• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang dengan berbagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang dengan berbagai"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang dengan berbagai jenis permasalah yang mulai muncul didalamnya. Salah satu masalah utama yang sedang dihadapi Bangsa Indonesia adalah dalam bidang kependudukan yang dimana masih tingginya laju pertumbuhan penduduk sekarang ini.

Tujuan utama dari suatu proses pembangunan adalah untuk secara betahap meningkatkan produktifitas dan kemakmuran penduduk secara menyeluruh. Usaha-usaha tersebut dapat mengalami hambatan-hambatan, antara lain oleh karena perkembangan jumlah penduduk yang semakin cepat karena tingginya angka kelahiran. Tujuan lain adalah untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dengan cara mengurangi angka kelahiran, sehingga pertumbuhan penduduk tidak melebihi kapasitas produksi (Soekanto, 1995;431). Malthus berpendapat bahwa penduduk bertambah menurut deret ukur sementara persediaan bahan pangan bertambah menurut deret hitung, sehingga pertumbuhan penduduk akan selalu melewati pertumbuhan batas persediaan bahan pangan (Soelaiman, 1996 ; 124 ).

Pembangunan yang dilakukan pemerintah merupakan media perubahan terhadap masyarakat dan lingkungan dengan maksud menjadikan lebih baik dari sebelumnya. Salah satu faktor yang penting untuk menilai apakah program-program pembangunan yang dilaksanakan cukup berhasil atau bahkan gagal, akan ditunjukkan oleh bagaimana tanggapan masyarakat yang menjadi target atau sasaran dari program-program pembangunan tersebut.

Penduduk suatu Negara pada dasarnya merupakan sumber yang sangat penting dalam pembangunan, sebab penduduk merupakan subjek serta objek dalam suatu pembangunan. Yang dimaksud dengan manusia merupakan subjek dari pembangunan adalah bahwasanya manusia sebagai pelaksana pembangunan, sedangkan pengertian bahwa manusia merupakan objek dari pembangunan adalah manusia sebagai penerima langsung pembangunan. Salah

(2)

satu tanggung jawab utama negara adalah meningkatkan kesejahteraan penduduk serta mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap permasalahan kesejahteraan.

Sensus Penduduk Indonesia (SPI) 2010 adalah sebuah sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia pada tanggal 1 Mei - 15 Juni 2010. Awalnya sensus ditargetkan selesai pada 31 Mei 2010. Namun pada tanggal 31 Mei 2010, BPS memperpanjang waktu sensus penduduk Indonesia sampai tanggal 15 Juni 2010. Ada beberapa daerah yang sudah menyelesaikan sensus sebelum tanggal 31 Mei, ada juga yang selesai sebelum 15 Juni. Sumber lainnya menyatakan bahwa sensus penduduk secara resmi berakhir pada 30 Juni 2010. Ini adalah sensus penduduk ke-6 setelah Indonesia merdeka. Sensus ini menggunakan teknologi Intelligent Character Recognition/Optical Mark Reader (ICR/OMR).

Dalam sensus ini akan diajukan 43 pertanyaan mengenai: kondisi dan fasilitas perumahan dan bangunan tempat tinggal, karakteristik rumah tangga dan keterangan individu anggota rumah tangga. Biaya sensus ini Rp 3,3 triliun. BPS mengumumkan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 lebih banyak dari 237 juta orang namun tidak akan melebihi 238 juta orang. Hasil pengolahan Angka Sementara diumumkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia tanggal 16 Agustus 2010 di sidang paripurna DPR. ("Statistics Indonesia". http://www.bps.go.id/aboutus/20/10/2011).

Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah merupakan beban bagi negara. Apabila tidak secara langsung diambil langkah-langkah pencegahan, akan terjadi berbagai masalah kesejahteraan penduduk oleh adanya perubahan demografis yang seringkali tidak dirasakan. Masalah-masalah kesejahteraan tersebut menimbulkan berbagai hal, antara lain : bagaimana menyebarkan penduduk sehingga tercipta suasana serasi antara sesama penduduk yang berada diseluruh Indonesia, selanjutnya adalah

(3)

bagaimana mengusahakan penurunan angka kelahiran sehingga dapat menghambat laju perkembangan penduduk.

Tingginya angka kelahiran akan dapat diatasi dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Program KB merupakan suatu program pemerintah untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program KB ini mengubah paradigma masyarakat selama ini bahwa dalam sebuah keluarga harus ada anak laki-laki dan perempuan. Hal ini berarti sejalan dengan slogan KB bahwa dalam satu keluarga dua anak lebih baik, laki-laki maupun perempuan sama saja, tidak ada perbedaan. Program KB yang dikenal saat ini adalah buah pemikiran yang telah cukup lama dilakukan tokoh-tokoh atau pelopor di bidang kesehatan, baik di dalam maupun diluar negeri.

Di luar negeri upaya KB mula-mula sebelum abad 20, di negara barat sudah ada usaha pencegahan kelangsungan hidup anak karena berbagai alasan. Cara yang dilakukan saat itu yaitu membunuh bayi yang sudah lahir, atau melakukan abortus dan mencegah atau mengatur kehamilan seorang Ibu. Di Inggris, Maria Stopes. Upaya yang ditempuh untuk memperbaiki ekonomi keluarga buruh dengan cara mengatur kelahiran dalam keluarga buruh. Menggunakan cara-cara sederhana (kondom, pantang berkala).

Sedangkan di Amerika Serikat, Margareth Sanger memperoleh pengalaman dari Saddie Sachs, yang berusaha menggugurkan kandungan yang tidak diinginkan. Ia menulis buku “Family Limitation” (Pembatasan Keluarga). Hal tersebut merupakan tonggak permulaan sejarah berdirinya Keluarga Berencana. Sedangkan program KB vasektomi pertama kali dikerjakan oleh seorang ahli bedah Inggris pada tahun 1894 ini adalah salah satu metode kontrasepsi mantab bagi pria dengan biaya murah, efektif, sederhana, aman, yaitu dengan cara memotong kedua saluran sperma (Vas Deferens), sehingga pada saat ejakulasi cairan mani yang dikeluarkan tidak lagi mengandung sperma sehingga tidak terjadi

(4)

kehamilan. Hal tersebut sejalan dengan ditinggalkannya cara-cara mengatur kehamilan secara tradisional dan mulai digunakan alat-alat kontrasepsi yang memenuhi syarat medis, maka dimulailah usaha-usaha KB dengan tujuan dan sasaran yang lebih luas, tidak terbatas pada upaya mewujudkan kesehatan ibu dan anak dengan cara membatasi kehamilan atau kelahiran. Di Indonesia, KB diperkenalkan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), yang terbentuk tanggal 23 Desember 1957, di jalan Sam Ratulangi No. 29 Jakarta. Atas prakarsa dari dr. Soeharto yang didukung oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro serta Dr. Hurustiati Subandrio. Sebuah lembaga sosial masyarakat yang dibentuk pada saat kepemimpinan Soekarno. Beliau dikenal sebagai seorang nasionalis terhadap menentukan setiap kebijakannya.

Dengan sikapnya yang menunjukkan ketidak ketergantungan terhadap berbagai tekanan kebijakan negara asing, Soekarno banyak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kekuatan-kekuatan negara asing yang mendukung ide pengendalian kehamilan. Pengaruhnya terlihat pada tidak adanya dukungan terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh PKBI.

Dasar pemikiran lahirnya Keluarga Berencana (KB) di Indonesia adalah adanya permasalahan kependudukan. Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan adalah :

1. Jumlah besarnya penduduk, 2. Jumlah pertumbuhan penduduk, 3. Jumlah kematian penduduk, 4. Jumlah kelahiran penduduk, dan 5. Jumlah perpindahan penduduk.

(5)

Pendekatan yang dilakukan oleh PKBI pada masa itu lebih kepada pendekatan yang berorientasi pada kesehatan ibu, serta pelayanan yang diberikan kepada ibu-ibu yang memiliki resiko tinggi dalam melahirkan. Dalam menghadapi kondisi seperti ini, badan-badan dana asing mengambil sikap dengan mengirimkan para intelektual setempat, ke negara-negara barat untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan masalah KB, dengan harapan bahwa pada suatu waktu mereka akan mewariskan pengetahuan tersebut. Investasi ini memberikan hasil ketika Indonesia mulai berada dibawah kepemimpinan Soeharto (Adrina, 1998;16).

Pada tahun 1970 KB diresmikan menjadi program nasional dan dibentuklah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Ditetapkan melalui keputusan Presiden RI Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional. Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada Presiden dan dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat yang dibantu Dewan Pembimbing Keluarga Berencana. Dalam upaya mengkontrol laju pertumbuhan penduduk, baik dari sisi finansial maupun organisasional. Sejak saat itu orientasi program tidak lagi ditekankan pada kesehatan perempuan, akan tetapi berorientasikan pada penekanan laju petumbuhan penduduk yang sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya demi laju petumbuhan ekonomi yang direncanakan.

Selama hampir 30 tahun lamanya program KB berjalan, dari tahun 1970 sampai tahun 2000, masyarakat Indonesia baru dapat menerima bahwa KB adalah kebutuhan. Angka tercatat terdapat penurunan TFR dari tahun 1970 sampai 2000. TFR sendiri adalah singkatan dari Total Fertility Rate, yaitu rata-rata kemampuan seorang perempuan melahirkan bayi (tentangkb.wordperss.com/12/2011). Berdasarkan data yang dicatat oleh BKKBN, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1970 lebih kurang tercatat sekitar 110 juta jiwa. Setelah

(6)

dilaksanakan program KB, pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia adalah berkisar 203 juta jiwa. Jika program KB tidak dilaksanakan, BKKBN memprediksi jumlah penduduk Indonesia akan bertambah hingga 282 juta jiwa pada tahun 2000. (tentangkb.wordperss.com/12/2011).

Seiring dengan perubahan paradigma di masyarakat BKKBN melakukan pengelolaan KB nasional secara lebih baik lagi, hingga dapat menyesuaikan kondisi lingkungan sekitar. Pembangunan di Indonesia sejak awal reformasi hingga era desentralisasi dan globalisasi, serta good government, akan banyak mewarnai perjalanan program KB yang lebih baik lagi. Rencana dan strategi BKKBN adalah merumuskan kembali visi dan misi, yaitu " Seluruh keluarga ikut dan mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera ".

BKKBN sukses melaksanakan programnya pada tahun 1980-1990. Dengan adanya bukti bahwa Indonesia sempat menjadi patokan dunia internasional dalam pengelolaan KB. Pada saat itu tidak kurang dari 4.000 peserta dari sekitar 97 negara telah belajar KB di Negara Indonesia. Namun pada saat ini terjadi penurunan citra dan BKKBN tidak lagi sesukses dulu. Hal ini disebabkan oleh adanya demokrasi dan kebebasan menentukan jumlah anak pada setiap keluarga.

Oleh karena itu BKKBN sekarang ini berupaya membenahi secara menyeluruh serta meningkatkan mutu program-program yang ada. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat menilai BKKBN berfungsi seperti semula di tahun 1980-1990 (Meilani, 2010;31).

Program Keluarga Berencana (KB) secara terus berkembang hingga saat ini, sehingga program KB yang salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan mengunakan metode kontrasepsi supaya dapat menciptakan Kesejahteraan Ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.

(7)

Berbagai Program Keluarga Berencana yang ada, antara lain :

1. Keluarga berencana,

2. Kesehatan reproduksi remaja,

3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga,

4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas, 5. Keserasian kebijakan kependudukan,

6. Pengelolaan SDM aparatur,

7. Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan, dan 8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.

Paradigma baru dalam Program Keluarga Berencana Nasional (PKBN) telah dikembangkan dengan visi mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi “Keluarga berkualitas 2015” untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, Harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Gerakan Keluarga Berencana Nasional (GKBN) selama ini telah berjalan dengan mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun suatu keluarga kecil yang semakin mandiri. Keberhasilan tersebut harus tetap diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena dari pencapaian suatu program belum sesuai yang diharapkan. Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih sebatas dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). (BKKBN,2005)

Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan-kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus menerus penduduk akan di pengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (fertilitas), tetapi secara bersamaan pula akan di kurangi oleh jumlah kematian (mortalitas) yang terjadi pada

(8)

semua golongan umur, serta perpindahan penduduk (mobilitas) juga akan mempengaruhi bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk di suatu negara atau daerah .

Peran serta kepala rumah tangga dalam program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia sangat diperlukan karena biasanya suami lebih dominan sebagai penentu kebijaksanaan di dalam keluarga. Berbagai cara Keluarga Berencana (KB) yang melibatkan pria adalah : pantang berkala, senggama terputus, kondom dan vasektomi.

Untuk pasangan suami-istri yang ingin menunda atau menjarangkan kehamilan maka cara pantang berkala, senggama terputus dan kondom cukup efektif oleh karena meskipun gagal, anak tetap masih diharapkan sedangkan untuk yang tidak menginginkan kehamilan lagi maka cara vasektomi adalah yang paling baik dilakukan.

Vasektomi adalah salah satu program Keluarga Berencana (KB) yang dilakukan kepada seorang Kepala rumah tangga dengan cara melakukan operasi kecil yang berfungsi untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas

defferent), sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama. Vasektomi sebetulnya

bukanlah metode kontrasepsi pilihan, melainkan cara lain bikin lelaki menjadi tidak bisa menghamili secara permanen. Eloknya keputusan untuk vasektomi tidak boleh begitu saja diambil sesederhana suami memilih kondom.

Bukan pertimbangan apa efeknya terhadap penampilan dan kinerja seks yang mungkin ditimbulkannya yang perlu lebih banyak dipikirkan, melainkan apa keputusan itu sudah final bagi pasangan suami-istri. Keputusan vasektomi sepihak oleh suami saja, sering bermasalah dalam keluarga di belakang hari. (BKKBN,2007)

Masalah mungkin dalam hal suami menjadi lebih enteng untuk selingkuh, lantaran merasa yakin tidak bakal menghamili lagi. Dokter di Indonesia sesungguhnya sudah sejak tahun 80-an memanfaatkan vasektomi sebagai kontrasepsi bedah untuk pria. Nyatanya

(9)

sampai sekarang, masih belum begitu bersambut. Mungkin lebih karena alasan ego suami, rasa takut dibedah yang umumnya lebih besar dari sekadar ketakutan pihak istri belaka.

Saluran air mani (vas deferens) diputuskan sehingga sperma dari dalam testis tidak akan keluar bersama cairan mani lain pada saat melakukan hubungan suami istri (Tjokronegoro,2003). Vasektomi ini tidak sama dengan kebiri atau kastrasi yang mengangkat buah pelir, bekas operasi hanya berupa satu luka kecil ditengah atau diantara kiri dan kanan kantong zakar ( kantong Buah Pelir).

Selama ini yang ada dalam pola pemikiran masyarakat yang diketahui bahwa ber-KB merupakan masalah seorang Ibu rumah tangga saja. Padahal disadari banyak keluhan dari para Istri yang tidak cocok menggunakan salah satu alat kontrasepsi atau jenis alat KB yang dipergunakan oleh seorang Istri berdampak gemuk, pusing dan keluhan kesehatan.

Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif dalam mencegah kehamilan secara permanen. Setelah menjalani tindakan vasektomi, ada upaya tindak lanjut yang harus dijalani oleh akseptor yaitu perawatan luka operasi, pencegahan kehamilan dan kunjungan ulang. Tindakan vasektomi mempunyai efek atau keluhan. Efek atau keluhan yang muncul dapat berupa keluhan medis, keluhan psikologis dan terjadinya kehamilan.

Pendidikan mempunyai kaitan dengan penerimaan terhadap vasektomi demikian juga pekerjaan utama responden ternyata berhubungan dengan kondisi akseptor post vasektomi. Pengetahuan tentang vasektomi umumnya cukup baik (74,46%), dengan sikap yang mendukung terhadap vasektomi telah 7,8 tahun bervasektomi dan umumnya mereka mengetahui vasektomi pertama kali dari aparat desa. Adapun alasan mengikuti vasektomi yang terbanyak karena sudah sadar akan manfaat vasektomi (72,32%) Kondisi kesehatan

(10)

demikian juga 91,07% akseptor menyatakan tidak ada perubahan hubungan sosial setelah vasektomi. Dari responden yang ada 4 akseptor menyatakan terjadinya kehamilan setelah vasektomi, 2 diantaranya karena operasi belum sempurna, sedang yang lain diduga sudah terjadi konsepsi sebelum vasektomi. (www.bkkbn.go.id 2011)

Operasi dapat dilakukan di Puskesmas, tempat pelayanan kesehatan dengan fasilitas dokter ahli bedah, pemerintah dan swasta, dan karena tindakan vasektomi murah dan ringan. (Siswosudarmo,2007). Maka penulis menyusun penelitian “Respon Akseptor Terhadap Sosialisasi program KB Vasektomi yang diselenggarakan BKKBNSU diKota Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari Latar Belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan “Bagaimana Respon Akseptor Terhadap Sosialisasi program KB Vasektomi yang diselenggarakan BKKBNSU di Kota Medan?”. Dalam hal ini penelitian melihat dari segi aspek seberapa pengaruhnya program tersebut sebagai laju pertumbuhan penduduk dan bagaimana dampak dari keputusan menggunakan vasektomi Kota Medan selama berjalannya program tersebut selama ini.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar Respon Akseptor terhadap Sosialisasi Program KB Vasektomi yang telah disenggarakan oleh BKKBNSU di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa yang meneliti menambah wawasan dan pengetahuan tentang program keluarga berencana Vasektomi yang telah dilakukan oleh BKKBNSU di Kota Medan. 2. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa pemikiran dan masukan kepada pihak

(11)

mana respon akseptor KB. Dengan demikian dalam pelaksananya program tersebut dapat lebih baik dari sebelumnya.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini. 1.5 Sistematik Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian dan Sistematik Penulisan.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan Uraian Konsep Yang Berkaitan Dengan Masalah dan Objek Yang Di Teliti, Kerangka Pemikiran, Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional.

BAB III :METODE PENELITIAN

Berisikan Tipe Penelitian, Lokasi Penelitian, Subjek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data serta Teknik Analisis Data.

BAB IV :DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan Tentang Gambaran Umum Mengenai Lokasi Dimana Penelitian Melakukan Penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan Tentang Uraian Data Yang Diperoleh dalam Penelitian Beserta Analisisnya.

BAB VI :PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

mengembangkan aspek fisik, keseimbangan antara bermain aktif dan pasif, tidak berbahaya, memiliki nilai kebaikan, memiliki aturan dan tujuan yang jelas [14]. Jumlah

Salah satu argumentasi penafsiran ayat ba„ud}atan fama> fawqaha>, menurut al-Ra>ziy dalam kitabnya Mafa>tih} al-Ghayb, adalah berdasarkan sebab turunnya ayat

Jenis penelitian adalah operational research untuk mengetahui nilai pemakaian dan investasi obat, mengetahui jumlah pemesanan optimum dan waktu pemesanan kembali

Sebagian dari mereka mungkin akan menyuarakan ketidak puasan dengan mengajukan keluhan (complain), tetapi tidak sedikit pula dari mereka yang memilih untuk diam. Namun ada hal yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari nilai produksi, upah, dan jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2012 tentang Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik

Untuk pengawasan dan pembinaan dari pemerintah terhadap kegiatan usaha pertambangan di wilayah masyarakat hukum adat, perlu penggembangan instrumen- instrumen

program studi, nama dan kode mata kuliah, semester, sks, nama dosen pengampu; b) capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata kuliah; c) kemampuan akhir yang