• Tidak ada hasil yang ditemukan

!!! 18!Oktober 2018! !!!!!! SEMINAR!NASIONAL!&!CALL!FOR!PAPERS! !!!!!! !!!! ISBN!0! ! !!!!!! ! 2!

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "!!! 18!Oktober 2018! !!!!!! SEMINAR!NASIONAL!&!CALL!FOR!PAPERS! !!!!!! !!!! ISBN!0! ! !!!!!! ! 2!"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

! 2! ! ! ! ! ! ! ! ! !

!!!!!!

SEMINAR!NASIONAL!&!CALL!FOR!PAPERS!

!!!!!!

!

!

!

!

ISBN!0!97806020294031908!

18!Oktober!!

2018!

08!

Fall!

(3)

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER

PARIWISATA DALAM PUSARAN GELOMBANG REVOLUSI 4.0

PELINDUNG

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) Dr. Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si.

PENANGGUNGJAWAB

Dr. I Wayan Suardana, S.ST.Par., M.Par. Dr. I Nyoman Sudiarta, SE.,M.Par. Dr. I Nyoman Sukma Arida, S.Si, M.Si

PEMBINA

Dra. Ida Ayu Suryasih, M.Par. Drs. I Ketut Suwena, M.Hum. Dra. Anak Agung Putri Sri, M.Si.

KETUA PANITIA

Gde Indra Baskara, SST.Par, M.Sc, Ph.D

SEKRETARIS

Putri Kusuma Sanjiwani, SH, MH

BENDAHARA

Ni Gusti Ayu Susrami Dewi, SST.Par, M.Par

REVIEWER

Prof. Dr. Ir. I Gde Pitana, M.Sc Dr. Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si Dr. I Nyoman Sukma Arida, S.Si, M.Si

TATA LETAK & DESIGN COVER

Putri Kusuma Sanjiwani, SH, MH

PENERBIT:

Udayana Press

Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Jl. Dr R Goris No 7, Denpasar Bali Cetakan I, Desember 2017

!

(4)

! 4!

KATA PENGANTAR

!

Om Swastiastu Om

Assalamualaikum Warahmatullohi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatnya sehingga Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema Pariwisata dalam Pusaran Gelombang Revolusi 4.0 yang diselenggarakan atas kerjasama Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dengan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana untuk memperingati World Tourism Day 2018 dan menyikapi perkembangan digital serta teknologi informasi dalam pemasaran pariwisata di dunia. Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema Pariwisata dalam Pusaran Gelombang Revolusi 4.0 yang dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Oktober 2018 menerbitkan Prosiding yang memuat sejumlah artikel dengan berbagai topik terhangat di industri pariwisata di Provinsi Bali maupun di sekala nasional. Buku prosiding ini terdiri dari artikel para pemakalah yang berasal dari Universitas Udayana serta para pemakalah dari luar daerah. Sebagai bentuk apresiasi terbesar dan rasa syukur kami, perkenankan kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pendukung kegiatan kami dan pemakalah yang telah berkontribusi dalam Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema Pariwisata dalam Pusaran Gelombang Revolusi 4.0. Semoga Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema Pariwisata dalam Pusaran Gelombang Revolusi 4.0 dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 18 Oktober 2018 Ketua Panitia Gde Indra Baskara, SST.Par, M.Sc, Ph.D

!

!

!

!

!

!

!

!

!

(5)

DAFTAR ISI

1. TOURISM GO LIVE! (PEMANFAATAN KONTEN LIVE STREAMING VIDEO DALAM MEMPROMOSIKAN EVENT PARIWISATA INDONESIA

Imam Nur Hakim ……… 8

2. PENGGUNAAN TEKNOLOGI REALITAS TERTAMBAH UNTUK MENINGKATKAN PENGALAMAN BERWISATA BUDAYA DI BALI

Gde Indra Bhaskara ……… 21

3. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELANJARAN ENGLISH FOR SPESIFIC PURPOSES BERBASIS ICT UNTUK SPA THERAPIST DI KAWASAN WISATA KUTA

Kadek Feni Aryati 1) Komang Shanty Muni Parwati 2)

I Made Krisna Adi Chandra 3) ……… 29 4. ANALISIS PASAR WISATA DIVING KE BALI PASCA ERUPSI

GUNUNG AGUNG

I Wayan Suardana 1) Saroyini Piartrini 2) Ni Made Ariani 3) ………. 43 5. POLA REALISAS AKTOR DALAM BINGKAI BENCANA

ERUPSI GUNUNG AGUNG DI DESA WISATA KERTA, BALI

Saptono Nugroho 1) Sukma Arida 2) ……… 52 6. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN

AGROWISATA DI KAWASAN RAWAN BENCANA KABUPATEN KARANGASEM

Putri Kusuma Sanjiwani 1) Luh Putu Kerti Pujani 2) ……… 58 7. MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN MANCANEGARA

KE KARANGASEM PASCA ERUPSI GUNUNG AGUNG

Ni Gusti Ayu Susrami Dewi 1) Luh Gede Leli Kusuma Dewi 2) ………… 65 8. STRATEGI PEMASARAN DESA WISATA TISTA KABUPATEN

TABANAN DALAM MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN PASCA ERUPSI GUNUNG AGUNG, BALI

I Nyoman Jamin Ariana 1) Ida Bagus Ketut Astina 2) ……… 75 9. ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN YANG MENGINAP

DI HOTEL BERBINTANG DALAM KAWASAN MITIGASI BENCANA KABUPATEN KARANGASEM

Ni Made Ariani 1) I Nyoman Sri Aryanti 2) ……… 91 10. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP DIKEMBANGKANNYA

DESA BONGAN SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN KARANGASEM

(6)

! 6! 11. UPAYA SALES MARKETING DALAM MENGEMBALIKAN

EKSISTENSI HOTEL BINTANG LIMA PASCA ERUPSI GUNUNG AGUNG (STUDI KASUS : HOTEL CHAIN INTERNASIONAL KAWASAN KUTA

Putu Ratih Pertiwi 1) Fanny Maharani Suarka 2) ……… 111 12. PERAN PUBLIC RELATION DI DALAM MENINGKATKAN

TINGKAT HUNIAN KAMAR DI HOTEL KAWASAN ITDC NUSA DUA BALI PASCA ERUPSI GUNUNG AGUNG

Agung Sri Sulistyawati 1) Putu Ratih Pertiwi 2) ……… 115 13. PENGEMBANGAN HOMESTAY BERBASIS MASYARAKAT

DI DESA WISATA NYUH KUNING, UBUD

Ni Putu Ratna Sari 1) Anak Agung Putri Sri 2) ……… 124 14. PENGEMBANGAN AKTIVITAS FAMILY LEISURE AND

RECREATION (REKREASI KELUARGA) DI DAYA TARIK WISATA

PENELOKAN DAN TOYA BUNGKAH KINTAMANI

Fanny Maharani Suarka 1) Agung Sri Sulistyawati 2) ……… 137

15. KEBERADAAN TRANSPORTASI ONLINE DALAM INDUSTRI PARIWISATA BALI

A.A. Manik Pratiwi ……… 147

16. MODEL PENERAPAN ETIKA PELAYANAN PEKERJA WANITA SPA PADA HOTEL BERBINTANG DI DESA ADAT SEMINYAK

Putu Diah Kesumadewi 1) A.A Manik Pratiwi 2) ……… 150 17. PRAKTIK USAHA AKOMODASI PARIWISATA BERBASIS

KEWIRAUSAHAAN LOKAL DI NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG

I Wayan Darsana 1) Yohanes Kristianto 2) ……… 159 18. PARIWISATA DAN DIGITAL NOMAD DI BALI (KONVERSI

MODAL BUDAYA MENJADI MODAL EKONOMI)

Nararya Narotama ……… 167

19. KARAKTERISTIK WISATAWAN MILENIAL NUSANTARA BERKUNJUNG KE BALI

Luh Gede Leli Kusuma Dewi 1) Ni Gusti Ayu Susrami Dewi 2) ………… 178 20. TRI HITA KARANA SEBAGAI PONDASI DALAM

PENGEMBANGAN WATERSHED BADUNG MENJADI TOURISM DESTINATION

I Gusti Ketut Purnayasa 1) I Made Trisna Semara 2) I Nengah Laba 3)

(7)

21. ILOKUSI BIDANG KULINER DALAM ACARA MEMASAK DI MEDIA ELEKTRONIK

Kadek Ayu Ekasani 1) Ni Made Rinayanthi 2) ……… 196 23. MODEL PENGELOLAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA

PROMOSI POTENSI WISATA

Ni Wayan Rena Mariani 1) Anak Agung Gede Wijaya 2) ……… 201

24. STRATEGI PEMASARAN TENUN RANGRANG SEBAGAI

PRODUK PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI NUSA PENIDA BALI

Ferlie Lanovia Amir 1) I Gusti Made Riko Hendrajana 2) ………… 211 25. PERKEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DESA

WISATA SANGKAN GUNUNG : REAKTUALISASI NILAI-NILAI PAWONGAN DALAM TRI HITA KARANA

(8)

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN

AGROWISATA DI KAWASAN RAWAN BENCANA

KABUPATEN KARANGASEM

Putri Kusuma Sanjiwani 1)

Luh Putu Kerti Pujani 2)

Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana

kusumasanjiwani@unud.ac.id ABSTRAK

Dilatarbelakangi oleh fenomena erupsi Gunung Agung dengan Kawasan Rawan Bencana sejauh 6-8km meliputi 6 Kecamatan yaitu, Kecamatan Kubu, Abang, Karangasem, Bebandem, Selat dan Rendang. Pemulihan melalui pengembangan pariwisata pasca erupsi merupakan trend dan motor tercepat dalam penggerak ekonomi desa. Pengembangan daya tarik wisata buatan yaitu agrowisata merupakan salah satu cara unik untuk memadati Kawasan Rawan Bencana sebagai kawasan pertanian maupun perkebunan, bukan sebagai peruntukkan pemukiman masyarakat. Adapun permasalahan yang timbul di dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk agrowisata ideal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Kabupaten Karangasem? Bagaimana kebijakan pemerintah dalam pengembangan agrowisata di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Kabupaten Karangasem? Penelitian ini menggunakan penelitian empiris dan menganalisis permasalahan yang terjadi di lapangan dengan teori kewenangan, teori fungsional, konsep kebijakan, konsep agrowisata dan asas desentralisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat tiga model agrowisata di Kawasan Rawan Bencana yang dapat dikembangkan yaitu agrowisata berbasis masyarakat, agrowisata berbasis industri dan agrowisata berbasis kreatifitas. Setiap pengambilan kebijakan pemerintah memberikan dampak yang sangat luas untuk pengembangan pariwisata dan mampu membangun kembali Kabupaten Karangasem pasca Erupsi Gunung Agung.

Keyword : Agrowisata, Kebijakan pariwisata, Kawasan rawan bencana

!

I. PENDAHULUAN

Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem tengah berbenah dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Karangasem dengan mengakat tema “Karangasem, The

Spirit of Bali”. Menjadikan Gunung

Agung sebagai spirit dari pariwisata menjadikan Gunung Agung sebagai bagian penting bagi keberlangsungan kepariwisataan di Kabupaten Karangasem. Pada bulan September tahun 2017, Gunung Agung mulai menunjukkan kegiatan yang merubah status waspada menjadi status siaga,

pada bulan November tahun 2017 kembali ditingkatkan status siaga menjadi status awas. Status awas merupakan status level IV atau status tertinggi yang wajib diwaspadai oleh masyarakat karena memiliki potensi akan meletus yang tidak dapat diprediksi.

Pemerintah Kabupaten Karangasem yang tengah fokus mengembangkan pariwisata menjadi terpecah konsentrasi dengan penanggulangan bencana. Masyarakat harus segera diungsikan ke dalam zona aman atau diluar Kawasan Rawan

(9)

Bencana (KRB). Kawasan Rawan Bencana (KRB) Kabupaten Karangasem berada pada beberapa beberapa kecamatan, sebagai berikut :

1. Kecamatan Kubu; 2. Kecamatan Abang; 3. Kecamatan Karangasem; 4. Kecamatan Bebandem; 5. Kecamatan Selat; 6. Kecamatan Rendang. Gambar. 1 Kawasan Rawan Bencana

Gunung Agung

Pemulihan pasca erupsi gunung berapi memerlukan waktu yang cukup panjang, kerugian-kerugian masyarakat dan pemerintah tidak akan terhitung besarannya, pariwisata akan lumpuh dan perekonomian Kabupaten Karangasem yang sebagian besar juga bertumpu pada pariwisata akan terpengaruh. Menyiasati hal tersebut, pengembangan pariwisata di Kawasan Rawan Bencana (KRB) akan menjadi alternatif yang cukup baik. Lahan-lahan produktif dan non produktif di Kawasan Rawan Bencana (KRB) dapat dimanfaatkan sebagai pengembangan daya tarik wisata buatan berupa agrowisata. Agrowisata merupakan suatu upaya ekonomi hijau sesuai dengan pembangunan pariwisata yang tertuang di RIPPARDA Provinsi Bali.

II. METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ditempatkan pada tiga titik desa yaitu Desa Sibetan,

Desa Ban dan Desa Kubu di Kabupaten Karangasem. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian hukum empiris, mengkaitkan hukum dengan perilaku nyata manusia. Metode penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Sumber – sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer bahan hukum sekunder. Data bagi suatu penelitian merupakan bahan yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Bahan primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data di lapangan diperoleh dengan menggunakan observasi, awancara dan dokumentasi. Teknik analisis penelitian menggunakan teknik analisis dan evaluasi.

III. PEMBAHASAN

Kelesuan pariwisata mulai terasa pada bulan November tahun 2017 dan puncaknya pada bulan Desember 2017 sampai bulan Januari 2018. Harapan pariwisata Bali terhadap angka kunjungan wisatawan pada akhir tahun menjadi pupus, dibarengi dengan munculnya dampak negatif dari erupsi Gunung Agung berupa :

1. Penutupan sementara usaha pariwisata dalam kurun waktu yang belum dapat ditentukan; 2. Pemotongan jam kerja terhadap

Sumber Daya Manusia pada level staf atau tenaga kerja (15 hari kerja dari 30 hari kerja dalam satu bulan atau 4 jam bekerja dalam 1 hari untuk 30 hari kerja dalam satu bulan);

3. PHK tenaga kerja secara sepihak oleh pemilik usaha pariwisata.

(10)

! 60! 4. Pemotongan uang service tenaga

kerja dari 50% - 70% dari service yang biasa diterima;

5. Pemotongan gaji tenaga kerja sampai 50% dari gaji yang seharusnya diterima.

Fenomena ini membawa banyak perubahan dimana stakeholder

pariwisata yang sudah terbiasa menerima pendapatan/keuntungan ekonomi dari pariwisata dalam jumlah cukup besar menjadi harus mengencangkan ikat pinggang dalam hitungan waktu yang sangat drastis.

Melihat kondisi Gunung Agung, pada bulan Februari sampai bulan Juni 2018, tidak ada perubahan yang signifikan. Gunung Agung masih dalam keadaan normal dan kegiatan wisata masih dapat dilaksanakan di Kawasan Rawan Bencana. Menyikapi kejadian krisis erupsi Gunung Agung, apabila benar-benar terjadi erupsi sehingga memuntahkan lahar pijar dan material gunung, maka perlu adanya

recovery cepat dalam keadaan tersebut.

Pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian Bali akan lumpuh dan memulihkan pariwisata akan memerlukan waktu yang tidak dapat diprediksi sesuai dengan keadaan Gunung Agung.

Daya tarik wisata buatan berupa agrowisata merupakan salah satu pilihan terbaik dalam membantu recovery Kawasan Rawan Bencana pasca erupsi. Menjadikan Kawasan Rawan Bencana yang sebagian merupakan lahan kosong menjadi kawasan yang bermanfaat di sektor pariwisata serta diperuntukkan untuk kegiatan pariwisata. Potensi pengembangan penanaman modal sektor industri agro sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2016 tentang Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Karangasem menetapkan bahwa:

1. Kecamatan Sidemen yaitu Desa Sidemen;

2. Kecamatan Abang yaitu Desa Abang;

3. Kecamatan Kubu yaitu Desa Tianyar, Sukadana dan Baturinggit.

Pengembangan agrowisata dititik fokuskan pada Kecamatan Bebandem yaitu Desa Sibetan.

Pembentukan daya tarik wisata buatan pasca erupsi harus diidentifikasi terlebih dahulu yaitu berupa identifikasi-identifikasi berupa :

1. Identifikasi perwilayahan Desa di Kawasan Rawan Bencana yang sesuai untuk agrowisata;

2. Fasilitas desa di Kawasan Rawan Bencana untuk dikembangkan sebagai agrowisata;

3. Infrastruktur desa di Kawasan Rawan Bencana untuk penunjang pariwisata;

4. Kesiapan masyarakat lokal desa di Kawasan Rawan Bencana dalam menyikapi dan menghadapi pariwisata;

5. Kelembagaan pariwisata desa di Kawasan Rawan Bencana.

Fenomena Erupsi akan memasuki siklus pasca erupsi, dimana pasca erupsi akan memberikan pekerjaan rumah yang sangat besar bagi suatu daerah, khususnya pada ketahanan pangan. Kabupaten Karangasem akan mengalami kehabisan bahan baku, menurunnya kapasitas produksi dan kerusakan lingkungan. Lahan-lahan subur akan dipetakan oleh Pemerintah Daerah sebagai daya tanggap darurat untuk pengembangan sektor pertanian dan perkebunan. Pasca erupsi akan membagi daerah seperti lahan subur di Desa Sibetan dan lahan non subur (lahan kering) seperti Desa Ban dan Desa Kubu tidak akan mengalami kemajuan. Agrowisata merupakan pemanfaatan ganda dari masyarakat yang mendambakan keuntungan ganda dari sektor pertanian dan perkebunan, potensi-potensi lokal yang dimiliki

(11)

oleh desa masing-masing akan menjadi daya tarik serta daya tawar yang mampu menarik wisatawan jika dapat dikelola, dikemas dan dipasarkan secara baik dan tepat sasaran.

Kawasan Rawan Bencana mendapat perlakuan berbeda dari kawasan lain dalam peruntukkannya sebagai daya tarik wisata. Pengembangan daya tarik wisata pada Kawasan Rawan Bencana dapat dilaksanakan apabila suatu daerah atau wilayah memiliki potensi yang dinilai cukup. Kawasan Rawan Bencana pada Kawasan Rawan Bencana I merupakan kawasan yang diizinkan perubahan peruntukannya sebagai daya tarik wisata. Pengembangan pariwisata pada Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Karangasem adalah daya tarik wisata yang fokus pada pelestarian lingkungan dan pariwisata berkelanjutan. Daya tarik wisata alam dan daya tarik wisata buatan adalah daya tarik yang melekat pada suatu daerah atau kawasan. Daerah-daerah yang tidak memiliki potensi daya tarik wisat alam dan budaya akan kesulitan dalam pengembangan pariwisata di daerah.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi menyatakan Kawasan Rawan Bencana Gunung Api memiliki tipologi tersendiri sesuai tipe-tipe kawasan. Desa Sibetan merupakan Desa yang tergolong dalam Kawasan Rawan Bencana Tipe A karena berada pada lingkar terluar Kawasan Rawan Bencana I Gunung Agung dengan jarak lebih dari 7 km dari Gunung Agung. Desa Kubu dan Desa Ban merupakan Desa yang tergolong Kawasan Rawan Bencana Tipe B dan termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana II Gunung Agung dengan jarak 5-7 km dari Gunung Agung.

Secara fungsional Kawasan Rawan Bencana III idealnya adalah Kawasan yang bebas atau steril dari pemukiman masyarakat, Kawasan Rawan Bencana II adalah Kawasan yang bebas dari pemukiman tetapi dapat dimanfaatkan dengan syarat-syarat tertentu, dan Kawasan Rawan Bencana I merupakan kawasan yang ideal dalam peruntukan pariwisata tetapi tetap dengan syarat-syarat tertentu.

Pemanfaatan Kawasan Rawan Bencana I dapat dimanfaatkan untuk kawasan perdesaan, pertanian, perkebunan dan pariwisata. Desa-desa seperti Desa Sibetan, Desa Ban dan Desa Kubu berada pada Kawasan Rawan Bencana I dan pengembangan pariwisata yang dikembangkan merupakan pariwisata dengan syarat yaitu pariwisata dengan atraksi ekologis dengan jenis atraksi sebagai Wisata/Atraksi Agro-Kultural, seperti agrowisata, hutan rakyat dan berbagai macam pola agroforestry.

Gambar. 2

Model Agrowisata di Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Karangasem

Asas desentralisasi dan penerapan otonomi daerah menuntut Pemerintah Pusat untuk membagi urusan pemerintahan menjadi tiga kewenangan, yaitu kewenangan atribusi, kewenangan delegasi dan mandat. Pemerintah Pusat memberikan kewenangan delegasi kepada

(12)

! 62! Pemerintah Daerah untuk mengurus

rumah tangga daerah mereka masing – masing. Pemerintah memiliki perpanjangan tangan dalam menjalankan kewenangan tersebut berupa pendelegasian tugas kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan dilanjutkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota.

Gambar. 3

Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Agrowisata

Urusan rumah tangga pemerintahan dalam bidang kepariwisataan diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem memiliki kewenangan dalam pengembangan pariwisataan yang tertuang di dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Karangasem sesuai arahan dan tidak bertentangan dengan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisaataan Provinsi Bali dan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Republik Indonesia. Pentingnya mengadopsi peraturan nasional pada peraturan daerah adalah untuk dapat menyelaraskan kebijakan pusat kepada daerah yang bersifat delegasi sehingga tidak adanya tumpang tindih atau konflik pada pengeluaran kebijakan terhadap pembangunan kepariwisataan.

Kebijakan Pemerintah Daerah

Kabupaten Karangasem ditekankan pada beberapa hal dibawah ini yaitu : 1. Kebijakan Pemerintah Daerah

Kabupaten Karangasem pada aspek perizinan dalam memberikan kepastian perizinan pada Kawasan Rawan Bencana yang peruntukkan aslinya sebagai kawasan bebas bangunan menjadi diperuntukkan untuk pariwisata (dengan syarat ramah lingkungan);

2. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem dalam aspek pemasaran pariwisata dalam penentuan brandsmark varietas tanaman unggulan yang dibudidayakan oleh agrowisata disamping varietas tanaman lainnya yang dikembangkan, setiap desa memiliki satu varietas tanaman berbeda dari desa lainnya; 3. Kebijakan Pemerintah Daerah

Kabupaten Karangasem dalam aspek perencanaan, lingkungan dan tata ruang wilayah dalam penentuan blue print agrowisata, penentuan bangunan dari bahan-bahan ramah lingkungan, mengantongi AMDAL sesuai dengan pola green tourism,

penentuan area batasan agrowisata yang dikembangkan di masing-masing desa agar tidak berbenturan dengan Rencana Tata Ruang dan Tata Guna Wilayah di Kabupaten Karangasem;

4. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem dalam aspek pengabdian masyarakat (Tri Dharma Perguruan Tinggi) yang bekerjasama dengan tenaga ahli di Universitas memberikan pendampingan yang diperlukan pada tiga desa sebagai role model pengembangan agrowisata di Kawasan Rawan Bencana untuk menghindarkan Kawasan Rawan Bencana menjadi usaha pariwisata seperti usaha penyediaan akomodasi dan usaha penyediaan

(13)

makanan dan minuman yang limbahnya tidak ramah lingkungan. 5. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem dalam aspek hukum dalam mengeluarkan regulasi berupa produk hukum terkait menuangkan seluruh kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem dalam pengembangan agrowisata di Kawasan Rawan Bencana, kebijakan hukum tersebut dapat berupa Keputusan Bupati

IV. PENUTUP

Tiga Desa di Kawasan Rawan Bencana dapat dikembangkan agrowisata dengan syarat-syarat tertentu sesuai dengan keunggulan varietas tanaman yang mereka miliki dengan penjabaran sebagai berikut : 1. Desa Sibetan (Kawasan Rawan

Bencana Tipe A karena berada pada lingkar terluar Kawasan Rawan Bencana I Gunung Agung dengan jarak lebih dari 7 km dari Gunung Agung) menganggakat buah salak sebagai kekhasannya melalui model Agrowisata Berbasis Masyarakat;

2. Desa Kubu (Kawasan Rawan Bencana Tipe B dan termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana II Gunung Agung dengan jarak 5-7 km dari Gunung Agung) mengangkat buah ental sebagai kekhasannya melalui model Agrowisata Berbasis Kreatifitas; 3. Desa Ban (Kawasan Rawan

Bencana Tipe B dan termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana II Gunung Agung dengan jarak 5-7 km dari Gunung Agung) mengangkat buah jambu mete dengan hasil perkebunan berupa kacang mete sebagai kekhasannya melalui model Agrowisata Berbasis Industri;

Kebijakan pembangunan kepariwisataan Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem memerlukan titik tumpu pada kebijakan perencanaan kawasan, pemasaran, produk, pendampingan dan hukum. Apabila Gunung Agung benar-benar mengalami erupsi besar, maka perlu adanya recovery dalam sektor pariwisata yang ramah lingkungan karena pariwisata merupakan alternatif tercepat dalam pemulihan ekonomi saat ini.

Agrowisata merupakan pengalihan dari para pengusaha pariwisata yang ingin masuk ke Kawasan Rawan Bencana Gunung Agung. Sebagian besar, pengusaha pariwisata itu merupakan investor baik lokal maupun asing sehingga hak-hak masyarakat lokal lebih banyak terpinggirkan. Agrowisata lebih bersahabat dengan masyarakat lokal dan mampu dikembangkan oleh masyarakat lokal tanpa adanya bantuan pihak ketiga (investor). Perlu adanya tindakan dalam menertibkan Kawasan Rawan bencana I sebagai lingkar terluar dari Kawasan Rawan Bencana agar tidak tersentuh oleh bangunan-bangunan permanen seperti resort, hotel dan restaurant. Disamping limbah yang tidak ramah lingkungan, zona tersebut sangat berbahaya bagi wisatawan apabila secara mendadak Gunung Agung mengalami erupsi. Berbeda dengan sistem agrowisata dimana agrowisata tidak memerlukan akomodasi, agrowisata menarik wisatawan untuk datang berkunjung, tidak untuk datang dan menginap sehingga keberadaan wisatawan dapat dibatasi jumlahnya. Penertiban tersebut dilakukan untuk menekan korban jiwa dan meminimalisir citra negatif pada pariwisata Bali.

V. DAFTAR PUSTAKA

Balai Taman Nasional Gunung Merapi. 2009. Laporan Tahunan Balai

(14)

! 64! Taman Nasional Gunung

Merapi. Yogyakarta.

ESCAP, United Nation. 2015. Disaster in Asia and The Pasific 2015 Year in Review. Economi and Social Commission for Asia and the Pasific, Thailand.

Ken Martin, K. 2016. Perencanaan Kota Berbasis Mitigasi Bencana. Universitas Esa Unggul, Jakarta.

Erfandi, Deddy. 2010 . Kondisi Tanah dan Teknik Rehabilitasi Lahan Pasca – Erupsi Gunung Merapi, Yogyakarta.

Muhammad Akib. 2014. Hukum

Lingkungan (Perspektif Global dan Nasional). PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Siswanto Sunarso. 2005. Hukum

Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa. PT. Rineka Cipta,

Jakarta.

Siti Sundari Rangkuti. 2000. Hukum

Lingkungan dan

Kebijaksanaan Lingkungan Nasional. Airlangga University Press, Surabaya. Sriyadi. 2016. Model Pengembangan

Agrowisata Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus di Desa Kebon Agung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul DIY). UMY, Yogyakarta. Supriadi. 2008. Hukum Lingkungan di

Indonesia (Sebuah Pengantar). Sinar Grafika,

Jakarta.

Syahrul Machmud. 2007. Penegakan

Hukum Lingkungan Indonesia

(Asas Subsidaritas dan Asas Precautionary dalam Penegakan Hukum Pidana Lingkungan). Mandar Maju,

Bandung.

Sumarwoto, J. 1990. Pengembangan Agrowisata: Potensi dan Prospek. Seminar Nasional:

Pembangunan Pertanian & Pedesaan Sumatera.

Berastagi, 5-8 Maret. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11).

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pentaan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan rawan Gempa Bumi.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Penguatan perbankan nasional pasca krisis fi nansial global terus dilakukan dengan munculnya berbagai kebij akan dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang disertai dengan

Seperti halnya dengan persentase bobot kaki, persentase tulang tibia tidak dipengaruhi oleh perlakuan, dan juga tidak ada perbedaan antara kontrol dan ayam yang memperoleh

Setujukah Anda, bahwa dari segi kesehatan makanan cepat saji tidak baik dikonsumsi jika terlalu sering.. Setujukah anda, jika mengkonsumsi makanan cepat saji sebaiknya

Strategi yang dilakukan meliputi jurnal literasi menjadi prasyarat UAS, guru menjadi teladan dalam setiap program kegiatan literasi, diadakannya kegiatan 15 menit membaca

Dengan menekan tombol tersebut, maka node akan mengirimkan data alamat bed pasien ke server web perawat melalui router yang sudah terhubung ke jaringan

Buku ini merupakan hasil kajian yang dilakukan Tim Peneliti dari Universitas Slamet Riyadi dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi bekerjasama dengan Pemerintah

Nusa Dua merupakan wilayah pariwisata yang memiliki kawasan khusus pariwisata yang dikenal dengan ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation). ITDC merupakan

Universitas Esa Unggul sebagai Perguruan Tinggi memiliki suatu Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat yang merupakan salah satu wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi,