pp. 111 - 122
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017
Transportasi dan Pemodelan - 111
ANALISIS KEMAMPUAN PELAYANAN JARINGAN JALAN
LINTAS TIMUR PROVINSI ACEH BERDASARKAN
INDIKATOR INDEKS PRASARANA JALAN (IPJ)
Liza Karmina1, Renni Anggraini2, M. Isya 3
1) MagisterTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 2,3) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111, email: m_isya@unsyiah.ac.id 2, renni.anggraini@unsyiah.ac.id 3
Abstract: The national road section of East Aceh Province is the primary road network that
connects between the North Sumatra Province and Aceh provincial capital. As the access of Acehnese people to North Sumatra Province is Increasing during the time. Bireuen and Aceh Utara districts are the two districts that crossed by the national roads, this road section is the busiest streets from East section road. To be related with the important role of the national road network of Aceh province, it’s led to the issues of how the road network service capabilities using an indicator of Road Infrastructure Index (IPJ). The purpose of this study is to analyze the ability of the network service by using IPJ indicator. Data collection for indicators of IPJ is by interview to some key informant. Analysis of the IPJ is using four (4) variables: availability of road (Ktj), the performance of the road (Knj), the traffic load (Bln), and the road serviceability (Pyp). The results of analysis IPJ value in 2014 in the district of Bireuen is 1.01 and for North Aceh regency is 0.54, which is the value it’s below the national average score, the score for national is 5.68. The observation from both districts was obtained that total length of the national road network is very poor in serving the number of vehicles and population, but the availability of the national roads in the district has been able to service the administration areas, although the level of the service of road network is very lacking in serve for the daily activities of the population.
Keywords : Road Infrastructure Index (IPJ), road availability, road performance, traffic load
and road services
Abstrak: Ruas jalan nasional Lintas Timur (Lintim) Provinsi Aceh merupakan jaringan jalan
primer yang menghubungkan antar ibukota Propinsi Aceh dan Sumatera Utara. Akses pergerakan masyarakat Aceh menuju Provinsi Sumatera Utara semakin hari semakin meningkat. Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara adalah dua kabupaten yang dilintasi oleh jalan nasional yang merupakan ruas jalan dengan aktivitas yang cukup padat. Berkaitan dengan pentingnya peranan jaringan jalan nasional Lintim Provinsi Aceh ini, maka muncul permasalahan bagaimana kemampuan pelayanan jaringan jalan Lintim dengan menggunakan indikator Indeks Prasarana Jalan (IPJ). Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisa kemampuan pelayanan jaringan jalan dengan menggunakan indikator IPJ. Pengumpulan data untuk indikator IPJ dilakukan dengan cara wawancara kepada beberapa responden. Analisa terhadap IPJ menggunakan 4 (empat) variabel yaitu ketersediaan jalan (Ktj),kinerja prasarana
jalan(Knj),beban lalu lintas(Bln),dan pelayanan prasarana jalan (Pyp). Dari hasil analisis
diperoleh nilai IPJ pada tahun 2014 di Kabupaten Bireuen = 1,01 dan Kabupaten Aceh Utara = 0,54 dimana nilai tersebut jauh dibawah skor rata-rata nasional yaitu 5,68. Pada kedua kabupaten yang diamati diperoleh panjang total jaringan jalan nasional masih sangat kurang dalam melayani jumlah kenderaan dan jumlah penduduk, namun ketersedian jalan nasional yang ada di kabupaten ini sudah mampu memberi akses untuk melayani daerah adminitrasinya, walaupun dengan tingkat pelayanan jaringan jalan masih sangat kurang dalam melayani aktivitas penduduk sehari-hari.
Kata kunci : Indeks Prasarana Jalan (IPJ), Ketersediaan jalan, kinerja jalan, beban lalu lintas
112 - Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan Untuk mendukung pengembangan suatu
wilayah diperlukan sistem transportasi yang handal yang memiliki kemampuan daya dukung struktur tinggi serta kemampuan jaringan yang efektif dan efisien. Prasarana jalan merupakan bagian dari sistem transportasi sehingga diharapkan mampu menciptakan dan meningkatkan pertumbu-han ekonomi.
Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi darat memegang peranan pen-ting dalam distribusi barang dan penumpang karena hampir 90% semua angkutan khusus-nya angkutan barang bertumpu pada jasa pelayanan transportasi jalan.
Secara geografis Provinsi Aceh terletak antara 20 – 60 LU dan 950 – 980 LS, dengan luas wilayah 57,365.57 km2. Salah satunya hubungan darat adalah dengan Provinsi Sumatera Utara, sehingga memiliki ketergan-tungan yang cukup tinggi dengan Provinsi Sumatera Utara.
Ruas jalan nasional lintas timur (lintim) Provinsi Aceh merupakan jaringan jalan primer yang merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di Provinsi Aceh. Untuk ruas jalan nasional lintim Aceh yang dimulai dari batas Kota Banda Aceh sampai dengan perbatasan Provinsi Sumatera Utara, mempunyai peranan yang sangat tinggi di Provinsi Aceh.
Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara dilintasi oleh Jalan nasional yang merupakan ruas jalan terpadat, kedua kabupaten memiliki
potensial daerah masing-masing sehingga sangat mempengaruhi pergerakan baik antar kabupaten maupun antar provinsi.
KAJIAN PUSTAKA Definisi Jalan
UU No.34, 2006, pasal 1, ayat 3, tentang jalan, definisi dari jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Indeks Prasarana Jalan (IPJ)
Evaluasi kinerja jalan membutuhkan pengukuran yang mewakili kondisi jalan. Indeks ini adalah representatif tentang kinerja jaringan jalan sesuai dengan kinerja lain. Menurut (Santosa dan Joewano, 2005) indikator jalan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Ketersediaan jalan (Ktj) 2. Kinerja jalan (Knj) 3. Beban lalu lintas (Bln)
4. Pelayanan prasarana jalan (Pyp) 5. Indeks jalan (IPJ)
Untuk melakukan evaluasi kinerja jaringan jalan diperlukan suatu perhitungan yang mewakili kondisi suatu ruas jalan. Evaluasi ini dinyatakan dalam suatu indeks yang dinamakan IPJ.
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan - 113 Menurut Anonim (2004), perhitungan IPJ
berkaitan dengan 4 (empat) variabel penting. Definisi dan dimensi dari masing-masing variabel IPJ tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Definisi dan Dimensi Variabel IPJ
Sumber: Anonim, 2004
Rumusan indikator IPJ menurut (Depkimpraswil, 2004) adalah:
IPJ = a*skor(Ktj) + b*skor(Knj)+ c*skor (Bln) + d*skor(Pyp) (1)
Dimensi dari setiap variabel Indeks Prasarana Jalan berbeda-beda, sehingga untuk menghitung IPJ dengan memakai persamaan di atas dilakukan kualifikasi terlebih dahulu terhadap nilai variabel (scoring). Dari hasil
scoring diperoleh platfrom penilaian yang
sama di antara setiap variabel IPJ, sehingga akan dapat dilakukan proses pembobotan (weighting) terhadap variabel IPJ tersebut.
METODE PENELITIAN
Lokasi Peneltian
Lokasi penelitian dilakukan pada dua kabupaten yaitu Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Aceh Utara.
Bagan alir penelitian dapat dilihat pada
Gambar 2 di bawah ini:
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian Teknik Pengumpulan Data IPJ
IPJ merupakan alat yang dapat mem-bantu dalam mengambil kebijakan penanga-nan jalan. Hasil dari IPJ dapat meng-indentifikasi kebutuhan penanganan dan masukan bagi kebijakan alokasi dana, dengan sasaran ketersediaan prasarana jalan dan kemantapan prasarana jalan. IPJ terdiri dari empat variabel, setiap variabel IPJ memiliki dimensi yang berbeda-beda, dapat dilihat pada Tabel 1.
Pengumpulan data untuk setiap variabel IPJ dilakukan dengan cara wawancara,
114 - Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
responden dipilih 8 (Delapan) orang dari perwakilan beberapa Satuan Kerja yang terdapat pada Instansi Kementerian Pekerjaan Umum yang berperan langsung terhadap ruas jalan yang diteliti. Kuisioner terdiri dari 2 (dua) formulir yaitu formulir kualifikasi variabel IPJ dan formulir pembobotan antar variabel IPJ.
Metode Pengolahan Data Pengolahan data IPJ
Nilai pelayanan jaringan jalan dengan indikator IPJ dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan 1.
Dimensi dari setiap variabel IPJ berbeda-beda, sehingga untuk menghitung IPJ dengan menggunakan rumus 1 maka terlebih dahulu dilakukan kualifikasi terhadap nilai variabel (scoring) sehingga diperoleh platform
penilaian yang sama antar variabel IPJ, setelah itu dilakukan proses pembobotan (weighting) terhadap variabel IPJ.
Kualifikasi Variabel IPJ
Pengkualifikasian dari setiap variabel IPJ dilakukan dengan scoring, dengan kualifikasi yang dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 2. Rentang scoring dan Kualifikasi Varia-bel IPJ
Rentang Skor Kualifikasi
1-2 Sangat kurang 3-4 Kurang 5-6 Sedang 7-8 Tinggi 9-10 Sangat tinggi Sumber: Anonim, 2004
Bobot kepentingan antara variabel IPJ IPJ merupakan hasil penjumlahan dari skor setiap variabel yang terbobotkan. Bobot variabel IPJ (a untuk Ktj, b untuk Knj, c untuk Bln, dan d untuk Pyp) merupakan representasi tingkat kepentingan dari masing-masing variabel. Pembobotan tingkat kepentingan variabel IPJ dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 3. Penilaian Bobot Tingkat Kepentingan
Variabel IPJ
Rentang Skor Kualifikasi 1-2 Sangat tidak penting
3-4 Kurang penting
5-6 Cukup penting
7-8 Penting
9-10 Sangat penting Sumber: Anonim, 2004
Interprestasi skor IPJ
Hasil nilai skor IPJ yang diperoleh diinterprestasikan untuk membandingkan kondisi prasarana jalan di dua kabupaten yang diamati. Semakin tinggi skor IPJ disuatu wilayah maka kondisi umum penyediaan prasarana jalan di wilayah tersebut semakin baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil IPJ
Kualifikasi dan bobot variabel IPJ diperoleh dari hasil penilaian para responden terhadap kualifikasi nilai/besaran dan tingkat kepentingan dari masing-masing variabel yaitu: Ktj, Knj, Bln, dan Pyp.
Kualifikasi variabel Ktj
Variabel ketersediaan prasarana jalan (Ktj) didefinisikan sebagai panjang total
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan - 115 jaringan jalan per luas wilayah (km/km2).
Distribusi jawaban kualifikasi dari para responden untuk kedua kabupaten yang diamati dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Rata-rata Skor Kualifikasi Varia-bel Ktj untuk Kedua Kabupaten
No Nilai Ktj (km/k m2)*
Keterangan * Rata-Skor rata
Standar Deviasi 1 0.05 1 km jalan melayani 20 km2 wilayah 2.00 1.0690
2 0.15 1 km jalan melayani 6.7 km2 wilayah 4.00 1.1952 3 0.25 1 km jalan melayani 4 km2 wilayah 5.25 1.2817 4 0.35 1 km jalan melayani 2.9 km2 wilayah 7.00 1.0690 5 0.45 1 km jalan melayani 2.2 km2 wilayah 8.63 1.3025 *Merujuk pada sumber (Joewono, 2005)
Dari data pada Tabel 5 dapat diperoleh bentuk model penilaian/kualifikasi dari jawaban responden seperti pada gambar 3.
Dari hasil jawaban responden meng-hasilkan penilaian kualifikasi variabel Ktj yang linier, hasil kalibrasi menghasilkan fungsi kualifikasi/skoring variabel Ktj sebagai
berikut:
Skor Ktj =16.25x+1.3125...(R2=0.9965) (3)
Kualifikasi variabel Knj
Variabel kinerja jaringan jalan (Knj) didefinisikan sebagai panjang jalan nasional mantap per total panjang jaringan jalan nasional, dengan dimensi (%) panjang jalan mantap. Hasil distribusi jawaban dari responden untuk variable Knj sebagai berikut. Tabel 6. Nilai Rata-rata Skor Kualifikasi Variabel
Knj untuk Kedua Kabupaten
No Nilai
Knj Keterangan * Rata-Skor rata Standar Deviasi (%)* 1 20 20 % jalan mantap 75
% jalan tidak mantap 2.13 1.6421 2 40
40 % jalan mantap 60
% jalan tidak mantap 3.50 1.3093 3 60
60 % jalan mantap 40
% jalan tidak mantap 5.63 0.9161 4 80
80 % jalan mantap 25
% jalan tidak mantap 6.13 1.6421 5 95 95 % jalan mantap 5 % jalan tidak mantap 7.25 2.5495 *Merujuk pada sumber (Joewono, 2005)
Bentuk Model dari variabel Knj untuk kedua kabupaten diperlihatkan pada Gambar 4.
Gambar 3. Model Kualifikasi Variabel Ktj untuk kedua Kabupaten.
y = 16,25x + 1,3125 R² = 0,99646 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
116 - Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
Gambar 4. Model Kualifikasi Variabel Knj untuk kedua kabupaten
Jawaban responden untuk variable Knj menghasilkan kualifikasi linier, hasil kalibrasi menghasilkan fungsi variabel Knj sebagai berikut:
Skor Knj =0.0679x+0.9176...(R²= 0.9706) (4)
Kualifikasi variabel Bln
Variabel beban lalu lintas (Bln) didefinisikan sebagai panjang total jaringan jalan nasional per jumlah kenderaan, dengan dimensi (km/1000 smp). Hasil pengolahan data diperoleh sebagai berikut.
Tabel 7. Nilai Rata-rata Skor Kualifikasi Varia-bel Blnuntuk Kedua Kabupaten
No Km /1000 Nilai Bln smp* Keterangan * Skor Rata-rata Standar Deviasi 1 4 Km /1000 smp 1 Km jalan mela-yani 250 kender-aan (smp) 4.00 1.7728 2 5 Km /1000 smp 1 Km jalan mela-yani 200 kender-aan (smp) 4.63 1.1877 3 6.7 Km
/1000 smp 1 Km jalan mela-yani 150 kender-aan (smp)
6.25 1.0351
4 10 Km
/1000 smp 1 Km jalan mela-yani 100 kender-aan (smp) 7.63 0.7440 5 20 Km /1000 smp 1 Km jalan mela-yani 50 kenderaan (smp) 8.75 1.1650
*Merujuk pada sumber (Joewono, 2005)
Bentuk model skoring/kualifikasi variabel Bln disampaikan pada Gambar 5.
Adapun hasil kalibrasi menghasilkan fungsi kualifikasi / skoring variabel Bln sebagai berikut:
Skor Bln =
3.0487ln(x) + 0.033..(R² =0.9469) (5)
Kualifikasi variabel Pyp
Variabel pelayanan prasarana jalan (Pyp) didefinisikan sebagai panjang total jaringan jalan nasional per jumlah penduduk, dengan dimensi (km/1000 penduduk).
Distribusi jawaban responden untuk variabel Pyp pada kedua kabupaten yang diamati dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Rata-rata Skor Kualifikasi Varia-bel Pypuntuk Kedua Kabupaten
No Nilai Pyp Km /1000 Org* Keterangan * Skor Rata-rata Standar Deviasi 1 0.2 Km /1000 org 1 Km jalan melaya-ni 5000 org 2.25 0.8864 2 0.25 Km /1000 org 1 Km jalan melaya-ni 4000 org 3.63 0.5175 3 0.3 Km /1000 org 1 Km jalan melaya-ni 3000 org 5.50 0.7559 4 0.5 Km /1000 org 1 Km jalan melaya-ni 2000 org 7.25 0.8864 5 1.0 Km /1000 org 1 Km jalan melaya-ni 1000 org 8.63 1.0607 *Merujuk pada sumber (Joewono, 2005)
y = 0,0679x + 0,9176 R² = 0,97059 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 0 20 40 60 80 100
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan - 117 Bentuk model dari dari
skoring/kualifikasi variabel Pyp pada kedua
kabupaten disampaikan pada Gambar 6.
Gambar 5. Model Kualifikasi Variabel Bln untuk kedua Kabupaten
Gambar 6. Model Kualifikasi Variabel Pyp untuk kedua Kabupaten
Dari hasil jawaban responden menghasilkan penilaian kualifikasi variabel Pyp yang linier sebagai berikut :
Skor Pyp =1.6375x + 0.5375..(R2 = 0.997) (6)
Pembobotan kepentingan antar variable IPJ
Perbedaan tingkat kepentingan ini
mempresentasikan bobot pertimbangan setiap variabel IPJ dalam pengambilan keputusan penanganan jalan. Hasil wawancara tingkat kepentingan variabel IPJ untuk kedua kabupaten yang diamati.
Hasil urutan tingkat kepentingan variabel IPJ dari kedua kabupaten pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
y = 3,0487ln(x) + 0,033 R² = 0,94689 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 0 5 10 15 20 25
Beban Lalu Lintas (Bln) (Km /1000 smp)
y = 1,6375x + 0,5375 R² = 0,99704 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 0 1 2 3 4 5 6
118 - Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
Tabel 9. Urutan Tingkat Kepentingan Variabel IPJ dari Kedua Kabupaten yang Dia-mati
No Variabel IPJ
Urutan Tingkat Kepentingan (%)
1 2 3 4
1 Ketersediaan jalan (K
tj) 75.00 12.50
0.00 12.50
2 Kinerja jaringan jalan (K
nj) 37.50 37.50 25.00
0.00
3 Beban lalu lintas (B
ln) 12.50 62.50 25.00 0.00 4 Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) 37.50 37.50 0.00 25.00
IPJ diperoleh dari hasil penjumlahan dari skor setiap variabel yang terbobotkan. Total pembobotan tingkat kepentingan variabel IPJ pada penelitian ini pada kedua kabupaten pengamatan dapat dilihat pada Gambar 7.
Dari hasil pembobotan kepentingan variabel IPJ, dapat dilihat variabel Ktj mendapatkan bobot kepentingan dengan prioritas tertinggi yaitu 0,28 selanjutnya Knj diurutan ke 2 yaitu 0,27 urutan ke 3 oleh variabel Bln 0,24 dan yang terendah variabel
Pyp dengan nilai 0,21.
Tahap model estimasi indikator IPJ Dari hasil kualifikasi variabel IPJ sampai dengan tahap pembobotan variabel IPJ dapat disusun penilaian/perkiraan IPJ dengan menggunakan persamaan 1 sebagai berikut : IPJ = 0,28*skor (Ktj) + 0,27*skor(Knj) + 0,24*skor
(Bln) + 0,21*skor(Pyp) Dengan : Skor (Ktj) = 16,25 (nilai Ktj) + 1,3125 Skor (Knj) =0,0679 (nilai Knj) + 0,9176 Skor (Bln) =3,0487* ln (nilai Bln) + 0,033 Skor (Pyp) =1,6375 (nilai Pyp) + 0,5375
Dari model estimasi indikator IPJ masing-masing variabel maka dilakukan perhitungan estimasi skor IPJ, hasil yang diperoleh adalah Skor data IPJ pada kedua kabupaten yang diteliti terjadi penurunan per tahunnya. Gambaran hasil perhitungan IPJ untuk kedua Kabupaten dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 7 Bobot Kepentingan Variabel IPJ 0,28 0,27 0,24 0,21 Ketersediaan jalan (Ktj) Kinerja jaringan jalan (Knj) Beban lalu lintas (Bln) Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp)
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan - 119 Gambar 8 Perbandingan hasil IPJ
Skor IPJ pada tahun 2014 di Kabupaten Bireuen = 1,01 ≈ 1 dan Kabupaten Aceh Utara = 0,54 ≈ 1, dapat dijelaskan bahwa penyediaan jumlah dan kondisi fisik dan prasarana jalan untuk kedua kabupaten tersebut adalah “Sangat Kurang”. Skor IPJ yang diperoleh dari masing-masing Kabupaten masih dibawah skor rata-rata nasional yaitu 5,68.
Kabupaten Bireuen tahun 2014, variabel Bln menghasilkan skor terendah yaitu -0,381. ditempat kedua terendah diperoleh skor 0,956 untuk variabel Pyp, sedangkan untuk variabel Ktj dan Knj menunjukkan skor yang lebih tinggi.
Kabupaten Aceh Utara tahun 2014, skor terendah yaitu -1,829 diperoleh oleh variabel Bln, kedua terendah diperoleh skor 0,888 untuk variabel Pyp. Variabel Ktj dan Knj menunjukkan skor yang lebih tinggi.
Dari hasil skor yang ditunjukkan oleh masing-masing variabel IPJ pada Kabupaten Bireuen, maka dapat dilihat panjang total jaringan jalan masih dianggap sangat kurang dalam melayani jumlah kenderaan dan jumlah
penduduk di Kabupaten Bireuen. Namun ketersedian jalan nasional yang ada di kabupaten ini sudah mampu memberi akses untuk melayani daerah adminitrasinya, walaupun dengan kinerja jaringan jalan masih sangat kurang dalam melayani aktivitas penduduk pada Kabupaten Bireuen.
Kabupaten Aceh Utara juga memberikan gambaran yang sama dengan Kabupaten Bireuen. Ketersediaan jalan yang ada cukup memberi akses untuk melayani wilayah administrasinya. Namun Kinerja jaringan jalan masih dianggap sangat kurang, terlebih dengan beban lalu lintas dan jumlah penduduk yang lebih padat dibandingkan Kabupaten Bireuen.
Efisiensi dan efektifitas kinerja jaringan jalan berdasarkan IPJ
Suatu jaringan jalan dikatakan efektif apabila jaringan jalan tersebut mampu menghasilkan pendapatan per kapita yang tinggi, hal tersebut ditunjukkan oleh hubungan IPJ terhadap PDRB per kapita.
-0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 2012 2013 2014 1,14 1,10 1,01 0,65 0,58 0,54 Kabupaten Bireuen
120 - Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
Sedangkan suatu jaringan jalan dikatakan efisien yaitu jika rasio pengeluaran pemerintah untuk sektor jalan untuk setiap tahunnya mengalami penurunan, hubungan ditunjukkan oleh IPJ dengan dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk sektor jalan. Hubungan antara IPJ dengan dana yang dikeluarkan pemerintah untuk sektor jalan pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 di kedua kabupaten dapat dilihat pada Gambar 9.
Rasio pengeluaran pemerintah untuk sektor jalan dengan IPJ untuk kedua kabupaten yang diamati dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rasio pengeluaran pemerintah ter-hadap IPJ Uraian Pengeluaran pemerintah untuk sektor jalan (Juta rupiah) IPJ Rasio pengeluaran pemerintah untuk sektor jalan terhadap IPJ (Juta rupiah) Kabupaten Bireuen 2012 18,221 1.14 15,920 2013 16,730 1.10 15,238 2014 19,925 1.01 19,717 Kabupaten Aceh Utara 2012 26,822 0.65 41,242 2013 30,289 0.58 52,190 2014 45,709 0.54 84,472
Suatu jaringan jalan dikatakan efektif apabila rasio PDRB per kapita dengan IPJ setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hubungan antara PDRB per kapita penduduk untuk kedua kabupaten yang diamati terhadap IPJ dapat dilihat pada Gambar 10.
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan - 121 Gambar 10. Hubungan antara IPJ dengan PDRB Perkapita
Rasio PDRB per kapita dengan IPJ untuk kedua kabupaten yang diamati dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rasio PDRB per kapita terhadap IPJ
Uraian PDRB per kapita (Juta rupiah) IPJ Rasio PDRB per kapita terhadap IPJ (Juta rupiah) Kabu-paten Bireuen 2012 19,474 1.14 17,015 2013 20,974 1.10 19,104 2014 22,320 1.01 22,086 Kabu-paten Aceh Utara 2012 29,345 0.65 45,122 2013 20.318 0.58 35.009 2014 22,843 0.54 42,215
Hubungan antara IPJ terhadap dana yang dikeluarkan pemerintah untuk sektor jalan tidak selamanya peningkatan dana yang dikeluarkan oleh pemerintah akan meningkat-kan nilai IPJ. Dari hasil perhitungan memperlihatkan hasil IPJ mengalami penuru-nan setiap tahunnya untuk kedua Kabupaten yang di amati. Dari Gambar 9 juga
memper-lihatkan nilai IPJ yang tinggi tidak selalu dihasilkan oleh dana yang besar. Dari hasil rasio pengeluaran pemerintah untuk sektor jalan dengan IPJ, dari Tabel 10 mengalami kenaikan. Sehingga dapat di artikan bahwa jalan nasional pada Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Aceh Utara tidak efisien. Karena setiap kenaikan dana yang dikeluarkan pemerintah tidak diikuti oleh peningkatan nilai IPJ.
Dari hasil rasio hubungan antara PDRB per kapita terhadap IPJ memperlihatkan setiap tahunnya nilai IPJ berkurang tetapi PDRB per kapita penduduk justru meningkat, dapat dilihat pada Tabel 10. Sehingga dapat disim-pulkan bahwa Jalan nasional pada kedua kabupaten pengamatan dapat dikatakan efektif, karena jalan tersebut mampu memberikan peningkatan pendapatan per kapita setiap tahunnya.
122 - Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisis data dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Skor IPJ Kabupaten Aceh Utara lebih
rendah dibandingkan Kabupaten Bireuen. Skor IPJ pada tahun 2014 di Kabupaten Aceh Utara = 0,54 dan untuk Kabupaten Bireuen = 1,01. Skor IPJ Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara dibawah skor rata-rata nasional 5,68 dengan kategori sangat kurang.
2. Panjang total jaringan jalan nasional pada kedua kabupaten masih dianggap sangat kurang dalam melayani jumlah kenderaan dan jumlah penduduk, namun ketersediaan jalan yang ada cukup memberi akses untuk melayani wilayah administrasinya.
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Dapat dilakukan penelitian selanjutnya dengan menambahkan responden tidak hanya terbatas pada pihak tertentu, sehingga menghasilkan penilaian yang lebih baik dan lebih beragam.
2. Penelitian yang lebih lanjut diperlukan untuk membangun model yang lebih terarah untuk menjelaskan input, output, outcome dan impact.
KEPUSTAKAAN
Anonim, 2000, “Penyusunan Perormance Indikator Jalan”, Departemen Permukiman dan prasarana wilayah sekretariat Jenderal, Jakarta.
Anonim, 2004 “Pengembangan Indikator Efektivitas Pelaksanaan Program Prasarana Wilayah”, Departemen Permukiman dan prasarana wilayah sekretariat Jenderal, Jakarta.
Anonim, 2004, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan”, Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 132, Sekretariat Negara, Jakarta.
Maulina, F. 2007, “Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Kabupaten di Wilayah Kabupaten Serang”, Tesis Program Magister Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Infrastruktur ITB, Bandung.
Oemar, 2009, “Studi Kinerja Jaringan Jalan di Wilayah Kabupaten Labuhan Baru”, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Panjaitan M, A 2010, “Kajian Sistem Jaringan Jalan di Wilayah Kota Pekanbaru”, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Santosa, W dan Joewono, TB (2005), “An Evaluation Of Road Network Performance In Indonesia” proccedings of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol 5, pp.2418-2433