Artikel Penelitian
Strategi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an dalam Meningkatkan
Kemam-puan Membaca dan Menulis Al-Qur’an di MTsN 9 Hulu Sungai Tengah
Aspani *
Guru MTs Negeri 9 Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan
Histori artikel:
Pengiriman: Januari 2021 Revisi: Februari 2021 Diterima: Maret 2021
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pem-belajaran baca tulis Al-Qur’an dalam meningkatkan kemam-puan membaca dan menulis Al-Qur’an di MTsN 9 Hulu Sungai Tengah. Hasil penelitian Strategi pembelajaran baca tulis Al-Qur’an diawali dengan rencana pembelajaran meliputi pem-ilihan dan penetapan prosedur, metode, media dan teknik belajar mengajar. Prosedur mencakup pemantapan pembela-jaran tentang pengenalan huruf hijaiyah, ilmu tajwid, menulis kaligrafi Al-Qur’an dan imla. Pembelajaran dilakukan ketika masuk kelas, menggunakan metode reading aloud. Saat pem-belajaran Al-Qur’an hadits, menggunakan metode tanya jawab dan pemberian tugas. Pada kegiatan ekstrakurikuler menggunakan metode iqro, menggunakan buku iqro dan Al-Qur’an. Penilaian membaca melalui tes dengan indikator: benar, baik, lancar, tepat dan bacaannya sesuai makhrajal hu-ruf dan ilmu tajwid melalui tes membaca sejumlah ayat yang ditentukan guru. Penilaian menulis melalui ulangan kaligrafi dan imla. Dengan indikator benar, baik dan tepat atau tidak dalam penulisan bentuk huruf, tanda baca, cara penyambun-gan katanya. Berdasarkan hasil tesnya dapat dikatakan sudah baik. Rata-rata siswa sudah mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai makhrajal huruf dan tajwidnya, serta lancar pada saat membacanya. Pada hasil tes menulis dan imla rata-rata siswa sudah bisa menulis kaligrafi dan dapat menuliskan apa yang diucapkan oleh guru. Faktor pen-dukung: kepala sekolah yang mendukung, kerjasama para guru, keterlibatan orangtua, minat belajar siswa. Sedangkan faktor penghambatannya: kurangnya waktu, penyeimbangan antara pembelajaran membaca dan menulis Al-Qur’an, serta kedisiplinan siswa. Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk menangani hambatan tersebut adalah dengan mempertahan-kan keaktifan kegiatan ekstrakurikuler dan tugas tambahan saat di rumah.
Kata Kunci: pembelajaran, baca tulis Al-Qur’an, kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an
*Email korespondensi:
Pendahuluan
Salah satu masalah yang begitu mendasar dan terjadi pada umat Islam yaitu peningkatan tingkat generasi muda Islam yang tidak mam-pu membaca dan menulis Al-Qur’an serta sepinya rumah dari alunan ayat suci Al Qur’an. Padahal Al-Qur’an merupakan kitab suci da-lam Isda-lam, serta sebagai sumber dari berbagai sumber hukum Islam yang didalamnya ter-kandung serangkaian nilai pendidikan.
Kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an yang memperlihatkan kondisi prestasi rendah sangat perlu segera diatasi agar umat Islam tidak mengalami kemerosotan pada berbagai bidang, karena Al-Qur’an sebagai sumber dari segala aspek kehidupan. Mempelajari Al-Qur’an termasuk didalamnya yaitu membaca, menulis, dan mengaplikasikan Al-Qur’an. Keterampilan membaca Al-Qur’an sama dengan keterampilan pada membaca teks bacaan.
Setiap orang yang beragama islam, harus bisa membaca Al-Qur’an secara baik dan benar sesuai kaidah tajwid. Al-Qur’an merupakan sebuah kitab yang dianjurkan untuk selalu di-baca. Membacanya akan dinilai oleh Allah SWT sebagai suatu ibadah. Pahala yang diberikan dihitung perhuruf. Rasul menjelaskan bahwa Saya tidak mengatakan Alif Lam satu huruf, namun Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf (Ro’uf, 2007).
Mempelajari Al-Qur’an itu sebenarnya bukan hal yang terlalu sulit asal ada kemauan dan usaha mempelajarinya pasti akan mampu membaca dan memahami Al-Qur’an dengan baik. Allah sudah menjamin kemudahannya bagi umat yang mau mempelajari Al-Qur’an. Firman Allah dalam (QS. Al-Qamar/ 54: 17) yang artinya: Dan sungguh, telah Kami mu-dahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (Kementerian Agama RI, 2014).
Dasar bagi siswa untuk memahami serta mengamalkan kandungan Al-Qur’an adalah mampu dalam membaca dan menulis Al-Qur’an, jadi peningkatannya tentu menjadi tuntutan dan kebutuhan utama. Dengan tujuan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam se-bagai manusia yang memiliki iman dan takwa serta akhlak mulia, dan membentuk generasi
cinta Qur’an. Apabila pendidikan Al-Qur’an terus dikembangkan, maka nilai Al-Qur’an akan membumi di masyarakat (Al-Munawwar, 2005).
Persoalan ini sangat penting karena pada dewasa ini, dimana perkembangan ilmu pengetahuan demikian pesat dan meliputi
se-luruh aspek kehidupan. Untuk dapat
mempelajari dan memahami isi atau kan-dungan Al-Qur’an tidaklah mudah, banyak cara atau metode yang biasa digunakan dalam mempelajari agama Islam, salah satunya ada-lah bagaimana cara dan strategi yang
digunakan oleh seorang guru dalam
mengajarkan Al-Qur’an kepada peserta didik. Metode yang biasa digunakan dalam pembela-jaran agama Islam selama ini adalah: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas (penugasan), dan lain-lain (Abu Ahmadi, 2002).
Diantara unsur mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah Al-Qur’an Hadits yang ada di madrasah, mata pelajaran ini akan mem-berikan pemahaman Al-Qur’an dan Hadits kepada siswa sebagai sumber ajaran agama islam serta pengamalan isi kandungannya se-bagai petunjuk hidup sehari-hari. Dirjen Pen-didikan Islam & Direktorat Madrasah Depag RI (2007) menyatakan mata pelajaran Al-Qur’an Hadits sebagai salah satu mata pelajaran yang menekankan kemampuan baca tulis yang baik dan benar, pemahaman terhadap makna Al-Qur’an dan Hadits secara kontekstual maupun tekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Unsur pokok Pendidikan Agama Islam pa-da jenjang pendidikan menengah (SMP pa-dan SMA) memiliki tujuan yang menuntut siswa memiliki empat kemampuan yakni fasih membaca surah Al-Qur’an pilihan, menyalin dengan baik, mengartikan dengan benar, dan mampu menjelaskan isi kandungannya. Lebih jelasnya adalah siswa mampu benar dalam membacanya, baik dan lancar ketika melafal-kan, tepat dan sesuai makhraj dan tajwid. Adapun dari penulisannya adalah benar dan baik dalam menuliskan bentuk huruf dan tanda bacanya, serta benar dalam cara menyambungkan mufradat-nya (Munawiroh, 2007).
Kemampuan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran adalah satu diantara syarat utama dari guru untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari proses pembelajaran yang telah dilakukan (Baharuddin & Dalle, 2017). Hal ini perlu landasan konseptual dan pengalaman berdasarkan praktiknya. Oleh ka-rena itu, pada hakikatnya mengajar memiliki maksud untuk mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan yang direncanakan. Pada praktiknya, kegiatan mengajar yang ditunjuk-kan guru berbagai macam ragamnya, mes-kipun memiliki maksud dan tujuan yang sama (Ali, 2004).
Menurut Dick dan Carey (Uno, 2009) strategi pembelajaran mencakup seluruh komponen dari materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan pada kegiatan belajar mengajar, yang guru gunakan untuk memban-tu siswa mencapai memban-tujuan tertenmemban-tu dari pem-belajarannya. Strategi tersebut bukan sebatas prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, namun termasuk juga berbagai pengaturan materi dan paket program yang akan disam-paikan.
Berbicara tentang membaca dan menulis maka bukan artinya mengesampingkan kema-hiran kebahasaan lainnya. Keterampilan ber-bahasa lain, seperti penyimakan dan bicara tentu memiliki arti yang begitu besar untuk meningkatkan kemahiran menulis. Sangat didasari bahwa aktivitas menulis tersebut sangat terkait dengan membaca (Sukino, 2012).
Proses pembelajaran harus sedemikian rupa direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, hal ini berkaitan dengan hasil akhir yang nantinya akan didapat (Dalle & Ariffin, 2018). Diperlukan berbagai macam metode, teknik dan media pembelajaran guna menunjang hasil yang maksimal untuk peningkatan ke-mampuannya dalam membaca dan menulis
Al-Qur’an. Oleh karena itu diperlukan
perencanaan serta strategi yang cocok untuk keberhasilannya. Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan mendeskripsikan tentang Strategi Pembelaja-ran Baca Tulis Al-Qur’an Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis Al-Qur’an di MTsN 9 Hulu Sungai Tengah.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yang dilakukan di MTsN 9 Hulu Sungai Ten-gah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah snow-ball sampling. Sumber data penelitian di-peroleh dari data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi. Aktivitas dalam analisis da-ta meliputi reduksi dada-ta, penyajian dada-ta, dan penarikan kesimpulan. Pengujian kredibilitas melalui triangulasi, peningkatan ketekunan penelitian dan perpanjangan pengamatan. Hasil dan Pembahasan
Strategi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dalam Meningkatkan Kemampuan Mem-baca Dan Menulis Al-Qur’an
Strategi pembelajaran baca tulis Al-Qur’an di MTsN 9 Hulu Sungai Tengah dilakukan dimulai dari pembuatan rencana
pembelaja-ran dengan memilih dan menetapkan
prosedur, metode, media dan teknik belajar mengajar. Adapun prosesdur yang dimaksud adalah pemantapan pembelajaran tentang pengenalan huruf hijaiyah meliputi cara mem-bunyikan dan membacanya, ilmu tajwid meli-puti mengenal bentuk dan fungsi tanda baca serta menulis kaligrafi Al-Qur’an dan imla. Pembelajaran terbagi menjadi beberapa bagi-an yaitu dilakukbagi-an pada saat awal masuk kelas dengan menggunakan metode reading aloud yaitu membaca Al-Qur’an dengan mengeras-kan suara, saat pembelajaran Al-Qur’an hadits dengan menggunakan metode tanya jawab dan pemberian tugas, dan pada kegiatan ekstrakurikuler dengan menggunakan metode iqro, dalam menunjang kegiatan membacanya menggunakan buku iqro dan Al-Qur’an.
Pada proses pelaksanaan suatu kegiatan yang sifatnya operasional ataupun non operasional maka harus disertai rencana yang memuat strategi yang baik serta sesuai sasa-ran. Adapun peran dari strategi sangat penting dalam pembelajaran. Konsep strategi memiliki kesulitan tersendiri untuk diterapkan (Syah, 2003).
Uno (2011) menyatakan bahwa perlunya perencanaan pembelajaran agar dapat
mem-perbaiki proses pembelajaran. Upaya perbai-kan pembelajaran ini dilakuperbai-kan dengan asum-si sebagai berikut: 1) Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran, 2) Untuk
merancang suatu pembelajaran perlu
menggunakan pendekatan Sistem, 3)
Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang Belajar, 4) Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran di-acukan pada siswa secara perorangan, 5) Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, da-lam hal ini akan ada tujuan langsung pembela-jaran, dan tujuan pengiring dari pembelapembela-jaran, 6) Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar, 7) Perecanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran, 8) Inti dari desain pembelajaran yang dibuat ada-lah penetapan metode pembelajaran yang op-timal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk membuat perencanaan pembelaja-ran yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik. Menurut Hunt (Majid, 2005) unsur-unsur perencanaan pembelaja-ran tersebut adalah mengidentifikasi kebu-tuhan siswa, tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi dan skenario yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan, dan krite-ria evaluasi.
Kedudukan strategi pembelajaran pen-didikan agama menurut Reigeluth (Taufiqur-rahman, 2005) ada pada metode pembelaja-rannya. Oleh karenanya, dalam mengupayakan peningkatan capaian hasil pembelajaran aga-ma secara efektif dan efisien dapat dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran dengan memanipulasi atau merancangnya. Sebab, strategi pembelajaran ini akan di-pengaruhi oleh kondisinya yang mencakup tujuan yang ingin dicapai, karakteristik dan siswa yang mengikutinya.
Djamarah & Zain (2006) menyebut empat strategi dasar dalam pembelajaran yaitu: 1) Mengidentifikasi, menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi perubahan tingkah laku
kepribadian peserta didik seperti harapan. 2) Memilih sistem pendekatan dengan dasar as-pirasi dan pandangan hidup dalam
ber-masyarakat. 3) Memilih, menetapkan
prosedur, teknik dan metode yang dirasa pal-ing tepat dan efektif. 4) Menetapkan norma dan batasan standar kriteria keberhasilan bagai pedoman untuk melakukan evaluasi se-lanjutnya melakukan umpan balik dalam me-nyempurnakan sistem instruksional secara menyeluruh.
Strategi pembelajaran yang aktif dan dapat melibatkan siswa secara langsung pada tiap aktivitas belajar akan menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. pemberian
kesempatan, menemukan masalah dan
pemecahannya dengan diskusi, kerja sama kelompok, menyampaikan pendapat dan lainnya, yang akan merangsang anak untuk berpikir dan paham terhadap pelajaran. Bela-jar dengan cara ini akan membangunkan mo-tivasinya, memberikan pengalaman yang ber-makna, asyik dan menyenangkan, serta akan mendapatkan hasil belajar yang optimal sebab dilakukan dengan suasana permainan dimana siswa belajar tanpa rasa beban dan guru bisa menyesuaikannya dengan tujuan yang ingin diinginkan (Rahayu, 2014).
Adapun hasil penelitian Hidayatullah (2019) menunjukkan bahwa strategi yang digunakan oleh guru yaitu 1) Membiasakan budaya antri dengan menyusun Al-Qur’an atau Iqro di atas meja guru sebelum pembelajaran membaca Al-Qur’an santri dimulai. 2) Membi-asakan membaca doa dan surat-surat pendek sebelum pembelajaran dimulai. 3) Membiasa-kan santri menulis dan menggambar huruf kaligrafi Asmaul Husna. 4) Menerapkan sistem tutor sebaya setelah santri selesai menulis kal-igrafi. 5) Memanggil santri untuk mengaji sesuai dengan urutan antriannya dengan menggunakan metode iqro. 6) Sholat ashar berjama’ah. 7) Membaca do’a sebelum pem-belajaran Al-Qur’an selesai. 8) Membagikan dan memberi nilai hasil tulisan kaligrafi. 9). Menerapkan budaya salam terhadap guru.
Zaini (2008) menyatakan bahwa untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran, pen-didik harus mampu sebaik mungkin
menge-mas proses pembelajaran sehingga perasaan anak tidak bosan dan malas, disamping itu guru juga harus menggunakan metode yang tepat, kaya akan variasi agar bisa membantu mereka untuk mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran. Metode tersebut sebaiknya mampu membuat mereka dapat berkonsentrasi dalam pelajaran, bertanya dan berdiskusi. Menurut Ramli (2015) pada penelitianya menyebutkan bahwa media pem-belajaran bermanfaat sebagai alat bantu atau sarana yang dijadikan sebagai perantara atau piranti komunikasi untuk menyampaikan pe-san atau informasi berupa ilmu pengetahuan dari berbagai sumber ke penerima pesan atau informasi guna mencapai tujuan pembelaja-ran.
Metode memiliki peran yang begitu pent-ing dalam proses pencapaian tujuan pembela-jaran. Metode pembelajaran meliputi setiap rencana, prosedur dan langkah kegiatan pem-belajaran termasuk cara menilai. Pengertian perencanaan yang menyeluruh tersebut men-cakup Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan, persiapan, kegiatan pembuka, inti dan penutup, media, sumber belajar, dan penilaian (Suyono & Hari-yanto, 2012). Adapun Departemen Agama RI (1998) menyebutkan bahwa metode dalam membaca Qur’an di antaranya: metode Al-Banjari, Al-Barqy, Baghdadiyah, Qiro’ati, dan Al-Jabari.
Metode reading aloud menurut Ismail (2008) merupakan bentuk strategi membaca suatu teks dengan keras yang dapat memban-tu memfokuskan perhatian secara mental menimbulkan pertanyaan dan merancang diskusi. Strategi ini mempunyai efek pada pemusatan perhatian dalam membuat suatu kelompok. Sejalan dengan Zaini (2008) yang menyebutkan bahwa reading aloud (membaca dengan keras) adalah sebuah strategi yang dapat membantu peserta didik dalam ber-konsentrasi, mengajukan pertanyaan, dan menggugah diskusi. Adhim (2009) menyebut-kan bahwa membaca Al-Qur’an dengan ber-suara keras akan membantu untuk fokus dan memperhatikan bacaan dan didengar oleh pa-ra malaikat, menjadikan setan lari terbirit-birit serta dapat menyucikan rumah. Ibnu Abi
Laila berkata: Jika kamu membaca Al-Qur’an, maka usahakanlah kedua telingamu dapat mendengarnya dengan baik karena hati itu dapat berlaku adil terhadap lisan dan telinga. Membaca teks dengan keras memang mampu
membantu siswa untuk memfokuskan
pikirannya, bertanya dan menstimulasi mere-ka untuk berdiskusi. Cara ini amere-kan berdampak pada fokus perhatian dan merciptakan ke-lompok yang terpadu (Silberman, 2004).
Salah satu metode menulis Al-Qur’an ada-lah dengan cara imla. Abdulada-lah (Ma’mun, 2018) menyebut Imla (Imla’i) adalah katergori menulis yang menekankan pada rupa/postur huruf dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Secara umum, ada tiga kecakapan dasar yang dikembangkan dalam keterampilan Imlak,
yai-tu Kecakapan mengamati, Kecakapan
mendengar, dan kelenturan tangan dalam menulis.
Selanjutnya, Pakcosma (Ma’mun, 2018) menyebut empat jenis imla yang dapat dit-erapkan sesuai tahap kognitifnya, yakni: 1) Imla manqul: Siswa menyalin teks yang ada di kitab atau tulisan guru di papan tulis ke dalam buku tulisnya. 2) Imla mandhur: Siswa melihat dan mempelajari teks bacaan dalam di kitab atau papan tulis, kemudian menutup kitab atau menghapus yang ada di papan tulis, lalu guru mendikte. 3) Imla ghairu al-mandhur (masmu’): Siswa menulis teks bacaan yang dibacakan guru tanpa melihatnya terlebih da-hulu. 4) Imla ikhtibari: Siswa yang telah men-guasai dan memahami lebih banyak praktik dibandingkan teori.
Hasil penelitian Riani (2018) menyatakan implementasi pembelajaran baca tulis Al-Qur’an memalui tiga tahapan yaitu me-rencanakan perangkat pembelajaran, menge-lompokkan siswa, menyiapkan bahan ajar dan metode. Selanjutnya pelaksanaan kegiatan pembelajaran, bimbingan yang intensif bagi siswa yang belum bisa, program tahfidz bagi siswa yang sudah lancar dan bimbingan mem-baca Al-Qur’an setiap pagi sebelum dimu-lainya jam pelajaran. Terakhir, tes kenaikan halaman jilid, tes imla, tes hafalan Al-Qur’an, dan evaluasi.
Dalam setiap proses belajar akan selalu terkandung di dalamnya unsur penilaian. Di
jantung penilaian inilah terletak keputusan yaitu keputusan yang didasarkan atas values (nilai-nilai). Dalam proses penilaian dilakukan pembandingan antara informasi-informasi yang tersedia dengan kriteria tertentu, untuk selanjutnya ditarik kesimpulan. Dalam prak-tek, istilah penilaian ini mencakup penguku-ran dan tes. Kalau kita melakukan penilaian maka harus melakukan pengukuran dan
da-lam melakukan pengukuran harus
menggunakan alat, yang disebut dengan tes. untuk itu, sasaran penilaian yang dikenakan terhadap para murid tidak hanya terbatas pa-da aspek intelektual (ranah kognitif) pa-dan aspek keterampilannya (ranah psikomotor) saja, melainkan juga pada aspek sikap hidup-nya (ranah afektif) (Mulyadi, 2010).
Setiap kegiatan evaluasi, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah tujuan evalua-si. Penentuan tujuan evaluasi sangat bergan-tung pada jenis evaluasi yang digunakan. Tujuan evaluasi ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Jika tujuan evaluasi masih bersifat umum, maka tujuan tersebut-perli diperinci menjadi tujuan khusus, sehing-ga dapat menuntun guru dalam menyusun soal atau mengembangkan instrument evalua-si lainnya. Ada dua cara yang dapat ditempuh guru untuk merumuskan tujuan evaluasi yang bersifat khusus. Pertama, melakukan perinci-an ruperinci-ang lingkup evaluasi. Kedua, melakukperinci-an perincian proses mental yang akan dievaluasi (Arifin, 2011).
Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap
keseluruhan komponen pembelajaran
digunakan untuk menganalisis dan menen-tukan berbagai kebijakan dalam upaya mem-perbaiki kualitas pembelajaran. Artinya, hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan feed back dalam meperbaiki keseluruhan kompo-nen pembelajaran untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran (Sumantri, 2015).
Kemampuan Membaca Dan Menulis Al-Qur’an
Guru melakukan tes agar dapat mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian membaca dengan indikator yaitu benar, baik, lancar dan tepat dalam pembacaannya,
melafalkan serta sesuai makhrajal huruf dan tajwid. Kemampuan siswa tersebut diukur dengan membaca sejumlah ayat yang diten-tukan guru. Adapun penilaian menulis dil-akukan melalui ulangan tulisan kaligrafi dan imla (guru mengucapkan dan siswa menulis). Kemampuan menulisnya dengan indikator benar, baik dan tepat atau tidak dalam menu-liskan bentuk huruf, tanda baca, serta cara penyambungan huruf dan kalimatnya.
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan oleh guru di MTsN 9 Hulu Sungai Tengah dapat dikatakan sudah baik. Terbukti dari kemam-puan siswa yang rata-rata sudah mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai makhrajal huruf dan tajwidnya, serta lancar pada saat membacanya. Pada hasil tes menulis siswa rata-rata sudah bisa menulis kaligrafi sesuai kaidah penulisan yang benar dan pada tes imla siswa sudah dapat menulis-kan apa yang diucapmenulis-kan oleh guru sesuai dengan kaidah penulisan dalam bahasa arab-nya.
Ruang lingkup materi pelajaran Al-Qur’an Hadits berdasarkan Standar Isi Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 adalah mengetahui dasar membaca dan menulis Al-Qur’an, menghafal surah pendek, penahanan kan-dungan surah pendek, penyampaian hadits tentang mencintai Qur’an dan Hadits, iman dan ibadah, toleransi dalam kehidupan (Ibra-him & Darsono, 2009).
Dasar ilmu tajwid terdapat dua cabang utama yakni cara pengucapan yang benar, khususnya tata letak huruf di berbagai posisi (makhrajal huruf). Dan panjang pendeknya bacaan, dan huruf hidup yang ada di berbagai keadaan (Budiman, 1988). Hakikat membaca merupakan sesuatu yang rumit dan melibat-kan banyak hal, buka hanya tentang melafal-kan tulisan saja, namun juga pelibatan aktivi-tas visual, berpikir, psikolinguistik, dan meta kognitif. Sebagai proses visual meliputi pen-erjemahan simbol tulis dalam kata lisan. Pada proses berpikir, meliputi aktivitas pengenalan kata, pemahaman literatur, interpretasi, mem-baca kritis, dan pemahaman yang kreatif. Dan pengenalan kata dengan aktivitas membaca menggunakan kamus (Rahim, 2007).
Membaca Al-Qur’an haruslah beradab, seperti yang dinyatakan oleh Chaer (2014) bahwa adab dalam membaca Al-Qur’an meli-puti keadaan diri yang suci, mengambil mushaf dengan tangan kanan, pakaian dan tempat yang bersih, menghadap kiblat dengan khusyuk dan tenang, menggosok gigi dan mulut yang bersih, berta’awwuz, tartil, niat yang ikhlas, membaca dengan suara yang ba-gus dan merdu. Sejalan dengan Aldeeb (2005) yang menyatakan sunnah berwudhu, khusyuk, membaca tartil, sunnah menangis karena meresapinya saat membaca.
Beberapa indikator yang minimal dimiliki siswa dalam membaca Al-Qur’an yaitu mengenal huruf hijaiyah (tunggal, sambung yang berada di awal, tengah dan akhir). Men-guasai tentang makharijul huruf (cara pen-gucapan, bunyi yang keluar dengan benar). Menguasai ilmu tajwid (sesuai kaidah) seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW (Wahdati, 2016).
Menurut Bond (Abdurrahman, 2009) membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki. Adapun Broughton (Tarigan, 2008) menyatakan bahwa keterampilan membaca dalam berbahasa mencangkup tiga komponen yaitu pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca, kemudian korelasi antara aksara beserta tanda-tanda baca dan unsur-unsur linguistik yang formal serta pemaknaan (meaning).
Berdasarkan hasil penelitian Nasikhah (2020) yang menyatakan bahwa upaya guru Al-Qur’an hadits dalam meningkatkan ke-mampuan membaca Al-Qur’an siswa dil-akukan dengan cara mengadakan kegiatan ekstrakurikuler praktek qira’at yang dil-aksanakan selama dua hari, yaitu pada hari selasa dan kamis mulai pukul 14.00-15.00. Penggunaan metode pengajaran tajwid yang digunakan adalah gabungan antara metode qira’ati dan metode iqro. Penambahan Sarana yang dapat mendukung pembelajaran mem-baca Al-Qur’an seperti penambahan buku iqro dan Al-Qur’an, dan penambahan media sesuai
dengan keperluan yang dapat mendukung da-lam meningkatkan membaca Al-Qur’an.
Daradjat (2004) menyebutkan bahwa ke-mampuan membaca Al-Qur’an yaitu men-cakup kemampuan dalam pengucapan lafadz Al-Qur’an sesuai dengan peraturan yang sudah ditentukan. Kemampuan tersebut terlihat dari pengenalan huruf hijaiyah, cara membunyikan masing-masing huruf dan sifatnya, bentuk dan fungsi tanda baca, tanda berhenti baca, cara membacanya dengan berbagai macam irama dan qira’at yang ada dalam ilmu Qira’at dan Nadham.
Beberapa indikator dalam menulis Al-Qur’an yang harus dikuasai, yaitu Menulis hu-ruf tunggal, berharakat, bersambung yang terdiri dari beberapa huruf, kata dan beberapa kalimat, menyalin dengan melihat teks Al-Qur’an atau secara imla (dikte) (Wahdati, 2016).
Adapun Taringan (2008) menyatakan ter-dapat hubungan yang begitu kuat antara menulis dan membaca. Jika kegiatan menulis dilakukan, maka pada dasarnya agar dibaca orang lain, paling tidak dapat dibaca sendiri pada waktu lain. Dalman (2015) menjelaskan bahwa menulis adalah suatu kegiatan berko-munikasi dengan menyampaikan informasi secara tertulis melalui penggunaan bahasa tulisan sebagai alat atau medianya. Beberapa unsur yang melibatkan aktivitas menulis, yak-ni penulis sebagai penyampai pesan, isi tuli-san, media, dan pembacanya. Menulis adalah merangkai huruf menjadi kata atau kalimat agar dapat tersampaikan pada orang lain hingga dapat dipahami. Sehingga dapat terjadi komunikasi yang baik diantara penulis dan pembaca.
Faktor Pendukung dan Penghambatan Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Dan Menulis Al-Qur’an
Faktor pendukung pembelajaran baca tulis Al-Qur’an dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an di MTsN 9 Hulu Sungai Tengah meliputi dukungan dari kepala sekolah, kerjasama para guru, keterli-batan orangtua, minat belajar siswa. Se-dangkan faktor penghambatannya meliputi
kurangnya waktu, penyeimbangan antara pembelajaran membaca dan menulis Al-Qur’an, serta kedisiplinan siswa. Adapun so-lusi yang dapat dilakukan untuk menangani hambatan tersebut adalah dengan memper-tahankan keaktifan kegiatan ekstrakurikuler dan tugas tambahan bagi siswa saat di rumah.
Belajar membaca dan menulis Al-Qur’an pada hakekatnya juga sama dengan proses pada umumnya. Artinya harus ditunjang dengan berbagai faktor yang tidak boleh dilupakan atau dikesampingkan, jika ingin mencapai hasil sebagaimana yang diinginkan. Setidaknya keberhasilan belajar haruslah secara efektif yang ditunjang dengan tujuh faktor yaitu: kecerdasan, motivasi, konsentra-si, kesehatan, ambikonsentra-si, lingkungan, menghindari sifat negatif, dan efektivitas belajar itu sendiri (Sulisyowati, 2001).
Menurut Dahar (2006) langkah pertama dalam meningkatkan hasil belajar adalah aktif dalam memotivasi, memberi tahu tentang tujuan belajar, mengarahkan perhatian, me-rangsang ingatan berkaitan dengan pelajaran yang lalu, menyediakan bimbingan belajar, melancarkan retensi, bantuan dalam hal trans-fer belajar, memperhatikan penampilannya dan berikan ia umpan balik.
Ada berbagai macam faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dan digolongkan sebagai faktor internal dan eksternal. Adapun yang termasuk faktor internal atau dari dalam diri siswa sendiri yaitu faktor jasmani yang bersifat bawaan dari lahir ataupun yang didapatnya pada masa kehidupan seperti penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan lainnya (Ahmadi & Supriyono, 1991).
Sejalan dengan Rahman (2014) yang me-nyebut aspek fisik mempengaruhi belajar sep-erti kesehatan jasmani. Adapun faktor psikologi yang mempengaruhi belajar adalah intelegensi, perhatian, minat, motivasi, dan kematangan (Slameto, 2003). Aspek Psikologis tersebut bersifat rohaniah. Selanjutnya, faktor eksternal dapat dikategorikan pada faktor lingkungan sosial (guru dan staf, keluarga, te-man kelas dan masyarakat) dan non sosial (rumah gedung sekolah dan letaknya, alat belajar, cuaca dan waktu belajar).
Beddu (2018) berdasarkan hasil
penelitiannya yang menyebutkan faktor yang dapat mendukung penerapan dari strategi pembelajaran pada baca tulis Al-Qur’an yaitu kepala sekolah, seluruh guru, guru khusus baca tulis Al-Qur’an, orang tua yang ikut dili-batkan, serta canggihnya teknologi. Adapun faktor yang menghambatnya yaitu kekurangan buku bacaan, karakter yang berbeda, alokasi waktu dan kedisiplinan siswa yang kurang. Untuk solusinya dilakukan guru dengan penambahan sarana belajar, pengelompokan siswa, aktif dalam kegiatan ekstakurikuler, dan pemberian tugas tambahan.
Sedangkan hasil penelitian Alam (2010) menyebutkan faktor pendukung meliputi pen-guasaan materi oleh guru dan guru selalu kre-atif di dalam kelas, murid memiliki motivasi yang kuat untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan lancar, tersediannya media pembalajaran, lingkungan yang kondusif. Se-dangkan faktor penghambatnya adalah min-imnya tenaga pembimbing baca Al-Qur’an dibanding dengan jumlah murid yang ada, ku-rang berminatnya sebagian siswa dalam pros-es pembelajaran Al-Qur’an, waktu yang relatif pendek sehingga dibutuhkan metode praktis yang efektif dan efisien dalam pembelajaran baca Al-Qur’an dan kurangnya fasilitas buku iqro dan Al-Qur’an yang disediakan sekolah.
Adapun Cahyadi (2019) menyebutkan bahwa faktor pendukungnya adalah antara lain: terpenuhinnya jumlah guru yang berpen-galaman, kreatif dan aktif dalam mengajar, motivasi santri yang tinggi dalam belajar, pro-gram kegiatan yang menunjang dalam belajaran Al-Qur’an, tersediannya media pem-balajaran, lingkungan yang kondusif.
Se-dangkan faktor penghambatnya adalah
menurunnya kualiatas guru dari segi intel-ektualitas, pengalaman dan senioritas, ku-rangnya rasa tanggung jawab dan jiwa pen-didik dari guru, jumlah guru luar lebih banyak
dari pada guru di dalam pesantren,
menurunnya himmah/semangat santri untuk belajar, lemah dalam kurikulum dan metod-ologi pembelajaran, dan minimnya dana oprasional untuk pengembangan.
Selanjutnya, Nurmala (2019) menyebut-kan bahwa rendahnya kemampuan baca tulis
Al-Qur’an dikarenakan oleh kurangnya per-hatian orang tua, keterbatasan jam belajar di sekolah, dan rendahnya minat belajar siswa. Upaya yang di lakukan guru Al-Qur’an hadits untuk meningkatkan kemampuan siswa mem-baca Al-Qur’an yaitu dengan mengadakan belajar Al-Qur’an jam tambahan, mengajar dengan metode latihan dan hafalan, dan mem-berikan bimbingan.
Simpulan
Strategi pembelajaran baca tulis Al-Qur’an di MTsN 9 Hulu Sungai Tengah dilakukan diawali dengan pembuatan perencanaan
pembelajaran meliputi pemilihan dan
penetapan prosedur, metode, media dan teknik belajar mengajar. Prosedur mencakup
pemantapan pembelajaran tentang
pengenalan huruf hijaiyah meliputi cara membunyikan dan membacanya, ilmu tajwid meliputi mengenal bentuk dan fungsi tanda baca serta menulis kaligrafi Al-Qur’an dan imla. Pembelajaran dilakukan pada saat awal masuk kelas dengan menggunakan metode reading aloud yaitu membaca Al-Qur’an
dengan mengeraskan suara, saat
pembelajaran Al-Qur’an hadits dengan menggunakan metode tanya jawab dan
pemberian tugas, dan pada kegiatan
ekstrakurikuler melalui penggunaan metode iqro, untuk menunjang kegiatannya membaca dilakukan dengan buku iqro dan Al-Qur’an.
Untuk mengetahui kemampuannya dalam membacakan dan menuliskan Al-Qur’an, guru
melakukan tes agar dapat mengukur
pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian membaca dilakukan melalui tes membaca
Al-Qur’an dengan indikator yaitu benar
bacaannya, baik dan lancar dalam
melafalkannya, tepat dan sesuai makhrajal huruf dan ilmu tajwid. Kemampuan membaca Al-Qur’an siswa diukur dari kemampuan siswa membaca beberapa ayat pada surah yang sudah ditentukan guru. Adapun penilaian menulis dilakukan melalui ulangan tulisan kaligrafi dan imla (guru mengucapkan dan
siswa menulis). Kemampuannya dalam
menulis akan terlihat dari benar, baik dan tepat atau tidak dalam penulisan bentuk huruf, tanda baca, dan penyambungan katanya.
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan oleh guru maka dapat dikatakan sudah baik. Rata-rata siswa sudah mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai makhrajal huruf dan tajwidnya, serta lancar pada saat membacanya. Pada hasil tes menulis rata-rata siswa sudah bisa menulis kaligrafi sesuai kaidah penulisan yang benar dan pada tes imla siswa sudah dapat menuliskan apa yang diucapkan oleh guru sesuai dengan kaidah penulisan dalam bahasa arabnya.
Faktor pendukung pembelajaran baca tulis Al-Qur’an meliputi dukungan yang didapat dari kepala sekolah, kerjasama para guru, keterlibatan orangtua, minat belajar siswa. Sedangkan faktor penghambatannya meliputi kurangnya waktu, penyeimbangan antara pembelajaran membaca dan menulis Al-Qur’an, serta kedisiplinan siswa. Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk menangani
hambatan tersebut adalah dengan
mempertahankan keaktifan kegiatan
ekstrakurikuler dan tugas tambahan bagi siswa saat di rumah.
Referensi
Abdurrahman, Mulyono. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Adhim, Said Abdul. (2009). Nikmatnya Membaca Al Quran. Solo: SPI.
Ahmadi, Abu & Supriyono, Widodo. (1991). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmadi, Abu. (2002). Metode Khusus Pendidikan Agama. Bandung: Armico.
Alam, Rahmatika Rijal Ratu. (2010). Strategi Pembelajaran Al-Quran di SD Muhammadiyah 08 Dau Kab. Malang. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Aldeeb, Ibrahim. (2005). Be A Living Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Ali, Muhammad. (2004). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Al-Munawwar, Said Agil Husin. (2005). Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Ciputat Press.
Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Baharuddin, & Dalle, J. (2017). Interactive courseware for supporting learners competency in practical skills.
Turkish Online Journal of Educational Technology, 16(3),
Beddu, Ma’mum Ali. (2018). Strategi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Pada SMA Negeri 4 Soppeng. Makassar: UIN Alauddin Makassar.
Budiman, Ahmad Nasir. (1988). Ilmu Al-Qur’an: Pengenalan Dasar. Jakarta: Rajawali.
Cahyadi, Rahmat Alpan Wira. (2019). Strategi Pembelajaran Al-Qur’an Dalam Meningkatkan Kualitas Bacaan Al-Al-Qur’an Santri Di Pondok Pesantren Al-Azhar Kota Pagaralam. Bengkulu: Institut Agama Islam Negeri (Iain) Bengkulu. Chaer, Abdul. (2014). Perkenalan Awal Dengan Al-Qur’an.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dahar, Ratna Wilis. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Gelora Aksara Pratama. Dalle, J., & Ariffin, A. M. (2018). The impact of technologies in
teaching interaction design. Journal of Advanced Research
in Dynamical and Control Systems, 10(4 Special Issue),
1779–1783.
Dalman, H. (2015). Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Daradjat, Zakiah. (2004). Metodik Khusus Pengajara Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. (1998). Metode-Metode Membaca Al-Qur’an di Sekolah Umum. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dan Direktorat Madrasah Depag RI. (2007). SKL, SK, dan KD Mata Pelajaran PAI Madrasah Aliyah Umum. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam & Direktorat Madrasah Depag RI.
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hidayatullah, Anda. (2019). Strategi Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Santri di TPQ Al-Karim Kota Bengkulu. Bengkulu: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu.
Ibrahim & Darsono. (2009). Pemahaman Al-Qur’an Hadits. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Ismail SM. (2008). Strategi Pembelajaran Agama Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan). Semarang: Rasail Media Group. Kementerian Agama RI. (2014). Al-Qur’an dan Terjemahnya.
Bogor: PT. Pantja Cemerlang.
Majid, Abdul. (2005). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. andung: PT Remaja Rosdakarya.
Ma’mun, Muhammad Aman. (2018). Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an. Annaba : Jurnal Pendidikan Islam Volume 4 No. 1, h. 53-62.
Mulyadi. (2010). Evaluasi Pendidikan Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Malang: UIN-Maliki Perss.
Munawiroh, Maidir Harun. (2007). Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Siswa SMA. Jakarta: Puslitbag Lektur Keagamaan Badan Litbag & Diklat Departemen Agama RI.
Nasikhah, Umi. (2020). Upaya Guru Al-Qur’an Hadis Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Amantubillah Kabupaten Sambas. Andragogi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam. Volume 2 Nomor 1, h. 50-56.
Nurmala. (2019). Upaya Guru Al-Qur’an Hadits dalam Meningkatkan Rendahnya Kompetensi Siswa Baca Tulis Al-Qur’an di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota Jambi. Jambi: Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Rahayu, Puji. (2014). Strategi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an di Kelas Rendah MI Cokroaminoto 03 Bondolharjo Punggelan Banjarnegara Tahun Pelajaran 2013/2014. Purwokerto: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (Stain) Purwokerto.
Rahim, Farida. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rahman, Ulfiani. (2014). Memahami Psikologi dalam Pendidikan (Teori dan Aplikasi). Makassar: Alauddin University Press.
Ramli, M. (2015). Media Pembelajaran Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadis. Ittihad: Jurnal Kopertais Wilayah XI kalimantan, Vol. 13 No. 23, h. 133-134.
Riani, Septi. (2018). Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an di MTS Muhammadiyah 07 Purbalingga. Purwokerto: Institut Agama Islam Negeri Purwokerto. Ro’uf, Abdul Aziz Abdul. (2007). Pedoman Daurah Al-Qur’an.
Jakarta: Lembaga Pengembangan Potensi Keilmuan Islam Markaz Al-Qur’an.
Silberman, Melvin L. (2004). Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Raisul Muttaqien.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sukino. (2012). Menulis Itu Mudah. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang.
Sulisyowati, Sofchan. (2001). Cara Belajar Yang Efektif Dan Efisien. Pekalongan: Cinta Ilmu.
Suyono & Hariyanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Tarigan, Henry Guntur. (2008). Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Percetakan Angkasa. Taufiqurrahman, H.R. (2005). Metode Jibril Metode
PIQ-Singosari. Malang: IKAPIQ Malang.
Uno, Hamzah B. (2009). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, Hamzah B. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wahdati, Erwin Lailia. (2016). Pengaruh Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Terhadap Hasil Belajar Al-Qur’an Hadits Siswa MAN Se-Kabupaten Blitar. Tulunggalung: Pascasarjana IAIN.
Zaini, Hisyam, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.