• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 3.2 Defenisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.2.1 Prevalensi Kista Ovarium

Prevalensi adalah proporsi subyek yang menderita kista ovarium pada suatu waktu tertentu (kasus lama dan kasus baru).

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Kista Ovarium Prevalensi: Data Demografi Usia Menarche Paritas Penggunaan Kontrasepsi Jenis Histopatologi Letak Tata Laksana Usia Menarche Usia

(2)

3.2.2 Usia

Usia adalah umur pasien saat didiagnosis menderita kista ovarium yang tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan dan dinyatakan dalam tahun.

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : a. 0-19 tahun b. 20-51 tahun c. >51 tahun

Skala ukur : Ordinal

3.2.3 Usia Menarche

Usia menarche adalah umur pasien saat menstruasi pertama yang tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan dan dinyatakan dalam tahun.

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : a. ≤ 14 tahun b. ≥15 tahun

Skala ukur : Ordinal

3.2.4 Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan bayi yang mampu hidup diluar rahim dan tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Cara ukur : Observasi data sekunder

(3)

Hasil ukur : a. Nullipara, yaitu wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali

b. Primipara, yaitu wanita yang telah pernah melahirkan sebanyak satu kali

c. Multipara, yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak 2-5 kali

d. Grandemultipara, yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak enam kali/lebih

Skala ukur : Ordinal

3.2 6 Penggunaan Kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi adalah pemakaian obat pil oleh wanita sebagai usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan dan tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : a. Menggunakan kontrasepsi b. Tidak menggunakan kontrasepsi

Skala ukur : Nominal

3.2.7 Jenis Kista Ovarium

Jenis kista ovarium adalah klasifikasi kista ovarium, yaitu neoplastik atau non-neoplastik yang tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : a. Kista ovarium fungsional

(4)

3.2.8 Histopatologi Kista Ovarium

Histopatologi kista ovarium adalah diagnosis kista ovarium secara mikroskopis sel dan jaringan yang tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : a. Kista folikular b. Kista teka lutein c. Luteoma kehamilan d. Kista korpus luteum e. Kista endometriosis f. Kista Stein-Leventhal g. Kista dermoid

h. Kistadenoma ovarii musinosum i. Kistadenoma ovarii serosum j. Kistoma ovarii simpleks k. Kista jenis lain

Skala ukur : Nominal

3.2.9 Letak Kista Ovarium

Letak kista ovarium adalah lokasi ditemukaanya kista ovarium yang tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : a. Ovarium kiri

b. Ovarium kanan

c. Ovarium kiri dan kanan

(5)

3.2.10 Tatalaksana Kista ovarium

Tatalaksana kista ovarium adalah penanganan yang diberikan kepada pasien dengan kista ovarium dan tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : a. Watchful waiting

b. Pil kontrasepsi

c. Laparaskopi

d. Laparatomi

(6)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif observasional dengan desain penelitian cross sectional dimana variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung dinilai secara simultan pada suatu saat tertentu yang tidak memerlukan follow-up (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Penelitian ini mendeskripsikan prevalensi kista ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 sampai Desember 2013.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan November 2014.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Penentuan lokasi ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan wilayah pembangunan A yaitu Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosis kista ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang didapat dari rekam medis sebagai data sekunder mulai dari Januari 2012 sampai dengan Desember 2013 yang memenuhi kriteria inklusi (Total Sampling).

(7)

• Kriteria inklusi : a. Diagnosis penyakit kista ovarium jinak.

b. Data rekam medis pada bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2013.

c. Data rekam medis yang lengkap.

• Kriteria eksklusi : a. Diagnosis penyakit kista ovarium ganas (kanker ovarium).

b. Data rekam medis yang tidak diantara bulan Januari 2012 sampai bulan Desember 2013.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder, yaitu data rekam medik dengan kasus kista ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013.

4.5 Pengelolaan dan Analisis Data

Tahap pengolahan data dalam penelitian ini adalah:

a. Editing, yaitu mengkoreksi data yang tidak jelas agar bila terjadi kekurangan atau kesalahan data dapat dengan mudah terihat dan segera dilakukan perbaikan.

b. Coding, yaitu memberi kode pada check list sesuai data pada catatan medik pasien.

c. Tabulating, yaitu memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel sesuai dengan kriteria.

Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan program Statistical Product for the Social Sciences (SPSS). Dalam penelitian ini, data adalah berbentuk kategorik dan akan dianalisis secara deskriptif. Data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik.

(8)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang terletak di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit ini telah ditetapkan sebagai rumah sakit kelas A sejak tahun 1990 berdasarkan SK Menkes No. 335/ Menkes/ SK/ 7/ 1990. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga ditetapkan sebagai pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi provinsi Sumatera utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga pasien yang datang memiliki latar belakang dan riwayat medis yang bervariasi. Sebagai rumah sakit kelas A dan pusat rujukan, rumah sakit ini memiliki cukup banyak tenaga medis dan fasilitas penunjang yang cukup lengkap. RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki ruangan Instalasi Rekam Medik sebagai unit pelayanan non-struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan rekam medis. Di ruangan inilah peneliti mengambil data penelitian.

Penelitian dilakukan terhadap 138 sampel yang didiagnosis awal menderita kista ovarium dengan metode penelitian potong lintang (cross sectional). Data diperoleh dengan melihat rekam medis yang tersimpan di Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik, Medan.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Individu

Jumlah sampel awal yang direncanakan dalam penelitian ini adalah 138 orang. Sampel dipilih dengan melihat rekam medis yang tertulis bahwa diagnosis awal adalah kista ovarium. Tetapi, hanya 91sampel yang masuk dalam kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti, yaitu: diagnosis kista ovarium jinak pada data rekam medis bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2013 dan memiliki data yang lengkap. Hal ini dapat digambarkan pada gambar berikut:

(9)

Gambar 5.1 Alur Penghitungan Sampel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kelompok usia, kelompok usia yang terbanyak menderita kista ovarium adalah kelompok 20-51 tahun yaitu sebanyak 65 orang (71,4%). Sementara kelompok usia yang paling rendah jumlah penderita kista ovarium adalah kelompok usia >51 tahun yaitu sebanyak 10 orang (11%). Sementara itu, distribusi pasien kista ovarium berdasarkan pendidikan terbanyak dijumpai pada SLTA/ sederajat sebanyak 39 orang (42,9%); berdasarkan pekerjaan terbanyak dijumpai sebagai ibu rumah tangga, yaitu 40 orang (44,0%). Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.1.

Sampel Penelitian Jumlah = 138

Memenuhi kriteria

1. Kista Ovarium Jinak 2. Data lengkap

Jumlah = 91 orang

Tidak memenuhi kriteria 1. Kanker ovarium (18

orang)

2. Data tidak lengkap (29 orang)

Jumlah = 47 orang

Dilanjutkan ke penelitian Tidak dilanjutkan ke penelitian

(10)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Data Demografi

Data Demografi Frekuensi (n) Persentase (%) Usia 0-19 16 17,6 20-51 65 71,4 >51 10 11 Pendidikan Tidak Tamat SD 1 1,1 Tamat SD/ Sederajat 20 22,0 Tamat SLTP/ Sederajat 22 24,2

Tamat SLTA/ Sederajat 39 42,9

Sarjana 9 9,9

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 40 44,0

Wiraswasta 19 20,9

Pegawai Negeri 10 11,0

Pegawai Swasta 3 3,3

Lain- Lain 4 4,4

5.1.3 Distribusi Pasien Kista Ovarium Berdasarkan Faktor Resiko 5.1.3.1 Usia Menarche

Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan usia menarche dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Usia Menarche

Kelompok Usia Menarche

(tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

≤14 75 82,4

≥15 16 17,6

Total 91 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan usia menarche, diperoleh 75 orang (82,4%) pasien kista ovarium mengalami menstruasi pertama (menarche) pada usia ≤14 tahun, sedangkan 16 orang (17,6%) mengalaminya pada usia lebih dari 14 tahun.

(11)

5.1.3.2 Paritas

Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan paritas dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Paritas

Hasil penelitian berdasarkan paritas menunjukkan bahwa 47 orang (51,6%) pasien dengan kista ovarium belum pernah melahirkan, 11 orang (12,1%) melahirkan sekali, 29 orang (31,9%) telah melahirkan sebanyak dua sampai lima kali, sementara hanya 4 orang (4,4%) pasien yang sudah melahirkan lebih dari lima kali.

5.1.3.3 Penggunaan Kontrasepsi

Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan penggunaan kontrasepsi dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Penggunaan Kontrasepsi

Penggunaan Kontrasepsi Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya 15 16,5

Tidak 76 83,5

Total 91 100

Hasil penelitian berdasarkan penggunaan kontrasepsi menunjukkan bahwa

Paritas Frekuensi (n) Persentase (%)

Nullipara 47 51,6

Primipara 11 12,1

Multipara 29 31,9

Grandemultipara 4 4,4

(12)

5.1.4 Distribusi Pasien Kista Ovarium Berdasarkan Status Kista Ovarium 5.1.4.1 Jenis Kista Ovarium

Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan jenis kista ovarium dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Jenis Kista Ovarium

Hasil penelitian berdasarkan jenis kita ovarium menunjukkan bahwa 66 orang (72,5%) menderita kista ovarium patologi sedangkan 25 orang (27,5%) mendapatkan kista ovarium yang fungsional.

5.1.4.2 Distribusi Kista Ovarium Berdasarkan Histopatologi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan histopatologi 33 orang (36,3%) adalah kistadenoma ovarii serosum. Yang menempati urutan kedua terbanyak adalah kistadenoma ovarii musinosum, yaitu sebanyak 25 orang (27,5%) sedangkan yang paling sedikit adalah kista teka lutein sebanyak 3 orang (3,3%). Pada penelitian ini, tidak dijumpai adanya kista korpus luteum, luteoma kehamilan, dan kista Stein-Leventhal. Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan histopatologi dapat dilihat pada tabel 5.6.

Jenis Kista Ovarium Frekuensi (n) Persentase (%)

Fungsional 25 27,5

Patologi 66 72,5

(13)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Histopatologi

Histopatologi Frekuensi (n) Persentase (%)

Kista folikular 4 4,4

Kista teka lutein 3 3,3

Kista endometriosis 18 19,8

Kista dermoid 4 4,4

Kistadenoma ovarii musinosum 25 27,5

Kistadenoma ovarii serosum 33 36,3

Kistoma ovarii simpleks 4 4,4

Total 91 100

5.1.4.3 Letak Kista Ovarium

Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan letak kista ovarium dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Letak Kista Ovarium

Penelitian ini juga turut menilai letak kista di ovarium. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kista ovarium terbanyak dijumpai di ovarium kanan yaitu sebanyak 44 orang (48,4%) kemudian di ovarium kiri sebanyak 38 orang (41,8%) sedangkan yang paling sedikit dijumpai pada kedua ovarium (bilateral) berjumlah 9 orang (9,9%).

Letak Kista Ovarium Frekuensi (n) Persentase (%)

Kanan 44 48,4

Kiri 38 41,8

Bilateral 9 9,9

(14)

5.1.4.4 Distribusi Kista Ovarium Berdasarkan Tatalaksana

Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan tatalaksana kista ovarium dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Tatalaksana Kista Ovarium

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tatalaksana paling banyak yang diberikan adalah laparatomi, yaitu sebanyak 50 orang (54,9%) sedangkan yang paling sedikit adalah watchful and waiting sebanyak 9 orang (9,9%). Pemakaian pil kontrasepsi sebagai tatalaksana tidak dijumpai pada penelitian ini.

5.1.5 Prevalensi Kista Ovarium Terhadap Seluruh Kasus Tumor Ovarium

Jumlah kasus kista ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013 adalah sebanyak 120 kasus.

Prevalensi kista ovarium terhadap seluruh kasus tumor ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2012 – Desember 2013:

Prevalensi = x/y X 100% = 120/985 X 100% =12,18%

Keterangan :

x = jumlah kasus kista ovarium y = jumlah kasus tumor ovarium

Sesuai dengan perhitungan diatas, maka prevalensi kista ovarium terhadap seluruh kasus tumor ovarium di RSUP Haji Adam Malik, Medan Periode Januari 2012 – Desember 2013 adalah 12,18%.

Tatalaksana Frekuensi (n) Persentase (%)

Watchful and waiting 9 9,9

Laparaskopi 32 35,2

Laparatomi 50 54,9

(15)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Distribusi Kista Ovarium Berdasarkan Data Demografi

Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa kelompok usia yang terbanyak menderita kista ovarium adalah kelompok 20-51 tahun yaitu sebanyak 65 orang (71,4%). Sementara kelompok usia yang paling rendah jumlah penderita kista ovarium adalah kelompok usia >51 tahun yaitu sebanyak 10 orang (11%). Kista ovarium ditemukan paling banyak pada kelompok wanita usia subur dimana organ reproduksi wanita seperti ovarium sudah matang dan dapat berfungsi dengan baik. Hal ini juga tidak lepas dari peran hormon yang mempengaruhi proses yang terjadi di ovarium seperti: pertumbuhan folikel, atresia folikel sampai proses ovulasi. Kelainan yang terjadi pada tahapan-tahapan ini, seperti: folikel graaf yang tidak ruptur, pembentukan berlebihan androgen, kadar LH yang tinggi, kadar FSH yang rendah dapat menyebabkan terbentuknya kista ovarium.

Pada penelitian yang telah dilakukan di Departemen Patologi Universitas King Abdulaziz, Jeddah, Saudi Arabia diperoleh data bahwa kelompok usia yang terbanyak menderita kista ovarium jinak adalah kelompok usia 20-51 tahun yaitu sebanyak 213 orang (76,6%), selanjutnya adalah kelompok usia >51 tahun yaitu sebanyak 34 orang (12,2%), dan kelompok usia 0-19 tahun sebanyak 31 orang (11,6%) (Abdullah dan Bondagji, 2012). Sementara itu, penelitian yang telah dilakukan di Departemen Patologi Chitwan Medical College, Nepal diperoleh data bahwa kelompok usia yang terbanyak menderita kista ovarium adalah kelompok usia 21-50 tahun yaitu sebanyak 115 orang (76,67%) (Maharjan, 2013).

Distribusi kista ovarium berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak adalah tamat SLTA, SLTP, dan SD. Sedangkan berdasarkan pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga. Hal ini dikaitkan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi.

(16)

5.2.2 Distribusi Kista Ovarium Berdasarkan Faktor Resiko 5.2.2.1 Usia Menarche

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan usia menarche, diperoleh 75 orang (82,4%) pasien kista ovarium mengalami menstruasi pertama (menarche) pada usia ≤14 tahun, sedangkan 16 orang (17,6%) mengalaminya pada usia lebih dari 14 tahun. Dalam tahapan pertumbuhan folikel, sel sel granulosa di bawah pengaruh FSH akan menyintesis enzim aromatase yang mengubah androstenedion yang dihasilkan oleh sel sel teka interna menjadi estrogen. Estrogen ini kembali menuju stroma yang mengelilingi folikel, memasuki pembuluh darah dan tersebar ke seluruh tubuh. Ketika kadar estrogen tinggi di dalam sirkulasi, terjadi lonjakan kadar LH yang akan menstimulasi ovulasi. Pada mereka dengan menarche yang lebih awal mengalami lebih banyak tahapan pertumbuhan folikel dan ovulasi sehingga lebih rentan menderita kista ovarium dibandingkan mereka dengan menarche >14 tahun.

Pada wanita usia remaja, faktor resiko seperti menstruasi pertama (menarche) yang datang lebih awal, siklus menstruasi yang panjang atau oligomenorrhea dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kista ovarium. Kebalikannya, resiko akan turun jika menstruasi pertama muncul diatas usia 14 tahun, siklus pendek dan teratur (<26 hari) (Sultan, 2004).

5.2.2.1 Paritas

Hasil penelitian berdasarkan paritas menunjukkan bahwa 47 orang (51,6%) pasien dengan kista ovarium belum pernah melahirkan, 11 orang (12,1%) melahirkan sekali, 29 orang (31,9%) telah melahirkan sebanyak dua sampai lima kali, sementara hanya 4 orang (4,4%) pasien yang sudah melahirkan lebih dari lima kali. Pada wanita hamil, suatu sinyal disampaikan oleh embrio yang berimplantasi ke korpus luteum dengan sel-sel trofoblas menyekresi hormon disebut human chorionic gonadotropin (HCG). Kerja HCG serupa dengan LH yaitu melindungi korpus luteum dari degenerasi serta merangsang progesteron yang akan mempertahankan mukosa uterus selama kehamilan. Sebaliknya, apabila tidak ada kehamilan maka sel-sel korpus luteum akan berdegenerasi melalui

(17)

apoptosis sehingga menyebabkan konsentrasi steroid darah menurun dan FSH dilepaskan, yang akan merangsang pertumbuhan folikel lain. Oleh karena itu, wanita yang belum pernah melahirkan mempunyai faktor resiko mendapatkan kista ovarium lebih tinggi dibandingkan mereka yang sudah pernah melahirkan karena lebih banyak mengalami proses perkembangan folikel sampai ovulasi dimana terjadinya kista ovarium dikarenakan kelainan pada tahapan-tahapan ini.

Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang menjelaskan bahwa faktor resiko terjadinya kista ovarium termasuk nulliparitas (belum pernah melahirkan), paritas yang rendah, tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral, dan kecenderungan genetik yang diturunkan termasuk mutasi BRCA1, BRCA2, atau p53 (Wahl, 2007). Merokok, menarche yang lebih awal, dan jumlah paritas yang lebih kecil menjadi faktor resiko terhadap kejadian ginekologi di Jepang (Fujita, et al., 2008).

5.2.2.2 Distribusi Kista Ovarium Berdasarkan Penggunaan Kontrasepsi

Hasil penelitian berdasarkan penggunaan kontrasepsi menunjukkan bahwa sebanyak 76 orang (83,5%) pasien kista ovarium tidak pernah menggunakan kontrasepsi sebelumnya, sedangkan 15 orang (16,5%) pernah atau sedang menggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi hormonal adalah jenis kontrasepsi yang berasal dari hormon sintetik, terdiri dari progesteron dan estrogen dan mempunyai mekanisme kerja menekan FSH, menghalangi maturasi folikel sehingga LH tidak keluar dan ovulasi tidak terjadi. Pada wanita yang menggunakan jenis kontrasepsi oral mempunyai faktor resiko mendapatkan kista ovarium lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak memakai dikarenakan pertumbuhan folikel ditekan dan tidak terjadi ovulasi dimana terjadinya kista ovarium sering disebabkan oleh kelainan tahapan pertumbuhan folikel.

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan bahwa prevalensi kista ovarium lebih rendah pada wanita yang menggunakan oral kontrasepsi

(18)

yang menggunakan obat kontrasepsi hampir tidak pernah mengalami kista ovarium fungsional (Carlson, Eisenstat, Ziporyn, 2004).

Menurut Wahl, 2007 dalam bukunya „Hardcore Pathology‟, faktor resiko terjadinya kista ovarium adalah tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral dan kecenderungan genetik yang diturunkan termasuk mutasi BRCA1, BRCA2, atau p53.

5.2.3 Distribusi Kista Ovarium Berdasarkan Status Kista Ovarium 5.2.3.1 Jenis Kista Ovarium

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kista jinak ovarium yang paling banyak adalah kista ovarium patologi (neoplastik) sebanyak 66 orang (72,5%). Pada kista ovarium fungsional (non-neoplastik) terdapat sebanyak 25 orang (27,5%). Pasien dengan kista ovarium kebanyakan mencari pengobatan ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar atau nyeri abdomen bawah. Nyatalah bahwa ditemukan jenis kista ovarium terbanyak adalah kista ovarium patologi karena jenis kista ovarium fungsional jarang sekali menimbulkan gejala. Selain itu, kistadenoma ovarii musinosum yang merupakan bagian dari kista ovarium patologi adalah jenis terbanyak yang ditemukan dimana gejala yang tampak adalah perut yang sangat membesar.

Pada penelitian yang telah dilakukan di Departemen Patologi Universitas King Abdulaziz, Jeddah, Saudi Arabia pada periode Januari 1995 sampai Desember 2010 didapati bahwa dari 618 spesimen ovarium, 382 (61,8%) adalah ovarium patologi sedangkan 236 (38,2%) adalah ovarium fungsional (Abdullah dan Bondagji, 2012). Sementara itu, penelitian yang telah dilakukan di Departemen Patologi Chitwan Medical College, Nepal pada periode Desember 2008 sampai Mei 2010 didapati bahwa dari 150 kasus yang inklusi dalam penelitian, sebanyak 130 kasus (86,67%) adalah ovarium patologi sedangkan 20 kasus (13,33%) adalah ovarium fungsional (Maharjan, 2013).

(19)

5.2.3.2 Histopatologi Kista Ovarium

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kista ovarium berdasarkan pemeriksaan histopatologi terbanyak adalah kistadenoma ovarii serosum sebanyak 33 orang (36,3%) disusul oleh kistadenoma ovarii musinosum sebanyak 25 orang (27,5%).

Pada penelitian yang telah dilakukan di Departemen Patologi Manipal Teaching Hospital and Manipal College of Medical Science, Nepal pada periode Januari 2001 sampai Desember 2012 didapatkan bahwa jenis kista ovarium jinak terbanyak berdasarkan pemeriksaan histopatologi adalah kistadenoma ovarii serosa sebanyak 98 orang (49,4%), disusul oleh kistadenoma ovarii musinosum sebanyak 34 orang (17,1%) (Ghartimagar, Ghosh, KC, 2013). Hal ini juga ditemukan pada penelitian yang telah dilakukan di Departemen Patologi Smt. NHL Municipal Medical College pada periode Oktober 2010 sampai November 2012, bahwa jenis kista ovarium jinak terbanyak berdasarkan pemmeriksaan histopatologi adalah kistadenoma ovarii serosum sebanyak 35 orang (47,94%) dan selanjutnya kistadenoma ovarii musinosum sebanyak 24 orang (32,87%) (Malli, Vyas, Gupta, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan pada Departemen Patologi Kathmandu Medical College Teaching Hospital, Nepal pada periode Januari 2006 sampai Desember 2008 sedikit berbeda dengan penelitian ini yang mendapatkan bahwa jenis kista ovarium jinak terbanyak adalah kistadenoma ovarii serosum sebesar 40,2% disusul oleh teratoma sebesar 15,7% dan kista korpus luteum sebesar 13,7%, setelah itu kistadenoma ovarii musinosum sebesar 9,8% (Pudasini, Lakhey, Hirachand, 2011).

Teori menyebutkan bahwa neoplasma yang berasal dari epitel permukaan membentuk sebagian besar dari tumor ovarium dengan frekuensi keseluruhan 65%-70%. Tumor sel germinativum dan sel stroma/genjel seks jauh lebih jarang ditemukan. Tumor serosa, tumor musinosa, tumor endometrioid,

(20)

5.2.3.3 Letak Kista Ovarium

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kista ovarium terbanyak dijumpai di ovarium kanan yaitu sebanyak 44 orang (48,4%) kemudian di ovarium kiri sebanyak 38 orang (41,8%) sedangkan yang paling sedikit dijumpai pada kedua ovarium (bilateral) berjumlah 9 orang (9,9%).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di Departemen Patologi Kathmandu Medical College Teaching Hospital, Nepal didapatkan bahwa letak kista ovarium pada ovarium kanan sebanyak 39 kasus (38.2%), ovarium kiri 44 kasus (43.2%), dan pada ovarium bilateral 19 kasus (18.6%) (Pudasini, Lakhey, Hirachand, 2011). Sebaliknya, penelitian yang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi College of MediCine Universitas Hanyang, Korea didapatkan data bahwa letak kista ovarium pada ovarium kanan sebanyak 31 kasus (47,0%), ovarium kiri 27 kasus (40,9%), dan pada ovarium bilateral 8 kasus (12,1%) (Lee, Cho, Roh, 2011). Tidak ada kecenderungan yang dominan mengenai letak kista ovarium.

5.2.3.4 Tatalaksana Kista Ovarium

Tatalaksana paling banyak yang diberikan pada penelitian ini adalah laparatomi, yaitu sebanyak 50 orang (54,9%) sedangkan yang paling sedikit adalah watchful and waiting sebanyak 9 orang (9,9%). Pasien kista ovarium yang datang ke rumah sakit biasanya mengeluhkan benjolan dan nyeri abdomen bawah. Jenis kistadenoma ovarii serosum yang merupakan jenis terbanyak memiliki garis tengah 5-10cm dan pada umumnya besar yaitu dengan diameter 30-40cm sehingga perlu ditatalaksana operasi. Sebaliknya, kista ovarium fungsional yang mempunyai garis tengah 1-1,5cm tidak dianjurkan tatalaksana operasi, hanya follow up atau terapi hormonal. Oleh karena itu, pada penelitian ini tatalaksana terbanyak yang dijumpai adalah laparatomi dan laparaskopi.

Penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan pada tahun 2008 sampai 2012 menunjukkan bahwa proporsi penderita kista ovarium berdasarkan penatalaksanaan medis tertinggi adalah terapi pembedahan yaitu

(21)

sebanyak 79 orang (68,1%) dan terendah adalah teapi hormonal yaitu sebanyak 37 orang (31,9%) (Siringo, Hiswani, Jemadi, 2013).

Tatalaksana kista ovarium tergantung usia pasien, ukuran kista, dan gejalanya. Kista berukuran kecil pada pasien muda yang belum mencapai menopause tidak membutuhkan treatment. Dokter akan melakukan follow pada pasien ini untuk memastikan kista akan menghilang dengan sendirinya. Kista jenis ini adalah kista fungsional yang akan menyusut/ regresi dalam waktu beberapa bulan. Kista berukuran besar dan mempunyai gejala serius, atau kista pada wanita post-menopause perlu diangkat segera untuk meringankan gejala dan memastikan tidak terjadi suatu proses keganasan. Kista dapat diangkat dengan cara laparaskopi atau laparatomi (The Patient Education Institute, 2011). Penggunaan laparaskopi dalam proses pembedahan untuk kista ovarium dapat berupa kistektomi dan salfingo-ooforektomi (Hadibroto, 2005). Pada penelitian ini, jumlah kasus kista ovarium neoplastik lebih banyak dibandingkan kista ovarium fungsional. Hal ini turut mempengaruhi distribusi kista ovarium berdasarkan tatalaksananya sehingga ditemukan tatalaksana yang paling banyak adalah laparatomi dan laparaskopi.

5.2.4 Prevalensi Kista Ovarium

Jumlah kista ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013 adalah sebanyak 120 kasus. Prevalensi kista ovarium terhadap seluruh kejadian tumor ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012-2013 adalah 12,18%.

Penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2008-2009, terdapat jumlah seluruh penderita kista ovarium sebanyak 47 orang (Safitri, 2010 dalam Siringo, 2013). Sementara itu, jumlah seluruh penderita kista ovarium di Rumah Sakit Elisabeth Medan pada tahun 2008 – 2012 adalah 116 orang. Adapun rincian tiap tahun yaitu pada tahun 2008 sebanyak 22 orang, tahun 2009 sebanyak 14 orang, tahun 2010 sebanyak 25 orang, tahun 2011 sebanyak 33

(22)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang prevalensi kista ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Prevalensi kista ovarium terhadap seluruh kasus tumor ovarium di RSUP

Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013 adalah 12,18%.

2. Distribusi kista ovarium berdasarkan data demografi usia paling banyak ditemukan pada kelompok usia 20-51 tahun yaitu sebanyak 65 orang; berdasarkan pendidikan terbanyak dijumpai pada SLTA/ sederajat sebanyak 39 orang; berdasarkan pekerjaan terbanyak dijumpai sebagai ibu rumah tangga, yaitu 40 orang.

3. Distribusi kista ovarium berdasarkan usia menarche paling banyak ditemukan pada kelompok umur ≤ 14 tahun yaitu sebanyak 75 orang. 4. Distribusi kista ovarium berdasarkan paritas paling banyak ditemukan

pada wanita nullipara yaitu sebanyak 47 orang.

5. Distribusi kista ovarium berdasarkan riwayat penggunaan kontrasepsi paling banyak ditemukan pada wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi yaitu sebanyak 76 orang.

6. Distribusi kista ovarium berdasarkan jenis paling banyak adalah neoplastik (patologi) yaitu sebanyak 66 orang.

7. Distribusi kista ovarium berdasarkan histopatologi paling banyak adalah kistadenoma ovarii serosum yaitu sebanyak 33 orang.

8. Distribusi kista ovarium berdasarkan letak paling banyak ditemukan pada ovarium kanan yaitu sebanyak 44 orang.

9. Distribusi kista ovarium berdasarkan tatalaksana paling banyak adalah laparatomi yaitu sebanyak 50 orang.

(23)

6.2 Saran

1. Pencatatan dan penyimpanan data rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan diharapkan dapat lebih lengkap dan teratur karena banyak kasus yang diekslusikan dalam penelitian ini akibat data rekam medis yang tidak lengkap bahkan tidak ada.

2. Masyarakat khususnya wanita diharapkan dapat memahami tentang faktor resiko kista ovarium dan memperhatikan status kesehatan mereka, serta mencari pertolongan segera ke praktik dokter atau rumah sakit jika ada tanda dan gejala kista ovarium.

3. Petugas kesehatan diharapkan meningkatkan lagi upaya penyuluhan tanda, gejala, dan faktor resiko kista ovarium sehingga seterusnya dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas penyakit kista ovarium. 4. Para peneliti yang lain diharapkan meneliti lebih banyak lagi mengenai

faktor-faktor yang berperan dalam penyakit kista ovarium serta mencari hubungan faktor tersebut dengan kista ovarium.

Gambar

Gambar 5.1 Alur Penghitungan Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Persentase Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Pemerintah yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar target 2011 sebesar 30%, realisasi jumlah rumah sakit yang

Jumlah tercatat aset pajak tangguhan ditelaah pada setiap tanggal pelaporan dan nilai tercatat aset pajak tangguhan tersebut diturunkan apabila laba fiskal mungkin tidak memadai

Penulisan mengenai Implementasi Local Area Network pada tempat kost ini merupakan sebuah penulisan yang berisi informasi mengenai bagaimana cara membangun sebuah jaringan LAN

[r]

Program dan Jenis Kegiatan Hasil yang diharapkan Waktu Pelaksana an Pelaksa na Sumbe r Dana penyelenggaraan Prakerin 2.3 Pencarian obyek. 2.4   Rapat   pembentukan

3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan bermain di lingkungan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENCABUTAN KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 264 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN SEBAGIAN KEWENANGAN DI BIDANG

Deskripsi Mata Kuliah : Matakuliah ini membahas tentang: penerapan hasil penemuan IPA dalam teknologi; penerapan fisika, biologi, dan kimia, dalam kehidupan