  kecambah  (cm)  benih perkecambahan  Perlakuan  Rata-Rata Tinggi Kecambah  7  14  21  Kontrol  1,5  b 3,5  b 0,00  a Tanah + Bokasi  1,67  b 4,33  b 0,00  a Tanah + SAP  0,00  a 0,00  a 0,00  a Tanah + Bokasi  + SAP  2  b 4,83
Tabel 4. Kelembaban media tanam

Referensi

Dokumen terkait

Kasudin Perindustrian dan Energi Jakarta Barat, Chairil Anwar, men- gaku sudah menindak lanjuti keluhan warga tersebut dengan memperbaiki lampu yang padam dan sekarang

Dari pengujian aplikasi yang telah dilakukan, waktu yang didapatkan untuk melakukan proses enkripsi dan dekripsi untuk 1 kunci akan dikalikan dengan total seluruh

Analisis dengan pengujian Chi-square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan keberadaan zat pewarna dan pengawet terlarang pada

Lingkungan implementasi meliputi perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk menjalankan Sistem Pendukung Keputusan Menentukan Pakan terbaik Pembesaran Ikan

Interpretasi yang mereka lakukan menentukan mereka akan memiliki konsep diri positif atau konsep diri negatif (Hurlock, 1992, h. 203) mengatakan bahwa umpan balik dari orang

> 75 89 75 TL Total 108 Berdasarkan hasil analisis tes penilaian keterampilan praktikum pada tabel 4.15 dapat dijelaskan bahwa dari 108 jumlah peserta didik, ada 89 peserta didik

dominan. Metode seperti ini disebut Metode Kuasa Invers dengan shift. Perbedaan yang signifikan antara Metode Kuasa Invers dan Metode Kuasa Invers dengan shift terletak