• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802009022 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802009022 Full text"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN

MENGHADAPI MASA PENSIUN DI PT. INDOCEMENT

TUNGGAL PRAKARSA TBK CIREBON

OLEH

CHARVELIN TRIANDINI 802009022

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN

MENGHADAPI MASA PENSIUN DI PT. INDOCEMENT

TUNGGAL PRAKARSA TBK CIREBON

Charvelin Triandini Chr. Hari Soetjiningsih Krismi Diah Ambarwati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan

kecemasan menghadapi masa pensiun pada karyawan di PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk Cirebon. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel jenuh dengan populasi, dan partisipan sebanyak 70 karyawan. Alat ukur yang

digunakan untuk mengukur konsep diri mengacu pada The Tennesse Self Concept Scale

(TSCS), 78 aitem, dan kecemasan menghadapi masa pensiun 40 aitem. Hubungan

antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa pensiun diuji dengan korelasi

Pearson’s Product Moment. Koefisien korelasi yang diperoleh sebesar –0,514 dengan

nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif

signifikan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa pensiun pada karyawan

PT. Indocement Tunggal Prakarsa. Artinya semakin tinggi tingkat konsep diri akan

menuntun pada menurunnya tingkat kecemasan menghadapi masa pensiun, dan begitu

pula sebaliknya.

(9)

ii

ABSTRACT

The purpose of this study is to examine correlation between self-concept and anxiety

toward the retirement of PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cirebon. The sampling technique used in this research is saturated sample with a population and the participants are 70 employees. Measuring instrument used to measure self-concept

refers to The TennesseSelf Concept Scale (TSCS) 78 items, and anxieties toward their retirement 40 items. The relationship between self-concept and anxiety toward the

retirement is tested with Pearson's product moment correlation. The correlation coefficient is -0.514 with a significant value of 0.000 (p < 0.05). In conclusion there is a

negative significant correlation between self-concept and anxiety toward the retirement on employees of PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cirebon. It means that the higher the self-concept the less level of anxiety employees toward retirement will face ,

and vice versa.

(10)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa madya adalah individu dengan batasan usia 40 tahun, dan berakhir di

sekitar usia 65 tahun. Karakteristik dewasa madya terbagi menjadi dua berdasarkan

usia, yaitu 40 tahun sampai dengan 50 tahun, dan 50 tahun sampai dengan 65 tahun.

Dewasa madya yang berusia 40 tahun sampai dengan 50 tahun mengalami penurunan

fungsi indera seperti penglihatan, pendengaran, berkurangnya elastisitas kulit disertai

dengan penurunan masa tubuh (otot dan tulang), intensitas respon seksual menurun,

frekuensi aktivitas seksual sedikit menurun, dan angka penyakit kanker, serta

kardiovaskular meningkat. Secara kognitif, dewasa madya memiliki kesadaran akan

penuaan, kecerdasan mengkristal bertambah tinggi, kemampuan untuk membagi, dan

mengendalikan atensi serta mengolah informasi menurun (Berk, 2012).

Meskipun demikian, pemecahan masalah praktik, dan keahlian dewasa madya

semakin bagus karena diimbangi dengan pengalaman dan praktik. Pengetahuan umum

faktual, prosedural, kreativitas, dan terkait dengan pekerjaan tetap tidak berubah atau

mungkin meningkat. Secara emosional atau sosial, generativitas, dan fleksibilitas

kognitif semakin meningkat yang membuat dewasa madya mampu mandiri; identitas

gender menjadi lebih androgini; lebih banyak memelihara kekerabatan: kepuasan kerja

meningkat; dan mempersiapkan diri untuk melepas anak yang hendak meninggalkan

rumah. Pada usia 50 tahun sampai dengan 65 tahun kemampuan fisik dan kognitif

secara signifikan menurun serta angka penyakit kanker dan kardiovaskular meningkat.

Bantuan orangtua pada anak berkurang, bantuan anak ke orangtua bertambah, dan

(11)

2

Pada umumnya dewasa madya memasuki usia pensiun pada usia berkisar 55

tahun. Pensiun adalah suatu kondisi individu telah berhenti bekerja pada suatu

pekerjaan yang biasa dilakukan. Sudut psikologi perkembangan memandang pensiun

dari siklus pekerjaan turning point (titik balik), dan crisis point (titik krisis). Masa ini ditandai dengan adanya suatu periode untuk melakukan proses penyesuaian diri

kembali, dan melakukan proses sosialisasi kembali sejalan dengan tuntutan dari

pekerjaan yang baru. Pensiun dapat dikatakan masa titik balik karena masa ini adalah

masa peralihan dari individu memasuki dewasa madya. Pensiun juga merupakan titik

krisis karena ketidakmampuan individu untuk mencari pekerjaan atau melangkah akhir

dalam perjalanan karir (Eliana, 2003).

Masa pensiun sering menimbulkan perasaan cemas, dan tidak berguna di

lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat, serta cenderung menolak

datangnya masa pensiun karena takut kehilangan masa keberartian. Saat menghadapi

masa pensiun ada gejala fisiologis seperti mudah lelah ketika bekerja, jantung

berdebar-debar, kepala pusing, kadang-kadang mengalami gangguan tidur. Sedangkan gejala

psikologisnya yaitu rendah diri, tidak dapat memusatkan perhatian, timbulnya perasaan

kecewa sehingga dapat memengaruhi interaksi dengan orang lain (Sari, 2009).

Berdasarkan hasil wawancara pada 25 November 2013 dengan tiga karyawan

PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Cirebon, karyawan A dan B mengalami

kecemasan menghadapi masa pensiun, sedangkan karyawan C tidak mengalami

kecemasan menghadapi masa pensiun. Karyawan A gelisah dengan masa pensiun

karena gaji berkurang, dan takut mengalami kesulitan ekonomi sehingga mudah

tersinggung. Karyawan B merasa kuatir dengan masa pensiun karena takut tidak dapat

(12)

3

pemasukan yang membuat B mencari pekerjaan lain untuk mencukupi pengeluaran.

Sedangkan karyawan C merasa tidak gelisah menghadapi masa pensiun karena merasa

senang menghadapi masa pensiun.

Kecemasan adalah suatu keadaan yang menakutkan atau keadaan kuatir yang

mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi seperti kesehatan, relasi

sosial, ujian, karir, dan kondisi lingkungan (Nevid, 2005). Penelitian yang dilakukan

oleh Oktavianus (2011) menunjukkan individu mengalami ketidakpuasan terhadap

pekerjaan karena merasa tidak memiliki kesempatan melanjutkan pendidikan, dan tidak

sesuainya penghargaan diri yang diterima. Hal tersebut merupakan stressor. Individu tidak merasakan kecemasan menjelang pensiun karena terbiasa dengan stressor. Masa

pensiun merupakan hal biasa.

Menurut Purwanti (2009) fenomena kecemasan menghadapi masa pensiun terjadi

banyak faktor meliputi kepuasan kerja, usia, kesehatan, persepsi individu tentang

bagaimana individu akan menyesuaikan diri dengan masa pensiunnya, dan status sosial

sebelum pensiun. Konsep diri yang baik akan memberikan daya adaptasi yang baik pula

bagi individu dalam menghadapi masa pensiun. Lebih lanjut Gilmer (dalam Purwanti,

2009) berpendapat bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pensiun adalah

konsep diri.

Konsep diri adalah diri yang diamati, dialami dan dinilai oleh individu sendiri,

yaitu diri yang individu sadari. Konsep diri merupakan aspek penting dalam diri

individu karena konsep diri merupakan kerangka acuan individu dalam berinteraksi

dengan lingkungannya (Fitts, dalam Agustiani, 2006).

Individu dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika individu meyakini, dan

(13)

4

kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai, dan kehilangan daya tarik hidup.

Individu dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap

kehidupan, dan kesempatan yang dihadapinya. Individu tidak melihat tantangan sebagai

kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Individu dengan konsep diri negatif, akan

mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang

disalahkan, baik itu menyalahkan diri sendiri maupun menyalahkan orang lain (Rini,

2001).

Sebaliknya individu dengan konsep diri positif akan terlihat optimis, penuh

percaya diri, dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap

kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun

lebih menjadikannya sebagai penemuan, dan pelajaran berharga untuk melangkah ke

depan. Individu dengan konsep diri positif akan mampu menghargai dirinya, akan

melihat hal-hal positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan

datang (Rini, 2001).

Penelitian-penelitian sebelumnya tentang konsep diri dan kecemasan menghadapi

masa pensiun belum banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Astuty (dalam

Mashud, 2003) mengatakan bahwa individu cenderung dapat meminimalisir kecemasan

apabila individu memiliki konsep diri, dan penyesuaian diri yang positif. Konsep diri

individu mampu memberikan kontribusi terhadap dirinya saat menghadapi masa

pensiun penuh dengan kecemasan karena pensiun menyebabkan individu kehilangan

peran, identitas dalam masyarakat yang memengaruhi harga diri individu. Pensiun akan

kehilangan peran dalam masyarakat yang selanjutnya memengaruhi statusnya, dan pada

akhir bisa memengaruhi konsep diri. Oleh karena belum banyak yang melakukan

(14)

5

kecemasan menghadapi masa pensiun pada karyawan PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk Cirebon.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka rumusan masalahnya yaitu

apakah ada hubungan negatif antara konsep diri dengan kecemasan menghadapi masa

pensiun pada karyawan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cirebon.

TINJAUAN PUSTAKA

Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun

Kecemasan adalah suatu keadaan yang menakutkan atau keadaan kuatir bahwa

sesuatu yang buruk akan terjadi berkaitan dengan kesehatan, relasi sosial, ujian, karir,

dan kondisi lingkungan (Nevid, 2005). Pensiun dapat dibagi berdasarkan pandangan

mengenai peran pekerjaan itu sendiri dan tinjauan definisi dari sudut psikologi

perkembangan. Pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu transisi ke pola hidup baru,

ataupun merupakan akhir pola hidup. Transisi ini meliputi perubahan peran dalam

lingkungan sosial, perubahan minat, nilai dan perubahan dalam segenap aspek

kehidupan individu. Jadi individu yang memasuki masa pensiun, bisa merubah arah

hidupnya dengan mengerjakan aktivitas lain, tetapi bisa juga tidak mengerjakan

aktivitas tertentu lagi (Eliana, 2003).

Kecemasan pada masa pensiun sering muncul pada setiap individu yang sedang

menghadapi masa pensiun, dalam diri individu mengalami goncangan perasaan yang

begitu berat karena harus meninggalkan pekerjaannya (Sari, 2009).

Dapat disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi masa pensiun adalah ketakutan

karyawan dalam meninggalkan pekerjaannya karena memasuki batas usia berhenti

bekerja, dan karyawan tersebut menganggap hal ini sebagai keadaan yang mengancam

(15)

6

Gejala kecemasan individu dapat dilihat dari beberapa gejala yaitu fisik,

behavioral, dan kognitif. Gejala fisik meliputi kegelisahan, gemetar, dan berkeringat,

pusing, sulit berbicara, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, gangguan perut atau

mual, dan mudah marah. Gejala behavioral meliputi perilaku menghindar, dan perilaku melekat atau dependen. Gejala Kognitif meliputi kuatir tentang sesuatu, perasaan

terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan akan

sesuatu yang mengerikan akan terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas, ketakutan akan

kehilangan kontrol, kuatir akan di tinggal sendirian, ketakutan akan ketidakmampuan

untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa semuanya tidak bisa di kendalikan, berfikir

hal mengganggu secara berulang-ulang, merasa sulit memfokuskan pikiran atau

konsentrasi, dan sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan (Nevid, 2005).

Faktor-faktor yang memengaruhi kecemasan menghadapi masa pensiun menurut

Purwanti (2009), yaitu kepuasan pekerjaan, usia, kesehatan, persepsi individu tentang

bagaimana individu akan menyesuaikan diri pada masa pensiun, status sosial sebelum

pensiun, dan konsep diri. Kepuasan pekerjaan membawa kepuasan tersendiri karena di

samping mendatangkan uang dan fasilitas, dapat juga memberikan nilai dan kebanggaan

pada diri sendiri (karena berprestasi atau pun kebebasan menuangkan kreativitas).

Orang yang mengalami masalah saat pensiun biasanya individu memiliki mental tidak

stabil, konsep diri yang negatif, dan rasa kurang percaya diri terutama berkaitan dengan

kompetensi diri dan keuangan. Sedangkan individu yang memiliki mental stabil

memiliki konsep diri positif, rasa percaya diri kuat maka individu akan lebih dapat

menyesuaikan diri dengan kondisi pensiun.

Banyak orang yang takut menghadapi masa tua karena jika sudah tua maka fisik

(16)

7

menarik. Banyak individu mempersepsi secara negatif dengan menganggap bahwa

pensiun itu merupakan tanda individu memasuki masa tua, dan menganggap bahwa

pensiun itu merupakan pertanda dirinya sudah tidak berguna dan tidak dibutuhkan lagi

karena usia dari produktivitas makin menurun sehingga tidak menguntungkan lagi bagi

perusahaan tempat individu bekerja. Kesehatan mental dan fisik merupakan prekondisi

yang mendukung keberhasilan individu beradaptasi terhadap perubahan hidup yang

disebabkan oleh pensiun (Sofia, 2007).

Penyesuaian diri terhadap masa pensiun berkaitan dengan rencana persiapan yang

dibuat jauh sebelum masa pensiun tiba. Perencanaan yang dibuat sebelum pensiun (pola

gaya hidup yang dilakukan) akan memberikan kepuasan dan rasa percaya diri pada

individu yang bersangkutan. Bagaimana pun juga, perencanaan untuk masa pensiun

bukanlah sesuatu yang berlebihan karena banyak aspek kehidupan yang harus

disiapkan, dan dipertahankan seperti keuangan, kesehatan, spiritual dan kehidupan

sosial. Status sosial berpengaruh terhadap kemampuan individu pada masa pensiunnya.

Jika semasa kerja individu mempunyai status sosial tertentu sebagai hasil dari prestasi

dan kerja keras, maka akan cenderung lebih memiliki kemampuan adaptasi yang lebih

baik (Rini, 2001).

Selain faktor diatas menurut Gilmer (dalam Purwanti, 2009) bahwa kecemasan

pada pensiunan dipengaruhi oleh konsep diri yang dapat membawa dampak pada self image individu yang biasanya cenderung negatif. Sedangkan self image merupakan bagian dari konsep diri. Jadi dapat dikatakan bahwa individu yang mempunyai self

image yang negatif akan mempunyai konsep diri negatif. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pensiun adalah konsep diri. Konsep diri pada dewasa madya

(17)

8

pada usia lanjut, keberhasilan atau kegagalan dalam hidup dan bagaimana individu

menghabiskan waktu luangnya. Konsep diri merupakan salah satu faktor yang

memengaruhi kecemasan menghadapi masa pensiun.

Konsep Diri

Menurut Fitts (dalam Agustiani, 2006) konsep diri adalah diri yang diamati,

dialami dan dinilai oleh individu sendiri, yaitu diri yang individu sadari.

Menurut Fitts (dalam Agustiani, 2006) aspek-aspek konsep diri terdiri dari :

1. Aspek fisik menyangkut persepsi individu terhadap keadaan dirinya secara fisik.

Dalam hal ini persepsi individu mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya

(jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk dan

kurus).

2. Aspek moral-etik menggambarkan persepsi individu terhadap dirinya dilihat dari

standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi individu

mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan individu akan kehidupan

keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya yang meliputi baik atau

buruk.

3. Aspek pribadi menggambarkan perasaan atau persepsi individu tentang keadaan

pribadinya.

4. Aspek keluarga menggambarkan perasaan atau harga diri dalam kedudukannya

sebagai anggota keluarga.

5. Aspek sosial merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan

oranglain maupun lingkungan di sekitarnya.

6. Aspek identitas merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan

(18)

9

7. Aspek penerimaan dan penilai menggambarkan sejauh mana individu merasa puas

akan dirinya atau seberapa jauh individu menerima dirinya.

8. Aspek pelaku menjelaskan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang

berisikan segala kesadaran mengenai” apa yang dilakukan oleh diri”.

Hubungan Konsep Diri dengan Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun Di PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cirebon

Masalah-masalah rumit yang dialami manusia, seringkali, dan bahkan hampir

semua, sebenarnya berasal dari diri. Individu tanpa sadar menciptakan mata rantai

masalah yang berakar dari masalah konsep diri. Dengan kemampuan berpikir, dan

menilai, manusia malah suka menilai yang macam-macam terhadap diri sendiri maupun

sesuatu atau oranglain, dan bahkan meyakini persepsinya yang belum tentu objektif.

Dari situ muncul masalah inferioritas, kurang percaya diri, dan hobi mengkritik diri

sendiri (Purwanti, 2009).

Terjadinya kecemasan merupakan implementasi dari konsep diri, sedangkan

konsep diri merupakan bagaimana individu memandang dirinya sendiri, menilai dirinya,

juga bagaimana harapannya terhadap dirinya sendiri, begitu pula dengan penilaian, dan

harapan oranglain terhadap individu tersebut.Individu yang memiliki konsep diri positif

akan menghasilkan sosok individu yang bisa meminimalkan adanya kecemasan,

sedangkan individu dengan konsep diri negatif cenderung menghasilkan individu yang

memiliki tingkat kecemasan yang tinggi (Sofia, 2007).

Dalam kaitannya dengan kecemasan menghadapi masa pensiun individu,

memiliki konsep diri positif akan mempersiapkan diri sedini mungkin dalam

menghadapi masa pensiun. Individu akan memandang masa pensiun sebagai sesuatu

(19)

10

biasa individu lakukan ketika masih bekerja, menyalurkan hobi atau aktif dalam

kegiatan sosial atau keagamaan. Individu yang memiliki konsep diri negatif akan

memandang pensiun sebagai sesuatu yang menakutkan, karena penghasilan akan

berkurang, individu akan kehilangan prestise, kehilangan kekuasaan, dan kontak sosial.

Sehingga hal tersebut menimbulkan kecemasan, dan kekuatiran dalam dirinya. Individu

dengan konsep diri positif dapat lebih menghargai dirinya sesuai dengan kondisi yang

ada dalam lingkungan sekitarnya. Pemahaman diri yang positif akan mendorong

individu untuk melakukan kegiatan lain yang positif dan bermanfaat bagi orang lain.

kecemasan dalam menghadapi masa pensiun dipengaruhi oleh konsep diri yang dapat

membawa dampak self imageindividu yang biasanya cenderung negatif (Sofia, 2007).

HIPOTESIS

Ada hubungan negatif yang signifikan antara konsep diri dengan kecemasan

menghadapi masa pensiun. Semakin tinggi konsep diri maka semakin rendah

kecemasan menghadapi masa pensiun. Sebaliknya semakin rendah konsep diri maka

tingkat kecemasan menghadapi masa pensiun semakin tinggi.

METODE

Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif

dengan desain korelasional. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kecemasan

menghadapi masa pensiun, sedangkan variabel independen pada penelitian ini adalah

(20)

11

Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah karyawan dewasa madya, yang akan memasuki masa pensiun di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cirebon yang berjumlah 70 orang semuanya ( laki-laki) , dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Pegawai yang menghadapi masa pensiun, berusia 53 tahun sampai dengan 55

tahun.

b. Pegawai yang akan menghadapi masa pensiun pada tahun 2016 sampai dengan

tahun 2017.

Prosedur Sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampel jenuh dimana partisipan

dari penelitian ini adalah karyawan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cirebon

yang akan memasuki masa pensiun. Populasi pada penelitian ini sampel yang

digunakan adalah karyawan yang akan pensiun yaitu 70 orang.

Pengukuran

Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala sebagai alat pengambil data.

Terdapat dua skala yang digunakan, yaitu skala konsep diri yang disusun oleh Fitts

(1971) yang di modifikasi oleh penulis. Skala kecemasan menghadapi masa pensiun

disusun oleh penulis menggunakan aspek dari Nevid (2005).

Alternatif pilihan jawaban untuk setiap item skala konsep diri dan kecemasan

menghadapi masa pensiun yang tersedia, yaitu : SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS

(Tidak Sesuai) dan STS (Sangat Tidak Sesuai). Adapun skoring skala pada item-item

yang favorable adalah SS (Sangat Sesuai) diberi nilai 4, S (Sesuai) diberi nilai 3,

(21)

12

Sedangkan item-item unfavorable, skor skalanya kebalikan dengan skor untuk item

favorable.

Dalam penelitian ini pengukuran analisis aitem dan reliabilitas menggunakan

program SPSS 17.00 for windows. Uji analisis aitem dilakukan dengan menggunakan teknik Person Product Moment (corrected item-total correlation). Penulis

menggunakan batasan koefisien korelasi sebesar r  0,30 (Azwar, 2012) hasilnya untuk

skala Konsep Diri terdapat 49 item yang baik, koefisien korelasinya berkisar 0,318-

0,718. Koefisien reliabilitas yang diukur menggunakan teknik Alpha Cronbach α =

0,932. Untuk skala kecemasan menghadapi masa pensiun hasilnya 36 item yang baik

dengan koefisien korelasi 0,326-0,728, koefisien reliabilitasnya α = 0,947.

Prosedur pengumpulan data

Penelitian ini dimulai dengan pembuatan skala psikologis. Pembuatan skala

psikologis ini mengalami proses bimbingan yang kemudian menghasilkan dua skala

pengukuran. Skala satu mengukur variabel konsep diri dengan jumlah 78 item. Skala

dua mengukur variabel kecemasan menghadapi masa pensiun dengan jumlah 40 item.

Setelah proses bimbingan menemui kesepakatan, maka penulis mendapat ijin

melakukan penelitian pada tanggal 18 Juni 2015. Jumlah skala psikologis yang

dibagikan sesuai dengan populasi penelitian, di karenakan penelitian ini menggunakan

teknik sampel jenuh yaitu berjumlah 70 orang. Pengambilan data dilakukan pada

tanggal 23 Juni 2015- 27 Juni 2015. Dari 70 skala psikologis yang dibagikan, hanya 58

skala yang diterima penulis. Hal ini disebabkan dua belas orang karyawan tidak

mengembalikan. Maka dari itu, jumlah partisipan pada penelitian ini berjumlah 58

(22)

13

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorof Smirnov.

Data dikatakan berdisribusi normal apabila nilai p > 0,05 yang didapatkan dari

Normal Parametersa,,b Mean 154.2241 66.1207

Std. Deviation 13.98375 12.75557

Most Extreme Differences Absolute .057 .145

Positive .057 .116

Dari hasil Perhitungan diperoleh hasil bahwa Konsep Diri berdistribusi normal.

Pernyataan ini ditunjukkan oleh tabel diatas yang menunjukkan besarnya K-S-Z sebesar

0,432 dengan nilai sign = 0,992 ( p > 0,05). Begitu pula dengan data kecemasan dalam

menghadapi masa pensiun juga berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh nilai

K-S-Z sebesar 1,103 dengan nilai sign = 0,176.

Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang

linear signifikan antara dua variabel (antara variabel bebas dan variabel tergantung).

Kedua variabel dapat dikatakan linier bila nilai signifikasinya > 0,05. Hasil uji

(23)

14

Deviation from Linearity 3748.754 31 120.928 .983 .523

Within Groups 3074.583 25 122.983

Total 9274.155 57

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara konsep diri dengan kecemasan menghadapi masa pensiun memiliki hubungan yang linier, karena dari hasil uji linieritas diperoleh F beda= 0,983 dengan signifikansi sebesar 0, 523 ( p>0,05).

Analisis Deskriptif

1.Variabel Konsep Diri

Tabel 3 Kategorisasi Pengukuran Skala Konsep Diri

No Interval Kategorisasi Mean N Persentase

(24)

15

Data diatas menunjukkan persentase tiap kategori yang ada. Kategori pertama

yaitu kategori sangat rendah sebesar 0 %, kategori rendah 0 %, kategori sedang 12,06%,

kategori tinggi 67,24%, dan kategori sangat tinggi 20,68% dengan perolehan rata-rata

154,22%. Kesimpulan tingkat konsep diri berada pada tingkat tinggi, yaitu sebesar

67,24%.

Tabel 4

Kategorisasi Pengukuran Skala Kecemasan Menghadapi Masa pensiun

NO Interval Kategorisasi Mean N Persentase

1 122,4≤ × ≤ 144 Sangat Tinggi 0 0%

Data diatas menunjukkan persentase tiap kategori yang ada. Kategori pertama

yaitu kategori sangat rendah sebesar 0 %, kategori tinggi 0%, kategori sedang 8,62%,

kategori rendah 70,69 %, dan kategori sangat rendah 20,69 % dengan perolehan

rata-rata 66,12 %. Kesimpulan tingkat kecemasan menghadapi masa pensiun di

PT.Indocement Tunggal Prakarsa berada pada tingkat rendah, yaitu sebesar 70,69 %.

Uji Korelasi

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi product moment person dengan bantuan SPSS 17.0 didapatkan hubungan sebesar -0,514 dengan sig 0,000 (P <0,05).

Hal ini menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara konsep diri dengan

kecemasan menghadapi masa pensiun di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Cirebon. Pada perhitungan uji korelasi ini selain untuk menghitung korelasi antara

(25)

16

prediktor (x) terhadap variabel kriterium (y). Nilai koefisiensi determinasi (r²) pada

penelitian adalah 26,4 %, dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa pola konsep diri

memiliki sumbangan sebesar 26,4% terhadap munculnya kecemasan menghadapi masa

pensiun dan sisanya 73,6 % sumbangan dari faktor lain. Hasil analisis data dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Kecemasan Pearson Correlation -.514** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 58 58

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

PEMBAHASAN

Hasil perhitungan korelasi product moment antara variabel konsep diri dengan kecemasan menghadapi masa pensiun menunjukkan r = –0,514 dengan signifikansi

sebesar 0,000 (p< 0,05). Data tersebut dapat diartikan bahwa variabel konsep diri

dengan kecemasan menghadapi masa pensiun memiliki hubungan negatif yang

signifikan. Artinya semakin tinggi konsep diri maka semakin rendah kecemasan

menghadapi masa pensiun. Sebaliknya semakin rendah konsep diri maka tingkat

kecemasan menghadapi masa pensiun semakin tinggi. Dengan kata lain konsep diri

berperan dalam munculnya kecemasan menghadapi masa pensiun.

Berdasarkan hasil wawancara, pada umumnya karyawan yang memiliki resiko

(26)

17

konsep diri rendah. Penelitian ini menunjukkan karyawan PT.Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk Cirebon memiliki resiko kecelakaan, dan memasuki masa pensiun

mengalami kecemasan rendah dan konsep diri tinggi. PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk Cirebon meminimalkan kecelakaan kerja karyawan dengan memberi jaminan

kesehatan, dan fasilitas perlengkapan keamanan kerja. Selain itu karyawan mendapat

gaji yang sesuai, liburan bersama keluarga yang disiapkan PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk Cirebon, serta masa persiapan pensiun.

Berdasarkan hasil wawancara, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cirebon

membagi pekerjaan berdasarkan enselon yang berjumlah enam enselon yang terdiri dari

beberapa departemen. Setiap departemen memiliki resiko kecelakaan kerja yang

berbeda, namun departemen paling beresiko adalah mining. Departemen mining

bertugas membongkah bahan tambang, dan meledakan gunung kapur, menjaga fisik

kuat, dan mempunyai konsetrasi yang tinggi.

Hasil analisis data juga mengungkapkan bahwa konsep diri memiliki sumbangan

26,4 % terhadap munculnya kecemasan menghadapi masa pensiun, dan sisanya 73,6 %

dipengaruhi oleh faktor lain seperti dukungan sosial, serta perencanaan masa pensiun

(Sari, 2009). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa karyawan PT. Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk Cirebon memiliki tingkat konsep diri tinggi (67,24%), dan

tingkat kecemasan menghadapi masa pensiun berada pada tingkat yang rendah (70,69

%). Konsep diri merupakan hal yang penting artinya dalam kehidupan individu, karena

konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi. Individu

dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan, dan

kesempatan yang dihadapinya. Individu tidak melihat tantangan sebagai kesempatan,

(27)

18

cemas akan apa yang akan dihadapinya. Selain itu individu juga mudah menyerah

sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu

menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain (Sofia, 2007).

Individu dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh

percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu terhadap kegagalan yang

dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya

sebagai penemuan, dan pelajaran berharga untuk melangkah kedepan. Individu dengan

konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya, dan melihat hal-hal yang

positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan dimasa yang akan datang (Sofia, 2007).

Begitu juga dalam menghadapi masa pensiun, individu yang memiliki konsep

diri yang rendah biasanya cenderung mudah mengalami kecemasan. Hal tersebut

dilandasi oleh cara memandang diri, dan kehidupan masing-masing individu. Cara

pandang individu tersebut akan memberikan efek terhadap individu karena aktifitas dan

kegiatan individu sehari-hari diwarnai oleh pemenuhan kebutuhan hidup individu

tersebut (Sofia, 2007). Hasil penelitian Cooper Smith (dalam Nurhidayah, 1991)

menunjukkanbahwa individu memiliki konsep diri positif akan menghasilkan sosok

individu yang bisa meminimalkan adanya kecemasan, sedangkan individu dengan

konsep diri yang negatif cenderung menghasilkan individu yang memiliki tingkat

kecemasan yang tinggi.

Konsep diri merupakan faktor penggerak dalam melakukan aktifitas sehari-hari

individu. Perilaku maupun cara individu melakukan antisipasi terhadap hal-hal yang

terjadi tergantung tingkat konsep diri yang dimilikinya. Sehubungan dengan faktor

kecemasan yang merupakan salah satu sifat tiap individu, konsep diri memegang

(28)

19

individu akan memberikan pandangan terhadap diri individu bagaimana individu akan

melakukan aksi maupun reaksi yang individu terima dari lingkungannya. Konsep diri

akan memberikan solusi maupun cara bagaimana individu akan meredam atau

menghadapi kecemasan sehingga cemas yang dimilikinya tidak akan mempengaruhi

pola hidupnya (Sofia, 2007).

Kecemasan yang sering dialami oleh karyawan PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk Cirebon saat menghadapi masa pensiun merupakan hal yang wajar terjadi.

Kecemasan yang tidak dapat dibendung menimbulkan perilaku negatif yang seharusnya

terjadi. Dengan konsep diri yang dimiliki oleh karyawan PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk Cirebon, maka ketika menghadapi masa pensiun mereka rata-rata tidak

mengalami kecemasan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan

bahwa konsep diri karyawan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cirebon tinggi,

kecemasan menghadapi masa pensiun juga berada pada taraf rendah sehingga

diharapkan agar konsep diri yang dimiliki individu ditingkatkan agar lebih mampu

meminimalisir tingkat kecemasan yang sedang dialaminya saat menghadapi masa

pensiun.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis terdapat beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel konsep diri dengan

kecemasan menghadapi masa pensiun di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Cirebon. Semakin tinggi konsep diri maka semakin rendah kecemasan menghadapi

masa pensiun. Sebaliknya semakin rendah konsep diri maka tingkat kecemasan

(29)

20

2. Konsep diri sebagian besar karyawan (67,24 %) di PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk Cirebon tergolong tinggi.

3. Kecemasan menghadapi masa pensiun sebagian besar karyawan (70,69 %) di PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cirebon tergolong rendah.

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis mengajukan saran kepada beberapa

pihak :

1. Bagi karyawan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cirebon

a. Mengikuti pelatihan pengembangan konsep diri dan mengatasi kecemasan

menghadapi masa pensiun.

b. Berdiskusi dengan keluarga dan teman mengenai kecemasan menghadapi masa

pensiun.

2. Bagi perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cirebon

Mempertahankan dan meningkatkan persipan masa pensiun yang telah diadakan

sebelumnya terhadap karyawan yang akan memasuki masa pensiun.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini masih terbatas hanya kepada variabel konsep diri dan kecemasan

menghadapi masa pensiun. Artinya masih banyak variabel lain yang turut serta

memengaruhi timbulnya kecemasan menghadapi masa pensiun. Variabel-variabel lain

yang direkomendasikan oleh penulis meliputi dukungan sosial, dan perencanaan masa

(30)

21

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Agustiani, H. (2006). Psikologi perkembangan: pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: PT Refika Aditama.

Berk, L. E. (2012). Development through the lifespan: dari masa dewasa awal sampai menjelang ajal.(5th Ed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Eliana, R. (2003). Konsep diri pensiun. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran program studi Psikologi Universitas Sumatera Utara. Retrived 26 Januari 2014, from http://library.usu.ac.id/download/fk/psikologi-rika%20eliana.pdf.

Fitts, W. H. (1971). The self concept and self actualization. Los Angeles: Western Psychological Services.

Mashud. (2003). Hubungan antara konsep diri dengan kecemasan menghadapi pertandingan sepak bola kelas junior sbb Brahwijaya 82.Malang : Fakultas Psikologi Universitas Negeri.

Nurhidayah, L. F. (1991). Peranan pola asuh orangtua terhadap konsep diri siswa SMA Negeri di Kodya Malang. Malang : Fakultas Keguruan.

Nevid, J. (2005). Psikologi abnormal. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Oktavianus. (2011). Koping perawat usia madya (50-55 Tahun) menghadapi pensiun di RSUD Kabupaten Sukoharjo. Jurnal KesMaDaSKa, (2), 1.

Purwanti, P. (2009). Post Power Syndrome pada Purnawirawan Kepolisian Negara Republik Indonesia ditinjau dari Konsep Diri. (Skripsi).Semarang : Universitas Katolik Soegijapranata. Retrived 5 Oktober 2014, from http://eprints.unika.ac.id/2995/1/99.40.2940_Puji_Purwanti.pdf.

(31)

22

Sari, E. D, & Kuncoro, J. (2009). Kecemasan dalam menghadapi masa pensiun di tinjau dari dukungan sosial pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Unissula. Retrived 26 Januari 2014, from http://st284955.sitekno.com/article/3185/kecemasan-dalam-menghadapi-masa- pensiun---ditinjau-dari-dukungan-sosial---pada-pt-semen-gresik-persero-tbk.html.

Gambar

Tabel 1 Tabel Uji Normalitas
Tabel 2 Tabel Uji Linieritas
Tabel 4 Kategorisasi Pengukuran Skala Kecemasan Menghadapi Masa pensiun
Tabel 5 Tabel Uji Korelasi

Referensi

Dokumen terkait

berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya” (pasal 1 angka 28). Perubahan sekaligus pergeseran sifat rahasia bank, seperti yang dirumuskan

sebagian besar status balita di posyandu desa Tayuban adalah baik dengan pengetahuan ibu tinggi yaitu sebanyak 45 orang (56,25%), sedangkan status gizi balita kurang

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat penyesuaian diri mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Pembangunan bangsa yang dilakukan seiring dengan pembangunan karakter adalah prasyarat untuk menjadi bangsa yang besar dan untuk itu semua elemen masyarakat,

Menetapkan : PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN TENTANG PEMBERIAN TALI ASIH DAN / ATAU SANTUNAN UANG DUKA BAGI APARATUR PEMERINTAHAN DESA,

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada pengaruh antara kualitas pelayanan, store atmosphere , lokasi secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian sepeda

Fakta menyebutkan bahwa faktor pendidikan merupakan penyebab dari tingkat pengetahuan menjadi rendah, sedangkan ada faktor lainnya yaitu kurangnya informasi sehingga

Maka dapat peneliti simpulkan bahwa ke- dua model pembelajaran ini sama-sama memberikan pengaruh yang signifikan ter- hadap peningkatan hasil pukulan lob, namun model