• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuan penelitian yang tertuang pada Bab I, desain penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuan penelitian yang tertuang pada Bab I, desain penelitian"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang tertuang pada Bab I, desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif analitik, yaitu studi yang bertujuan untuk memperoleh jawaban tentang profil kemandirian dan profil self efficacy secara aktual, kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kemandirian dengan self efficacy.

Untuk menganalisis hubungan antara kedua fenomena diatas digunakan metode korelasional. Metode korelasional adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Suryabrata, 2002: 348).

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisisan data hasil penelitian dengan menggunakan perhitungan statistik (analisis statistik).

B. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel. Variabel pertama adalah kemandirian, variabel ini berperan sebagai variabel bebas (X). Variabel kedua

(2)

adalah self efficacy, yang berperan sebagai variabel terikat (Y). Berikutnya akan dipaparkan definisi konseptual maupun operasional dari kedua variabel ini.

1. Kemandirian

Definisi konseptual kemandirian adalah kemampuan remaja untuk mengelola diri sendiri, yang ditunjukkan oleh tiga dimensi, yaitu dimensi kemandirian emosi, dimensi kemandirian bertindak, dan dimensi kemandirian nilai (Steinberg, 1993: 276). Adapun penjelasan mengenai tiga dimensi tersebut adalah sebagai berikut: a. Kemandirian emosi merupakan aspek perilaku kemandirian yang merujuk

kepada perubahan kedekatan atau keterikatan hubungan emosional individu dengan orangtuanya. Kemandirian emosi ditunjukkan dengan empat indikator, yaitu, de-idealized, parent as people, non dependency, dan individuation. b. Komponen kemandirian yang kedua adalah kemandirian bertindak. Aspek

kemandirian ini merujuk kepada aktivitas-aktivitas yang dilakukan sebagai wujud dari keputusan bebas dan kemampuan untuk bertindak atau mengambil keputusan. Kemandirian perilaku ditunjukkan oleh tiga indikator yaitu, remaja yang mandiri melakukan aktivitas berdasarkan berbagai pertimbangan atau alasan, kekuatan remaja terhadap pengaruh dari luar dirinya, dan mencapai suatu keputusan yang bebas.

c. Kemandirian nilai adalah kebebasan untuk memaknai seperangkat nilai, meyakini prinsip-prinsip individual daripada sekedar menerima atau mengambil prinsip-prinsip dari orang lain. Aspek kemandirian ini ditunjukkan dengan tiga indikator yaitu, abstract belief, principal belief, dan independent belief.

(3)

Definisi operasional kemandirian dalam penelitian ini adalah penilaian tentang tinggi rendahnya derajat skor hasil pengisian angket yang diturunkan dari teori Steinberg mengenai dimensi-dimensi kemandirian.

2. Self Efficacy

Definisi konseptual dari self efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimiliki yang ditunjukkan oleh dimensi magnitude, generality dan strength (Bandura,1997: 3). Adapun penjelasan mengenai tiga dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Magnitude. Berkaitan dengan derajat kesulitan tugas, sejauh mana individu

merasa mampu dalam melakukan berbagai tugas dengan derajat tugas mulai dari yang sederhana, yang agak sulit, hingga yang sangat sulit. Dimensi ini mengacu pada persepsi individu terhadap kompetensi dirinya untuk menghasilkan suatu tingkah laku yang diukur melalui tingkatan dari tuntutan tugas yang merepresentasikan variasi dari kesukaran atau tantangan tugas. Tingkat tuntutan tugas dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepandaian/kecerdikan, usaha, ketepatan, produktifitas, dan pengaturan diri (self regulation).

b. Generality. Keyakinan seseorang terhadap kemampuan diri dapat berbeda

dalam hal generalisasi. Maksudnya seseorang mungkin menilai keyakinan dirinya untuk aktivitas-aktivitas yang luas atau hanya untuk aktivitas-aktivitas tertentu saja. Dimensi ini juga berhubungan dengan bagaimana individu tersebut berusaha menampilkan kemampuan dirinya atau disebut overt

(4)

behavior dalam situasi-situasi sosial (Owen & Froman, 1988; dalam Caban, 2004: 25).

c. Strength. Dimensi ini berkaitan dengan derajat kekuatan individu terhadap

keyakinan atau pengharapannya. Keyakinan yang lemah akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, keyakinan yang kuat akan mendorong individu untuk bertahan dalam usahanya, meskipun kadang-kadang ada pengalaman yang tidak mendukung. Derajat keyakinan ini akan menentukan ketahanan dan keuletan individu dalam usahanya untuk menyelesaikan suatu tugas.

Definisi operasional self efficacy dalam penelitian ini adalah penilaian tentang tinggi rendahnya derajat skor hasil pengisian angket yang diturunkan dari teori Bandura mengenai dimensi-dimensi self efficacy.

C. Pengembangan Instrumen

Instrumen merupakan suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006: 160). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa angket atau kuesioner yang mengukur kemandirian dan self efficacy pada mahasiswa.

1. Instrumen Kemandirian

Instrumen kemandirian ini merupakan modifikasi dari instrumen kemandirian yang disusun oleh Cempaka (2008), dimana instrumen tersebut dikonstruksi dari

(5)

teori kemandirian Steinberg (1993). Instrumen ini terdiri dari tiga dimensi, yaitu dimensi kemandirian emosional, kemandirian bertindak, dan kemandirian nilai. Dimensi-dimensi tersebut diuraikan lagi menjadi indikator, dalam instrumen ini terdapat sepuluh indikator. Untuk lebih jelasnya kisi-kisi instrumen dituangkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Kemandirian

Dimensi Indikator No Item

(+) (-)

1. Kemandirian Emosi

a. Orang tua tidak lagi dijadikan model idealisasi (De-Idealized)

5, 16, 31

1, 11, 63

b. Remaja memandang orang tua layaknya orang-orang pada umumnya (Parent as People)

2, 17, 72 51, 59, 69 c. Ketidaktergantungan (Non-Dependency) 6, 26, 38, 53 58, 60, 64, 75 d. Individuasi dari orangtua (Individuation) 8, 55,

74, 79 25, 52, 67, 78, 79 2. Kemandirian Bertindak

a. Melakukan berbagai pertimbangan dalam mengambil keputusan atau bertindak

9, 21, 41, 66, 82, 83 13, 18, 43, 50, 54, 73 b. Tidak rentan terhadap pengaruh dari pihak luar

diri

7, 30, 49, 68

19, 27, 45, 62 c. Melaksanakan keputusan atau tindakan dengan

penuh rasa tanggungjawab dan percaya diri.

3, 4, 33, 46 65, 15, 20, 23, 28, 32, 47, 70 3. Kemandirian Nilai

a. Cara remaja dalam memikirkan segala sesuatu menjadi semakin abstrak (Abstract belief)

22, 39, 44

56, 71, 84

b. Keyakinan-keyakinan remaja menjadi semakin bertambah mengakar pada prinsip-prinsip umum yang memiliki beberapa basis idiologis (Principal Belief) 12, 24, 29, 35, 37, 48, 77, 81 10, 40, 42, 57, 61, 85, 86, 88

c. Keyakinan-keyakinan remaja menjadi semakin bertambah tinggi dalam nilai-nilai mereka sendiri (Independent Belief)

14, 34, 36, 87

76, 80, 89, 90

(6)

Skala yang digunakan pada instrumen kemandirian adalah skala Likert. Skala Likert merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai penentuan nilai skalanya (Azwar, 2003: 139). Format responsi jawaban instrumen kemandirian ini terdiri dari lima alternatif jawaban yaitu “Sangat Sesuai (SS)”, “Sesuai (S)”, “Netral (N)”, “Tidak Sesuai (TS)”, dan “Sangat Tidak Sesuai (STS)”.

Untuk memudahkan analisis statistik dilakukan penyekoran pada tiap alternatif jawaban. Untuk pernyataan favourable, subjek yang menjawab sangat sesuai (SS) akan mendapatkan nilai 5, nilai 4 untuk jawaban sesuai (S), nilai 3 untuk jawaban netral (N), nilai 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan nilai 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Sebaliknya, untuk pernyataan unfavourable subjek yang menjawab sangat sesuai (SS) mendapat nilai 1, nilai 2 untuk jawaban sesuai (S), nilai 3 untuk jawaban netral (N), nilai 4 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan nilai 5 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Untuk lebih jelasnya format alternatif jawaban dan skor masing-masing dituangkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2

Pola Penyekoran Alternatif Jawaban Instrumen Kemandirian Alternatif Jawaban Favourable Unfavourable

SS 5 1

S 4 2

N 3 3

TS 2 4

(7)

2. Instrumen Self Efficacy

Instrumen self efficacy dikembangkan dari teori Bandura (1997: 3). Instrumen ini terdiri dari tiga dimensi yaitu dimensi level, generality dan strength. Dimensi-dimensi ini kemudian dijabarkan lagi menjadi indikator, dalam instrumen ini terdapat enam indikator. Adapun kisi-kisi instrumen self efficacy dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Self Efficacy

No Dimensi Indikator No item

1. Level a. Perencanaan, pengaturan diri

terhadap tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk

memenuhi tuntutan sebagai mahasiswa.

1, 2, 5, 9, 10, 11, 16, 18, 32, 43

b. Keyakinan serta usaha untuk dapat mengatasi tugas-tugas yang memiliki derajat kesulitan yang tinggi.

3, 4, 6, 13, 15, 17, 21

2. Generality a. Keyakinan diri atas kemampuan

yang dimiliki dalam menghadapi berbagai macam tugas atau aktivitas

7, 8, 14, 22, 23, 24, 27, 28, 37

b. Menampilkan keyakinan atas kemampuan diri dalam situasi-situasi sosial

19, 25, 30, 34, 35, 36, 39, 42

3. Strength a. Keyakinan bahwa besarnya

usaha yang dilakukan dapat mencapai tujuan atau tuntutan-tuntuan yang harus dicapai

12, 20, 40, 41, 45

b. Tingkat ketahanan diri dalam usaha-usaha atau tindakan-tindakan yang dilakukan

26, 29, 31, 33, 44, 46

(8)

Dari kisi-kisi instrumen diatas tidak disertakan item-item unfavorable, hal ini peneliti lakukan berdasarkan panduan Bandura (2006: 307-337) untuk mengkonstruksi skala self efficacy. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat skala self efficacy yaitu:

a. Menurut Bandura (2006: 312), Skala efikasi adalah unipolar, berkisar dari 0 hingga kekuatan maksimum. Nomor negatif tidak disertakan karena penilaian terhadap ketidaksanggupan (0) tidak memiliki tingkatan dibawahnya. Skala bipolar dengan derajat negatif dibawah nol dimana seseorang tidak mampu melakukan suatu aktivitas yang diharapkan, sama sekali tidak masuk akal. Berdasarkan hal ini, maka skala self efficacy yang akan dikembangkan tidak akan memakai item-item unfavorable atau bernilai negatif.

b. Item-item pernyataan dalam skala self efficacy harus dapat merepresentasikan konstruk yang ingin diukur. Harus dihindari item-item yang menggunakan kata-kata “akan melakukan”, karena hal itu menunjukkan harapan atau keinginan. Item-item self efficacy lebih baik menggunakan frase “dapat melakukan”, karena lebih sesuai dengan konstruk self efficacy, yaitu penilaian aktual terhadap kemampuan diri (Bandura, 2006: 308).

c. Hal lainnya yang berhubungan dengan penyusunan item skala self efficacy adalah item-item pernyataan dibuat atau disesuaikan dengan area-area spesifik atau tugas-tugas spesifik dari responden. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Choi et al (2004: 476):

“…researchers would find the most utility from self-efficacy by focusing on a specific context and activity domain. That is, researchers should

(9)

align a given activity with self-efficacy for that activity rather than examining a global assessment of self-efficacy… Moreover, the more task specific or context specific one can make the measurement of efficacy, the better the predictive (and possibly explanatory) role self-efficacy is likely to play in research on the task-specific outcomes of interest.”

Dengan membuat item-item yang sesuai dan spesifik dengan tugas-tugas responden, diharapkan skala yang dibuat akan memiliki kegunaan yang lebih baik ketimbang skala yang berusaha mengukur self efficacy seseorang secara umum. Dalam penelitian ini area spesifik yang dimaksud adalah tuntutan-tuntutan akademik seorang mahasiswa.

d. Format respon skala Likert umumnya menggunakan lima pernyataan sikap. Namun menurut Bandura (2006: 312) skala self efficacy lebih baik menggunakan 11 respon sikap dengan interval 0-10, atau 0-100, dimulai dari 0 (Tidak sanggup); melalui tingkat keyakinan rata-rata, 5/50 (cukup mampu melakukannya); hingga keyakinan penuh, 10/100 (Sangat mampu melakukannya). Hal ini dimaksudkan agar skala yang dibuat lebih sensitif dan lebih reliabel. Hal ini telah dibuktikan oleh Pajeres, Hartley, & Valiante (Bandura, 2006: 312), bahwa format respon 0-100 merupakan prediktor yang lebih baik ketimbang skala self efficacy dengan format respon 1-5. Berikut adalah format respon dari skala self efficacy yang digunakan pada penelitian ini.

(10)

Peneliti memilih format respon diatas dikarenakan angka nol sampai seratus lebih akrab atau dikenal untuk mewakili persentase tingkat keyakinan, baik dalam lingkungan akademis maupun dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya: “korelasi antara variabel X dan Y sebesar 0.42 dengan tingkat keyakinan

95%”, atau contoh pernyataan dalam kehidupan sehari-hari: “saya yakin 100% kesebelasan MU mampu mengalahkan kesebelasan Indonesia All-Star”.

Perlu diperhatikan bahwa angka 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100 berfungsi untuk mewakili 11 alternatif jawaban, sebagaimana frase “sangat sesuai”, “sesuai”, “netral”, “tidak sesuai”, dan “sangat tidak sesuai” digunakan untuk format lima alternatif jawaban. Dari segi tata bahasa tidak dimungkinkan untuk membuat 11 frase bertingkat, karenanya digunakan format angka tersebut untuk mewakili alternatif jawaban. Untuk penyekoran, digunakan skor 0 sampai 10 untuk tiap alternatif jawaban. Penentuan skor ini dilakukan untuk memudahkan proses tabulasi dan analisis data. Supaya lebih jelas pola penyekoran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Pola Penyekoran Instrumen Self Efficacy

Jawaban 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Skor 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum instrumen digunakan untuk mengambil data, maka perlu dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari instrumen. Hal ini dilakukan agar instrumen dipandang layak untuk digunakan dalam penelitian.

(11)

a. Uji Validitas

Pengujian validitas dimaksudkan untuk melihat ketepatan atau kecermatan instrumen dalam mengungkap data atau informasi mengenai variabel penelitian. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Jenis uji validitas yang digunakan adalah validitas item. Pengujian validitas setiap item dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total item (Azwar, 1997, 1999). Interkorelasi yang tinggi antara skor tiap item dengan skor totalnya dapat dianggap bukti bahwa tes secara keseluruhan mengukur satu sifat atau satu variabel yang sama. Penghitungan koefisien korelasi antar item ini dibantu dengan software SPSS 17. Hasil penghitungan tersebut lalu dianalisis dengan syarat-syarat atau tolok ukur untuk menentukan apakah item tersebut valid dan layak untuk digunakan.

Azwar (2008: 65) mengatakan bahwa syarat minimum untuk suatu item pernyataan dianggap valid adalah r ≥ 0,3. Untuk meningkatkan validitas internal instrumen maka item-item dengan nilai korelasi item-total dibawah 0.3 disarankan untuk dihapus. Namun, apabila jumlah item yang lolos ternyata tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai. Jika jumlah item yang diinginkan belum tercapai juga kriteria dapat diturunkan lagi, tetapi yang paling tidak disarankan adalah menggunakan item-item yang koefisien korelasinya dibawah 0.2.

(12)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen terhadap 38 responden, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.5

Item Valid dan Tidak Valid Instrumen Kemandirian

Item Valid/Digunakan Item Tidak Valid/Tidak

Digunakan 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 56, 57, 59, 61, 62, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 76, 77, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90 1, 3, 6, 23, 45, 55, 58, 60, 63, 75, 78, 79.

Nilai koefisien korelasi antar item merentang dari -0.515 sampai 0.920. Berdasarkan syarat minimum item yang valid dengan r ≥ 0.25, maka dari 90 pernyataan instrumen kemandirian ada 78 item yang valid, sedangkan item tidak valid berjumlah 12 pernyataan.

Hasil uji validitas item pada instrumen self efficacy dapat dilihat dalam tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.6

Item Valid dan Tidak Valid Instrumen Self Efficacy

Item Valid/Digunakan Item Tidak Valid/Tidak

Digunakan 1, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 17, 18, 19, 20, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 2, 4, 6, 8, 13, 14, 15, 16, 21, 23, 37.

Nilai koefisien korelasi antar item merentang dari 0.091 sampai 0.700. Berdasarkan syarat minimum item yang valid dengan r ≥ 0.25, maka dari 46 pernyataan dalam instrumen self efficacy ada 35 item yang valid, sedangkan item

(13)

tidak valid berjumlah 11 item. Hasil selengkapnya dari perhitungan validitas item dapat dilihat pada bagian lampiran.

b. Uji Reliabilitas

Setelah diuji validitas setiap item, selanjutnya alat pengumpul data tersebut diuji tingkat reliabilitasnya. Reliabilitas berhubungan dengan masalah ketetapan atau konsistensi tes. Reliabilitas tes berarti bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena konsistensi instrumen tersebut sudah cukup baik. Instrumen yang dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Jenis pengujian reliabilitas yang digunakan adalah reliabilitas konsistensi internal (internal consistency). Konsep reliabilitas konsistensi internal diperlihatkan dengan konsistensi diantara item-item di dalam instrumen (Azwar, 1997, 1999). Uji reliabilitas konsistensi internal menggunakan teknik Cronbach Alpha dan penghitungannya dibantu dengan software SPSS 17.0.

Sebagai titik tolok ukur koefisien reliabilitas, digunakan pedoman koefisien reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.7

Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas

Nilai Koefisien Reliabilitas Interpretasi 0,800 – 1,000 0,600 – 0,800 0,400 – 0,600 0,200 – 0,400 0,000 – 0,200 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

(Guilford dalam Soleh, 2005:187) Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,985 untuk instrumen kemandirian dan 0,908 untuk instrumen self efficacy. Setelah

(14)

dibandingkan dengan tabel di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa instrumen kemandirian dan self efficacy ini memiliki nilai reliabilitas yang sangat tinggi. Hal tersebut bermakna bahwa jika dilakukan pengukuran terhadap objek yang sama dalam waktu yang berbeda maka hasilnya akan tetap sama.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah kumpulan subyek atau obyek yang memiliki karakteristik

yang ingin diukur oleh suatu penelitian (Nazir, 1984; Sugiyono 2005). Populasi tidak hanya berkenaan dengan jumlah subyek atau responden, tetapi juga berkenaan dengan data yang ingin dikumpulkan. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa UPI angkatan 2008. Pemilihan populasi ini didasarkan oleh dua pertimbangan, yaitu:

a. Penelitian bertujuan untuk menggambarkan perkembangan kemandirian. Kemandirian sebagai bentuk identitas diri yang stabil akan jelas terlihat pada akhir masa remaja (Desmita, 2005: 214). Menurut Konopka (Agustiani, 2006: 29) fase remaja akhir berkisar pada umur 18-21 tahun. Mahasiswa tingkat satu umumnya masih berusia sekitar 18-19 tahun. Selain itu pemilihan mahasiswa tingkat satu atau angkatan 2008 menjadi populasi penelitian adalah untuk mengurangi bias akibat adanya subyek penelitian yang telah melewati fase remaja akhir.

b. Penelitian bertujuan untuk menggambarkan self efficacy dalam menghadapi tuntutan-tuntuan akademik sebagai mahasiswa. Untuk mencegah bias akibat

(15)

beban tuntutan akademik yang berbeda

difokuskan pada mahasiswa angkatan 2008 atau sedang menjalani perkuliahan pada semester dua. Berdasarkan Kurikulum Ketentuan dan Struktur Program UPI (UPI, 2008)

semester dua adalah mata kuliah umum dan mata kuliah dasar pendidikan.

2. Sampel Penelitian

Dikarenakan besarnya populasi penelitian maka pengamatan atau pengambilan data dilakukan pada sampel penelitian. Sampel adalah bagian yang diamati dari suatu kumpulan (

yang digunakan pada penelitian ini adalah (sampling acak kelompok dua tahap

digunakannya teknik ini cluster atau kelompok waktu, biaya dan tenaga. besarnya ukuran sampel

beban tuntutan akademik yang berbeda-beda maka populasi penelitian difokuskan pada mahasiswa angkatan 2008 atau sedang menjalani perkuliahan pada semester dua. Berdasarkan Kurikulum Ketentuan dan Struktur Program (UPI, 2008) mayoritas mata kuliah yang diambil oleh mahasiswa

adalah mata kuliah umum dan mata kuliah dasar pendidikan.

2. Sampel Penelitian

Dikarenakan besarnya populasi penelitian maka pengamatan atau pengambilan data dilakukan pada sampel penelitian. Sampel adalah bagian yang diamati dari suatu kumpulan (Rakhmat, 1997:78). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah two stage cluster random sampling

sampling acak kelompok dua tahap). Menurut Nazir (1984: 381) a digunakannya teknik ini, yaitu: 1) populasi dapat dikelompokkan menurut

atau kelompok-kelompok individu, 2) keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya dan tenaga. Adapun langkah-langkah dalam penentuan sampel dan besarnya ukuran sampel dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Grafik 3.1 Skema Sampling

beda maka populasi penelitian difokuskan pada mahasiswa angkatan 2008 atau sedang menjalani perkuliahan pada semester dua. Berdasarkan Kurikulum Ketentuan dan Struktur Program mata kuliah yang diambil oleh mahasiswa adalah mata kuliah umum dan mata kuliah dasar pendidikan.

Dikarenakan besarnya populasi penelitian maka pengamatan atau pengambilan data dilakukan pada sampel penelitian. Sampel adalah bagian yang ). Teknik pengambilan sampel wo stage cluster random sampling 1) ada dua alasan populasi dapat dikelompokkan menurut

cluster-keterbatasan peneliti dalam hal langkah dalam penentuan sampel dan

(16)

Penjelasan dari skema penentuan sampel dan besarnya sampel di atas adalah

sebagai berikut:

1. Cluster-cluster populasi mahasiswa UPI angkatan 2008 diidentifikasi sebagai

fakultas-fakultas yang ada di UPI. Jumlah total cluster atau kelompok ada tujuh, yaitu: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB), Fakultas Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA), Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK), dan Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan (FPTK). 2. Dari tujuh kelompok tersebut diambil secara random dengan sample fraction

40%. Total kelompok dikalikan dengan 40%, hasilnya didapat tiga kelompok yang menjadi primary sampling unit (psu) atau sampel tahap I. Penentuan besarnya sample fraction sebesar 40% dikarenakan jumlah tersebut dianggap sudah cukup representatif terhadap jumlah total kelompok (Nazir, 1984: 361). Dengan undian ditentukan kelompok yang menjadi sampel tahap I, yaitu FPBS, FPMIPA dan FPTK.

3. Jumlah mahasiswa angkatan 2008 dari tiap psu adalah sebagai berikut: FPBS sebanyak 1103 mahasiswa, FPMIPA sebanyak 762 mahasiswa, dan FPTK sebanyak 478 mahasiswa (Sumber: bagian akademik FPBS, FPMIPA, FPTK). Selanjutnya dilakukan penentuan jumlah sampel tahap II. Dari tiap psu diambil secara random dengan sample fraction 10%. Besarnya sample fraction didasarkan pada pandangan Arikunto (2006), yaitu apabila jumlah populasi besar maka jumlah sampel dapat diambil sebesar 10-15% dari

(17)

populasi. Maka total anggota dari tiap kelompok dikalikan dengan 10%. Hasilnya didapat 110 secondary sampling unit (ssu) atau sampel tahap II dari FPBS, 76 ssu dari FPMIPA, dan 48 ssu dari FPTK. Jumlah tiap ssu ditambahkan dan didapat jumlah total sampel sebanyak 234 responden.

Menurut Surakhmad (1998: 100) jumlah sampel selalu ditambah lagi dari jumlah matematik untuk mengatasi terjadinya kesalahan sifat random sampel, maka jumlah sampel diperbesar lagi menjadi 250 responden.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Verifikasi Data

Sebelum data dianalisis, perlu dilakukan proses verifikasi data. Proses verifikasi data bertujuan untuk memeriksa kelengkapan jumlah instrumen yang diisi oleh responden dan menyeleksi instrumen yang memenuhi syarat. Dari total 250 eksemplar yang dibagikan, hanya 247 yang dikembalikan, dari total instrumen yang terkumpul tersebut enam diantaranya tidak memenuhi syarat karena tidak diisi dengan lengkap. Maka jumlah total keseluruhan instrumen yang layak untuk diolah sebanyak 241 eksemplar. Jumlah ini dianggap telah memenuhi syarat untuk diolah karena telah melebihi jumlah sampel matematis.

2. Kategorisasi Data

Sesuai dengan perumusan tujuan dan desain penelitian deskriptif analitik, maka perlu dilakukan interpretasi data untuk mendeskripsikan atau menggambarkan sifat-sifat dari fenomena yang ingin diteliti. Menurut Azwar

(18)

(Agustin, 2008: 46), pada dasarnya interpretasi skor instrumen psikologi selalu bersifat normatif, artinya makna skor mengacu pada posisi relatif skor dalam suatu kelompok yang telah dibatasi terlebih dahulu. Adapun cara yang dilakukan adalah dengan membandingkan skor pengamatan atau skor tiap subjek dengan kelompoknya, atau dengan rata-rata kelompok.

Untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan subjek penelitian pada variabel yang diteliti, maka digunakan teknik Kategorisasi Jenjang (Azwar, 2006) yang menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Berdasarkan teknik kategorisasi jenjang tersebut maka peneliti mengelompokkan data dari variabel kemandirian dan self efficacy pada mahasiwa dalam lima kategori, yaitu: “sangat tinggi”, “tinggi”, “sedang”, “rendah”, dan “sangat rendah”. Kriteria skor untuk tiap kategori tersebut dihitung dengan rumus statistik sebagai berikut:

Tabel 3.8

Rumus Kategorisasi Data

Kategori Rumus Sangat tinggi X > µ + 1,5σ Tinggi µ + 0,5σ <X≤ µ + 1,5σ Sedang µ – 0,5σ <X≤ µ+0,5σ Rendah µ – 1,5σ <X≤ µ – 0,5σ Sangat rendah X ≤ µ – 1,5σ (Ihsan, 2009: 74) Keterangan:

X = Skor Pengamatan (Skor responden)

µ = Rata-rata Skor

(19)

3. Teknik Analisis Statistik

Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan teknik korelasi Spearman-rank. Korelasi Spearman-rank merupakan teknik statistik untuk melihat seberapa erat hubungan antara dua variabel, dimana dua variabel tersebut sekurang-kurangnya diukur dalam skala ordinal (Wijaya, 2000: 94). Peneliti berasumsi bahwa skor yang diperoleh dari instrumen yang peneliti buat berbentuk ukuran ordinal. Asumsi peneliti ini diperkuat oleh pernyataan beberapa ahli (Guilford, 1954; Nazir, 1984; Carr, 2002; Hodge & Gillespie, 2003) yang menyatakan bahwa pada dasarnya skor yang diperoleh melalui skala Likert berupa ukuran ordinal. Pada penelitian ini, penghitungan koefisien korelasi dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 17.

Setelah diketahui besarnya korelasi, kemudian dilakukan uji hipotesis untuk melihat apakah besarnya koefisien korelasi tersebut memenuhi syarat untuk ditolaknya hipotesis nol. Pengujian ini dapat dilakukan dengan prosedur uji t jika dilakukan secara manual, ataupun jika menggunakan bantuan software SPSS 17 dapat langsung melihat signifikansi atau disebut pvalue (Everitt & Landau, 2004:

63). Prosedur pengujian hipotesis korelasi dalam penggunaan software SPSS adalah sebagai berikut:

H0 : pvalue > 0.05, tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan

variabel Y

Ha : pvalue ≤ 0.05, ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y

Dengan diketahuinya besar koefisien korelasi, dapat dihitung seberapa besar variabel X dapat mempengaruhi variabel Y dan sebaliknya. Perhitungan ini

(20)

dikenal dengan koefisien sebagai berikut:

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan tahapan

penelitian. Prosedur dalam penelitian ini berupa tahap persiapan, tahap uji coba instrumen, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan data, dan tahap penyelesaian.

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, peneliti m hipotesis, metode penelitian, dan sumber data. proposal penelitian melalui proses bimbingan. instrumen penelitian.

pihak yang terkait dan surat izin pengambilan data kepada tempat penelitian, dalam hal ini surat penelitian ditujukan kepada

(BAAK) UPI.

2. Tahap Uji Coba

Pada tahap ini dilakukan

orang ahli, satu orang ahli psikometri, satu orang ahli psikologi perkembangan, dan seorang lagi ahli psikologi pendidikan.

kepada responden yang

ini bertujuan untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen.

koefisien determinasi. Adapun rumus koefisien determinasi adalah

d = x 100%

Dimana:

d = koefisien determinasi

= koefisien korelasi Rank Spearman

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan dalam melaksanakan suatu penelitian. Prosedur dalam penelitian ini berupa tahap persiapan, tahap uji coba instrumen, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan data, dan tahap penyelesaian.

ersiapan

Dalam tahap persiapan, peneliti menentukan rumusan masalah, variabel, hipotesis, metode penelitian, dan sumber data. Setelah itu dilakukan p

proposal penelitian melalui proses bimbingan. Kemudian dilakukan

instrumen penelitian. Terakhir, pembuatan surat izin penelitian kepada pihak pihak yang terkait dan surat izin pengambilan data kepada tempat penelitian,

surat penelitian ditujukan kepada Biro Administrasi Akademik

oba Instrumen

Pada tahap ini dilakukan judgement terhadap instrumen penelitian oleh tiga orang ahli, satu orang ahli psikometri, satu orang ahli psikologi perkembangan, dan seorang lagi ahli psikologi pendidikan. Setelah itu instrumen

kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel. ini bertujuan untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen.

sien determinasi adalah

Rank Spearman

tahapan dalam melaksanakan suatu penelitian. Prosedur dalam penelitian ini berupa tahap persiapan, tahap uji coba instrumen, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan data, dan tahap penyelesaian.

enentukan rumusan masalah, variabel, Setelah itu dilakukan pembuatan Kemudian dilakukan penyusunan embuatan surat izin penelitian kepada pihak-pihak yang terkait dan surat izin pengambilan data kepada tempat penelitian,

Biro Administrasi Akademik

penelitian oleh tiga orang ahli, satu orang ahli psikometri, satu orang ahli psikologi perkembangan, instrumen diujicobakan memiliki karakteristik yang sama dengan sampel. Tahap

(21)

3. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan pengumpulan data dengan cara penyebaran instrumen penelitian kepada sampel penelitian yaitu mahasiswa UPI angkatan 2008 yang disertai dengan penjelasan maksud dan tujuan penelitian. Pelaksanaan pengumpulan data ini dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2008 sampai 10 Juli 2008.

4. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap pengolahan data dilakukan skoring dan tabulasi data, serta analisis data dengan metode korelasional yaitu korelasi Spearman-rank. Selain itu, dilakukan interpretasi data, pembahasan, dan penarikan kesimpulan dari data yang telah diperoleh.

5. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian merupakan tahap terakhir yang dilakukan oleh peneliti dimana semua data telah terkumpul. Dalam tahap penyelesaian dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan melalui proses bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi.

Gambar

Grafik 3.1  Skema Sampling

Referensi

Dokumen terkait

melakukan analisis apakah ada hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan mengubah posisi yang dilakukan pada pasien

Perspektif ketiga dan perspektif yang akan digunakan oleh penulis dalam menganalisis proses ratifikasi perjanjian ekstradisi antara Indonesia dengan Singapura

Dapat dilihat pada table 3 dan 4 bahwa pada penggunaan Filter aktif Cascaded Multilevel Inverter, nilai THD arus dan tegangan sumber masih dibawah batas yang diijinkan atau sesuai

Pelatihan dan pengembangan Tingkat kebijakan dalam memberikan kesempatan pelatihan atau pengembangan kepada pegawai berprestasi Ordinal 10 Kepuasan Kerja (Y)

PAKET HEMAT FOTO DIGITAL DENGAN KAMERA PROFESSIONAL Fasilitas : Retaching Computerized Rekayasa dengan berbagai macam background sesuai permintaan dan efek Sephia Hitam

Penjelasan tentang model keputusan multi kriteria dengan Analytic Network Process (ANP). Penjabaran prosedur kerja dari metode ANP. Aplikasi kasus pengambilan keputusan

Namun, pada lokasi penelitian di sungai Cibunar faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap dinamika populasi amfibi di kawasan Gunung Payung, Taman Nasional Ujung

KETIGA : Dengan berlakunya Keputusan Bupati ini, maka Keputusan Bupati Banyuwangi Nomor: 188/141/KEP/429.011/2017 tentang Penetapan Lokasi dan Besaran Alokasi Dana