• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara penyesuaian diri pribadi dan persahabatan pada remaja : studi pada siswa-siswi SMU BOPKRI I Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara penyesuaian diri pribadi dan persahabatan pada remaja : studi pada siswa-siswi SMU BOPKRI I Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI PRIBADI DAN PERSAHABATAN PADA REMAJA

(Studi pada SISWA-SISWI SMU BOPKRI I YOGYAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Program Studi Psikologi

Oleh

Rosalia Shella Rani Christanti

NIM: 069114054

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Tetaplah lakukan apa saja bagianmu

Dan tetap setia di jalan-Nya,,

Karena Tuhan memiliki rencana yang indah

Pada waktunya nanti,,

Dan ingatlah segala sesuatu yang terjadi dalam

Hidupmu bukanlah suatu kebetulan.

(5)

v

PERSEMBAHAN

Untuk mereka yang selalu ada di dalam hatiku,

Ibu dan ayahku tercinta, yang selalu sabar menghadapi polah tingkahku, yang selalu mendoakan aku agar menjadi orang yang berguna bagi diri

sendiri, keluarga dan orang lain,

Bude santi, yang sudah merawat aku dari kecil hingga dewasa sampai sekarang ini,

Adik-adikku (tata dan Rafael) yang senantiasa mendukungku dan membantuku hingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini, Seseorang yang akan selalu dihatiku, Rinto, terimakasih atas semua

kesabaran, dukungan, bantuan dan doanya untukku,

(6)
(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI PRIBADI DAN PERSAHABATAN PADA REMAJA

Studi pada SISWA-SISWI SMU BOPKRI I YOGYAKARTA Rosalia Shella Rani Christanti

ABSTRAK

Jenis penelitian ini korelasional dan bertujuan untuk mengatahui hubungan antara penyesuaian diri pribadi dan persahabatan pada remaja. Penyesuaian diri pribadi perlu dimiliki oleh remaja karena pada masa remaja individu diharapkan memiliki pemahaman akan dirinya. Selain itu, penyesuaian diri pribadi juga diperlukan untuk mencapai hubungan yang matang dalam persahabatan remaja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara penyesuaian diri pribadi dan tingkat persahabatan remaja. Subjek dalam penelitian ini adalah 107 remaja berusia 15-18 tahun yang terdaftar sebagai siswa-siswi SMU BOPKRI I, Yogyakarta. Alat pengumpul data adalah skala penyesuaian diri pribadi dan skala persahabatan. Reliabilitas skala penelitian menghasilkan koefisien reliabilitas 0,937 untuk Skala Penyesuaian diri Pribadi, sedangkan untuk Skala Persahabatan adalah 0,935. Data penelitian dianalisis dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil analisis data menyatakan bahwa sebaran data yang ada normal dan mempunyai korelasi linear. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,332 dengan p = 0,000 atau p < 0,05, yang berarti hipotesis yang menyatakan ada korelasi positif antara penyesuaian diri pribadi dan persahabatan diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penyesuaian diri pribadi dan persahabatan pada remaja, terutama pada siswa-siswi SMU BOPKRI I Yogyakarta.

(8)

viii

THE CORRELATION BETWEEN INDIVIDUAL SELF-ADAPTATIONS AND FRIENDSHIP AMONG ADOLESCENT

Study of Students BOPKRI I Senior High School

Rosalia Shella Rani Christanti

ABSTRACT

This research was a correlation study which aimed to find out the correlation between the individual self-adaptation and friendship among adolescent is important to be possessed by the adolescents, because in the adolescence time, the individual is hoped to possess their own understanding about themselves. Besides, the individual self-adaptation is needed also to reach the good quality of adolescents’ relationship. The hypothesis proposed in this research was, that there is a positive correlation between individual self-adaptation anda friendship among adolescent.The subject of the research were the second year students of BOPKRI I Senior High School in Yogyakarta. There were 107 students and the age ranges are about 15-18 years old. The instrument that has been used to measure the correlation was individual self-adaptation scale and friendship scale. The reliability coefficient for individual self-adaptation scale was 0,937. Reliability coefficient for friendship scale was 0,943. The data were analyzed using product moment correlation from Pearson. The result of analysis was a normal curve with linear correlation. The coefficient correlation was 0,332 with p = 0,000 or p < 0,05. The result mean that the hypothesis which says that there is positive correlation between individual self-adaptation and friendship was accepted. Based on the result of the research, a conclusion could be drawn that there is a positive correlation between individual self-adaptation and friendship among adolescent, especially for students BOPKRI I Senior High School.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Yesus Kristus karena berkat kuasa dan kasih-Nya skripsi ini berhasil diselesaikan. Proses pembuatan skripsi ini tentunya tidak lepas dari beberapa pribadi yang dengan tangan terbuka memberikan bantuannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Christina Siwi Handayani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi atas kesempatan yang telah diberikan selama proses studi.

2. Ibu Titik Kristiyani, S. Psi., M. Psi. selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan waktunya, dorongan, bimbingan, saran dan kesabaran selama proses penulisan skripsi ini.

3. Ibu ML. Anantasari, S. Psi., M. Si. selaku dosen penguji I atas kritik dan saran serta bimbingannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Agung Santoso, S.Psi., M. A. Selaku dosen penguji II atas kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik.

5. Bapak wahyudi, selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan bimbingan akademik selama penulis menempuh studi.

6. Ibu Tyas dan Bapak Edi selaku Guru Bimbingan Konseling SMU POBKRI I Yogyakarta yang telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.

(11)

xi

8. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Mbak Nanik, Mas Gandung, Pak Gi, Mas Muji, Mas Doni, yang telah memberikan kemudahan membantu kelancaran studi selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

9. Kedua orang tuaku, adikku tata dan enda untuk segala perhatiannya, dukungan, doa, fasilitas, kesabaran dan harapannya yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis.

10.Untuk kekasihku Rinto yang senantiasa memberikan support, bantuan, perhatian, doa dan kesabarannya.

11.Untuk Gen-B Dancer Crew yang selalu memberikan “Semangat!” kepada peneliti, perhatiannya dalam mengatur jadwal latihan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Buat sahabatku,sekar, yang selama proses penulisan skripsi ini banyak merenung bersama, sharing bersama, pergi ke perpustakaan bersama dan membantu peneliti dalam mengambil data.

13.Buat sahabat terbaikku, winda, peni, ance, lisa, sinta yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kebersamaan yang telah ada selama penulis menempuh studi tidak akan terlupakan.

(12)

xii

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis untuk menyelesaikan studi S.I di Fakultas Universitas Sanata Dharma.

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... ... iii

MOTTO... ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... vi

ABSTRAK... ... vii

ABSTRACT... ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR... ... x

DAFTAR ISI... ... xiii

DAFTAR TABEL... ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... ... 1

(14)

xiv

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... ... 6

D. Manfaat Penelitian... ... 7

BAB II LANDASAN TEORI... ... 8

A. Remaja... ... 8

1. Pengertian Remaja ... 8

2. Tugas Perkembangan Remaja... ... 9

B. Persahabatan... ... 11

1. Pengertian Persahabatan ... 11

2. Karakteristik Persahabatan ... 12

3. Fungsi Persahabatan ... 15

4. Aspek-aspek Persahabatan... ... 17

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persahabatan ... 18

C. Penyesuaian Diri Pribadi... ... 19

1. Pengertian Penyesuaian Diri Pribadi ... 19

2. Karakteristik Penyesuaian Diri Pribadi.... ... 20

(15)

xv

D. Hubungan Antara Penyesuaian Diri Pribadi dan Persahabatan ... ... 27

E. Hipotesis... ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33

A. Jenis Penelitian... ... 33

B. Identifikasi Variabel Penelitian... ... 33

C. Definisi Operasional... ... 33

D. Subjek penelitian... ... 36

E. Metode Pengumpulan Data... ... 36

F. Uji Kelayakan Alat ukur... ... 39

1. Validitas ... 40

2. Reliabilitas... ... 40

3. Seleksi Item... ... 41

G. Persiapan Uji Coba Alat Penelitian... ... 42

H. Teknik Analisis Data... ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.... ... 48

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian... ... 48

(16)

xvi

2. Persiapan Penelitian... ... 49

B. Pelaksanaan Penelitian... ... 49

C. Deskripsi Subjek Penelitian... ... 51

D. Hasil Penelitian... ... 53

1. Uji Asumsi... ... 53

a. Uji Normalitas... ... 53

b. Uji Linearitas... ... 54

2. Uji Hipotesis... ... 54

E. Pembahasan... ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... ... 60

A. Kesimpulan... ... 60

B. Saran... ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(17)

xvii

DARTAR TABEL

Tabel. 1. Blue Print Skala Penyesuaian Diri Pribadi ... 37

Tabel. 2. Tabel Penyebaran Item Penyesuaian Diri Pribadi ... 37

Tabel. 3. Blue Print Skala Persahabatan... ... 38

Tabel. 4. Tabel Penyebaran Item Persahabatan... ... 39

Tabel. 5. Skor Jawaban Pernyataan Favorabel dan Unfavorabel pada Skala Penyesuaian Diri Pribadi dan Persahabatan... ... 39

Tabel. 6. Item Penyesuaian Diri Pribadi yang Sahih dan Gugur.. ... 44

Tabel. 7. Item Penyesuaian Diri yang Digunakan dalam Penelitian.. ... 45

Tabel. 8. Item Persahabatan yang Sahih dan Gugur.... ... 46

Tabel. 9.Item Persahabatan yang Digunakan dalam Penelitian.. ... 47

Tabel. 10. Deskripsi Data Subjek Penelitian... ... 51

Tabel. 11. Mean Teoritik, Mean Empiris, dan Standar Deviasi. ... 51

Tabel. 12. Norma Kategori Skor.... ... 52

Tabel. 13. Kriteria Kategori Penyesuaian Diri Pribadi... ... 53

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Skala Uji Coba Penelitian ... ... 65

Lampiran B Data Hasil Uji Coba... ... 76

Lampiran C Hasil Uji Coba Reliabilitas dan Kesahihan Butir Item ... 87

Lampiran D Skala Penelitan ... 97

Lampiran E Data Penelitian ... ... 106

(19)

1

Sebagai makhluk sosial, setiap orang perlu berinteraksi dengan orang lain, tak terkecuali remaja. Masa remaja disebut sebagai masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Seseorang yang sudah menginjak masa remaja sudah tidak dianggap sebagai anak-anak namun juga belum dewasa (Hurlock, 1990). Masa remaja ini juga ditandai dengan adanya perubahan fisik, emosi, sosial, moral dan kepribadian. Perubahan sosial pada remaja terlihat dengan mulai tertariknya remaja pada aktivitas yang melibatkan orang-orang di luar keluarga, terutama teman sebaya (peer group). Hal ini senada dengan Rice & Dolgin (2002) yang mengatakan bahwa remaja lebih berorientasi pada teman sebaya daripada dengan orang tua. Hal tersebut ditegaskan oleh Ali & Asrori (2009), bahwa kebutuhan sosial pada masa remaja adalah berhubungan dan bergaul dengan orang lain yang memiliki minat yang sama. Kebutuhan sosial tersebut merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa remaja.

Tugas perkembangan merupakan petunjuk-petunjuk yang memungkinkan seseorang mengerti dan memahami apa yang diharapkan atau dituntut oleh masyarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam usia-usia tertentu (Mappiare, 1982). Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1994), salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai hubungan baru dan hubungan yang lebih

(20)

dapat dikategorikan dalam salah satu dari tiga bentuk yaitu kelompok, klik, atau persahabatan individual. Dalam penelitian ini, yang akan menjadi bahan pembahasan adalah bentuk relasi teman sebaya yaitu persahabatan.

Persahabatan adalah suatu bentuk kedekatan hubungan yang meliputi kesenangan, penerimaan, kepercayaan, penghargaan, bantuan yang saling menguntungkan, saling mempercayai, pengertian, dan spontanitas (Santrock, 2002). Selain itu, Dariyo (2004) mendefinisikan persahabatan sebagai hubungan emosional antara dua individu atau lebih, baik sejenis maupun berbeda jenis kelamin yang didasarkan saling pengertian, menghargai, mempercayai antara satu dan yang lainnya. Hal yang membuat mereka mengadakan hubungan yang akrab adalah unsur komitmen, yaitu tekad untuk mempertahankan hubungan tersebut. Kebutuhan untuk berbagi menyebabkan remaja memilih seorang sahabat atau lebih dan hampir selalu yang berjenis kelamin sama. Remaja akan menghabiskan waktunya dengan mengobrol bersama dengan sahabat di telepon, selalu hadir dan bersama dengan sahabat di sekolah, di klub, dan di berbagai aktivitas lainnya. Biasanya hubungan persahabatan dapat terjalin diantara para remaja yang memiliki status sosio-ekonomi yang mirip, ras yang sama dan latar belakang keluarga yang sama; dari lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan tingkat sekolah yang sama; usia dan minat yang sama (Rice, 2002).

(21)

menunjukkan bahwa remaja dengan kualitas persahabatan yang tinggi melaporkan well-being yang tinggi (Berndt dan Kefee 2005), kesepian yang rendah (Ladd &

Coleman, 1996), dan kemampuan yang hebat mengatasi stress (Hartup & Steven, 1997).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Gerald,dkk (2007), menunjukkan bahwa remaja yang memiliki kualitas persahabatan yang lebih tinggi, lebih baik dan lebih berhasil dalam melakukan penyesuaian diri. Fungsi yang paling penting dari persahabatan yaitu memberikan dan menawarkan suatu keamanan dasar di luar keluarga. Persahabatan dapat menyediakan atau memberikan perlindungan terhadap berbagai macam masalah sosio-emosi. Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, maka persahabatan merupakan hal yang sangat penting untuk perkembangan diri remaja.

(22)

pembanding sosial (social comparison), memberikan suasana keakraban (intimacy/affection).

Santrock (dalam Dariyo, 2004) menyimpulkan bahwa persahabatan bukan merupakan sesuatu yang statis tetapi merupakan proses yang dinamis. Sebagai proses maka secara prinsip, persahabatan dapat dibentuk dan dikembangkan oleh siapa saja. Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam pembentukan persahabatan ialah faktor kepribadian individu. Kepribadian diartikan sebagai karakteristik sifat yang menentukan perilaku seseorang dalam menjalin relasi dengan orang lain. Kepribadian yang memiliki sifat-sifat positif, seperti keaktifan dan inisiatif untuk bergaul, suka menolong, kebaikan hati, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta senang memberi dukungan sosial, cenderung mampu membantu dalam menumbuhkan persahabatan daripada sifat mudah curiga, memusuhi dan perilaku antisosial yang akan cenderung menjauhkan persahabatan. Karakteristik positif tersebut berkembang karena individu mampu menerima dirinya sendiri, mengenal serta memahami dirinya. Penerimaan terhadap diri seseorang merupakan hasil dari penyesuaian diri individu. Sedangkan individu yang berperilaku memusuhi, antisosial memiliki penyesuaian diri pribadi yang buruk.

(23)

kurang ekspresif. Penampilannya di sekolah cenderung tidak modis. Apabila ia merasa kurang puas oleh perlakuan temannya di sekolah, sesampainya di rumah ia menunjukkan muka cemberut dan memaki temannya dengan kata-kata kasar di secarik kertas (Sawitri, 2008).

Kasus yang serupa dialami oleh “K” (25 tahun) seorang mahasiswa di Surabaya. Hingga menjadi seorang mahasiswa, “K” tidak memiliki teman. Sifat “K” yang pemalu, pendiam, suka menyendiri, tidak suka bertemu dengan orang, susah bergaul menyebabkan teman-teman di sekolahnya engggan mendekatinya dan berteman dengannya. Bahkan, beberapa orang yang satu kampus dengan “K”, menganggap ia adalah orang yang aneh (Moedjiarto, 2009).

Dari kedua kasus di atas, keberhasilan penyesuaian diri pribadi seseorang merupakan hal yang penting guna menjalin relasi dengan orang lain terutama dalam persahabatan. Seseorang yang memiliki rasa rendah diri dalam pergaulan, pasif dalam berinteraksi dengan orang lain, dan kurang percaya diri untuk bergaul dengan orang lain, cenderung menjauhkan seseorang untuk berinteraksi dan menjalin relasi dengan orang lain termasuk persahabatan.

(24)

efisien, memuaskan dan sehat. Akibatnya, individu dapat mengatasi konflik mental, frustasi, kesulitan pribadi dan sosial tanpa mengembangkan perilaku simptomatik dan gangguan psikosomatik yang mengganggu tujuan-tujuan moral, sosial, agama dan pekerjaan, sehingga mampu manciptakan dan mengisi hubungan antarpribadi dan kebahagiaan timbal balik yang mengandung realisasi dan perkembangan kepribadian terus-menerus (Ali & Asrori, 2009).

Meskipun beberapa penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara persahabatan dan penyesuaian diri, namun pada kenyataannya masih ada masalah yang dialami oleh remaja mengenai penyesuaian diri yang kurang bagus sehingga dikucilkan teman sebayanya dan menimbulkan perasaan kesepian serta keinginan untuk mati. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut apakah ada hubungan antara penyesuaian diri pribadi remaja dengan persahabatan pada remaja.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah : apakah ada hubungan antara penyesuaian diri pribadi dan tingkat kualitas persahabatan pada remaja?

C. Tujuan Penelitian

(25)

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat digunakan untuk memberikan kontribusi wacana di bidang psikologi perkembangan dan psikologi sosial, khususnya yang berkaitan dengan penyesuaian diri pribadi dan persahabatan pada remaja.

2. Manfaat Praktis

(26)

8 1. Pengertian Remaja

Istilah remaja berasal dari bahasa asli yaitu adolescence yang artinya ‘tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Menurut Hurlock (1990) adolescence memiliki arti yang luas yaitu mencakup kematangan mental,

emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini didukung oleh Piaget (dalam Ali & Asrori, 2009) yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau setidaknya sejajar.

Bigot dkk (dalam Mappiare, 1982) menyebutkan bahwa masa pubertas berada dalam usia lima belas sampai delapan belas tahun dan masa remaja berada dalam usia delapan belas tahun sampai dengan dua puluh satu tahun. Namun, terdapat petunjuk bahwa usia antara lima belas tahun sampai dengan dua puluh satu tahun disebut pula sebagai masa pubertas.

(27)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa kematangan diri dan berintegrasi dengan masyarakat yang berlangsung kira-kira dari usia tiga belas tahun hingga dua puluh satu tahun.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu. Apabila individu berhasil, akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, apabila individu gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat kematangan fisik, sedangkan yang lainnya tumbuh dan berkembang karena nilai-nilai dan aspirasi individu (Havighurt dalam Ali & Asrori, 2009).

Tugas perkembangan pada masa remaja berfokus pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan, berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1990) adalah sebagai berikut : a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.

(28)

f. Mengembangkan konsep dan keterampilam intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua h. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

i. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. Menurut Hurlock (1990), salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit yaitu berhubungan dengan perubahan sosial, dimana remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok teman sebaya, pengelompokan sosial yang baru dan nilai-nilai dalam seleksi persahabatan. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Oleh karena itu, Havighurst (dalam Ali & Asrori, 2009) salah satu tugas perkembangan remaja yang harus diselesaikan dengan baik oleh remaja adalah mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

(29)

B. Persahabatan

1. Pengertian Persahabatan

Persahabatan adalah salah satu bentuk hubungan interpersonal. Persahabatan merupakan suatu hubungan yang erat dan mendalam antara individu sebagai pribadi yang unik, dimana di dalamnya terdapat adanya berbagi rasa, memberi dukungan, saling mempercayai dan terbuka untuk berkomunikasi (Suardiman, 1984).

Liliweri (1997) mengemukakan bahwa persahabatan adalah hubungan yang lebih dari sekedar teman biasa. Hal ini ditandai oleh adanya keakraban, kepercayaan, kejujuran, keseimbangan, dan kesejajaran kedudukan. Dalam persahabatan, pelaku-pelakunya terlibat dalam proses pertukaran informasi dan cerita-cerita yang bersifat pribadi.

Persahabatan merupakan hubungan emosional antara dua individu atau lebih, baik sejenis maupun berbeda jenis kelamin yang didasarkan atas adanya rasa pengertian, menghargai dan mempercayai satu sama lain. Hal yang membuat mereka mengadakan hubungan yang akrab adalah unsur komitmen, yaitu tekad untuk mempertahankan hubungan tersebut (Dariyo, 2004).

(30)

melakukan tukar informasi, sharing atau berbagi pengalaman, ataupun melakukan kerjasama (Dariyo, 2004).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persahabatan merupakan bentuk hubungan interpersonal, dimana ada hubungan emosional yang ditandai oleh adanya kepercayaan, kejujuran, keakraban, dan komitmen. Persahabatan tidak mengandung unsur seksual melainkan mengadakan tukar informasi, sharing maupun bekerjasama.

2. Karakteristik Persahabatan

Antara sahabat dan teman memiliki perbedaan meskipun keduanya sama-sama merupakan hubungan satu individu dengan individu lain. Seorang sahabat lebih memiliki kedekatan emosional (emotional attachment) dengan individu yang dipercayai dibandingkan dengan seorang teman (Ali & Asrori, 2004). Hubungan interpersonal disebut sebagai persahabatan jika memiliki unsur-unsur :

a. Kepercayaan

Kepercayaan didefinisikan sebagai kemampuan menyimpan rahasia orang lain. Dalam persahabatan, harapan terhadap partner adalah mampu menyimpan dan tidak menceritakan kepada orang banyak mengenai apa yang telah didengarnya (Santrock, 2003).

b. Kejujuran

(31)

keadaan dan apa yang terjadi diantara mereka tanpa kekhawatiran (Ahmadi, 1991).

c. Keakraban

Keakraban dalam persahabatan secara sempit diartikan sebagai pengungkapan diri atau membagi pemikiran-pemikiran pribadi. Pengetahuan yang mendalam dan pribadi tentang teman juga digunakan sebagai ukuran keakraban. Sahabat akan membagi masalah dengan mereka, memahami mereka dan mendengarkan mereka pada saat mereka berbicara tentang pemikiran dan perasaan mereka sendiri (Santrock, 2003).

d. Komitmen

Komitmen dalam persahabatan dapat diartikan sebagai suatu tekad untuk mempertahankan dan memelihara hubungan persahabatan tersebut (Dariyo, 2004).

Menurut Ahmadi (1991), ada perbedaan yang penting secara kualitatif antara persahabatan dengan hubungan teman biasa, yaitu:

a. Persahabatan dan hubungan teman biasa memerlukan sifat sukarela. Hanya saja, persahabatan sifatnya pasti sukarela sedangkan keinginan untuk berteman tidak selalu bersifat sukarela.

b. Hubungan teman biasa tidak memiliki cita rasa keunikan dan individualitas yang merupakan ciri persahabatan. Kita berteman dengan tetangga kita namun tidak semuanya menjadi sahabat kita.

(32)

tingkat keintiman, sedangkan hubungan teman biasa tidak melibatkan keintiman.

d. Persahabatan harus dipelihara agar tetap hidup. Pertemanan merupakan pendahuluan atau titik awal persahabatan.

Sahabat adalah orang yang mempunyai kedudukan tertentu dalam hubungan interpersonal. Seseorang akan menempatkan orang lain menjadi sahabat karena mengenal orang tersebut dengan baik. Sahabat percaya dan menaruh harapan kepada individu sebagai orang yang mempunyai perhatian terhadap dirinya (Parrot, 2001).

Adapun karakteristik seorang sahabat menurut Wood (1997) adalah : a. Membela kita ketika sedang dalam keadaan sedih atau susah b. Membagikan berita gembira kepada kita

c. Memberikan dukungan emosional d. Mempercayai satu sama lain

e. Bersedia membantu saat dibutuhkan

f. Berusaha membuat kita gembira ketika sedang bersama-sama

(33)

3. Fungsi Persahabatan

Gottman dan Parker (dalam Santrock, 2002) menyebutkan 6 fungsi dari persahabatan, yaitu sebagai berikut :

a. Kebersamaan

Persahabatan memberikan individu teman akrab, seseorang yang bersedia menghabiskan waktu dengan mereka dan bersama-sama dalam aktivitas.

b. Stimulasi kompetensi

Pada dasarnya, persahabatan akan memberi rangsangan seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya karena memperoleh kesempatan dalam situasi sosial. Hal ini berarti bahwa melalui persahabatan seseorang memperoleh informasi yang menarik, penting dan memacu potensi, bakat ataupun minat agar berkembang dengan baik.

c. Dukungan fisik

Dengan kehadiran fisik seseorang ataupun beberapa sahabat, akan menumbuhkan perasaan berarti (berharga) bagi seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah. Kehadiran secara fisik menunjukkan kerelaan untuk menyediakan waktu, tenaga ataupun pertolongan yang dapat membangkitkan semangat hidup.

d. Dukungan ego

(34)

lain (sahabat). Dengan demikian, seseorang memiliki kekuatan moral dan semangat hidup untukmengatasi masalah-masalahnya dengan baik.

e. Perbandingan sosial

Persahabatan menyediakan kesempatan secara terbuka untuk mengungkapkan ekspresi kapasitas, kompetensi, minat, bakat dan keahlian seseorang. Dalam konteks interaksi sosial persahabatan, seseorang ingin diterima, dihargai, diakui dan dipercayai sebagai seorang yang kompeten. Akan tetapi dalam persahabatan tersebut, masing-masing individu tidak akan mencela kelemahan satu sama lain. Justru dengan demikian, individu akan membandingkan dirinya dengan orang lain.

f. Intimasi / afeksi

Tanda persahabatan yang sejati adalah adanya ketulusan, kehangatan dan keakraban satu sama lain. Masing-masing individu tidak memiliki keinginan untuk mengkhianati sahabatnya karena mereka memiliki rasa percaya, menghargai, dan menghormati keberadaan sahabat. Baik ketika bersama-sama ataupun sendirian, mereka merasakan kedekatan, kepercayaan dan penerimaan dalam kelompok. Meskipun ada beberapa perbedaan-perbedaan pemikiran, sikap atau perilaku, justru menjadi dasar untuk merasa merasa membutuhkan dukungan emosional dan dukungan sosial supaya tetap terjalin keakraban, kehangatan dan keintiman.

(35)

membagi pengalaman agar dua pihak merasa sama-sama puas dan sukses; (2) menunjukkan dukungan emosional; (3) sukarela membantu jika diperlukan pihak lain; (4) berusaha membuat pihak lain merasa senang; dan (5) membantu sesama bila ia berhalangan untuk suatu urusan.

4. Aspek-aspek Kualitas Persahabatan

Menurut Davis (dalam Santrock, 2002), kualitas persahabatan pada remaja mengandung aspek-aspek sebagai berikut :

a. Kenikmatan, yaitu suka menghabiskan waktu dengan sahabat.

b. Penerimaan, yaitu menerima sahabat seperti apa adanya tanpa mencoba mengubahnya.

c. Kepercayaan, yaitu menganggap seorang sahabat akan bertindak untuk kepentingan kita yang paling baik.

d. Mau menolong, yaitu menolong dan mendukung sahabat.

e. Menceritakan rahasia, yaitu mau berbagi pengalaman dan hal-hal rahasia dengan sahabat.

f. Mengerti, yaitu merasa bahwa seorang sahabat sangat memahami kita dan memahami apa yang kita suka.

(36)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persahabatan

(37)

C. Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Schneiders (Gunarsa, 1989) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri dan dapat diterima oleh lingkungannya. Lebih jauh Schneiders memberi pengertian bahwa penyesuaian diri itu selalu melibatkan proses mental dan respon tingkah laku. Penyesuaian diri merupakan usaha-usaha individu untuk mengatasi kebutuhan dari dalam diri, ketegangan, frustasi, dan konflik serta untuk menciptakan keharmonisan atas tuntutan-tuntutan dalam dunia sekitar.

Menurut Vembriarto (1993), penyesuaian diri merupakan suatu reaksi terhadap tuntutan-tuntutan terhadap dirinya. Tuntutan-tuntutan tersebut digolongkan menjadi tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Tuntutan internal adalah tuntutan yang berupa dorongan atau kebutuhan yang timbul dari dalam, baik yang bersifat fisik maupun sosial, misalnya: kebutuhan makan, minum, penghargaan sosial dan persahabatan. Tuntutan eksternal adalah tuntutan yang berasal dari luar diri individu, baik bersifat fisik maupun sosial, misalnya: keadaan iklim, lingkungan alam, individu lain dan masyarakat.

(38)

Menurut Davidoff (Dalam Abied, 2009) penyesuaian diri itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan. Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk menyelaraskan kebutuhan dalam diri sendiri maupun dengan tuntutan-tuntutan sosial di luar dirinya. Hal tersebut dilakukan guna mendapatkan hubungan yang lebih baik dan harmonis antara diri dan lingkungan yang dihadapinya.

2. Karakteristik Penyesuaian Diri

Sesuai dengan kekhasan perkembangan pada fase remaja, maka penyesuaian diri di kalangan remaja pun memiliki karakteristik yang khas. Karakteristik penyesuaian diri remaja antara lain: penyesuaian diri terhadap peran dan identitas, pendidikan, kehidupan seks, norma sosial, penggunaan waktu luang, penggunaan uang serta terhadap kecemasan, konflik dan frustasi (Ali & Asrori, 2004).

(39)

norma yang berlaku pada masyarakat setempat. Selain itu, penyesuaian diri berkaitan dengan sejauh mana individu yang bersangkutan memenuhi kriteria tertentu. Schneiders (1964) menyatakan bahwa individu dengan penyesuaian diri normal memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Tidak ditemukan emosi yang berlebihan

Individu yang memiliki penyesuaian diri normal menunjukkan kontrol dan ketenangan emosi yang memungkinkannya dalam menghadapi permasalahan secara inteligen dan dapat menentukan berbagai kemungkinan pemecahan masalah ketika muncul hambatan. Hal ini bukan berarti tidak ada emosi sama sekali, namun lebih menekankan pada kemampuan mengontrol emosi ketika menghadapi situasi tertentu.

b. Mekanisme pertahanan diri yang minimal.

(40)

c. Frustasi personal yang minimal

Individu yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri mempunyai frustasi personal yang minimal. Frustasi menimbulkan kesulitan untuk melakukan respon secara normal terhadap permasalahan atau situasi. Jika individu mengalami frustasi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka akan menjadi sulit baginya untuk mengorganisasikan kemampuan berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah laku untuk menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian.

d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri

Individu yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri mempunyai Kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasikan pikiran, tingkah laku dan perasaan untuk pemecahan masalah dalam kondisi sulit sekalipun. Individu tidak mampu melakukan penyesuaian diri yang baik apabila individu dikuasai oleh emosi yang berlebihan ketika berhadapan dengan situasi yang menimbulkan konflik.

e. Kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman masa lalu

(41)

analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang membantu dan mengganggu penyesuaian.

f. Sikap realistis dan objektif

Individu yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri memiliki sikap realistis dan objektif. Sikap tersebut bersumber dari belajar, pengalaman, pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah atau keterbatasan individu sebagaimana kenyataan yang sebenarnya.

Seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik (well adjusted person) jika mampu melakukan respon-respon yang matang, efisien, memuaskan dan sehat. Dikatakan efisien artinya mampu melakukan respon dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respon-respon yang dilakukannya sesuai dengan hakikat individu, lembaga, atau kelompok antarindividu, dan hubungan antara individu dengan penciptanya. Bahkan dapat dikatakan bahwa sifat sehat ini adalah gambaran karakteristik yang paling menonjol untuk melihat atau menentukan bahwa suatu penyesuaian diri itu dikatakan baik (Ali & Asrori, 2009).

Orang yang mampu menyesuaikan diri dengan baik menurut Gunarsa (1985) memiliki ciri-ciri :

a. Dapat diterima di suatu kelompok b. Dapat menerima dirinya sendiri

(42)

Orang seperti itu juga mampu menciptakan dan mengisi hubungan antarpribadi dan kebahagiaan timbal balik yang mengandung realisasi dan perkembangan kepribadian secara terus-menerus (Ali & Asrori, 2009).

Dengan demikian, orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik ialah orang yang mampu melakukan respon-respon yang matang, efisien, memuaskan dan sehat sehingga ia mampu mengisi hubungan antarpribadi dengan orang lain dan mengembangkan kepribadiannya secara terus menerus. Selain itu, mereka juga dapat menerima diri sendiri dan diterima di suatu kelompok masyarakat.

3. Aspek – aspek Penyesuaian Diri

Menurut Mu’tadin (2002) penyesuaian diri ada dua jenis, yaitu penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian sosial. Penyesuaian diri pribadi adalah penyesuaian individu terhadap dirinya sendiri dan percaya pada diri sendiri (Ali&Asrori, 2004), sedangkan penyesuaian diri sosial dapat diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain dan terhadap kelompok atau dengan kata lain bagaimana usaha individu tersebut untuk hidup dan bergaul dengan orang lain serta hidup di dalam kelompok masyarakat dimana dalam kelompok tersebut terdapat norma. (Hurlock, 1991).

Masih menurut Mu’tadin (2002), keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai dengan :

(43)

b. Adanya kemampuan untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya.

c. Tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggung jawab, dongkol, kecewa atau tidak percaya pada kondisi dirinya sehingga kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa tidak puas, rasa cemas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.

Darlega & Janda (1978) mengatakan bahwa penyesuaian diri yang sehat mengadung aspek-aspek sebagai berikut :

a. Individu dapat menerima kenyataan yang ada

b. Tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang telah lalu

c. Mampu memilih pekerjaan yang sesuai dapat memuaskan dirinya sesuai dengan kemampuan dan minatnya

d. Mampu bekerjasama dan hidup bersama dengan individu lain dalam suasana yang menyenangkan

e. Mampu mengendalikan luapan emosinya, sehingga individu merupakan orang yang tidak mudah marah, tidak mudah iri hati, tidak mudah mengalami kekecewaan dan merupakan orang yang mampu memberi respon yang rasional serta mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konflik

f. Mampu menerima diri sendiri seperti apa adanya dan tidak mengalami gangguan masalah seksual

(44)

Dalam penelitian ini penyesuaian diri yang akan diteliti adalah penyesuaian diri pribadi. Berdasarkan aspek-aspek penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Mu’tadin (2002) dan Darlega (1978), dapat diketahui aspek-aspek penyesuaian diri pribadi sebagai berikut:

a. Kesadaran akan diri

Individu lebih sadar akan dirinya. Hal ini ditandai dengan individu mampu mengenali kelebihan dan kekurangan dirinya serta lebih instropektif yang mana hal ini merupakan bagian dari kesadaran diri dan bagian dari eksplorasi diri. Selain itu, individu juga mampu bertindak realistis yaitu mampu memilih pekerjaan yang dapat memuaskan dirinya sesuai dengan kemampuan dan minat yang dimilikinya.

b. Menerima diri sendiri

Yaitu kemampuan menerima diri sendiri seperti apa adanya, tidak memiliki rasa kurang pada diri sendiri, tidak ada keluhan akan nasib dirinya, tidak mengalami gangguan masalah seksual.

c. Kontrol emosi

(45)

d. Belajar dari pengalaman

Individu mampu menerima kenyataan yang sudah terjadi dan mau belajar dari kesalahan untuk mencapai hasil yang lebih baik di kemudian hari.

D. Hubungan penyesuaian diri dan persahabatan pada remaja

Masa remaja disebut juga masa pubertas yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, emosi, sosial, moral dan kepribadian. Salah satu tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh remaja adalah mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita (Havighurst dalam Ali & Asrori, 2009). Oleh karena itu, remaja membentuk interaksi dengan orang lain melalui relasi teman sebaya yaitu persahabatan, klik dan kelompok. Yang dibahas dalam penelitian ini adalah persahabatan.

Persahabatan merupakan salah satu bentuk hubungan interpersonal. Persahabatan merupakan suatu hubungan yang erat dan mendalam antara individu sebagai pribadi yang unik, di dalamnya terdapat saling berbagi rasa, memberi dukungan, saling mempercayai dan terbuka untuk berkomunikasi (Suardiman, 1984).

(46)

kemampuan yang hebat mengatasi stress (Hartup & Steven, 1997). Dengan demikian, persahabatan memiliki arti penting bagi terbentuknya penyesuaian diri individu.

Namun, penelitian yang dilakukan oleh Baron (dalam Sarwono, 2009) menunjukkan bahwa daya tarik fisik atau penampilan dan sifat yang menyenangkan yang dimiliki seseorang, dapat memudahkan individu dan orang lain melakukan interaksi dan melakukan hubungan interpersonal. Hal ini berarti, bahwa penampilan diri dan sifat diri yang baik memiliki peran dalam hubungan interpersonal.

Dalam persahabatan terdapat hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan satu sama lain. Hal ini sesuai dengan fungsi dari persahabatan itu sendiri, yaitu membagi pengalaman, menunjukkan dukungan emosional, sukarela membantu jika diperlukan pihak lain dan berusaha membuat pihak lain merasa senang.

(47)

Penyesuaian diri pribadi ditandai dengan adanya kesadaran akan diri, menerima diri sendiri, memiliki kontrol emosi dan mampu belajar dari pengalaman. Keberhasilan seseorang dalam melakukan penyesuaian terhadap diri pribadinya akan membantu seseorang ketika berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain yaitu persahabatan. Seseorang yang memiliki penyesuaian diri pribadi yang baik, memiliki kesadaran penuh akan dirinya yaitu mampu mengenali kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri serta lebih instropektif, mampu mengeksplorasi diri dan mampu untuk bertindak realistis. Selain itu, ia juga mampu untuk menerima dirinya sendiri yang Nampak dalam sikap menerima dirinya sendiri seperti apa adanya, tidak memiliki rasa kurang pada dirinya dan tidak memiliki keluhan akan nasib dirinya. Kontrol emosinya pun bagus. Misalnya ia mampu untuk mengendalikan emosinya ketika menghadapi tuntutan-tuntutan baik yang bersumber dari dirinya sendiri ataupun orang lain. Hal ini juga tercermin melalui emosinya yang cenderung stabil seperti tidak mudah marah, tidak mudah mengalami kekecewaan, mampu menerima kenyataan yang ada dan mampu untuk bertanggung jawab. Orang yang memiliki penyesuaian diri pribadi yang baik juga mampu untuk belajar dari pengalaman yaitu mampu menerima kenyataan yang sudah terjadi dan mau belajar dari kesalahan untuk dapat terus bertumbuh ke arah yang lebih baik.

(48)

untuk menerima diri orang lain apa adanya, menaruh kepercayaan pada orang lain, dan mudah akrab dengan orang lain.

(49)

8

(50)

8

(51)

33 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah korelasional yang merupakan tipe penelitian yang berbentuk hubungan dari dua variabel atau lebih (Azwar, 1999). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kaitan antara dua variabel yaitu penyesuaian diri dan persahabatan pada remaja.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel bebas : Penyesuaian diri pribadi Variabel tergantung : Tingkat kualitas persahabatan

C.Definisi Operasional Variabel-variabel Penelitian

1. Penyesuaian diri Pribadi

Penyesuaian diri pribadi adalah penyesuaian individu terhadap dirinya sendiri dan kepercayaan pada diri sendiri. Tinggi rendahnya penyesuaian diri pribadi diukur dengan menggunakan skala penyesuaian diri pribadi yang dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Mu’tadin (2002) dan Darlega (1978), yaitu:

a. Kesadaran akan diri

(52)

mampu bertindak realistis yaitu mampu memilih pekerjaan yang dapat memuaskan diri sesuai dengan kemampuan dan minat yang dimiliki.

b. Menerima diri sendiri

Kemampuan menerima diri sendiri yaitu mampu menerima diri sendiri seperti apa adanya, tidak memiliki rasa kurang pada diri sendiri, tidak ada keluhan akan nasib diri, dan tidak mengalami gangguan masalah seksual.

c. Kontrol emosi

Kontrol emosi yaitu mampu mengendalikan emosi ketika menghadapi tuntutan-tuntutan baik dari dalam maupun dari luar diri. Hal ini ditandai dengan tidak adanya rasa benci, menerima kenyataan yang ada, tidak mudah marah, tidak mudah iri hati, dan tidak mudah mengalami kekecewaan.

d. Belajar dari pengalaman

Belajar dari pengalaman berarti mampu menerima kenyataan yang sudah terjadi dan mau belajar dari kesalahan untuk mencapai hasil yang lebih baik di kemudian hari.

Skor total yang diperoleh menunjukkan tinggi rendahnya penyesuaian diri pribadi seseorang. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, semakin tinggi penyesuaian diri pribadi. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh semakin rendah pula penyesuaian diri pribadi.

2. Tingkat Kualitas Persahabatan

(53)

keakraban, dan komitmen. Untuk mengetahui tingkat kualitas persahabatan individu, diperoleh berdasarkan persepsi subjek sendiri mengenai hubungan persahabatannya dengan teman sebaya.

Untuk mengetahui tingkat kualitas persahabatan nantinya akan diukur dengan menggunakan skala persahabatan yang dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek dari kualitas persahabatan yang dikemukakan oleh Davis (dalam Santrock, 2002) yaitu:

a. Kenikmatan, yaitu suka menghabiskan waktu dengan sahabat.

b. Penerimaan, yaitu menerima sahabat seperti apa adanya tanpa mencoba mengubahnya.

c. Kepercayaan, yaitu menganggap seorang sahabat akan bertindak untuk kepentingan kita yang paling baik.

d. Mau menolong, yaitu menolong dan mendukung sahabat.

e. Menceritakan rahasia, yaitu mau berbagi pengalaman dan hal-hal rahasia dengan sahabat.

f. Mengerti, yaitu merasa bahwa seorang sahabat sangat memahami kita dan memahami apa yang kita suka.

g. Spontanitas, yaitu Kita merasa bebas untuk menjadi diri sendiri di depan seorang sahabat.

(54)

D.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja putri dan putra yang terdaftar sebagai siswa-siswi kelas 2 SMU BOPKRI 1, Yogyakarta. Alasan dipilihnya subjek tersebut karena:

1. Pengambilan subjek penelitian di SMU BOPKRI 1 karena siswa-siswi tersebut tergolong sebagai remaja.

2. Dipilihnya subjek kelas 2 SMU BOPKRI 1 karena pada usia 15-18 tahun merupakan masa remaja tengah dimana siswa-siswi SMU lebih senang berkumpul dengan teman sebaya.

3. Dipilihnya SMU BOPKRI 1 Karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang siswanya adalah heterogen, yaitu terdiri dari siswa dan siswi. Selain itu, letak sekolah yang berada di kota, memudahkan peneliti untuk mengambil data.

E.Metode dan Alat Pengambilan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan dua macam skala, yaitu:

1. Skala Penyesuaian diri Pribadi

(55)

Tinggi rendahnya penyesuaian diri pribadi dinilai dari skor total skala penyesuaian diri pribadi subjek. Semakin tinggi skor total subjek dalam skala tersebut, semakin tinggi pula penyesuaian diri pribadinya.

Skala penyesuaian diri pribadi untuk uji coba terdiri atas 80 butir dengan presentase masing-masing aspek disajikan dalam tabel 1 blue print skala penyesuaian diri pribadi. Adapun sebaran item dapat dilihat dalam tabel 2.

Tabel 1

Blue Print Skala Penyesuaian Diri Pribadi

Aspek Favorabel Unfavorabel Total

Kesadaran akan

Tabel Penyebaran Item Penyesuaian Diri Pribadi

Indikator Favorabel Unfavorabel Total

Kesadaran

(56)

2. Skala Persahabatan

Skala persahabatan disusun sendiri oleh peneliti. Pembuatan skala ini berdasarkan karakteristik yang dikemukakan oleh Davis (dalam Santrock, 2002) sehingga diperoleh delapan aspek sebagai berikut: kenikmatan, penerimaan, kepercayaan, hormat, mau menolong, menceritakan rahasia, mengerti, dan spontanitas.

Tinggi rendahnya kualitas persahabatan dinilai dari skor total skala persahabatan subjek. Semakin tinggi skor total subjek dalam skala tersebut, semakin tinggi pula kualitas persahabatannya.

Skala persahabatan untuk uji coba terdiri atas 70 butir dengan presentase masing-masing aspek disajikan dalam tabel 3 blue print skala persahabatan. Adapun sebaran item dapat dilihat dalam tabel 4.

Tabel 3

Blue Print Skala Persahabatan

Aspek Favorabel Unfavorabel Total

Kenikmatan 7,14% 7,14% 14,285%

Penerimaan 7,14% 7,14% 14,285%

Kepercayaan 7,14% 7,14% 14,285%

Mau menolong 7,14% 7,14% 14,285%

Menceritakan rahasia 7,14% 7,14% 14,285%

Mengerti 7,14% 7,14% 14,285%

Spontanitas 7,14% 7,14% 14,285%

(57)

Tabel 4

Tabel Penyebaran Item Persahabatan

indikator Favorabel Unfavorabel Total

Kenikmatan 1,15,29,43,57 8,21,36,50,64 10 Penerimaan 3,17,31,45,59 10,23,38,52,66 10 Kepercayaan 5,19,33,47,61 12,25,40,54,68 10 Mau menolong 7,22,35,49,63 14,27,42,56,70 10 Menceritakan rahasia 9,24,37,51,69 6,16,34,48,62 10 Mengerti 11,26,39,53,67 4,18,32,46,60 10 Spontanitas 13,28,41,55,65 2,20,30,44,58 10

Total 35 35 70

Metode yang digunakan dalam penyusunan skala persahabatan adalah metode Likert. Skor jawaban untuk pernyataan favorabel dan unfavorabel dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5

Skor Jawaban Pernyataan Favorabel dan Unfavorabel Skala Penyesuaian Diri Pribadi dan Persahabatan

Jawaban Skor

F. Reliabilitas, Validitas dan Seleksi Item

(58)

1. Validitas

Validitas yaitu mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diselidiki lewat analisis rasional terhadap isi skala/ pernyataan item serta didasarkan penilaian atau judgement yang bersifat subjektif. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana pernyataan-pernyataan item mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana item-item pernyataan mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (Azwar 2003).

2. Reliabilitas

(59)

semakin tinggi, sebaliknya semakin mendekati angka 0 berarti koefisien reliabilitasnya semakin rendah (Azwar, 2003).

Menurut Azwar (2003), pendekatan ini bertujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian pada instrument ukur. Pendekatan ini juga dimaksudkan untuk menghindari masalah-masalah yang biasanya ditimbulkan oleh pendekatan tes ulang dan oleh pendekatan bentuk pararel. Prosedur pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subyek (single-trial administration).

3. Seleksi Item

(60)

G. Persiapan Uji Coba Alat Penelitian

1. Tempat dan Ijin Uji Coba

Uji coba dilakukan di SMU BOPKRI 1 Yogyakarta. Subjek yang diambil dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi kelas 2. Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta ijin kepada Dekan Fakultas Psikologi dengan nomor : 5/a/D/KP/Psi/USD/V/2010. Dengan mendapat surat rekomendasi dari Dekan tersebut, peneliti langsung meminta ijin kepada Bimbingan Konseling SMU BOPKRI 1 Yogyakarta.

2. Uji Coba Alat Penelitian

Uji coba ini dimulai dengan terlebih dahulu mengadakan persiapan untuk menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala penyesuaian pribadi dan skala persahabatan yang disusun oleh peneliti sendiri. Untuk mengetahui kesahihan butir item dan reliabilitas kedua skala tersebut, dianalisis menggunakan SPSS.

(61)

persahabatan disebut skala B. dari 84 subjek hanya 73 data yang layak dianalisis. Hal ini karena ada 11 eksemplar yang beberapa itemnya tidak terjawab.

Tujuan dilakukan uji coba alat ukur ini adalah untuk mencari atau mendapatkan item-item yang dianggap baik dan layak untuk digunakan kembali dalam sebuah penelitian. Seleksi item yang sahih dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor total item. Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total, biasanya digunakan batasan r ≥ 0,30 sebagai hasil konsensus (Azwar, 1999). Kriteria pemilihan 0,30 karena daya pembedanya dianggap memuaskan. Pengujian analisis kesahihan butir dilakukan dengan teknik analisis korelasi item total yang dikoreksi menggunakan program SPSS windows versi 16.

Pengujian terhadap reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan terhadap hasil ukur. Reliabilitas dianggap memuaskan bila koefisiensinya mencapai minimal rxx’ = 0,900 (Azwar, 1999). Dalam uji coba ini, pengujian reliabilitas yang digunakan adalah koefisien reliabilitas alpha (α). Pendekatan ini digunakan karena penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial-administration) dan mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi (Azwar, 1999).

3. Hasil Uji Coba

a. Uji daya diskriminasi item penyesuaian diri pribadi

(62)

koefisien korelasi yang bergerak dari 0,321 sampai 0,631. Terdapat 21 item yang gugur dari 80 item yang diujikan, yaitu 4 item dari aspek kesadaran akan diri, 4 item dari aspek penerimaan diri, 5 item dari aspek kontrol emosi dan 8 item dari aspek belajar dari pengalaman. Dari keempat aspek penyesuaian diri pribadi tidak ada indikator yang hilang. Jadi keseluruhan item berjumlah 59. Namun, hanya ada 48 item yang digunakan dalam penelitian. Hal ini karena peneliti menggugurkan beberapa item pada setiap aspek penyesuaian diri pribadi supaya setiap aspeknya memiliki jumlah item yang setara. Pengguguran ini didasarkan pada nilai korelasi item total yang terendah. Berikut ini disajikan tabel 6 nomor item yang sahih dan gugur. Tabel 7 adalah skala penyesuaian diri pribadi yang yang terdiri atas item yang sahih yang telah diurutkan dan digunakan dalam penelitian.

Tabel 6

Item penyesuaian diri pribadi yang sahih dan gugur

(63)

Tabel 7

Item penyesuaian diri pribadi yang digunakan dalam penelitian Aspek penyesuaian

Penerimaan diri 2,8, 15,21,28,41,45 10,18,24,35,43 12 Kontrol emosi 7,9,11,19,26,34,39,

Reliabilitas skala penyesuaian diri pribadi yang diolah menggunakan SPSS dengan menggunakan teknik alpha pada 59 item sebesar 0,941. Kemudian, setelah dilakukan pengguguran menjadi 48 item diperoleh alpha sebesar 0,937.

c. Uji daya diskriminasi item tingkat kualitas persahabatan

(64)

yang terendah. Berikut ini disajikan tabel 8 nomor item yang sahih dan gugur. Tabel 9 adalah skala kualitas persahabatan yang yang terdiri atas item yang sahih yang telah diurutkan dan digunakan dalam penelitian.

Tabel 8

Item persahabatan yang sahih dan gugur

Aspek persahabatan Nomor item sahih Nomor item gugur

Kenikmatan 1,15,29,43,36,64 8,21,50,57

Penerimaan 3,10,17,31,45,59 23,38,52,60

Kepercayaan 5,12,25,40,47,54,61 19,33,68

Saling menolong 7,14,22,27,42,49,63 35,56,70 Menceritakan rahasia 9,16,24,34,37,48,51,62,

Item persahabatan yang digunakan dalam penelitian Aspek persahabatan No.Item Favorabel No.Item

Unfavorabel

Jumlah

Kenikmatan 1,10,17,27 21,41 6

Penerimaan 2,11,19,28,37 6 6

Kepercayaan 3,30 7,14,24,35 6

Saling menolong 4,32,40 9,16,26 6

Menceritakan rahasia 5,13,22,33 31,39 6

Mengerti 15,23,34 20,29,38 6

Spontanitas 8,25,36,42 12,18 6

Jumlah 25 17 42

d. Reliabilitas skala persahabatan

(65)

H.Teknik Analisis Data

Analisis data dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya hubungan antar dua variabel. Setelah data terkumpul dianalisis dengan menggunakan Korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan taraf signifikasi 0,05. Proses analisis

(66)

48 1. Orientasi Kancah

Pada saat penelitian dilakukan, subjek sedang sibuk mempersiapkan diri menjelang Ulangan Umum. Oleh karena itu, banyak mata pelajaran yang menambah waktu kegiatan belajar mengajarnya. Meskipun demikian, Bimbingan Konseling tetap masuk ke semua kelas sehingga peneliti dapat menggunakan waktu Bimbingan Konseling sekitar 10 menit.

Ketika penelitian dilakukan, subjek nampak cukup antusias. Subjek bersedia bekerjasama untuk mengisi kuisioner. Ketika subjek mengisi kuisioner, ada yang duduk dengan tenang di kursinya, namun ada juga yang mencari posisi duduk yang enak seperti duduk menghadap ke belakang. Selain itu, subjek juga nampak serius dan tenang dalam mengisi kuisioner.Dari 5 kelas yang dikenakan tes hanya ada 1 kelas yang daftar hadirnya penuh, yaitu kelas IPA 3. Sedangkan 4 kelas lainnya, ada beberapa orang yang tidak hadir.

(67)

untuk kaum borjuis dan biasa saja. Para Guru berpenampilan rapi begitu pula dengan para siswanya. Pada hari senin sampai kamis, para siswa memakai seragam putih abu-abu, pada hari jumat memakai seragam pramuka dan pada hari sabtu memakai pakaian bebas dengan syarat bawahannya berbahan kain.

2. Persiapan Penelitian

Penelitian dilakukan di SMU BOPKRI 1 Yogyakarta. Subjek yang diambil dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi kelas 2. Sebelum melakukan penelitian, peneliti secara langsung meminta ijin kepada Guru Bimbingan Konseling dengan Surat Ijin Uji Coba dan Penelitian yang sudah diserahkan sebelumnya dengan Nomor: 5/a/D/KP/Psi/USD/V/2010. Setelah mendapat persetujuan dari Guru Bimbingan Konseling, maka peneliti kemudian merencanakan waktu penelitian.

B.Pelaksanaan Penelitian

(68)

yang dapat dianalisis sebanyak 107 eksemplar, yaitu dari kelas IPS 2 sebanyak 21 eksemplar, kelas IPS 4 sebanyak 20 eksemplar, kelas IPA 1 sebanyak 23 eksemplar, kelas IPA 2 sebanyak 21 eksemplar dan kelas IPA 3 sebanyak 23 eksemplar.

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu membuat buku yang terdiri dari dua skala yaitu skala penyesuaian pribadi dan skala persahabatan. Peneliti membuat buku skala sebanyak 110 buah dan mempersiapkan 120 bolpoin sebagai cinderamata. Setelah itu, peneliti merencanakan waktu penelitian yang disesuaikan dengan waktu pelajaran Bimbingan Konseling.

(69)

C. Deskripsi Data Penelitian

Tabel 10

Deskripsi Data Subjek Penelitian

Kategori Keterangan Jumlah Subjek Jumlah per kategori

Berdasarkan deskripsi di atas, rata-rata usia subjek adalah 17 tahun dan berjenis kelamin perempuan.

Dari data penelitian yang masuk diperoleh deskripsi data penelitian sebagai berikut:

Tabel 11

Mean Teoritik, Mean Empiris, Standar Deviasi (SD)

Skala Mean Teoritik Mean empiris SD

Penyesuaian Pribadi 120 147,98 14,071

Persahabatan 105 129,58 12,257

Untuk mengetahui tingkat penyesuaian pribadi dan persahabatan dari subjek penelitian, maka dilakukan perbandingan antara mean teoritik dan mean empiris Mean teoritik adalah rata-rata skor pada alat penelitian.

(70)

Untuk mengetahui tinggi rendahnya skor kumulatif skala penyesuaian diri pribadi dan skala persahabatan, peneliti menggolongkan subjek penelitian ke dalam lima golongan kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi. Penggolongan tersebut berdasarkan nilai mean teoritik penyesuaian diri pribadi sebesar μ = 120 dan mean teoritik persahabatan sebesar μ = 105 dengan satuan standar deviasi (σ skala penyesuaian diri pribadi sebesar 24 dan σ skala persahabatan sebesar 21) yang dibagi ke dalam lima bagian (Azwar, 2000). Kriteria kategori dapat dihutung berdasarkan norma kategori skor dapat dilihat pada tabel 12. Sehingga dapat dibuat kriteria kategori penyesuaian diri pribadi dan persahabatan yang dapat dilihat pada tabel 13 dan tabel 14.

(71)

Tabel 14

Kriteria kategori kualitas persahabatan

Skala Rentang Nilai Kategori Subjek Presentase Persahabatan X≤73.5 Sangat rendah - -

73.5<X≤94.5 Rendah 1 0,9%

94.5<X≤115.5 Sedang 8 7,5%

115.5<X≤136.5 Tinggi 65 60,8%

136.5<X Sangat tinggi 33 30,8%

Dari tabel di atas diketahui bahwa penyesuaian diri pribadi subjek berada dalam kategori tinggi dan persahabatan subjek berada dalam kategori tinggi pula.

D. Hasil Analisis Data

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji normalitas sebaran dari seri program SPSS versi 16 yaitu uji normalitas One Sample Kolmogorov-smirnov (KS-Z) dengan taraf signifikansi 0,05. Data

dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05 (Priyatno, 2008).

(72)

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujian ini menggunakan SPSS dengan Test For Linearity pada taraf siginfikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear apabila signifikansi kurang dari 0,05 (Priyatno, 2008).

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS, diketahui bahwa antara variabel penyesuaian pribadi dan persahabatan terdapat hubungan yang linear (F 14,152 ; p = 0,000 atau p < 0,05).

Rekaman hasil uji asumsi selengkapnya terdapat pada lampiran.

2. Uji Hipotesis

Priyatno (2008) mengatakan bahwa analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel

(73)

Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS diketahui bahwa koefisien korelasi antara variabel penyesuaian pribadi dan persahabatan adalah 0,332 (p = 0,000 dengan uji 1 ekor; p < 0,05). Hasil analisis tersebut mempunyai arti bahwa hipotesis yang berbunyi ada hubungan positif antara penyesuaian diri pribadi dan persahabatan diterima.

Rekaman hasil uji asumsi selengkapnya terdapat pada lampiran.

E.PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara penyesuaian diri pribadi dan persahabatan pada remaja kelas 2 SMU BOPKRI I Yogyakarta. Analisis statistik yang telah dilakukan menunjukkan besarnya koefisien korelasi Product Moment Pearson antara penyesuaian pribadi dan persahabatan remaja sebesar 0,332. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara penyesuaian diri pribadi dan kualitas persahabatan remaja. Dengan demikian, semakin tinggi penyesuaian diri pribadi yang dimiliki maka kualitas persahabatannya pun semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah penyesuaian diri pribadi yang dimiliki, maka kualitas persahabatannya pun juga semakin rendah.

(74)

atau penampilan yang menarik, memiliki sifat-sifat yang menyenangkan sehingga memiliki interpersonal attraction yang positif bagi orang lain. Apabila interaksi diantara dua orang atau lebih terjadi secara mendalam dan terus-menerus, akan terjalin hubungan interpersonal yang lebih akrab seperti persahabatan.

Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Baron (dalam Sarwono, 2009) yaitu bahwa sebagian besar orang percaya bahwa laki-laki dan perempuan yang menarik menampilkan ketenangan, mudah bergaul, mandiri, dominan, gembira, seksi, mudah beradaptasi, sukses, lebih maskulin (untuk laki-laki) dan feminim (untuk perempuan) daripada orang yang tidak menarik. Jadi, seseorang akan cenderung untuk memilih berinteraksi dengan orang yang menarik dibandingkan dengan orang yang kurang mearik karena orang yang menarik memiliki karakteristik diri yang lebih positif.

(75)

Mappiare (1982) menambahkan bahwa remaja lebih tertarik dengan teman sebayanya yang memiliki tampang (rupa) yang menyenangkan, sopan dalam berpakaian, memiliki prestasi yang bagus di sekolah, pandai bergaul, suka akan humor, memperhatikan dan memahami orang lain, memiliki sikap yang lebih matang dan dewasa, mempunyai rasa percaya diri yang besar, cepat menyesuaikan diri dalam banyak situasi, mudah bekerjasama dengan siapa saja, sportif dan jujur. Sedangkan remaja tidak tertarik atau menolak teman sebayanya yang suka menyendiri, suka malu-malu, bodoh atau “tolol”, suka curiga, suka menguasai anak lain, dan suka melanggar norma-norma.

Dengan demikian, salah satu faktor yang berperan dalam pembentukan hubungan interpersonal, yaitu persahabatan adalah penyesuaian diri pribadi seseorang.

Namun, dari hasil analisis korelasi Product Moment Pearson, diketahui korelasi antara penyesuaian diri pribadi dan persahabatan adalah 0,332. Hal ini berarti antara penyesuaian diri pribadi dan persahabatan memiliki korelasi positif yang rendah. Apabila dilihat dari hasil R2, penyesuaian diri pribadi seseorang hanya menyumbang sebesar 11% bagi terbentuknya kualitas persahabatan seseorang. Dengan demikian, terdapat 89% variabel lain yang memiliki peran penting dalam terbentuknya kualitas persahabatan seseorang.

(76)

dapat terjalin diantara remaja karena ada kesamaan status sosial ekonomi, ras dan latar belakang keluarga; dari lingkungan rumah, sekolah; usia dan minat serta nilai yang sama.

Menurut Miller & Perlman (dalam Sarwono, 2009) seseorang akan merasa senang apabila ia menemukan orang lain yang mirip dengannya dan saling berbagi asal, usul, minat dan pengalaman yang sama. Semakin banyak persamaan, semakin mereka saling menyukai.

(77)
(78)

60

Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan positif antara penyesuaian diri pribadi dan tingkat kualitas persahabatan pada remaja. Artinya semakin tinggi tingkat penyesuaian diri pribadi seseorang, semakin tinggi pula tingkat kualitas persahabatannya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat penyesuaian diri pribadinya, semakin rendah pula tingkat kualitas persahabatannya.

B. Keterbatasan Penelitian

Ada beberapa keterbatasan yang dialami saat melakukan penelitian ini, antara lain :

1. Penelitian ini kurang memperhatikan pengukuran variabel persahabatan. Sebelumnya peneliti tidak mengukur terlebih dahulu apakah subjek penelitian memiliki sahabat atau tidak. Selain itu, peneliti juga kurang memaparkan seseorang yang seperti apa yang dapat dinilai sebagai sahabat dalam penelitian ini.

 

(79)

C. Saran

a. Bagi peneliti selanjutnya, apabila ingin mengetahui persahabatan pada remaja, hendaknya lebih memperhatikan kondisi subjek apakah subjek benar-benar memiliki sahabat atau hanya sekedar teman biasa. Selain itu, juga harus dapat dipastikan bahwa seseorang yang ia anggap sebagai sahabat juga menganggap seseorang tersebut sebagai sahabat.

 

(80)

62

Ahmadi, A. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Ali, M. & Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja. Bandung: Bumi aksara

Ali, M. & Asrori. 2009.Psikologi Remaja; Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Argyle, M. 1994. The Psychology of Interpersonal Behavior. New York: Penguin book, Ltd

Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Azwar, S. 2000. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset

Azwar, S. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset Berndt, TJ, & Keefe, K. 1995. Friends Influence on Adolescents Adjustment to

School. Child Development, 66 , 1312–1329

Buote, M.V., dkk. 2007. The Importance of Friends : Friendship and Adjustment Among 1st-Year University Students. Journal of Adolescent Research;22;665.

Ciairano, S.,dkk. 2007. Patterns of Adolescent Friendships, Psychological Adjustment and Antisocial Behavior: The Moderating Role of Family Stress and Friendship Reciprocal. International Journal of Behavioral Development;31;539.

Dariyo, A. 2004 . Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Darlega, V.I. & Janda, L.H. 1978. Personal Adjustment the Psychology of

Everyday Life. New Jersey: General Learning Press.

Gerald, dkk. 2007. Intercultural Friendship From The Perspectives of east Asian International Students

Gunarsa, S. & Gunarsa. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hartup, WW, & Stevens, N. 1997. Friendship and Adaptation In The Life Course.

Gambar

Gambar 1. Bagan Dinamika Hubungan Penyesuaian Diri Pribadi dan Persahabatan Remaja
Tabel 1 Blue Print Skala Penyesuaian Diri Pribadi
Tabel 3 Blue Print Skala Persahabatan
Tabel 4 Tabel Penyebaran Item Persahabatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkah Laku Operant Conditioning” bagi anak difable mental ringan dalam penyesuaian.. diri di Yayasan Pendidikan Luar

Sumbangan efektif antara penerimaan diri dengan penyesuaian diri menunjukkan bahwa koefisien determinan (r 2 ) sebesar 0, 967, sehingga variabel penerimaan diri

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyesuaian sosial merupakan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan kelompok

Penyesuaian sosial bagi remaja tuna rungu dalam kehidupannya adalah semata-mata untuk menyesuaikan diri agar dapat meningkatkan harga dirinya, serta mendapat dorongan dari orang

1) Penyesuaian diri siswa adalah kemampuan untuk dapat berperilaku dan bersikap yang sesuai dengan tuntutan yang berlaku di sekolah pada lima aspek peraturan, yang berhubungan

Skala penyesuaian diri yang dikembangkan oleh Schneiders (1964) dan diadaptasi oleh. Kusumawati (2008) terdiri dari 26 item

Permasalahan ini berkaitan dengan “apakah semakin tinggi tingkat obesitas seseorang akan diikuti dengan semakin rendah harga diri dan penyesuaian diri mereka”, berdasarkan

Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki komunikasi interpersonal baik akan mampu membina hubungan dengan orang lain sehingga ia dapat menyesuaikan diri