• Tidak ada hasil yang ditemukan

Al-Ghazali.doc 27KB Jun 13 2011 06:28:18 AM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Al-Ghazali.doc 27KB Jun 13 2011 06:28:18 AM"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Al-Ghazali

Pencari Ketenangan Jiwa Sejati HERI ROMLI PASRAH

PADA masa pemerintahan Bani Saljuq, Universitas Baghdad dan Universitas Naishabur merupakan perguruan tinggi terkemuka. Dari kedua perguruan tinggi ini tercetak lulusan yang berintelektual tinggi. Tak heran, kedua universitas ini merupakan dambaan setiap orang untuk menimba ilmu di dalamnya.

Semasa Abu Ma’ali, Imam al-Haramain menjabat Rektor dan Guru Besar Universtias Naishabur (400 – 478 H), ratusan ribu mahasiswa giat menghadiri kuliah-kuliahnya. Para mahasiswa itu mencatat dan menghafal yang diajarkan Abu Ma’ali dan Imam al-Haramain. Di antara ratusan ribu mahasiswa tersebut muncul tiga mahasiswa yang betul-betul cemerlang dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Mereka adalah Muhammad al-Ghazali, Kiahsari, dan Ahmad bin Muhammad al-Khawwafi. Bahkan Imam al-Haramain pernah menjuluki

ketiganya dengan sebutan, ”Al-Ghazali adalah samudera yang bergelombang, Kiahsari singa pemburu, dan Al-Khawwafi api yang membakar.” Ucapan Imam al-Haramain tentang ketiga orang itu menjadi buah bibir di hampir setiap mahasiswa. Dari ketiga orang itu, al-Ghazali-lah yang lebih menonjol. Ialah yang menjadi bintang dan buah hati sivitas akademika Universitas Naishabur.

Sepeninggal Imam al-Haramain (wafat pada 478 H), tidak ada orang yang sejajar di negeri itu. Al-Ghazali memutuskan untuk pergi mengunjungi Wazir Saljuq yang arif, Khawajeh Nizamul Mulk, yang senantiasa dikelilingi oleh cendekiawan-cendekiawan dan orang yang berwibawa. Di sini al-Ghazali mendapatkan sambutan dan penghargaan yang serupa. Dalam acara-acara diskusi dan mubahatsah (dialog) ia senantiasa mengungguli lawan-lawannya.

Dengan mengandalkan kemampuan intelektual dan kepandaiannya dalam memecahkan berbagai masalah, akhirnya pada 484 H, dengan penuh

keagungan dan sambutan yang hangat, al-Ghazali diangkat menjadi Rektor Universitas Baghdad. Berarti al-Ghazali telah memegang suatu jabatan akademis dan ruhani yang paling tinggi di zamannya.

***

MESKI kini al-Ghazali sudah menduduki kedudukan yang terhormat, guncangan jiwa yang ia rasakan sebelumnya bertambah terasa menekan. Kedudukan dan seluruh keagungan yang didapatnya itu justru menyulut

tekanan perasaannya. Selama masa studi, al-Ghazali selalu mencari “sesuatu” untuk dirinya: keyakinan, ketenangan, dan thuma’ninah an-nafs. Popularitas dan kebesar yang diraihnya tidak dapat mengobati “luka” batinnya itu. Dalam posisi dunianya yang paling tinggi itu dirasa mengotori dirinya dalam mencapai hakikat kebenaran yang sejati sekaligus mengobati lukanya itu. Ia menyadari, dengan argumentasi dan diskusi-diskusi, dahaga ruhnya kian mencekik tidak akan terpuasi. Ia tahu, dengan belajar dan mengajar, riset dan diskusi, tidak akan memadai. Perlu sekali melakukan sair dan suluk (perjalanan mencari dan mengenal Rububiah Allah dan ubudiah hamba), berusaha membersihkan ruh dari sifat-sifat tercela dan menghiasi dengan sifat-sifat terpuji dan takwa kepada Allah SwT.

Al-Ghazali berkata kepada dirinya, bahwa arak, apabila namanya saja, tidak akan mengakibatkan mabuk; roti, apabila hanya namanya, tidak akan memberi rasa kenyang; dan obat, apabila hanya nama, tidak akan memberikan

(2)

tuma’ninah an-nafs (ketenangan jiwa). Menurutnya, untuk mencapai hakikat, harus suci dan ikhlas; dan ini tidak bisa dicapai dengan cinta dunia, ketenaran, dan pangkat.

Goncangan itu terus bergejolak dalam diri al-Ghazali.

Selama enam bulan penyakit itu dideritanya bagaikan tumor yang ganas, hingga sampai mengganggu tidur dan makannya. Mulut al-Ghazali tidak mau lagi berbicara dan berdiskusi. Akhirnya ia menderita sakit maag. Para dokter mengatakan, al-Ghazali mengalami gangguan jiwa.

Al-Ghazali memohon kepada Allah SwT membantunya melepaskan diri dari derita itu. Hingga sampai suatu saat ia merasa bahwa segala kebesaran dan keagungannya menjadi sangat tidak berarti apa-apa di hadapan Allah SwT.

Dengan alasan pergi ke Makkah, al-Ghazali meninggalkan kota Baghdad. Setibanya di suatu tempat, dan orang yang mengantarnya sudah kembali lagi, al-Ghazali mengubah haluannya ke arah Syam dan Baitul Maqdis. Ditanggalkan jubah kebesarannya agar tidak dikenal dan diganggu orang dalam menelusuri perjalanannya.

Lama sekali ia menyelami samudera Siar dan Suluk hingga tercapailah apa yang diidam-idamkannya, Al-yaqin dan tuma’ninah an-nafs, keyakinan dan ketenangan jiwa. Sepuluh tahun ia tenggelam dalam tafakur, kahlwat, dan riyadhah, dalam ibadahnya kepada Allah SwT.

SUMBER:

Referensi

Dokumen terkait

Manusia, kuda dan mamalia lain merupakan dead-end host virus West Nile, mereka tidak dapat mengembangkan viremia dalam konsentrasi yang cukup yang memungkinkan infeksi nyamuk..

Pada penelitian ini tidak ada hubungan langsung antara lemak dengan daya tahan jantung paru karena konsumsi lemak terlebih dahulu akan mempengaruhi kadar trigliserida darah,

Pelindung mata yang memenuhi standar yang diakui harus digunakan jika hasil evaluasi risiko menunjukkan bahwa hal ini perlu untuk menghindari keterbukaan terhadap cipratan

Alhamdulillahhirabbil’alamin, Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat

Berdasarkan hasil pengujian perangkat lunak dan perangkat keras yang telah dibuat sebagai sistem monitoring pengelolaan benih tanaman hutan berbasis IOT dan smart energy

Upaya-upaya yang dilakukan untuk dapat meningkatkan kinerja guru SD di Gugus III Pattimura Kecamatan Denpasar Selatan sebagai berikut (1) Melaksanakan supervisi

Hal ini meunjukkan bahwa tidak ada perbedaan median data pening- katan kemampuan pemecahan masa- lah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran discovery learning

menjadi Octavia dan Prasetya. Saya ingat Urnar Kayam yang tetap menulis Gunuwan Muhanuui dan bukan Goenawan Mo- hanuui. Lalu bagairnana sikap kita? Biasa-biasa saja, agaknya,