HUBUNGAN ANTARA SELF REGULATION LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA
OLEH
NOVA RITA LABIRO 802010066
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Self regulation learning dengan Prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang negatif dan signifikan antara Self regulation learning dengan Prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Penelitian
ini dilakukan di Fakultas Teknologi dan Informasi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiwa Fakultas Teknologi dan Informasi angkatan 2010 yang berjumlah 50 orang. Variabel Self regulation learning diukur dengan skala Motivated Strategies for Learning Questionnare (MSLQ) yang terdiri dari 46 item dan variabel Prokrastinasi Akademik menggunakan skala Prokrastinasi Tuckman yang terdiri dari 35 item. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis Product Moment Pearson. Koesifien korelasi yang diperoleh sebesar -0,006 dengan signifikansi sebesar 0,484 (p > 0,05). Sehingga didapatkan kesimpulan dari penelitian menunjukan tidak adanya hubungan yang negatif dan signifikan antara Self regulation learning dengan Prokrastinasi akademik pada mahasiswa.
The purpose of this research is to find the connection between self regulation learning
and academic procrastination on undergraduate student. The hypothesis proposed in
this research is that there is a negative connection and significant between self
regulatedlearning and academic procrastination on undergraduate student. This
research is conducted at Faculty of Information and Technology at SatyaWacana
Christian University, Salatiga. The subjects of this research are 50 undergraduate
students year of 2010. Self regulation learning is measured with motivated strategies
for learning questionnare(MSLQ) scale, which is composed of 46 items and academic
procrastination scale uses Tuckman procrastination scale which is composed of 35
items. Data analysis uses Product Moment Pearson technique. acquired correlation
coefficient is -0,006 with significance of 0,0468(p > 0,05). The conclusion is that this
research shows that there is no negative connection between self regulation learning
and academic procrastination on undergraduatestudent.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Jenjang pendidikan formal di Indonesia menetapkan seorang pelajar dapat disebut mahasiswa apabila ia telah melewati atau lulus dari jenjang pendidikan sebelumnya, yaitu Sekolah Dasar (SD 6 tahun), Sekolah Menengah Pertama (SMP 3 tahun), Sekolah Menengah Umum (SMU 3 tahun) yang kemudian melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Mahasiswa dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1990: 543) diartikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi. Sedangkan menurut situs Wikipedia, mahasiswa adalah panggilan bagi orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi.
Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus” yang
berarti keputusan hari esok. Jika digabungkan menjadi “menangguhkan” atau “menunda
sampai hari berikutnya” (Ghufron, 2010).
Penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi memiliki karakteristik berbeda dengan tingkatan jenjang pendidikan di bawahnya. Dalam perguruan tinggi diterapkan sistem SKS (Satuan Kredit Semester), hal ini menuntut mahasiswa harus dapat mengatur dan merencanakan beban kuliah dan proses belajar setiap semester. Fenomena yang terjadi justru banyak mahasiswa Psikologi UKSW Salatiga yang mengaku sering menunda-nunda mengerjakan tugasnya sampai menjelang batas waktu pengumpulan. Dengan berbagai alasan, diantaranya sudah jenuh mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan selama ini, atau dengan alasan bahwa mahasiswa pada semester akhir lebih banyak beban dan tanggung jawab selain memikirkan perkuliahan mereka juga dituntut untuk mulai mencari peluang di suatu lapangan pekerjaan dan bahkan mereka memang sedang menjalani kuliah sambil bekerja, kemudian ada juga yang menyatakan bahwa mereka terlalu sibuk dengan kegiatan yang diadakan oleh organisasi yang diikuti sehingga mereka sering menunda-nunda mengerjakan tugas kuliah.
Prokrastinasi dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari, namun pada mahasiswa menunjukan frekuensi tertinggi dibandingkan prokrastinasi pada hal lainnya. Seorang mahasiswa memiliki berbagai kegiatan yang dilakukan, diantaranya ada mahasiswi yang bekerja sambil kuliah ataupun melaksanakan kegiatan lain di luar perkuliahan. Namun, selama menuntut ilmu di perguruan tinggi, sebagai mahasiswa tidak terlepas dari kewajiban mengerjakan tugas-tugas akademik. Beberapa tuntutan penyelesaian tersebut antara lain adalah membuat berbagai macam tugas akademik maupun ujian yang merupakan suatu bentuk evaluasi bagi mahasiswa yang dilaksanakan secara rutin, serta kegiatan non akademis lainnya.(http://www.academia.edu).
belajar yang ada membuat mahasiswa melakukan penundaan memulai mengerjakan tugas, mempelajari pelajaranserta tidak cukup waktu untuk mengevaluasi hasil kerja sebelummengumpulkan tugas. Selain itu, diperoleh informasi dari beberapa mahasiswa lainnya yangmenyatakan melakukan penundaan karena melakukan aktifitas lain selain aktifitaskuliah karena bosan dengan kegiatan belajar yang ada. Jika melihat hal tersebut, maka setiap individu memiliki kemampuan meregulasi diri dalam kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap perilakunya untuk mencapai tujuan yang telah ditargetkan, yang dapat teraplikasikan dalam pembelajaran sehingga penundaan belajar akan berkurang.
Shraw, Watkins, dan Olafson (2007) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai "sengaja menunda atau menunda pekerjaan yang harus diselesaikan" (hal. 12). Penundaan sebenarnya adalah kebalikan dari motivasi - kurangnya niat atau kemauan untuk mengambil tindakan (Ryan & Deci, 2000). Penelitian menunjukkan bahwa penundaan merugikan mempengaruhi kemajuan akademis karena membatasi kualitas dan kuantitas karya siswa. Penundaan menyebabkan sejumlah hasil negatif, termasuk komitmen pada tujuan yang lebih rendah, jumlah yang lebih rendah dari waktu yang diberikan terhadap pekerjaan (Morford, 2008) dan penurunan prestasi kursus (Akinsola, Tella, & Tella, 2007.
mahasiswa memiliki kemampuan secara mandiri untuk melakukan pengaturan terhadap perencanaan kegiatan, pemonitoran dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukannya, disertai motivasi yang kuat untuk mampu menampilkan serangkaian tindakan produktif dan efektif yang ditujukan untuk pencapaian target, Begitu pula sebaliknya, apabila prokrastinasi akademik tinggi dan SRL rendah, maka ketiga ciri yang dikemukakan oleh Ferrari dkk akan muncul.
Menurut Santrock (2007) mahasiswa/siswa/pelajar yang memiliki SRL menunjukkan karakteristik mengatur tujuan belajar untuk mengembangkan ilmu dan meningkatkan motivasi, dapat mengendalikan emosi sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran, memantau secara periodik kemajauan target belajar, mengevaluasinya dan membuat adaptasi yang diperlukan sehingga menunjang dalam prestasi. Para peneliti juga menemukan terdapat korelasi positif dan cukup kuat antara SRL dengan prestasi akademik pada siswa ( Santrock, (2007). Serta SRL merupakan sebuah strategi yang sangat bagus untuk meningkatkan pembelajaran dan pemantauan akan prestasi yang diperolehnya.
Penelitian Wolters (dalam Mastuti, dkk 2006: 17) menunjukan bahwa perilaku prokrastinasi akademik memiliki hubungan dengan aspek-aspek dalam self regulation learning.
Perilaku menunda-nunda merupakan masalah yang umum di kalangan pelajar, khususnya mahasiswa perguruan tinggi. Hal ini menunjukan bahwa begitu banyak mahasiswa yang melakukan prokrastinasi, padahal mahasiswa adalah penerus bangsa yang diharapkan kelak dapat memajukan bangsa ini.
Tuckman(2002b) mempelajari prokrastinasi pada mahasiswa yang terdaftar Kursus berbasis Web. Dalam penyusunan tugas, Tuckman membandingkan penundaan Tinggi, sedang, dan rendahnya self regulation pada mahasiswa yang belum bergelar. Ia menemukan bahwa semakin tinggi self-regulation, maka semakin sedikit penundaan yang dihasilkan. (Glenda C.Rakes, Karee E. Dunn, 2010).
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Habibah Nugraheni Lestarik, Salmah Lilik, dan Aditya mengenai hubungan self regulated learning dengan prokrastinasi penyusunan skripsi pada mahasiswa fakultas sastra dan seni rupa UNS, dimana hasilnya adalah positif, tingginya self regulated learning yang dimiliki seharusnya dapat menurunkan tingkat prokrastinasi penyusunan skripsi ternyata tidak menunjukan signifikansi yang nyata.
dalam pembelajaran, tidak memiliki strategi pembelajaran, rendahnya motivasi, dan kurang memanfaatkan sumber-sumber yang ada.
Menurut Ghufron (2004), dengan adanya Self Regulation diharapkan mahasiswa mampu menampilkan serangkaian tindakan yang ditunjukan untuk pencapaian target dengan melakukan perencanaan terarah, sehingga prokrastinasi dapat lebih diminimalisir. Jadi semakin tinggi tingkat Self Regulation maka semakin rendah tingkat prokrastinasi mahasiswa.
Pada penelitian sebelumnya sendiri sudah ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkorelasi negatif dimana saat self regulation tinggi, maka prokrastinasinya akan rendah, penelitian sejenis ini sendiri belum pernah dilakukan di Fakultas Teknologi dan InformasiUniversitas Kristen Satya Wacana, sehingga membuat peneliti tertarik untuk meneliti dan ingin melihat apakah hasilnya juga akan berkorelasi negatif atau sebaliknya.
Dilihat dari keterkaitan yang ditemukan pada prokrastinasi akademik danSRLmunculdugaan peneliti akan adanya hubunganSRLdengan prokrastinasi yang berdasar padastudi literatur belum ditemukan yang melakukan penelitian tersebut terkait pada subyek mahasiswaFakultas Teknologi dan Informasi.Sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat judul hubunganSelf Regulation Learningdengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Teknologi dan Informasi UKSW.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara self regulation learning dengan tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa Fakultas
TINJAUAN PUSTAKA
Prokrastinasi Akademik
Definisi Prokrastinasi Akademik
Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus” yang
berarti keputusan hari esok. Hal ini diperkuat oleh pendapat Brown dan Holzman (Rizvi, Prawitasari &Soetjipto, 1997). Seseorang mempunyai kecenderungan menunda-nunda atau tidak segera memulai suatu kerja ketika menghadapi suatu kerja atau menghadapi suatu tugas tanpa memandang alasan yang mendasarinya disebut sebagai seseorang yang melakukan prokrastinasi atau prokrastinator.
Menurut Ferrari (dalam Meiriana Dian, 2010), menyimpulkan bahwa pengertian prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai batasan tertentu, yaitu :
(1) Prokrastinasi hanya sebagai perilaku penundaan, bahwa setiap perbuatan untuk menunda dalam mengerjakan tugas disebut sebagai prokrastinasi, tanpa mempermasalahkan tujuan serta alasan penundaan yang dilakukan.
(2) Prokrastinasi sebagai suatu kebiasaan atau pola perilaku yang dimiliki individu,yang mengarah kepada trait, penundaan yang dilakukan sudah merupakan respon tetap yang selalu dilakukan seseorang dalam menghadapi tugas, biasanya disertai oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional.
perilaku maupun struktur mental lain yang saling terkait yang dapat diketahui secara langsung maupun tidak langsung (dalam Ghufron, 2010).
Dalam beberapa pengertian prokrastinasi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prokrastinasi adalah suatu penundaan akan suatu pekerjaan yang dilakukan secara sengaja, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan atau kegiatan berprioritas rendah. Sedangkan Akademik adalah mengenai (berhubungan dengan) akademi : soal-soal bersifat ilmiah, bersifat ilmu pengetahuan, bersifat teori (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).
Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi sebagai suatu perilaku penundaan mempunyai karakteristik. Menurut Burka & Yuen, (dalam Risalatuna, 2013) seorang prokrastinator memiliki karakteristik-karakteristik tertentu, yang disebut sebagai “kode prokrastinasi”. Kode prokrastinasi ini merupakan cara berpikir yang dimiliki oleh seorang prokrastinator, yang dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang tidak realistis sehingga menyebabkannya memperkuat prokrastinasi yang dilakukannya, meskipun mengakibatkan frustrasi. Kode-kode prokrastinasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kurang percaya diri
b. Perfeksionis
Prokrastinator merasa bahwa segala sesuatunya itu harus sempurna.Lebih baik menunda daripada bekerja keras dan mengambil resiko kemudian dinilai gagal. Prokrastinator akan menunggu sampai dirasa saat yang tepat bagi dirinya untuk bertindak agar dapat memperoleh hasil yang sempurna.
c. Tingkah laku menghindari
Prokrastinator menghindari tantangan. Segala sesuatu yang dilakukannya, bagi prokrastinator seharusnya terjadi dengan mudah dan tanpa usaha.
Faktor Yang Mempengaruhi Prokrastinsi Akademik
MenurutGhufron (2010)faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :
a. Faktor Internal
Faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu yaitu:
1) Kondisi fisik individu
Faktor dari dalam diri individu yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu misalnya fatigue.
2) Kondisi psikologis individu
3) Kemandirian
Ghufron (2003), Nugrasanti (2006), dan Akhmad (2008) mengatakan bahwa salah satu anteseden prokrastinasi adalah adanya sifat ketergantungan terhadap orang lain, membutuhkan dukungan serta sifat selalu membutuhkan bantuan dari orang lain.
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu antara lain berupa pengasuhan orang tua dan lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan lenient.
1) Gaya pengasuhan orang tua: Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (dalam Ghufron, 2010) menemukan bahwa tingkat penghasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subyek penelitian anak wanita, sedangkan tingkat pengasuhan otoriter ayah menghasilkan anak wanita yang bukan procrastinator.
2) Kondisi lingkungan: Kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan dari pada lingkungan yang penuh pengawasan.
Mancini (1994) sependapat bahwa ada dua hal yang menjadi penyebab prokrastinasi, yaitu internal forces (tekanan dari dalam) dan external force (tekanan dari luar) :
a) Internal forces (Tekanan dari dalam)
(addiction to running), dan kecenderungan untuk berbuat lebih (tendency to ovecommit).
b) External forces (Tekanan dari luar)
External forces juga terdiri dari empat hal yaitu tugas yang tidak nyaman (unpleasant tasks), tugas banyak (overwhelming tasks), aliran tugas yang tidak jelas (unclear tasks flow), dan tujuan yang tidak jelas (unclear goals).
Aspek – Aspek Prokrastinasi Akademik
Tuckman, (1991), membagi tiga aspek prokrastinasi, meliputi :
1. A general self-description of the tendency to deal with things / Kecenderungan dalammelakukan sesuatu, merupakan kecenderungan untuk membuang waktu secara sia-sia dalam menyelesaikan tugas yang perlu diprioritaskan demi melakukan hal-hal lain yang kurang penting.
2. A tendency to avoid unpleasantness and to have difficulty doing unpleasant things /
Kecenderungan untuk menghindari ketidaknyamanan dan mengalami kesulitan dalam melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan yaitu kecenderungan untuk merasa keberatan mengerjakan hal-hal yang tidak disukai dalam tugas yang harus dikerjakannya tersebut atau jika memungkinkan akan menghindari hal-hal yang dianggap mendatangkan perasaan tidak menyenangkan.
Self Regulation Learning
Definisi Self Regulation Learning
Self regulation learning adalah suatu usaha yang mendalam dan memanfaatkan
sumber daya dan jaringan yang ada, memonitor dan meningkatkan proses yang mendalam. Dengan kata lain, self regulation learning mengacu pada perencanaan dan memonitor proses kognitif dan afektif yang melibatkan keberhasilan menyelesaikan tugas-tugas akademik (Kerlin, B.A. 1992).
Pintrict & Groot (1990) memberikan istilahself regulated learningdalam belajar dengan istilahSRL.Konsep self-regulation dikemukakan pertama kali oleh Bandura dalam latar teori belajar sosial. Menurut Zimmerman (2002), regulation dalam proses belajar bukanlah suatu kemampuan mental atau sebuah keterampilan dalam akademik, namunmengelola proses belajar Individusendiri melalui pengaturan dan pencapaian tujuandengan mengacu pada metokognisi dan perilaku aktif dalam belajar mandiri.Pembelajaran dengan pengaturan diri terdiri atas metakognisi, motivasi, dan tindakanterencana yang secara siklus diadaptasikan untuk mencapai tujuan pribadi (Zimmerman& Pons, 1990).Selain itu motivasi dalam konteksSRLadalahself motivationyang merupakan motivasi berasal dari diri sendiri terhadap kapasitasnya
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahwa self regulation learning mengacu pada kemampuan dari mahasiswa untuk memahami dan mengontrol belajarnya, dimana mahasiswa memerlukan untuk mengontrol belajarnya melalui keyakinan akan motivasi yang produktif dan menggunakan strategi belajar kognitif.
Aspek-aspek Self Regulation learning
Pintrich, Smith, Garcia &Mc Keachie (dalam Artino, 2009) menjelaskan strategi dalam Self Regulated Learning terbagi dalam aspek-aspek sebagai berikut:
1. Strategi Latihan
Strategi latihan termasuk penamaan item dari daftar yang harus dipelajari. (Talbot, Garcia&Pintrich, dalam Artino 2009).
2. Strategi Elaborasi
Strategi elaborasi membantu siswa menyimpan informasi dalam memori jangka panjang dengan membangun hubungan internal antara hal yang harus dipelajari (Pintrich et al, dalam Artino, 2009).
3. Strategi Pengorganisasian
Pengorganisasian digambarkan sebagai sebuah upaya aktif yang menghasilkan siswa yang terlibat dalam tugas.Strategi ini membantu siswa dalam memilih informasi yang sesuai dan juga membuat hubungan dengan informasi dalam pelajaran (Gracia & Pintrich, dalam Artino 2009).
4. Strategi Berpikir Kritis
memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau membuat evaluasi kritis sehubungan dengan standar-standar keunggulan (Pintrich et el, dalam Artino, 2009). 5. Strategi Pengaturan Diri Metakognitif
Metakognisi mengacu pada pengetahuan, kesadaran dan kontrol serta pengaturan dari kognisi. (Pintrich et al, dalam Artino, 2009).
6. Strategi Manajemen Waktu dan Lingkungan Belajar
Skala pertama dibawah sumber strategi manajemen adalah manajemen waktu dan lingkungan belajar.Manajemen waktu termasuk jadwal untuk belajar, rencana mingguan atau bulanan untuk tugas, tes dan ujian, dan secara efektif menggunakan waktu belajar untuk seting tujuan realistik (Artino, 2009).
7. Strategi Pengaturan Usaha
Pengaturan usaha menekankan self management dan mencerminkan komitmen untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan seseorang meskipun mengalami kesulitan dan gangguan. (Pintrich et al, dalam Artino 2009).
8. Strategi Belajar Dengan Teman
Belajar dengan teman mengacu pada dialog antar teman dan pertukaran intelektual, ide dan informasi yang dapat membantu siswa menjelaskan materi pelajaran dan menemukan informasi bahwa mereka tidak akan mampu melakukan sendiri (Garcia, Pintrich, dalam Artino, 2009).
9. Strategi Pencarian bantuan
Komponen Self Regulated Learning
Menurut Schunk (dalam Nono Hery, 2010) Self regulated learning memiliki tiga komponen yaitu :
1. Mengamati diri sendiri (self-observation), yaitu dengan sengaja memberikan perhatian yang spesifik dari aspek perilaku dirinya sendiri.
2. Penilaian dirinya sendiri (self-judgement), yaitu dengan membandingkan kemajuan
sekarang dengan suatu tujuan secara standar.
3. Reaksi dari dirinya sendiri (self-reaction), yaitu dengan membuat respon evaluativ
terhadap penilaian kinerja dirinya sendiri.
Hubungan Antara Self Regulation Learning dengan Prokrastinasi Akademik
yang rendah maka mengakibatkan proses belajar dan performa yang buruk, dalam hal ini siswa akan cenderung melakukan prokrastinasi akademik.
Menurut Corno, Snow & Jackson (dalam Woolfolk, 2009), mahasiswa yang mempunyai self regulated learning yang baik tahu bagaimana cara melindungi dirinya sendiri dari gangguan yang dapat mengganggu proses belajar. Mereka tahu bagaimana cara mengatasi bila merasa cemas, mengantuk atau malas. Sehingga mahasiswa yang memiliki self regulated yang baik akan memiliki kecenderungan prokrastinasi rendah. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Hariri (2010) yang menyatakan bahwa self regulated learning efektif untuk menurunkan tingkat prokrastinasi akademik.
Adanya hubungan antara prokrastinasi akademik dan self regulation juga disinyalir oleh Senecal, Koestner, & Vallerand (2001) yang menunjukkan adanya hubungan yang negatif signifikan, dimana dalam penelitiannya terdapat 25% self regulated learning rendahyang menyebabkan terjadinya prokrastinasi akademik. Artinya bahwa semakin tinggi self regulated learning mahasiswa maka semakin rendah perilaku prokrastinasi dan sebaliknya semakin tinggi prokrastinasi maka tingkat self regulated learningnya semakin rendah.
tinggi cenderung suka menunda tugas-tugas yang diberikan kepadanya sehingga menyebabkan ia mengalami penurunan prestasi belajarnya karena pengaturan self regulated learningnya yang kurang baik..
Umumnya, siswa/mahasiswa yang berhasil adalah siswa/mahasiswa yang menggunakan strategi self regulated learning (self regulated learning tinggi) dan sebagian besar sukses di sekolah sedangkan yang lainnya adalah mahasiswa yang tidak menggunakan strategi belajar dengan baik sehingga menyebabkann mahasiswa tersebut mengalami penurunan prestasi belajar.
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa dengan Self Regulation Learning yang baik seorang mahasiswa/pelajar dapat mengatur waktunya dan mencapai prestasi akademik yang baik.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil suatu hipotesis bahwa ada hubungan negatif dan signifikan antara self regulation learning dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Semakin tinggi self
regulation learningmaka semakin rendah tingkat prokrastinasi akademiknya, sebaliknya
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu : 1. Variabel Tergantung : Prokrastinasi Akademik
2. Variabel Bebas : Self Regulation Learning
Populasi Subjek Penelitian
Populasi yang akan menjadi partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Teknologi dan Informasi angkatan 2010, Universitas Kristen Satya Wacana dikarenakan berdasarkan pengamatan dan wawancara singkat yang dilakukan oleh peneliti terdapat banyak perilaku yang menunjukan gejala prokrastinasi, terutama dalam masalah pengumpulan tugas kuliah dan keterlambatan dalam menghadiri kegiatan perkuliahan.
Sementara yang diambil menjadi sampel adalah sebagian populasi yang dikenai langsung oleh suatu penelitian (Hadi, 2000), yaitu sejumlah mahasiswa Fakultas Teknologi dan Informasi angkatan 2010 dengan menggunakan metode PurposiveIncidental sampling yaitu metode pengambilan sampel dengan memilih siapa
yang kebetulan ada/dijumpai. Sampel diambil berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh penulis berdasar kriteria tertentu, yaitu mahasiswa angkatan 2010 yang masih dalam proses belajar / kuliah.
Metode Pengumpulan Data
penelitian ini menggunakan skala psikologi denganmenggunakan instrumen jenis skala Likert .Dalam skala Likert terdapat pernyataan yangterdiri dari atas dua macam, yaitu pernyataan yang favorable (mendukung ataumemihak pada objek sikap) danunfavorable (tidak mendukung objek sikap). Adapunskala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu
1. Instrumen pengambilan data yang digunakan peneliti adalah skala yang diadaptasi
dari Tuckman Procrastination Scale yang dikembangkan oleh B.W. Tuckman (1991) untuk mengukur gambaran diri secara umum mengenai kecenderungan membuang waktu, menghindari tugas karena mengalami kesulitan ketika melakukan hal yang dianggap tidak menyenangkan (task avoidance), kecenderungan menyalahkan kejadian eksternal atau orang lain untuk setiap konsekuensi berikutnya dari pilihan prokrastinasi (blaming others). Tuckman Procrastination Scale yang telah diadaptasi oleh peneliti terdiri dari 35 item dengan 4 alternatif jawaban yaitu ( SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS = Tidak Setuju, dan STS = Sangat Tidak Setuju). Skor untuk pilihan jawaban A = 4, B = 3, C = 2, D = 1.
Tanggapan untuk setiap item dari skala prokrastinasi tersebut dijumlahkan untuk membuat skor keseluruhan dari prokrastinasi. Sebelas item dari 35 item merupakan item-item unfavorable, yakni item 6, 8, 11, 13, 17, 25, 27, 29, 30, 33 dan 34.
percobaan pertama didapatkan data valid sebanyak 21 item, setelah data gugur dihapus, pada percobaan kedua didapatkan data valid sebanyak 20item.
Self Regulation Learning merupakan variabel laten yakni variabel yang tidak
dapat diamati secara langsung, sehingga memerlukan sebuah instrumen dalam pengukurannya. Salah satu instrumen yang dapat mengukur Self Regulation Learning yaitu Motivated Strategies for Learning Questionnare (MSLQ) yang dikembangkan oleh Pintrich, Smith, Garcia & Mc Keachie (dalam Artino, 2009). MSLQ dikembangkan menggunakan pandangan sosial-kognitif dari motivasi dan self regulation learning. Dari kerangka teoritis tersebut, maka dikembangkanlah MSLQ
yang terdiri dari 81 item dengan dua skala yakni Motivation Scale (Instrinsic & Extrinsic Goal Orientation, Task Value, Control of Learning Beliefs, Self Efficacy for
Learning and Performance, Test Anxiety), dan Learning Strategies Scale (Rehearsal,
Elaboration, Organization, Critical Thinking, Metacognitive Self Regulation,
Time/Study Environmental Management, Effort Regulation, Peer Learning, Help
Seeking).
Pada masing-masing skala tersebut ada pernyataan favorable dan unfavorable.Pengukuran tersebut didasarkan pada skala Likert dengan pilihan jawaban
dari angka 1 (tidak sepenuhnya benar) sampai angka 7 (Sangat Benar/Sesuai). Penentuan-penentuan item valid menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥0,250.Pada percobaan pertama didapatkan data valid sebanyak 35 item.
HASIL
Analisis Deskriptif
a. Variabel Self Regulation Learning
AnalisisDeskriptif Hasil Pengukuran Self Regulation Learning
Tabel 1.1 Kategorisasi Pengukuran Skala Self Regulation Learning
No Interval Kategori Mean N Presentase
1 175≤ x<245 Tinggi
148,44
15 30%
2 105 ≤x<175 Sedang 32 64%
3 35 ≤ x<105 Rendah 3 6%
Jumlah 50 100%
SD = 34.302Min =75Max = 213
Berdasarkan statistik deskriptif yang diperoleh pada skala Self regulation learning,skor empirik nilai minimum75 dan skor empirik nilai maksimum213, dengan
[image:28.595.84.507.227.619.2]b. Variabel Prokrastinasi Akademik
[image:29.595.85.517.163.634.2]Analisis Deskriptif Hasil Pengukuran Skala Prokrastinasi Pada Mahasiswa Tabel 1.2 Kategorisasi Pengukuran Skala Prokrastinasi Akademik
No Interval Kategori Mean N Presentase
1 60 ≤ x < 80 Tinggi
49.88
7 14%
2 40≤ x <60 Sedang 34 68%
3 20 ≤ x < 40 Rendah 9 18%
Jumlah 50 100%
SD =9.178 Min = 31 Max = 66
Berdasarkan statistik deskriptif yang diperoleh pada skala Prokrastinasi Akademik, skor empirik nilaiminimum31 dan skor empiriknilai maksimum adalah 66. Mean yang diperoleh adalah 49, 88 yang termasuk dalam kategori sedang yaitu rentang
40≤ x <60. Uji Korelasi a. Uji Normalitas
b. Uji Linieritas
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,719 dengan signifikansi 0,778 (diatas 0,05) yang menunjukkan terdapat hubungan linear antara variabel Self Regulation Learning dengan Prokrastinasi Akademik.
c. Analisis Korelasi
Tabel1.3 Hasil Uji Korelasi antara Self Regulation Learning dengan Prokrastinasi Pada Mahasiswa
Correlations
SRL PROKRASTINASTI Akademik
SRL
Pearson Correlation 1 -.006
Sig. (1-tailed) .484
N 50 50
PROKRASTINASTI Akademik
Pearson Correlation -.006 1
Sig. (1-tailed) .484
N 50 50
Pada tabel Correlations diperoleh harga koefisien korelasi antara Self Regulated Learningdengan Prokrastinasi Akademiksebesar -0,006 dengan signifikansi 0,484 (p >
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidakada hubungan antara Self Regulation Learningdengan Prokrastinasi Akademik. Sehingga hipotesis yang diajukan yaitu “Ada
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara Hubungan antara Self Regulation Learning dengan Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa Fakultas Teknologi dan Informasi angkatan 2010 di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara Self Regulation Learning dengan Prokrastinasi Akademik pada subjek mahasiswa Fakultas Teknologi dan Informasi angkatan 2010 Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, keduanya memiliki r sebesar -0,006dengan signifikansi sebesar 0,484 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel yaitu antara Self Regulation Learningdengan Prokrastinasi Akademik.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Fitrian Savira dan Yudi Suharsono (2013) terhadap variabel Self regulation Learning dengan Prokrastinasi Akademik pada siswa akselarasi. Didapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,73, dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 pada taraf 1% yang bermakna ada hubungan negatif dan sangat signifikan antara SRL dengan Prokrastinasi Akademik pada siswa akselarasi. Hasil penelitian tersebut seharusnya dapat dijadikan acuan bahwa ada korelasi antara Self regulation learning dengan tingkat Prokrastinasi.Namun pada kenyataannya hasil
penelitian ini tidak menghasilkan hal yang serupa.
mengakibatkan rata-rata mahasiswa pada lingkungan tersebut melakukan prokrastinasi. Di Fakultas Teknologi dan Informasi sendiri diakui beberapa mahasiswa lingkungan mereka adalah lingkungan yang lenient. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara terhadap beberapa subjek mahasiswa mengenai kecenderungan untuk menunda menyelesaikan tugas biasanya disebabkan oleh kurangnya kemampuan dalam mengatur waktu, kondisi yang ada disekitar lingkungan mahasiswa seperti keinginan mengerjakan tugas baru akan muncul jika teman-teman lainnya juga mulai sibuk mengerjakan tugas sehingga waktu yang masih tersisa digunakan untuk kegiatan lain yang lebih menyenangkan bagi mereka seperti bermain game.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa Prokrastinasi akademik memiliki mean/rata-rata sebesar 49,88 yang berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa mahasiswa Fakultas Informasi dan Teknologi angkatan 2010 di Universitas Kristen Satya Wacana memiliki tingkat prokrastinasi yang sedang. Sedangkan hasil penelitian dari Self regulation learningmahasiswa Fakultas Teknologi dan Informasi angkatan 2010 di Universitas
Kristen Satya Wacana diperoleh rata-rata sebesar 148,44 yang berada pada kategori sedang yang berarti hampir sebagian besar dari mereka memiliki pengaturan belajar yang baik.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS, maka untuk uji Korelasi Pearson (Product Moment) dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Self Regulation Learning dengan Prokrastinasi. Nilai signifikansi yang diperoleh (0,484)
lebih besar dari 0,05.
2. Sebagian besar subjek dengan rata-rata 49,88 memiliki tingkat prokrastinasi
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diketahui, maka penulis mengajukan saran kebeberapa pihak yaitu :
1. Peneliti selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya agar meneliti pengaruh variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi prokrastinasi, selain yang ada pada independent variabel penelitian ini, seperti modelling, self control dan tipe kepribadian.Untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan untuk menggunakan sampel lain seperti pada siswa SMA, bahkan pada kalangan umum seperti karyawan.
2. Mahasiswa
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi para mahasiswa. Mahasiswa diharapkan untuk tetap mempertahankan Self regulation learningnya, karena Self regulation learningyang tinggi tidak akan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi.Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fitria, S., & Yudi, S. (2013). Self Regulation Learning (SRL ) dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Akselarasi. Jurnal Ilmiah. Vol. 01, No.01, Januari 2013. Hal.65
Ghufron, M.N. (2003). Hubungan Kontrol Diri dan Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Orang Tua dengan Prokrastinasi Akademik. Jurnal Psikologi Tabularasa. Vol.2, no 1, 1-18
Glenda C.Rakes., & Karee E. Dunn. The University of Arkansas. (2010). The Impact of Online Graduate Students’ Motivation and Self- Regulation on Academic
Procrastination. Journal Of Interactive Online Learning. Volume 9.no.1
Spring 2010
Hadi, S. (2000). Statistic Jilid 2. Jogjakarta: Penerbit Andi
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005
Kurnia, M. (2009). Hubungan antara Kemandirian dengan Kecenderungan
Prokrastinasi Akademik Pada Remaja Akhir. Skripsi Sarjana pada Program
Psikologi. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Mayasari, M.D. (2010). Hubungan antara Persepsi Mahasiswa terhadap Metode Pengajaran Dosen dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik pada
Mahasiswa Fakultas PsikologiUniversitas HangTuah Surabaya. Insan Media Psikologi, vol.12 no.2 Agustus 2010, Hal. 95
Saifullah. (2013). Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Santrock, W. J. (2007). Life span development: Perkembangan masa hidup (jilid 2). Jakarta: Erlangga
Yoenanto, N.H. (2010). Hubungan antara Self reegulated Learning dengan Self Efficay pada Siswa Akselarasi Sekolah Menengah Pertama di Jawa Timur. Insan Media
Psikologi. Vol.12 no.2 Agustus 2010. Hal.88
http://deean-ae8.blogspot.com/2009/07/tinjauan-ilmiah-kebiasaan-siswa-menunda.html
http://www.academia.edu/4021862/1358-3065-1-PB#
(http://mitrariset.blogspot.com/2008/11/prorastinasi-akademik.html) http://id.wikipedia.org/wiki/Mahasiswa