• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

BAB. I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Dalam modul ini Anda akan mempelajari pekerjaan menggambar konstruksi dinding bata/bataco yang biasanya ada pada gambar denah dan potongan bangunan yang memakai kostruksi bata/bataco. Pada modul ini mencerminkan pemahaman tentang gambar konstruksi dinding dari bata/bataco, lengkap dengan persyaratan-persyaratan struktur maupun konstruksinya. Apabila Anda telah mempelajari dan menguasai modul ini, maka Anda diharapkan dapat melakukan penggambaran konstruksi bata/bataco yang dilakukan di studio gambar maupun di tempat lain.

B. Prasyarat.

Untuk mempelajari modul ini dalam proses pemelajaran siswa harus:

 Menguasai Modul sebelumnya, yaitu BGN.BPG.001.A Menggambar Gambar Proyeksi Bangunan

 Mempunyai modul

 Peralatan gambar yang memenuhi syarat untuk menggambar teknik

Cakap jujur dan bertanggung jawab.

C.

Petunjuk Penggunaan Modul.

Modul ini berisikan kigiatan-kegiatan pemelajaran atau informasi

pengetahuan yang berkaitan dengan menggambar konstruksi bata/bataco. Untuk mempermudah didalam mempelajari modul ini, maka diharapkan siswa membaca dengan baik petunjuk penggunaan modul ini baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus, berikut ini:

(2)

1. Petunjuk Bagi Siswa.

a. Pelajarilah daftar isi serta skema kedudukan modul dengan cermat dan teliti. Pada skema modul akan terlihat kedudukan modul yang sedang dipelajari dengan modul-modul yang lain.

b. Lengkapilah peralatan dan bahan yang akan dipakai serta persiapkanlah peralatan untuk dalam keadaan siap dipakai.

c. Kerjakanlah soal-soal dalam cek kemampuan untuk mengukur pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa/pengguna modul.

d. Pahamilah uraian materi yang akan menunjang dalam penguasaan suatu pekerjaan dengan membaca secara teliti. Kemudian kerjakan tes formatif.

e. Apabila dari soal dalam tes formatif siswa/pengguna modul telah 70% menjawab dengan benar, maka siswa/pengguna dapat langsung mengerjakantugas selanjutnya. Tetapi apabila hasil jawaban siswa pengguna modul tidak mencapai 70% benar, maka siswa/pengguna harus mengikuti kegiatan pemelajaran dalam modul ini.

f. Perhatikan langkah-langkah dalam melakukan pekerjaan dengan benar.

g. Kerjakanlah tugas tersebut dengan baik dan bilamana perlu konsultasikan hasil tersebut pada guru/ instruktur.

h. Catatlah kesulitan yang ditemukan dalam modul ini untuk ditanyakan pada guru pada saat kegiatan tatap muka. Bacalah referensi lainnya yang berhubungan dengan materi modul ini agar siswa/pengguna modul mendapatkan tambahan pengetahuan.

(3)

2. Petunjuk Bagi Guru/Tutor.

Dalam penyelesaian modul ini, guru bertindak sebagai tutor yang mendampingi siswa dalam menyelesaikan modul ini, beberapa hal yang perlu dilakukan ialah:

a. Membantu siswa membuat perencanaan kegiatan belajar.

b. Membantu siswa bila mengalami kesulitan/hambatan dalam menyelesaikan modul ini.

c. Membantu koordinasi siswa dalam mempergunakan fasilitas jurusan atau fasilitas yang lainnya.

d. Sebagai tutor, guru jangan berlebihan dalam memberikan penjelasan, ingat kegiatan ini unttuk mengarahkan siswa dapat belajar mandiri. Penjelasan cenderung bersifat mengarahkan bukan menuntaskan sebagaimana saat mengajar.

e. Merencanakan seorang ahli/pendamping guru dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.

f. Menjelaskan kepada siswa tentang sikap dan ketrampilan dari kompetensi yang perlu diadakan perubahan dalam rencana pemelajaran selanjutnya.

g. Mencatat pencapaian kemajuan siswa.

h. Setelah siswa selesai dan siap diuji, maka tugas guru/tutor adalah menguji kompetensi siswa sebagai wujud penguasaan materi modul.

D. Tujuan Akhir

Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda dapat:

 Menggambar perkuatan dinding/pilaster.

 Menggambar isometri Ikatan Tegak.

 Menggambar isometriIkatan Silang.

 Menggambar isometri Ikatan Vlaams.

(4)

E. Kompetensi

KOMPETENSI : Menggambar Konstruksi Bata/Batako

KODE : BGN. GAR. 002 A

DURASI PEMELAJARAN : 120 Jam @ 45 menit

LEVEL KOMPETENSI KUNCI A B C D E F G

2 1 1 1 2 1 2

KONDISI KINERJA

1. Unit ini berlaku untuk penggambaran konstruksi bata/ batako yang dilakukan di studio gambar maupun di tempat lain.

2. Tersedia standar gambar yang berlaku di perusahaan.

3. Tersedia buku peraturan dan gambar bangunan terkait yang berlaku di perusahaan. 4. Tersedia peralatan gambar manual dan komputer.

5. Kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya:

(5)

SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR

MATERI POKOK PEMELAJARAN

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN

1. Melakukan pekerjaan persiapan menggambar konstruksi.

 Peralatan gambar yang

akan dipakai disiapkan.

 Skala, ukuran kertas,

dan format gambar dikenali.

 Jenis-jenis ikatan bata/ batako dipahami.

 Persyaratan perkuatan

dinding dari bata/ batako (sloof, kolom praktis, balok cincin) dipahami.

 Konstruksi bukaan pada

dinding, balok latai, rollaag dari bata dipahami.

 Dimensi bahan,

persyaratan komposisi campuran aduk, persyaratan tebal siar dan tebal plesteran dipahami.

 Pamahaman tentang

konstruksi dinding dari bata/ batako, lengkap dengan persyaratan-persyaratan struktur maupun konstruksinya.  Bekerja dengan

rapi dan bersih

 Bekerja dengan ketelitian dan ketepatan ukuran  Menghargai produktifitas dalam bekerja  Efisien dan optimal dalam bekerja  Menghargai mutu

hasil pada setiap langkah kerjanya  Bersikap positif dan terbuka terhadap penilaian hasil pekerjaan oleh atasan  Memahami standar gambar yang berlaku di perusahaan.  Memahami konstruksi ikatan bata/ batako.  Memahami persyaratan-persyaratan struktur atau perkuatan dinding dari bata/batako.  Memahami konstruksi bukaan pada dinding, balok latai, rollaag dari bata dipahami  Memahami dimensi bata/batako, persyaratan komposisi campuran aduk, persyaratan tebal siar dan tebal plesteran.

 Memahami skala,

ukuran kertas, dan format gambar.  Memilih peralatan / perlengkapan dan media gambar untuk menggambar konstruksi dinding dari bata/ batako baik alat gambar manual atau digital/komputer.  Melakukan pemeriksaan dan perbaikan peralatan / perlengkapan yang rusak bila diperlukan.

(6)

SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR

MATERI POKOK PEMELAJARAN

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN

2. Menggambar dinding dari bata/ batako untuk penggambaran denah bangunan.

 Garis dinding dari bata/

batako digambar pada denah sesuai tata letak yang diberikan atasan dengan ketebalan dinding 15 cm kecuali ada petunjuk lain atau menurut standar ketebalan yang berlaku.

 Garis dinding dibuat 4

garis lengkap dengan plesteran atau cukup 2 garis tergantung dari skala penggambaran yang dipakai (skala plotting) dan sesuai dengan standar perusahaan.

 Notasi dinding

digambar dengan benar dan rapi.

 Kolom praktis digambar

pada tiap-tiap ujung atau pertemuan dua bidang dinding atau lebih, dan/ atau sedemikian rupa sehingga membagi luas bidang dinding

maksimal 12 m2 persegi atau maksimal jarak 3 m atau menurut petunjuk atasan.

 Pekerjaan

menggambar dinding bata/ batako beserta kolom-kolom praktis sebagai perkuatan dinding pada gambar denah bangunan.

 Bekerja dengan

rapi dan bersih

 Bekerja dengan ketelitian dan ketepatan ukuran  Menghargai produktifitas dalam bekerja  Efisien dan optimal dalam bekerja  Menghargai mutu

hasil pada setiap langkah kerjanya  Bersikap positif dan terbuka terhadap penilaian hasil pekerjaan oleh atasan  Memahami konstruksi bata/ batako, lengkap dengan persyaratan-persyaratan struktur maupun konstruksinya.  Memahami tata cara untuk menggambar dinding dari bata/ batako pada penggambaran denah bangunan.

 Memahami skala,

ukuran kertas, dan format gambar.  Menggambar dinding bata/ batako beserta kolom-kolom praktis sebagai perkuatan dinding pada gambar denah bangunan menggunakan alat gambar manual dan atau komputer.

(7)

SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR

MATERI POKOK PEMELAJARAN

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN

3. Menggambar potongan dinding dari bata/ batako pada gambar potongan bangunan.

 Potongan dinding dari

bata/ batako digambar lengkap dengan ikatan beton bertulang di bagian bawah ( pondasi,balok sloof, lantai, trassraam) dan di bagian atas (balok ring, pelat lantai / langit-langit).

 Garis dinding dibuat 4

garis lengkap dengan plesteran atau cukup 2 garis tergantung dari skala penggambaran yang dipakai (skala plotting) dan sesuai dengan standar perusahaan.

Notasi dinding digambar dengan benar dan rapi, termasuk notasi dan ketinggian adukan trasraam

 Pekerjaan

menggambar konstruksi dinding bata/ batako pada gambar potongan bangunan.

 Bekerja dengan

rapi dan bersih

 Bekerja dengan ketelitian dan ketepatan ukuran  Menghargai produktifitas dalam bekerja  Efisien dan optimal dalam bekerja  Menghargai mutu

hasil pada setiap langkah kerjanya  Bersikap positif dan terbuka terhadap penilaian hasil pekerjaan oleh atasan  Memahami konstruksi bata/ batako, lengkap dengan persyaratan-persyaratan struktur maupun konstruksinya.  Memahami tata cara untuk menggambar dinding dari bata/ batako pada gambar potongan bangunan.

 Memahami skala,

ukuran kertas, dan format gambar.

 Menggambar

konstruksi dinding bata/ batako pada gambar potongan bangunan. menggunakan alat gambar manual dan atau komputer.

(8)

SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR

MATERI POKOK PEMELAJARAN

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN

4. Menggambar aksonometri ikatan bata/ batako pada dinding setengah batu, dinding satu batu, kolom satu batu (pilaster), rollaag dan balok latai.

 Aksonometri ikatan

bata/ batako pada dinding setengah batu, dinding satu batu, kolom satu batu (pilaster) digambar dengan ukuran bata standar dan dengan ikatan antar bata yang saling mengikat (tidak ada siar vertikal yang segaris) dengan tebal siar 1 cm atau sesuai arahan atasan.

 Aksonometri ikatan

 Pekerjaan

menggambar aksonometri ikatan bata/ batako pada:

 Dinding setengah batu.

 Dinding satu batu.

 Pilaster / kolom satu batu.

 Rollaag

 Balok latai

 Bekerja dengan

rapi dan bersih

 Bekerja dengan ketelitian dan ketepatan ukuran  Menghargai produktifitas dalam bekerja  Efisien dan optimal dalam bekerja  Menghargai mutu

hasil pada setiap langkah kerjanya  Bersikap positif  Memahami konstruksi ikatan pasang bata/ batako.  Memahami tentang pilaster, rollaag, dan balok latai.

 Memahami tentang sistem dimensi  Mengenali istilah-istilah arsitektural dan struktural  Memahami tentang operasi matematika dasar  Menggambar aksonometri konstruksi bata/ batako (sekaligus susunannya) dengan benar pada dinding setengah batu, dinding satu batu, kolom satu batu (pilaster), rollaag dan balok latai menggunakan alat gambar manual dan atau komputer.

(9)

SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR

MATERI POKOK PEMELAJARAN

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN

 bata/ batako pada

rollaag digambar dengan posisi dan susunan yang benar dengan ikatan yang mengandalkan

kekuatan geser adukan dengan bata.

 Aksonometri ikatan bata/ batako pada balok latai digambar dengan beberapa kemungkinan (sesuai dengan kebutuhan), baik lengkung maupun datar, dengan susunan bata dan tebal siar yang benar yang mengandalkan

kekuatan geser adukan dengan bata.  dan terbuka terhadap penilaian hasil pekerjaan oleh atasan  Menghitung menggunakan pecahan, desimal, persen  Mengkonversikan

skala, pecahan dan desimal

 Menghitung luas dari berbagai bentuk/geometri

(10)

SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR

MATERI POKOK PEMELAJARAN

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN

5. Membereskan

gambar.  Garis-garis bantu penggambaran dibersihkan.

 Gambar detail

dilengkapi dengan keterangan-keterangan tambahan seperti judul gambar dan skala.

 Kop gambar dibuat atau disesuaikan dengan isi gambar.

 Peralatan gambar dibereskan, dirapikan dan disimpan.  Pemeriksaan hasil penggambaran, garis-garis bantu penggambaran dibersihkan, penulisan keterangan dan pembuatan kop gambar.  Penyusunan dan penyimpanan hasil gambar.  Pekerjaan membersihkan dan menyimpan peralatan kerja menggambar setelah digunakan.  Bekerja dengan

rapi dan bersih

 Bekerja dengan ketelitian dan ketepatan ukuran  Menghargai produktifitas dalam bekerja  Efisien dan optimal dalam bekerja  Menghargai mutu

hasil pada setiap langkah kerjanya  Bersikap positif dan terbuka terhadap penilaian hasil pekerjaan oleh atasan  Memahami sumber informasi yang berkenaan dengan membereskan pekerjaan setelah menggambar konstruksi lantai bangunan.  Memeriksa hasil gambar, menghapus garis-garis bantu, penulisan keterangan dan pembuatan kop gambar.  Menyusun dan menyimpan hasil gambar.  Membersihkan merapikan kembali dan menyimpan peralatan menggambar setelah digunakan.

(11)

E. Cek Kemampuan.

Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah Anda miliki, maka isilah Cek Lis (√) seperti pada tabel di bawah ini dengan sikap jujur dan dapat dipertanggungjawabkan:

Pertanyaan Saya dapat melakukan

pekerjaan ini dengan kompeten

Bila jawaba ‚“ya“ kerjakan

 Apakah Anda memahami persyaratan-persyaratan struktur atau perkuatan dinding dari bata/batako

 Apakah Anda memahami gambar

konstruksi bukan pada dinding balok latei, roolag dari bata.

 Apakah Anda memahami penggambaran

dimensi bata/batako, persyaratan

komposisi campuran aduk, persyaratan tebal siar dan tebal plesteran.

 Apakah Anda memahami gambar

konstruksi bata/batako, lengkap dengan persyaratan-persyaratan struktur maupun konstruksinya.

Tes Fomatif 1 Tes Formatif 2

(12)

BAB. II

PEMELAJARAN

A. Rencana Belajar Siswa/Pengguna Modul.

Kompetensi : Menggambar Konstruksi Bata/Batako

Sub Kompetensi : 1. Melakukan pekerjaan persiapan menggambar Konstruksi.

2. Menggambar dinding dari bata/batako untuk penggambaran denah bangunan.

3. Menggambar potongan dinding dari bata/batako pada gambar potongan bangunan.

4. Menggambar aksonometri ikatan bata/batako pada dinding setengah batu, dinding satu batu,

kolom satu batu (pilaster), rollag dan balok latai.

Jenis

(13)

B. Kegiatan Belajar

Kegiatan Belajar 1: Melakukan Pekerjaan Persiapan

Menggambar Konstuksi

a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat: - Menggambar perkuatan dinding/pilaster.

b. Uraian Materi

Pasangan Batu Bata

Dinding dari tembok batu bata mempunyai keuntungan dari pada dinding dari papan, ia tidak mudah rusak karena dimakan rayap, rapat udara dan rapat pengaruh iklim. Sebaliknya kerugian dinding tembok batu bata ialah tidak dapat dipindah-pindah dan dapat menerima beban berat.

Tembok batu bata dapat merupakan tembok pemikul maupun hanya merupakan pengisi dinding belaka.

Pada gedung-gedung tua tembok-tembok bata merupakan tembok pemikul konstruksi juga. Untuk bangunan kuno bertingkat, tebal tembok tergantung pada banyaknya tingkat gedung. Bagian lantai terbawah biasanya 2 x 3 batu, lantai kedua 2 batu, lantai ketiga 1 batu dan seterusnya.

Dengan beton bertulang dapat dicapai segala bentuk arsitektur yang kita kehendaki.

Untuk tiap-tiap m³ pasangan dari bata diperlukan sebanyak 500 -600 biji batu bata, sedangkan bobot isi bata adalah antara 1700 – 1800 kg per m³.

Untuk memasang bata dihubungkan satu dengan lainnya dengan bahan perekat yang disebut luluh atau adukan atau mortel atau spesi, yang umumnya di Indonesia terdiri dari bahan kapur, semen merah dan pasir,

(14)

tau PC dan pasir dalam perbandingan tertentu setebal 1 cm, sihingga merupakan suatu kesatuan yang kokoh.

I. PENGERTIAN DAN FUNGSI PASANGAN BATU BATA:

1.1. Pengertian Pasangan Batu Bata:

Merupakan susunan batu bata yang teratur dan tertentu dalam arah memanjang, mendatar maupun vertical oleh spesi dengan perbandingan campuran tertentu.

1.2. Fungsi pasangan batu bata: a. Sebagai pondasi

b. Sebagai dinding c. Sebagai lantai

d. Sebagai pilar dan sebagainya.

II. MENGGAMBAR PASANGAN BATU BATA SEBAGAI DINDING:

2.1. Syarat-syarat menggambar pasangan dinding batu bata:

a. Menurut Fungsi dinding:

Sebagai pemisah ruang jika tebalnya ½ bata dan untuk pemikul beban minimal tebal 1 bata atau tergantung pada besarnya beban.

b. Batu bata harus dipasang dengan perbandingan yang baik. Pada konstruksi dinding, batu bata harus dipasang dengan baik. Dengan siar vertical tidak boleh ada yang menerus dalam dua lapisan bata, sedang siar yang datar harus lurus dengan tebal yang sama.

c. Mortel untuk pasangan tembok kamar mandi, tempat cuci dan sebagainya harus rapat air dengan campuran mortel 1 PC : 3 PS, sedangkan untuk dinding bagian bawah mulai dari lantai hingga setinggi 0.20 m dibuat trasram dengan mortel rapat air 1 PC : 2 PS.

(15)

d. Lebar siar 0.8 – 1.2 cm pada pasangan biasa dan 2.00 cm pada pelengkung.

e. Tebal plesteran rata-rata 2 cm setelah kering

dengan campuran mortelnya 1 KP : 1 SM : 1 PS atau 1 PC : 3 PS.

Untuk bak mandi dan saluran dipakai campuran 1 PC : 3 PS.

f. Setiap hari tidak boleh dipasang lebih dari 1.2 m

pasangan batu bata, karena bila tinggi pasangan lebih dari 1.2 m dengan siar yang masih basah

maka pasangan tersebut akan rusak.

2.2. Ikatan Batu Bata:

Mengingat tebal siar, maka perbandingan ukuran tebal, lebar dan panjang adalah sebagai berikut:

Sebagai tebal bata = 5 cm

Lebar menjadi : 2 x 5 + siar 1 cm = 11 cm Panjang bata ; 2 x lebar + siar 1 cm =

(2 x 11) + 1 = 23 cm

Untuk menyusun pasangan batu bata diperlukan beberapa bata potongan yang terdiri sebagai berikut:

a. bata utuh = bujur = 2 kepala + siar tegak. b. ¾ bata = bata dengan panjang ¾ bata utuh. c. ½ bata = bata dengan panjang ½ bata utuh. d. ¼ bata = bata dengan panjang ¼ bata utuh. e. ½ kepala = bata panjang utuh lebar ½ nya.

(16)

Ada tiga macam siar untuk menyusun bata: 1. Siar lintang

2. Siar bujur, siar datar dan

3. Siar tegak yang sejenis siar lintang.

Syarat-syarat siar (isian):

1. Siar datar dengan ukuran sebesar 1 – 1.5 cm.

2. Siar lintang tidak boleh segaris dari lapisan atas dan lapisan bawahnya.

3. Siar tegak juga tidak boleh terdapat segaris dari atas ke bawah. Akibat dari siar lintang dan siar tegak yang segaris ke bawah pada tembok dukung akan menjadi turun (melesak) ke bawah akibat beban dari atas GB. 2.1.

(17)

GB. 2.1.

Adanya siar yang bergeser antara lapis atas dan di bawahnya, beban dibagi kepada lapisan di bawahnya menurut garis pancaran tegangan.

GB. 2.2.

Yang dimaksud dengan kekuatan tembok disini adalah kemampuan berdirinya tembok dengan ada muatan di atasnya tetap tegak dan kokoh serta mantap (stabil).

(18)

Kekuatan tembok diperoleh dari:

1. Cara menyusun bata dengan aturan yang telah ditentukan. 2. Adukan yang dipakai untuk melekatkan antara bata yang satu

dengan yang lain yang akan mengeras menjadi sekeras seperti bata yang disusun.

3. Plesteran (lepa) yang menutup susunan batanya.

Macam susunan bata yang biasa dipakai dan menurut Konstruksi bangunan terdiri dari:

1. Susunan tembok ½ bata (tembok lapis dan sebagai pengisi). 2. Susunan ikatan tegak/berdiri untuk tebal tembok 1 bata atau

lebih.

3. Susunan ikatan silang untuk tebal tembok 1 bata atau lebih tebal. 4. Susunan ikatan rantai untuk tebal tembok tebal 1 bata.

2.3. Ikatan ½ Bata:

Tembok dengan tebal lapisan ½ bata. Siar lintang lapisan bawah dan diatasnya meloncat atau menggeser ½ bata.

(19)
(20)

Pada pemberhentian pasangan misalnya hari telah petang dan pasangan telah mencapai tinggi kurang lebih 1 m, maka pemberhentian ini berbentuk gigi bertangga atau menjatuh, dapat juga berbentuk gigi berdiri atau gigi tegak.

Penyusunan bata pada denah rumah akan berbentuk sudut siku, sudut lancip, sudut tumpul. Disamping itu terdapat pertemuan siku, pertemuan miring dan berbentuk potongan siku atau potongan miring. GB 2.4 s/d GB. 2.7.

(21)

GB. 2.4.

(22)
(23)
(24)

GB. 2.7.

Tembok dengan tebal lapisan ½ bata tidak boleh sebagai tembok dukung. Karena itu tembok semacam ini harus dipertebal.

Pertebalan tembok ditempatkan pada sudut, kurang lebih 12 m². Sehingga jarak pertebalan antara 2½ - 3½ m. Pertebalan tembok dibuat antara 1½ bujur = 3 k atau lebih. GB. 2.8. s/d gb. 2. 15.

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

Lebih baik dan banyak dilaksanakan ialah dengan kolom beton bertulang.

Kadang-kadang pada tembok dengan tebal lapisan 1 bata kalau diperlukan dapat dibuat dengan pertebalan pada tempat yang mendapat beban dari atas kuda-kuda misalnya. Akan tetapi pertebalan, semacam ini dibuat apabila dipandang sangat perlu.

Kelemahan perkuatan tembok dengan pilar bata: 1. Bidang tembok tidak merupakan bidang yang rata.

2. Mengurang luas ruangan apabila pilar dibuat pada bagian dalam dan pada tembok dalam.

3. Dipandang mata tidak menyenangkan karena adanya bidang-bidang yang menonjol.

4. Kurang dapat dipertanggungjawabkan kekuatannya sebagai tembok dukung.

Dengan alasan tersebut di atas untuk menggantikan pilar dari bata dipergunakan beton bertulang sebagai perkuatan berdirinya tembok.

Beton bertulang merupakan rangka yang dibuat bersamaan pengeRjaan pasangan bata yang terdiri dari:

1. Balok sloof (praktis) terletak di atas pondasi di bawah lantai keliling tiap-tiap ruangan sepanjang tembok.

2. Kolom-kolom (praktis) didirikan setiap luas bidang tembok 12 m² dengan jarak kolom 3-4 m, sudut pertemuan dan persilangan.

3. Balok cincin pada tembok yang terletak pada tembok atas yang menghubungkan antara kolom, di bawah pemasangan kuda-kuda sekeliling tiap ruangan.

4. Balok cincin antara, apabila tinggi tembok lebih dari 4 m, yang diletakkan di atas pintu/jendela, yang merupakan balok latei. GB. 2.16.

(35)

balok beton bertulang (sloof praktis) kolom (praktis) kolom (praktis) kolom (praktis) balok cincin 3-4 m

Beton bertulang baik berupa balok sloof, kolom, maupun balok cincin serta balok latei (praktis) berukuran setebal bata dan umumnya berbentuk bujur sangkar 12/12 s/d 15/15 cm.

Tulang bujur menggunakan baja tulangan Φ 10 atau Φ 12 mm (⅜ atau ½”) diikat dengan sengkang (begel) Φ 6 (½”) jarak 15 sampai 20 cm.

(36)

Cara pelaksanaan dan pengejaan beton bertulang sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia.

Balok sloof dicor setelah pondasi di bawahnya selesai. Sebelum dicor dan dipasang tulangan beton dibuat acuan (cetakan) terlebih dahulu. Konstruksi acuan dibuat sederhana terdiri dari dua lembar papan (2/15) dirangkai dengan papan kecil jarak 50-60 cm.

Acuan tidak harus kuat, cukup apabila beton dicor tidak berubah dan bergeser. Acuan dapat dibongkar 2-3 hari setelah beton dicor. Pengecoran kolom beton bertulang dapat sesudah atau sebelum bata dipasang. Apabila batang dipasang terlebih dahulu, maka pemasangan bata juga dari sudut tembok disamping kolom.

Mula-mula dipasang profil sebagaimana biasa yaitu dibuat tegak lurus sebagai tarikan benang.

Tinggi pasangan bata kurang lebih 1 m, kemudian kolom dicor setinggi pasangan bata tersebut.

Jika kolom dicor lebih dahulu, maka sebelumnya dimana tempat yang akan dipasang bata perlu dipasang angker (stek) dari baja beton Φ 6 mm (¼”) keluar dari bidang sisi beton 20-25 cm. Jarak stek kurang lebih 50 cm.

(37)

GB. 2.17

Pada pertemuan tembok serta persilangan juga diperkuat dengan kolom.

Pada tembok yang tingginya 4 m lebih perlu diletakkan balok cincin antara untuk memperkuat berdirinya tembok serta membagi beban dari atas keseluruh bidang tembok di bawahnya.

Balok cincin antara diletakkan menjadi satu di atas pintu atau jendela sebagai balok latei. Bahkan pada bangunan yang menggunakan luifel beton bertulang balok latei juga sebagai balok luifel dengan menambah ukuran tinggi balok serta banyaknya tulangan.

Balok cincin antara diletakkan keliling seluruh dinding. Penulangannya serupa dengan tulangan yang telah dijelaskan sebelumnya.

(38)

C. Rangkuman.

Tembok dengan tebal lapisan ½ bata. Siar lintang lapisan bawah dan diatasnya meloncat atau menggeser ½ bata.

d. Tes Formatif.

Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2, tampak depan, dan isometri di kertas HVS dengan Ikatan½ Bata cara 1, yaitu lapis 1 diawali dengan kop.

(39)
(40)

g. Tugas.

Dari sketsa gambar denah, tampak depan berikut, gambarkan:  Penulangan Portal Gambar tersebut.

(41)

h. Lembar Kerja.

1) Alat

 Meja gambar 1 unit.

 Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh.

 Rapido 0,1 , 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh.

 Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh.  Jangka 1 set.

 Silet. 2) Bahan

 Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar.  Tinta rapido warna hitam.

 Karet penghapus pensil-tinta 1 bh.  Isolasi kertas.

3) Keselamatan Kerja

 Pergunakan peralatan sesuai fungsinya.  Penerangan ruangan harus cukup.  Kerjakan dengan hati-hati.

4) Langkah Kerja

 Menyiapkan segala peralatan dan bahan.

 Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar setengah bagian kiri untuk menggambar daun jendela dan di bagian kanan untuk menggambar detailnya.

 Tahap pertama membuat sumbu x, sumbu y dan sebagai pertolongan dalam menggambar .

 Menggambar sloof dengan ukuran 30/40, selimut beton 3 cm, jarak begel ¼l dekat tumpuan 10 cm dan jarak begel ¼l di lapangan (tengah) 15 cm.

(42)

 Menggambar kolom dengan ukuran 30/30, selimut beton 3 cm, jarak begel ¼l dekat tumpuan 10 cm dan jarak begel ¼l di lapangan (tengah) 15 cm.

 Menggambar balok dengan ukuran 25/35, selimut beton 3 cm, jarak begel ¼l dekat tumpuan 10 cm dan jarak begel ¼l di lapangan (tengah) 15 cm.

 Gunakan diameter tulangan 12 mm dan diameter begel 6 mm.

 Lengkapilah dimensi tulangan dengan sablon yang sesuai.  Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan–

keterangan yang diperlukan.

 Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama.  Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak

terpakai dan kotoran yang menempel. 5) Kunci Hasil Kerja.

(43)

Kegiatan Belajar 2: Menggambar Dinding dari Bata/Batako

untuk Penggambaran Denah Bangunan

a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat: - Menggambar isometri ikatan tegak.

b. Uraian Materi

2.4. Menggamabr Isometri Ikatan Berdiri/Ikatan Tegak.

Salah satu cara yang banyak digunakan untuk membuat tembok adalah ikatan berdiri atau ikatan tegak. Tembok untuk ikatan berdiri mempunyai tebal lapisan 1 bata atau lebih dengan 2 macam lapisan ialah lapisan bujur dan lapisan kepala. Jika bata yang disusun tampak sisi muka bata yang tampak merupakan bata utuh disebut lapis bujur, dan bila tampak muka batu bata yang disusun menjadi ukuran lebarnya maka disebut lapisan kepala.

Panjang tembok jika dibagi dengan lebar bata akan terdapat jumlah k (= kepala). Ini akan terdapat jumlah k genap dan jumlah k gasal, karena jumlah ini akan menentukan cara menyusunnya. GB. 2.5.1.

(44)

Jumlah - 13 k - Ganjil

(45)

Pada sudut tembok, pertemuan dan potongan pada lapisan bujur berjalan terus diawali dan diakhiri ¾ bata. Untuk lapisan kepala bata dipasang tegak lurus lapisan bujur di atasnya.

Syarat-syarat tembok ikatan berdiri:

a. Pada siar lintang dan tegak tidak boleh terdapat siar segaris dari

atas ke bawah.

b. Siar lintang pada gigi menjatuh membentuk tangga bergeser ¾

bata dan ¼ bata dari lapisan bawah dan atasnya.

Pada lapis bujur dengan jumlah k gasal diawali ¾ bata selanjutnya bujur dan berakhir ¾ bata. Tetapi jika terdapat jumlah k genap, setelah dimulai ¾ bata ditambah 1 k selanjutnya bujur dan berakhir ¾ bata. GB. 2.5.2.

(46)

GB. 2.5.2.

Begitu juga pada sudut dan pertemuan tembok. GB. 2.5.3 s/d GB. 2.5.5.

(47)
(48)
(49)

GB. 2.5.5.

Jika lapis pertama merupakan lapisan bujur, maka lapisan di atasnya menjadi lapisan kepala. Juga pada sudut dan pertemuan tembok GB. 2.5.6.

(50)

GB. 2.5.6. c. Rangkuman.

Siar lintang pada gigi menjatuh membentuk tangga bergeser ¾ bata dan ¼ bata dari lapisan bawah dan atasnya.

Pada lapis bujur dengan jumlah k gasal diawali ¾ bata selanjutnya bujur dan berakhir ¾ bata. Tetapi jika terdapat jumlah k genap, setelah dimulai ¾ bata ditambah 1 k selanjutnya bujur dan berakhir ¾ bata.

(51)

d. Tes Formatif.

Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2, dan tampak depan di kertas HVS dengan ikatan Tegak.

(52)

e. Kunci Jawaban.

f. Tugas.

Dari sketsa gambar lapis1 dan lapis 2 berikut, gambarkan :  Isometri gambar tersebut.

(53)

g. Lembar Kerja.

1) Alat

 Meja gambar 1 unit.

 Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh.

 Rapido 0,1 , 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh.

 Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh.  Jangka 1 set.

 Silet. 2) Bahan

 Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar.  Tinta rapido warna hitam.

 Karet penghapus pensil-tinta 1 bh.  Isolasi kertas.

(54)

3) Keselamatan Kerja

 Pergunakan peralatan sesuai fungsinya.  Penerangan ruangan harus cukup.  Kerjakan dengan hati-hati.

4) Langkah Kerja

 Menyiapkan segala peralatan dan bahan.

 Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar.

 Tahap pertama membuat sumbu x = 30º , sumbu y = 30º dan sumbu z = 90º sebagai pertolongan dalam menggambar isometri.  Menggambar lapis 1 dari soal tersebut di atas searah sumbu x,

sumbu y dan sumbu z.

 Menggambar lapis 2 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y dan sumbu z.

 Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 1.

 Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 2, dan setrusnya.  Lengkapilah dimensi bata dengan sablon yang sesuai.

 Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan– keterangan yang diperlukan.

 Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama.

 Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak terpakai dan kotoran yang menempel.

(55)
(56)

Kegiatan Belajar 3: Menggambar Potongan Dinding Dari

Bata/Batako Pada Gambar Potongan

Bagunan

a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat: - Menggambar isometri ikatan silang.

a. Uraian Materi

2.5. Menggambar Isometri Ikatan Silang

Cara lain untuk menyusun tembok ialah dengan nama “ikatan silang” atau hubungan silang. Ada lain di suatu daerah yang menamakan hubungan palang. Nama ini karena pada tampak sisi muka bata yang disusun merupakan bentuk silang-silang, atau palang-palang. Ikatan silang untuk tebal lapisan 1 bata atau lebih, yang terdiri dari 4 macam lapisan. Siar lintang pada lapisan bujur dari lapisan pertama dan lapisan ketiga yang terletak di atasnya menggeser ½ bata. Pada lapisan ke dua merupakan lapisan kepala dan sama dengan lapisan ke empat, begitu seterusnya.

Dengan ketentuan seperti diatas maka menyusunnya sebagai berikut: a. Lapisan pertama terdiri dari lapisan bujur, diawali dan diakhiri ¾

bata.

b. Lapisan kedua menjadi lapisan kepala.

c. Lapisan ketiga menjadi lapisan bujur diawali dengan ¾ bata ditambah 1 kepala, selanjutnya bujur.

d. Lapisan ke empat merupakan lapisan kepala seperti pada lapisan kedua.

Dengan demikian akan tampak pada sisi muka bata yang telah disusun bergeser ¼ bata dan ¾ bata pada gigi menjatuh. Pada hubungan

(57)

banyaknya kepala (k), dengan demikian pada suatu panjang tembok akan terjadi jumlah k yang genap dan gasal. GB. 2.6.1.

(58)

GB. 2.6.1.

Pada tembok dengan jumlah k genap pada lapisan bujur diawali dengan ¾ bata + k kemudian bujur dan berakhir ¾ bata. Untuk lapisan bujur berikutnya yang menjadi lapisan ketiga merupakan kebalikan dari susunan diatas, sehingga setelah diawali ¾ bata lalu utuh lapisan bujur dan sebelum berakhir ¾ bata ditambah 1 k.

Untuk lapisan kepala tidak terdapat kesukaran dalam menyusunnya, karena sepanjang tembok merupakan kepala-kepala yang menjadi lapisan 2, lapisan 4 dan seterusnya. Pada tembok dengan jumlah k gasal, pada lapisan pertama jika merupakan lapisan bujur maka setelah diawali ¾ bata kemudian bujur dan berakhir ¾ bata. Untuk lapisan bujur berikutnya setelah diawali ¾ bata ditambah 1 k, sedang di tengah merupakan bata-bata utuh. GB. 2.6.2.

(59)
(60)

GB. 2.6.3.

Selanjutnya pada sudut tembok, pertemuan akan terlihat cara menyusun, GB. 2.6.4.

(61)
(62)

GB. 2.6.5.

c. Rangkuman

.

Ikatan Silang , terdiri dari:

a. Lapisan pertama terdiri dari lapisan bujur, diawali dan diakhiri ¾ bata. b. Lapisan kedua menjadi lapisan kepala.

c. Lapisan ketiga menjadi lapisan bujur diawali dengan ¾ bata ditambah 1 kepala, selanjutnya bujur.

d. Lapisan ke empat merupakan lapisan kepala seperti pada lapisan kedua.

d. Tes Formatif.

Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2, dan tampak depan di kertas HVS dengan ikatan Silang.

(63)
(64)
(65)

f. Tugas.

Dari sketsa gambar lapis1 dan lapis 2 berikut, gambarkan :  Isometri gambar tersebut.

(66)

g. Lembar Kerja

1) Alat

 Meja gambar 1 unit.

 Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh.

 Rapido 0,1 , 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh.

 Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh.  Jangka 1 set.

 Silet. 2) Bahan

 Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar.  Tinta rapido warna hitam.

 Karet penghapus pensil-tinta 1 bh.  Isolasi kertas.

(67)

3) Keselamatan Kerja

 Pergunakan peralatan sesuai fungsinya.  Penerangan ruangan harus cukup.  Kerjakan dengan hati-hati.

4) Langkah Kerja

 Menyiapkan segala peralatan dan bahan.

 Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar .

 Tahap pertama membuat sumbu x = 30º , sumbu y = 30º dan sumbu z = 90º sebagai pertolongan dalam menggambar isometri.  Menggambar lapis 1 dari soal tersebut di atas searah sumbu x,

sumbu y dan sumbu z.

 Menggambar lapis 2 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y dan sumbu z.

 Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 1.

 Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 2, dan setrusnya.  Lengkapilah dimensi bata dengan sablon yang sesuai.

 Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan– keterangan yang diperlukan.

 Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama.

 Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak terpakai dan kotoran yang menempel.

(68)
(69)

Kegiatan Belajar 4: Menggambar Akrosonometri ikatan

Bata/Batako pada Dinding Setengah

Batu, Dinding Roliag dan Balok Latai

a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat:

- Menggambar isometri Ikatan Vlaams.

b. Uraian Materi

2.6. Ikatan Vlaams.

Cara lain untuk menyusun bata dengan bentuk yang disebut hubungan vlam atau ikatan vlam. Bata yang disusun seolah-olah gabungan dari lapisan bujur dan lapisan kepala. Tebal lapisan untuk ikatan vlam ialah 1 bata atau lebih.

Untuk sudut dan pertemuan tembok digunakan bata panjang ¼ k lebar lebih kurang . GB. 2.7.1.

(70)
(71)

Ikatan vlam terdiri dari dua macam lapisan denga tebal lapisan 1 bata atau lebih. Pada potongan siku terdapat beberapa macam cara menyusun bata dalam ikatan vlam. GB. 2.7.2

(72)

4) Rangkuman.

Ikatan vlaams adalah : bata yang disusun seolah-olah gabungan dari lapisan bujur dan lapisan kepala.

d. Tes Formatif.

Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2, dan tampak depan di kertas HVS dengan ikatan vlaams.

(73)

e. Kunci Jawaban.

f. Tugas

Dari sketsa gambar lapis1 dan lapis 2 berikut, gambarkan:  Isometri gambar tersebut.

(74)

g. Lembar Kerja

1) Alat

 Meja gambar 1 unit.

 Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh.

 Rapido 0,1 , 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh.

 Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh.  Jangka 1 set.

 Silet. 2) Bahan

 Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar.  Tinta rapido warna hitam.

 Karet penghapus pensil-tinta 1 bh.  Isolasi kertas.

(75)

3) Keselamatan Kerja

 Pergunakan peralatan sesuai fungsinya.  Penerangan ruangan harus cukup.  Kerjakan dengan hati-hati.

4) Langkah Kerja

 Menyiapkan segala peralatan dan bahan.

 Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar.

 Tahap pertama membuat sumbu x = 30º , sumbu y = 30º dan sumbu z = 90º sebagai pertolongan dalam menggambar isometri.

 Menggambar lapis 1 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y dan sumbu z.

 Menggambar lapis 2 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y dan sumbu z.

 Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 1.

 Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 2, dan setrusnya.  Lengkapilah dimensi bata dengan sablon yang sesuai.

 Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan–keterangan yang diperlukan.

 Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama.

 Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak terpakai dan kotoran yang menempel.

(76)
(77)

Kegiatan Belajar 5: Menggambar Aksonometri Ikatan Bata

a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat: - Menggambar isometri Ikatan Rantai

b. Uraian Materi

2.7. Ikatan Rantai.

Hubungan rantai sebelumnya serupa dengam tembok dengan ikatan vlam. Pada hubungan rantai lebih sederhana cara menyusunnya, terutama pada sudut siku tidak lagi mempergunakan bata yang kecil seperti ½ bata atau ¼ bata dan sebagainya. Hubungan rantai juga untuk tembok dengan tebal lapisan 1 bata atau lebih. Pada pokoknya hubungan rantai juga terdiri dari 2 macam lapisan. Pada lapisan satu maupun bujur yang diseling dengan lapis kepala. Sebagai contoh pada gambar berikut. GB. 2.8.1. & GB. 2.8.2.

(78)
(79)

GB. 2.8.2.

c. Rangkuman.

Ikatan Rantai rantai terdiri dari 2 macam lapisan, pada lapisan satu maupun bujur yang diseling dengan lapis kepala.

d. Tes Formatif.

Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2, dan tampak depan di kertas HVS dengan ikatan rantai.

(80)
(81)

e. Kunci Jawaban.

f. Tugas

Dari sketsa gambar lapis1 dan lapis 2 berikut, gambarkan:  Isometri gambar tersebut.

(82)

g. Lembar Kerja.

1) Alat

 Meja gambar 1 unit.

 Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh.

 Rapido 0,1 , 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh.

 Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh.  Jangka 1 set.

 Silet. 2) Bahan

 Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar.  Tinta rapido warna hitam.

 Karet penghapus pensil-tinta 1 bh.  Isolasi kertas.

3) Keselamatan Kerja

 Pergunakan peralatan sesuai fungsinya.  Penerangan ruangan harus cukup.  Kerjakan dengan hati-hati.

4) Langkah Kerja

 Menyiapkan segala peralatan dan bahan.

 Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar.

 Tahap pertama membuat sumbu x = 30º , sumbu y = 30º dan sumbu z = 90º sebagai pertolongan dalam menggambar isometri.

 Menggambar lapis 1 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y dan sumbu z.

 Menggambar lapis 2 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y dan sumbu z.

 Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 1.

(83)

 Lengkapilah dimensi bata dengan sablon yang sesuai.

 Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan– keterangan yang diperlukan.

 Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama.

 Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak terpakai dan kotoran yang menempel.

(84)

BAB. III

EVALUASI

A. Tes Tertulis

1. Jika ukuran tebal bata = 5 cm, Berapa ukuran lebar dan panjang bata tersebut!

2. Mortel untuk pasangan tembok kamar mandi, tempat cuci dan

sebagainya harus rapat air dengan campuran mortel

...Sedangkan untuk dinding bagian bawah malai dari lantai hingga setinggi 0.20 m dibuat cementroom (trasram) dengan mortel rapat air ...

3. Lebar siar untuk pasangan biasa adalah ... dan siar pada pelengkung adalah ...

4. Berapa tinggi pasangan setiap hari yang diperbolehkan?

5. Jika ukuran bata adalah tebal = 5 cm, lebar = 11 cm, panjang = 23 cm, dan tebal siar = 1 cm, berapa bata potongan ¾ bata, ½ bata dan ¼ bata?

6. Apa yang dimaksud dengan kekuatan tembok? 7. Kekuatan tembok deperoleh dari ... 8. Sebutkan syarat-syarat siar!

9. Sebutkan kelemahan perkuatan tembok dengan pilar bata! 10. Sebutkan syarat-syarat ikatan berdiri!

11. Susunan ikatan silang menurut ketentuan ada 4 macam lapisan. Sebutkan susunan ikatan silang tersebut!

(85)

B. Tes Praktek

1. Gambarkan tampak depan lapisan pasangan dari gambar di bawah dengan skala 1 : 50.

2. Gambarkan detail dari masing-masing lapisan tersebut dengan skala 1 : 5. Keterangan: - Ukuran batu batang yang digunakan:

Tebal batu bata = 5 cm Lebar batu bata = 11 cm Panjang batu bata = 23 cm - Siar pasangan = 1 cm - Digunakan ikatan silang

(86)
(87)

KUNCI JAWABAN

A. Tes Tertulis

1. Lebar bata = ( 2 x 5 ) + siar 1 cm = 11 cm Panjang bata = ( 2 x lebar ) + siar 1 cm

= ( 2 x 11 ) + 1 = 23 cm

2. Mortel untuk kamar mandi, tempat cuci campuran mortel = 1pc : 3 ps Mortel untuk trasram = 1 pc : 2 ps

3. Lebar siar pada pasangan biasa adalah = 0.8 – 1.2 cm. Lebar siar untuk pelengkung adalah = 2.00 cm.

4. Setiap hari tinggi pasangan tidak boleh lebih dari 1.2 m. 5. Bata potongan : ¾ bata = (¾ x 23) - (¼ x 1) = 17 cm

½ bata = (½ x 23) - (½ x 1) = 11 cm

¼ bata = (¼ x 23) – (¾ x 1) = 5 cm

6. Yang dimaksud dengan kekuatan tembok disini adalah kemampuan berdirinya tembok dengan ada muatan di atasnya tetap tegak dan kokoh serta mantap (stabil).

7. Kekuatan tembok diperoleh dari:

1. Cara menyusun bata dengan aturan yang telah ditentukan.

2. Adukan yang dipakai untuk melekatkan antara bata yang satu dengan yang lain yang akan mengeras menjadi sekeras seperti bata yang disusun.

3. Plesteran (lepa) yang menutup susunan batanya. 8. Syarat-syarat siar (isian):

1. Siar datar dengan ukuran sebesar 1 – 1.5 cm.

2. Siar lintang tidak boleh segaris dari lapisan atas dan lapisan bawahnya. 3. Siar tegak juga tidak boleh terdapat segaris dari atas ke bawah.

9. Kelemahan perkuatan tembok dengan pilar bata: a. Bidang tembok tidak merupakan bidang yang rata.

(88)

b. Mengurang luas ruangan apabila pilar dibuat pada bagian dalam dan pada tembok dalam.

c. Dipandang mata tidak menyenangkan karena adanya bidang-bidang yang menonjol.

d. Kurang dapat dipertanggungjawabkan kekuatannya sebagai tembok dukung.

10. Syarat-syarat tembok ikatan berdiri:

a. Pada siar lintang dan tegak tidak boleh terdapat siar segaris dari atas ke bawah.

b. Siar lintang pada gigi menjatuh membentuk tangga bergeser ¾ bata dan ¼ bata dari lapisan bawah dan atasnya.

11. Susunan ikatan silang:

 Lapisan pertama terdiri dari lapisan bujur, diawali dan diakhiri ¾ bata.  Lapisan kedua menjadi lapisan kepala.

 Lapisan ketiga menjadi lapisan bujur diawali dengan ¾ bata ditambah 1

kepala, selanjutnya bujur.

(89)
(90)

B. Lembar Penilaian Tes Praktek

Nama Peserta :

No. Induk :

Program Keahlian : Nama Jenis Pekerjaan :

PEDOMAN PENILAIAN

No. Aspek Penilaian Maks. Skor Perolehan Keterangan Skor

1 2 3 4 5

I. Persiapan dan mengakhiri pekerjaan.

1.1. Kelengkapan alat dan bahan. 1.2. Kesiapan alat dan bahan.

1.3. Membereskan gambar, alat, tempat.

3 2 2 Sub total 7

II. Membuat tata letak.

2.1. Tata letak gambar. 3

Sub total 3

III. Proses (Sistematika & Cara Kerja)

3.1. Urutan kerja penggambaran. 3.2. Kecepatan penggambaran.

3.3. Kebenaraan penggunaan peralatan.

5 5 5 Sub total 15

IV. Kualitas Produk Kerja

4.1. Kebenaran skala.

4.2. Kelengkapan penggambaran, simbol. 4.3. Kebenaran ukuran / dimensi.

4.4. Kebenaran konstruksi.

4.5. Kelengkapan pemberian keterangan.

5 10 10 30 10 Sub total 65 V. Sikap/Etos Kerja 5.1. Tanggung jawab. 5.2. Ketelitian. 5.3. Inisiatif. 5.4. Kemandirian. 2 3 3 2 Sub total 10 Total 100

(91)

KRITERIA PENILAIAN

No. Aspek Penilaian Kriteria Penilaian

I. Persiapan dan mengakhiri pekerjaan.

1.1. Kelengkapan alat dan bahan.

1.2. Kesiapan alat dan bahan.

1.3. Membereskan gambar.

Alat dan bahan disiapkan sesuai kebutuhan

Alat dan bahan disiapkan tidak sesuai kualitas.

Alat dan bahan disiapkan siap untuk bekerja.

Peralatan, hasil dan tempat kerja dibersihkan dan ditata rapi kembali.

II. Membuat tata letak

2.1. Tata letak gambar.

Tata letak gambar teratur sesuai dengan ukuran kertas, tidak ada bidang kosong.

Tata letak gambar tidak teratur, ada bidang kosong.

III. Proses (Sistematika & Cara Kerja)

3.1. Urutan kerja penggambaran.

3.2. Kecepatan penggambaran

3.3.Kebenaraan penggunaan peralatan.

Sesuai urutan penggambaran.

Setiap gambar diselesaikan secara tuntas.

Gambar diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia.

Peralatan digunakan sesuai dengan fungsinya.

Peralatan digunakan sesuai dengan kemampuannya.

IV. Kualitas Produk Kerja

4.1. Kebenaran skala.

4.2. Kelengkapan penggambaran, simbol.

Penentuan skala sesuai.

Kebenaran skala pada gambar.

Penerapan simbol sesuai.

(92)

4.4. Kebenaran konstruksi.

4.5. Kelengkapan pemberian keterangan.

Kebenaran dimensi.

Kebenaran konstruksi.

Kebenaran dimensi konstruksi.

Kelengkapan keterangan.

Kebenaran keterangan. V. Sikap/Etos Kerja 5.1. Tanggung jawab. 5.2. Ketelitian. 5.3. Inisiatif. 5.4. Kemandirian.

Mengerjakan dengan sungguh- sungguh sesuai ilmu pengetahuan.

Pekerjaannya telah diperhitungkan secara teliti.

Banyak ide.

Memiliki inisiatif bekerja.

Bekerja tanpa banyak diperintah

(93)

BAB. IV

PENUTUP

Setelah menyelesaikan modul ini, maka Anda berhak untuk mengikuti tes praktik untuk menguji kompetensi yang telah dipelajari. Dan apabila Anda dinyatakan memenuhi syarat kelulusan dari hasil evalusi dalam modul ini, maka Anda berhak untuk melanjutkan ke topik/modul berikutnya. Mintalah pada pengajar/instruktur untuk melakukan uji kompetensi dengan sistem penilaiannya dilakukan langsung dari pihak dunia industri atau asosiasi profesi yang berkompeten apabila Anda telah menyelesaikan suatu kompetensi tertentu. Atau apabila Anda telah menyelesaikan seluruh evaluasi dari setiap modul, maka hasil yang berupa nilai dari instruktur atau berupa porto folio dapat dijadikan sebagai bahan verifikasi bagi pihak industri atau asosiasi profesi. Kemudian selanjutnya hasil tersebut dapat dijadikan sebagai penentu standard pemenuhan kompetensi tertentu dan bila memenuhi syarat Anda berhak mendapatkan sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh dunia industri atau asosiasi profesi.

(94)

DAFTAR PUSTAKA

Takeshi Sato, N Sugiarto. 1986. “Menggambar Mesin Menurut Standar ISO”.

Jakarta: PT Pradnya Paramita,

Yohannes suparyono, 1981. “Konstruksi Perspektif”. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius.

...,“Ringkasan Ilmu Bangunan Gedung bagian A“ Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Prof.Dr.Koentjoroningrat (1985: 180): Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

Members and Candidates must deal fairly and objectively with all clients when providing investment analysis, making investment recommendations, taking investment action, or engaging

Gambar 4.54 Grafik respon spektra gerakan translasi pada FSO Ladinda saat kondisi light load terapung bebas dengan heading pembebanan 0 derajat. Gambar 4.55 Grafik

Pada indikator kegiatan lisan angka presentase sebelum menerapkan media mindmeister yaitu 74% sedangkan sesudah menerapkan media mindmeister angka presentase naik menjadi

Alasan lain yang melatar belakangi peneliti melakukan penelitian karena tradisi Suna ro ndoso di daerah Kecamatan Donggo Kabupaten Bima masih dilakukan sampai saat

1) Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah (negara terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum sakit kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit

Jika semua tahapan kegiatan pengembangan HTR sudah terlaksana dengan baik dan benar akan memudahkan dalam mendapatkan pinjaman bergulir modal kredit dari Pemerintah dengan

Diagram bidang gaya lintang beban kombinasi portal memanjang potongan As 1 ... Diagram geser balok