BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank
Pengertian bank menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam menjalankan kegiatan usahanya sebagai lembaga keuangan, bank juga dikatakan sebagai tempat melayani segala kebutuhan para nasabahnya.
Menurut Kasmir (2012:12) secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat, serta memberikan jasa-jasa lainnya. Dalam arti sempit bank adalah sebuah tempat dimana uang dapat disimpan dan dapat dipinjamkan sedangkan dalam artian kas, bank merupakan tempat penyimpanan uang bagi masyarakat yang membutuhkan.
2.1.2 Jenis-jenis Bank
Adapun jenis-jenis bank menurut Kasmir, (2010:12) yaitu:
1) Bank Sentral merupakan bank pusat. Bank ini mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan suatu negara. 2) Bank Umum merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa
perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank umum dikenal dengan nama bank komersial dan dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu bank umum devisa dan bank umum non devisa.
3) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan. Bank Perkreditan Rakyat berasal dari bank pasar, bank desa, lumbung desa, bank pegawai, dan bank lainnya. Bank tersebut dirubah menjadi Bank Perkreditan Rakyat.
2.1.3 Fungsi Bank
1) Agent of Trust, yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam penghimpunan dana maupun dalam penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dana pada bank apabila dilandasi dengan kepercayaan.
2) Agent of Development, yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi, mengingat kegiatan tersebut tidak lepas dari adanya penggunaan uang.
3) Agent of Service, yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.
Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Abdullah dan Tantri (2012:163) Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasakan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
2.2.1 Tujuan Kredit
Adapun tujuan pemberian kredit menurut Kasmir (2008:100) yaitu:
1) Kredit bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2) Kredit bertujuan untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
3) Kredit bertujuan untuk membantu usaha pemerintah dalam pembangunan pada sektor ekonomi.
2.2.2 Unsur-unsur Kredit
Adapun unsur-unsur kredit menurut Kasmir (2010:98) yaitu
1) Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan bagi kreditur bahwa kredit yang diberikan (baik yang berupa uang, jasa, atau barang) akan benar-benar diterimanya kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit.
2) Kesepakatan, yaitu kesepakatan yang dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing- masing.
3) Jangka waktu, yaitu setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencangkup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
4) Resiko, yaitu adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan resiko tidak tertagihnya pemberian kredit. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai maupun resiko yang tidak disengaja.
5) Balas jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan bunga.
2.2.3 Prinsip-prinsip kredit
Adapun prinsip-prinsip kredit menurut Kasmir (2010:109), yaitu
1) Character, yaitu suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang nasabah baik latar belakang pekerjaan maupun bersifat pribadi seperti gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobby dan sosial standingnya. Ini semua merupakan ukuran kemauan membayar.
2) Capacity, yaitu untuk melihat kemampuan nasabah dalam bidang bisnis dan dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuan menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat kemampuannya mengembalikan kredit yang disalurkan.
3) Capital, yaitu untuk melihat penggunaan modal apakah efektif dilihat dari paloran keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari segi modal yang ada sekarang ini.
4) Collateral, merupakan jaminan yang diberikan nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan dapat dipergunakan secepat mungkin.
5) Condition, dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa depan sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang dijalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga memungkinkan kredit tersebut bermasalah termasuk kecil.
2.2.4 Penilaian kredit
Penilaian kredit dengan menggunakan 7P (Kasmir, 2004) adalah sebagai berikut:
1) Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah laku sehari–hari maupun kepribadian masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.
2) Party yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan–golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
3) Purpose yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam–macam sesuai kebutuhan, sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif dan lain–lain.
4) Prospect yaitu menilai usaha nasabah di masa akan datang menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting, mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya pihak bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.
5) Payment yaitu ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau sumber dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.
6) Profitability yaitu menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
7) Protection yaitu bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benarbenar aman. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau jaminan asuransi.
2.2.5 Jenis-jenis Kredit
Adapun jenis-jenis kredit menurut Ismail (2010; 99-108), yaitu: 1) Kredit berdasarkan tujuan atau kegunaannya
a) Kredit konsumtif yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah untuk membeli barang dan jasa untuk keperluan pribadi dan tidak dipergunakan untuk keperluan usaha.
b) Kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang biasanya habis dalam satu siklus usaha. c) Kredit investasi yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk
pengadaan barang-barang modal yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun.
2) Kredit berdasarkan jangka waktu
a) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu maksimal satu tahun.
b) Kredit jangka menengah yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu antara satu sampai tiga tahun.
c) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari tiga tahun.
3) Kredit berdasarkan cara penarikannya
a) Kredit sekaligus yaitu kredit yang dicairkan sekaligus sesuai dengan plafon kredit yang disetujui.
b) Kredit bertahap yaitu kredit yang pencairannya tidak sekaligus akan tetapi secara bertahap pencairannya dalam masa kredit.
c) Kredit rekening koran yaitu kredit yang penyediaan dananya dilakukan melalui pemindah bukuan.
4) Kredit berdasarkan sektor usaha
a) Sektor industri, yaitu kredit yang disalurkan kepada nasabah yang bergerak dalam sektor industri.
b) Sektor perdagangan, yaitu kredit yang disalurkan kepada nasabah yang bergerak dalam bidang perdagangan.
c) Sektor perternakan, perikanan, dan pertanian, yaitu kredit yang diberikan dalam rangka meningkatkan hasil di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan.
d) Sektor jasa, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah yang begerak di bidang jasa pendidikan, jasa rumah sakit, jasa angkutan.
e) Sektor perumahan, yaitu kredit yang diberikan kepada debitur yang bergerak dibidang pembangunan perumahan.
5) Kredit berdasrakan jaminan
a) Kredit jaminan yaitu kredit yang didukung dengan jaminan.
b) Kredit tanpa jaminan yaitu kredit yang diberikan kepada debitur tanpa didukung adanya jaminan dan diberikan atas unsur kepercayaan.
6) Kredit berdasarkan jumlahnya yaitu:
a) Kredit UMKM yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha berdasarkan skala usaha sangat kecil
b) Kredit UKM yaitu kredit yang diberikan kepada debitur dengan batasan antara 50 juta rupiah dan tidak melebihi 350 juta rupiah.
c) Kredit Korporasi yaitu kredit yang diberikan kepada debitur dengan jumlah besar dan diperuntunkan kepada debitur besar.
2.2.6 Jenis-jenis Kredit Konsumtif PT. Bank Bank Pembangunan Daerah Bali a) Kredit Multiguna adalah kredit yang diberikan kepada PNS dan atau
Karyawan Tetap Perusahaan (orang perorangan yang bekerja sebagai pegawai tetap disuatu perusahaan BUMN, BUMD, atau perusahaan
swasta yang stuktur kepagawaiannya adalah sudah mapan) yang angsuran kreditnya melalui potong gaji.
b) Kredit Aneka Guna adalah kredit konsumtif kepada debitur berpenghasilan tetap dan berpenghasilan tidak tetap, yang sumber pengembalian kreditnya.
c) KPR (Kredit Pemilikan Rumah) – Bali Dwipa adalah fasilitas kredit/pembiayaan yang diberikan kepada nasabah perorangan yang dinilai prospektif untuk menikmati fasilitas kredit yang akan digunakan konsumsi kepemilikan rumah tinggal baru, rumah bekas, refinancing KPR dan take over KPR bank lain, termasuk rumah tapak atau rumah susun atau apartemen namun tidak termasuk rumah kantor atau rumah toko. (rukan/ruko).
d) Kredit Pensiunan adalah kredit yang diberikan dengan pensiunan PNS yang sumber pembayaran kreditnya dari gaji pensiun. Pensiun pegawai adalah pensiunan dari PNS, pensiunan dari anggota TNI/POLRI, pensiunan dari lemabga negara, atau pensiunan dari pegawai BUMN/BUMD.
e) KUPP (Kredit Usaha Persiapan Pensiun) adalah kredit yang diberikan kepada PNS dan atau karyawan tetap perusahaan BUMN, BUMD atau perusahaan swasta yang memiliki usaha sampingan yang produktif yang ditujukan untuk menambah modal kerja usaha atau pengadaan sarana prasarana dan pembayaran angsuran kreditnya melalui potongan gaji melalui PT. BPD Bali.
f) Kredit kepada anggota DPRD adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada para anggota DPRD yang bertugas di provinsi maupun di kabupaten/kota di Bali untuk tujuan pengadaan sarana prasarana dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
g) Kredit Kepada Pengurus & Pegawai LPD adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada pengurus/pegawai LPD yang ada di seluruh Bali dengan kategori LPD sehat yang direkomendasikan oleh PLPDK setempat yang pembayaran angsuran kreditnya bersumber dari gaji yang diterima setiap bulan, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan. 2.2.7 Jenis-jenis Kredit Produktif PT. Bank Pembangunan Daerah Bali.
1) Kredit jangka panjang dan jangka menengah
Kredit jangka panjang dan jangka menengah adalah kredit yang digunakan untuk membiayai aset tetap (fixed asset) dan atau modal kerja yang sifatnya “permanen” dengan jangka waktu melebighi satu tahun, antara lain : a. Kredit investasi, adalah
b. Kredit Modal Kerja Revolving “Permanen” (Evergreen Working Capital Loan), adalah kredit yang diberikan untuk membiayai modal kerja yang dibutuhkan oleh debitur untuk melaksanakan kegiatan/aktivitas usahanya, namun kredit tersebut terus menerus dibutuhkan oleh nasabah yang bersangkutan sehingga telah diperpanjang berkali-kali.
Kredit jangka pendek adalah kredit yang diberikan untuk membiayai modal kerja dengan jangka waktu maksimum 1 (satu ) tahun atau kredit yang diberikan untuk membiayai satu siklus usaha, antara lain :
a) Kredit Modal Kerja Revolving (KMK-Revolving) adalah kredit yang diberikan untuk membiayai modal kerja dengan jangka waktu maksimum 1 tahun atau kredit yang diberikan untuk membiayai satu siklus usaha, namun apabila debitur yang bersangkutan masih membutuhkan, maka kredit tersebut dapat diperpanjang kembali. b) Kredit Modal Kerja Non Revolving (KMK-NR) adalah kredit yang
diberikan untuk membiayai modal kerja dengan jangka waktu maksimal 1 tahun atau kredit yang diberikan untuk membiayai satu siklus usaha dan tidak dapat diperpanjang kembali.
3) Kredit produktif berdasarkan penarikan
a) Kredit langsung adalah kredit yang langsung menggunakan dana bank dan secara efektif merupakan hutang nasabah kepada bank. Kredit produktif yang masuk pada kategori kredit langsung ini meliputi Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja. Kredit ini disebut juga dengan Kredit/Pinjaman Tunai.
b) Kredit tidak langsung adalah kredit yang tidak langsung menggunakan dana bank dan belum secara efektif merupakan hutang nasabah kepada bank. Menjadi efektif apabila nasabah wanprestasi dan tidak bisa menyelesaikan kewajibannya pada bank. Kredit tidak langsung ini meliputi antara lain fasilitas Garansi Bank, Letter of Credit, SKBDN
dan Stand By LC. Kredit ini disebut juga dengan Kredit/Pinjaman Non Tunai.
4) Kredit produktif berdasarkan transaksi
a) Self Liquidating Transaction adalah pemberian kredit yang didasarkan atas satu kegiatan transakasi yang dilakukan oleh debitur, dimana apabila kegiatan transakasi debitur yang bersangkutan selesai dilaksanakan dan atau dibayar, maka kredit tersebut jangka waktunya juga berakhir, dengan perkataan lain nasabah harus menyelesaikan/melunasi kreditnya (termasuk kewajiban-kewajiban lain yang berhubungan dengan pemberian kredit tersebut).
b) Non Self Liquidating Transaction adalah pemberian kredit yang tidak didasarkan atas kebutuhan modal kerja untuk satu kegiatan transakasi debitur, melainkan pemberian kredit yang didasarkan atas kebutuhan modal kerja untuk seluruh kegiatan usahanya/proyeknya.
5) Kredit produktif berdasarkan plafon
a) Plafon Aplofend adalah pemberian kredit dengan kondisi atau keadaan posisi plafon yang menurun, artinya posisi baki debetnya atau outstandingnya semakin lama semakin menurun sesuai dengan jadwal angsuran, hingga berbaki debet atau outstanding nihil pada saat jangka waktunya berakhir.
b) Plafon Terbuka adalah pemberian kredit dengan kondisi plafon terbuka merupakan pemberian kredit dengan kondisi atau keadaan posisi plafon yang dapat naik atau turun, artinya posisi baki debetnya atau outstandingnya dapat meningkat atau menurun selama jangka waktu
kredit tersebut, dan bahkan pada suatu saat atau keadaan tertentu dapat berbaki kredit.
c) Plafon Tertutup adalah pemberian kredit dengan kondisi plafon tertutup merupakan pemberian kredit dengan kondisi atau keadaan posisi plafon yang tetap dan tidak dapat berfluktuasi naik atau turun akibat adanya penarikan kredit atau pelunasan/pembayaran kredit tersebut.
2.3 Sistem Pengendalian Intern
Menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), Pengawasan intern meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi, dan membantu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut COSO (Committee of Sponsoring Organization), pengendalian internal adalah suatu proses dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan karyawan lain dari suatu entitas, dirancang untuk memberikan jaminan memadai sehubungan dengan pencapaian tujuan dalam kategori keandalan laporan keuangan, kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku, serta efektivitas dan efisiensi operasional.
Menurut Mulyadi (2010:163) Sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Sistem pengendalian intern dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengendalian intern akuntansi (internal accounting control) dan pengendalian
intern administratif (internal administrative control). Pengendalian intern akuntansi merupakan bagian dari sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian intern akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisai, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijkan manajemen. Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.
2.3.1 Elemen-elemen pengendalian intern: 1) Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan pondasi dari keempat komponen pengendalian lainnya. Lingkungan pengendalian merupakan dampak kolektif dari berbagai faktor dalam menetapkan, meningkatkan atau memperbaiki efektivitas kebijakan dan prosedur-prosedur tertentu. Faktor-faktor tersebut meliputi:
a. Intregitas dan nilai manajemen. b. Struktur Organisasi
c. Partisipasi dewan direktur organisasi dan komite audit. d. Filososfi manajemen dan gaya operasi.
e. Prosedur pendelegasian tanggung jawab dan otoritas. f. Metode manajemen dalam menilai kinerja.
2) Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan proses mengidentifikasi dan menilai risiko-risiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan. Setelah teridentifikasi, manajemen harus menentukan bagaimana mengendalikan atau mengenlolanya.
3) Prosedur Pengendalian.
Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau mendeteksi ketidakberesan dan kesalahan. Prosedur pengendalian meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Personil yang kompeten, mutasi tugas dan cuti wajib b. Pelimpahan tanggung jawab
c. Pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait
d. Pemisahaan fungsi akuntansi, penyimapanan asset dan operasional 4) Pemantauan (Monitoring)
Pemantaun merupakan proses penilaian sepanjang waktu atas kualitas pelaksanaan pengendalian internal dan dilakukan perbaikan jika dianggap perlu.
5) Informasi dan Komunikasi
Informasi komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting dari pengendalian intern perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian resiko, prosedur pengendalian dan monitoring
diperlukan oleh manajemen. Informasi juga diperlukan oleh pihak luar perusahaan. Manajemen dapat menggunakan informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal, peristiwa dan kondisi yang berpengaruh pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal. Untuk kredit dapat dimulai pada waktu pemberian kredit, pembayaran bunga sampai pada pelunasan kredit. Informasi atas pelaporan keuangan merupakan tanggung jawab perusahaan yang harus diinformasikan kepada beberapa pihak yakni pihak eksternal dan pihak internal perusahaan. Pihak eksternal perusahaan antara lain Bank Indonesia, Kantor pajak, dan lembaga-lembaga yang terkait dengan perusahaan. Sedangkan pelaporan internal ditujukan kepada Dewan Komisaris, Direksi dan pengurus.
2.3.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (2010:163) tujuan sistem pengendalian internal adalah 1) Menjaga kekayaan organisasi.
2) Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. 3) Mendorong efisiensi.
4) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
2.3 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai evaluasi sistem pengendalian intern sudah banyak dilakukan meskipun dengan hasil yang beragam. Penelitian mengenani evaluasi sistem pengendalian intern salah satunya dilakukan oleh Miradewi, Atmaja dan Yuniarta (2014) yang meneliti Evaluasi Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Cabang Seririt. Penelitian
dilakukan dengan menguji efektivitas dengan mnggunakan attribute sampling, model stop-or-go sampling. Teknik pemilihan sampel dilakukan dengan metode pengambilan sampel simple random sampling. Hasil pengujian menunjukkan unsur-unsur sistem pengendalian intern pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Cabang Seririt bahwa sistem pengendalian internnya baik dan dikategorikan memadai. Pengujian kepatuhan dengan menggunakan attribute sampling, metode stop-or-go sampling menunjukkan sistem pengendalian intern pemberian kredit pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Cabang Seririt dikatakan efektif.
Penelitian mengenai Evaluasi Sistem Pengendalian Intern juga dilakukan oleh Dewi dan Yadnyana (2015) yang meneliti Evaluasi Efektivitas Sistem Pengendalaian Internal: Studi Kasus pada PT. Hutama Karya (Persero) Kantor Wilayah IV. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penentuan sampel digunakan dengan metode purposive sampling, dan terdapat 15 sampel. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kuesioner. Berdasarkan hasil perhitungan yang didasarkan pada jawaban responden mengenai pengendalian internal PT Hutama Karya (Persero) Kantor Wilayah IV, masuk ke dalam kategori cukup efektif.