• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802011712 Full Text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802011712 Full Text"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Masa remaja atau yang disebut adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini mempunya arti yang lebih luas, mencangkup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1980), masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Sedangkan menurut Hurlock (1980), mengatakan masuknya remaja ke masa transisi menyebabkan mereka harus beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan dan keadaan baru.

(2)

berbeda pula. Mereka juga harus dapat mengatur pengeluarannya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Dari hal itulah mahasiswa baru dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan yang baru tersebut.

Sejak Universitas Kristen Satya Wacana berdiri, telah menyandang predikat Indonesia mini. Dimana terdapat berbagai mahasiwa yang berasal dari berbagai macam etnis (Gultom, dalam UKSW 1956-2006) banyak mahasiswa yang menjalin hubungan persahabatan antar jenis dengan antar etnis. Baik etnis Manado dengan etnis Ambon, etnis Tionghoa dengan etnis Jawa, etnis Papua dengan etnis Batak, dll. Hal ini menggambarkan bahwa keberadaan Universitas Kristen Satya Wacana telah mempertemukan berbagai suku bangsa dalam satu hubungan personal yang lebih erat. Semenjak pertama kali masuk kedalam lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana, mahasiswa baru yang berasal dari luar pulau Jawa seringkali merasa aneh dengan logat mahasiswa yang berasal dari Jawa. Begitu pula sebaliknya, mahasiswa yang berasal dari Pulau Jawa terkadang merasa aneh dengan logat mahasiswa yang berasal dari luar Pulau Jawa.

(3)

satunya dalah penyesuaian diri dengan lingkungan masyarakat, dimana remaja memiliki kebutuhan akan penyesuaian diri agar dapat diterima sekaligus menjalani kehidupannya dengan baik di dalam lingkungan masyarakat khususnya lingkungan perkuliahan ( Panut dan Ida, 1999).

Hurlock (1993) berpendapat bahwa salah satu tugas perkembangan pada masa remaja yang tersulit adalah berhubungan dengan penyesuain sosial. Dalam masa perkembangan ini sering muncul berbagai masalah kehidupan yang menuntut adanya penyesuaian baru yang terkadang sulit dihadapi oleh remaja tersebut. Remaja yang dapat menyesuaikan diri dengan baik biasanya akan mampu melewati masa remaja dengan lancar dan diharapkan adanya perkembangan kearah kedewasaan yang optimal serta dapat diterima oleh lingkungannya (Prihartanti dalam Listyawati, 2002).

Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial. Sejak dilahirkan, manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Dalam bergaul, seseorang harus melakukan kontak sosial dengan orang lain. Ia mulai mengerti bahwa dalam kelompok sepermainannya terdapat peraturan-peraturan tertentu, norma-norma soisal yang seharusnya ia patuhi dengan rela guna dapat melanjutkan hubungannya dengan kelompok tersebut secara lancar. Ia juga turut membentuk norma-norma pergaulan tertentu yang sesuai dengan interaksi kelompok.

(4)

diharapkan akan mendapatkan suatu perkembangan yang baik dalam pola berpikirnya menuju kedewasaan. Proses belajar menuju penyesuaian sosial dalam lingkungan dan proses dalam menemukan identitas diri, tidak bisa secara individu, sebab manusia adalah makhluk sosial yang hidup berkelompok. Apabila remaja mampu menyesuaikan diri dengan baik, maka remaja akan cenderung mudah bergaul lebih hangat, terbuka dan menghadapi orang lain dalam situasi apapun (Mappiare,1992).

Hurlock (1997) menyatakan bahwa penyesuaian sosial dimaksudkan sebagai keberhasilan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan orang lain pada umumnya dan dengan kelompok dimana individu mengidentifikasikan diri pada khususnya. Dengan demikian seseorang yang berhasil dalam menyesuaikan diri di lingkungan adalah orang yang bisa menempatkan diri dan bisa membawa dirinya untuk melakukan proses interaksi sosial. Penyesuaian sosial adalah sejauh mana individu berinteraksi secara sehat dan efektif terhadap hubungan, situasi dan kenyataan sosial yang membutuhkan kehidupan sosial (Schneider, dalam Surjawati, 1999).

(5)

pribadi dengan orang lain dan lebih berhasil dalam hubungan interpersonal.

Dalam penelitian-penelitian yang di lakukan para ahli dalam buku Effective Study (Francis P.Robinson, 1941) disimpulkan bahwa setiap orang harus dapat menyesuaiakan diri dengan berbagai jenis kelompok, masalah penyesuaian diri yang paling banyak dirasakan oleh mahasiswa ketika pertama kali memasuki perkuliahan adalah membuat dirinya diterima oleh sesama teman kuliahnya. Kesulitan yang dialami mahasiswa baru tersebut diantaranya adalah menjadi anggota dari kelompok tertentu, memiliki beberapa teman terdekat, dan membuatnya disukai oleh teman lawan jenisnya. Pada tahap ini beberapa mahasiswa juga tengah menjalani tahap terakhir emansipasi atau proses menjadi mandiri dari ketergantungannya terhadap keluarga. Jika mahasiswa merasa aman dengan hubungan sosial yang dijalaninya, maka dia dapat bebas menggunakan sebagian besar usahanya untuk belajar. Jika tidak, akan muncul kemungkinan terganggunya kosentrasi belajar mahasiswa tersebut.

(6)

dapat dilakukan guna membentuk dan meningkatkan rasa percaya diri, dengan demikian kepercayaan diri terbentuk dan berkembang melalui proses belajar dalam interaksi seseorang dengan lingkungannya.

Dalam hal ini terlihat bahwa rasa percaya diri pada individu membuat seseorang memiliki keyakinan untuk tetap mampu menghadapi setiap permasalahan dalam diri dan kehidupannya. Tanpa adanya kepercayaan diri kemungkinan timbul berbagai hambatan dalam hidup menjadi sesuatu yang tidak dapat di pungkiri lagi karena dari tingkat kepercayaan diri yang dimiliki seseorang dapat diprediksikan tentang kesuksesan dan keberhasilan hidup seseorang (Rohmiati & Idrus, 2008). Individu yang percaya diri biasanya selalu bersikap optimis dan yakin akan kemampuannya dalam melakukan sesuatu. Namun sebaliknya, seseorang yang rasa percaya dirinya rendah akan mengalami hambatan-hambatan dalam hidupnya, baik dalam berinteraksi dengan individu lain maupun dalam pekerjaan. Hal serupa juga dikemukakan oleh Lie (2003) bahwa seseorang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri.

(7)

mempunyai nilai yang positif yang dapat dikembangkan. Dengan demikian individu akan lebih mudah membina hubungan dengan orang lain serta selalu percaya bahwa orang lain pun akan dapat di ajak untuk mengembangkan dirinya (dalam Adi,2002). Hal ini didukung oleh Goodstadt dan Kipnir dalam Bunker, dkk (1978) yang mengungkapkan bahwa meskipun kepercayaan diri diindentikan dengan kemandirian, orang yang percaya diri akan lebih mudah terlibat secara pribadi dengan orang lain dan berhasil dalam hubungan interpersonal.

Penelitian Harter (1989), penampilan fisik secara konsisten berkorealasi paling kuat dengan rasa percaya diri secara umum, yang kemudian diikuti oleh penerimaan teman sosial atau sebaya. Pemahaman tentang hakikat kepercayaan diria akan lebih jelas jika seseorang melihat secara langsung berbagai peristiwa yang dialami oleh orang lain atau diri sendiri.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis :

(8)

2. Manfaat praktis :

Manfaat praktis penelitian ini adalah dapat memberikan dan menambah pengetahuan masyarakat luas mengenai hubungan kepercayaan diri terhadap penyesuaian sosial pada mahasiswa.

TINJAUAN PUSTAKA

Kepercayaan Diri

Lauster (2008) mendefinisikan kepercayaan diri sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga seorang tidak terpengaruh oleh orang lain. Menurutnya, kepercayaan diri adalah bagian dari sifat kepribadian seseorang yang sangat penting, karena hal ini berpusat dari pengalaman serta kejadian masa lalu yang telah dialami oleh individu itu sendiri sehingga baik atau buruknya rasa percaya diri pada seseorang didasari oleh pengalaman yang sudah ia dapatkan

Selanjutnya, Davies (dalam Rohmiati & Idrus, 2008) mengungkapkan bahwa rasa percaya diri merupakan keyakinan pada kemampuan yang dimiliki, keyakinan pada suatu maksud atau tujuan dalam kehidupan dan percaya bahwa dengan akal budi bisa melaksanakan apa yang diinginkan, direncanakan dan diharapkan.

(9)

pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangannya dengan baik atau setidaknya memiliki kemampuan untuk belajar cara-cara menyelesaikan tugas tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga seseorang tidak terpengaruh oleh orang lain dan menjadi bagian dari kepribadian seseorang yang sangat penting karena hal ini berpusat dari pengalaman serta kejadian masa lalu yang telah dialami oleh individu itu sendiri. Sehingga baik atau buruknya rasa percaya diri pada seseorang didasari oleh pengalaman yang sudah ia dapatkan (Lauster, 2008).

Aspek Kepercayaan Diri :

Dalam kepercayaan diri terdapat lima konsep dapat digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kepercayaan diri individu. Kelima konsep tersebut adalah:

(10)

b. Ketidaktergantungan yaitu terbebasnya seseorang dari pandangan dan pendapat orang lain yang mungkin dapat menjatuhkannya. Ketidaktergantungan pada individu dapat dilihat dari sikap yang santai dalam menghadapi persoalan hidup, tidak menjadikan kekurangan fisik sebagai sarana untuk mendapatkan belas kasih dari orang lain, berani mengambil pendapat yang berbeda dari orang lain, berani bertindak sesuai dengan keinginan diri sendiri bukan keinginan orang lain.

c. Egoisitas yaitui sesuatu yang mengukur tinggi rendahnya tingkat dari suatu sikap untuk tidak mementingkan kebutuhan pribadi akan tetapi selalu peduli pada orang lain. Contoh dari individu yang tidak mementingkan diri sendiri misalnya tidak memiliki rasa iri dan cemburu pada keberhasilan orang lain, memiliki kepekaan yang kuat pada sesama (tidak hanya peka terhadap apa yang terjadi diri sendiri melainkan juga pada orang lain), tidak hanya melihat keuntungan diri pribadi melainkan melihat keuntungan bersama, dan memiliki kerendahan hati yang tidak direkayasa.

(11)

(mudah bersosialisasi dengan siapa saja), tidak membuat patokan sendiri sebagai alat untuk menjatuhkan orang lain,dan dalam perbedaan pendapat seseorang yang memiliki sikap toleran cenderung menunjukkan emosi stabil dan tidak mudah meledak.

e. Ambisiusitas yaitu sesuatu dorongan atau yang diukur untuk melihat pencapaian hasil yang maksimal dari individu seta diperlihatkan dan dihargai oleh orang lain. Orang yang percaya diri cenderung memiliki sikap ambisi yang tinggi. Mereka selalu berpikiran positif dan berkeyakinan bahwa mereka mampu melakukan sesuatu dengan baik untuk tercapainya hasil yang baik pula, mereka juga memiliki tujuan yang tepat dalam menentukan kesuksesan yang ingin dicapai serta memiliki usaha yang besar dalam mencapai keberhasilan.

Penyesuaian Sosial

(12)

Sedangkan Schneiders (1964) menjelaskan bahwa penyesuaian sosial didefinisikan sebagai cara yang dilakukan individu dalam usaha menyelaraskan kebutuhan internal dengan kebutuhan eksternal yang tercermin dalam kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain, berpartisipasi dalam pergaulan, menunjukkan minat serta menunjukkan kepuasan dalam beraktifitas. Eysenk dkk (dalam Ari, 2007) menyatakan bahwa penyesuaian sosial adalah kemampuan individu untuk hidup dan bergaul secara wajar dengan lingkungannya, sehingga individu tersebut akan merasa puas dengan dirinya sendiri maupun lingkungannya.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian sosial adalah kemampuan individu yang bersifat dinamis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya yang sesuai dengan norma yang ada secara sehat dan efisien tanpa menimbulkan konflik bagi diri sendiri maupun lingkungan.

Aspek Penyesuaian Sosial

Hurlcok (1978) mengemukakan aspek-aspek penyesuain sosial sebagai berikut :

1. Penampilan nyata

(13)

2. Penyesuaian diri terhadap kelompok

Bahwa remaja mampu menyesuaikan diri secara baik dengan setiap kelompok yang dimasukinya, baik teman sebaya maupun orang dewasa.

3. Sikap sosial

Remaja mampu menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, ikut berpartisipasi dan menjalankan perannya dengan baik dalam kegiatan sosial.

4. Kepuasan pribadi

Ditandai adanya rasa puas dan perasaan bahagia karena dapat ikut ambil dalam aktifitas kelompoknya dan mampu menemukan diri sendiri apa adanya dalam situasi sosial.

Mahasiswa Baru

Mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,(2005) adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Pada umumnya, seorang mahasiswa strata satu (S1) berada pada masa remaja akhir.

(14)

Knoers, 1982), mengatakan bahwa masa remaja akhir berumur 18 tahun – 21 tahun.

Menurut Havigurst (dalam Hurlock, 1986), seorang remaja menghadapi tugas-tugas perkembangan (development task) sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik dan peran sosial yang sedang terjadi pada dirinya. Tugas-tugas perkembangan itu antara lain adalah menerima kondisi fisiknya yang berubah dan memanfaatkan dengan teman sebata dari jenis kelamin manapun. Menerima peranan seksual masing-masing dan mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga, Jensen (dalam Sarwono, 2003). Hal ini didukung oleh Hurlock 1980, yaitu pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis, bersifat romantis dan disertai dengan keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dari lingkungan.

Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Sosial

Pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Satya Wacana

(15)

satu yang mempengaruhi kemampuan untuk penyesuaian sosial yaitu kepercayaan diri (Hambly, 1995).

Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang diharapkan (Bandura, 1977). Sementara itu Taylor (dalam Sudardjo dan Purnamaningsih, 2003) mengatakan bahwa orang yang percaya diri memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri. Meskipun kepercayaan diri diidentikan dengan kemandirian, orang yang kepercayaan dirinya tinggi umumnya lebih mudah terlibat secara pribadi dengan orang lain dalam hubungan interpersonal (Bunker dalam Sudardjo dan Purnamaningsih,(2003). Lauster (1978) mengatakan bahwa rasa percaya diri bukan merupakan sifat yang diturunkan atau bawaan melainkan diperoleh dari pengalaman hidup, serta dapat diajarkan dan ditanamkan melalui pendidikan, sehingga upaya-upaya tertentu dapat dilakukan guna membentuk dan meningkatkan rasa percaya diri. Dengan demikian untuk menghadapi lingkungan baru ini remaja membutuhkan kepercayaan dan keyakinan tentang kemampuan diri sendiri untuk dapat menyesuaikan diri di lingkungan perguruan tinggi.

(16)

Schneirders (dalam Hurlock, 1990) penyesuaian sosial merupakan proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri yang dapat diterima oleh lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyesuaian sosial merupakan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan kelompok sesuai dengan keinginan dari dalam dan tuntutan lingkungan.

Mahasiswa yang percaya diri biasanya tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi lingkungan baru, sedangkan remaja yang kurang percaya diri akan merasa sulit dalam menghadapi lingkungan yang baru tersebut.

Hipotesa

H0 = Tidak adanya hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru fakultas psikologi angkatan 2011 UKSW.

(17)

METODE PENELITIAN

Definisi Operasional

1. Kepercayaan Diri (variabel bebas)

Kepercayaan diri adalah suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga seseorang tidak terpengaruh oleh orang lain. Kepercayaan diri dari seseorang diungkap menggunakan skala kepercayaan diri berdasarkan lima konsep : keberhati-hatian, ketidaktergantungan, egoisitas, toleransi, dan ambisiusitas (Lauster, 2008). Semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala kepercayaan diri, maka semakin tinggi tingkat kepercayaan diri pada individu, sebaliknya semakin rendah skor kepercayaan diri yang diperoleh maka semakin rendah kepercayaan diri pada individu.

2. Penyesuaian Sosial (variabel terikat)

(18)

Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah 100 mahasiswa baru Fakultas Psikologi angkatan 2011 Universitas Kristen Satya Wacana.

Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampling

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009). Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang berjumlah 100 orang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Accidental Sampling. Accidental Sampling menurut (Sugiyono 2009), adalah teknik penetuan sampel berdasarkan faktor spontanitas atau kebetulan, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel dan juga yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai data, dimana sampel yang dipakai adalah mahasiwa baru Fakultas Psikologi angkatan 2011.

Teknik Analisis Data

(19)

analisis product moment dari Karl Person dengan bantuan program SPSS versi 16.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Orientasi Kancah dan Pembahasan

Adapun alasan dipilihnya Fakultas Psikologi UKSW sebagai tempat penelitian adalah adanya sejumlah subjek yang dapat digunakan sebagai sampel penelitian, dimana pada fakultas Psikologi UKSW ini terdapat banyak mahasiswa baru. Pada saat dikampus mereka menunjukkan perilaku yang berbeda, ada yang sangat percaya diri sehingga mudah dalam mencari teman dan menyesuaikan diri dengan situasi yang ada dan juga ada yang pendiam dalam pergaulan mereka.

Tahap Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan try out terpakai, yaitu subyek yang digunakan untuk try out sekaligus digunakan untuk penelitian. Penelitian dilakukan pada tanggal 10 Maret 2012 sampai 12 Maret 2012 dengan cara menyebarkan angket kepada 100 mahasiswa baru Fakultas Psikologi, sedangkan angket yang kembali sejumlah 82 angket dan 18 angket tidak kembali.

Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Kepercayaan Diri

(20)

dilakukan dari 37 item terdapat 5 item yang tidak valid yaitu item nomor 2 (r = 0,260), 5 (r = 0,258), 7 (r = 0,096), 9 (r = 0,087), dan 10 (r = 0,267). Selanjutnya item-item yang tidak valid dikeluarkan dari analisis, dan dilakukan uji validitas kembali. Pada pengujian kedua sebanyak 32 butir item seluruhnya memiliki nilai rxy diatas 0,3. Nilai rxy paling rendah pada item nomor 23 sebesar 0.320 dan nilai rxy paling tinggi pada item nomor 6 sebesar 0,823.

Setelah diuji validitasnya kemudian item-item dari Angket Kepercayaan Diri diuji reliabilitas (keandalannya). Perhitungan reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach. Dari perhitungan diperoleh hasil reliabilitas Kepercayaan Diri sebesar 0,744. Menurut Azwar (2010), nilai koefisien alpha lebih besar dari 0,7-0,8 tergolong cukup reliabel. Dengan demikian Kepercayaan Diri dinyatakan valid dan cukup reliabel.

2. Penyesuaian Sosial

(21)

nomor 33 sebesar 0,324 dan nilai rxy paling tinggi pada item nomor 4 sebesar 0,839.

Uji Normalitas dan Linieritas

Dari hasil perhitungan diperoleh hasil skor Penyesuaian Sosial berdistribusi normal, yang dapat dilihat dari besarnya koefisien kolmogorove sebesar 1.327 dengan sig. 0,059 (p > 0,05), demikian juga data Kepercayaan Diri juga berdistribusi normal, yang dapat dilihat dari besarnya koefisien kolmogorove sebesar 1.138 dengan sig.0,150 ( p > 0,05). Dengan demikian uji normalitas terpenuhi.

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara Kepercayaan Diri dan Penyesuaian Sosial sebesar 0.057dengan sig. 0,613 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara keprcayaan diri dengan penyesuaian sosial.

Hasil Uji Hipotesa

(22)

Pembahasan

Hasil uji hipotesis menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,057 (p>0,05), artinya tidak adanya hubungan antara kepercaayan diri dengan penyesuaian sosial.

Untuk menumbuhkan sikap percaya diri memerlukan waktu yang relatif lama bagi mereka, sedangkan penyesuaian sosial harus dilakukan secepat mungkin karena lingkungan mereka yang baru mengharuskan mereka untuk cepat beradaptasi. Sehingga dalam beradaptasi mereka dapat menggunakan faktor lainnya, selain kepercayaan diri, misalnya kemampuan komunikasi, tidak hanya ditentukan oleh masalah fisik dan ketrampilan saja (Heider, dalam Siska, 2003).

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Tidak terdapat hubungan antara dukungan Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian Sosial yang ditunjukkan oleh koefisen korelasi sebesar 0.057 (p > 0,05).

(23)

Saran

1. Bagi Mahasiswa Baru

Kepercayaan Diri tidak terbukti berdampak pada Penyesuaian Sosial, maka kepada mahasiswa disarankan untuk terus membangun komunikasi dengan teman mereka baik yang berasal dari luar daerah maupun yang berasal dari daerah mereka, sehingga dapat meningkatkan wawasan, dengan demikian dapat meningkatkan kepercayaan diri. Komunikasi dapat dilakukan dengan bertukar pikiran dengan teman teman baru, mengikuti forum komunikasi atau kegiata-kegiatan yang dilakukan oleh pihak fakultas maupun universitas.

2. Bagi peneliti selanjutnya

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ari. K. (2007). Penyesuaian Pada Eks Tapol PKI. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi Ubiversitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Azwar, S. (1997). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Sigma Alpha

--- (2000). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar --- (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta:

Pustaka Belajar

Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Englewood Cliffs. New Jersey: Pertice-Hill

Chaplin, C.P. (2000). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Grafindo

Fahmi, M. (1982). Penyesuaian Diri. Ahli Bahasa: Drajad, Jakarta: Bulan Bintang

Frida, K. (2005). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kompetensi Interpersonal Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Gerungan, W.A. (1996). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco Hadi, S. (2000). Statistik Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset.

Hakim, T. (2002). Mengatasi Rasa TIdak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara

Hambly, K. (1992). Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya Diri (terjemahan). Jakarta: Arcan

Http://www.google.co.id/search?hl=id&q=pengertian+kost&btn. Diunduh tanggal 1 Maret 2012

(25)

Hurlock, E.B. (1978). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

--- (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. --- (1991). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

---(1993). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Ke-5. Jakarta: Erlangga ---(1997). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Ahli Bahasa: Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga

Indriyati. (2007). Hubungan Antara Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dengan Rasa Percaya Diri Remaja Putri Awal. Naskah Publikasi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Semarang. Lie, A. (2003). Seribu Satu Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Lauster, P. (2008). Tes Kepribadian. Alih Bahasa D.H Bulo. Jakarta: Bumi Aksara

Loekmono, L. (1983). Rasa Percaya Diri Sendiri. Salatiga: Pusat Bimbingan, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Mappiare, A.(1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional Monks, F.J, Knoers, A.M.P., & Haditono, R.S. (1994). Psikologi Perkembangan ( Pengantar dalam beberapa bagiannya). Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Monks, F.J, dkk, (1999). Psikologi Perkembangan (Pengantar dalam beberapa bagiannya). Yogyakarta: Gajah Mada University Press Panut, P & Ida, U. (1999). Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara

Wacana

(26)

Rohmiati, A & Idrus, M. (2008). Tingkat Kepercayaan Diri Remaja Ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua Dalam Etnis Jawa. Naskah Publikasi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sarwono, W.S. (2010). Psikologi Remaja (edisi revisi). Jakarta: Raja Grasindo Persada

Schneiders, AA. (1964). Personal Adjusment And Mental Health. New York: Holt, Reindhart and Winston Inc

Sudarjo & Purnamaningsih. (2003). Kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa. (Jurnal Psikologi). Vol.12 No.2. Desember 2003

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfa Beta.

Suryabrata, S. (1984). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali --- (1984). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Suryaningrum, K. (2010). Hubungan Antara Penerimaan Diri

Terhadap Perkembangan Seksual Sekunder Remaja Putri Dengan Penyesuaian Sosial. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Witria, M.O. (2007). Hubungan Antara Fungsionalitas Keluarga

Dengan Penyesuaian Sosial Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten dan Pengiriman Lomba Tk...

Cara untuk memperoleh kepercayaan diri terutama dalam tempat kerja (referensi) yaitu: a) Mengenali nilai pribadi : menyusun berkas keberhasilan yang sudah

Pertentangan yang dialami subjek sebagai penganut ajaran Samin berasal dari orang syariat (pemuka agama) yang meminta subjek untuk memeluk suatu agama, akan tetapi subjek

Pokok-Pokok Kebijakan Pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2009 mengacu pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media tangram berpengaruh terhadap peningkatan prestasi

Imlek yang biasa identik dengan perayaan tahun baru masyarakat Cina Tionghoa, secara khas telah menjadi konsep bersama, menjadi indentitas baru komunitas Ampyang (sebutan

mungkin benar karena struktur luar kerucut gunungapi muda merupakan sebuah struktur kaldera namun bukan merupakan kaldera yang terbentuk akibat pengaruh longsornya

Hasil penelitian dalam uji path menunjukkan bahwa karakteristik biografis tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui motivasi; dan kepemimpinan berpengaruh