• Tidak ada hasil yang ditemukan

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 1 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

PUTUSAN

Nomor 105 PK/TUN/2017

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

Memeriksa perkara tata usaha negara dalam peninjauan kembali telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara:

PT. SUGAR LABINTA, beralamat di Jalan Dadirejo Nomor 45, Malangsari, Tanjung Bintang, Lampung Selatan, Provinsi Lampung, diwakili oleh Ali Sandjaja Boedidarmo selaku Direktur;

Dalam hal ini memberi kuasa kepada: Ir. Erdin Silaban, S.H., M.M., dan Yandi Suhendra, S.H., keduanya kewarganegaraan Indonesia, Advokat pada Kantor SSF Law Firm And Partners, beralamat di Gedung Arva Lantai 3, Jalan Cikini Raya Nomor 60, Jakarta Pusat 10330, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 006/SL/Maret/2017 tanggal 13 Maret 2017;

Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Pemohon Kasasi/ Terbanding/Penggugat;

melawan:

DEPUTI BIDANG PELAYANAN PENANAMAN MODAL PADA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, berkedudukan di Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor 44, Jakarta Selatan 12190; Dalam hal ini memberi kuasa kepada Nur Rochmad, Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara Kejaksaan Agung Republik Indonesia, beralamat di Jalan Sultan Hasanuddin Nomor 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 3/A.8/2015 tanggal 25 Mei 2015, selanjutnya memberi kuasa substitusi kepada: 1). Nofarida, S.H., M.H., 2). M. Sunarto, S.H., M.H.; 3). B. Maria Erna E, S.H.,M.H., 4). Annissa Kusuma Hapsari, S.H.,M.H., 5). Hanifa, S.H., 6). Arie Eko Yuliearti, S.H., M.H., 7). Arry Djaelani, S.H., dan 8). Alheri, S.H., kesemuanya Jaksa Pengacara Negara, beralamat di Jalan Sultan Hasanuddin Nomor 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Substitusi Nomor SK-025/G/Gtn.2/05/2015 tanggal 28 Mei 2015;

Termohon Peninjauan Kembali dahulu Termohon Kasasi/Pembanding/Tergugat;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(2)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 2 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi/Terbanding/Penggugat telah mengajukan Peninjauan Kembali terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 306 K/TUN/2016, Tanggal 23 Agustus 2016 yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan sekarang Termohon Peninjauan Kembali dahulu Termohon Kasasi/Pembanding/Tergugat dengan posita gugatan sebagai berikut:

I. Objek Gugatan;

Surat dari Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal pada Badan Koordinasi Penanaman Modal tertanggal 09 Januari 2015 Nomor 24/A.8/2015 perihal Penjelasan Terkait Permohonan Fasilitas Barang dan Bahan PT. Sugar Labinta angka 4 huruf b, angka 5 huruf b dan huruf c, angka 6 dan angka 7;

II. Tenggang Waktu Gugatan;

1. Bahwa Penggugat mengajukan permohonan kepada Tergugat perihal Permohonan Fasilitas Pembebasan Bea Masuk Atas Pemasukan Bahan Baku untuk kegiatan produksi Gula Rafinasi pada fasilitas produksi yang Barang Modalnya Penanaman diimpor berdasarkan Surat Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 656/Pabean/2001 tanggal 5 Desember 2001 dan Surat Nomor 64/Pabean/2002/ tertanggal 14 Februari 2002 sebagaimana Surat Penggugat Nomor 68/PTSL/LM/ XII/2014 tanggal 5 Desember 2014;

2. Bahwa Tergugat kemudian membalas dan menyampaikan penjelasan kepada Penggugat sebagaimana tertuang dalam Surat yang disampaikan Tergugat kepada Penggugat Nomor 24/A.8/2015 tertanggal 9 Januari 2015 dan yang diterima dan diketahui oleh Penggugat pada tanggal 17 Januari 2015 yang pada pokoknya menyatakan Tergugat menolak permohonan Penggugat;

3. Bahwa Surat Penolakan Tergugat terhadap permohonan Penggugat dikeluarkan pada tanggal 9 Januari 2015 yang diterima dan diketahui Penggugat pada tanggal 17 Januari 2015 dan gugatan Penggugat diajukan pada tanggal 9 April 2015 dengan demikian gugatan diajukan masih dalam batas tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari sebagaimana ditentukan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(3)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 3 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

maka oleh karenanya syarat formil pengajuan gugatan Tata Usaha Negara terpenuhi;

III. Tentang alasan-alasan hukum Penggugat mengajukan gugatan;

A. Objek gugatan telah memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dengan alasan sebagai berikut:

1. Bahwa berdasarkan ketentuan Bagian Sembilan Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Pasal 22 s/d 24 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal pada pokoknya menyatakan Tergugat selaku Penyelenggara Negara atau Pejabat Tata Usaha Negara dibidang penanaman modal adalah pihak yang berwenang menerbitkan Surat Keputusan Pembebasan Bea Masuk;

2. Bahwa Surat Badan Koordinasi Penanaman Modal tentang Permohonan Fasilitas Barang dan Bahan PT. Sugar Labinta Nomor 24/A.8/2015 tertanggal 9 Januari 2015 yang dikeluarkan Tergugat adalah merupakan kegiatan eksekutif dari Tergugat yang ditujukan kepada Penggugat yang bersitat konkrit, individual dengan demikian Surat Keputusan tersebut adalah merupakan Surat Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Jo. Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara;

B. Objek gugatan yang dikeluarkan Tergugat telah bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yaitu ketentuan Bab X Fasilitas Penanaman Modal Pasal 18 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 3 huruf L Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal dan ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.011/2009 sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 53 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo. Undang-Undang

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(4)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 4 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dengan alasan sebagai berikut:

1. Bahwa ketentuan Bab X Fasilifas Penanaman Modal Pasal 18 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada pokoknya mengatur tentang pemberian fasilitas penanaman modal;

2. Bahwa ketentuan Pasal 3 huruf L Peraturan Presiden Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal pada pokoknya menyatakan BKPM mempunyai tugas pemberian pelayanan perizinan dan fasilitas penanaman modal;

3. Bahwa ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.011/2009pada pokoknya menyatakan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk;

4. Bahwa pemerintah guna mendorong investasi maka terhadap Penanaman Modal akan diberikan fasilitas pembebasan bea masuk atas impor mesin barang dan bahan untuk pembangunan atau pengembangan industri dalam rangka penanaman modal; 5. Bahwa awalnya PT. Lampung Bintang Semesta adalah

perusahaan PMDN adalah perusahaan yang memproduksi gula putih yang berlokasi di Kabupaten Lampung Selatan namun dalam melaksanakan proses produksi tidak dapat dilakukan secara maksimal karena mesin produksinya tidak mampu menunjang proses produksi;

6. Bahwa selanjutnya Penggugat pun masuk sebagai Penanaman Modal Asing (PMA) menggantikan PT. Lampung Bintang Semesta adalah untuk mendorong volume kapasitas produksi gula rafinasi menjadi sebesar 540.000 metric ton/tahun dengan demikian Penggugat selaku pihak penanaman modal berhak memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk atas impor mesin barang dan bahan untuk pembangunan atau pengembangan industri dalam rangka penanaman modal;

7. Bahwa akan tetapi guna mencapai volume kapasitas produksi agar mencapai 540.000 metric ton/tahun maka Penggugat perlu melakukan rehabilitasi terhadap mesin produksi yang terpasang

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(5)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 5 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

di mana Penggugat perlu mendatangkan (impor) peralatan mesin produksi dari luar negeri yang mana hal itu membutuhkan waktu; 8. Bahwa dengan pertimbangan produksi supaya tetap dapat berjalan maka sambil mempersiapkan rehabilitasi terhadap mesin produksi agar mencapai kapasitas produksi menjadi 540.000 metric ton/tahun selanjutnya oleh Tergugat dikeluarkanlah Surat Keputusan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 398/T/INDUSTRI/2008 Tentang Izin Usaha Industri tanggal 25 April 2008 kepada PT. Sugar Labinta dengan kapasitas produksi sebesar 225.000 metric ton/tahun dari yang seharusnya sebesar 540.000 metric ton/tahun;

9. Bahwa seiring dengan berjalannya waktu maka Penggugat telah mampu menyelesaikan produksi sebesar 225.000 metric ton/tahun dan selain itu kapasitas produksi mesin terpasang telah selesai dilakukan rehabilitasi sehingga mampu mencapai kapasitas produksi sebesar 540.000 metric ton/tahun lalu Penggugat mengajukan permohonan kepada Tergugat agar diterbitkan Surat Keputusan sisa fasilitas pembebasan bea masuk bahan dan barang sebesar 315.000 metric ton/tahun sebagaimana dimaksud dalam Surat Penggugat Nomor 168/PTSL/LM/XII/2014 tanggal 5 Desember 2014;

10. Bahwa Tergugat menolak permohonan yang diajukan Penggugat dengan berbagai alasan pembenar yang menyimpang dari tujuan yang dimaksud oleh Penggugat sebagaimana tertuang dalam Surat Tergugat tanggal 09 Januari 2015 Nomor 24/A.8/2015 perihal Penjelasan Terkait Permohonan Fasilitas Barang dan Bahan PT. Sugar Labinta angka 4 huruf b, angka 5 huruf b dan huruf c, angka 6 dan angka 7;

11. Bahwa alasan Tergugat sebagaimana tertuang dalam Surat Tergugat tanggal 09 Januari 2015 Nomor 24/A.8/2015 perihal Penjelasan Terkait Permohonan Fasilitas Barang dan Bahan PT. Sugar Labinta angka 4 huruf b, angka 5 huruf b dan huruf c, angka 6 dan angka 7 yang menyatakan pada pokoknya telah dilakukan perubahan Izin Usaha Penggugat Nomor 417/1/IU/lll/PMA/lndustri/2012 tanggal 25 Oktober 2012 tentang Perubahan Kapasitas Produksi terpasang menjadi 540.000 metric ton/tahun dalam Diktum Menetapkan Amar Pertama angka 7

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(6)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 6 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

Ketentuan Butir 2 tertulis atas perubahan kapasitas produksi sebagaimana ditetapkan dalam Izin Usaha Perubahan ini tidak diberikan fasilitas bea masuk atas impor bahan baku berupa gula kristal mentah/gula kasar (raw sugar);

12. Bahwa secara historis Penggugat masuk sebagai Penanaman Modal Asing (PMA) adalah untuk mendorong peningkatan kapasitas produksi agar mencapai 540.000 metric ton/tahun karena PT. Lampung Bintang Semesta tidak mampu melakukan proses produksi sebesar 540.000 ton/tahun yang mana untuk itu Penggugat telah mengeluarkan investasi yang cukup besar dan untuk itu Penggugat memperoleh hak pembebasan bea masuk barang dan bahan sejumlah 540.000 metric ton/tahun sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

13. Bahwa dengan penolakan fasilitas pembebasan bea masuk tersebut memiliki dampak negatif bagi Penggugat dimana Penguggat merasa sangat dirugikan karena dengan tidak diperolehnya pembebasan bea masuk dari bahan baku tersebut, Penggugat merasa terhambat dalam melaksanakan rencana Pembangunan atau pengembangan Industri dalam hal ini untuk melakukan penambahan, modemisasi, rehabilitasi dan/atau restrukturisasi dari alat-alat produksi industri;

14. Bahwa pertimbangan dikeluarkannya Surat Keputusan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 398/T/INDUSTRI/2008 Tentang Izin Usaha Industri tanggal 25 April 2008 kepada PT. Sugar Labinta dengan kapasitas produksi sebesar 225.000 metric ton/tahun dari yang seharusnya sebesar 540.000 metric ton/tahun agar proses produksi tetap dapat dilakukan sekaligus melakukan rehabilitasi mesin produksi agar mencapai kapasitas sebesar 540.000 metric ton/tahun;

15. Bahwa hal inilah yang tidak dimengerti oleh Tergugat yang mana Penggugat melakukan investasi penanaman modal dengan tujuan melakukan perubahan agar volume proses produksi yang awalnya tidak mampu mencapai produksi 540.000 metric ton/tahun menjadi mampu;

16. Bahwa Penggugat baru memperoleh fasilitas penanaman modal sebesar 225.000 metric ton/tahun dari 540.000 metric ton/tahun maka adalah telah berdasarkan hukum apabila Penggugat

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(7)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 7 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

menuntut sisa fasilitas penanaman modal sebesar 315.000 metric ton/tahun kepada Tergugat;

17. Bahwa tentang perubahan Izin Usaha Penggugat Nomor 417/l/IU/lll/ PMA/lndustri/2012 tanggal 25 Oktober 2012 tentang perubahan kapasitas produksi terpasang menjadi 540.000 metric ton/tahun memang harus dilakukan namun persolanya adalah hak Penggugat untuk memperoleh sisa fasilitas penanaman modal sebesar 315.000 metric ton/tahun tidak diberikan oleh Tergugat;

18. Bahwa dengan demikian Surat Tergugat tanggal 09 Januari 2015 Nomor 24/A.8/2015 perihal Penjelasan Terkait Permohonan Fasilitas Barang dan Bahan PT. Sugar Labinta angka 4 huruf b, angka 5 huruf b dan huruf c angka 6 dan angka 7 bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yaitu Bab X Fasilitas Penanaman Modal Pasal 18 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 3 huruf L Peraturan Presiden Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal dan ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.011/2009; C. Objek Gugatan dikeluarkan Tergugat telah bertentangan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik yaitu bertentangan dengan Asas Kepastian Hukum dan tujuan penanaman modal sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 53 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dengan alasan sebagai berikut: 1. Bahwa Asas Penyelenggaraan Penanaman Modal salah satunya

berdasarkan Asas Kepastian Hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;

2. Bahwa tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 3

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(8)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 8 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;

3. Bahwa Penggugat melakukan penanaman modal dengan maksud dan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka oleh karenanya berdasarkan undang-undang Penggugat berhak memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk;

4. Bahwa Tergugat adalah Penyelenggara Negara atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mempunyai tugas melaksanakan peraturan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal;

5. Bahwa perbuatan Tergugat yang menolak memberikan fasilitas pembebasan bea masuk kepada Penggugat sebagaimana yang telah diatur peraturan perundangan-undangan bertentangan dengan Asas Kepastian Hukum dan tujuan penanaman modal sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dengan demikian perbuatan Tergugat telah bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB) sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 53 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara;

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat mohon kepada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta agar memberikan putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan tidak sah atau batal Surat Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal pada Badan Koordinasi Penanaman Modal tanggal 09 Januari 2015 Nomor 24/A.8/2015 perihal Penjelasan Terkait Permohonan Fasilitas Barang dan Bahan PT. Sugar Labinta angka 4 huruf b, angka 5 huruf b dan huruf c, angka 6 dan angka 7;

3. Mewajibkan kepada Tergugat mencabut Surat Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal pada Badan Koordinasi Penanaman Modal tanggal 09

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(9)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 9 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

Januari 2015 Nomor : 24/A.8/2015 perihal Penjelasan Terkait Permohonan Fasilitas Barang dan Bahan PT. Sugar Labinta angka 4 huruf b, angka 5 huruf b dan huruf c, angka 6 dan angka 7;

4. Mewajibkan kepada Tergugat menerbitkan Surat Keputusan Pemberian Fasilitas Pembebasan Bea Masuk Bahan Dan Barang sebesar 315.000 metric ton/tahun atas nama Penggugat;

5. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat telah mengajukan eksepsi yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut: I. Eksepsi Mengenai Kewenangan Absolut Pengadilan Tata Usaha Negara;

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Tidak Berwenang Mengadili Perkara A Quo Karena Objek Sengketa Hanya Merupakan Surat Biasa Tidak Termasuk Dalam Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara; 1. Bahwa Penggugat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta terhadap Surat Deputi Pelayanan Nomor: 24/A.8/2015 tanggal 09 Januari 2015 perihal Penjelasan Terkait Permohonan Fasilitas Barang dan Bahan PT. Sugar Labinta;

2. Bahwa kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara Tata Usaha Negara diatur dalam Pasal 4 jo. Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya disebut “UU Nomor 5 Tahun 1986”) yang menyatakan bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara;

3. Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya disebut “UU Nomor 51 Tahun 2009”) disebutkan, “Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;”

4. Bahwa Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 mengatur bahwa, “Keputusan Tata Usaha Negara adalah Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(10)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 10 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata;”

5. Bahwa semua unsur sebagaimana terkandung dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tersebut secara komulatif harus terpenuhi agar suatu objek sengketa dapat dikategorikan sebagai Keputusan Tata Usaha Negara;

6. Salah satu unsur untuk dapat disebut Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 adalah berbentuk tertulis. Berdasarkan Penjelasan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Istilah "penetapan tertulis" terutama menunjuk kepada isi dan bukan kepada bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Keputusan itu memang diharuskan tertulis, namun yang disyaratkan tertulis bukanlah bentuk formalnya seperti surat keputusan pengangkatan dan sebagainya;

7. Menurut Indroharto, S.H., dalam Buku Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Buku I Beberapa Pengertian Dasar Hukum Tata Usaha Negara halaman 164, menyatakan:

“....kata “Penetapan” dalam Penetapan Tertulis tersebut menunjuk kepada isi hubungan hukum yang ditetapkan dalam Keputusan TUN yang bersangkutan yang dapat berupa:

- Kewajiban-kewajiban untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu atau untuk membiarkan sesuatu;

- Pemberian suatu subsidi atau bantuan; - Pemberian izin;

- Pemberian suatu status;”

Dari penjelasan Indroharto, S.H. dimaksud, dapat dikemukakan bahwa suatu penetapan tertulis tidak hanya dilihat dari bentuk fisiknya sebagai rangkaian frase/kalimat yang tertulis atau dari sisi redaksionalnya belaka melainkan harus dilihat isi muatan terkait hubungan hukum yang ditetapkan dalam keputusan Tata Usaha Negara tersebut;

8. Bahwa objek sengketa a quo dilihat dari bentuknya bukanlah suatu persetujuan ataupun penolakan terhadap permohonan tambahan fasilitas pembebasan bea masuk barang dan bahan oleh PT. SL,

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(11)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 11 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

sedangkan dilihat dari isinya objek sengketa a quo merupakan balasan dan memberikan penjelasan atas Surat Penggugat Nomor 168/PTSL/LM/XII/2014 tanggal 5 Desember 2014;

9. Bahwa bukan kali pertama Penggugat mengirimkan surat meminta tambahan fasilitas penanaman modal. Diantaranya Penggugat pernah mengirimkan surat sebagai berikut:

a. Surat Nomor 004/SL-LG/IX/2012 tanggal 12 November 2012; b. Surat Nomor 001/SL-LG/V/2013 tanggal 3 Juni 2013;

c. Surat Nomor 001/SL-LG/VII/2014 tanggal 21 Juli 2014; dan d. Surat Nomor 168/PTSL/LM/XII/2014 tanggal 5 Desember 2014; Dan setiap surat Penggugat, Tergugat telah menanggapi dengan memberikan penjelasan melalui:

a. Surat Nomor 1035/A.8/2012 tanggal 17 Desember 2012; b. Surat Nomor 159/A.8/2013 tanggal 29 Juli 2013;

c. Surat Nomor 269/A.8/2014 tanggal 4 September 2014;

d. Surat Nomor 24/A.8/2015 tanggal 9 Januari 2015 (in casu objek sengketa);

10. Selanjutnya menurut Indroharto, S.H. dalam Buku Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Buku I Beberapa Pengertian Dasar Hukum Tata Usaha Negara halaman 171, menyatakan:

“.... suatu tindakan hukum Tata Usaha Negara adalah suatu keputusan yang menciptakan, atau menentukan mengikatnya atau menghapuskannya suatu hubungan hukum TUN yang telah ada; Jadi untuk dapat dianggap sebagai suatu hubungan hukum Tata Usaha Negara yang telah ada. Maka keputusan Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara itu harus merupakan suatu tindakan hukum, artinya dimaksud untuk menimbulkan suatu akibat hukum Tata Usaha Negara;

Apabila suatu perbuatan Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara itu bukan merupakan suatu tindakan hukum (artinya tidak dimaksudnya untuk menimbulkan suatu akibat hukum Tata Usaha Negara), maka sudah tentu tidak dapat digugat ke Peradilan Tata Usaha Negara;” 11. Bahwa objek sengketa a quo bukan merupakan Keputusan Tata

Usaha Negara karena objek sengketa a quo tidak memenuhi unsur Final dan tidak menimbulkan akibat hukum Tata Usaha Negara bagi Penggugat. Makna dari “menimbulkan akibat hukum” adalah

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(12)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 12 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

menimbulkan akibat hukum Tata Usaha Negara, karena penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha yang menimbulkan akibat hukum tersebut adalah berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara. Akibat hukum Tata Usaha Negara tersebut dapat berupa:

a) Menguatkan suatu hubungan hukum atau keadaan hukum yang telah ada (declaratoir), misalnya surat keterangan dari Pejabat Pembuat Akta Tanah yang isinya menyebutkan antara A dan B memang telah terjadi jual beli tanah atau surat keterangan dari Kepala Desa yang isinya menyebutkan tentang asal-usul anak yang akan nikah;

b) Menimbulkan suatu hubungan hukum atau keadaan hukum yang baru (constitutief), misalnya Keputusan Jaksa Agung tentang pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil atau Keputusan Menteri Perdagangan yang isinya menyebutkan suatu Perseroan Terbatas diberikan izin mengimpor suatu jenis barang;

12. Bahwa objek sengketa a quo tidak mengandung tindakan hukum Tata Usaha Negara tertentu terhadap Penggugat sebab objek sengketa a quo hanya merupakan surat balasan terhadap Surat Penggugat Nomor 168/PTSL/LM/XII/2014 tanggal 5 Desember 2014. Dengan demikian objek sengketa bukan merupakan Keputusan Tata Usaha Negara dan sudah tentu tidak dapat digugat ke Peradilan Tata Usaha Negara;

13. Bahwa dalam gugatannya, Penggugat pada pokoknya mempermasalahkan mengenai permintaan pemberian tambahan fasilitas pembebasan bea masuk barang dan bahan. Selain itu Penggugat menilai objek sengketa sebagai suatu penolakan atas permintaan pemberian tambahan fasilitas pembebasan bea masuk barang dan bahan tersebut. Padahal terhadap permintaan pemberian tambahan fasilitas pembebasan bea masuk barang dan bahan tersebut sudah pernah diputuskan dalam Izin Usaha Perubahan Nomor: 417/1/IU/III/PMA/INDUSTRI/2012 tanggal 25 Oktober 2012 perihal Perubahan Kapasitas Produksi Terpasang Per Tahun atas nama PT. Sugar Labinta, yang didalamnya memberikan persetujuan mengenai perubahan kapasitas produksi terpasang per tahun sebanyak 540.000 Ton untuk gula rafinasi dan 11.800 Ton untuk Molases, dan secara tegas menyatakan tidak dapat diberikannya

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(13)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 13 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

fasilitas pembebasan bea masuk barang dan bahan atas perubahan kapasitas produksi tersebut;

14. Bahwa Izin Usaha Perubahan Nomor 417/1/IU/III/PMA/ INDUSTRI/ 2012 tanggal 25 Oktober 2012 merupakan suatu Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat konkret, individual dan final serta menimbulkan akibat hukum bagi Penggugat, sebagaimana ketentuan Pasal 1 angka 9 UU Nomor 51 Tahun 2009 dan Penjelasan Pasal 1 butir 3 UU Nomor 5 Tahun 1986. Dengan demikian telah terdapat Keputusan Tata Usaha Negara terkait permintaan pemberian tambahan fasilitas pembebasan bea masuk barang dan bahan oleh Penggugat yaitu Izin Usaha Perubahan Nomor: 417/1/IU/III/PMA/ INDUSTRI/2012 tanggal 25 Oktober 2012;

15. Mengacu kepada uraian yuridis sebagaimana di atas, maka Tergugat sampaikan bahwa objek sengketa a quo bukanlah suatu Keputusan Tata Usaha Negara karena tidak memenuhi seluruh unsur yang terdapat dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 jo. Penjelasan Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 yaitu tidak memenuhi unsur “Penetapan Tertulis, dan Tidak menimbulkan akibat hukum;”

Oleh karena objek sengketa a quo bukanlah suatu Keputusan Tata Usaha Negara, maka tidak terdapat sengketa Tata Usaha Negara sebagai akibat diterbitkannya objek sengketa, oleh karena itu Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tidak berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara Nomor: 80/G/2015/ PTUN-JKT;

Mengingat Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman sudah selayaknya Majelis Hakim memberikan putusan terlebih dahulu mengenai eksepsi Tergugat sebelum memeriksa pokok sengketa;

II. Eksepsi Lain;

Eksepsi Gugatan Penggugat Error In Objecto;

Bahwa yang menjadi objek sengketa dalam perkara a quo, adalah Surat Nomor: 24/A.8/2015 tanggal 9 Januari 2015 perihal Penjelasan terkait permohonan fasilitas barang dan bahan PT. Sugar Labinta. Objek sengketa a quo hanya merupakan jawaban/penjelasanatas Surat Penggugat Nomor 168/PTSL/LM/XII/2014 tanggal 5 Desember 2014.

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(14)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 14 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

Dilihat dari bentuknya objek sengketa a quo bukanlah suatu persetujuan ataupun penolakan terhadap permohonan tambahan fasilitas pembebasan bea masuk barang dan bahan oleh PT. SL;

Bahwa dalam gugatannya, Penggugat pada pokoknya mempermasalahkan mengenai permintaan pemberian tambahan fasilitas pembebasan bea masuk barang dan bahan. Selain itu, Penggugat menilai objek sengketa sebagai suatu penolakan atas permintaan pemberian tambahan fasilitas pembebasan bea masuk barang dan bahan tersebut. Padahal terhadap permintaan pemberian tambahan fasilitas pembebasan bea masuk barang dan bahan tersebut sudah pernah diputuskan dalam Izin Usaha Perubahan Nomor 417/1/IU/III/PMA/INDUSTRI/2012 tanggal 25 Oktober 2012 perihal Perubahan Kapasitas Produksi Terpasang Per Tahun atas nama PT. Sugar Labinta, yang didalamnya memberikan persetujuan mengenai perubahan kapasitas produksi terpasang per tahun sebanyak 540.000 Ton untuk gula rafinasi dan 11.800 Ton untuk Molases, dan secara tegas menyatakan tidak dapat diberikannya fasilitas pembebasan bea masuk barang dan bahan atas perubahan kapasitas produksi tersebut;

Bahwa oleh karena mengenai permintaan pemberian tambahan fasilitas pembebasan bea masuk barang dan bahan oleh PT. SL sudah pernah diputuskan dalam Izin Usaha Perubahan Nomor 417/1/IU/III/PMA/ INDUSTRI/2012 tanggal 25 Oktober 2012, maka gugatan Penggugat dengan objek sengketa Surat Deputi Pelayanan Nomor 24/A.8/2015 tanggal 9 Januari 2015, merupakan gugatan yang error in objecto;

Menimbang, bahwa amar Putusan PengadilanTata Usaha Negara Jakarta Nomor 80/G/2015/PTUN-JKT, Tanggal 28 Oktober 2015 adalah sebagai berikut:

Dalam Eksepsi:

- Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya; Dalam Pokok Sengketa:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;

2. Menyatakan tidak sah surat Tergugat tertanggal 09 Januari 2015, Nomor 24/A.8/2015, perihal Penjelasan terkait permohonan fasilitas barang dan bahan PT Sugar Labinta;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(15)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 15 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

3. Mewajibkan kepada Tergugat untuk mencabut Surat Tergugat tertanggal 09 Januari 2015, Nomor 24/A.8/2015, perihal Penjelasan terkait permohonan fasilitas barang dan bahan PT Sugar Labinta;

4. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam sengketa ini sebesar Rp 8.938.400,00 (delapan juta sembilan ratus tiga puluh delapan ribu empat ratus rupiah);

5. Menolak gugatan Penggugat selebihnya;

Menimbang, bahwa amar Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta Nomor 24/B/2016/PT.TUN.JKT, Tanggal 11 Maret 2016 adalah sebagai berikut:

1. Menerima permohonan banding dari Tergugat/Pembanding;

2. Membatalkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor 80/G/2015/PTUN-JKT, tanggal 28 Oktober 2015 yang dimohonkan banding;

MENGADILI SENDIRI : Dalam Eksepsi:

- Menerima eksepsi Tergugat/Pembanding tentang kewenangan absolut pengadilan;

Dalam Pokok Perkara;

1. Menyatakan gugatan Penggugat/Terbanding tidak diterima;

2. Menghukum Penggugat/Terbanding membayar biaya perkara pada kedua

tingkat peradilan yang pada tingkat banding ditetapkan sebesar Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah);

Menimbang, bahwa amar Putusan Mahkamah Agung Nomor 306 K/TUN/2016, Tanggal 23 Agustus 2016 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut:

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: PT. SUGAR LABINTA tersebut;

Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu Rupiah);

Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap tersebut, yaitu Putusan Mahkamah Agung Nomor 306 K/TUN/2016, Tanggal 23 Agustus 2016 diberitahukan kepada Pemohon Kasasi/Terbanding/Penggugat pada tanggal 28 Desember 2016, kemudian terhadapnya oleh Pemohon Kasasi/Terbanding/Penggugat dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 006/SL/Maret/2017 tanggal 13 Maret 2017 diajukan permohonan peninjauan kembali secara tertulis di

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(16)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 16 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada tanggal 16 Maret 2017, sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Peninjauan Kembali Nomor 80/G/2015/PTUN-JKT yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, permohonan tersebut disertai alasan-alasannya yang diterima di Kepaniteraan PengadilanTata Usaha Negara tersebut pada tanggal 16 Maret 2017;

Menimbang, bahwa tentang permohonan peninjauan kembali tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama pada tanggal 20 Maret 2017, kemudian terhadapnya oleh pihak lawannya diajukan Jawaban Memori Peninjauan Kembali yang diterima di Kepaniteraan PengadilanTata Usaha Negara Jakarta pada tanggal 20 April 2017;

Menimbang, bahwa permohonan peninjauan kembali a quo beserta alasan-alasannya diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, maka secara formal dapat diterima;

ALASAN PENINJAUAN KEMBALI

Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan alasan-alasan peninjauan kembali yang pada pokoknya sebagai berikut: ALASAN PERTAMA

1. Bahwa berdasarkan Keputusan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 417/1/IU/III/PMA/INDUSTRI/2012 Perihal Perubahan kapasitas produksi terpasang per tahun atas nama Pemohon Peninjauan Kembali pada tanggal 25 Oktober 2012 yang ditujukan kepada Pemohon Peninjauan Kembali pada pokoknya Keputusan tersebut terbit karena:

 Surat Permohonan Pemohon Peninjauan Kembali yang diterima Badan Koordinasi Penanaman Modal tanggal 24 Oktober 2012;

 Surat Persetujuan Kepala Dinas Promosi Investasi Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung Tentang Perubahan Status Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi Penanaman Modal Asing No. 36/V/PMA/2002 tanggal 12 Oktober 2002 jo. No. 039/18/III/PMA/2003 tanggal 18 Januari 2003;

 Izin Usaha Industri No. 398/T/INDUSTRI/2008 tanggal 25 April 2008;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(17)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 17 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017  Laporan Hasil Pengawasan/ Pemantauan penanaman modal oleh Tim

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Lampung Selatan tanggal 2 Februari 2012;

 Hasil Pemeriksaan Lapangan Tim Badan Koordinasi Penanaman Modal tanggal 19 Oktober 2012

2. Bahwa yang menjadi objek sengketa di dalam perkara a quo adalah Surat dari Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal pada Badan Koordinasi Penanaman Modal tertanggal 09 Januari 2015 Nomor 24/ A.8/ 2015 perihal Penjelasan Terkait Permohonan Fasilitas Barang Dan Bahan PT. Sugar Labinta angka 4 huruf b, angka 5 huruf b, dan huruf c, angka 6 dan angka 7; 3. Bahwa di dalam pertimbangan hukum Majelis Hakim pada Peradilan Tingkat Pertama yaitu pada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta telah menjabarkan secara jelas terperinci kontruksi hukumnya yaitu bahwa: Dalam Eksepsi:

1) Majelis Hakim berpedoman pada Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyatakan bahwa Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara;

2) Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan bahwa sengketa tata usaha negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara baik dipusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku;

3) Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan bahwa keputusan tata usaha negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan tata usaha negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, bersifat kongkrit, individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata;

4) Bahwa selanjutnya pengertian menimbulkan akibat hukum menurut Indroharto, S.H. adalah menimbulkan suatu perubahan dalam suasana

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(18)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 18 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

hubungan hukum yang telah ada karena sebagai tindakan hukum ia selalu dimaksudkan untuk menimbulkan suatu akibat hukum. Perubahan dalam hubungan hukum yang telah ada tersebut antara lain melahirkan hubungan hukum yang baru, menghapuskan hubungan hukum yang telah ada, menetapkan suatu status dan sebagainya;

5) Bahwa selanjutnya dikaitkan dengan keputusan objek sengketa khususnya pada isi substansinya point ke-7 yang menyebutkan “berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka permohonan fasilitas pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan gula kristal mentah/ gula kasar (raw sugar) tidak dapat kami pertimbangkan” maka terdapat fakta hukum bahwa permohonan Penggugat telah ditolak oleh Tergugat dengan demikian Penggugat telah kehilangan haknya untuk mendapatkan pembebasan bea masuk bahan dan barang oleh karena itu terbitnya Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa telah menimbulkan perubahan hukum yang ada pada Penggugat yang semula mempunyai harapan untuk mendapatkan pembebasan bea masuk bahan dan barang yang akan di impor kenyataannya harapan tidak terwujud; 6) Bahwa selanjutnya sesuai dengan bukti T – 19 berupa lembar disposisi

surat permohonan fasilitas keringanan bea masuk atas pemasukan bahan baku untuk kegiatan produksi gula rafinasi yang diajukan oleh Penggugat, terdapat fakta hukum bahwa permohonan tersebut diterima dikantor BKPM pada tanggal 10 Desember 2014 dan diberi disposisi “ pakai saja data/ surat yang sudah dibuat berkali-kali untuk membuat ND ke Kepala BKPM”, sedangkan disposisi sebelumnya tertanggal 22 Juli 2014 disebutkan “ tolong alasan kita menolak permohonan BB Sugar Labinta yang sudah pernah kita buat pada saat pak Chatib dibuat dalam ND u/ Pak Kepala”, dengan demikian jelas bahwa isi surat disposisi tersebut adalah dimaksudkan untuk menolak permohonan Penggugat; 7) Bahwa Surat Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa diterbitkan

secara tertulis, berwujud tidak abstrak, bersifat individual hanya ditujukan kepada Penggugat PT. Sugar Labinta dan telah bersifat final serta menimbulkan akibat hukum;

8) Bahwa Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa tidak termasuk Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 dan Pasal 49 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara sehingga dapat digugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(19)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 19 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

Dalam Pokok Sengketa:

1) Bahwa Majelis Hakim telah menjabarkan secara terperinci konstruksi hukumnya dan tetap pada rel nya yaitu memeriksa Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa dari segi formalitasnya serta berpedoman pada instrument hukum yang diatur dalam Pasal 53 ayat 2 Undang – Undang Peradilan Tata Usaha Negara yaitu:

 Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau;

 Keputusan Tata Usaha Negara itu bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik;

2) Bahwa Keputusan Tata Usaha Negara dapat dinilai bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang bersifat procedural formal, bersifat material/ substansial dan dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang tidak berwenang;

3) Bahwa segi kewenangan Tergugat menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa didasarkan pada ketentuan – ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu:

 Pasal 18 ayat (1), (2) dan (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.011/2009, yaitu:

 b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, importasi yang dilakukan dalam rangka penanaman modal dapat diberikan fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk;

 c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 26 ayat (1) Huruf a, huruf b, dan huruf c. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeaan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 17 Tahun 2006 atas impor mesin, barang dan bahan dapat diberikan pembebasan atau keringanan bea masuk;

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.011/2012 Pasal 8 dan Pasal 9. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 9 tersebut maka Pajabat yang mempunyai wewenang untuk menerbitkan persetujuan atau penolakan terhadap permohonan untuk mendapatkan fasilitas atas impor mesin dan/atau barang dan bahan untuk pengembangan industry adalah Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atas nama Menteri Keuangan;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(20)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 20 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017  Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal nomor 5

Tahun 2013 Pasal 15, menyebutkan:

1. Penerbitan perizinan dan non perizinan berdasarkan pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a ditandatangani oleh Deputi bidang pelayanan Penanaman Modal atas nama Kepala BKPM;

2. Penerbitan perizinan dan Non Perizinan berdasarkan pendelegasian wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a ditandatangani oleh Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal untuk beliau Kepala BKPM atas nama Menteri/ Kepala LPNK, kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Menteri/ Kepala LPNK;

Sehingga Tergugat selaku Deputi Bidang Pelayanan Modal tidak mempunyai wewenang untuk menerbitkan perizinan atau non perizinan termasuk persetujuan maupun penolakan pemberian fasiltas bea masuk bahan dan barang atas nama dirinya sendiri, melainkan harus atas nama atau untuk beliau Kepala BPKM atas nama Menteri Keuangan;

 Peraturan Kepala BKPM RI Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2013 Pasal 84, menyebutkan:

 (10) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) disetujui, Kepala BKPM atas nama Menteri Keuangan menerbitkan surat keputusan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk atas pemasukan barang dan bahan;

 (11) Bentuk surat keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (10) tercantum dalam lampiran XII – B;

 (12) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ditolak, Kepala BKPM atas nama Menteri Keuangan membuat surat penolakan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk atas pemasukan barang dan bahan dengan menyebutkan alasan penolakan;

 (13) Bentuk surat penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (12) tercantum dalam lampiran XII – C;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(21)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 21 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

Setelah mencermati aturan khususnya lampiran XII – B dan XII – C Peraturan BKPM tersebut terdapat fakta hukum bahwa persetujuan maupun penolakan permohonan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk barang dan bahan ditandatangani oleh Kepala BKPM atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia;

Bahwa secara fakta hukum Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa yang menandatangani atas nama Tergugat sendiri yaitu Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Pada Badan Koordinasi Penanaman Modal. Yang seharusnya Tergugat menandatangani keputusan objek sengketa tersebut untuk beliau Kepala BKPM atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia;

Sehingga penerbitan Surat Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa tersebut telah bertentangan dengan ketentuan Pasal 9 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.011/2012 dan Pasal 15 serta Pasal 84 Peraturan Kepala BKPM Nomor 5 Tahun 2013. Oleh Karena Surat Keputusan objek sengketa diterbitkan oleh pejabat yang tidak berwenang sehingga menurut hukum keputusan yang diterbitkan harus dinyatakan tidak sah;

4. Dari Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Tingkat Pertama tersebut menurut Pemohon Peninjauan Kembali/dahulu Penggugat telah tepat dan benar. Karena pertimbangan hukumnya telah terkonstruksi secara berurutan, serta tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menilai Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa tersebut dari segi formalitas penerbitannya tidak menginjak terhadap hal-hal diluar formalitas penerbitan Surat Keputusan objek sengketa serta tidak membuat penafsiran hukum lainnya. Dan dari Pertimbangan Hukum tersebut telah terbukti adanya control yuridis dari Pengadilan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara dan khusus dalam sengketa ini Putusan serta Pertimbangan Hukum Majelis Hakim menjadi control yuridis bagi Tergugat khususnya agar secara Formalitas Adminstrasi untuk lebih cermat dan berhati-hati karena menyangkut kepentingan orang atau badan hukum perdata yang mengharapkan adanya kepastian hukum; 5. Selanjutnya menurut pendapat hukum Pemohon Peninjauan Kembali, terhadap pertimbangan hukum Majelis Hakim pada Peradilan Tingkat Banding dan dikuatkan oleh Peradilan Tingkat Kasasi tidaklah tepat

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(22)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 22 dari 42 halaman. Putusan Nomor 105 PK/TUN/2017

dan terkesan dipaksakan karena menganggap Surat Keputusan Tata Usaha Negara Objek sengketa hanyalah surat menyurat yang tidak mengakibatkan keadaan hukum yang lain dimana ada surat masuk lalu dijawab;

6. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Tingkat Pertama telah benar berpedoman pada ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, uraian Penjelasan Pasal tersebut sesuai dengan Penjelasan didalam Buku Undang-Undang tersebut adalah sebagai berikut;

- Penetapan Tertulis yaitu terutama menunjuk kepada isi dan bukan bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Keputusan itu memang diharuskan tertulis, namun yang disyaratkan tertulis bukanlah bentuk formalnya seperti surat keputusan pengangkatan dan sebagainya, Persyaratan tertulis itu diharuskan untuk kemudahan segi pembuktian oleh karena itu suatu Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara sudah jelas apabila:

a. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara mana yang mengeluarkannya;

Bahwa objek sengketa didalam perkara ini jelas Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkannya yaitu Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Pada Badan Koordinasi Penanaman Modal.

b. Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu;

Bahwa objek sengketa dalam perkara ini jelas maksud dan isinya yaitu perihal Penjelasan Terkait Permohonan Fasilitas Barang Dan Bahan PT. Sugar Labinta.

c. Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan didalamnya;

Bahwa objek sengketa dalam perkara ini jelas ditujukan kepada Direksi PT. Sugar Labinta dan jelas penetapannya bahwa permohonan fasilitas pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan gula kristal mentah/gula kasar (raw sugar) PT. Sugar Labinta tidak dapat diproses lebih lanjut.

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Referensi

Dokumen terkait

 Bahwa Pembanding/ Tergugat tidak sependapat dengan pertimbangan hukum Judex Factie Pengadilan Agama Mataram paragraf ke-4 ha 33 yang pada pokoknya telah

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali tidak dapat dibenarkan, karena pertimbangan hukum dan putusan Pengadilan Pajak yang menolak permohonan Banding Pemohon

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu Koreksi atas Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan untuk Masa Pajak April 2015

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka pertimbangan Judex Facti pada halaman 80-81, yang pada pokoknya menyatakan bahwa Termohon Kasasi sebagai penerima lisensi

- Dengan memperhatikan bahwa harga jual ammonia dari Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) ke Mitsubishi Corp, Marigold Developmnt Ltd, dan PT MC Indonesia

Judex Juris telah melakukan kekhilafan dan/atau kekeliruan yang nyata dengan tidak mempertimbangkan pembuktian dari Pemohon Peninjauan Kembali/dahulu Tergugat yang telah

Bahwa Pemohon Kasasi keberatan atas pertimbangan Judex Facti/Pengadilan Hubungan Industrial Ambon dengan pertimbangan halaman 20-21, dimana putusan Judex Facti/Pengadilan

Menimbang, bahwa Terbanding dalam kontra memori bandingnya telah menolak memori banding Pembanding dan menyatakan yang pada pokoknya bahwa pertimbangan hukum