• Tidak ada hasil yang ditemukan

Provinsi Sumatera Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Provinsi Sumatera Selatan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GRAFIK ... vi

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 1

A. Produk Domestik Regional Bruto ... 1

B. Inflasi ... 2

C. Indikator Kesejahteraan ... 3

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN ... 6

A. Pendapatan Negara ... 7

B. Belanja Negara ... 10

C. Prognosis Realisasi APBN ... 14

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ... 16

A. Pendapatan Daerah ... 16

B. Belanja Daerah ... 20

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2021 ... 21

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ... 23

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian ... 23

B. Pendapatan Konsolidasian ... 24

C. Belanja Konsolidasian ... 25

D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam PDRB ... 26

(4)

DAFTAR GRAFIK

Grafik I.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I-2021 Terhadap Triwulan

IV-2020 (q-to-q) ………... 1

Grafik I.2. Tingkat Inflasi Nasional dan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021 …... 2

Grafik I.3. Tingkat Kemiskinan Provinsi Sumatera Selatan 2011-2020………...…… 3

Grafik II.1. Penerimaan PPh Berdasarkan Wilayah kerja KPPN s.d Triwulan I 2021 (miliar rupiah) 7 Grafik II.2. Penerimaan PPN Berdasarkan Wilayah Kerja KPPN s.d Triwulan I 2021 (miliar rupiah) 8 Grafik II.3. Penerimaan Cukai dan Pajak Perdagangan Internasional s.d Triwulan I 2021 ………. 8

Grafik II.4. Realisasi PNBP BLU di Sumatera Selatan s/d Triwulan I 2021 (miliar rupiah) ………… 9

Grafik II.5. Realisasi PNBP Lainnya Berdasarkan Wilayah Kerja KPPN s.d Triwulan I 2021 (miliar rupiah) ... 10

Grafik II.6. Perkembangan Bulanan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja di Provinsi Sumatera Selatan periode s/d Tw I 2021 (persentase) ……… 10

Grafik II.7. Perkembangan Bulanan Realisasi TKDD Lingkup Kanwil Sumatera Selatan s.d. Tw I 2021 (persentase) ………... 11

Grafik II.8. Perbandingan Perkembangan Penyaluran KUR-UMi s.d. 31 Maret per Tahun Berdasarkan Skema ... 13

Grafik III.1. Komposisi dan Realisasi Pajak Daerah Triwulan I Tahun 2019-2021 (miliar Rp) …….... 17

Grafik III.2. PAD Lainnya Triwulan I Tahun 2019-2021 (miliar Rp) ………...………. 18

Grafik III.3. Komposisi dan Penerimaan Transfer Triwulan I Tahun 2021 (miliar Rp) ………. 19

Grafik III.4. Pagu dan Realisasi Belanja Per Jenis Belanja dan Per Urusan (miliar Rp) ... 21

Grafik III.5. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan ... 22

Grafik III.6. Pengaruh ETP pada peningkatan PAD ... 23

Grafik IV.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Tahun 2021 dan Tahun 2020 ……… 24

Grafik IV.2. Perbandingan Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah Terhadap Pendapatan Konsolidasian Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Tahun 2020 dan Tahun 2021 … 25 Grafik IV.3. Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Tahun 2021 dan Tahun 2020 (miliar rupiah) ... 27

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel II.1. Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Sumatera Selatan Periode s.d. Triwulan I

Tahun 2019-2021 (miliar rupiah) ………... 6

Tabel II.2. Pendapatan Perpajakan Periode s.d Triwulan I Tahun 2019-2021 (miliar Rp) ……… 7

Tabel II.3. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja s/d Triwulan I Tahun 2019-2021 (miliar Rp) …...………... 10 Tabel II.4. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan TKDD s/d Triwulan I Tahun 2019-2021 (miliar Rp) …...……… 11

Tabel II.5. Pendapatan BLU dan Belanja yang menggunakan Sumber Dana BLU untuk BLU di wilayah Provinsi Sumatera Selatan s/d Triwulan I 2021 ……….. 12

Tabel II.6. Profil Penerusan Pinjaman di Provinsi Sumatera Selatan Posisi s.d. 31 Desember 2020……... 13

Tabel II.7. Perkiraan Realisasi APBN s.d. Akhir Tahun 2021 (miliar Rp) ……….……… 14

Tabel III.1. Realisasi Pendapatan APBD s.d Triwulan I Tahun 2019-2021 (miliar Rp) ……...…………. 16

Tabel III.2. Realisasi Dana Transfer Wilayah Sumatera Selatan TW I TA 2021 ……… 19

Tabel III.3. Realisasi Belanja APBD s.d Triwulan I Tahun 2019-2021 (miliar Rp) ………....……… 20

Tabel III.4. Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Sumatera Selatan s.d. Triwulan IV Tahun 2021 dengan analisis tren (triliun Rp) ... 22 Tabel IV.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sumatera Selatan

s.d. Triwulan I Tahun 2020……… 24

Tabel V.1. Data Realisasi penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Tahun 2020 dan 2021 (sampai dengan bulan April) Provinsi Sumatera Selatan ...

(6)

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

A. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten/kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender).

Grafik I.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I-2021 Terhadap Triwulan IV-2020 (q-to-q)

Sumber: BPS Provinsi Sumsel, 2021

Berdasarkan data PDRB menurut Lapangan Usaha dinyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatra Selatan triwulan I-2021 terhadap triwulan IV-2020 (q-to-q) mengalami kontraksi sebesar 0,02 persen. Lapangan usaha yang mendorong terjadinya kontraksi adalah Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 11,04 persen; Pengadaan Air sebesar 9,78 persen; dan Transportasi dan Pergudangan sebesar 5,39 persen. Sementara itu, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 9,49 persen; Real Estate sebesar 3,85 persen; dan Jasa Perusahaan sebesar 1,97persen.

Berdasarkan data PDRB menurut Pengeluaran juga dinyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan triwulan I-2021 terhadap triwulan IV-2020 (q-to-q) mengalami kontraksi sebesar 0,02 persen. Hal ini disebabkan oleh turunnya PDRB (q-to-q) di sisi produksi. Sementara di sisi konsumsi, beberapa komponen pengeluaran yang mengalami kontraksi signifikan yaitu Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) sebesar 46,38 persen. Hal ini disebabkan oleh adanya

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

Sumsel Nasional Sumsel Nasional

2020 2021 -0,82 -2,41 -0,02 -0,96 -1,69 -4,19 4,22 5,05 -2,78 -0,42 Q1 Q2 Q3 Q4

(7)

penurunan yang terjadi pada semua sub komponen Pengeluaran Pemerintah seperti belanja pegawai (28,54 persen), penyusutan (62,47 persen), belanja barang (76,45 persen) dan belanja bantuan sosial (92,09 persen). Selain itu, Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga mengalami kontraksi sebesar 6,10 persen. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan secara q-to-q masih diatas pertumbuhan ekonomi Nasional.

B. Inflasi

Inflasi merupakan peningkatan harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, termasuk akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Grafik I.2. Tingkat Inflasi Nasional dan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021

Sumber: BPS Provinsi sumsel TA. 2021

Grafik di atas menunjukkan bahwa inflasi bulanan pada Provinsi Sumatera Selatan pada Triwulan I Tahun 2021 berfluktuasi. Pada bulan Januari 2021 mengalami inflasi sebesar 0,42, namun pada bulan Februari 2021 mengalami deflasi sebesar -0,08 dan pada bulan Maret 2021 kembali mengalami inflasi sebesar 0,15 persen dimana lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi secara Nasional sebesar 0,08 persen. Inflasi Tahun Kalender (Kumulatif) sampai bulan Maret 2021 sebesar 0,49 persen, sementara Inflasi Tahunan Y-on-Y (Maret 2021 terhadap Maret 2020) sebesar 1,12 persen.

Dapat disampaikan juga bahwa pada bulan Maret 2021 di Kota Palembang mengalami inflasi sebesar 0,17 persen yang dipengaruhi oleh naiknya harga-harga komoditas seperti sewa rumah, bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan mie kering instant. Sementara itu berbeda dengan Kota Lubuk Linggau yang mengalami deflasi sebesar 0,03 persen pada bulan Maret 2021 dimana komoditas

0,42 -0,08 0,15 0,26 0,1 0,08 -0,2 0 0,2 0,4 0,6

Januari Februari Maret

(8)

dominan yang menyebabkan terjadinya deflasi tersebut antara lain cabai rawit, telur ayam ras, dan cabai merah.

C. Indikator Kesejahteraan 1. Tingkat Kemiskinan

Berdasarkan Berita Resmi Statistik dari BPS Provinsi Sumatera Selatan tentang Profil Kemiskinan Sumatera Selatan September 2020 (No. 13/01/16/Th.XXII) yang rilis pada 15 Februari 2021 disebutkan bahwa jumlah penduduk miskin pada periode September 2020 di Provinsi Sumatera Selatan mencapai 1.119,65 ribu orang atau sebesar 12,98 persen dari total penduduk. Dibandingkan dengan kondisi Maret 2020 jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 38,07 ribu orang dari 1.081,58 ribu orang atau naik 0,32 persen poin dari 12,66 persen. Dibandingkan keadaan September 2019 jumlah penduduk miskin naik sebanyak 52,49 ribu dari 1.067,16 ribu orang, atau naik sebesar 0,42 persen poin dari 12,56 persen. Meskipun demikian penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan masih di atas rata-rata penduduk miskin secara nasional yang sebesar 10.19 persen.

Grafik I.3 Tingkat Kemiskinan Provinsi Sumatera Selatan 2011-2020

Sumber: BPS Provinsi Sumsel, 2021

Berdasarkan grafik di atas, jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan diharapkan mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun selama periode tahun 2011 - 2020 mengalami fluktuasi. Persentase penduduk miskin terendah pada kurun waktu tahun 2011 – 2020 dicapai pada September

13,95 13,48 14,06 13,62 13,77 13,39 13,1 12,82 12,56 12,98 12,36 11,66 11,46 10,96 11,13 10,7 10,12 9,66 9,22 10,19 0 2 4 6 8 10 12 14 16 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Tingkat Kemiskinan Provinsi Sumatera Selatan 2011-2020

(9)

2019 sebesar 12,56 persen yang mengalami penurunan sebesar 1,68 persen poin dibandingkan September 2011 sebesar 13,95 persen.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, setiap kurun waktu 6 (enam) bulan terjadi perubahan persentase penduduk miskin di perkotaan dan perdesaan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2019 sebesar 11,94 persen (378,85 ribu orang) naik menjadi 12,16 persen (387,80 ribu orang) pada Maret 2020 dan naik menjadi 12,52 persen (404,43 ribu orang) pada September 2020. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 12,93 persen (688,31 ribu orang) pada September 2019 menjadi 12,96 persen (693,78 ribu orang) pada Maret 2020 dan naik menjadi 13,25 persen (715,22 ribu orang) pada September 2020.

Oleh karena itu, dibutuhkan kerja keras dan sinergisitas pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan pemerintah kabupaten/kota se-Sumatera Selatan agar angka kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan dapat menurun sesuai dengan yang diharapkan, khususnya dalam penanganan dampak COVID-19 terhadap kesejahteraan penduduk miskin.

2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Seperti yang dinyatakan dalam Berita Resmi Statistik dari BPS Provinsi Sumatera Selatan tentang Profil Kemiskinan Sumatera Selatan September 2020 (No. 13/01/16/Th.XXII) yang rilis pada 15 Februari 2021, salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).

Pada Agustus 2020, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,51 persen atau sebanyak 238.363 orang dari 4.329.746 angkatan kerja. Terjadi kenaikan sebesar 0,98 persen poin atau meningkat sebesar 48.159 orang dibandingkan Agustus 2019 yang sebesar 4,53 persen. Kenaikan tingkat pengangguran tersebut akibat pandemi Covid-19 yang sangat mempengaruhi bidang-bidang usaha secara keseluruhan dan aktivitas masyarakat pun lebih banyak dilakukan di rumah.

Data yang tercatat pada Agustus 2020, terdapat 597,88 ribu penduduk usia kerja (9,48 persen) yang terdampak Covid-19 dengan rincian sebagai berikut:

- 49,8 ribu penduduk menjadi Pengangguran

- 14,2 ribu penduduk menjadi Bukan Angkatan Kerja - 40,99 ribu penduduk Sementara Tidak Bekerja

(10)

- 492,9 ribu penduduk Bekerja dengan Pengurangan Jam Kerja.

Unuk mengatasi tingginya tingkat pengangguran di Provinsi Sumatera Selatan, maka Bantuan Sosial Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Daerah sangat membantu penduduk pada masa pandemi, terutama penduduk pada lapisan bawah.

(11)

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

Pada bab ini berisi data dan analisis pelaksanaan APBN di Wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang meliputi Pendapatan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi, Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi, Transfer Ke Daerah dan Dana Desa, Pengelolaan BLU dan Pengelolaan Manajemen Investasi Pusat. Pelaksanaan APBN di Provinsi Sumatera Selatan secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel II.1. yang disajikan dalam format I-Account dibawah ini.

Pada tabel II.1. di atas, struktur APBN terdiri dari Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan. Komponen Penerimaan Dalam Negeri pada sisi Pendapatan berasal dari komponen Perpajakan, PNBP, dan Hibah. Realisasi Pendapatan Negara sampai dengan triwulan I tahun 2021 sebesar Rp2,55 triliun atau 14,40% dari Perkiraan Target Pendapatan Negara. Realisasi tersebut terdiri dari Penerimaan Perpajakan dengan capaian sebesar 12,63% dan PNBP sebesar 29,14%. Anggaran Pendapatan Hibah bernilai nihil karena pencatatan anggaran pendapatan Hibah mengikuti pengesahan dari realisasi Hibah. sementara Pembiayaan hanya terdapat pada APBN tingkat nasional sehingga Pembiayaan pada APBN tingkat provinsi bernilai nihil.

Sisi belanja dibagi menjadi Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Pada Belanja Pemerintah Pusat, penyerapan belanja terdapat peningkatan dibandingkan tahun 2020 menjadi 18,16%. Peningkatan ini disebabkan oleh pembebanan dan pembayaran kontrak pekerjaan tahun 2020 pada awal tahun 2021. Capaian realisasi TKDD juga meningkat menjadi 25,06% apabila dibandingkan dengan realisasi periode yang sama pada tahun 2020 yang sebesar 19,74% yang disebabkan oleh peningkatan nominal penyaluran DBH, DID, DAK Non Fisik dan Dana Desa. Kondisi Pendapatan dan Belanja diatas menyebabkan APBN di Provinsi

(12)

Sumatera Selatan mengalami defisit yang terealisasi sebesar Rp6,64 triliun atau 28,94% dari perkiraan defisit.

A. Pendapatan Negara

Pendapatan Negara dibagi menjadi Penerimaan Perpajakan dan PNBP. 1. Pendapatan Perpajakan

Total pendapatan perpajakan di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan triwulan I 2021 berjumlah Rp2,00 triliun.

Realisasi pendapatan ini menurun sebesar Rp177,77 miliar. Berikut rincian pendapatan pajak berdasarkan jenis pendapatan perpajakan:

a. Pajak Penghasilan (PPh)

Pendapatan total pajak penghasilan di Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan I 2021 berjumlah Rp1,12 triliun dengan rincian pendapatan per kabupaten/kota di wilayah kerja KPPN sebagai berikut:

Pada triwulan I tahun 2021 Pendapatan PPh menjadi satu-satunya pendapatan pajak yang mengalami penurunan, dengan nominal penurunan sebesar Rp306,14 miliar atau 21,41 persen

dibandingkan periode yang sama tahun 2020. Penurunan terjadi pada semua unsur PPh kecuali PPh pasal 25/29 Orang/Pribadi. Penurunan ini masih merupakan dampak lanjutan dari pandemi covid-19 di Indonesia sejak awal tahun 2020. Penurunan PPh pada periode ini didominasi oleh Penurunan PPh 23 yakni sebesar Rp99,24 miliar. Disusul di posisi selanjutnya penurunan terbesar terjadi pada PPh Final sebesar Rp89,39 miliar yang disebabkan oleh implementasi insentif pajak bagi UMKM dan penyedia jasa Konstruksi.

Dari 17 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, pendapatan pajak penghasilan tertinggi terdapat di Kab/Kota pada wilayah kerja KPPN Palembang dengan nilai kontribusi sebesar 81,75% atau Rp918,72 miliar, disusul kemudian Kab/Kota di wilayah kerja KPPN Sekayu sebesar Rp97,82 miliar sehingga memiliki selisih nominal yang mencapai Rp 820,90 miliar dibandingkan dengan kab/kota pada wilayah KPPN Palembang. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan lapangan usaha di Sumatera

(13)

Selatan masih terpusat pada penduduk dengan NPWP Kab/Kota di wilayah kerja KPPN Palembang. Adapun pendapatan terendah terdapat di Kab/Kota di wilayah kerja KPPN Baturaja dengan realisasi sebesar Rp32,55 miliar atau sekitar 2,90% dari total pendapatan pajak penghasilan di Sumatera Selatan.

b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)

Total Pendapatan PPN dan PPnBM di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan triwulan I 2021 sebesar Rp740,79 miliar dengan rincian pendapatan per kabupaten/kota sebagai berikut :

Lain halnya dengan PPh yang mengalami tren penurunan sebagai dampak langsung dari pandemi corona, PPN pada tahun 2021 justru kembali mengalami tren peningkatan hingga sebesar 153,03 persen dibandingkan tahun 2020. Tren yang

terus meningkat ini sebagai dampak jangka panjang dari kebijakan percepatan realisasi restitusi pajak yang meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk melaporkan pajak. Kab/kota di wilayah kerja KPPN Palembang menjadi kab/kota penyumbang pendapatan PPN tertinggi di lingkup Provinsi Sumatera Selatan dengan kontribusi penerimaan sebesar 67,61 persen dibandingkan total realisasi PPN di Sumatera Selatan. Jumlah ini tidak terlalu signifikan apabila dibandingkan dengan kontribusi PPh diatas, yang mengindikasikan bahwa aktifitas pertambahan nilai dari barang/jasa dalam peredaran barang/jasa dari produsen ke konsumen atau aktifitas usaha pengolahan yang sudah dapat dikenakan pajak mulai merata dan terpusat pada Kab/Kota di wilayah kerja KPPN Palembang lagi meskipun penerimaan PPN pada kab/kota selain wilayah KPPN Palembang masih relatif kecil, terutama dengan adanya pandemi COVID-19.

c. Pendapatan Cukai dan Pajak Perdagangan Internasional

Pendapatan pada sub bab ini merupakan jenis pendapatan yang dikelola oleh Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan. Berbeda halnya dengan data perpajakan yang disajikan per KPPN, data

pendapatan cukai dan perdagangan internasional disajikan secara total dikarenakan tempat transaksi dari jenis pendapatan ini berpusat di Kota Palembang.

(14)

Pendapatan Cukai dan Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional di Provinsi Sumatera Selatan s/d Triwulan I 2021 berjumlah Rp89,43 miliar. Jumlah ini meningkat 289,87% dibanding pendapatan Triwulan I tahun 2020 yang dominan disebabkan oleh peningkatan pendapatan bea keluar sebesar Rp54,68 miliar dan peningkatan pendapatan bea masuk sebesar Rp9,13 miliar.

Peningkatan Bea Keluar disebabkan oleh meningkatnya nilai ekspor di Sumatera Selatan sebesar 17,11% di periode yang sama. Peningkatan nilai ekspor Sumatera Selatan ini didominasi oleh peningkatan nilai ekspor pada barang golongan lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$2.172,70; golongan Besi, baja, bijih terak, dan abu logam sebesar US$1.951 dan golongan minyak mentah sebesar US$724,40. Hal ini menjadi indikator atas sudah cukup baiknya sinergitas antara ketersediaan barang berkualitas oleh produsen Sumatera Selatan, serta akses distribusinya melalui dukungan regulasi atau program-program Pemerintah pada golongan-golongan barang terkait di saat membaiknya perekonomian dunia yang tercermin melalui peningkatan permintaan pada golongan barang-barang tersebut. Dengan dukungan sinergitas pihak-pihak terkait yang berkesinambungan, diharapkan Sumatera Selatan juga dapat memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan percepatan pemulihan perekonomian dan kontribusi pendapatan bea keluar melalui kegiatan ekspornya. Dari ketiga subbab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa aktifitas ekonomi masyarakat Sumatera Selatan sebagian besar masih terpusat pada Kab/Kota di wilayah kerja KPPN Palembang selaku ibukota provinsi dan Kab/kota di wilayah kerja KPPN Sekayu, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari ibukota provinsi.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

Total penerimaan PNBP di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan triwulan I 2021 berjumlah Rp538,30 miliar yang dominan berasal dari Pendapatan BLU dan Pendapatan Lainnya. Penerimaan PNBP di Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan terjadinya peningkatan di tahun 2021.

a. Pendapatan BLU

Sesuai dengan namanya, pendapatan PNBP yang ini berasal dari Satker BLU (Badan Layanan Umum). Terdapat 10 BLU di Provinsi Sumatera Selatan dengan total pendapatan sampai dengan triwulan I 2021 sebesar Rp371,44 miliar dengan perkembangan sebagai berikut:

Dari grafik tersebut terlihat bahwa penerimaan PNBP BLU baru mulai terealisasi pada bulan Februari dan meningkat pesat di bulan Maret. PNBP BLU ini didominasi oleh BLU

(15)

Pendidikan Universitas Sriwijaya (44,59%), diikuti oleh BLU Kesehatan RSUP Moh Hoesin (32,05%).

b. Penerimaan PNBP Lainnya

Pendapatan PNBP Lainnya sampai dengan triwulan I 2021 berjumlah Rp166,85 miliar atau 31,00 persen dari total PNBP keseluruhan. Jumlah tersebut berasal dari penerimaan 340 satker, baik satker umum maupun satker PNBP.

Dari 17 Kab/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, pendapatan PNBP Lainnya tertinggi terdapat di Kab/Kota di wilayah kerja KPPN Palembang dengan nilai kontribusi sebesar 87,26%. Hal ini disebabkan oleh jumlah satker pengguna PNBP belum banyak tersebar di Kab/Kota di luar wilayah kerja KPPN Palembang

B. Belanja Negara

Belanja negara dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD).

1. Belanja Pemerintah Pusat

Realisasi Belanja Pemerintah Pusat sampai dengan triwulan I tahun 2021 berjumlah Rp2,63 triliun dengan rincian sebagai berikut:

Pagu belanja tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 0,13% dibandingkan pagu tahun 2020.

Penurunan pagu terjadi pada Belanja Modal dan Belanja Bansos yang mengalami penurunan sebesar Rp2,44 triliun. Sementara Jenis Belanja yang mengalami peningkatan pagu adalah Belanja

Barang yang meningkat sebesar Rp585,73 miliar, diikuti Belanja Pegawai yang meningkat sebesar Rp58,68 miliar.

Realisasi Total Belanja s/d Triwulan I pada tahun 2021 mencapai 18,16

persen, meningkat dibanding Realisasi periode yang sama pada Tahun 2020 yang sebesar 13,36 persen. Angka tersebut sudah di atas target realisasi triwulanan yang

(16)

sebesar 15 persen karena kontribusi realisasi Belanja Pegawai dan Belanja Modal yang mampu melampaui target realisasi triwulan I. Capaian Belanja Modal tahun ini mengalami peningkatan signifikan tepatnya pada bulan Januari yang telah mampu terealisasi sebesar 13,00%. Hal ini disebabkan oleh kontrak pekerjaan seperti pengadaan jalan nasional, dan bendungan yang dilaksanakan pada tahun 2020 namun belum dibayarkan sesuai kontrak sehubungan dengan refocusing anggaran, sehingga sebagian pembayaran dibebankan pada awal Tahun 2021.

2. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)

TKDD Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2021 mendapat alokasi pagu Rp26,20 triliun yang lebih kecil 10,07% dibandingkan pagu TKDD tahun 2020. Penurunan ini didominasi oleh penurunan pagu DBH untuk Pemda lingkup Provinsi Sumatera Selatan yang menurun sebesar Rp2,60 triliun.

Penurunan tersebut merupakan dampak atas merosotnya pendapatan daerah terdampak covid-19 sehingga menyebabkan status lebih bayar pada tahun 2020 dan terjadi pengurangan pagu DBH pada tahun 2021. Selain penurunan

pagu pada DBH, penurunan pagu juga terjadi pada DAU untuk Provinsi Sumatera Selatan seiring dengan penurunan pagu DAU untuk nasional menyesuaikan dengan kapasitas fiskal nasional yang juga terdampak oleh Covid-19. Sementara penurunan pagu pada DAK Non Fisik dan DID merupakan lanjutan dari kebijakan refocusing anggaran pada tahun 2020 sebagai upaya penanggulangan covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional melalui program-kegiatan yang dibiayai oleh Belanja APBN di bawah kewenangan Bendahara Umum Negara.

Pada Tahun 2021 Realisasi TKDD sampai dengan triwulan I sebesar Rp6,56 triliun atau 25,06% dari pagu TKDD Provinsi Sumatera

Selatan. Adapun dari realisasi TKDD sampai dengan Triwulan I tahun 2021, peningkatan secara signifikan terjadi pada semua jenis TKDD, kecuali capaian realisasi DAU yang menurun dibanding capaian realisasi periode yang sama pada tahun 2020, dan DAK

(17)

Fisik yang belum terealisasi s/d 31 Maret 2021. Peningkatan realisasi ini merupakan indikator keberhasilan kebijakan simplifikasi proses penyaluran TKDD dalam rangka percepatan penanganan covid-19 dan perlindungan sosial.

3. Pengelolaan BLU

Dalam menganalisis pengelolaan dana dan peningkatan layanan digunakan rasio BOPO yaitu menunjukkan perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan operasional. Data yang digunakan untuk menghitung BOPO adalah Pendapatan Jasa Layanan Umum dan Beban Barang dan Jasa BLU.

Berdasarkan data pada Tabel II.5 di atas, dapat kita lihat bahwa keseluruhan BLU memiliki nilai BOPO dari DIPA 97,50% yang dapat diartikan bahwa dalam menyediakan layanan, BLU tidak memungut tarif yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan operasional kecil dan lebih dari setengahnya terpakai hanya untuk menunjang operasional. Khusus untuk RS Kusta Dr Rivai Abdullah Palembang, Poltek Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan Palembang dan Rumkit Bhayangkara Palembang memiliki Belanja Operasional yang melebihi Pendapatan Operasional.

Khusus BB Labkes Palembang mengalokasikan seluruh Belanja untuk operasi layanan. Hanya Raden Fatah Palembang dan Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan yang tidak memiliki Target Pendapatan layanan.

4. Manajemen Investasi Pusat

a. Penerusan Pinjaman

Penerusan pinjaman merupakan salah satu special mission yang diemban Ditjen Perbendaharaan dan dikelola oleh Direktorat Sistem Manajemen Investasi yang selanjutnya didelegasikan kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk menatausahakan penerusan pinjaman pemerintah pusat kepada pemerintah daerah/BUMD.

(18)

Pada Triwulan I 2021 dilakukan Rekonsiliasi Outstanding posisi per 31 Desember 2020. Jumlah penerusan pinjaman di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 5 debitur dengan 15 pinjaman (SLA). Hak tagih pemerintah (outstanding pinjaman) sampai dengan 2020 sebesar Rp146,65 miliar. Rekonsiliasi outstanding pinjaman yang dilakukan semesteran berlangsung baik dengan akurasi rekonsiliasi yang mencapai 100 persen.

b. Kredit Program

Kredit Program yang gencar disalurkan oleh Pemerintah adalah program KUR dan Kredit Ultra Mikro (UMi). Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur usaha (UMKM dan koperasi) yang produktif dan layak (feasible) namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup (unbankable). Sedangkan pembiayaan ultra mikro (UMi) adalah program pembiayaan yang diinisiasi oleh Pusat Investasi Pemerintah yang bekerja sama dengan Lembaga Keuangan Bukan Bank untuk menjangkau pelaku usaha ultra mikro sebelum skema Super Mikro diluncurkan.

(19)

Berdasarkan grafik II.8 tampak bahwa penyaluran KUR pada tahun 2021 mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan penyaluran KUR periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.

Peningkatan ini disebabkan oleh kebijakan peningkatan batas nominal plafon tertinggi tiap skema pada penyaluran KUR yang terkonfirmasi melalui peningkatan jumlah penyaluran dan debitur skema Non Sumi pada grafik tersebut. Sejak Agustus tahun 2020 juga diluncurkan skema baru tanpa agunan yakni Super Mikro, dengan plafon maksimal Rp10 juta dan bunga yang dibebankan kepada debitur sebesar 6%. Skema ini memang ditujukan untuk memperluas jangkauan akses KUR kepada pelaku usaha ultra mikro yang sebelumnya terkendala mengakses pembiayaan oleh perbankan karena tidak memiliki agunan.

Berdasarkan grafik II.8 tersebut, juga tampak bahwa penyaluran UMi masih diminati hingga saat ini meskipun sudah diluncurkan skema Super Mikro, dengan suku bunga yang lebih murah dibandingkan suku bunga UMi. Hal tersebut disebabkan oleh cabang perbankan yang belum banyak tersedia pada beberapa daerah di kabupaten/kota lingkup Provinsi Sumatera Selatan, serta para pelaku usaha ultra mikro yang terkendala untuk mengakses KUR karena rekam jejak kredit pada SLIK baru hilang setelah 2 tahun berlalu sejak kredit dinyatakan macet. Dalam rangka untuk meningkatkan akses pembiayaan KUR, perlu dilakukan pengembangan cabang-cabang perbankan penyalur KUR pada daerah-daerah di Kabupaten/Kota, dan pendampingan calon debitur oleh Pemda

C. Prognosis Realisasi APBN

Sehubungan dengan data realisasi Pendapatan dan Belanja yang bersifat seasonal, maka digunakan metode analisis winter-holt untuk menghitung prognosis Pendapatan dan Belanja Negara sampai dengan triwulan IV tahun 2021. Perhitungan menggunakan data realisasi APBN triwulan III tahun 2017-triwulan IV tahun 2020 dengan alat bantu aplikasi Minitab.17.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data dengan rincian sebagai berikut:

Implementasi vaksinasi COVID-19 di banyak negara mendorong perbaikan permintaan global di beberapa negara yang sebaran virusnya mulai turun, dengan berlanjutnya

(20)

kebijakan fiskal-moneter serta percepatan digitalisasi yang turut mendukung kembalinya aktivitas perekonomian dimulai dari sisi ekspor, diperkirakan perekonomian akan mulai bertumbuh sehingga mendorong pendapatan perpajakan s/d TW IV tahun 2021 hingga tumbuh sebesar 3,40% secara y-on-y. Hal tersebut telah tercermin dalam pertumbuhan perekonomian Provinsi Sumatera Selatan TW I tahun 2021 yang meskipun masih terkontraksi sebesar 0,41 (y-o-y) namun mengalami pertumbuhan dari sisi ekspor sebesar 6,06 (y-on-y) diikuti oleh peningkatan pendapatan perpajakan perdagangan internasional di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 289,87% dari periode yang sama tahun 2020. Seiring dengan perbaikan aktivitas ekonomi dimulai dari sisi ekspor, Pemerintah akan melakukan upaya peningkatan layanan untuk menstimulus aktivitas perekonomian dalam negeri yang tercermin pada peningkatan Realisasi Belanja hingga melebihi pagu belanja, sehingga akan dilakukan revisi pagu belanja kembali. Peningkatan layanan tersebut juga diperkirakan akan meningkatkan Realisasi PNBP, sehingga secara total Provinsi Sumatera Selatan diperkirakan akan mengalami defisit sebesar Rp29,75 triliun. Perlu diperhatikan angka ini hanya perkiraan sehingga tidak dapat dijadikan acuan.

(21)

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

A. Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Realisasi Pendapatan Daerah sampai dengan Triwulan I Tahun 2021 mencapai 17,23 persen dari target (Rp39,92 triliun).

Tabel III.1. Realisasi Pendapatan APBD s.d Triwulan I Tahun 2019-2021 (miliar Rupiah)

Uraian 2019 2020 2021

Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %

PAD 6.881 1.072 16% 8.237 936 11% 8.412,76 1.172,50 13,94% Pajak Daerah 4.989 720 14% 5.559 564 10% 5.468,61 898,61 16,43% Retribusi Daerah 233 23 10% 248 28 11% 178,82 25,02 13,99% Hasil Peng. Kekayaan Daerah Yg Dipisahkan 212 100 47% 255 117 46% 268,57 123,07 45,82%

Lain-lain PAD yang

Sah 1.448 229 16% 2.175 226 10% 2.496,76 125,80 5,04%

PENDAPATAN

TRANSFER 31.656 7.534 24% 31.074 4.878 16% 29.804,42 5.702,62 19,13%

Transfer Pusat-

Dana Perimbangan 28.407 6.601 23% 28.511 4.756 17% 25.875,38 5.544,86 21,43% DID dan Dana

Penyesuaian 1.599 260 16% 1.046 0 0% 2.396,72 80,86 3,37% Transfer Pemprov 1.542 673 44% 1.424 122 9% 1.508,78 76,90 5,10% LAIN2 PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 2.450 263 11% 3.353 52 2% 1.457,65 2,22 0,15% Hibah 777 1 0% 1.222 42 3% 765,67 2,22 0,29% Dana Darurat - - Bantuan Keuangan 107 0 0% 92 0 0% 272,23 0,00 0,00% Pendapatan Lainnya 1.673 262 16% 2.131 9 0% 691,98 0,00 0,00% TOTAL PENDAPATAN 40.986 8.869 22% 42.664 5.865 14% 39.923,51 6.877,34 17,23%

Sumber: Pemda Lingkup Provinsi Sumatera Selatan (Triwulan I 2021, diolah)

Realisasi Total Pendapatan APBD sampai dengan Triwulan I Tahun 2021 sebesar Rp6,87 triliun. Secara nominal maupun persentase, sempat turun drastis di Tahun 2020 dan kembali meningkat pada Tahun 2021. Penurunan realisasi pada semua komponen pendapatan daerah di Triwulan I Tahun 2020 disebabkan oleh dampak pandemi COVID-19. Komponen yang menyumbang pemulihan pendapatan di Triwulan I Tahun 2021 sebagian besar berasal dari Pendapatan Transfer, dimana realisasinya meningkat sebesar Rp0,82 triliun dari Triwulan I Tahun 2020 hingga menjadi Rp5,70 triliun.

(22)

17,05% 82,9 2% 0,03 % PAD Transfer LLPD Kemudian, PAD di Triwulan I Tahun 2021 juga mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan pada periode Triwulan I Tahun 2020 mencapai Rp1,17 triiun (13,94% dari pagu Rp8,41 triliun)

1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah secara agregat sampai dengan Triwulan I Tahun 2021 mencapai Rp1,17 triliun atau mencapai 13,94 persen dari target yang telah ditetapkan. Untuk Pendapatan Asli Daerah dibagi lagi menjadi dua komponen, yakni pajak daerah dan PAD Lainnya (RD, HPKD, LLPAD).

a. Pajak Daerah

Capaian penerimaan Pajak Daerah tersebut mengalami peningkatan sebesar 6,43 persen dengan total 16,43 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya, dimana pada Triwulan I Tahun 2020 capaian realisasi pajak daerah menunjukan penurunan yang cukup siginifikan yaitu mencapai 10 persen dari realisasi triwulan I Tahun 2019 mencapai 14 persen.

Grafik III.1 Komposisi dan Realisasi Pajak Daerah Triwulan I Tahun 2019-2021 (miliar Rp)

Sumber: Pemda Lingkup Provinsi Sumatera Selatan (Triwulan I 2021, diolah)

Provinsi Sumsel memberikan kontribusi terbesar capaian Pajak Daerah sebesar Rp638,21 miliar atau 71,02 persen dari agregat penerimaan Pajak Daerah se-Provinsi Sumsel yang merupakan penerimaan dari Pajak Kendaraan Bermotor yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi. Berdasarkan tingkat persentase capaian, Kabupaten Lahat merupakan yang terendah dengan realisasi Pajak Daerah masih 0 persen dari target Rp31,36 miliar. Kontribusi masing-masing komponen pendapatan daerah yaitu PAD 17,05 persen, Pendapatan Transfer 82,92 persen dan LLPD (Lain-lain pendapatan daerah yang sah) 0,03 persen. Berdasarkan kontribusi ini dapat dikatakan bahwa tingkat ketergantungan pemda terhadap dana transfer sangat tinggi yang berarti pula bahwa

24 0 0 6 14 15 1 4 23 2 12 2 6 1 9 6 0 5 10 15 20 25 30 35 B any u asi n Em pa t La w ang La h at Lub u k L ing ga u M ua ra E n im M ub a M ur ata ra M us i R aw as O ga n Il ir O K I O K U O K U Se la ta n O K U Ti mu r Pa ga r A la m PAL I Pr abu m ul ih TW I 2019 TW I 2020 TW I 2021 137 638 0 100 200 300 400 500 600 700

(23)

tingkat kemandirian keuangan daerah masih rendah. Namun jika dibandingkan Triwulan I Tahun 2020 kontribusi PAD meningkat 1,05 persen.

b. PAD Lainnya (RD, HPKD, LLPAD)

PAD Lainnya merupakan komponen PAD selain Pajak Daerah yang meliputi Retribusi Daerah (RD), Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (HPKD), dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (LLPAD) yang pada Triwulan I Tahun 2021 realisasinya mencapai Rp273,9 miliar (9,30 persen dari target Rp2,94 triliun). Kinerja realisasi PAD Lainnya dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang berkelanjutan dimana realisasinya pada Triwulan I Tahun 2019 s.d.Tahun 2021 masing-masing 18,59 persen, 13,87 persen dan 9,30 persen. Demikian juga dengan realisasi HPKD yang mengalami penurunan selama tiga periode dari Triwulan I Tahun 2019 s.d.Tahun 2021.

Grafik III.2. PAD Lainnya Triwulan I Tahun 2019-2021 (miliar Rp)

Sumber: Pemda Lingkup Provinsi Sumatera Selatan (Triwulan I 2021, diolah)

Dari grafik di atas terlihat bahwa PAD lainnya Triwulan I Tahun 2021 yang meningkat cukup siginifikan terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin yang didorong oleh realisasi Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan pada Triwulan I Tahun 2021 telah mencapai Rp17,34 miliar atau 99,10 persen dari target Rp17,5 miliar. Selain itu Lain-Lain PAD yang Sah Kabupaten Musi Banyuasin pada Triwulan I Tahun 2021 telah mencapai Rp57,67 miliar atau 25,83 persen dari target Rp223,26 miliar sehingga menyebabkan nilai realisasinya menjadi yang tertinggi diantara 17 Pemda lainnya dengan total nilai mencapai 30,86 persen.

2. Pendapatan Transfer

Realisasi Pendapatan Transfer sampai dengan Triwulan I Tahun 2021 telah mencapai 19,13 persen dari target Rp29,8 triliun yaitu sebesar Rp5,70 triliun. Perolehan tersebut bersumber dari Dana Perimbangan sebesar Rp5,54 triliun, DID dan Dana Penyesuaian sebesar Rp80,85 miliar dan Transfer Pemerintah Provinsi Rp76,9 miliar.

13 0 0 2 12 77 2 1 5 12 23 9 10 8 11 15 68 5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 TW I 2019 TW I 2020 TW I 2021

(24)

Grafik III.3. Komposisi dan Penerimaan Transfer Triwulan I Tahun 2021 (miliar Rp)

Sumber: Pemda Lingkup Provinsi Sumatera Selatan (Triwulan I 2021, diolah) Tabel III.2. Realisasi Dana Transfer Wilayah Sumatera Selatan TW I TA 2021

DBH DAU DAK TOTAL

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % 5,503.31 2,142.88 38.94% 11,561.95 3,255.33 28.16% 6,096.54 996.71 16.35% 23,161.80 6,394.92 27.61%

33.51% 50.90% 15.59% Perbandingan Realisasi per

Pagu Total Sumber: Pemda Lingkup Provinsi Sumatera Selatan (Triwulan I 2021, diolah)

Dilihat dari komposisinya, penerimaan transfer pusat memberikan kontribusi mencapai 97,2 persen dari total Pendapatan Transfer. Penerimaan Transfer Pusat Triwulan I Tahun 2021 didominasi oleh DAU (50,90%), DBH (33,51%), dan DAK Fisik dan Non Fisik (15,59%). Tingginya porsi DAU yang melebihi DBH tersebut sejalan dengan kebijakan penguatan desentralisasi dan perkembangan sektor migas yang belum membaik. Selain itu, DAK mendapatkan porsi yang signifikan sejalan dengan kebijakan transfer berbasis kinerja dimana penyaluran dana disesuaikan dengan perkembangan pelaksanaannya.

Kapasitas penerimaan transfer tertinggi adalah Provinsi Sumsel (Rp897 miliar), dan Kabupaten Muba (Rp682 miliar) diikuti Kabupaten Muara Enim (Rp483 miliar) dan Kab. Lahat (Rp360 miliar). Tingginya transfer di Kabupaten Muba didorong oleh produksi migas dan batubara di daerah tersebut.

3. Lain-Lain Pendapatan yang Sah

Lain-Lain Pendapatan yang Sah terdiri dari Pendapatan Hibah, Pendapatan Dana Darurat, Bantuan Keuangan dan Pendapatan lainnya. Realisasi Lain-Lain Pendapatan yang Sah sampai dengan Triwulan I Tahun 2021 sebesar Rp2,22 miliar (0,13 persen dari pagu Rp1,73 triliun).

897 682 243 483 360 245329332 317235 116 117 232 159 314 168 126190 97,2% 1,4% 1,3%

(25)

B. Belanja Daerah

Belanja Daerah terdiri dari Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Tak Terduga, dan Transfer/ Bagi Hasil Ke Daerah. Realisasi Belanja Daerah sampai dengan Triwulan I Tahun 2021 sebesar Rp3,12 triliun (7,48 persen dari pagu Rp41,71 triliun).

Tabel III.3. Realisasi Belanja APBD s.d Triwulan I Tahun 2019-2021 (miliar Rp)

APBD Klasifikasi Ekonomi

2019 2020 2021

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

Belanja Operasi 25.799 2.965 11% 27.745 3.199 12% 26.526,24 2.625,76 9,90%

Belanja Pegawai 12.828 1.971 15% 12.840 2.072 16% 12.717,47 2.053,02 16,14% Belanja Barang dan

Jasa 9.769 859 9% 10.745 879 8% 10.472,23 473,85 4,52%

Belanja Bunga 65 6 9% 68 8 11% 67,17 15,13 22,53%

Belanja Subsidi 66 9 14% 42 2 4% 30,03 0,00 0,00%

Belanja Hibah 2.061 79 4% 2.683 193 7% 2.518,29 30,86 1,23%

Belanja Bantuan Sosial 28 1 3% 344 37 11% 20,28 0,00 0,00%

Belanja Bantuan

Keuangan 981 40 4% 1.023 8 1% 700,76 52,89 7,55%

Belanja Modal 9.320 202 2% 9.282 105 1% 8.704,65 378,29 4,35%

Belanja Tanah 192 2 1% 184 1 0% 167,96 1,53 0,91%

Belanja Peralatan dan

Mesin 1.467 61 4% 1.275 42 3% 1.157,65 13,57 1,17%

Belanja Gedung &

Bangunan 1.611 18 1% 1.816 9 0% 1.875,44 36,75 1,96%

Belanja Jalan dan

Jaringan 5.535 120 2% 5.242 52 1% 5.336,05 325,94 6,11%

Belanja Aset Tetap

Lainnya 334 1 0% 377 0 0% 167,54 0,50 0,30%

Belanja Aset Lainnya 182 0 0% 388 0 0% 0 0 0%

Belanja Tak Terduga 129 1 1% 69 9 13% 304,75 0,17 0,06%

Transfer/ Bagi Hasil

BantuanKab/Kota/Desa 6.167 1.272 21% 5.620 253 5% 6.170,35 117,18 1,90%

TOTAL 41.414 4.440 11% 42.717 3.565 8% 41.705,98 3.121,40 7,48% Sumber: Pemda Lingkup Provinsi Sumatera Selatan (Triwulan I 2021, diolah)

Pada sisi realisasi Total Belanja APBD sampai dengan Triwulan I Tahun 2021 hanya mencapai Rp3,12 triliun, menurun masing-masing 3 persen dan 0,52 persen dibandingkan dua periode yang sama Tahun 2019 dan 2020. Penurunan tersebut berasal dari realisasi belanja Transfer yang hanya mencapai 1,9 persen dari pagu Rp6,17 triliun, sedangkan pada periode sebelumnya mencapai 5 persen dan 21 persen. Selanjutnya realisasi Belanja Operasi menurun menjadi 9,90 % dari pagu Rp26,53 triliun. Namun, pada Belanja Modal juga mengalami peningkatan dimana pada Triwulan I Tahun 2021 realisasinya mencapai Rp378 miliar lebih tinggi dari periode sebelumnya. Hal ini perlu mendapatkan apresiasi dan dukungan dimana peningkatan pada realisasi Belanja Modal memiliki multiplier effect dalam jangka panjang terhadap perekonomian terutama di masa pandemic COVID-19.

(26)

1. Belanja Operasi

Belanja Pegawai dan Belanja Barang merupakan jenis belanja dengan pagu tertinggi masing-masing Rp12,71 triliun dan Rp10,47 triliun dengan realisasi Rp2,05 triliun (16,14%) dan Rp473 miliar (4,52%). Belanja belanja bantuan sosial dengan realisasi yang terendah mencapai 0 persen dari pagu, yang merupakan belanja bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat kelas bawah.

2. Belanja Modal

Belanja Modal yang merupakan belanja produktif antara lain untuk infrastruktur realisasinya baru sebesar Rp378 miliar (4,35 persen) yang mengalami peningkatan pada Triwulan I Tahun 2021 dibandingkan dengan Triwulan I Tahun 2020 dan 2019. Hal ini dapat menunjukkan bahwa peningkatan realisasi Belanja Modal memiliki multiplier effect dalam jangka panjang terhadap perekonomian terutama di masa pandemi COVID-19.

Grafik III.4. Pagu dan Realisasi Belanja Per Jenis Belanja dan Per Urusan (miliar rupiah)

Sumber: Pemda Lingkup Provinsi Sumatera Selatan (Triwulan I 2021), diolah

Komitmen pemerintah daerah akan mendorong pembangunan infrastruktur melalui peningkatan nilai Belanja Modal serta mendorong minat investor mendukung pemulihan ekonomi Sumatera Selatan. Salah satunya adalah Proyek Strategis Nasional (PSN) yaitu proyek Pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat yang memasuki masa ground breaking (persiapan) di akhir tahun 2021 dan direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2023.

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2021

Metode yang digunakan untuk menghitung prognosis atau perkiraan realisasi APBD sampai dengan Triwulan IV Tahun 2021 adalah menggunakan metode analisis winter-holt menggunakan aplikasi Minitab 1.7. Data yang digunakan merupakan data realisasi APBD Triwulan I Tahun 2016 sampai dengan Triwulan 1 Tahun 2021.

12.717 10.472 8.705 20 2.053 474 378 0 16% 5% 4% 0% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18% 0 5.000 10.000 15.000

Pagu Realisasi Persentase

10.994 13.846 7.248 4.909 632 935 921 412 371 42 9% 7% 6% 8% 7% 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 0 5.000 10.000 15.000

(27)

Tabel III.4. Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Sumatera Selatan s.d. Triwulan IV Tahun 2021 dengan analisis tren (triliun rupiah)

Sumber: Pemda Lingkup Provinsi Sumatera Selatan (Triwulan 1 2021), diolah

Perkiraan realisasi pendapatan Triwulan IV TA 2021 lingkup Sumatera Selatan yang diprediksikan lebih dari 100 persen, yakni mencapai 121,56 persen. Hal ini sejalan dengan dimulainya perluasan Elektronifikasi Transaksi Pemda (ETP) di wilayah Sumatera Selatan. Pelaksanaan ETP ditujukan guna mewujudkan efisisensi, efektivitas akuntabilitas dan transparansi tata kelola keuangan pada pemda yang ujungnya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk membayar pajak daerah. Dengan penggunaan ETP, diprediksi oleh Bank Indonesia akan secara siginifikan dapat meningkatkan PAD, apabila pemanfaatan masyarakat terhadap ETP sudah cukup tinggi

1.

1 Bank Indonesia, 2021 Rp % Realisasi Rp % Realisasi Pendapatan Daerah 39,923.51 6,877.34 17.23% 48,529.07 121.56% Belanja Daerah 35,539.12 3,004.22 8.45% 33,810.64 95.14%

(28)

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian dalam periode tertentu.

Pendapatan negara konsolidasian Triwulan I Tahun 2021 mengalami kenaikan sebesar 5,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya komponen pendapatan negara yang meliputi penerimaan perpajakan dan pendapatan bukan pajak dan penyebab faktor lainya yaitu hibah. Pajak sebagai komponen terbesar pendapatan pada tahun 2021 mengalami kenaikan sebesar Rp155,77 miliar atau 5,7 persen jika dibandingkan dengan tahun 2020.

Tabel IV.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Tahun 2021 (jutaan rupiah)

Sumber: LKPK Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Sumsel (2021), diolah.

Dari sisi belanja negara juga menunjukkan hal yang sama, terjadi kenaikan sebesar Rp334,89 miliar atau 5,1 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan realisasi belanja pemerintah terbesar terjadi pada belanja bantuan sosial sebesar 1.435,1 persen. Kenaikan ini merupakan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah untuk mengatasi dampak penyebaran wabah pandemi COVID-19 dengan memberikan bantuan kepada masyarakat dan didukung dengan kenaikan belanja modal yang sangat signifikan sehingga diharapkan dapat segera mempercepat proses pemulihan

2020

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan/

Penurunan Konsolidasi Pendapatan Negara 2.542.621,60 6.708.758,84 3.793.433,81 5,1% 3.607.935,20

Pendapatan Perpajakan 2.004.324,15 898.607,12 2.902.931,27 5,7% 2.747.159,42

Pendapatan Bukan Pajak 538.297,45 273.079,40 811.375,85 -0,9% 818.477,52

Hibah 0,00 2.222,27 2.222,27 -94,7% 42.298,25 Transfer *) 0,00 5.534.850,06 76.904,42 0,0% 0,00 Belanja Negara 9.192.363,18 3.121.402,20 6.855.818,74 5,1% 6.520.928,67 Belanja Pemerintah 2.628.102,22 3.121.402,20 5.749.504,42 8,0% 5.323.862,11 Transfer *) 6.564.260,96 0,00 1.106.314,33 -7,6% 1.197.066,56 Surplus/(Defisit) -6.649.741,58 3.587.356,65 -3.062.384,93 5,1% -2.912.993,47 Pembiayaan 0,00 83.240,16 83.240,16 -72,1% 298.304,40

Penerimaan Pembiayaan Daerah 0,00 286.815,84 286.815,84 -17,7% 348.673,49

Pengeluaran Pembiayaan Daerah 0,00 203.575,68 203.575,68 304,2% 50.369,08

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan

Anggaran -6.649.741,58 3.670.596,81 -2.979.144,77 13,9% -2.614.689,07

Uraian

(29)

ekonomi regional akibat wabah penyebaran COVID-19. Namun untuk jenis belanja yang lain seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja subsidi, belanja hibah, belanja tak terduga, dan belanja transfer mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada belanja subsidi sebesar 100 persen.

B. Pendapatan Konsolidasian

Pendapatan Konsolidasian adalah konsolidasian antara seluruh pendapatan pemerintah pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang sama, dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi).

Analisis Proporsi dan Perbandingan

Komposisi pendapatan konsolidasian Triwulan I Tahun 2021 mengalami kenaikan 5,1 persen. Pada grafik IV.1 menunjukkan komposisi pendapatan konsolidasian tersebut didominasi oleh penerimaan perpajakan sebesar 76,53 persen, sedangkan pendapatan bukan pajak sebesar 21,39 persen, pendapatan transfer sebesar 2,03 persen dan pendapatan hibah sebesar 0,06 persen. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, secara komposisi pendapatan konsolidasian tidak mengalami perubahan yang signifikan, di mana penerimaan dari perpajakan sebesar 76,14 persen, pendapatan bukan pajak sebesar 22,69 persen, dan hibah sebesar 1,17 persen.

Grafik IV.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Tahun 2021 dan Tahun 2020 (jutaan rupiah)

(30)

Secara nominal penerimaan perpajakan meningkat sebesar Rp155,77 miliar atau sebesar 5,7 persen, namun penerimaan bukan pajak menurun sebesar Rp7,10 miliar atau 0,9 persen dan pendapatan dari hibah juga menurun sebesar Rp40,07 miliar atau 94,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Grafik IV.2 Perbandingan Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah Terhadap Pendapatan Konsolidasian Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Tahun 2021 dan Tahun 2020 (triliun rupiah)

Sumber: LKPK Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Sumsel (2021), diolah.

Grafik IV.2 menunjukkan pendapatan konsolidasian berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pendapatan pemerintah daerah masih lebih besar dibandingkan pendapatan pemerintah pusat yaitu mencapai sebesar Rp6,71 triliun atau 72,52 persen yang didominasi oleh pendapatan Transfer sebesar Rp5,53 triliun. Sementara itu, pendapatan pemerintah pusat yang mencapai Rp2,54 triliun atau 27,48 persen didominasi oleh pendapatan perpajakan dari penerimaan pemerintah pusat sebesar Rp2,00 triliun.

C. Belanja Konsolidasian

Belanja Konsolidasian adalah konsolidasian antara seluruh belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang sama, dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi).

Analisis Proporsi dan Perbandingan

Belanja Konsolidasian Triwulan I Tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 5,1 persen dari Rp6,52 triliun pada Triwulan I Tahun 2020 menjadi Rp6,85 triliun. Kontribusi belanja paling besar berasal dari belanja pegawai yang mencapai 43,95 persen atau

(31)

Rp3,01 triliun dari total belanja konsolidasian, sedangkan belanja modal baru mencapai 18,96% persen atau 1,29 triliun dari total belanja. Hal ini mengindikasikan bahwa pada awal tahun 2021 belanja pemerintah masih didominasi oleh belanja yang tidak produktif, sedangkan belanja produktif seperti belanja barang dan belanja modal masih dalam tahap proses pengadaan barang/jasa. Biasanya untuk kedua jenis belanja tersebut akan mulai meningkat realisasinya pada triwulan selanjutnya.

Grafik IV.3 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Tahun 2021 dan Tahun 2020 (miliar rupiah)

Sumber: LKPK Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Sumsel (2021 diolah).

Hal lain yang dapat dilihat secara lebih detail dari grafik di atas adalah secara umum sebagian besar belanja mengalami penurunan, kecuali dua jenis belanja yang mengalami kenaikan yaitu belanja bantuan social dan belanja modal. Belanja hibah turun sebesar 36,03 persen, belanja barang turun sebesar 23,41 persen, dan belanja pegawai sedikit mengalami penurunan sebesar 1,55 persen. Sedangkan kenaikan yang signifikan terjadi pada belanja bantuan sosial sebesar 1.435,14 persen, disusul belanja modal sebesar 189,51 persen, yang merupakan salah satu kebijakan Pemerintah dalam upaya mengatasi dampak penyebaran wabah pandemi COVID-19.

D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Tahun Pelaporan 2021:

(32)

Transaksi yang mempengaruhi kekayaan neto Pendapatan: a. Pajak b. Kontribusi sosial c. Hibah d. Pendapatan lain 11.734.984.775.358 2.004.270.426.696 - - 9.730.714.348.662 Beban: a. Kompensasi pegawai

b. Penggunaan barang dan jasa c. Konsumsi aset tetap

d. Bunga e. Subsidi f. Hibah g. Manfaat sosial h. Beban Lainnya 8.270.720.656.205 1.036.882.703.449 580.444.559.106 - - - 6.564.260.959.144 - 89.132.434.506

Keseimbangan operasi bruto/neto 3.464.264.119.153

Transaksi Aset Non Keuangan Neto a. Aset tetap

b. Persediaan c. Barang berharga d. Aset non produksi

921.642.522.67480 912.929.640.864 - - 8.712.881.810 Net Lending/Borrowing 2.542.621.596.479

Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban a. Akuisisi Neto Aset Keuangan

- Domestik - Luar Negeri b. Keterjadian Kewajiban - Domestik - Luar Negeri 2.542.621.596.479 2.542.621.596.479 - - - - SILPA Konsolidasian -

Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB dari Belanja Pemerintah dihitung dengan cara membandingkan nilai Pengeluaran Konsumsi Pemerintah dengan PDRB. Sedangkan kontribusi Pemerintah terhadap PDRB dari Investasi dihitung dari perbandingan nilai PMTB dibagi dengan PDRB.

Dari tabel laporan operasional tersebut diatas dan data BPS dapat diketahui bahwa: 1. Pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar Rp1.617.327.262.555,- yang terdiri

dari:

a. Kompensasi pegawai sebesar Rp1.036.882.703.449,- b. Penggunaan barang dan jasa sebesar Rp580.444.559.106,- c. Konsumsi aset tetap sebesar Rp0,-

d. Manfaat sosial sebesar Rp0,-

2. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PTMB) sebesar Rp912.929.640.864,-

3. PDRB Triwulan I Tahun 2021 sebesar Rp116,55 triliun. (Berita resmi Statistik 5 Mei 2021).

(33)

Kontribusi Pengeluaran Konsumsi Pemerintah terhadap PDRB dapat diketahui dengan membandingkan pengeluaran konsumsi pemerintah tersebut terhadap PDRB sehingga angka yang diperoleh adalah sebesar 1,38 persen. Demikian juga kontribusi belanja aset tetap pemerintah sebagai PMTB dari pemerintah dapat dibandingkan dengan nilai PDRB sehingga diperoleh angka sebesar 0,78 persen. Walaupun nilainya kecil, belanja aset pemerintah atau investasi pemerintah tetap mempunyai peran penting dalam pertumbuhan ekonnomi, karena belanja aset ini memang bersifat jangka panjang.

(34)

V. BERITA FISKAL REGIONAL TERPILIH

POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) MELALUI OPTIMALISASI PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR (PBBKB)

DI SUMATERA SELATAN

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) menyebabkan turunnya penerimaan negara dan daerah. Salah satunya disebabkan pembatasan aktivitas masyarakat sebagai langkah pencegahan penularan Covid-19. Pada tahun 2020, Pemerintah Kota Palembang kehilangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekitar Rp 683 milyar akibat pandemi ini. Kepala Badan Pengelolaan Pajak Daerah Palembang, Sulaiman Amin mengatakan sebelumnya di tahun 2019 target PAD Palembang yakni sebesar 1,3 triliun, namun di tahun 2020 target harus diturunkan menjadi Rp 617 milyar.

Untuk meningkatkan PAD pada tahun 2021, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan diantaranya melakukan optimalisasi pendapatan melalui sektor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) melalui pengawasan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor khususnya pada perairan/laut di wilayah Sumatera Selatan.

Dalam rangka melakukan penanganan dan penegakan, penindasan, penertiban, pengendalian pengawasan, monitoring, evaluasi, serta pembinaan guna optimalisasi PBBKB, maka dibentuk Satuan Tugas (Satgas) dengan Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 692/KPTS/BAPENDA/2020 tanggal 2 Desember 2020 yang memiliki tugas antara lain melakukan peninjauan dan pemeriksaan langsung ke lokasi, memasuki tempat atau ruangan seperti tempat penyimpanan bahan bakar kendaraan bermotor baik kapal tanker maupun bunker, memeriksa buku catatan dan dokumen wajib pajak, melakukan pemanggilan, serta memberikan penyuluhan dan sosialisasi Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor pada perairan/laut secara langsung maupun melalui media cetak/elektronik.

Pada akhir Maret 2021 telah diadakan sosialiasi di Pelabuhan Boom dan Dermaga Dishub Kota Palembang. Sosialisasi tersebut diselenggarakan oleh Satgas PBBKB yang beranggotakan Polisi Perairan dan Udara (Polairud), Pangkalan TNI Angkatan Laut (lanal), Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), Dishub Provinsi, Polisi Pamong Praja, dan OPD terkait. Tahap awal sosialisasi tersebut meliputi monitoring dan pemeriksaan terhadap dokumen kapal atau tanker di bunker BBM yang beroperasi di wilayah perairan Sumatera Selatan. Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera

(35)

Selatan, Nashrudin Umar yang merupakan ketua umum dalam satgas, kegiatan tersebut akan dilanjutkan dengan menggelar patroli rutin terhadap kapal baik yang sandar di dermaga maupun yang sedang melintas. Seterusnya dilakukan pemeriksaan legalitas dokumen surat-surat kapal, pemeriksaan legalitas dokumen pembelian BBM baik yang digunakan maupun yang akan diperjualbelikan. Untuk kelancaran tugas Satgas PBBKB, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan akan membentuk posko utama PBBKB di kantor Bapenda Provinsi Sumsel dan posko pembantu di 4 Kabupaten/kota yaitu di kantor Dishub Kota Palembang, kantor Dishub Kabupaten Ogan Ilir, kantor Dishub Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan Dermaga Gasing Kabupaten Banyuasin.2

Tabel V.I. Data Realisasi Penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Tahun 2020 dan 2021 (sampai dengan bulan April) Provinsi Sumatera Selatan.

Sumber: Bapenda Provinsi Sumatera Selatan, 2021

Berdasarkan data pada Tabel V.I. di atas, realisasi penerimaan PBBKB Tahun 2020 telah melebihi target. Pada Tahun 2021, target penerimaan PBBKB lebih besar dibandingkan dengan target 2020. Oleh karena itu, dalam rangka pencapaian target PBBKB Tahun 2021 diperlukan optimalisasi PBBKB melalui pembentukan Satgas yang bertugas dalam penanganan, penegakan, penindakan, penertiban, pengendalian pengawasan, monitoring, evaluasi, serta pembinaan pada setiap aktivitas kendaraan bermotor pada perairan/laut wilayah Provinsi Sumatera Selatan agar para wajib pajak/ wajib pungut taat dalam melaporkan kewajibannya, sehingga diharapkan dapat menggali potensi PAD pada sektor PBBKB secara optimal.

(36)

Gambar

Grafik  I.1  Pertumbuhan  PDRB  Provinsi  Sumatera  Selatan  Triwulan  I-2021  Terhadap  Triwulan IV-2020 (q-to-q)
Grafik I.2. Tingkat Inflasi Nasional dan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021
Grafik I.3 Tingkat Kemiskinan Provinsi Sumatera Selatan 2011-2020
Tabel III.1. Realisasi Pendapatan APBD s.d Triwulan I Tahun 2019-2021 (miliar Rupiah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nur Alfi Mu’anayah, Wahyu Setiyoko | 16 guru. Hal ini dapat terwujud salah satunya dengan guru bertindak sebagai fasilitator. Dengan evaluasi guru dapat

“Allah tidak ada Ilah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di

9.5.2 LSP membuat perjanjian yang mengikat dengan pemegang sertifikat kompetensi untuk memastikan bahwa, selama pembekuan sertifikat atau. setelah pencabutan sertifikat,

Kualitas tapak atau tempat tumbuh adalah totalitas faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tegakan dan menunjukkan kapasitas produksi tanah dalam

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa instansi terkait yang berhubungan dengan pajak daerah yaitu (1) Dinas

Hasil penelitian Penguatan Pendidikan Karakter terdapat empat poin, yaitu: (1) Kurikulum yang digunakan MIN 2 Tangerang Selatan adalah Kurikulum 2013 dan Kurikulum khusus MIN

Penelitian tentang “Pengembangan Karakter Religius Siswa Melalui Kegiatan Ektrakulikuler Muhadhoroh di Pondok Modern MTs Darul Hikmah Tawangsari Tulungagung”