• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

LAKIP

LAKIP

((LAPORAN

LAPORAN KINERJA

KINERJA INSTANSI PEMERINTAH)

INSTANSI PEMERINTAH)

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN

TAHUN 2014

TAHUN 2014

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2014

LAKIP

LAKIP

INSTANSI PEMERINTAH)

INSTANSI PEMERINTAH)

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN

TAHUN 2014

TAHUN 2014

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2014

(2)
(3)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan vi

IKHTISAR EKSEKUTIF

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Pascapanen Tanaman Pangan.

Fokus kebijaksanaan pembangunan tanaman pangan tahun 2010 – 2014

adalah meningkatkan produksi komoditas sub sektor tanaman pangan dalam rangka memperkuat ketahanan pangan menuju kemandirian pangan nasional. Sejalan dengan hal ini maka kebijakan pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan difokuskan pada upaya pengamanan hasil dan upaya mempertahankan kualitas hasil. Hal ini sesuai dengan tujuan penanganan pascapanen yaitu menurunkan susut hasil komoditas tanaman pangan, mempertahankan mutu hasil, mempertahankan dan memperpanjang masa simpan, serta meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan.

Adapun visi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan dalam upaya mencapai tujuan penanganan pascapanen adalah : “Terwujudnya penanganan

pascapanen tanaman pangan yang baik dalam mendukung peningkatan produksi yang berkelanjutan”. Sedangkan untuk mencapai visi tersebut,

Direktorat Pascapanen menetapkan misi :

1. Meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan melalui penanganan pascapanen yang baik dan berkualitas.

2. Meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi pascapanen hasil tanaman pangan dalam rangka menurunkan tingkat susut hasil komoditas tanaman pangan.

3. Mengembangkan sistem pengelolaan pascapanen komoditas tanaman pangan dengan memperhatikan nilai budaya lokal.

(4)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan vii

4. Mengembangkan sistem penyediaan sarana pascapanen secara efektif dan berkelanjutan.

5. Mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait, serta masyarakat dalam meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan dari susut hasil secara berkelanjutan.

Dalam upaya penyelamatan hasil melalui penurunan susut hasil komoditas

tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, ubikayu dan ubijalar) dan

mempertahankan kualitas hasil, maka kebijakan penanganan pascapanen yang dilaksanakan tahun 2014, yaitu :

1. Optimalisasi penanganan panen dan pascapanen tanaman pangan melalui fasilitasi teknologi dan sarana pascapanen tanaman pangan, berupa bantuan sarana pascapanen yang dipilih disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi dan harus dibeli dengan seluruh dana bantuan per paket, yaitu :

a. Paket Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan

1) Bantuan sarana pascapanen padi senilai Rp 195.000.000,- (seratus sembilan puluh lima juta rupiah) per paket di 25 Provinsi;

2) Bantuan sarana pascapanen jagung senilai Rp 130.000.000,- (seratus tiga puluh juta rupiah) per paket di 17 Provinsi;

3) Bantuan sarana pascapanen kedelai senilai Rp 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) per paket di 12 Provinsi;

b. Paket Sarana Combine Harvester kecil senilai Rp.110.000.000,- (seratus sepuluh juta rupiah) per unit di 16 Provinsi;

c. Paket Sarana Combine Harvester besar senilai Rp.385.000.000,- (tiga ratus delapan puluh lima juta rupiah) per unit di 10 Provinsi;

d. Paket Sarana Vertical Dryer dan bangunan senilai Rp.850.000.000,- (delapan ratus lima puluh juta rupiah) per unit di 12 Provinsi;

e. Paket Sarana Power Thresher Multiguna senilai Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) per unit di 15 Provinsi

2. Untuk mendukung kegiatan fasilitasi teknologi dan sarana pascapanen tanaman pangan, maka dilaksanakan kegiatan lain sebagai berikut :

a. Koordinasi (Workshop, Focus Group Discussion (FGD)) penanganan pascapanen tanaman pangan

(5)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan viii

b. Pengukuran Susut Hasil Jagung, Kedelai dan Ubikayu

c. Gerakan Penanganan Pascapanen Padi, Jagung dan Kedelai d. Pemutakhiran database sarana pascapanen tanaman pangan

e. Penyebarluasan informasi teknologi pascapanen dalam bentuk visualisasi (CD), buku, leaflet, dan komik

f. Sosialisasi, bimbingan teknis, pembinaan, serta monitoring dan evaluasi

penanganan pascapanen tanaman pangan

g. Evaluasi Pelaksanaan Bantuan Sarana Pascapanen

Capaian realisasi input bantuan sarana pascapanen tanaman pangan tahun 2014 untuk bantuan sarana pascapanen padi sebanyak 449 kelompok atau mencapai 89,44% dari target 502 kelompok, bantuan sarana pascapanen jagung sebanyak 207 kelompok atau mencapai 75,55% dari target 274 kelompok, bantuan sarana pascapanen kedelai sebanyak 101 kelompok atau mencapai 77,69% dari target 130 kelompok.

Capaian kontribusi susut hasil padi, jagung dan kedelai berdasarkan realisasi sarana pascapanen yang telah disalurkan yaitu susut hasil padi sebesar 0,09% dari target 0,39%, susut hasil jagung sebesar 0,125% dari target 0,094%, dan susut hasil kedelai sebesar 0,113% dari target 0,318%. Tidak tercapainya target penurunan susut hasil padi dan kedelai pada tahun 2014 disebabkan perhitungan kontribusi susut hasil panen tersebut hanya berdasarkan pada jumlah dan jenis yang disalurkan ke kelompok tani dari bantuan yang disalurkan pemerintah dan adanya himbauan untuk menunda pencairan bantuan sarana pascapanen pada masa pemilu legislatif dan pemilu presiden, pelaksanaan lelang pengadaan barang terpusat pada Unit Layanan Pengadaan (ULP) di Sekretariat Daerah Provinsi, di beberapa daerah tidak dapat dilaksanakan karena terjadi batal lelang akibat adanya sanggah banding, sedangkan untuk melakukan lelang ulang tidak cukup waktu, batal kontrak karena pihak penyedia barang tidak dapat penyelesaikan pekerjaan, dan kesalahan penempatan anggaran pada akun transfer uang sehingga diperlukan revisi DIPA, sementara itu untuk melaksanakan revisi DIPA waktunya terbatas.

Pencapaian target susut hasil setiap tahun diharapkan dari input yang berasal dari APBN, APBD, swakelola, swasta karena apabila hanya ditanggung APBN maka biaya investasi yang diperlukan untuk mencapai target tersebut sangat tinggi. Sementara fasilitasi bantuan sarana pascapanen dalam mendukung penurunan susut hasil tahun 2014 melalui dana APBN masih terbatas/belum

(6)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan ix

memadai dari kebutuhan. Selain itu, untuk mencapai target penurunan susut hasil dibutuhkan perubahan prilaku petani dalam penanganan panen dan pascapanen serta penguatan manajemen kelompok melalui kegiatan pembinaan, sosialisasi dan bimbingan teknis yang telah dialokasikan di Pusat dan Daerah.

Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan pada tahun 2014 senilai Rp. 160.846.772.000,- dan realisasi anggaran hingga 31 Desember 2014 mencapai Rp.134.315.330.695,- (83,51%). Anggaran penanganan pascapanen tanaman pangan dialokasikan di Pusat senilai

Rp.7.771.330.000,- terealisasi Rp.6.411.195.519,- (82,50%), anggaran

dekonsentrasi (Provinsi) senilai Rp.6.232.268.000,- terealisasi

Rp. 5.634.679.836,- (90,41%), dan anggaran Tugas Pembantuan Provinsi senilai Rp. 146.843.174.000,- terealisasi Rp. 122.269.455.340,- (83,27%).

Secara umum, mekanisme penyerapan anggaran telah dilaksanakan sebaik-baiknya. Pada tahun 2014, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan telah melaksanakan semua kegiatan dengan penyerapan anggaran yang maksimal.

Sementara itu, analisis efisiensi dan efektivitas terhadap pemanfaatan anggaran masih sulit diukur karena tidak adanya tolak ukur yang pasti tentang batasan efektif atau efisiensinya sebuah kegiatan. Untuk itu, ke depan perlu dilakukan perumusan efektivitas dan efisiensi dari suatu kegiatan.

(7)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fokus kebijakan pembangunan tanaman pangan tahun 2010 – 2014

adalah meningkatkan produksi komoditas subsektor tanaman pangan dalam rangka memperkuat ketahanan pangan menuju kemandirian pangan nasional, sejalan dengan hal ini maka kebijakan pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan difokuskan pada upaya penyelamatan hasil dan upaya mempertahankan kualitas hasil. Hal ini sesuai dengan tujuan penanganan pascapanen yaitu menurunkan susut hasil; mempertahankan mutu hasil; mempertahankan dan memperpanjang masa simpan serta meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan.

Kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan penjabaran dari program utama Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang

diarahkan untuk menurunkan susut hasil tanaman pangan dan

mempertahankan mutu dalam rangka pengamanan produksi. Keberhasilan pencapaian swasembada pangan tidak terlepas dari tingkat pengamanan produksi tanaman pangan dari kehilangan hasil (susut hasil) produksi tanaman pangan. Upaya untuk mengurangi kehilangan hasil produksi tanaman pangan dilakukan dengan menerapkan Good Handling Practices (GHP) berupa penerapan teknologi pascapanen, fasilitasi bantuan sarana pascapanen, serta pengembangan, pembinaan dan pengawalan terus dilakukan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.

Secara langsung, penanganan proses pascapanen yang baik dan benar memiliki peranan dalam menurunkan susut hasil, mempertahankan mutu hasil panen, meningkatkan nilai tambah, daya saing serta pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan demikian, secara tidak langsung proses penanganan pascapanen mendukung program ketahanan pangan nasional.

(8)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2

Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling Practices (GHP) merupakan hal yang penting dilakukan dalam rangka penyediaan pangan dan pasokan bahan baku untuk industri yang berkualitas. Penanganan pascapanen secara GHP berpedoman pada Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 44/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Pedoman Penanganan

Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman yang Baik (Good Handling

Practices).

Hasil pengukuran kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan dalam pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen dalam kurun waktu setahun dilaporkan dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Laporan akuntabilitas kinerja merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

LAKIP Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2014 disusun sebagai salah satu bentuk perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan secara terukur dengan sasaran/target Kinerja yang telah ditetapkan pada tahun 2014. Di samping itu, LAKIP ini juga dimaksudkan sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menuju terwujudnya tata pemerintahan yang baik (good governance), wujud transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat, dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan bagi stakeholders demi perbaikan kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan dan sebagai umpan balik untuk perbaikan kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada tahun mendatang.

LAKIP merupakan bagian terintegrasi dari SAKIP. yang merupakan perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan dan program. Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tahun 2014 merupakan bagian yang terintegrasi dengan penerapan anggaran

berbasis kinerja (Performance-based Budgeting). Penerapan ini

(9)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 3

target kinerja yang akan dicapai dan seluruh anggaran harus dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Diharapkan penerapan SAKIP ini dapat berfungsi secara optimal sehingga dapat dijadikan salah satu instrumen utama dalam pelaksanaan

pembaharuan birokrasi Pemerintah untuk mempercepat terwujudnya

penyelenggaraan Pemerintahan yang baik, transparan, akuntabel dan bersih dari praktek-praktek penyimpangan. Oleh karena itu, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan di dalam mengimplementasikan sistem ini melalui penyusunan LAKIP dengan maksud untuk mengetahui seberapa jauh tingkat capaian kinerja, kendala/hambatan dan permasalahan serta upaya pemecahannya dalam pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.

1.2. Organisasi, Tugas Pokok, dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Pertanian, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan mempunyai tugas melaksanakan yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen tanaman pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria standar, norma, pedoman, kriteria, di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; dan e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.

(10)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 4

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan didukung oleh 4 (Empat ) Sub Direktorat yaitu Sub Direktorat Padi, Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain, Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang, Sub Direktorat Aneka Umbi serta Subbag Tata Usaha sebagaimana pada Lampiran 1.

Adapun tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Sub Direktorat sebagai berikut:

a. Sub Direktorat Padi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pascapanen padi.

Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Padi menyelenggarakan fungsi: 1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana

pascapanen padi

2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi

3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi dan

4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi.

b. Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen jagung dan serealia lain.

Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain menyelenggarakan fungsi :

1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain

2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain

3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain dan

(11)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 5

4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain.

c. Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen kedelai dan aneka kacang.

Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang menyelenggarakan fungsi :

1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang

2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang

3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang dan 4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang.

d. Sub Direktorat Aneka Umbi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen aneka umbi.

Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Aneka Umbi

menyelenggarakan fungsi :

1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi.

2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi.

3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan, kriteria dibidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi dan

4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi.

(12)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 6

1.3. Sumberdaya Manusia Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

Jumlah pegawai Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada tahun

2014 berjumlah 64 orang yang terdiri dari pegawai golongan II sebanyak 15 orang dan golongan III sebanyak 42 orang dan golongan IV sebanyak

8 orang. Jika dilihat dari tingkat pendidikan adalah SD – SMA sebanyak

15 orang, Sarjana Muda/D3 sebanyak 4 orang, S1 sebanyak 31 orang, dan S2 sebanyak 14 orang. Jumlah pegawai tersebut tersebar di Sub Direktorat Padi 10 orang, Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain 11 orang, Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang 10 orang dan Sub Direktorat Aneka Umbi 11 orang dan Sub Tata Usaha 22 orang. Secara rinci, sebaran jumlah pegawai Lingkup Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan seperti pada Tabel Lampiran 11.

Jumlah pegawai Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2014 tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu berjumlah 64 orang.

1.4. Dukungan Keuangan

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada tahun 2014 sesuai alokasi anggaran APBN sebesar Rp. 216.383.400.000,-. Berdasarkan INPRES No.4 Tahun 2014 tanggal 19 Mei 2014 hal Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 telah dilakukan penghematan anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan untuk alokasi anggaran Dekon dan alokasi dana Tugas Pembantuan Provinsi

sehingga total anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menjadi Rp. 160.846.772.000,- atau turun 25,7%, dari alokasi anggaran semula

Rp.216.383.400.000,- dengan rincian sebagai berikut:

1) Pagu anggaran Pusat tidak mengalami perubahan yaitu tetap Rp. 7.771.330.000,-

2) Pagu anggaran Dekonsentrasi semula Rp.6.665.000.000,- menjadi Rp.6.232.268.000,- atau turun 6,49%.

3) Pagu anggaran Tugas Pembantuan Provinsi semula Rp.201.947.070.000,- menjadi Rp. 146.843.174.000,- atau turun 27,29%.

(13)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 7

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

2.1. Rencana Strategis

2.1.1. Visi

Visi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan dalam upaya mencapai tujuan penanganan pascapanen adalah : “Terwujudnya penanganan pascapanen tanaman pangan yang baik dalam mendukung peningkatan produksi yang berkelanjutan”.

2.1.2. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, misi yang harus dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2010-2014 adalah:

a. Meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan melalui penanganan pascapanen yang baik dan berkualitas.

b. Meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi pascapanen hasil tanaman pangan dalam rangka menurunkan tingkat susut hasil komoditas tanaman pangan.

c. Mengembangkan sistem pengelolaan pascapanen komoditas tanaman pangan dengan memperhatikan nilai budaya lokal.

d. Mengembangkan sistem penyediaan sarana pascapanen secara efektif dan berkelanjutan.

e. Mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait, serta masyarakat dalam meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan dari susut hasil secara berkelanjutan.

(14)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 8

2.1.3. Tujuan

Sesuai dengan visi dan misi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan memfasilitasi penanganan pascapanen tanaman pangan pada wilayah budidaya tanaman pangan dalam rangka pengamanan produksi. Tujuan yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan periode

2010 - 2014 adalah :

1. Menurunkan tingkat Susut Hasil (losses) tanaman pangan 2. Mempertahankan mutu hasil panen tanaman pangan

3. Mempertahankan dan memperpanjang masa simpan tanaman pangan 4. Meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan

5. Mengembangkan sistem pengelolaan pascapanen tanaman pangan 6. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pascapanen

2.1.4. Sasaran

Sesuai dengan tujuan tersebut diatas, maka sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

A. Sasaran Program

Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan.

B. Sasaran Kegiatan

Meningkatnya penanganan pascapanen tanaman pangan pada tahun 2014 melalui upaya penurunan kehilangan susut hasil tanaman pangan yaitu untuk

padi 1,70%, jagung 0,25%, kedelai 1,00%, ubikayu 0,50% dan ubijalar 0,50 %.

Tabel 1. Angka Dasar Susut Pascapanen Tanaman Pangan

No. Komoditas Angka Dasar Susut Tahun Rata-rata per tahun 2011 2012 2013 2014 1. Padi 13,00 12,00 10,47 8,68 6,98 1,51 2. Jagung 5,20 5,00 4,75 4,50 4,25 0,24 3. Kedelai 15,50 15,25 14,75 14,00 13,00 0,63 4. Ubi Kayu 12,25 11,75 11,25 10,75 10,25 0,50 5. Ubi Jalar 18,00 17,50 17,00 16,50 16,00 0,50

(15)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 9

2.1.5. Kebijakan

Kebijakan dalam Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan

diprioritaskan pada :

1. Komoditi utama dan unggulan nasional yaitu padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Komoditi ini merupakan komoditi utama dan unggulan bagi kebutuhan pangan pokok nasional. 2. Komoditi alternatif/unggulan daerah (lokal) seperti talas, garut, gembili,

sorgum, gandum dan lain – lain. Komoditi ini sebagai subsitusi maupun

komplemen dari komoditi utama dan unggulan nasional.

Pengembangan ketujuh komoditi tanaman pangan diimplementasikan dalam berbagai jenis kegiatan yang saling terkait dan saling mendukung. Salah satu kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah pengamanan produksi. Dalam rangka pengamanan produksi ini maka salah satu kegiatan yang terkait dan mendukung adalah penanganan pascapanen tanaman pangan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka arah kebijakan yang dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2010 – 2014 antara lain : 1. Menurunkan susut hasil tanaman pangan (terutama padi) untuk menyelamatkan produksi, sehingga program ketahanan pangan menuju kemandirian pangan nasional dapat terwujud.

2. Mempertahankan mutu sesuai permintaan pasar sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani.

3. Untuk menurunkan susut hasil (losses) maka diperlukan penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling Practices (GHP) yang bertujuan dalam penyediaan pangan dan pasokan bahan baku untuk industri.

4. Peningkatan kapasitas kelembagaan pascapanen tanaman pangan dan sumber daya manusia.

5. Fasilitasi dan optimalisasi pemanfaatan sarana pascapanen tanaman pangan.

(16)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 10

2.1.6. Strategi

Dalam pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal sebagai peluang dan ancaman maka strategi pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan yang dilaksanakan antara lain :

1. Pendekatan Wilayah

Setiap wilayah menghasilkan komoditas tanaman pangan pada sentra yang berbeda. Hal ini memungkinkan pembangunan kawasan-kawasan ekonomi berbasis agribisnis dan agroindustri yang terintegrasi antara daerah pedesaan, perkotaan, sentra-sentra industri pangan, pelabuhan, dan pasar serta juga memungkinkan dilaksanakannya pengembangan sistem dan kelembagaan pascapanen brigade panen dan pascapanen serta poktan/UPJA.

2. Pendekatan Sumber Daya Manusia (SDM)

Permasalahan sumberdaya manusia merupakan hal yang mendasar, dengan masih terbatasnya tingkat pengetahuan dan tenaga terampil. Oleh karena itu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan sumberdaya manusia dilaksanakan melalui pemberian penyuluhan, pembinaan, bimbingan teknis, pendampingan, pengawasan dan pelatihan. 3. Pendekatan Sarana dan Teknologi

Penerapan teknologi pascapanen saat ini belum merata di masyarakat pertanian, antara lain disebabkan penyebaran informasi teknologi pascapanen masih belum dilakukan secara intensif. Oleh sebab itu perlu dioptimalkan penyuluhan dan penyampaian sumber informasi kepada Gapoktan/Poktan dan juga mensosialisasikan mekanisasi/penyebaran sarana atau teknologi pascapanen secara tepat sasaran sesuai kebutuhan (spesifik lokasi).

4. Pendekatan Daya Saing

Penanganan prapanen dan pascapanen yang baik dan benar akan diperoleh mutu hasil panen yang dapat bersaing sesuai permintaan pasar. Untuk itu diperlukan kemitraan yang baik antara petani dan pelaku usaha yang difasilitasi oleh pemerintah.

(17)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 11

Dalam konteks strategi ini maka Pengembangan Manajemen Pascapanen harus menjadi fokus perhatian. Investasi pemerintah harus didorong untuk

mengaktualisasikan fungsi pemerintah dalam penyelenggaraan

pembangunan pertanian, khususnya dibidang pascapanen. Diharapkan dengan menerapkan strategi ini, maka tujuan dalam pananganan pascapanen tanaman pangan dapat dicapai.

2.2. Penetapan Kinerja

Penetapan Kinerja adalah suatu dokumen yang berisikan Pernyataan Kinerja/Kesepakatan Kinerja/Perjanjian Kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumberdaya yang dimiliki suatu instansi. Penetapan Kinerja dimanfaatkan untuk memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja organisasi, melaporkan capaian realisasi kinerja dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), serta menilai keberhasilan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi kepada hasil, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menetapkan kinerja yang akan dicapai pada tahun 2014. Penetapan kinerja ini merupakan tolak ukur keberhasilan organisasi yang akan menjadi penilaian dalam evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2014. Mengacu Renstra 2010-2014, Penetapan Kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2014 untuk melaksanakan program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Pada tahun 2014, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

menetapkan 1 (satu) sasaran strategis dengan 1 (satu) indikator kinerja.

Sasaran strategis yang dimaksud adalah mengamankan produksi dari kehilangan hasil (susut hasil) pada saat pascapanen dengan indikator kinerja berupa menurunkan kontribusi susut hasil padi sebesar 0,390%, jagung sebesar 0,094%, kedelai sebesar 0,318%, ubikayu sebesar 0,010% dan ubijalar sebesar 0,073%.

(18)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 12

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran

Gambaran kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2014 dapat diketahui dari hasil pengukuran kinerja kegiatan dan evaluasi kinerja yaitu dengan membandingkan antara target dengan capaian. Kriteria ukuran keberhasilan pencapaian sasaran keberhasilan tahun 2014 ditetapkan berdasarkan penilaian capaian melalui metode scoring, yaitu: (1) sangat berhasil (capaian > 100%); (2) berhasil (capaian 80-100%); (3) cukup berhasil (capaian 60-79%); dan (4) kurang berhasil (capaian <60%) terhadap target yang telah ditetapkan.

Pengukuran capaian sasaran kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2014 dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja

dan realisasi. Realisasi indikator kinerja sasaran mengamankan

kehilangan/susut hasil produksi dihitung melalui hasil perhitungan perkalian kapasitas kerja sarana pascapanen yang terealisasi dengan kemampuan penyelamatan hasil per jenis sarana pascapanen. Persentase kontribusi susut diperoleh dari penyelamatan produksi dibandingkan terhadap total produksi pada tahun yang bersangkutan.

3.2. Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2014

Berdasarkan Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan telah menetapkan pencapaian 1 (satu) target indikator kinerja utama sasaran strategis tahun 2014 sebagaimana tercantum pada Penetapan Kinerja tahun 2014. Capaian kinerja utama sasaran strategis tersebut sebagaimana Tabel 2 berikut.

(19)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 13

Tabel 2. Capaian Strategis Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2014

(1) (3) (5)

* Menurunkan susut hasil :

a. Padi (%) 0.390 0.090 23.08 b. Jagung (%) 0.094 0.125 132.98 c. Kedelai (%) 0.318 0.113 35.53 d. Ubikayu (%) 0.010 0 0.00 e. Ubijalar (%) 0.073 0 0.00 Realisasi

Mengamankan produksi dari kehilangan hasil (susut hasil) pada saat pascapanen

Capaian Kinerja (%)

(2)

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

Menindaklanjuti INPRES No.4 Tahun 2014 tanggal 19 Mei 2014 hal Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/ Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 telah dilakukan penghematan anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan untuk alokasi anggaran dana dekon

dan alokasi dana tugas pembantuan Provinsi/Kabupaten sehingga

mempengaruhi jumlah bantuan sarana pascapanen yang dialokasikan di Provinsi melalui dana tugas pembantuan Provinsi dari semula 1.306 unit menjadi 906 unit dengan rincian sebagai berikut:

a. Bantuan sarana pascapanen padi semula sejumlah 441 paket menjadi 289 paket

b. Bantuan sarana pascapanen jagung semula sejumlah 116 paket menjadi 66 paket

c. Bantuan sarana pascapanen kedelai semula sejumlah 92 paket menjadi 61 paket

d. Bantuan Combine Harvester Besar semula sejumlah 36 unit menjadi 32 unit

e. Bantuan Combine Harvester Kecil semula sejumlah 181 unit menjadi 148 unit

f. Bantuan Vertical Dryer + Bangunan semula sejumlah 40 unit menjadi 33 unit

g. Bantuan Power Thresher Multiguna semula sejumlah 400 unit menjadi 277 unit.

(20)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 14

Terkait dengan adanya penghematan anggaran, terjadi perubahan capaian realisasi input bantuan sarana pascapanen tahun 2014 serta alokasi bantuan sarana pascapanen ubikayu dan ubijalar pada tahun 2014 menjadi tidak ada sehingga capaian kinerja susut ubikayu dan ubijalar dari kontribusi bantuan sarana pascapanen tidak dapat diukur.

Tabel 3. Capaian Realisasi Input Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2014 Setelah Penghematan

% % 1,306 klp 757 klp 58.0 906 klp 757 klp 83.6 a. Paket Padi 441 klp 240 klp 54.4 289 klp 240 klp 83.0 b. Paket Jagung 116 klp 58 klp 50.0 66 klp 58 klp 87.9 c. Paket Kedelai 92 klp 45 klp 48.9 61 klp 45 klp 73.8 d. Combine Harvester Besar 36 klp 32 klp 88.9 32 klp 32 klp 100.0 e. Combine Harvester Kecil 181 klp 148 klp 81.8 148 klp 148 klp 100.0 f. Vertical Dryer + Bangunan 40 klp 29 klp 72.5 33 klp 29 klp 87.9 g. Power Thresher Multiguna 400 klp 205 klp 51.3 277 klp 205 klp 74.0

Bantuan sarana pascapanen SEBELUM PENGHEMATAN

Jumlah

SETELAH PENGHEMATAN

Target Realisasi Target Realisasi

3.3. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2014

3.3.1. Mengamankan produksi dari kehilangan hasil (susut hasil) pada saat pascapanen

Pencapaian sasaran kinerja mengamankan produksi dari penurunan

susut hasil pada saat pascapanen diukur dengan tercapainya indikator kinerja

penurunan susut hasil tanaman pangan, meliputi susut hasil padi, jagung, kedelai. Hasil pengukuran terhadap indikator kinerja sasaran ini kurang

berhasil untuk penurunan susut hasil padi (23,08%) dan kedelai (35,53%), dan sangat berhasil untuk penurunan susut jagung (132,98%).

Tabel 4. Kebutuhan Biaya Investasi Sarana Pascapanen Untuk Mencapai Target Susut Hasil Tahun 2014

No Komoditas

Sasaran Produksi (Ton) *)

Target Susut Hasil (%)

Penyelamatan produksi (Ton)

Luas Lahan yang Diintensifkan (Ha)

Kebutuhan Biaya Investasi Sarana (Rp) 1 Padi 72,340,150 1.70 1,229,783 260,330 1,584,001,858,555 2 Jagung 19,000,000 0.25 47,500 9,553 45,582,000,000 3 Kedelai 1,000,000 1.00 10,000 666.667 123,250,000,000 4 Ubikayu 27,600,000 0,50 138,000 7,667 200,599,547,511 5 Ubijalar 2,600,000 0,50 13,000 1,182 15,492,227,979

(21)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 15

Berdasarkan realisasi bantuan sarana pascapanen yang telah disalurkan ke poktan/gapoktan, angka susut hasil kontribusi bantuan sarana pascapanen padi dan kedelai tahun 2014 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2013 karena tidak terealisasinya beberapa jenis sarana akibat beberapa daerah mengalami gagal lelang. Perbandingan alokasi bantuan sarana pascapanen dan capaian penurunan susut tahun 2013 dan tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan Angka Penurunan Susut Hasil Tanaman Pangan Tahun 2013 dan Tahun 2014

Target Realisasi % Target Realisasi %

1.

Padi

482

460

95.44

0.3110

502

449 89.44

0.0900

2.

Jagung

92

87

94.57

0,1240

274

207 75.55

0.1250

3.

Kedelai

56

54

96.43

0.4970

130

101 77.69

0.1130

Angka Susut Hasil (%) Indikator Kinerja

Jumlah bantuan sarana

pascapanen

Angka Susut Hasil (%)

2013 2014

3.3.1.1. Sasaran Penurunan Susut Hasil Produksi Padi

Upaya penurunan angka susut hasil padi dalam rangka mengamankan produksi padi tahun 2014, ditargetkan penurunan susut hasil padi pada saat proses panen dan pascapanen sebesar 1,70% (Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, 2012). Untuk mencapai target tersebut diperlukan dukungan anggaran fasilitasi sarana pascapanen padi sebesar

Rp.1.584.001.858.555,- namun dukungan anggaran APBN untuk fasilitasi sarana pascapanen padi tahun 2014 sebesar Rp.112.830.000.000,- atau hanya 7,12% dari kebutuhan anggaran. Berdasarkan data realisasi penyaluran bantuan sarana pascapanen, kontribusi penurunan susut hasil padi tahun 2014 yang berasal dari bantuan sarana panen dan pascapanen yang difasilitasi APBN tahun 2014 sebesar 0,09% atau mencapai 5,29% dari target susut hasil tahun 2014 sesuai Renstra.

Rincian realisasi bantuan sarana pascapanen yang mendukung penurunan susut hasil padi tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 6.

(22)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 16

Tabel 6. Capaian Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Padi Tahun 2014 dibandingkan Target Bantuan Sarana pada Renstra

Uraian Satuan Target *) (Unit)

Realisasi

(Unit) % Capaian Paddy Mower Unit 1,085.0 40.0 3.69 Power Threser Unit 2,603.0 499.0 19.17 Combine Harvester Besar Unit 651.0 32.0 4.92 Dryer Unit 1,157.0 29.0 2.51 RMU Unit 990.0 23.0 2.32

*) Target sesuai Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2010 – 2014

Apabila dibandingkan dengan capaian penurunan susut hasil padi tahun 2013 sebesar 0,311%, angka susut hasil padi tahun 2014 menurun sebesar 71,06%. Hal ini disebabkan beberapa realisasi bantuan sarana pascapanen padi lebih rendah dibandingkan tahun 2013, hanya realisasi combine harvester yang lebih tinggi dari tahun 2013 yaitu mencapai 168,42%. Selain itu, terjadi penurunan alokasi anggaran fasilitasi sarana pascapanen padi pada tahun 2014 (Rp.112.830.000.000,-) sebesar 2,65% dibandingkan alokasi anggaran tahun 2013 (Rp.115.900.000.000,-).

Tabel 7. Perbandingan Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Padi Tahun 2013 dan 2014

Uraian Satuan Realisasi 2013 (Unit)

Realisasi 2014

(Unit) % Capaian Paddy Mower Unit 716 40 5.59 Power Threser Unit 1,346 499 37.07 Combine Harvester Besar Unit 19 32 168.42 Dryer Unit 52 29 55.77 RMU Unit 189 23 12.17

Keterangan :

Berdasarkan data realisasi sementara sampai dengan bulan Desember 2014

Tidak tercapainya target penurunan susut hasil padi tahun 2014 sebesar 0,39% (sesuai target Penetapan Kinerja) karena tidak terealisasinya beberapa sarana pascapanen padi akibat adanya gagal lelang di beberapa provinsi serta belum semua provinsi melaporkan realisasi pengadaan sarana di daerahnya. Penurunan susut hasil sebesar 0,09% diperkirakan dapat mengamankan produksi pada tahun 2014 sebesar 63.546,51 ton atau senilai Rp 299,46 Milyar (asumsi harga gabah kering giling di tingkat penggilingan Rp. 4.712,52/kg). Untuk kontribusi penurunan susut hasil tahun 2014 dari Anggaran APBD,

(23)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 17

swasta, swakelola dan instansi lainnya belum dapat diketahui karena sulit memperoleh data untuk perhitungan.

Tabel 8. Capaian Penurunan Susut Hasil Padi dari Fasilitasi Bantuan Sarana Pascapanen Padi Tahun 2014

Target Realisasi

2014*) 2014

Produksi Padi (Ton GKG) 72,340,150 70,607,231 97.60 Penurunan Susut Hasil (%) 0.39 0.09 23.08 Pengamanan Produksi (Ton

GKG) 282,126.59 63,546.51 22.52

Uraian % Capaian 2014

Terhadap Target

*) ARAM II BPS

3.3.1.2. Sasaran Penurunan Susut Hasil Produksi Jagung

Upaya penurunan susut hasil jagung dalam rangka mengamankan tercapainya produksi jagung tahun 2014 ditargetkan mampu menurunkan susut hasil jagung pada saat proses panen dan pascapanen sebesar 0,25% (Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, 2012). Untuk mencapai

target tersebut diperlukan dukungan anggaran sebesar

Rp.62.875.000.000,-namun dukungan anggaran APBN untuk fasilitasi sarana pascapanen jagung tahun 2014 sebesar Rp.45.582.000.000,- atau 29,41% dari kebutuhan anggaran. Berdasarkan data realisasi penyaluran bantuan sarana pascapanen, kontribusi penurunan susut hasil jagung tahun 2014 yang berasal dari bantuan sarana panen dan pascapanen yang difasilitasi APBN tahun 2014 sebesar 0,125% atau mencapai 50% dari target susut hasil tahun 2014 sesuai Renstra. Rincian kontribusi setiap alat terdapat pada Tabel Lampiran 9.

Rincian realisasi bantuan sarana pascapanen yang mendukung penurunan susut hasil jagung tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Capaian Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung Tahun 2014 dibandingkan Target Bantuan Sarana pada Renstra

Uraian Satuan Target (Unit)

Realisasi

(Unit) % Capaian

Corn Sheller Unit 384 250 65.10

Dryer Unit 120 7 5.83

(24)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 18

Apabila dibandingkan dengan capaian penurunan susut hasil jagung tahun 2013 sebesar 0,124%, angka susut hasil jagung tahun 2014 meningkat sebesar 0,81%. Pada tahun 2014 terdapat penambahan jenis alat

dibandingkan dengan tahun lalu yaitu power thresher multiguna sebanyak 158 unit dan peningkatan kapasitas kerja Cornsheller dibandingkan tahun

2013.

Tabel 10. Perbandingan Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung Tahun 2013 dan 2014

Uraian Satuan Realisasi 2013

Realisasi

2014 % Capaian Corn Sheller Unit 273 250 91.58 Dryer Unit 32 7 21.88 PTM Unit 0 158

Keterangan :

Berdasarkan data realisasi sementara sampai dengan bulan Desember 2014

Capaian penurunan susut hasil jagung tahun 2014 telah melampaui target susut hasil 0,094% (sesuai target Penetapan Kinerja) yaitu 0,125% atau mencapai 132,98% dari target. Penurunan susut hasil sebesar 0,125% diperkirakan dapat mengamankankan produksi jagung pada tahun 2014 sebesar 23.909,26 ton atau senilai Rp 62,164 Milyar (asumsi harga jagung pipilan kering Rp. 2.600/kg). Untuk kontribusi penurunan susut hasil tahun 2014 dari Anggaran APBD, swasta, swakelola dan instansi lainnya belum dapat diketahui karena sulit memperoleh data untuk perhitungan.

Tabel 11. Capaian Penurunan Susut Hasil Jagung dari Fasilitasi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung Tahun 2014

Target Realisasi % Capaian 2014 2014 2014 Thd. Target Produksi Jagung (Ton PK) 19,000,000.00 19,127,409 100.67 Penurunan Susut Hasil (%) 0.094 0.125 132.98 Pengamanan Produksi (Ton

PK) 17,860.00 23,909.26 133.87 Uraian

*) ARAM II BPS

3.3.1.3. Sasaran Penurunan Susut Hasil Produksi Kedelai

Upaya penurunan susut hasil kedelai dalam rangka mengamankan tercapainya produksi kedelai tahun 2014 ditargetkan mampu menurunkan

(25)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 19

susut hasil kedelai pada saat proses panen dan pascapanen sebesar 1,00% (Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, 2012). Untuk mencapai target tersebut diperlukan dukungan anggaran sebesar Rp.123.250.000.000,- namun dukungan anggaran APBN untuk fasilitasi sarana pascapanen kedelai tahun 2014 sebesar Rp.9.420.000.000,- atau hanya 7,64% dari kebutuhan anggaran. Berdasarkan data realisasi penyaluran bantuan sarana pascapanen, kontribusi penurunan susut hasil kedelai tahun 2014 yang berasal dari bantuan sarana panen dan pascapanen yang difasilitasi APBN tahun 2014 sebesar 0,113% atau mencapai 11,3% dari target susut hasil tahun 2014 sesuai Renstra.

Rincian realisasi bantuan sarana pascapanen yang mendukung penurunan susut hasil kedelai tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Capaian Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Kedelai Tahun 2014 dibandingkan Target Bantuan Sarana pada Renstra

Uraian Satuan Target

(Unit)

Realisasi

(Unit) % Capaian

Power Thresher Unit 643 213 33.13

Dryer Unit 450 5 1.11

*) Target sesuai Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2010 – 2014

Apabila dibandingkan dengan capaian penurunan susut hasil kedelai tahun 2013 sebesar 0,497%, angka susut hasil kedelai tahun 2014 menurun sebesar 77,26%. Hal ini disebabkan angka realisasi bantuan sarana pascapanen kedelai pada tahun 2014 lebih rendah dibandingkan tahun 2013, serta adanya perubahan cara penghitungan kontribusi susut hasil kedelai. Tabel 13. Perbandingan Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Kedelai

Tahun 2013 dan 2014

Uraian Satuan Realisasi

2013

Realisasi

2014 % Capaian

Power Thresher Unit 248 213 85.89

Dryer Unit 15 5 33.33

Tidak tercapainya target penurunan susut hasil kedelai tahun 2014 sebesar 0,318% (sesuai target Penetapan Kinerja) disebabkan karena tidak terealisasinya beberapa sarana pascapanen kedelai akibat gagal lelang di beberapa provinsi. Penurunan susut hasil kedelai sebesar 0,113% diperkirakan

(26)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 20

dapat mengamakankan produksi kedelai pada tahun 2014 sebesar 1.041,11 ton atau senilai Rp 7,8 Milyar (asumsi harga pembelian kedelai Rp.7.500/kg). Untuk kontribusi penurunan susut hasil tahun 2014 dari

Anggaran APBD, swasta, swakelola dan instansi lainnya belum dapat diketahui karena sulit memperoleh data untuk perhitungan.

Tabel 14. Capaian Penurunan Susut Hasil Kedelai dari Fasilitasi Bantuan Sarana Pascapanen Kedelai Tahun 2014

Target Realisasi % Capaian

2014 2014 2014 Thd. Target

Produksi Kedelai (Ton BK) 1,000,000 921,336 92.13 Penurunan Susut Hasil (%) 0.318 0.113 35.53 Pengamanan Produksi (Ton BK) 3,180.00 1,041.11 32.74

Uraian

*) ARAM II BPS

3.3.1.4. Capaian Kinerja Penurunan Susut Hasil Tahun 2010 – 2014 A. Capaian Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan

Pada tahun 2011, telah dialokasikan bantuan sarana pascapanen padi

sebanyak 378 paket yang dialokasikan kepada 378 poktan/gapoktan pada 189 kabupaten/kota di 31 provinsi (realisasi bantuan sebanyak 373 paket).

Selain itu, juga telah dialokasikan bantuan sarana pengering padi/gabah tipe bak datar (flat bed dryer) sebanyak 231 unit di 82 kabupaten/kota di 15 provinsi (realisasi bantuan mencapai 100%). Sarana pengering tersebut merupakan salah satu upaya penanganan pascapanen padi pada saat panen di musim hujan dimana pengeringan dengan penjemuran tidak dapat dilakukan dan/atau saat panen melimpah di musim kemarau yang perlu penanganan pengeringan secara cepat. Apabila terjadi penundaan pengeringan pada saat musim hujan, maka akan menyebabkan turunnya mutu gabah dan beras giling.

Pada tahun 2012, telah dialokasikan bantuan sarana pascapanen untuk

komoditas padi, jagung, kedelai, ubikayu dan ubi jalar kepada 504 poktan/ gapoktan di 204 kabupaten/kota di 31 provinsi (realisasi bantuan mencapai 100%), dengan rincian: 1) sarana pascapanen padi sebanyak 431 poktan/ gapoktan di 183 kabupaten/kota di 31 provinsi, 2) sarana pascapanen jagung

(27)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 21

15 poktan/gapoktan di 11 kabupaten/kota di 15 provinsi, 3) sarana pascapanen kedelai 25 poktan/gapoktan di 20 kabupaten/kota di 14 provinsi, 4) sarana

pascapanen ubikayu 12 poktan/gapoktan di 4 kabupaten/kota di 1 provinsi, 5) sarana pascapanen ubijalar 10 poktan/gapoktan di 9 kabupaten/kota di

2 provinsi.

Sejalan dengan makin meningkatnya kemajuan teknologi pascapanen

yang lebih unggul dan perlu disebarluaskan ke petani/kelompok tani dalam rangka mendukung peningkatan produksi, maka pada tahun 2012 juga dialokasikan bantuan sarana panen dan pascapanen yang lebih modern, terdiri dari Combine Harvester sebanyak 355 unit, Flat Bed Dryer sebanyak 80 unit, Vertical Dryer sebanyak 92 unit, Power Thresher padi 300 unit, dan Power Threser multiguna/kedelai 100 unit pada 82 kabupaten/kota di 17 Provinsi (realisasi bantuan mencapai 100%).

Pada tahun 2013, dialokasikan bantuan sarana pascapanen padi

sebanyak 482 poktan/kelompok di 212 kabupaten/kota di 30 provinsi (realisasi mencapai 460 poktan/kelompok), sarana pascapanen jagung 92 poktan/ kelompok di 68 kabupaten/kota di 21 provinsi (realisasi mencapai 87 poktan/ kelompok), sarana pascapanen kedelai 55 poktan/kelompok di 45 kabupaten/ kota di 16 provinsi (realisasi mencapai 54 poktan/kelompok), bantuan sarana pascapanen ubikayu 27 poktan/kelompok di 24 kabupaten/kota di 13 provinsi (realisasi mencapai 27 poktan/kelompok), dan bantuan sarana pascapanen ubijalar 25 poktan/kelompok di 20 kabupaten/kota di 14 provinsi (realisasi mencapai 25 poktan/kelompok).

Penyebab turunnya capaian realisasi input tahun 2014 dibandingkan

tahun 2013 dan tahun sebelumnya adalah adanya penghematan anggaran dan surat edaran penundaan pelaksanaan bantuan sosial terkait pelaksanaan Pemilu tahun 2014 sehingga di beberapa daerah terjadi kemunduran pelaksanaan lelang, lelang ulang, pembatalan lelang serta terjadi gagal lelang di beberapa provinsi. Terjadinya gagal lelang di Provinsi menyebabkan penyaluran bantuan ke kabupaten tidak dapat dilaksanakan sehingga penanganan pascapanen di wilayah tersebut menjadi kurang optimal dan menjadi titik kritis yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan pengadaan bantuan sarana pascapanen tahun yang akan datang.

(28)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 22

Secara umum, belum tercapainya target kegiatan bantuan sarana

pascapanen disebabkan beberapa faktor antara lain: adanya himbauan untuk menunda pencairan bantuan sarana pascapanen pada masa pemilu legislatif dan pemilu presiden, pelaksanaan lelang pengadaan barang terpusat pada Unit Layanan Pengadaan (ULP) di Sekretariat Daerah Provinsi, di beberapa daerah tidak dapat dilaksanakan karena terjadi batal lelang akibat adanya sanggah banding, sedangkan untuk melakukan lelang ulang tidak cukup waktu, batal kontrak karena pihak penyedia barang tidak dapat penyelesaikan pekerjaan, dan kesalahan penempatan anggaran pada akun transfer uang sehingga diperlukan revisi DIPA, sementara itu untuk melaksanakan revisi DIPA waktunya terbatas.

Tabel 15. Capaian Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011 - 2014

Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %

1. Padi 609 604 99.18 1,269 1,269 100 482 460 95.44 502 449 89.44 2. Jagung 15 15 100 92 87 94.57 274 207 75.55 3. Kedelai 125 125 100 56 54 96.43 130 101 77.69 4. Ubikayu 12 12 100 27 27 100.00 - - -5. Ubijalar 10 10 100 25 25 100.00 - - -Jumlah bantuan sarana pascapanen Indikator Kinerja 2011 2012 2013 2014

B. Capaian Susut Hasil Tanaman Pangan

Berdasarkan realisasi penyaluran bantuan sarana pascapanen tahun 2011 sampai dengan 2014 yang berasal dari dana APBN Ditjen Tanaman Pangan untuk padi, jagung, kedelai, ubikayu dan ubijalar telah berhasil menurunkan susut hasil masing-masing sebesar 1,164%, 0,306%, 0,805%, 0,016% dan 0,083%. Capaian susut hasil ini masih rendah belum mencapai target yang ditetapkan, hal ini disebabkan karena masih rendahnya dukungan anggaran yang dialokasikan untuk komoditas padi, jagung, kedelai, ubikayu dan ubijalar untuk fasilitasi sarana pascapanen.

(29)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 23

Tabel 16. Capaian Penurunan Susut Hasil Tahun 2011 - 2014

2011 2012 2013 2014*) 1. Padi 0.19 0.4700 0.311 0.0900 2. Jagung 0.0117 0.124 0.1250 3. Kedelai 0.1950 0.497 0.1130 4. Ubikayu 0.0065 0.0092 -5. Ubijalar 0.0600 0.0226

-Penurunan Susut Hasil (%) Komoditas

No.

Keterangan :

Berdasarkan data realisasi sementara sampai dengan bulan Desember 2014

Tingginya capaian susut hasil padi tahun 2012 disebabkan adanya bantuan kontigensi dan APBN-P, sedangkan rendahnya capaian susut hasil padi pada tahun 2014 dibandingkan tahun sebelumnya disebabkan belum semua daerah melaporkan data realisasi bantuannya serta adanya gagal lelang di beberapa provinsi. Peningkatan capaian susut jagung setiap tahunnya disebabkan adanya peningkatan jumlah bantuan sarana pascapanen jagung dari tahun 2012 sampai 2014. Terjadinya peningkatan capaian susut hasil kedelai pada tahun 2013 disebabkan karena meningkatnya realisasi power thresher yang berkontribusi cukup besar terhadap penurunan susut hasil kedelai, sedangkan penurunan capaian susut kedelai pada tahun 2014 karena menurunnya realisasi power thresher dibandingkan tahun 2013.

Adapun capaian susut hasil ubikayu dan ubijalar masih rendah dibandingkan sasarannya, namun bantuan tersebut diharapkan dapat mendorong perubahan perilaku petani ubikayu dan ubijalar dari yang semula hanya dijual dalam bentuk segar menjadi bentuk lain seperti chips/gaplek sebagai bahan baku tepung yang dapat memberikan nilai tambah kepada petani sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani.

3.3.1.5. Capaian Kinerja Lainnya

Selain pencapaian kinerja penurunan angka susut hasil sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya terdapat kegiatan pendukung penanganan pascapanen lainnya melalui bahan informasi, pembinaan, sosialisasi, dan bimbingan teknis yang difokuskan pada perubahan sikap dan prilaku petani pada saat melakukan proses panen dan pascapanen.

Kegiatan pendampingan untuk mendukung penanganan pascapanen padi, jagung, kedelai dan aneka umbi dilakukan dalam bentuk penyebaran bahan

(30)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 24

informasi, pembinaan, bimbingan teknis, gerakan penanganan pascapanen padi, jagung dan kedelai, serta pengukuran susut hasil pascapanen jagung, kedelai dan ubikayu. Capaian realisasi kegiatan subdit padi, jagung, kedelai dan aneka umbi secara fisik mencapai 100%, namun realisasi keuangan tidak rata-rata hanya mencapai 70,16% karena adanya sisa mati.

Disamping kegiatan pendampingan, diperlukan data pendukung seperti pemutakhiran database sarana pascapanen tanaman pangan sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui peta penyebaran sarana di petani/kelompok tani. Kegiatan pemutakhiran database dilakukan baik di tingkat pusat dan daerah melalui dana dekonsentrasi. Hal ini penting untuk penentuan kelompok tani penerima dalam pengalokasian sarana pascapanen di masa datang dalam rangka peningkatan produksi di suatu wilayah. Dukungan kegiatan penanganan pascapanen melalui dana APBD tahun 2014 sangat membantu pencapaian angka penurunan susut di lapangan. Namun belum diperoleh laporan evaluasi dari daerah mengenai dukungan ini.

3.4. Akuntabilitas Keuangan

Pada tahun 2014 Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan mengelola

anggaran sebesar Rp.160.846.772.000. Anggaran tersebut dikelola oleh 27 Satker meliputi: 1 Satker Pusat dan 26 Satker Dinas Pertanian Provinsi,

dengan rincian alokasi anggaran untuk Satker Pusat Rp.7.771.330.000, Dinas

Provinsi (Dekon) Rp. 6.232.268.000, Tugas Pembantuan Provinsi

Rp. 146.843.174.000,-.

Kinerja serapan anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2014 secara keseluruhan dapat dikategorikan berhasil, dengan total realisasi serapan mencapai Rp.134.315.330.695,- atau 83,51%. Bila dirinci menurut Satker pengelola sebagai berikut :

1) Serapan anggaran Satker Pusat hingga 31 Desember 2014 sebesar Rp.6.411.195.519,- (82,50% dari pagu Rp.7.771.330.000,-),

2) Dinas Provinsi (Dekon) sebesar Rp.5.634.679.836,- (90,41% dari pagu Rp.6.232.268.000,-),

3) Dinas Provinsi (Tugas Pembantuan) sebesar Rp.122.269.455.340,- (83,27% dari pagu Rp.146.843.174.000,-).

(31)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 25

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dan analisis serta evaluasi akuntabilitas kinerja keuangan, bahwa output kegiatan telah terlaksana dengan kategori

berhasil dan capaian sasaran belum sesuai rencana. Apabila dibandingkan

alokasi anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2013 sebesar Rp. 161.100.496.000, maka dapat dikatakan pada tahun 2014 Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan mengalami penurunan jumlah anggaran yang sebesar Rp. 253.724.000,- atau turun 0,16%.

Tabel 17. Realisasi Serapan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Menurut Satuan Kerja Tahun 2014

No Satuan Kerja Pagu dalam DIPA

(Rp) Realisasi (Rp) % 1 Pusat - Ditjen TP Pusat 7,771,330,000 6,411,195,519 82.50 2 Dekonsentrasi - Dinas Prop 6,232,268,000 5,634,679,836 90.41 3 Tugas Pembantuan - Dinas Prop 146,843,174,000 122,269,455,340 83.27 160,846,772,000 134,315,330,695 83.51 Jumlah

3.5. Hambatan dan Kendala

Beberapa hambatan dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2014, meliputi aspek administrasi, teknis, SDM, kelembagaan, dan pembiayaan, antara lain:

1) Aspek Administrasi

a) Adanya surat himbauan penundaan pencairan dana bansos dan hibah sampai pemilu legislatif selesai :

1. SE KPK ke Gubernur No.B-14/01-15/01/2014 tgl 6 Januari 2014 2. Surat Sekjen Kementan kepada Dirjen/Kepala Badan Lingkup

Kementan No.914/RC.110/A/03/2014 tgl 17 Maret 2014

Terbitnya INPRES No.4 Tahun 2014 tentang Penghematan Anggaran, sehingga :

1. Daerah yang mengalami penghematan menunggu turunnya DIPA APBN-P

2. Beberapa daerah melakukan revisi CPCL, pembatalan lelang, pengajuan lelang kembali ke ULP

(32)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 26

c) Pergantian pejabat PPK Dinas Pertanian Provinsi

d) Penyedia barang/jasa tidak mampu memenuhi kontrak sehingga pengadaan peralatan Power Thresher Multiguna sebanyak 14 unit tidak dapat direalisasikan (Provinsi Bali)

e) Gagal pengadaan karena tidak ada penawaran dari pihak ke-3 (Provinsi Jawa Timur)

f) Terjadi kekeliruan akun yang seharusnya transfer barang menjadi transfer uang sehingga memerlukan waktu untuk perubahan dan hanya dapat terealisasi sebagian saja (Provinsi Papua Barat)

g) Pembatalan pengadaan peralatan 1 unit Vertical Dryer, karena alokasi dana untuk bangunan Vertical Dryer tidak tersedia (Provinsi Sumatera Barat)

h) Bantuan Sarana Pascapanen Vertical Dryer 3 unit tidak terealisasi di Provinsi Jawa Barat karena terjadi pembatalan kontrak akibat adanya sanggah banding.

i) Lambatnya penetapan CPCL dan sering mengalami perubahan mengakibatkan penandatangan SK CPCL terlambat

j) Pergantian KPA mengakibatkan penandatanganan SK terlambat. k) RUKK yang disusun tidak sesuai dengan pedoman teknis, dan belum

mencerminkan kebutuhan real di lapangan melainkan masih banyak yang berupa keinginan.

l) Belum tertibnya pengiriman laporan ke provinsi/pusat sehingga mengalami keterlambatan dalam melakukan rekap data.

2) Aspek Teknis

a) Sosialisasi kepada kelompok penerima bantuan belum optimal dirasakan masih kurang, sehingga kelompok penerima bantuan belum memahami bantuan sarana pascapanen karena minimnya dana sosialisasi dan kurangnya koordinasi Kabupaten dengan provinsi disebabkan jarak yang terlalu jauh.

b) Calon penerima bantuan belum memenuhi syarat sesuai ketentuan pada pedoman teknis dan adanya intervensi dari banyak pihak yang menyebabkan CPCL sering berubah-ubah.

(33)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 27

c) Tim teknis memerlukan waktu melakukan survey ke produsen yang memiliki spesifikasi sesuai dengan Pedoman Teknis dan memiliki test

report.

d) Masih terbatasnya ketersediaan bengkel alsin dan suku cadang di lokasi penerima bantuan sehingga petani kesulitan saat alsin mengalami kerusakan.

e) Kapasitas bantuan belum disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku di lokasi bantuan dan kemampuan poktan/gapoktan.

f) Pemberian bantuan belum disertai bimbingan teknis dari petugas lapang

g) Petugas pengelola data tingkat Kabupaten belum tertib mengirim data ke provinsi sehingga petugas mengalami kesulitan dan keterlambatan dalam merekap data.

3) Aspek SDM, Kelembagaan, dan Pembiayaan

a) Terbatasnya SDM dan pengetahuan SDM yang menangani seleksi CPCL.

b) Gapoktan/Poktan penerima bantuan sarana pascapanen belum

memahami dalam penyusunan RUKK, sehingga diperlukan

pendampingan dari petugas Kabupaten

c) Masih ada Kabupaten/Kota yang terlambat dalam melakukan CPCL disebabkan tidak adanya dana pendampingan dari APBD

d) Sering terjadi mutasi/alih tugas pegawai yang menangani program pascapanen di daerah yang berpengaruh pada kinerja satker.

e) Dinas Provinsi kurang aktif memantau pelaksanaan kegiatan pengadaan sarana di ULP.

f) Kurangnya koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dengan pelaksana kegiatan karena dana kegiatan berada pada satker bidang Tanaman Pangan, sedangkan pelaksanaan kegiatan pascapanen ditangani pada bidang Binus/P2HP.

g) Masih minimnya dukungan APBD, baik dari Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten terhadap upaya penanganan pascapanen

(34)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 28

tanaman pangan, sehingga masih tergantung dari dukungan dan bantuan dari Pemerintah Pusat.

h) Lemahnya manajemen administrasi poktan/ gapoktan, sehingga pengelolaan sarana tersebut melalui sistem penyewaan sarana pascapanen belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.

i) Ketersediaan tenaga teknisi dan operator yang cukup profesional dalam mengoperasikan sarana pascapanen belum mencukupi.

j) Minimnya pengetahuan petugas bengkel dalam memperbaiki sarana pascapanen yang rusak.

k) Poktan penerima bantuan belum memahami cara penggunaan sarana yang diterimanya sehingga menyebabkan losses saat proses penanganan pascapanen.

3.6. Upaya dan Tindaklanjut

1. Dalam pengadaan bantuan sarana pascapanen di tahun yang akan datang harus disertai dengan biaya pengadaan/lelang yang dialokasikan pada Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota.

2. Dinas Pertanian Provinsi berkoordinasi dengan Kabupaten/kota dan menyarankan agar Pedoman Teknis lebih dipahami oleh petugas yang identifikasi CPCL.

3. Dinas Pertanian Provinsi harus segera mempersiapkan kelengkapan administrasi dan teknis kegiatan pengadaan sarana pascapanen, serta harus aktif berkoordinasi dengan pihak ULP, untuk memastikan terselenggara tepat waktu.

4. Kepala Dinas Pertanian Provinsi harus memastikan, mengawal dan menjembatani koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dan pelaksana kegiatan.

5. Pengajuan kelengkapan lelang ke ULP diharapkan dilakukan di awal tahun anggaran, sehingga jika terjadi gagal lelang atau permasalahan dalam pelelangan, sehingga masih tersedia waktu yang cukup untuk proses lelang ulang.

(35)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 29

6. Aparat Dinas Pertanian Provinsi pelaksana kegiatan bantuan sarana pascapanen harus memahami dengan baik semua petunjuk yang terdapat dalam buku pedoman teknis penanganan pascapanen tanaman pangan Tahun 2013.

7. Alat/sarana pascapanen yang akan dibeli harus memiliki SNI atau minimal test report yang dikeluarkan oleh lembaga uji yang tersebar di 15 provinsi. 8. Perlu dukungan APBD Prov/Kab/Kota dalam mendukung pelaksanaan

kegiatan pusat dan menunjang upaya perbaikan dan peningkatan penanganan pascapanen tanaman pangan.

9. Melakukan teguran secara tertulis kepada pelaksana di daerah yang tidak memenuhi Pedoman Teknis Pascapanen.

10. Pelatihan pengoperasian perawatan dan perbaikan sarana perlu difasilitasi oleh produsen/pabrikan tempat pembelian sarana tersebut dan dilakukan saat droping sarana, saat panen dan pascapanen atau mengirimkan teknisi dan operator ke produsen/pabrikan untuk mengikuti pelatihan dan adanya jaminan purna jual untuk pembelian alsin tersebut.

11. Mengintensifkan koordinasi baik melalui telpon, sms dan e-mail ke tingkat kabupaten/provinsi dalam percepatan pengiriman laporan.

(36)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 30

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran capaian kinerja kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2014, sebagian kegiatan kurang berhasil dilaksanakan sesuai penetapan kinerja dan indikator kinerja, namun beberapa kegiatan telah dapat diselesaikan melebihi target yang ditetapkan. Terlaksananya seluruh kegiatan di Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan sangat mendukung pelaksanaan kegiatan teknis lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kegiatan yang belum mencapai target akan dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan kebijakan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan ke depan.

Pencapaian kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2014 terkendala adanya himbauan penundaan pencairan dana bansos dan hibah sampai pemilu legislatif selesai sehingga pengadaan menjadi terhambat dan beberapa sarana tidak dapat dapat terealisasi. Hal ini menyebabkan capaian kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan secara keseluruhan menjadi tidak optimal.

4.2.Saran

Dalam rangka memantapkan penerapan sistem akuntabilitas kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada masa mendatang, perlu dilakukan peningkatan kualitas SDM pelaksana kegiatan baik di pusat maupun di daerah, sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan baik.

Analisis efisiensi dan efektivitas terhadap pemanfaatan anggaran masih sulit diukur karena tidak adanya tolak ukur yang pasti tentang batasan efektif atau efisiensinya sebuah kegiatan. Untuk itu, ke depan perlu dilakukan perumusan efektivitas dan efisiensi kegiatan.

(37)

Gambar

Tabel 1. Angka Dasar Susut Pascapanen Tanaman Pangan No.  Komoditas  Angka Dasar  Susut  Tahun   Rata-rata per tahun 2011 2012 2013 2014  1
Tabel 2. Capaian  Strategis  Direktorat  Pascapanen  Tanaman  Pangan  Tahun  2014
Tabel 3.  Capaian  Realisasi  Input  Bantuan  Sarana  Pascapanen  Tanaman  Pangan Tahun 2014 Setelah Penghematan
Tabel 5.  Perbandingan  Angka  Penurunan  Susut  Hasil  Tanaman  Pangan  Tahun 2013 dan Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

masing sebanyak 100 µL menggunakan pipet eppendorf larutan contoh yang telah siap dianalisis lalu dimasukkan ke dalam tabung analisis yang telah berisi 50 mL larutan SnCl 2 10

6. Mouseun hareket ettirilmesi suretiyle parçanın döndürülmesini sağlayan komuttur. Komut ikonunu tıklayıp, mouseun sol tuşunu basılı tutarak mouseu hareket ettirdiğimizde

Jika tiga buah kotak korek api identik diimpitkan pada bidang yang terluas maka terjadi sebuah balok yang panjang rusuk totalnya 504 mm, diimpitkan pada

Jadi kedepannya tidak akan mengalami kesulitan dalam mengakses repository jika internet mengalami gangguan, karena sudah memiliki repository sendiri yang dapat akses

Berkaitan dengan pembahasan yang di atas bimbingan klasikal dalam POP BK SMP (2016: 72) Pengertian Bimbingan klasikal merupakan kegiatan layanan yang diberikan

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini ialah transplantasi dengan judul Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan

Selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan penunjang untuk penelitian- penelitian linguistik historis komparatif selanjutnya, yakni berupa

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini di gunakan analisis data secara deskriptif dengan pendekatan secara kualitatif yang menyajikan data bukan berupa data