• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

2. 1. Tinjauan Pustaka

Istilah kopi spesial atau kopi spesialti pertama kali dikemukakan oleh Ema Knutsen pada tahun 1974 dalam Tea and Coffee Trade Journal. Istilah tersebut digunakan untuk menyebut biji dengan rasa terbaik yang dihasilkan di daerah beriklim mikro istimewa. Kopi spesial adalah sebutan yang umum dipakai untuk menyebut kopi "gourmet" atau "premium". Menurut Specialty Coffee Association of America (SCAA), kopi bernilai 80 atau lebih pada skala 100 poin dianggap "spesial". Kopi spesial tumbuh di iklim istimewa dan ideal, serta berbeda karena rasanya yang lengkap dan memiliki sedikit kecacatan atau bahkan tidak ada sama sekali. Rasa yang unik ini adalah hasil dari karakteristik dan komposisi tanah tempat kopi-kopi tersebut ditanam (Anonimus3, 2013).

Kopi spesialti asal Indonesia semakin popular mulai akhir tahun 1980-an terutama di kalangan masyarakat Amerika Serikat dan Eropa Barat. Mandailing Natal merupakan salah satu dari daerah pengembangan kopi pertama di Indonesia di luar pulau Jawa. Tanaman kopi masuk ke Mandailing Natal pada pertengahan tahun 1800-an. Sejak saat itu budidaya kopi di Mandailing Natal mengalami pasang surut (Herman, 2003).

Kopi Mandailing merupakan kopi Arabika Spesialti yang hanya terdapat di Kabupaten Mandailing Natal. Kopi Mandailing tumbuh pada ketinggian 600 – 1700 meter dpl, tergantung topografi wilayah. Di Kecamatan Pakantan, kopi dapat tumbuh mulai dari ketinggial 600 meter dpl. Di Kecamatan Ulu-Pungkut, kopi

(2)

tumbuh pada ketinggian 1000 meter dpl. Meskipun ketinggian daerah sangat mempengaruhi pertumbuhan kopi namun alasan mengapa kopi Mandailing memiliki kualitas tinggi adalah tanah volkanik yang subur mulai dari ketinggian 1000 meter dpl (Napitupulu, 2006).

Kopi Mandailing membutuhkan curah hujan sebesar 2000-3000 mm/tahun dengan suhu rata-rata 18 – 28° Celcius dan tingkat keasaman (pH) tanah 5,5 – 6,5. Rata-rata produksi kopi Mandailing 4,5 - 5,0 kuintal (ku) per hektar per tahun, namun jika dikelola secara intensif bisa berproduksi 20 kuintal per hektar per tahun. Keunggulan kopi Mandailing dibandingkan kopi Robusta diantaranya adalah : aroma yang lebih sedap (bold), rasa yang lebih enak, dan memiliki kadar kafein yang lebih rendah (Dinas Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal, 2013).

Kopi Mandailing berbuah sepanjang tahun namun masa panen kopi Mandailing di masing-masing kecamatan berbeda-beda. Di Kecamatan Ulu Pungkut (Huta Godang), puncak panen kopi Mandailing dimulai pada bulan Juni hingga September. Sedangkan di kecamatan Pakantan dan Muara Sipongi, kopi Mandailing dipanen pada bulan April hingga bulan Juli (Napitupulu, 2006).

Karena kopi berbuah tidak serentak maka masa panen kopi tidak dapat dilakukan sekali saja. Pemetikan dilakukan pada buah yang masak berwarna merah, dipetik satu persatu dari tiap dongkolan. Ada tiga tahap pemetikan pada tanaman kopi, yaitu :

1. Pemetikan pertama atau petik pendahuluan, yaitu pemetikan pada buah-buah yang terserang bubuk buah-buah, biasanya dilakukan pada buah-buah kopi yang berwarna kuning sebelum usia delapan belas bulan.

(3)

2. Panen raya yakni pemetikan buah yang sebenarnya, yang disebut juga petik merah. Pemetikan ini berlangsung selama empat sampai lima bulan yang dilakukan selang 10-14 hari.

3. Pemetikan terakhir atau rajutan, yaitu pemetikan terakhir tanpa dipilih. Pemetikan ini dilakukan bila sisa kopi di pohon masih berkisar 10 persen.

Setelah tahap pemetikan, biji kopi kemudian melalui tahap penggilingan kemudian tahap penjemuran selamakira-kira 36 jam (Tjokrowinoto, 2002).

2. 2. Landasan Teori

Rangkuti (2008) mengemukakan strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun adiktif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Menurut Umar (2008), strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa meningkat dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa mendatang.

Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai keberhasilan. Dalam mencapai tujuan yaitu keberhasilan, ada beberapa elemen strategi yang harus dipenuhi. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana, konsisten dan berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap lingkungan persaingan. Ketiga, penilaian objektif terhadap sumberdaya dan implementasi yang efektif (David, 2006).

(4)

Analisis SWOT dapat digunakan secara deskriptif dan secara kuantitatif. Penggunaan analisis SWOT secara deskriptif yaitu hanya menjelaskan bagaimana pengembangan suatu organisasi tanpa menjelaskan strategi faktor-faktor internal dan eksternalnya. Sedangkan penggunaan analisis SWOT secara kuantitatif yaitu menjelaskan dengan terperinci faktor-faktor internal dan eksternalnya dengan menggunakan bobot dan bagaimana strategi pengembangan tersebut bermamfaat bagi suatu usaha atau organisasi. Analisis SWOT ditujukan untuk mengidentifikasi berbagai faktor internal dan faktor eksternal untuk merumuskan strategi (Pearce dkk, 2009).

2. 3. Penelitian Terdahulu

Penelitian Pascaria Dewi Lorent Purba (2013) mengenai Strategi Pengembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara menyatakan ada enam faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara yaitu : 1) Kondisi fisik dan mutu Kopi Arabika Sumatera Utara, 2) Jumlah modal yang dimiliki eksportir, 3) Potensi eksportir dalam menjangkau negara impor, 4) Waktu pengiriman Kopi Arabika Sumatera Utara, 5) Promosi Kopi Arabika Sumatera Utara yang dilakukan eksportir. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara yaitu : 1) Permintaan Kopi Sumatera Utara, 2) Adanya pesaing dari negara produsen Kopi Arabika lain, 3) Peranan pemerintah dalam mendukung kegiatan ekspor, 4)Adanya konsumen tetap yang mengkonsumsi Kopi Arabika Sumatera Utara, 5) Adanya surat izin untuk melakukan kegiatan ekspor, 6) Penetapan tariff ekspor dan 7) Harga jual Kopi Arabika Sumatera Utara. Dari penelitian yang dilakukan

(5)

artinya pengaruh kekuatan lebih besar dibandingkan pengaruh kelemahan pada pengembangan ekspor kopi Arabika Sumatera Utara. Selisih faktor eksternal (peluang-ancaman) sebesar 0,09 artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan pengaruh ancaman pada pengembangan ekspor kopi Arabika Sumatera Utara. Adapun 14 strategi pengembangan ekspor kopi Arabika Sumatera Utara yaitu : 1) Mempertahankan konsumen tetap dengan memperoleh fisik dan mutu yang baik, 2) Memanfaatkan surat izin yang ada dan free trade untuk memudahkan eksportir menjangkau negara importir, 3) Memanfaatkan waktu pengiriman dengan tepat waktu untuk mempertahankan konsumen tetap, 4) Meningkakan kerjasama dan hubungan baik dengan konsumen tetap, 5) Meningkatkan promosi dengan memanfaatkan konsumen tetap, izin dari pemerintah dan free trade, 6) Meningkatkan modal dengan mengoptimalkan permintaan dari konsumen tetap dan adanya free trade, 7) Mencari alternatif akses permodalan untuk perkembangan usaha, 8) Memanfaatkan potensi eksportir untuk meningkatkan permintaan di luar negeri, 9) Meningkatkan kuantitas kopi Arabika dengan mutu yang baik untuk meningkatkan permintaan dan harga jual, 10) Menjalin kerjasama dengan negara pesaing untuk meningkatkan permintaan dengan mengandalkan kondisi fisik dan mutu kopi yang baik, 11) Melakukan riset pasar untuk memantau perkembangan produk, harga dan tingkat persaingan, 12) Meningkatkan peranan pemerintah dalam mendukung pelaksanaan promosi dan akses bantuan permodalan, 13) Melaksanakan kegiatan promosi secara efisisen dan efektif di negara pesaing guna meningkatkan permintaan dan 14) Meningkatkan permodalan untuk merencanakan pelaksanaan konferensi dengan negara pesaing untuk meningkatkan harga jual kopi Arabika.

(6)

Amossius Rompolemba (2010) dalam Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Sayuran di Kabupaten Poso memperoleh faktor-faktor internal yang mempengaruhi agribisnis komoditas sayuran di Kabupaten Poso yaitu : 1) Motivasi petani, 2) Kelembagaan tani, 3) Lahan potensial, 4) Adopsi teknologi, 5) Visi dan misi organisasi, 6) Struktur organisasi, 7) Anggaran rutin, 8) Kompetensi aparatur, 9) Pengetahuan petani, 10) Modal petani, 11) Sarana dan prasarana, 12) Manajemen usaha tani, 13) Manajemen lembaga tani dan 14) Jangkauan kebijakan. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi agribisnis komoditas sayuran di Kabupaten Poso yaitu : 1) Kebijakan pemerintah daerah, 2) Peluang pasar, 3) Peningkatan jumlah penduduk, 4) Peningkatan konsumsi perkapita, 5) Kondisi politik dan keamanan, 6) Iklim spesifik, 7) Letak geografis, 8) Harga input produksi, 9) Perkembangan teknologi, 10) Fluktuasi harga, 11) Sistem pemasaran, 12) Isu keamanan pangan, 13) Tekanan harga pesaing, 14) Kekuatan tawar-menawar pemasok dan 15) Kekuatan tawar-menawar pembeli. Dari hasil penelitian diperoleh selisih kekuatan - kelemahan sebesar 2,52 dan selisih peluang - ancaman sebesar 2,39. Alternatif strategi yang diperoleh yaitu : 1) Penguatan kapasitas kelembagaan tani untuk membangun sistim kemitraan dengan pemasok dan pembeli, 2) Meningkatkan layanan informasi pasar yang dapat diakses oleh pelaku agribisnis, 3) Meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi peningkatan permintaan pasar, 4) Mengintensifkan pendampingan terhadap kelompok tani sebagai sarana inovasi teknologi agribisnis, 5) Melakukan perluasan pasar untuk mendorong penyerapan hasil produksi, 6) Meningkatkan pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia aparatur dan petani yang berwawasan agribisnis, 7) Memfasilitasi akses petani terhadap lembaga

(7)

pembiayaan, 8) Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang di lokasi sentra produksi, 9) Membangun kerjasama yang terarah dan terpadu lintas asuransi dan 10) Rekrutmen aparatur teknis yang berkualifikasi agribisnis.

2. 4. Kerangka Pemikiran

Kopi Mandailing sebagai salah satu kopi spesialti unggulan dari Indonesia masih memiliki produksi rendah yaitu 1,42 ton/ha dibandingkan dengan kopi spesialti lainnya seperti kopi Sidikalang 9,44 ton/ha pada tahun 2007. Padahal dari segi harga, di luar negeri kopi Mandailing tidak kalah saing dengan kopi Sidikalang dan kopi spesialti lainnya dari Indonesia. Harga jual Kopi Mandailing di luar negeri mencapai $ 6-7 per kilogram, tidak jauh berbeda dengan harga jual kopi Sidikalang. Apabila ditinjau dari segi sumber daya alam dan keadaan wilayah Kabupaten Mandailing sangat memungkinkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi (BPS, 2012; Anonimus1, 2012; Anonimus3, 2012).

Meskipun kopi Mandailing popular di mancanegara dan dijual dengan harga tinggi namun nyatanya harga biji kopi di tingkat petani masih rendah yaitu Rp 20.000,-/kilogram. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengembangan kopi Mandailing dan strategi apa yang dapat mengembangkan produksi dan produktivitas kopi Mandailing.

Perkembangan kopi Mandailing tidak terlepas dari faktor-faktor keragaan sumber daya, yakni sumber daya alam dan lingkungan, sumber daya manusia, sumber daya sosial dan kelembagaan serta sumber daya buatan. Setelah dilakukan pengumpulan data keragaan sumber daya di Kabupaten Mandailing Natal maka dapat diidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang berkaitan dengan

(8)

kopi Mandailing. Faktor strategis internal adalah kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh daerah. Faktor strategis eksternal adalah peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi oleh daerah penelitian. Faktor eksternal dan faktor internal tersebut kemudian dianalisis dengan analisis SWOT.

Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) merupakan salah satu alat analisis strategi pengembangan. Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Kemudian dapat ditentukan strategi apa yang dapat mengembangkan produktivitas kopi Mandailing.

(9)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Kopi Mandailing

Keterangan : : Ada Hubungan

Pengembangan Kopi Mandailing

Strategi Pengembangan Kopi Mandailing Faktor Internal

1. Kondisi fisik dan mutu kopi

2. Produksi kopi

3. Pengalaman petani dalam usaha tani kopi

Mandailing

4. Penguasaan petani terhadap teknik budidaya 5. Luas Lahan

6. Jumlah input

Faktor Eksternal 1. Permintaan kopi Mandailing 2. Harga input rata-rata

3. Harga jual kopi Mandailing di tingkat petani

4. Lembaga pendukung permodalan

5. Bantuan pemerintah 6. Tenaga Pendamping 7. Sarana Pendukung dan

infrastruktur

8. Tenaga kerja yang digunakan 9. Posisi tawar

10. Akses pasar

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Faktor-faktor Strategis

Gambar

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Kopi Mandailing

Referensi

Dokumen terkait

Sungai Ketingan merupakan muara semua sungai yang berada di Sidoarjo, selain itu Ketingan adalah daerah wisata pantai, wisata mangrove dan wisata ziarah.. Sebaran

Bentuk basis data dengan menggunakan Physical Data Model yang menampilkan relasi-relasi antar tabel yang digunakan pada aplikasi visualisasi data mahasiswa dan

Artinya Self Efficacy memiliki korelasi yang positif dan signifikan terhadap Persepsi Kejujuran Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2011 Universitas Islam

The thing inside Crowley appeared to recover a little; the body righted itself, and the head turned to grin at the advancing body of Delbane through ruined teeth?. „Little

Strategi yang digunakan General Culture dalam membangun Brand Image melalui Kekuatan produk yaitu dengan melakukan suatu promosi menggunakan media sosial seperti Instagram,

Program penanggulangan kemiskinan yang sudah dan sedang dijalankan oleh pemerintah pusat dan DIY antara lain yaitu: Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program

Abstrak: Gepeng (gelandangan dan pengemis) merupakan fenomena yang menjadi perhatian di setiap daerah perkotaan di seluruh wilayah di Indonesia termasuk di

Gerstel dan Gross (1984) mengungkapkan bahwa pasangan pernikahan jarak jauh dengan tipe adjusting atau pasangan jarak jauh yang usia pernikahannya tidak lebih dari 5 tahun