HUBUNGAN ANTARA FINANCIAL MANAGEMENT BEHAVIOR DAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA KARYAWAN PT.
NOJORONO TOBACCO INTERNATIONAL
Ovi Prita Yulia Ratriana Y.E. Kusumiati
Enjang Wahyuningrum
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
i
behavior dan kecemasan menghadapi masa pensiun pada karyawan PT. Nojorono Tobacco International. Penelitian ini dilakukan pada 42 karyawan PT. Nojorono Tobacco International yang akan pensiun 5 tahun mendatang, berstatus bulanan, serta tidak memiliki penghasilan tambahan. Pemilihan subjek dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala
financial management behavior dan skala kecemasan menghadapi masa pensiun. Hubungan antara financial management behavior dan kecemasan menghadapi masa pensiun diuji dengan korelasi Pearson’s Product Moment. Koefisien korelasi yang diperoleh sebesar -0,472 dengan nilai signifikansi 0,002. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara financial management behavior
dan kecemasan menghadapi masa pensiun pada karyawan PT. Nojorono Tobacco International. Artinya semakin tinggi tingkat financial management behavior akan menuntun pada menurunnya tingkat kecemasan menghadapi masa pensiun dan begitu pula sebaliknya.
ii Abstract
The purpose of this study was to examine correlation between financial management
behavior and anxiety toward retirement of PT. Nojorono Tobacco International’s
employees. This study was conducted on 42 employees of PT. Nojorono Tobacco International who will retire next 5 years, monthly status, and have no additional income. Subject were selected using purposive sampling method. Data collected by using financial management behavior scale and anxiety toward retirement scale. The relationship between financial management behavior and anxiety toward retirement
analysed with Pearson’s Product Moment. The result of correlation coefficient is at -0,472 with significance 0,002 (p < 0,05). In conclusion there is negative significant correlation between financial management behavior and anxiety toward retirement of
PT. Nojorono Tobacco International’s employees. That means that increases in
financial management behavior will lead the decreases of anxiety toward retirement and vice versa.
Keywords : financial management behavior, anxiety toward retirement, retired
PENDAHULUAN
Pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang dinamis, dimana manusia mengalami pertumbuhan didalam rentang kehidupannya. Tugas perkembangan manusia yang terakhir adalah menjadi lanjut usia. Pada tugas perkembangan ini, kondisi fisik manusia tidaklah sekuat ketika berada pada tahap perkembangan sebelumnya. Hal ini biasanya memicu pandangan negatif tentang peran lansia didalam kehidupan sehari-hari. Havighurst (dalam Soetjiningsih, 2005) menyebutkan tugas perkembangan masa lanjut usia sebagai berikut: Penyesuaian terhadap kekuatan fisik yang menurun, kematian pasangan hidup, menjalin relasi dengan teman sebaya, memenuhi kewajiban sosial sebagai warga negara, meyesuaikan diri dengan gaji yang menurun dan masa pensiun, serta merealisasikan kehidupan fisik yang sesuai.
Pensiun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak lagi bekerja karena masa tugasnya telah selesai. Sedangkan definisi pensiun menurut Kail & Cavanaugh (dalam Imama, 2011) adalah proses yang kompleks yang dialami oleh orang-orang yang menarik diri atau lepas dari pekerjaan atau jabatan yang dimiliki. Sebagai proses yang kompleks, pensiun menuntut individu untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan kondisi yang ada. Kondisi tersebut adalah hilangnya interaksi dan pertemanan dengan rekan sekerja yang biasanya bertemu saat masih bekerja, merosotnya kondisi finansial keluarga, hilangnya rutinitas bekerja yang berarti bertambahnya waktu luang dan lain sebagainya. Pada individu tertentu, kondisi ini dapat memicu timbulnya kecemasan dalam menghadapi masa pensiun.
2
dengan ketakutan. Ketakutan merupakan respon terhadap bahaya yang sedang terjadi dan bersifat jelas. Sedangkan, kecemasan merupakan respon terhadap ancaman yang tidak terdefinisi atau tidak diketahui yang mungkin berasal dari konflik internal, perasaan tidak aman, atau impuls/dorongan yang tersembunyi. Alloy (dalam Fitria, 2007) mendefinisikan kecemasan sebagai ketakutan yang sangat terhadap ancaman-ancaman dan kesulitan-kesulitan yang samar-samar dan tidak jelas dimasa mendatang sehingga dapat membahayakan kesejahteraan seseorang. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi masa pensiun sebenarnya timbul oleh adanya ketakutan individu terhadap masa yang akan datang yang sifatnya tidak jelas dan mengancam, menimbulkan konflik internal sehingga membuat individu tidak nyaman dan terganggu kesejahteraan hidupnya yang berkaitan dengan gambaran masa pensiunnya.
Penyebab terjadinya kecemasan menghadapi masa pensiun atau pre-retirement anxiety
finansial yang akan diteliti adalah mengenai pengelolaan atau perilaku keuangan dari individu yang akan memasuki masa pensiun.
4
kecemasan berhubungan dengan tingginya tingkat permasalahan finansial atau keuangan.
Namun juga terdapat penelitian yang hampir serupa dan hasilnya berbeda. Dalam penelitian yang dilakukan oleh MacEwen, Barling, Kelloway & Higginbottom (2011) menyebutkan bahwa masalah kesejahteraan keuangan dengan kecemasan pensiun memiliki nilai beta tiga kali lebih kecil dibandingkan dengan nilai beta dari hubungan antara kepuasan yang diharapkan dengan aktivitas dan kecemasan pensiun. Hal ini disebabkan karena partisipan penelitian memiliki rata-rata penghasilan yang tinggi.
Hipotesis :
H0 : rxy ≤ 0 Tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara financial management behavior dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada karyawan PT. Nojorono Tobacco International
H1 : rxy > 0 Ada hubungan negatif yang signifikan antara financial management behavior dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada karyawan PT. Nojorono Tobacco International
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
1. Pengertian Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
6
bersifat subyektif, yang artinya suatu peristiwa yang menimbulkan kecemasan pada satu individu belum tentu membuat individu yang lain merasa cemas.
Hal berbahaya yang mengancam individu dalam kasus ini adalah datangnya masa pensiun. Pensiun pada dasarnya adalah kondisi dimana individu mencapai batas akhir masa bekerja. Artinya pada kondisi pensiun individu keluar dari rutinitas bekerja, kehilangan status sosial, relasi sosial dengan rekan sekerja, serta kemerosotan finansial. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ross & Drentea (1998) yang mengatakan bahwa pensiun menjauhkan individu dari komunitas, terputus dari produktivitas kerja, terisolasi secara sosial dari rekan yang lainnya, merasa kosong, bosan, tidak berguna, dan kehilangan rutinitas kehidupan.
Schawrz memandang masa pensiun sebagai akhir pola hidup atau transisi pada pola hidup baru (Soetjiningsih, 2005). Masa transisi yang dimaksud adalah perubahan dari kondisi individu yang semula bekerja menjadi tidak bekerja. Definisi lain dari pensiun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak bekerja lagi karena masa tugasnya sudah selesai. Artinya pada saat kelompok usia lanjut memasuki fase pensiun ini mereka kehilangan rutinitas bekerja yang selama ini telah dijalaninya, yang pada beberapa individu merasa ada yang hilang dalam dirinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa bekerja merupakan bagian dari ciri individu yang sehat mentalnya. Selain itu bekerja pada masa ini sering pula dipandang sebagai aktivitas dasar manusia. Sedangkan manfaat lain yang diperoleh dalam bekerja adalah individu mendapatkan fungsi sosial, status sosial, dan relasi sosial yang menghubungkan individu satu dengan yang lainnya ditengah masyarakat (Kartono, 2000).
dan kabur mengenai gambaran masa pensiun yang mengganggu kesejahteraan individu yang akan menghadapi masa pensiun.
2. Gejala-gejala Kecemasan
Gejala kecemasan menurut American Psychiatric Association (dalam Neville & Teri, 2011) meliputi khawatir, merenung, cemas terhadap sesuatu hal tanpa alasan yang jelas, merasa tegang, ketidakmampuan untuk tenang, mudah tersinggung, gelisah, konsentrasi buruk, terlalu waspada, mengalami refleks kejut yang akut, peningkatan ketegangan otot yang dikaitkan dengan rasa sakit dan nyeri, tremor halus/gemetar, pergolakan psikomotor, ditandai dengan gangguan tidur, dan kelelahan.
Reaksi kecemasan dapat berbeda pada masing-masing individu yang akan menghadapi masa pensiun, namun dapat dikatakan reaksi kecemasan yang timbul tidak jauh berbeda dengan reaksi kecemasan yang timbul pada umumnya (Fletcer & Hanson, dalam Pradono & Esterlita, 2010). Oleh karena itu untuk mengukur tingkat kecemasan, gejala-gejala kecemasan (gejala fisiologis dan gejala psikologis) akan dijadikan sebagai aspek pengukuran.
3. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab kecemasan menghadapi masa pensiun menurut Ode (dalam Dada dan Idowu, n.d.):
a. Uang atau pendapatan yang tidak mencukupi b. Tantangan dalam mengelola kesehatan mental
8
d. Perencanaan persiapan menghadapi masa pensiun yang tidak mencukupi (termasuk didalamnya perencanaan finansial)
e. Kesulitan dalam mengatur waktu
f. Ketergantungan penuh terhadap gaji yang didapatkan saat ini g. Persoalan menjaga kediaman yang telah disediakan
h.Ketidaktahuan akan penggunaan uang pensiun yang didapatkan i. Sikap dari teman dan keluarga
j.Tantangan akan pensiun yang datang secara tiba-tiba
Atamimi (dalam Pradono & Esterlita, 2010) membagi penyebab kecemasan menghadapi masa pensiun kedalam beberapa faktor, sebagai berikut:
a. Faktor Fisik
kekuatan dan daya ingat yang semakin menurun membuat individu merasa dirinya tidak dibutuhkan lagi sehingga timbul kecemasan.
b. Faktor Sosial
tidak adanya dukungan dari masyarakat perihal penghargaan terhadap kerjanya membuat individu merasa tidak berguna.
c. Faktor Ekonomi
Berkurangnya penghasilan pokok dan tambahan yang biasanya diperoleh dianggap sebagai beban sehingga muncul reaksi kecemasan pada individu tersebut.
individu, perencanaan masa pensiun yang kurang, berubahnya status sosial, faktor ekonomi termasuk didalamnya permasalahan finansial.
B. Financial Management Behavior
1. Definisi Financial Management Behavior
Financial management behavior dapat didefinisikan sebagai setiap perilaku manusia yang berkaitan atau relevan dengan pengelolaan keuangan. Perilaku pengelolaan secara umum meliputi penganggaran, pemanfaatan kredit, dan menyimpan atau menabung (Copur, n.d).
Financial Management Behavior berhubungan dengan tanggung jawab keuangan individu mengenai cara pengelolaan uangnya. Tanggung jawab keuangan sendiri didefinisikan sebagai proses pengelolaan uang dan aset lainnya dengan cara yang dianggap produktif. Sedangkan pengelolaan uang atau manajemen uang diartikan sebagai proses menguasai penggunaan aset atau uang. Ada beberapa elemen yang terkandung didalam manajemen uang yang dianggap efektif, yaitu: pengaturan penganggaran dan menilai perlunya pembelian serta hutang pensiun dalam kerangka waktu yang wajar. Tanggung jawab utama dalam manajemen keuangan adalah pengaturan anggaran, yang bertujuan untuk memastikan individu dapat mengelola dan mengatur kewajiban keuangan secara tepat waktu dengan penghasilan yang diterima pada periode waktu yang sama (Ida & Dwinta, 2010).
2. Aspek Financial Management Behavior
Terdapat lima dimensi dalam Financial Management Behavior (Dew & Xiao, 2011), yaitu:
10
b. Cash Flow atau aliran dana c. Credit (piutang)
d. Saving and Investment
e. Insurance (asuransi)
Hilgert, Hogarth & Beverly (2003) menyebutkan bahwa ada empat aktivitas pengelolaan keuangan, yaitu :
a. Cash Flow Management
Pengelolaan arus kas ini meliputi membayar tagihan tepat waktu, memeriksa rekening, mencatat daftar pembelanjaan, mencocokkan buku cek setiap bulan, serta menggunakan rencana pengeluaran atau anggaran.
b. Credit Management
Meliputi kepemilikan kartu kredit, membayar saldo kartu kredit secara penuh setiap bulan, memeriksa laporan penggunaan kartu kredit, serta membandingkan penawaran-penawaran yang diberikan sebelum mendaftar untuk kepemilikan kartu kredit. c. Saving
Meliputi kepemilikan akun tabungan atau rekening tabungan, memiliki dana simpanan darurat, menyimpan atau menginvestasikan uang dari setiap gaji yang diterima, menabung untuk tujuan jangka panjang, dan memiliki sertifikat deposito.
d. Investment
perencanaan masa pensiun yang lain seperti IRA atau rekening pensiun, serta kepemilikan obligasi.
C. Hubungan antara Financial Management Behavior dan Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
Perilaku keuangan pada setiap individu berbeda antara satu dengan yang lainnya, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kebutuhan pada masing-masing individu. Individu dengan perilaku keuangan yang baik tentu dapat mengatur dan memenuhi kebutuhannya dengan baik. Individu dengan perilaku pengelolaan keuangan yang baik dapat membawa kesejahteraan hidup baik secara psikologis maupun finansial. Begitu pula sebaliknya, individu dengan perilaku pengelolaan keuangan yang buruk dapat mengganggu kesejahteraan hidup seseorang dan memungkinkan timbulnya kecemasan atau stress (Krishnna & Rofaida, 2009). Terlebih dalam kondisi individu yang berada pada fase menghadapi masa pensiun. Pada fase menghadapi masa pensiun ini, umumnya para karyawan akan mulai berpikir kondisi masa setelah pensiun. Salah satu aspek yang menjadi perhatian penting dari para karyawan yang akan menghadapi masa pensiun ini adalah aspek finansial atau keuangan yang mengalami kemrosotan (Owen & Wu, 2006).
12
METODE PENELITIAN Variabel Penelitian
Variabel-variabel pada penelitian ini dirumuskan sebagai: Variabel bebas : financial management behavior
Variabel terikat : kecemasan menghadapi masa pensiun Partisipan
Partisipan penelitian ini merupakan karyawan PT. NTI yang berstatus bulanan dan akan memasuki masa pensiun 5 tahun yang akan datang dengan rentang usia 50-60 tahun serta tidak memiliki penghasilan tambahan diluar gaji yang diterima dari PT. NTI. Populasi pada penelitian ini berjumlah 406 jiwa, dan sampel penelitian berjumlah 42 jiwa dan semuanya digunakan sebagai subjek penelitian karena memenuhi kriteria yang telah ditetapkan penulis (purposive sampling).
Pengukuran
Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket sebagai alat pengambilan data. Terdapat dua angket yang digunakan, yaitu angket financial management behavior yang disusun oleh Dew&Xiao (2011).
Tabel 1
Komposisi Item Financial Management Behavior
Variabel Indikator Item Jumlah
Favorabel Unfavorabel
Financial management
behavior
Cash flow management
1, 2, 3, 4 - 4
Credit management
5 6, 7 3
Saving and investment
8, 9, 10, 11, 12
Insurance 13, 14, 15 - 3
Jumlah 13 2 15
Sedangkan angket kecemasan menghadapi masa pensiun yang disusun oleh penulis yang mengacu pada aspek yang diukur salam Zung anxiety self-assessment scale.
Tabel 2
Komposisi Item Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
Variabel Indikator Item Jumlah
Favorabel Unfvorabel Kecemasan
menghadapi masa pensiun
Gejala Fisiologis
6, 8, 11,15 13 5
Gejala Psikologis
1, 2, 3, 4, 7, 12, 16, 17,20
5, 9, 10, 14, 18, 19
15
Jumlah 13 7 20
Alternatif pilihan jawaban untuk setiap item skala financial management behavior dan kecemasan menghadapi masa pensiunyang tersedia, yaitu: Hampir Tidak Pernah (HTP), Kadang-Kadang (KK), Sering (S) dan Sangat Sering (SS). Adapun skoring skala pada item-item yang favorable adalah skor 4 untuk (SS), skor 3 untuk (S), skor 2 untuk (KK) dan skor 1 untuk (HTP). Sebaliknya pada item-item unfavorable
14
HASIL PENELITIAN Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam penelitian ini pengukuran validitas dan reliabilitas menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik
Pearson Product Moment. Penulis menggunakan batasan koefisien korelasi yang dianggap memuaskan dan memberikan kontribusi yang baik dalam menentukan valid atau tidaknya item, yaitu sebesar r ≥ 0,30 (Azwar, 2012). Maka setelah ditentukan batasan, dilakukan uji validitas pertama pada skala Financial Management Behavior
(FMB) dan terdapat 2 item yang dinyatakan gugur. Kemudian dilakukan uji validitas kedua dengan membuang 2 item yang gugur, hasilnya terdapat 1 lagi item yang dinyatakan gugur. Hingga pada pengujian validitas ketiga tidak terdapat item yang gugur, sehingga jumlah item yang valid pada penelitian ini sebanyak 12 item, koefisien validitasnya berkisar antara 0,329 sampai 0,755 dengan koefisien reliabilitas yang diukur menggunakan teknik Alpha Cronbach senilai α = 0,869.
Selanjutnya dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas untuk skala Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun. Pada penghitungan pertama tidak ada item yang dinyatakan gugur yang artinya terdapat 20 item yang valid. Koefisien validitasnya tergolong cukup tinggi, yaitu berkisar antara 0,532 sampai 0,875 dengan koefisien reliabilitasnya sebesar α = 0,959.
Uji Normalitas
Tabel 3
Tabel Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
FMB KECEMASAN
N 42 42
Normal Parametersa Mean 28.71 34.55
Std. Deviation 6.429 11.017
Most Extreme Differences Absolute .116 .193
Positive .116 .193
Negative -.100 -.123
Kolmogorov-Smirnov Z .751 1.249
Asymp. Sig. (2-tailed) .625 .088
a. Test distribution is Normal.
Dari hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa financial management behavior
berdistribusi normal. Pernyataan ini ditunjukkan oleh tabel diatas yang menunjukkan besarnya nilai K-S-Z sebesar 0,751 dengan nilai sign. = 0,625 (p > 0,05). Begitu pula dengan data kecemasan dalam menghadapi masa pensiun juga berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh nilai K-S-Z sebesar 1.249 dengan nilai sign. = 0,088 (p > 0,05).
Uji Linearitas
16
Tabel 4 Tabel Uji Linearitas
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara financial management behavior dengan kecemasan menghadapi masa pensiun memiliki hubungan yang linear, karena dari hasil uji linearitas diperoleh F = 1,373 dengan nilai signifikansi sebesar 0,235 (p > 0,05).
Analisis Deskriptif
1. Variabel Financial Management Behavior
Tabel 5
Kriteria Skor Financial Management Behavior
No Interval Kategori F (%) Mean Standar
deviasi
1. 39 ≤ x ≤ 48 Sangat Tinggi 3 7,1%
28,71 6,429
2. 30 ≤ x < 39 Tinggi 17 40,5%
3. 21 ≤ x < 30 Rendah 18 42,9%
4. 12 ≤ x < 21 Sangat Rendah 4 9,5%
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
KECEMASAN * FMB
Between Groups
(Combined) 2957.405 17 173.965 2.068 .050
Linearity 1109.907 1 1109.907 13.194 .001
Deviation from
Linearity 1847.498 16 115.469 1.373 .235
Within Groups 2019.000 24 84.125
Data diatas menunjukkan tingkat financial management behavior dari 42 subjek yang berbeda, mulai dari tingkat rendah hingga tingkat yang sangat tinggi. Presentase untuk kategori sangat rendah adalah 9,5%, kategori rendah 42,9%, kategori tinggi sebesar 40,5% dan kategori sangat tinggi sebesar 7,1%. Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 28,71 dengan standar deviasi sebesar 6,429. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat financial management behavior pada karyawan PT. Nojorono Tobacco International berada pada tingkat yang rendah.
2. Variabel Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun Tabel 6
Kriteria Skor Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
No Interval Kategori F (%) Mean Standar
deviasi
1. 65≤ x ≤ 80 Sangat Tinggi 0 0%
34,55 11,017
2. 50 ≤ x < 65 Tinggi 6 14,3%
3. 35 ≤ x < 50 Rendah `10 23,8%
4. 20 ≤ x < 35 Sangat Rendah 26 61,9%
18
Uji Korelasi
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi product moment-Pearson dengan bantuan SPSS 16.0 didapatkan hubungan sebesar – 0,472 dengan sig. = 0,002 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara financial management behavior dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada karyawan PT. Nojorono Tobacco International. Pada perhitungan uji korelasi ini selain untuk menghitung korelasi antar variabel juga dapat digunakan untuk menunjukkan berapa besar sumbangan variabel prediktor (x) terhadap variabel kriterium (y). Nilai koefisiensi determinasi (r2) pada penelitian ini adalah 22,28%, dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa pola financial management behavior memiliki sumbangan sebesar 22,28% terhadap munculnya kecemasan menghadapi masa pensiun. Hasil analisis data dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7 Tabel Uji Korelasi
Correlations
FMB KECEMASAN
FMB Pearson Correlation 1 -.472**
Sig. (2-tailed) .002
N 42 42
KECEMASAN Pearson Correlation -.472** 1 Sig. (2-tailed) .002
N 42 42
PEMBAHASAN
korelasi (r) = -0,472 dengan signifikansi sebesar 0,002 (p < 0,05). Data tersebut dapat diartikan bahwa antara variabel financial management behavior dengan kecemasan menghadapi masa pensiun memiliki hubungan negatif yang signifikan. Artinya, semakin tinggi tingkat financial management behavior pada karyawan PT. Nojorono maka semakin rendah tingkat kecemasannya dalam menghadapi masa pensiun. Demikian sebaliknya, jika tingkat financial management behavior semakin rendah maka tingkat kecemasan menghadapi masa pensiun akan semakin tinggi. Dengan kata lain financial management behavior berperan dalam munculnya kecemasan menghadapi masa pensiun.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa karyawan PT. Nojorono Tobacco International memiliki tingkat financial management behavior yang tergolong rendah (42,9%) dan tingkat kecemasan menghadapi masa pensiunnya berada pada tingkat yang sangat rendah (61,9%). Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Karena berarti semakin tinggi tingkat financial management behavior semakin rendah tingkat kecemasan dalam menghadapi masa pensiun.
Hasil analisis data juga mengungkapkan bahwa financial management behavior
20
dengan bekerja sama dengan konsultan keuangan. Dengan kata lain untuk mengurangi kecemasan adalah dengan memperbaiki perilaku finansial atau keuangan individu.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel financial management behavior dengan variabel kecemasan menghadapi masa pensiun pada karyawan PT. Nojorono Tobacco International.
2. Financial management behavior atau perilaku pengelolaan keuangan pada karyawan PT. Nojorono Tobacco International tergolong pada kategori rendah dengan rata-rata sebesar 28,71.
3. Kecemasan menghadapi masa pensiun pada karyawan PT. Nojorono Tobacco International tergolong pada kategori sangat rendah dengan rata-rata 34,55.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh serta mengingat banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: Bagi PT. Nojorono Tobacco International
Saran bagi karyawan PT. Nojorono Tobacco International
1. Agar para karyawan dapat meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan pribadinya sehingga timbulnya kecemasan menghadapi masa pensiun dapat diminimalisir.
2. Diharapkan para karyawan telah melakukan persiapan masa pra-pensiun meliputi perencanaan tabungan masa pensiun, rumah tinggal, maupun kesiapan mental menghadapi masa pensiun.
Bagi peneliti selanjutnya
1. Penelitian ini masih terbatas hanya kepada variabel financial management behavior dan kecemasan menghadapi masa pensiun. Artinya masih banyak variabel lain yang turut serta dalam mempengaruhi timbulnya kecemasan menghadapi masa pensiun. Variabel-variabel lain yang direkomendasikan oleh penulis meliputi dukungan sosial, perencanaan masa pensiun, penghasilan, serta kondisi fisik individu.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, N., & Bachtiar, M. (2008). Hubungan antara kecemasan dengan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun pada pegaawai negeri sipil. Naskah Publikasi. Universitas Islam Indonesia.
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psokologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______. (2012). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin, B. (2011).Metodologi Penelitian Kuantitatif edisi 2. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Copur, Z. Financial Management practices of college students from states with varying financial education mandates. Final Draft. Retrieved November 7, 2014,from http://www.nefe.org/Portals/0/WhatWeProvide/PrimaryResearch/PDF/Gutter_Fi nMgtPracticesofCollegeStudents_Final.pdf
Dada, F.M., & Idowu, I.A.Counselling strategies for managing pre-retirement anxiety among employees.Ilorin Journal of Education.
Danim, S. (2007).Metode penelitian untuk ilmu-ilmu perilaku. Jakarta: Bumi Aksara. Dew, J., & Xiao, J.J. (2011).The financial management behavior scale: development
and validation. Journal of Financial Counseling and Planning, 3, 43.Retrieved
September 3, 2014, from
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2061265
Dowling, N.A., Courney, T., & Hoiles, L. (2009). Financial management practices and money attitudes as determinants of financial problems and dissatisfaction in young male australian workers. Journal of Financial Counseling and Planning, vol 20, 2.
Foster, T.W. (2008). Despression, anxiety, and attitide toward retirement as predictors of wellness for workers nearing retirement. Dissertation. Kent State University College and Graduate School of Education, Health, and Human Services.
Handi, A.K., & Mahastanti, L.A. (2012). Perilaku penggunaan uang: apakah berbeda untuk jenis kelamin dan kesulitan keuangan.Universitas Kristen Satya Wacana.
Hilgert, M. A., Hogarth, J. M., & Beverly, S. G. (2003). Household financial management: the connection between knowledge and behavior. Federal Reserve
Bulletin,89, 309. Retrieved May 6, 2014, from
http://www.usc.edu/dept/chepa/IDApays/publications/household_financial.pdf _____________________________________.(2003). Patterns of Financial Behaviors :
http://www.federalreserve.gov/communityaffairs/national/ca_conf_suscommdev /pdf/hogarthjeanne.pdf
Ida. & Dwinta, C.Y. (2010). Pengaruh locus of control, financial knowledge, income terhadap financial management behavior.Jurnal Bisnis dan Akutansi,
12, 131-144. Diunduh pada 26 Maret 2014, dari http://www.stietrisakti.ac.id/jba/JBA12.3Desember2010/1_artikel_JBA12.3Dese mber2010.pdf
Imama, H. (2011). Hubungan kecerdasan emosi dan dukungan sosial dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Diunduh 2 Desember, 2014, dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4123/1/HAZMI%20I MAMA-FPS.PDF
Kartono, K. (2000). Hygiene mental. Bandung: Penerbit Mandar Maju.
Khrisna, A., Sari, M., & Rofaida, R. (2009). Analisis tingkat literasi keuangan di kalangan mahasiswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Artikel Finlit Finansial.
MacEwen, K. E., Barling, J., Kelloway, E. K., & Higginbottom, S. F. (2001). The roles of parental socialization and personal planning. The Journal Of Social Psychology, 135(2), 203-213.
Neville, C., & Teri, L. (2011). Anxiety, anxiety symptoms, and associations among older people with dementia in assisted-living facilities. International Journal of Mental Health Nursing, 20, 195-201.
Owen, L. A., & Wu, S. (2006). Financial shock and worry about the future. Springer. Pradono, G. S., & Purnamasari, S.E. (2009). Hubungan antara penyesuaian diri dengan
kecemasan dalam menghadapi masa pensiun pada pegawai negeri sipil di propinsi daerah istimewa yogyakarta. Naskah publikasi. Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Ross, C.E., & Drentea, P. (1998). Consequences of retirement activities for distress and the senses of personal control. Journal of Health and Social Behavior.
Sages, R.A, Britt, S.L., & Cumbie, J.A. (2013). Correlation between anxiety and money management. College Student Journal, vol 1,1,1.
Sandjaja, B. & Heriyanto, A. (2006). Panduan penelitian. Jakarta: Prestasi Pusaka Sina, P. G. (2013). Analisis kesehatan keuangan suatu kajian pustaka. Jurnal Jibeka, vol
7(2), 52-57.
Vento, J. (2014). Financial planning: stop having those sleepless nights. HR.com, Inch.