PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Menurut Walgito (2001) dorongan atau motif sosial pada manusia, mendorong manusia mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau interaksi sehingga memungkinkan terjadi interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain, Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi permasalahan yang timbul sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya.
Penyesuaian diri yang baik ialah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga remaja merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungan (Willis, 2005). Penyesuaian diri yang baik akan menjadi salah satu bekal penting karena akan membantu remaja pada saat terjun dalam masyarakat luas. Meskipun demikian, tampaknya penyesuaian diri yang baik bukanlah hal yang mudah (Hurlock, 1978)
Dalam masa remaja, seseorang mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Pada masa remaja akhir, keadaan pribadi, sosial dan moral berada dalam kondisi kritis atau critical period. Dalam periode akhir masa remaja ini individu memiliki kepribadian tersendiri yang akan menjadi pegangan dalam alam kedewasaan. Perkembangan pribadi, sosial, dan moral yang dimiliki remaja dalam masa remaja awal dan yang dimantapkannya pada masa remaja akhir, banyak mempengaruhinya bahkan mendasari dirinya memandang diri dan lingkungan dalam masa-masa selanjutnya. (E.L. Kelly,
Kasus yang mengungkap penyesuaian diri sosial, subyek pertama yaitu seorang mahasiswi tehnik industri berinisial S berusia 21 tahun yang berasal dari luar kota. S mengaku sulit menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan teman-teman kost karena S lebih senang menyendiri di kamar. S merasa tidak percaya diri dengan keadaan dirinya yang terlalu gemuk sehingga S menghindari aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan orang banyak. S merasa teman-teman tidak menyukai dirinya karena keadaan fisik tersebut. S lebih senang menghabiskan waktu dengan membaca buku dan
melihat televisi daripada bergabung dengan teman-teman lain.
Body image merupakan gambaran yang dimiliki dalam pikiran tentang ukuran, keadaan atau kondisi dan bentuk tubuh. Perubahan fisik yang dialami remaja bisa mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Sebagian remaja ingin menghindari situasi atau orang tertentu karena merasa begitu rendah diri atau malu. Semua perubahan ini ada saatnya remaja tidak merasa yakin terhadap diri sendiri (kurang percaya diri) merasa gemuk, besar, kurus yang membuatnya merasa malu seakan semua orang di dunia memperhatikan ketidaksempurnaanya. Setitik jerawat bisa tampak sebesar bola dan membuat remaja ingin menggali lubang dan bersembunyi didalamnya. Hal ini mungkin menyebabkan sulit bergaul dan menyesuaikan diri dengan orang lain.
Keadaan fisik merupakan hal yang penting dalam suksesnya pergaulan. Remaja mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap penampilan diri (Monks dkk, 1991) apabila ada bagian tubuh atau seluruh tubuh dinilai tidak baik (tidak sesuai dengan gambaran ideal) maka cenderung akan mempengaruhi proses sosialisasinya.
pertanyaan penelitian ini adalah “Adakah hubungan positif signifikan antara
body imagedan penyesuaian diri sosial pada remaja?”.
TINJAUAN PUSTAKA
Penyesuain Diri Sosial
Penyesuaian diri adalah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga individu tersebut
merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungan (Willis, 2005).
Menurut Hurlock (1973) penyesuaian diri yang baik akan menciptakan “ inner harmony” yaitu seseorang merasa damai dengan keadaan dirinya dan hubungan dengan orang lain, menerima diri apa adanya, tidak ada pertahanan diri untuk menutupi siapa dirinya dan bahagia dengan keadaan dirinya.
Mu’tadin (http ://www.e-psikologi.com, 04/09/02) menambahkan bahwa penyesuaian diri sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma – norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi suatu hambatan dan memuaskan kebutuhan – kebutuhan atau kemampuan menegakkan hubungan yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial (Chaplin, 2002).
Penyesuian Diri Sosial Pada Remaja
Barret-Lennard states (Hurlock, 1973) bahwa penyesuaian diri sosial yang baik pada remaja adalah ketika remaja tidak mngubah dirinya hanya untuk menyenangkan orang lain (Hurlock, 1973). Hurlock (1980) menambahkan ketidakmampuan dalam melakukan penyesuaian diri sosial pada remaja akan mengakibatkan individu tidak puas pada diri sendiri dan mempunyai sikap-sikap menolak diri. Remaja yang mengalami perasaan ini merasa dirinya memainkan peran orang yang dikucilkan. Akibatnya remaja
tidak mengalami saat-saat yang menggembirakan seperti yang dinikmati oleh teman-teman sebayanya.
Status remaja pada masa peralihan berada dalam posisi tanggung karena dalam masa transisi ini remaja tidak diakui sebagai anak–anak lagi tetapi juga belum dapat dikategorikan dewasa karena belum mampu melakukan tugas-tugas orang dewasa seutuhnya. Dalam masa tersebut banyak perubahan yang terjadi diantaranya adalah perubahan fisik, perubahan emosi dan perubahan sosial (Hurlock, 1980).
Aspek–aspek Penyesuaian Diri Sosial
Hurlock (1978) mengemukakan bahwa terdapat empat kriteria untuk menentukan penyesuaian diri sosial, keempat hal tersebut adalah penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi
a. Penampilan Nyata
Penampilan nyata ini dapat dilihat contohnya yang diungkapkan oleh Hurlock (1980), bahwa sebagian besar remaja
mengetahui bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar.
b. Penyesuaian Diri Terhadap Berbagai Kelompok
Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik teman sebaya maupun dengan orang dewasa dianggap mampu menyesuaikan diri dengan baik. Salah satu perilaku yang dapat mewakili yaitu tidak mudah merasa ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal. (Hurlock, 1980)
c. Sikap Sosial
Individu menunjukkan sikap yang baik dan menyenangkan terhadap orang lain, bersikap baik dalam menjalankan perannya serta ikut berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Sikap sosial ini dapat juga ditandai dengan adanya perilaku bertanggung jawab, tidak mudah menyerah dan tidak menunjukkan sikap yang agresif (Hurlock, 1980) d. Kepuasan Pribadi
Penyesuaian diri secara sosial dapat dikatakan baik jika individu merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran
dengan menunjukkan kemunduran perilaku ke tingkat sebelumnya, tidak menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi, proyeksi, dan berkhayal (Hurlock, 1980)
Ciri-ciri Kemampuan Penyesuaian Diri Sosial
Cole (Tejo, 1996) menyebutkan ciri-ciri kemampuan menyesuaikan diri sosial meliputi empat hal, yaitu :
a. Tanda–tanda kemasakan emosional
b. Tanda–tanda kecakapan sosial
c. Tidak memiliki kecenderungan melakukan perbuatan–perbuatan untuk menarik perhatian
d. Tanda–tanda kenormalan emosi
Faktor–faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Sosial
Schneider (1964) mengungkapkan faktor–faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri sosial antara lain :
a. Kondisi fisik. dipengaruhi hereditas, system saraf, system otot dan konstitusi fisik individu yang sehat lebih siap menghadapi permasalahan sehari –hari dibandingkan misalnya yang tidak percaya diri dengan keadaan fisiknya.
b. Perkembangan unsur–unsur kepribadian berupa kematangan intelektual, moral, sosial dan kematangan emosional. Penyesuaian diri sosial yang kuat membutuhkan kematangan individu hingga bisa memutuskan secara tepat apa yang harus dilakukan.
e. Kondisi psikologis, adalah komplek dari pengalaman, kepercayaan, larangan, situasi emosional, hubungan dengan orang lain prasangka dan hal – hal lain yang mempengaruhi reaksi individu keika melakukan pemenuhan kebutuhan dan memecahkan masalah.
Body Image
Body image berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologisnya. Pandangan yang realistik terhadap diri, menerima dan mengukur bagian tubuh akan memberi rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).
Thoreau (Tresnasari, 2001) mengemukakan bahwa body image
berkaitan dengan tingkah laku, pikiran, keyakinan dan kepercayaan individu tentang keadaan fisiknya. Body image ini juga diwarnai oleh sikap dan perasaan seseorang tentang raganya. Diawali secara perlahan-lahan dan berkembang tahap demi tahap.
Menurut Chaplin (2002) body image adalah ide seseorang mengenai betapa penampilan badannya dihadapan orang lain. Kadang kala dimasukkan pula konsep mengenai fungsi tubuhnya. Body image adalah bagaimana cara pandang seseorang terhadap tubuhnya sendiri. Orang yang memiliki body image positif mencerminkan tingginya penerimaan jati diri, rasa percaya diri dan kepeduliannya terhadap kondisi badannya.
Menurut Lightstone (http://www.Edrefferel.com) body image yang sehat yaitu ketika seseorang menilai dirinya secara positif, percaya diri dan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pengertian dari body image
yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya terutama ukuran tubuh, bentuk fisik dan penampilannya, penilaian ini merupakan penilaian subyektif dan hal ini berkaitan dengan kepribadian.
Aspek – aspek Body Image
Komponen body image menurut Keaton, Cash dan Brown (Tresnasari, 2001) mengatakan body image berkaitan dengan dua komponen yaitu :
a. Komponen persepsi, bagaimana individu menggambarkan kondisi fisiknya yaitu mengukur tingkat keakuratan persepsi seseorang dalam mengestimasi ukuran tubuh.
b. Komponen sikap, yaitu berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh.
Hubungan Body Image dan Penyesuaian Diri Sosial pada Remaja
Penyesuaian diri sosial menurut Eysenck dkk (1972) adalah sebagai suatu proses untuk mencapai suatu keseimbangan sosial dengan lingkungan dan sebagai proses belajar, yaitu belajar memahami, mengerti dan berusaha untuk melakukan apa yang harus dilakukan dan yang diinginkan oleh individu maupun lingkungan sosialnya.
Remaja mengalami penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya untuk mencapai suatu kesinambungan sosial dengan lingkungan. Salah satu aspek dalam penyesuaian diri sosial adalah kepuasan pribadi. Kepuasan tersebut merupakan bagian dari aspek body image yaitu komponen sikap. Setelah individu merasa puas terhadap dirinya sendiri maka secara otomatis individu akan memiliki kepercayaan diri untuk menampilkannya kepada
dalam situasi sosial. Kepuasan pribadi tersebut maka individu akan dapat melakukan penyesuaian diri sosial yang baik seperti yang diungkapkan dalam penelitian Putriana (2004) orang-orang yang menunjukkan body image tinggi maka akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi sedangkan orang-orang yang menunjukkan body image yang rendah maka akan memiliki kepercayaan diri yang rendah pula.
Menurut Mappiare (1982) bahwa pribadi yang sehat, citra diri yang positif dan rasa percaya diri yang mantap bagi remaja menimbulkan
pandangan atau persepsi yang positif terhadap masyarakat, sehingga remaja lebih berpartisipasi dalam kehidupan sosial.
Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Remaja akan berusaha diterima masyarakat kerena remaja adalah harapan masyarakat dan remaja akan menyesuaikan diri dengan kelompoknya. Hurlock (1973) menegaskan bahwa individu yang mempunyai penyesuaian diri sosial yang baik akan merasa puas dengan dirinya, meskipun pada suatu saat mengalami kegagalan akan tetap berusaha terus mencapai tujuannnya. Disamping itu individu yang mempunyai penyesuaian diri sosial yang baik mempunyai hubungan yang hamonis dengan orang disekitar mereka.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Penyesuaian Diri Sosial
Penyesuaian diri sosial akan diukur dengan skala penyesuaian diri sosial
berdasarkan teori Hurlock (1978) yang mengungkapkan empat kriteria penyesuaian
diri sosial yaitu penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok,
sikap sosial dan kepuasan pribadi. Penyesuaian diri sosial diketahui dengan skor
yang diperoleh subyek setelah mengisi skala penyesuaian diri sosial. Semakin
tinggi skor yang diperoleh semakin tinggi penyesuaian diri sosialnya sebaliknya
semakin rendah skor yang diperoleh semakin rendah penyesuaian diri sosialnya.
2. Body Image
Body image akan diukur dengan menggunakan skala body image
berdasarkan teori Keaton, Cash dan Brown (Tresnasari, 2001) yang diadaptasi dan
dimodifikasi dari penelitian Tresnasari (2001). Skala body image ini
mengungkapkan dua komponen body image yaitu komponen persepsi dan
komponen sikap, komponen sikap ini terdiri dari bagian-bagian tubuh dan
keseluruhan tubuh. Body image positif dan negatif diketahui dengan skor yang
diperoleh subyek setelah mengisi skala body image. Semakin tinggi skor yang
diperoleh semakin tinggi body imagenya sebaliknya semakin rendah skor yang
diperoleh semakin rendah body imagenya.
Subjek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan
perempuan yang berusia 17 sampai 22 tahun di Salatiga.
Metode Pengumpulan Data
yang sedang diteliti. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penyesuaian diri sosial dan skala body image.
1. Skala penyesuaian diri sosial
aspek–aspek penyesuaian diri sosial dari Hurlock (1978) yang mengungkapkan empat kriteria penyesuaian diri sosial yaitu penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial dan kepuasan pribadi. Masing-masing aspek berjumlah 10 item, yaitu 5 item favourable dan 5 item
unfavourable. Sehingga jumlah seluruh item sebanyak 40 item. Skala penyesuaian diri sosial ini menggunakan skala Likert dengan 4 pilihan jawaban untuk setiap pernyataan. Skor skala penyesuaian diri sosial ini bergerak dari 1 hingga 4 dengan rincian : 1 (sangat tidak sesuai), 2 (tidak sesuai), 3 (sesuai), dan 4 (sangat sesuai). Pengumpulan data penyesuaian diri sosial ini dilakukan dengan mengambil subyek remaja akhir berusia 16–19 tahun.
2. Body Image
Skala body image yang dibuat Tresnasari (2001) disusun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Keaton, Cash dan Brown (Tresnasari, 2001) mengenai komponen body image yaitu komponen sikap yang terdiri dari bagian-bagian tubuh dan keseluruhan tubuh dan penulis menambahkan satu komponen lagi yaitu komponen persepsi. Skala body image ini mengunakan skala likert. Skala ini terdiri dari 25 item favourable dan 25 item
unfavourable. Skala ini memiliki empat kemungkinan jawaban yaitu : sangat sesuai , sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai
Pilihan jawaban aitem terdiri dari rentang angka 4 sampai dengan 1. untuk penilaian item yang favourable dari 1 (sangat tidak sesuai), 2 (tidak sesuai), 3 (sesuai), dan 4 (sangat sesuai). Hasil analisis skala body image ini menunjukkan bahwa dari 50 item yang diujicobakan tenyata ada 48 item yang valid dan mewakili setiap komponen.kemudian peneliti menambahkan 22 item sehingga menjadi 70 item.
Uji Validitas
Validitas skala penyesuaian diri sosial dan body image diuji dengan tehnik validitas isi. Teknik validitas isi yaitu pengujian validitas skala dengan analisis rasional atau dengan persetujuan para ahli di bidang yang diukur (Azwar, 1997).
Pemilihan terhadap item–item yang hendak diukur dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara skor subjek pada aitem yang bersangkutan dengan total skor tes. Dasar kerja yang digunakan dalam seleksi ini adalah memilih item–item yang fungsi ukurannya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur skala keseluruhan (Azwar, 1997).
Uji Reliabilitas
Untuk mengukur realibilitas penyesuaian diri sosial dan body image
Metode Analisis Data
Sejalan dengan hipotesis dan tujuan penelitian ini yaitu mencari korelasi atau hubungan maka data yang diperoleh dilakukan uji syarat yaitu uji normalitas dan uji linieritas selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dan untuk perhitungan selanjutnya digunakan program komputer statistik atau program SPSS 12.0 for windows.
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
Orientasi Kancah
Pada penelitian ini pengambilan data penelitian dilakukan pada beberapa tempat yakni perempuan dan laki-laki yang terletak di lingkungan Universitas Kristen satya wacana Salatiga. Keadaan tersebut terdiri dari beberapa penghuni yang sebagian besar adalah mahasiswa/mahasiswi di Salatiga. Subjek penelitian adalah remaja perempuan dan laki-laki yang berusia 17 tahun sampai 22 tahun.
Persiapan Administrasi
Untuk dapat melakukan pengambilan data, peneliti menggunakan surat izin yang dikeluarkan oleh pihak RT.
Hasil analisis item pada skala penyesuaian diri sosial terdiri dari 40 item yang diujicobakan, 23 item sahih dan 17 item gugur. Azwar (1997) menyatakan ada dua alternatif untuk menentukan kriteria pemilihan aitem
korelasi item total, peneliti menggunakan batasan 0,30. Kriteria ini diambil karena semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya sudah dianggap memuaskan. Item yang sahih adalah item nomor 3, 4, 5, 6, 8, 12, 13, 14, 15, 18, 20, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 33, 34, 37, 38. Item-item yang sahih tersebut memiliki indeks korelasi aitem total yang bergerak antara r i t= 0,306 hingga r it= 0,645. Besarnya koefisien
reliabilitas dari skala penyesuaian diri sosial adalah r tt = 0,881.
Skala body image terdiri dari 70 item yang diujicobakan, 56 item yang sahih dan 14 item gugur. Item-item yang sahih adalah nomor 1,2,3,6,8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 62, 63,64, 65, 66, 67, 69, 70 . Item-item yang sahih tersebut memiliki indeks korelasi item total yang bergerak antara r it = 0,310hingga r it = 0.827.
Besarnya koefisien reliabilitas dari skala body image adalah r tt = 0,960.
Laporan Pelaksanaan Penelitian
Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah remaja berjenis kelamin perempuan dan laki-laki yang berusia 17 sampai 22 tahun. Subjek tersebut diambil secara purposive sampling yang berarti pengambilan sampel dengan memperhatikan karakteristik tertentu.
Jumlah anggota sample 100 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32 orang dan sisanya 68 orang adalah perempuan. Usia responden terendah 18 tahun dan tertinggi 22 tahun.
Deskripsi Data Penelitian
Mean empirik pada variabel penyesuaian diri sosial sebesar 69,93 dan mean hipotetik sebesar 57,5. Mean empirik variabel penyesuaian diri sosial lebih besar daripada mean hipotetiknya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini mempunyai penyesuaian diri sosial yang tinggi.
Begitu juga mean empirik untuk variabel body image lebih besar daripada mean hipotetiknya yaitu sebesar 162,85 dan mean hipotetik sebesar 140. Hal ini berarti subjek memiliki body image yang tinggi.
Skala Penyesuaian Diri Sosial
Skala ini terdiri dari 23 item, setiap item diberi skor minimal 1 dan skor maksimal 4. Rentang minimal-maksimalnya adalah 23 (23x1) sampai dengan 92 (23x4), sehingga luas jarak sebarannya adalah 92-23=69. Dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya (σ) bernilai sebesar 11,5, serta rata-rata hipotetik (µ) sebesar 57,5. berdasarkan pada pembagian kategori menjadi 5 bagian.
Subjek yang termasuk kategori sangat tinggi sebanyak 13 subjek (13
maupun sangat rendah (0%). Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa subjek mempunyai penyesuaian diri sosial yang berada pada kategori tinggi 67%.
Skala Body Image
Skala ini terdiri dari 56 item, setiap item diberi skor minimal 1 dan skor maksimal 4. Rentang minimal-maksimalnya adalah 56 (56x1) sampai dengan 224 (56x4), sehingga luas jarak sebarannya adalah 224-56=168.
Dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya (σ) bernilai sebesar 28, serta rata-rata hipotetik (µ) sebesar 140. Berdasarkan pada pembagian kategori menjadi 5 bagian.
Subjek yang termasuk kategori sangat tinggi sebanyak 5 subjek (5 %), kategori tinggi sebanyak 63 subjek (63%), kategori sedang sebanyak 31 subjek (31 %), kategori rendah sebanyak 1 subjek (1%) dan sangat rendah 0 subyek (0%). Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa subjek mempunyai body image yang berada pada kategori tinggi 63%.
Uji Asumsi
Uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas sebagai syarat untuk pengetesan nilai korelasi agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya.
Uji Normalitas
normal dengan koefisien K-S-Z pada variabel penyesuaian diri sosial sebesar 0,662 dengan p = 0,773 (p>0,05) dan koefisien K-S-Z pada variabel body image 0,944 dengan p = 0,335 (p>0,05)
Uji Linieritas
Hasil uji linearitas hubungan variabel penyesuaian diri sosial dengan body image diperoleh hasil F = 30,538 dengan p= 0,000 (p< 0,05) dan deviation from linearity F = 0,912 dengan p = 0,625. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel penyesuaian diri sosial dengan body image
bersifat linier atau mengikuti garis lurus.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows 12. Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel penyesuaian diri sosial dengan body image r = 0,496 dengan p = 0,000 (p<0,01), berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara variabel Body Image dan variabel penyesuaian diri sosial, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima.
Pembahasan
diri sosialnya. Jadi hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.
Berdasarkan penelitian ini kategorisasi body image dapat diketahui bahwa subjek yang berada dalam kategori sangat tinggi sebanyak 5 subjek (5 %), kategori tinggi sebanyak 63 subjek (63%), kategori sedang sebanyak 31 subjek (31 %), kategori rendah sebanyak 1 subjek (1%). Berdasarkan kategorisasi tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar subjek mempunyai body image yang berada pada kategori tinggi yaitu 63%.
Sementara itu kategorisasi untuk penyesuaian diri sosial dapat diketahui bahwa subjek yang termasuk kategori sangat tinggi sebanyak 13 subjek (13 %), kategori tinggi sebanyak 61 subjek (61%), kategori sedang sebanyak 20 subjek (20 %). Berdasarkan kategorisasi tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar subjek mempunyai penyesuaian diri sosial yang berada pada kategori tinggi 67%, karena jumlah subjek yang berada pada rentang skor 64,4-78,2 paling banyak, jika dibandingkan dengan jumlah subjek pada rentang skor lain.
Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa body image mempunyai peranan dalam penyesuaian diri sosial pada remaja. Penyesuaian diri sosial yang baik akan menjadi salah satu bekal penting karena akan membantu remaja pada saat terjun dalam masyarakat luas. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa remaja yang menilai dirinya baik maka akan dapat menyesuaikan diri dengan baik tanpa mengalami hambatan. Hal ini didukung oleh pendapat Partosuwido (1993) bahwa remaja yang memiliki konsep diri yang tinggi maka penyesuaian dirinya akan tinggi pula begitu juga sebaliknya, remaja yang memiliki konsep diri rendah maka penyesuaian dirinya juga akan rendah. Konsep diri adalah semua ide,
berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, dalam Kelliat 1992). Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan. Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri itu sendiri terdiri dari beberapa bagian salah satunya yaitu body image (Kelliat, 1992). Hal ini juga diungkapkan Fuhrmann (1990) yang menyatakan salah satu komponen pentingnya dalam konsep diri yaitu body image mempunyai pengaruh terhadap penyesuaian diri sosial pada remaja.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif signifikan antara body image dan penyesuaian diri sosial pada remaja. Hubungan antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa semakin baik body image seseorang maka akan semakin baik pula penyesuaian diri sosialnya dan sebaliknya semakin buruk body image seseorang maka akan semakin buruk pula penyesuaian diri sosialnya.
Saran
dan untuk penyesuaian diri sosial yaitu subjek termasuk dalam kategori tinggi 67%.Subjek yang memiliki body image dan penyesuaian diri sosial yang tinggi hendaknya tetap mempertahankan body image positifnya dan kemampuan penyesuaian diri sosialnya.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Edisi ke 3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burns, R.B. 1979. The Self Concept. London: Longman group limited. Centi, P.J. 1993. Mengapa Rendah Diri?. (Terjemahan oleh Hardjona,
A.M)Yogyakarta: Percetakan Kanisus.
Chaplin, J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: P.T. Grafindo Persada
Eysenck, H.J.dkk. 1972. Encyclopedia of psychology 2. New York: Harder & Harder
Fitriyati.1996. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Hambatan Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa. Intisari Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Harrocks, E.J. 1951. Psychology Of Adolescene Behavior And Development. Boston: Houghton Mifflin Company.
Hurlock, E. 1973. Adolescent Development . New York: Mc Grow Hill Book Company.
__________1978. Perkembangan Anak. Jilid 1. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.
__________1987. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang RentangKehidupan ( terjemahan ). Jakarta: Erlangga
.
Keliat, B.A. 1994. Gangguan Konsep Diri. Penerbit buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Lightstone, Judy. 2002. Body Image. www.Edrefferel.com
Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
McCabe, Marita P. & Ricciardelli,lina A, 2003. Body image and Strategies to Lose weight and Increase muscle among Boys and Girls. Journal of health psychology. 22, 39-46.
Muntaha, M. 2003. Tingkat Depresi Narapidana Ditinjau dari Harga Diri dan Dukungan Sosial. Skripsi (tidak di terbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Monks, dkk. 1984. Psikologi Perkembangan (Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Putriana, Y.A. 2004. Hubungan Citra Diri Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja Putri SMU 3 Jambi. Naskah Publikasi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Partosuwido, Sr. 1993. Penyesuaian Diri Mahasiswa Dalam Kaitannya Dengan Persepsi Diri, Pusat Kendali dan Status Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi. No.1, Hal. 32-34.
Rini, J. 2004. Mencemaskan Penampilan. http ://www.e-psikologi.com,
11/06/04
Risveni, N. 2006. Perbedaan Penyesuaian Sosial Pada Mahasiswa Baru Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Naskah Publikasi (tidak di terbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Schneiders. 1964. Personal Adjustment And Mental Hygiene. New York: Holt Rinehart dan Winston.
Suryanto, W.Dr.. 2003. Memupuk Rasa Pede Sejak Kecil. http ://www.IntisariOnThe Net.com, 21/03/03.
Suryaningrum, M. 2004. Hubungan antara Penyesuaian diri dengan Kesepian pada Mahasiswa Baru. Intisari Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Tresnasari, T. 2001. Hubungan Citra Raga dan Minat Membeli Kosmetik Pemutih Pada Remaja Putri. Skripsi (tidak di terbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Thornberg, D. Hersel. 1982. Development In Adolescene. California: Brooks/cole Publishing Company.
Tejo, Rosalia. 1996. Persepsi Kegemukan Diri dengan Penyesuaian Sosial Remaja.Sripsi ( tidak diterbitkan ). Fakultas Psikologi UGM.
Terry, J. Deborah & Carey, J.Craig dkk. 2001. Employee Adjustment to An Organizational Merger: An Intergroup Perspective. Journal of personality and social psychology, 27, 267-280
Umami, Ida dan Panuju, Panut. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT. Tiara
Tyas, R.A.2005. Sekolahku Sekolah Baru. http://www.PikiranRakyatCyberMedia.com 20/09/05.
Walgito. 2001. Psikologi Sosial : Suatu Pengantar (Edisi 2, Cetakan ke-3) Jogjakarta : Andi.