• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802011007 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802011007 Full text"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TERPAAN DRAMA KOREA DI

TELEVISI DENGAN SIKAP TERHADAP PRODUK KOREA

PADA MAHASISWA UKSW

OLEH

YULI NOVITA SARI 802011007

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

HUBUNGAN ANTARA TERPAAN DRAMA KOREA DI TELEVISI DENGAN SIKAP TERHADAP PRODUK KOREA PADA MAHASISWA

UKSW

Yuli Novita Sari Jusuf Tjahjo Purnomo

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(8)

i Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara terpaan drama Korea di televisi dengan sikap terhadap produk Korea pada mahasiswa UKSW. Sampelnya adalah para mahasiswa UKSW di kota Salatiga yang senang menonton drama Korea dengan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang menggunakan kriteria tertentu dengan jumlah sampel 240 responden. Alat ukurnya menggunakan skala kuesioner terpaan drama Korea (Ling dan Zhang, 2013) dan sikap terhadap produk Korea (Li, 2006). Teknik analisis datanya menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk Korea.

(9)

ii Abstract

This study aims to investigate the relationship between exposure to Korean dramas on television with attitudes toward Korean products on SWCU students. The sample is SWCU students in Salatiga who like to watch Korea n dramas with sampling technique is purposive sampling is a sampling technique that uses specific criteria with a sample of 240 respondents. The data collection used are through questionnaire scale exposure (Ling dan Zhang, 2013) and attitude towards the Korean drama Korean products (Li, 2006). Data were analyzed using test the pearson correlation test. The results showed that there was a positive association between exposure to the Korean drama Korean attitudes toward the product.

(10)

1

PENDAHULUAN

Fenomena yang terjadi saat ini adalah adanya terpaan drama Korea di Televisi menyebabkan banyak kalangan terutama pada remaja memiliki perilaku yang meniru para artis Korea idola mereka di televisi, misalnya dari cara

berdandan maupun cara untuk bertingkah laku sehari-hari seperti berbicara maupun gaya hidup. Perilaku imitasi tersebut dipengaruhi oleh terpaan media

massa yaitu dalam hal ini adalah hasil dari menonton televisi drama Korea (Yoo, Jo dan Jung, 2014). Sikap remaja tersebut tercermin dalam perilaku imitasi yang meniru seperti dalam hal berpakaian, menyukai produk makanan, fashion Korea.

Banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa perilaku imitasi tercermin dalam sikap yang merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan

cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Myers (2006) menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi nilai yang bisa disukai atau tidak disukai oleh seseorang, yang ditunjukan dalam perasaan atau keinginan

bersikap kemudian tercermin dari perilaku. Sikap seseorang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya termasuk terpaan dalam menonton televisi atau media.

Yoo, Jo dan Jung (2014) menyatakan bahwa dengan menonton drama seri Korea menjadikan seseorang bersikap positif (dalam arti memandang Korea sebagai negeri yang patut untuk dikunjungi) terhadap Korea, selanjutnya sikap

positif tersebut berdampak pada perilaku seseorang akan mengunjungi Korea atau membeli produk buatan Korea. Jadi apabila seseorang menonton drama seri

(11)

2

Bissel dan Chung (2009) menyatakan bahwa terpaan media menyebabkan tekanan budaya dan sosial berpengaruh terhadap ketertarikan seseorang akan sesuatu dan norma yang muncul.Terpaan media yang kuat akan membuat

seseorang tertarik dengan budaya yang dilihatnya, maka akan berdampak pada perilaku seseorang dalam sehari-harinya. Moon dan Nelson (2008) menyimpulkan

bahwa adanya hubungan yang signifikan antara terpaan media, nilai budaya dan perilaku terhadap model perilaku atau sikap seseorang. Hal ini disebabkan semakin besar pengaruh terpaan media terhadap diri seseorang maka terpaan

tersebut akan membuat aspek konatif dari diri seseorang meningkat dan akhirnya berdampak pada peningkatan perilaku atau sikap dimana seseorang akan semakin

meniru dari model yang dieksplorasi oleh media tersebut. Jadi apabila terpaan media semakin besar mengindikasikan adanya pengaruh yang besar terhadap sikap seseorang karena keinginan untuk meniru dari tokoh di televisi atau model

yang dieksplorasi semakin tinggi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terpaan media berpengaruh terhadap sikap seseorang. Terpaan media yang

dimaksud misalnya adalah melalui televisi, jadi apabila seseorang sering menonton televisi dengan intensitas menonton yang tinggi dalam arti sering menonton diatas rata-rata orang normal maka akan berdampak pada peningkatan

perilaku untuk meniru model yang ada pada televisi tersebut.

Hong dan Kim (2013) menyimpulkan bahwa adanya tekanan sosial dan

(12)

3

televisi memiliki intensitas menonton terlalu tinggi. Jadi apabila semakin tinggi intensitas menonton televisi berarti mengindikasikan frekuensi yang semakin sering sehingga pemirsa akan semakin tinggi perilaku imitasinya. Sementara ini,

penelitian Lee dan Bai (2010) menyimpulkan bahwa drama Korea memberikan dampak besar kepada para fans dari aktris Korea sehingga mereka cenderung

untuk meniru idola mereka. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi rasa memiliki dari fans maka mereka akan semakin meniru perilaku idola mereka di televisi sehingga perilaku imitasinya tinggi.

Wonkboonma (2009) menyatakan bahwa perilaku konsumen di Korea dipengaruhi oleh gelombang media massa Korea diantaranya drama Korea dan

televisi merupakan bagian dari media massa. Apabila semakin tinggi terpaan dari media massa Korea (dalam arti penonton semakin sering melihat iklan televisi) maka akan menyebabkan konsumen semakin tinggi perilaku imitasinya. Televisi

memberikan dampak besar pada perilaku pemirsanya. Hal ini disebabkan semakin tinggi terpaan televisi akan menyebabkan pemirsa mengikuti dari perilaku yang

ada di televisi tersebut.

Nelson et al. (2010) menyatakan bahwa sesuai dengan teori kultivasi bahwa

media exposure (terpaan media) memiliki pengaruh kuat terhadap nilai dan ideologi, serta budaya seseorang. Jadi semakin kuat pengaruh terpaan media pada pemirsa maka akan semakin membuat seseorang memiliki nilai dan ideologi yang

(13)

4

Paterson (2014) menyatakan bahwa adanya interaksi atau hubungan yang kuat antara media dengan pemirsa. Jadi semakin tinggi intensitas menonton televisi maka pemirsa televisi akan semakin terpengaruh oleh hal yang diberitakan dalam

televisi tersebut atau yang dilihatnya. Hal ini juga didukung oleh Christian dan David (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara terpaan media

dengan perilaku atau sikap pemirsa. Jadi apabila semakin tinggi terpaan media mengindikasikan bahwa ada intensitas atau tingkat keseringan dalam menonton (kriterianya adalah menonton diatas rata-rata tontonan televisi orang normal diatas

30 jam seminggu). Apabila semakin sering menonton televisi berarti menunjukkan televisi atau media tertentu menjadi referensi utama bagi pemirsa

dan dengan tingkat durasi yang semakin tinggi dalam menonton televisi dan pengaruh isi dari televisi tersebut maka akan membuat pemirsa menjadi terpengaruh dari model media yang ada tersebut dan meningkatkan perilaku

imitasi pemirsa terhadap televisi.

Menurut teori kultivasi, televisi menjadi media atau alat utama dimana para

penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak orang tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak dengan televisi,

seseorang belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasannya. Apabila semakin sering remaja menonton drama korea maka akan

(14)

5

terpaan drama korea di televisi dengan sikap terhadap produk Korea pada mahasiswa UKSW. Untuk itu peneliti akan melaksanakan penelitian terkait fenomena tersebut di Universitas Satya Wacana Salatiga yang merupakan salah

satu universitas yang memiliki banyak mahasiswa dan mahasiswi yang menggemari drama Korea. Berdasarkan pada hasil observasi peneliti diketahui

bahwa mahasiswa UKSW khususnya FEB lebih banyak menggemari drama korea dibandingkan fakultas lain maka ini yang menjadi dasar peneliti memilih obyek tersebut (diketahui berdasarkan survey peneliti). Peneliti memilih lokasi tersebut

untuk melihat apakah fenomena yang diuraikan diatas juga menimpa para mahasiswa UKSW di kota Salatiga. Jadi penelitian ini akan menganalisis

hubungan antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk Korea pada mahasiswa UKSW.

Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk Korea pada mahasiswa UKSW.

Sikap terhadap Produk Korea

Myers (2006) menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi nilai yang bisa

disukai atau tidak disukai untuk melindungi sesuatu atau seseorang, yang ditunjukan dalam perasaan atau keinginan bersikap. Sikap merupakan suatu

(15)

6

ketika individu mengadopsi nilai, sikap atau perilaku dan budaya sebelumnya sehingga akan berdampak pada sikap dan keyakinannya.

Jin dan Lutz (2013) menyatakan bahwa sikap terhadap objek akan

mewakili evaluasi atau respon dan melibatkan memory seseorang. Baron (2000) menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi mengenai berbagai aspek dalam

kehidupan sosial dimana individu mempunyai reaksi setuju atau tidak setuju mengenai sebuah masalah, ide, individu lain, kelompok sosial, dan obyek.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dalam penelitian ini

peneliti mengartikan sikap sebagai evaluasi individu, yang diperoleh dari pengalaman, mengenai berbagai obyek yang ditunjukkan dalam bentuk respon

kesetujuan atau ketidaksetujuan. Obyek sikap yang dimaksud dalam pengertian di atas adalah segala sesuatu yang berarti (exist) bagi individu.

Pada penelitian ini akan difokuskan pada sikap mahasiswa UKSW terhadap

produk Korea dalam hal ini akan diukur dengan pengukuran sikap menurut Michel dan Olson (1981). Sikap mengandung tiga bagian, yaitu kognitif

(keyakinan, kesadaran), afektif (perasaan), dan konatif (perilaku):

1. Aspek kognitif: Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap. Berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe

yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Sesuatu yang telah terpolakan dalam pikiran. Yang termasuk dalam aspek kognitif adalah pengetahuan

(knowledge) dan kepercayaan (belief).

2. Aspek afektif: Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.

(16)

7

kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud. Yang termasuk dalam aspek afektif adalah kesenangan (pleasure), keinginan (arousal) dan dominasi (dominance). 3. Aspek konatif: Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu

sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Bagaimana orang

berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku belum tentu

akan benar-benar ditampakkan dalam bentuk perilaku yang sesuai. Yang termasuk dalam aspek konatif adalah perubahan ketertarikan

merk (brand interest change), intensi pembelian (purchase intenntion). Definisi operasional dari sikap terhadap produk Korea adalah evaluasi mengenai berbagai aspek dalam kehidupan sosial dimana individu mempunyai

reaksi terhadap produk Korea yaitu produk fashion atau baju, kosmetik, barang elektronik, makanan dan mobil.

Produk Korea pada penelitian ini difokuskan pada produk fashion atau baju, barang elektronik, makanan dan mobil sesuai dengan yang dikemukakan oleh penelitian Li (2006). Alasan digunakannya teori sikap sesuai dengan Michel

(17)

8

TERPAAN DRAMA KOREA

Dalam rangka memahami terpaan media ada dua perspektif yang dapat digunakan yaitu selective uses dari mass media dan media exposure dari mass

media. Selective uses dari mass media memiliki fokus pada motivasi penonton dalam menggunakan media massa (Katz et al, 1999) seperti pada teori gratifikasi

Katz. Sedangkan media exposure mengasumsikan bahwa orang akan cenderung pasif untuk menerima persepsi dari isi media, tanpa memiliki motivasi secara aktif dalam media tersebut. Jadi penonton akan secara mudah dipengaruhi oleh

komunikasi media massa tersebut (Severin dan Tankard, 2001).

Terpaan media menurut Shore (1985) dalam Hakim (2010) adalah

kegiatan mendengarkan, melihat, membaca pesan media massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan dari media tersebut, yang dapat terjadi pada tingkat individu ataupun kelompok. Pada konteks media

komunitas, terpaan dapat dikatakan sebagai keterbukaan atau Exposure kepada khalayak dari media massa (Sears and Freedman,1967). Menurut Ardianto

dalam Hakim (2010) terpaan drama yang dimaksud adalah frekuensi penggunaan televisi mengumpulkan data khalayak mengenai berapa kali sehari seseorang menggunakan media dalam satu minggu, berapa kali dalam seminggu seseorang

menggunakan media dalam satu bulan, berapa kali sebulan seseorang menonton televisi dalam setahun, lalu pengukuran variabel durasi penggunaan media

(18)

9

media televisi merupakan perlakuan individu untuk memenuhi kebutuhan mereka atas dasar motif tersebut.

Definisi operasional dari terpaan drama korea pada penelitian ini adalah

persepsi responden mengenai terpaan umum, isi dan intensitas dalam arti durasi menonton televisi drama korea.

Terpaan drama korea di televisi diukur dengan indikator pertanyaan tentang media exposure sesuai dengan yang dikembangkan oleh Ling dan Zhang (2013), yaitu General exposure (terpaan umum), Intensity watching Korea drama

TV (Intensitas menonton drama korea di televisi). Fokusnya adalah pada intensitas dan frekuensi.

Metode Penelitian

Partisipan

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para mahasiswa FEB UKSW registrasi ulang semester 2/2014-2015, data diambil terakhir tanggal

11 Februari 2015. terdiri dari 3 progdi jurusan manajemen, akuntansi, dan pengembangan total mahasiswa yang masih aktif dan dari semua kaprogdi

ekonomi dan bisnis diambil 240 sebagai sampel penelitian.

Tahap pertama sebelum melakukan penelitian adalah peneliti perlu untuk memahami tempat di mana penelitian akan dilakukan, penentuan subyek

(19)

10

Penentuan partisipan dalam penelitian ini mengunakan teknik purposive sampling, (Sugiyono, 2010: 63). yaitu teknik pengambilan sampel sesuai dengan kriteria tertentu yaitu dengan kriteria mahasiswa Satya Wacana fakultas

Ekonomika dan Bisnis yang gemar menonton Drama Korea. Adapun jumlah sampel yang akan diambil adalah 10% dari jumlah populasi, sesuai dengan jumlah

sampel yang dianggap layak untuk mewakili sebuah populasi. Populasinya adalah 2392 mahasiswa Satya Wacana fakultas Ekonomika dan Bisnis karena untuk memenuhi syarat 10% maka sampelnya ditentukan 240 orang mahasiswa Satya

Wacana Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

Instrumen Penelitian

Instrumen skala sikap terhadap produk Korea merupakan modifikasi dari Li, (2006) terdiri dari komponen sikap yaitu aspek kognitif, afektif dan konatif

menggunakan skala likert dengan 4 pilihan jawaban. Sikap terhadap Korea merupakan persepsi partisipan terhadap ketiga aspek sikap yang ada. Misalnya :

Saya percaya bahwa produk kosmetik Korea lebih baik daripada produk Indonesia (aspek kognitif). Saya tidak akan beralih pada merk lain ketika membeli baju model Korea (aspek konatif). Saya merasa sangat senang dengan produk

otomotif Korea (aspek afektif) .

Instrumen terpaan media korea di televisi diukur dengan: delapan

(20)

11

jarang melihat drama Korea di televisi pada akhir minggu (aspek intensitas menonton).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Daya Beda Item

Hasil uji validitas alat ukur dapat dilihat pada Lampiran. a. Skala Sikap terhadap produk Korea

Pada skala Sikap terhadap produk Korea diperoleh 24 item valid

dan tidak ada item gugur dengan menggunakan bantuan SPSS 13.0 diperoleh rentang r hitung antara 0.329 sampai dengan 0.698.

b. Skala Terpaan Drama Korea

Pada skala Terpaan Drama Korea diperoleh 32 item valid dan item gugur sebanyak 12 item dari 44 item dan dengan menggunakan

bantuan SPSS 13.0 diperoleh rentang r hitung antara 0.176 sampai dengan 0.601.

Hasil Uji Reliabilitas

Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach alpha

Sikap terhadap produk Korea 0.912

Terpaan Drama Korea 0.879

(21)

12

a. Skala Sikap terhadap produk Korea

Berdasarkan tabel di bawah ini terlihat bahwa skala untuk Sikap terhadap produk Korea memiliki nilai cronbach alpha

sebesar 0,912 yang berada diatas 0,6 maka dikatakan reliabel atau diterima.

b. Skala Terpaan Drama Korea

Berdasarkan tabel di bawah ini terlihat bahwa skala untuk Terpaan Drama Korea memiliki nilai cronbach alpha sebesar

0,879 yang berada diatas 0,6 maka dikatakan diterima atau reliabel.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas yaitu uji sebaran variabel penelitian untuk mengetahui apakah dalam suatu sampel berdistribusi normal atau

(22)

13

Nilai untuk hasil K-S Z sebesar 1,347 dengan probabilitas signifikansi 0,053 yang lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel sikap terhadap produk korea terdistribusi secara normal. Sedangkan uji normalitas

terpaan drama korea memiliki nilai K-S Z sebesar 1,489 dengan probabilitas signifikansi 0,052 yang lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel

ini terdistribusi secara normal. Distribusi normal artinya data penelitian ini memiliki kurva normal dari semua jumlah data yang valid.

Untuk uji linearitas diperoleh nilai F linear sebesar 25,570 dengan

probabilitas (sig) sebesar 0,000 < 0,05 artinya hubungan antara sikap terhadap produk korea dan terpaan drama korea adalah linear.

Tabel 3.

Squares df Mean S quare F Sig.

Predict ors: (Constant), Terpaan_drama_korea a.

Dependent Variable: Sikap_thd_produk_korea b.

Setelah data diperoleh, maka peneliti melakukan analisis data

menggunakan program SPSS. Pengujiannya menggunakan teknik korelasi

(23)

14

Tabel 4. menjelaskan statistik deskriptif terhadap skor partisipan. Peneliti kemudian membagi skor tiap skala menjadi 5 kategori dimulai “sangat

rendah” sampai dengan “sangat tinggi” menggunakan rumus kategorisasi

jenjang (Azwar, 2012). Tabel 5. Menunjukkan jumlah partisipan di tiap kategori untuk masing-masing variabel: (Sugiyono, 2010:81)

Tabel 5. Kategorisasi

(24)

15

drama korea juga berada di kecenderungan sedang dan tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya sikap positif responden terhadap produk korea dan terpaan drama korea. Untuk nilai mean masing-masing variabel dalam

kategori sangat tinggi hingga sangat rendah dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 6.

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai korelasi antara terpaan

drama korea dengan sikap terhadap produk koreamenunjukkan bahwa nilai r korelasi sebesar 0,311 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 atau p<0,01. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan positif dengan sifat hubungan

rendah (Sugiyono, 2010:231) antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk korea. Artinya ada hubungan antara terpaan drama korea

(25)

16

PEMBAHASAN

Berdasarkan pada hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara terpaan drama Korea dengan sikap terhadap produk

Korea. Jadi semakin tinggi terpaan drama Korea maka akan semakin meningkatkan sikap positif terhadap produk Korea pada mahasiswa UKSW dan

sebaliknya semakin rendah terpaan drama Korea maka akan semakin menurunkan sikap positif terhadap produk Korea.

Dalam artian jika remaja semakin sering dan intensif dalam menonton drama

korea yang diukur dengan terpaan umum pemirsa terhadap drama di televisi, semakin banyak episode drama Korea yang ditonton, maka akan menjadikan

sikap mereka terhadap korea semakin positif atau semakin baik dilihat dari aspek kognitif, aspek afektif dan konatif. Jadi mereka akan cenderung untuk membeli produk korea seperti kosmetik, baju atau fashion, aksesoris maupun produk lain

seperti tas dan mobil.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yoo, Jo dan

Jung (2014) yang menyatakan bahwa dengan menonton drama seri Korea menjadikan seseorang bersikap positif terhadap Korea, selanjutnya sikap positif tersebut berdampak pada perilaku seseorang akan mengunjungi Korea atau

membeli produk buatan Korea. Jadi apabila seseorang menonton drama seri Korea maka akan berdampak pada tindakan atau sikap seseorang terhadap Korea, seperti

(26)

17

jika televisi memiliki pengaruh positif pada pemirsa maka logikanya akan membuat pemirsa televisi untuk semakin menyukai produk Korea.

Hal ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bissel dan Chung

(2009) yang menyatakan bahwa terpaan media menyebabkan tekanan budaya dan sosial berpengaruh terhadap ketertarikan seseorang akan sesuatu dan norma yang

muncul. Terpaan media yang kuat akan membuat seseorang tertarik dengan budaya yang dilihatnya, maka akan berdampak pada perilaku seseorang dalam sehari-harinya. Moon dan Nelson (2008) juga menyimpulkan bahwa adanya

hubungan yang signifikan antara terpaan media, nilai budaya dan perilaku terhadap model sikap atau perilaku seseorang. Hal ini disebabkan semakin besar

pengaruh terpaan media terhadap diri seseorang maka terpaan tersebut akan membuat aspek konatif dari diri seseorang meningkat dan akhirnya berdampak pada peningkatan sikap atau perilaku dimana seseorang akan semakin meniru dari

model yang dieksplorasi oleh media tersebut. Jadi apabila terpaan media semakin besar mengindikasikan adanya pengaruh yang besar terhadap sikap seseorang

karena keinginan untuk meniru dari tokoh di televisi atau model yang dieksplorasi semakin tinggi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terpaan media yang positif berpengaruh terhadap sikap seseorang. Terpaan media yang dimaksud

misalnya adalah melalui televisi, jadi apabila seseorang sering menonton televisi dengan intensitas menonton yang tinggi maka akan berdampak pada peningkatan

(27)

18

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan positif dan signifikan antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk korea.

Hubungannya rendah sesuai tabel kategorisasi buku Sugiyono (2010) karena termasuk dalam rentang antara 0,20 – 0,399.

SARAN

Sedangkan saran yang dapat dikemukakan pada penelitian ini antara lain

adalah:

1. Sebaiknya dalam melakukan penelitian tentang produk Korea dimasa

mendatang dapat dilakukan perbandingan beberapa universitas sehingga hasilnya lebih dapat digeneralisasikan serta secara spesifik meneliti tentang produk Korea misalnya hanya khusus kosmetik Korea

atau baju Korea saja.

2. Pada penelitian serupa dimasa mendatang dapat ditambahkan variabel

lain yang mempengaruhi sikap terhadap produk korea, seperti pengaruh teman, kerabat atau keluarga.

(28)

19

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta..

Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R. S. (2000). Arousal, Capacity, and Intense Indoctrination. Personality and Social Psychology Review, 2000, 4(3), 238–254.

Bissel, K.L, Jee Young Chung. (2009). Americanized beauty? Predictors of perceived attractiveness from US and South Korean participants based on media exposure, ethnicity, and socio-cultural attitudes toward ideal beauty.

AsianJournal of Communication, 19 (2), 227-247.

Brandon, P. (2001). Social Phycology. New York: McGraw Hill.

Carveth, R. and Alexander, A. (1985). Soap opera viewing motivations and the cultivation process. Journal of Broadcasting & Electronic Media, 29, 259-273.

Christian, E.P., and David N. H. (2012). Does Television Personalise Voting Behaviour? Studying the Effects of Media Exposure on Voting for Candidates or Parties. ISSN 0080–6757 Doi: 10.1111/j.1467-9477.2011.00284.

Ghozali, I. (2006). Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP Undip.

Jin, H. S. and Richard J. Lutz. (2013). The Typicality and Accessibility of Consumer Attitudes Toward Television Advertising: Implications for the Measurement of Attitudes Toward Advertising in General. Journal of Advertising, 42(4), 343–357.

Hadi, S. (2004). Metodologi Research. Jilid 3. Yogyakarta : Andi Offset.

Homer, M. P. (2000). Dimensions of Temperament: Affect Intensityand Consumer Lifestyles.California: Journal of Psychology, 9(4), 231–242

(29)

20

Huessman, L. R. (2003). Imitation and the Effects of Observing Media Violence on Behavior. Perspectives on Imitation: From Cognitive Neuroscience to Social Science. Cambridge, MA: MIT Press.

Kim, Y. and Jihye Kim, Jungki Park and Youjin Choi. (1999). Evaluating media exposure: an application of advertising methods to publicity measurement.

Corporate Communications: An International Journal, 4 (2), 98–105. MCB University Press · ISSN 1356-3289.

Lee, S.J. and Bai: (2010). A Qualitative Analysis of the Impact of Popular Culture on Destination Image. International CHRIE Conference-Refereed Track.

Paper 1. http://scholarworks.umass.edu/refereed/CHRIE_2010.

Ling, Qi and Sid Xin Zhang. (2013). A Correlation Study on Chinese Young

Female Audiences’ Exposure to American TV Drama, Perceived Realism,

and Sex-related Effects. Award-winning Student Paper series, 1-31.

Mitchell, A. A. and Olson, J. C. (1981). Are product attribute beliefs the only mediator of advertising effects on brand attitude? Journal of Marketing Research, 18, 318-332.

Moon, S.J, Michelle R. Nelson. (2003). Exploring the influence of media exposure and cultural values on Korean immigrants’ advertising evaluations. World Advertising Research Center Journal, 1 (3), 53-59.

Myers, J. E. 2006. Understanding and counseling Korean Americans: Implications for training. Counselor Education & Supervision. 37 (1), p35.

Nelson, L. C. (2010). Watching, Scheming, and Drinking: The Relationships Among Television Exposure, Vengefulness, and Alcohol Use. Journal of Phsycology No 1, Vol 2.

Paterson, J.G. (2014). How Use of Screen Media Affects the Emotional Development of Infants. Primary Health Care Journal. 24 (2), 1-15.

(30)

21

Putri, A. (2009). Popular Culture. Yogyakarta: Andi Offset.

Record, Rachael A. (2011). Cultivating Miracle Perceptions: Cultivation Theory and Medical Dramas. University of Kentucky.

Sarwono, S. W. (2009). PsikologiRemaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Severin, W. and Tankard, J. (2001) Communication Theories: Origins, Methods, and Uses in the Mass Media. New York, NY: Longman.

Sugiarto. (2003). Teknik Sampling. Jakarta: PT Gramedia.

Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Visesnith, E. (2009). The Impact of Korean Television Dramas on Thai Society A case Study In Bangkok. Master of Art Program Korean Studies. Chulalongkom University. Thailand.

Woonkboonma, C. (2009). Consumer Behavior and Factor as Influenced by Korean entertainment media of teenagers in Meuang District, Chiangmai Province. Chiang Mai University.

Yoo, Jae-Wong, Samsup Jo and Jaemin Jung. (2014). The Effects of Television Viewing, Cultural Proximity and Ernocentrism on Country Image. Social Behavior and PersonalityJournal, 42(1), 89-96.

Gambar

Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 2.  Hasil Uji Normalitas
Tabel  4.  menjelaskan  statistik  deskriptif  terhadap  skor  partisipan.  Peneliti kemudia n membagi skor tiap skala menjadi 5 kategori dimulai “sangat  rendah”  sampai  dengan  “sangat  tinggi”  menggunakan  rumus  kategorisasi  jenjang  (Azwar,  2012)
Tabel 6.   Hasil Uji Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi rumah sakit atau dapat memberikan informasi bagi tenaga kesehatan dalam hal

Dari pengujian menggunakan feature tersebut, didapati feature terbaik dalam pengenalan motif batik Yogyakarta dengan metode LDA yaitu feature rata-rata edge

Untuk kasus siswa yang memiliki kelambatan dalam belajar, program CAI tutorial akan dapat melayani sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga guru dapat menghemat waktu untuk

Dilihat dari aspek materi kajian, secara substantif, skripsi sarjana Prodi PAI 2008-2013 tersebar dalam tujuh kategori materi kajian, yaitu: (1) materi kajian

Pedoman Indeks Kesulitan Geografis Desa (IKG) dari Kantor BPS pusat, dan IKG merupakan komponen variable perhitungan besaran penerimaan Dana Desa setiap Desa (sebagai

Television viewing was inversely with fruit and vegetable intakes. Th the result of thereplacement of vegetables by foods advertised on such as snack food. This shows

Mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses informasi dan mendapatkan pelayanan prima dari unit-unit kerja

Darmawati (2013:92) menjelaskan bahwa kata biografi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata bios yang artinya hidup, dan graphien yang berarti tulis. Biografi secara bahasa