BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT.
ARMINAREKA PERDANA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN
NO:83/DSN-MUI/VI/2012
SKRIPSI
Oleh:
Shoe Amilia Budi Rachmawati NIM. C 92213190
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Surabaya
BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT
ARMINAREKA PERDANA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN
NO:83/DSN-MUI/VI/2012
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syariah dan Hukum
Oleh:
Shofie Amilia Budi Rachmawati NIM. C92213190
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari ’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
Surabaya
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Bisnis Biro Perjalanan Haji dan Umroh PT. Arminareka
Perdana dalam perspektif Fatwa DSN No:83/DSN-MUI/VI/2012” adalah hasil
penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana akad yang digunakan PT Arminareka Perdana dalam melaksanakan bisnis biro perjalanan haji dan umroh?, 2) Apa konsekuensi yang didapat apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi? dan 3) Bagaimana analisis Fatwa DSN No:83/DSN-MUI/VI/2012 tentang penjualan langsung berjenjang syariah layanan perjalanan umroh terhadap bisnis biro perjalanan haji dan umroh di PT. Arminareka Perdana?
Skripsi ini merupakan jenis penelitian lapangan dengan menggunakan metode kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan metode deskriptif verifikatif, dengan pola pikir induktif.
Hasil penelitian menyimpulakan bahwa: pertama, mekanisme bisnis biro perjalanan haji dan umroh menggunakan akad waka>lah bil ujra>h, alasan PT untuk menarik anggota agar mendaftar haji atau umroh dengan menggunakan PT. Arminareka, kemudian agen atau kantor cabang tersebut akan mendapatkan ujra>h sesuai jumlah anggota yang direkrut. Adapun untuk dapat menjadi agen atau kantor cabang, terlebih dahulu harus membeli voucher paket 13, 22 atau 40, yang kemudian voucher tersebut dapat dijual kepada calon anggota dan berlaku seumur hidup. Kedua, voucher yang telah dibeli oleh agen atau kantor cabang untuk menambah anggota tidak dapat diuangkan, karena voucher yang telah dibeli berlaku seumur hidup, namun voucher tersebut dapat dijual dan dipindahtangankan kepada orang lain, dengan ketentuan yang diatur oleh kedua belah pihak tanpa ada campur tangan perusahaan pusat, baru setelah itu agen atau kantor cabang baru membuat laporan resmi kepada kantor pusat. Ketiga, dalam perspektif fatwa DSN No:83/DSN-MUI/VI/2012 akad yang sesuai adalah ija>rah maushufahfi al-dz}immah, sedangkan akad yang digunakan oleh PT. Arminareka adalah akad waka>lah bil ujra>h, padahal akad tersebut lebih sesuai digunakan untuk pembiayaan asuransi. Selain itu ketentuan-ketentuan lain yang ada dalam fatwa tersebut seperti ketentuan pembatalan, ketentuan mengenai jaringan dan penyelenggaraan belum sesuai dengan praktik yang terjadi di lapangan.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 8
C. Rumusan Masalah ... 9
D. Kajian Pustaka ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 13
F. Tujuan Hasil Penelitian ... 13
G. Definisi Operasional ... 14
H. Metode Penelitian ... 16
I. Sistematika Pembahasan ... 21
BAB II BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT. ARMINAREKA PERDANA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN NO: 83/DS-MUI/VI/2012 ... 22
A. Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) ... 22
1. Pengertian ... 22
2. Ciri-ciri PLBS yang Baik ... 23
3. Produk PLBS ... 23
4. Sistem Perdagangan PLBS yang Diperbolehkan Islam ... 24
1. Dasar Hukum ... 26
2. Ketentuan Akad ... 26
3. Hasil {Putusan ... 27
C. Ija>rah Maushufahfi al-D{zimmah ... 31
1. Pengertian ija>rah ... 31
2. Dasar Hukum ija>rah ... 33
3. Rukun ija>rah ... 34
4. Syarat ija>rah ... 34
5. Macam-macam ija>rah ... 36
6. Pembatalan dan berakhirnya ija>rah ... 36
D. Akad waka>lah ... 37
1. Pengertian waka>lah ... 37
2. Dasar Hukum ... 38
3. Rukun dan syarat ... 39
4. Berakhirnya waka>lah ... 39
BAB III PRAKTIK PENJUALAN LANGSUNG SYARIAH UMROH /HAJI PLUS DI PT ARMINAREKA OERDANA CABANG BOJONEGORO ... 41
A. Gambaran Umum ... 41
1. Sejarah Berdirinya PT. Arminareka ... 41
2. Visi dan Misi ... 43
3. Legalitas Perusahaan ... 43
4. Struktur Organisasi ... 44
5. Hak Calon Jamaah ... 46
6. Persyaratan Calon Jamaah ... 47
7. Biaya Umroh dan Haji Plus ... 49
B. Praktik Sistem Kemitraan Hak Usaha Penyelenggara Umroh dan Haji Plus PT Arminareka Cabang Bojonegoro ... 50
2. Perekrutan Anggota/Mitra ... 52
3. Sistem Bagi Hasil Hak Usaha Anggota/Mitra ... 56
4. Wanprestasi dalam PT. Arminareka ... 62
BAB IV ANALISIS BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT ARMINAREKA PERDANA CABANG BOJONEGORO DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN NO:83/DSN-MUI/VI/2012 ... 64
A. Analisis terhadap Bisnis Biro Perjalanan Haji dan Umroh PT. Arminareka Cabang Bojonegoro ... 64
B. Analisis Fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 di PT Arminareka Cabang Bojonegoro ... 67
BAB V PENUTUP ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Syariat Islam memperbolehkan umatnya dalam kerjasama bisnis
untuk memperoleh keuntungan dan kerugian. Prosentase keuntungan dan
kerugian ini sesuai dengan perjanjian yang disepakati kedua belah pihak
secara bersama. Salah satu pihak bisa mendapatkan setengah, sepertiga,
seperempat atau kurang dari itu, sedangkan sisanya untuk yang lain. Jadi
masing-masing pihak akan mendapatkan bagian apabila usahanya untung, dan
sama menanggung kerugian apabila usahanya tidak berhasil.1
Oleh sebab itu, dalam berbisnis dibutuhkan kejujuran dalam mengelola
bagi hasil atau upah karena hal tersebut menjadi syarat mutlak dalam syariah.
Selain itu penting untuk diketahui dalam mengawali kerjasama adalah adanya
perjanjian atau akad. Maka seorang pedagang juga wajib mengetahui hukum jual
beli, seperti tidak berlebih-lebihan memuji barangnya ketika sedang
menawarkan kepada orang lain, karena seorang usahawan muslim harus
memiliki sifat adil dan arif dalam melakukan segala hal. 2
1 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 242.
2
Aturan hukum tentang ekonomi banyak terdapat dalam Al-Qur’an dan
sunnah Rasulullah. Yang bertujuan agar manusia berada di jalan yang lurus.
Dalam pandangan Islam ekonomi merupakan tuntutan kehidupan dan memiliki
nilai ibadah. Untuk itu Allah SWT memerintahkan kepada umatnya untuk
melakukan usaha yang produktif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 3
Pada dasarnya setiap kegiatan muamalah hukumnya diperbolehkan. Hal
ini berdasarkan beberapa kaidah fiqh yang berbunyi:
َهِمْيِرْحَت يَلَع ُليِلَدلا َلُدَي ْنَا َاِا ِةَحاَبِإا ِةَلَماَعُملا ىِف ُلْصَآَا
Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkan.4
Maksudnya adalah setiap kegiatan muamalah itu boleh dilakukan, selama
tidak ada dalil-dalil yang mengharamkan ataupun yang memakruhkannya.
Kerjasama dalam mitra usaha membutuhkan akad sebagai media perjanjian
untuk komitmen serta menjadikan tali tolong menolong bersifat timbal balik.
Maka dalam bermuamalah mengharuskan adanya kejelasan akad, agar dapat
menyelaraskan tujuan demi kepentingan individu maupun bersama dengan
kerelaan.
Pergi ke tanah suci (Baitulla>h) merupakan impian setiap muslim
sehingga wajar di Indonesia tiap tahun siklusnya selalu mengalami peningkatan.
Adapun haji serta umroh merupakan salah satu ibadah yang membutuhkan
3
banyak persiapan bersifat jasmani-rohani sehingga membutuhkan persiapan
dan bantuan terutama mengenai perjalanan menuju baitullah. Sesuai dengan
UU penyelenggaraan ibadah haji (UUNo.13 tahun 2008) bahwa perjalanan
ibadah haji dan umroh dapat dilakukan secara perseorangan atau rombongan
melalui penyelenggara perjalanan ibadah umroh yang dilakukan oleh pemerintah
atau biro perjalanan wisata yang ditetapkan Menteri.5
Di era yang serba modern ini banyak hal yang awalnya tidak mungkin
menjadi mungkin. Seperti ibadah haji yang merupakan ibadah yang terbilang
ibadah mahal karena memerlukan biaya yang cukup mahal, serta hanya
orang-orang tertentu yang dapat melaksanakannya, namun sekarang tidak lagi
demikian. Karena banyak biro-biro travel perjalanan haji dan umroh yang berani
membanting setir menawarkan perjalanan haji dan umroh dengan harga yang
relative murah atau dengan iming-iming suatu hal.
Seperti yang telah dipraktikkan oleh biro perjalanan haji dan umroh PT.
Arminareka Perdana dengan sistem marketing program solusi untuk
pembiayaan haji dan umroh bagi ummat Islam yang ingin menjalankan ibadah
haji maupun umroh. Melalui program solusi, dengan ini seseorang bisa
berkesempatan mendapatkan biaya haji tambahan hanya dengan cara
mendaftarkan diri menjadi calon jamaah haji di PT. Arminareka Perdana dan
mempromosikan kepada masyarakat agar ikut bergabung menjadi calon jamaah
4
haji di PT. Arminareka Perdana. Dengan mempromosikan kepada masyarakat
inilah calon jamaah yang bisa mendapatkan anggota baru akan mendapatkan
komisi dari perusahaan.
Pemicu utama bagi masyarakat yang ikut bergabung dalam PT.
Arminareka Perdana ini adalah bonus atau komisi utama, yaitu ibadah umrah
dan haji, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an tentang kewajiban
melaksanakan ibadah haji bagi manusia (umat Islam), yaitu:
Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitulla>h, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam (QS. Ali-Imra>n : 97).6
Adalah suatu keniscayaan bahwa sepanjang umat Islam masih ada di
muka bumi, mereka akan datang berhaji ke Baitulla>h di Makkah al Mukarramah
Saudi Arabia, sebab Allah SWT telah menetapkan bahwa Baitulla>h atau Ka’bah
merupakan pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi umat manusia7.
Sudah menjadi maklum bersama, sebagaimana di dalam ayat tersebut,
syarat bagi orang yang akan menunaikan ibadah haji salah satunya adalah
mampu terutama secara finansial, dan hal ini menjadi persoalan pelik,
6Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Penerbit Wali, 2012), 62.
5
mengingat kondisi ekonomi umat Islam tidak semuanya stabil. Ada banyak
kesenjangan ekonomi di tubuh umat Islam sendiri. Tetapi, persoalan ekonomi
seperti ini pada realitasnya tidak mengendurkan semangat umat Islam dari
segala lapisan untuk melaksanakan ibadah haji. Kondisi ekonomi memang
berbeda, tetapi niat menyempurnakan rukun Islam kelima sama. Maka, tak
heran ketika umat Islam berlomba-lomba untuk bisa menunaikan ibadah haji
dengan beragam cara, di antara sekian ragam cara itu ada model yang
berkembang di kalangan masyarakat yang menarik untuk diperhatikan,
relevansinya dengan persoalan hukum Islam, yaitu dengan cara menjadi anggota
di sebuah Multi Level Marketing syariah (MLM syariah).
Maraknya biro perjalanan haji dan umroh dengan sistem MLM berbasis
syariah membuat sebagian ummat Islam mulai resah akan status kehalalan
dalam melaksanakan ibadah haji sehingga pada tahun 2009 DSN-MUI
mengeluarkan fatwa tentang PLBS (Penjualan Langsung Berjenjang
Syariah), yang berkaitan dengan produk dan sistem yang digunakan. Hal
ini termaktub dalam fatwa DSNMUI No: 75/DSN-MUI/VII/2009. Dalam fatwa
MUI tersebut diterangkan ketentuan-ketentuan mengenai sistem MLM. Mulai
dari segi produk yang harus halal sampai sistem transaksi, pemberian
6
dilarang oleh Islam. Seperti, adanya unsur money game, garar, maysir, d}arar,
riba, z}ulm dan maksiat.8
Namun Fatwa tersebut mencakup tentang penjualan langsung berjenjang
syariah secara keseluruhan, padahal akhir-akhir ini marak tentang penjualan
langsung berjenjang syariah haji dan umroh, sehingga dari situ muncul Fatwa
DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan Langsung Berjenjang
Syariah Layanan Perjalanan Umroh yang lebih memfokuskan status penjualan
langsung berjenjang syariah dalam bisnis travel haji dan umroh.
PT. Arminareka perdana menggunakan sistem penjualan langsung
berjenjang syariah dengan cara menjaring anggota dengan kemitraan. Anggota
cukup mendaftarkan diri menjadi calon jamaah haji atau umroh di PT.
Arminareka perdana hanya dengan membayar DP pemberangkatan sebesar
5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) untuk keberangkatan haji, sedangkan untuk
keberangkatan umroh membayar pendaftaran sebesar RP. 3.500.000,- (Tiga Juta
Lima Ratus Ribu Rupiah). Bila telah membayar DP keberangkatan, maka
jamaah tersebut telah sah menjadi jama’ah haji dan umroh PT. Arminareka
perdana.
Untuk mencukupi biaya selanjutnya maka calon jamaah cukup
mempromosikan kepada jamaah lain untuk ikut bergabung menjadi calon
jamaah haji dan umroh di PT. Arminareka perdana. Komisi yang akan
8
7
diterima oleh jamaah yang berhasil mendapatkan satu orang jama’ah calon
jamaah haji yang ikut bergabung maka jamaah yang mempromosikan
tersebut mendapatkan bagi hasil sejumlah Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima
ratus). Adapun bila mendapat jamaah yang ikut bergabung menjadi calon
jamaah umroh maka jamaah yang mempromosi mendapatkan dana sejumlah
Rp. 1.500.000. (satu juta lima ratus rupiah). Dan ketentuan itu juga berlaku
untuk anggota kedua, yaitu menjaring anggota baru dan seterusnya tanpa
batas. Melihat sistem yang dipraktikkan oleh PT. Arminareka perdana strategi
seperti ini membuka sebuah peluang bagi seseorang yang ingin memiliki usaha
sendiri/wirausaha. Strategi seperti ini tidak membutuhkan modal awal yang
tinggi. 9
Selanjutnya penulis tertarik untuk mengamati secara mendalam
tentang bisnis yang dipakai oleh biro penyelenggara ibadah haji dan umroh di
PT. Arminareka perdana khususnya kantor perwakilan cabang Bojonegoro,
sebagai lembaga bisnis syariah apakah telah sesuai dengan ketentuan Fatwa
DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan Langsung Berjenjang
Syariah Layanan Perjalanan Umroh serta sistem yang diterapkan oleh PT.
Arminareka dengan akad waka>lah bil ujra>h. Kemudian, penulis memberikan
judul penelitian ini dengan “Bisnis Biro Perjalanan Haji dan Umrah PT.
Arminareka Perdana dalam Perspektif Fatwa DSN No: 83/DSN-MUI-VI/2012”.
8
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah yang timbul sebagai berikut :
1. Akad yang digunakan PT. Arminareka Perdana dalam melaksanakan
bisnisnya.
2. Konsekuensi yang didapatkan jika salah satu pihak melakukan wanprestasi.
3. Mekanisme bisnis biro perjalanan haji dan umroh di PT. Arminareka.
4. Sistem kemitraan yang diterapkan oleh biro perjalanan haji dan umroh PT.
Arminareka.
5. Konsep penjualan langsung berjenjang syariah jasa perjalanan umroh dalam
hukum Islam.
6. Penerapan fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 terhadap mekanisme PT.
Arminareka.
Dari beberapa masalah yang tercantum di atas masih bersifat umum,
sehingga diperlukan batasan-batasan masalah dalam pembahasannya supaya
lebih terarah pada ruang lingkupnya serta permasalahannya. Maka penulis
memberikan batasan pembahasan melipurti sebagai berikut:
1. Akad yang digunakan PT. Arminareka Perdana dalam melaksanakan bisnis
biro perjalanan haji dan umroh.
9
3. Fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 tentang penjualan langsung
berjenjang syariah layanan perjalanan umroh di PT. Arminareka Perdana.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah
1. Bagaimana Akad yang digunakan PT. Arminareka Perdana dalam
melaksanakan bisnis biro perjalanan haji dan umroh?
2. Apa konsekuensi yang didapatkan jika salah satu pihak melakukan
wanprestasi?
3. Bagaimana analisis Fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 tentang
Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Layanan Perjalanan Umroh,
terhadap bisnis biro perjalanan haji dan umroh di PT. Arminareka Perdana?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian
yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti sehingga
tidak terjadi pengulangan atau bahkan duplikasi kajian/penelitian yang telah
ada. Pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan gambaran topik yang akan
diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya, dengan harapan tidak ada pengulangan materi secara mutlak.
10
1. Skripsi yang ditulis oleh Riyani, yang berjudul “Perspektif Hukum
Islam terhadap Penjualan Jasa Layanan Perjalanan Umrah/Haji Plus (Studi
Kasus di PT. Arminareka Perdana Surabaya)”. Dar penelitian tersebut,
menyimpulkan bahwa layanan perjalanan umrah/haji plus yangdipraktikkan
oleh PT. Arminareka Perdana Surabaya dapat dikatakan sebagai sistem
member get member namun tidak masuk dalam kategori Multi Level
Marketing (MLM) seperti yang umum dipraktikkan. Kedua, sistem
penjualan jasa layanan perjalanan umrah/haji plus yang dipraktikkan oleh
PT Arminareka Perdana tidak terindikasi sebagai permainan uang (money
game). Ketiga, bahwa dari perspektif hukum Islam, sistem penjualan jasa
layanan perjalanan umrah/haji plus berbasis pemberian bonus yang
dipraktikkan di PT Arminareka Perdana Surabaya merupakan bentuk
transaksi ju’a>lah yang berselaras dengan norma norma akad ju’a>lah dan
karena itu hukumnya boleh atau halal. 10
2. Skripsi yang ditulis oleh Nurman Najib, yang berjudul “Pelaksanaan
Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Umrah/Haji Plus PT. Arminareka
Perdana Cabang Surabaya (Perspektif Fatwa DSN-MUI
No:75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah)”, dalam
skrispsi ini penulis memaparkan bahwa sistem penjualan langsung
10 Riyani, “Perspektif Hukum Islam terhadap Penjualan Jasa Layanan Perjalanan Haji/Umrah Plus
11
berjenjang syariah yang dipraktikkan oleh PT. Arminareka Perdana cabang
Surabaya tidak bertentangan dengan ketentuan dalam fatwa DSN-MUI No:
75/DSN-MUI/VII/2009. Ini terlihat bahwa dalam akad yang digunakan akad
yaitu: jual-beli (bai’), ju’a>lah, ija>rah dan waka>lah bil ujra>h, dan produk yang
dijual adalah real berupa jasa layanan umrah/haji plus, pembagian bonus
yang diberikan berdasarkan hasil kerja para member, tidak ada eksploitasi
secara sepihak, perekrutan anggota baru dimaksudkan untuk memperluas
jaringan, dan anggota yang telah merekrut anggota baru maka harus
memberikan training berkaitan dengan sistem kerja di PT. Arminareka
Perdana cabang Surabaya.11
3. Skripsi yang ditulis oleh Lulu Ainun, yang berjudul “Analisis Sadd
Az|-Z|ari>‘ah terhadap pelarangan Multi Level Marketing (MLM) Haji oleh
Majlis Ulama Indonesia (MUI)”, dalam skripsi tersebut menyimpulkan
bahwa pelarangan yang dilakukan oleh MUI disebabkan terdapat banyak
dampak negatif yang ditimbulkan, yaitu:
a. Terjadinya kasus penipuan (gharar) yang dilakukan oleh Penyelenggara
Ibadah Haji Khusus (PIHK);
b. Mengumpulkan dana masyarakat dengan iming-iming biaya murah
untuk dapat berangkat haji;
12
c. Mengarah pada sistem money game (penggandaan uang);
d. Seseorang yang ingin menunaikan ibadah haji tidak diperkenankan
untuk berhutang; dan
e. Praktek Multi Level Marketing (MLM) haji bermotif mencari
keuntungan.12
Perbedaan skripsi yang penulis tulis dengan skripsi-skripsi terdahulu
terletak dalam Fatwa DSNnya, yakni penulis terdahulu lebih menggunakan
fatwa DSN-MUI No: 75/DSN-MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung
Berjenjang, dimana fatwa tersebut lebih global membahas PLBS secara umum,
sedangkan skripsi yang penulis tulis mengambil fatwa DSN No:
83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Layanan
Perjalanan Umroh, yang lebih rinci menjelaskan tentang PLBS jasa perjalanan
umroh. Selain itu skripsi terdahulu tidak pernah membahas tentang wanprestasi
yang terjadi di PT. Arminareka Perdana, kebanyakan skripsi-skripsi tersebut
hanya membahas akad dan mekanisme dalam PT. Arminareka Perdana.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui akad yang digunakan PT. Arminareka Perdana dalam
melaksanakan bisnis biro perjalalan haji dan umroh.
13
2. Mengetahui konsekuensi yang didapat jika salah satu melakukan
wanprestasi.
3. Mengetahui perspektif fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 dengan
praktik yang dilakukan oleh PT. Arminareka Perdana.
F. Tujuan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna
sekurang-kurangnya dua aspek, yaitu:
1. Aspek teoritis: sebagai upaya bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang Mua>malah (Hukum Bisnis Islam) yang berkaitan
dengan masalah haji dan umroh.
2. Aspek praktis: dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi:
a. Masyarakat, untuk lebih berhati-hati dan lebih selektif dalam
memilih biro penjualan/pelayanan jasa perjalanan haji yang akhir-akhir
ini mulai ‘nakal’ dan pintar dalam mengiming-imingi masyarakat, dan
menggunakan kedok syariah untuk memperoleh keuntungan.
b. Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK), boleh saja membuat
inofasi dalam dunia bisnis namun harus berhati-hati agar tidak
menerapkan sistem baru yang tidak sesuai dengan peraturan
14
c. Dapat dijadikan catatan dan masukan bagi peminat dan pelaku ekonomi
untuk menentukan mana penjualan langsung berjenjang syariah yang
sesuai dengan peraturan DSN-MUI.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian ini
yakni “Bisnis Biro Perjalanan Haji dan Umroh di PT Arminareka Perdana dalam
Perspektif Fatwa DSN No 83/DSN-MUI/VI/2012”, maka perlu kiranya untuk
memperjelas maksud dari judul penelitian tersebut dengan definisi sebagai
berikut:
1. Haji dan Umroh: rukun Islam kelima (kewajiban ibadah) yang harus
dilakukan oleh orang Islam yang mampu dengan mengunjungi kakbah pada
bulan haji dan mengerjakan amalan haji, seperti ihram, tawaf, sai, dan
wukuf.13 Adapun umroh adalah kunjungan (ziarah) ke tempat suci (sebagai bagian dari upacara naik haji, dilakukan setiba di Mekah) dengan cara
berihram, tawaf, sai, dan bercukur, tanpa wukuf di padang Arafah, yang
pelaksanaannya dapat bersamaan dengan waktu haji atau di luar waktu
haji.14
2. Fatwa DSN: Pendapat yang dikemukakan seorang mujtahid atau fakih
sebagai jawaban yang diajukan peminta fatwa dalam suatu kasus yang
15
sifatnya tidak mengikat. Pihak yang meminta fatwa bias pribadi, lembaga,
maupun kelompok masyarakat.15Fatwa bersifat responsive, yang merupakan jawaban hukum (legal opinion) yang dikeluarkan setelah adanya suatu
pertanyaan atau permintaan Fatwa (based on demand). Pada umumnya
fatwa dikeluarkan sebagai jawaban atas pertanyaan yang merupakan
peristiwa atau kasus yang telah terjadi atau nyata. Sesorang pemberi fatwa
(mufti) boleh untuk menolak memberikan fatwa atas pertanyaan tentang
peristiwa yang belum terjadi. 16
Untuk memudahkan dalam merumuskan maksud dari pengangkatan judul
beserta rumusan masalahnya, maka maksud dari definisi operasional diatas,
yaitu tentang peninjauan hukum Islam terhadapa bisnis biro perjalanan haji dan
umroh pada PT. Arminareka Perdana dengan mengambil semple di kantor
perwakilan cabang Bojonegoro, untuk mendapatkan sebuah kesimpulan peneliti
akan menguraikan sistem yang digunakan oleh PT. Arminareka dalam
menjalankan bisnis haji dan umroh, serta keterkaitannya dengan wanprestasi
yang apabila terjadi, dan mengkaitkannya dengan ketetapan dari Fatwa DSN No
83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah
Layanan Perjalanan Umroh.
16
H. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah mengemukakan secara teknis tentang
metode-metode yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya. Dengan kata
lain, metode penelitian adalah ilmu tentang alat -alat untuk penelitian.17
1. Data yang Dikumpulkan
Penulis akan menggali setiap informasi berkaitan dengan subjek
penelitian dengan melakukan pengumpulan data dalam bentuk data tertulis
seperti pada situs resmi PT. Arminareka Perdana, buku panduan,
buku-buku ilmiyah hingga wawancara dengan subjek penelitian. Penulis
kemudian melakukan verifikasi, pencocokan antara data satu dengan yang
lain dan tela’ah ilmiyah dengan mengkomparasikan antara temuan-temuan
di lapangan dengan teori-teori yang ada sehingga membentuk suatu
kesimpulan konkrit terhadap status operasionalisasi PT. Arminareka
Perdana.
2. Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari
sumber asli.18 Adapun yang tergolong sumber data primer yaitu
17
wawancara langsung dengan salah satu pemilik kantor perwakilan
cabang PT. Arminareka Perdana dan salah satu leader di Bojonegoro.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk
yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, dan
biasanya sudah berbentyk publikasi.19 Data sekunder ini biasanya sebagai pelengkap dari data primer. Sumber data penelitian ini, dapat
dihimpun dari:
1) Fatwa DSN No 83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan
Langsung Berjenjang Syariah Jasa Perjalanan Umroh
2) Buku-buku panduan dari PT. Arminareka Perdana,
3) Al-fiqh Al-Isla>mi Wa Adilla>tuh karya Wahbah az-zuhaili
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini adalah studi dokumen, yaitu teknik pengumpulan data yang didasarkan
atas literatur, laporan atau publikasi yang ada berdasarkan penelitian –
penelitian lain yang sesuai, atau dari laporan-laporan lembaga yang
menerbitkan informasi atau segala jenis data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini. Maksudnya, pengumpulan data yang peneliti gunakan
berdasarkan literatur dan informasi yang ada di media online yang
18
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 103.
18
berkaitan langsung dengan permasalahan yang peneliti angkat yaitu
tentang tinjauan Hukum Islam terhadap bisnis biro perjalanan haji dan
umroh di PT. Arminareka Perdana.
4. Teknik Pengolahan Data
Data penelitian kualitatif dari penelitian ini akan diperoleh melalui
beberapa teknik diantaranya :
a. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu metode yang digunakan untuk mencari
data dari hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.20 Dokumentasi ini dilakukan dengan cara pengumpulan beberapa
informasi pengetahuan, fakta dan data. pengumpulan segala informasi
dapat bersumber dari data, informasi dan fakta baik berupa sumber data
primer maupun sekunder terkait dengan obyek kajian penelitian yaitu
sistem pelaksanaan bisnis biro Haji dan Umrah di PT. Arminareka
Perdana, dan korelasi fatwa DSN-MUI No: 83/DSN-MUI/VI/2012
tentang penjualan langsung berjenjang syariah, baik dari data-data
tentang kesesuaian antara praktek dan undang-undang yang mengatur
serta kesesuaian dengan hukum bisnis Islam.
19
b. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.21 Pengumpulan data melalui interview ini, langkah penulis adalah dengan menemui bertatap muka
atau memanfaatkan media komunikasi yang dapat dijangkau.
Adapun target wawancara adalah dengan orang yang telah bergabung di
PT. Arminareka Perdana atau sebagai Agen. Adapun wawancaranya
kepada bapak H. Sambri selaku perwakilan agen (anggota Kemitraan)
yang berlokasi di Bakso Rahayu Jl. Basuki Rahmat No 23 kec.
Sugihwaras Bojonegoro. Dan Ibu Hj. Yusniar selaku salah satu Leader
daerah perwakilan Bojonegoro.
5. Teknik Analisis Data
Setelah tahapan pengolahan data, langkah selanjutnya yaitu
menganalis data. Analisa data adalah kegiatan untuk memaparkan data-data
yang telah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan pendekatan fiqh
mua>malah. Pola pikir yang digunakan dalam menganalisis data adalah pola
pikir induktif, yaitu cara mengungkapkan fakta-fakta atau kenyataan dari
hasil penelitian.
Metode analisis data yang digunakan adalah:
20
a. Deskriptif analisis, yakni suatu analisa penelitian yang dimaksud untuk
mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual secara
sistematis dan akurat.22 Penggunaan metode ini memfokuskan penulis
pada adanya usaha untuk menganalisa seluruh data tentang “ Bisnis
Biro Perjalanan di PT. Arminareka Perdana cabang Bojonegoro dan
fatwa DSN No:83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan Langsung
Berjenjang Syariah Layanan Perjalanan Umroh” sebagai satu kesatuan
dan tidak dianalisis secara terpisah.
b. Teknik verifikasi, teknik ini digunakan untuk menguji penerapan
kriteria fatwa DSN No:83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan
Langsung Berjenjang Syariah Layanan Perjalanan Umroh.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dan memahami apa yang ada dalam
penulisan penulisan skripsi ini, maka sistematikanya dapat dibagi menjadi lima
bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang satu sama lainnya saling
berkorelasi sehingga terperinci, sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan pendahuluan. Bab ini berisi pemaparan
latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,
21
kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasioanl, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan.
Bab kedua menguraikan Fatwa DSN-MUI No: 83/DSN-MUI/VI/2012
tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Jasa Perjalanan Umroh, dan
teori hukum Islam dengan menggunakan akad ijara>h maushufahfi al-dz}immah
dan waka>lah sebagai landasan teori dalam penelitian ini.
Bab ketiga, memaparkan hasil penelitian tentang gambaran umum di
PT.Arminareka Perdana dalam pembahasannya akan disajikan mengenai
beberapa poin yaitu Profil Penyelenggara Umrah dan Haji Plus di PT.
Arminareka Perdana, Sistem Kemitraan di PT. Arminareka Perdana.
Bab keempat pemaparan hasil penelitian. Pada bab ini, data-data yang
telah diperoleh di bab II dan bab III akan dianalisis menggunakan perspektif
konsep yang ada, serta diarahkan agar mampu menjawab pertanyaan pada
rumusan masalah yang ada diatas.
Bab kelima, berisi yang memuat tentang kesimpulan sebagai jawaban
BAB II
BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT. ARMINAREKA PERDANA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN NO:83/DSN-MUI/VI/2012
A. Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS)
1. Pengertian Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS)
Penjualan langsung berjenjang syariah atau yang sering disebut
dengan Multi Lavel Marketing (MLM) adalah cara penjualan barang atau
jasa melalui jaringan pemasaran yang dilakukan oleh perorangan atau badan
usaha kepada sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya secara
berturut-turut.1
Multi Level Marketing adalah konsep penyaluran barang (produk atau
jasa tertentu) yang memberi kesempatan kepada para konsumen untuk turut
terlibat secara aktif sebagai penjual dan memperoleh keuntungan di dalam
garis kemitraannya.
Dengan kata lain, MLM sebuah metode pemasaran barang atau jasa
dari sistem penjualan langsung melalui program pemasaran berbentuk lebih
dari satu tingkat, di mana mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan
bonus penjualan dari hasil penjualan barang atau jasa yang dilakukannya
sendiri dengan anggota jaringan di dalam kelompoknya.2
23
2. Ciri-ciri MLM / PLBS yang baik
a. Uang pendaftaran tidak terlalu mahal.
b. Ada pelatihan yang teratur untuk meningkatkan kemampuan SDM
anggota.
c. Perusahaannya jelas, baik itu alamat, gedung serta struktur
kepegawaiannya.
d. Tidak ada unsur skema piramida, dimana hanya yang berada pada level
puncak saja yang diuntungkan, sedangkan pada level-level bawah
mengalami kerugian.
e. Tidak menjanjikan kaya mendadak, atau menjanjikan untuk
mendapatkan uang dengan cepat dan mudah.
f. Transparansi mengenai “Business Pland”/ rencana bisnis agar diketahui
oleh semua distributor.3
3. Produk
a. Ada transaksi riil atas barang atau jasa yang diperjual belikan.
b. Barang dan jasa diupayakan kebutuhan pokok, bukan barang mewah
yang mendorong pada konsumen untuk pemborosan.
c. Barang atau jasa yang diperjual belikan jelas kehalalannya, lebih baik
lagi jika dibuktikan dengan hasil penelitian dari pihak yang berwenang.4
3
24
4. Sistem perdagangan MLM yang diperbolehkan oleh syariat Islam dengan
syarat sebagai berikut:
a. Transaksi (akad) antara pihak penjual dan pembeli dilakukan atas dasar
suka sama suka dan tidak ada paksaan.
b. Barang yang diperjual belikan adalah barang-barang yang suci,
bermanfaat, dan transparan sehingga tidak ada unsur kesamaran atau
penipuan
c. Barang barang yang diperjual belikan memiliki harga yang wajar.5
B. Fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan Langsung Berjenjang
Syariah Layanan Perjalanan Umroh
Dalam konteks negara Indonesia, fatwa yang dikeluarkan secara kolektif
pada umumnya dikeluarkan oleh ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah atau
MUI. Khusus menyangkut masalah-masalah di bidang fiqh mua>malah (ekonomi
dan bisnis syariah) MUI telah mendirikan DSN (Dewan Syariah Nasional) yang
diamanahi untuk menerbitkan fatwa-fatwa di bidang fiqh mua>malah.
Oleh karena fatwa adalah sebuah jawaban mengenai hukum Islam atas
kasus yang terjadi, maka fatwa terhadap suatu masalah di tempat yang berbeda
atau pada waktu yang berbeda, boleh jadi akan berbeda isi fatwanya, karena
detil kasusnya mungkin berbeda, atau situasi dan kondisi yang ada juga berbeda.
25
Apa yang diputuskan dalam fatwa pada umumnya memang memang mengacu
pada fenomena dan fakta yang terjadi.
Ibadah haji atau umroh yang dipasarkan dengan sistem MLM adalah
salah satu fenomena yang terjadi di Indonesia, dan salah satu fenomena
mengenai MLM haji/umroh adalah banyaknya masyarakat yang dirugikan
dengan MLM haji/umroh. Beberapa penyebab kekecewaan masyarakat terhadap
MLM haji/umroh adalah banyak dari mereka yang telah membayar sejumlah
uang tetapi tidak mendapatkan kepastian berangkat untuk melakasanakan
ibadah haji/umroh, ada juga perusahaan yang gagal memberangkatkan para
membernya kemudian perusahannya ditutup, bahkan ada perusahaan yang
melakukan penipuan, pada tahun-tahun pertama hampir semua jamaah yang
mendaftar berhasil diberangkatkan kemudian pada tahun berikutnya pemilik
perusahaannya kabur. Ini adalah beberapa contoh kasus yang terjadi seputar
masalah MLM haji/umroh.
Dengan banyaknya kasus inilah maka DSN MUI telah mencabut semua
sertifikat syariah bagi perusahaan mlm haji/umroh. Untuk itu DSN MUI
menerbitkan Fatwa no 83 tahun 2012 mengenai penjualan langsung berjenjang
syariah jasa perjalanan umroh. Perusahaan yang bergerak dalam bidang mlm
26
MUI harus memenuhi beberapa persyaratan yang disebutkan dalam fatwa
tersebut.6
1. Dasar Hukum
Dasar hukum menurut Fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012
a. Surat an-Nisa ayat 29
Hai orang-orang yang beriman Janganlah kalian memakan (mengambil) harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian
b. QS. al-Qashash 26
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.
2. Ketentuan akad
PLBS (Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Perjalanan Umrah
menggunakan akad Ija>rah Maushufahfi al-Dz}immah dalam rangka anggota
memperoleh jasa perjalanan umroh dari perusahaan dan akad Jua>lah dalam
rangka penjualan langsung berjenjang (al-Taswi>q al-Syabaky).7
6 Penjabutan izin umrah, dalam www.k-link.co.id/FatwabaruPLBS diakses pada 28 Mei 2017.
27
3. Putusan penjualan langsung berjenjang syariah jasa perjalanan umroh
a. Ketentuan Umum
1) Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (syariah direct selling,
al-taswi>q al-syabaky, al-al-taswi>q al-harami, al-al-taswi>q al thabaqi atau
taswiq al-tijari)—selanjutnya disingkat PLBS – adalah network
marketing: yaitu metode penjualan jasa tertentu -- dalam hal ini jasa
perjalanan umrah – melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan
oleh anggota (mitra usaha) yang bekerja atas dasar imbalan (komisi
dan/atau bonus) berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen di luar
lokasi eceran tetap; metode penjualan jasa tersebut dijalankan
berdasarkan akad dan prinsip syariah;
2) Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau pelayanan
untuk dimanfaatkan konsumen (anggota);
3) Jasa perjalanan umroh adalah jasa penyelenggaraan dan pelayanan
ibadah umroh yang meliputi antara lain berupa bimbingan manasik,
visa, tiket pesawat, akomodasi (hotel dan catering), muthawwif,
ziarah, dan pengurusan administrasi di bandara (handling airport);
4) Perusahaan adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang
melaksanakan kegiatan usaha perdagangan jasa perjalanan umrah
28
syariah yang memenuhi semua persyaratan administrasi sesuai
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;
5) Anggota (mitra usaha) PLBS adalah anggota PLBS yang terdaftar di
perusahaan sebagai peserta (musta’jir dan ‘a>mil);
6) Ija>rah Maushu>fah fi al-Dz{immah adalah ija>rah atas jasa perjalanan
umrah yang pada saat akad hanya disebutkan sifat-sifat, kuantitas dan
kualitasnya;
7) Jua>lah adalah janji atau komitmen (iltizam) perusahaan untuk
memberikan imbalan (reward/’iwadh/ju’l) tertentu kepada anggota
(‘a>mil) atas pencapaian hasil (prestasi/natijah) yang ditentukan dari
suatu pekerjaan (obyek akad jua>lah);
8) Imbalan Jua>lah dalam PLBS adalah komisi dan/atau bonus yang
diberikan oleh perusahaan kepada anggota;
9) Prestasi anggota/mitra PLBS adalah prestasi pemasaran atas paket
perjalanan umrah dan perekrutan serta pembinaan anggota/mitra;
10)Rekrutmen adalah strategi perekrutan keanggotaan baru PLBS yang
dilakukan oleh anggota yang telah terdaftar sebelumnya;
11)Pembinaan adalah segala aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan
maupun anggota PLBS untuk memelihara dan menjaga komitmen
anggota lainnya agar menjalankan bisnis dengan metode penjualan
29
12)Money Game dalam PLBS jasa perjalanan umroh adalah penjualan
dengan pola berjenjang atas program perjalanan umroh yang ditandai
dengan:
a) Program perjalanan umroh yang dijual hanya kamuflase, antara
lain berupa kualitas pelayanan tidak sesuai dengan harga, dan
tidak bias repeat order (memesan kembali secara langsung);
b) Menjanjikan keuntungan sangat besar dalam waktu singkat;
c) Lebih menekan pada perekrutan, bukan penjualan; dan
d) Bonus dibayar bila hanya ada perekrutan;
13)Muqa>marah dalam PLBS adalah praktek pemasaran jasa yang
penjelasan informasi mengenai jasa tersebut melebihi kualitas atau
kuantitas yang sebenarnya dengan harapan akan diperoleh
keuntungan sebesar-besarnya yang bersifat untung-untungan;
14)Maysir adalah akad yang dilakukan dengan tujuan yang tidak jelas,
dan perhitungan yang tidak cermat, spekulasi atau untung-untungan;
15)Gharar adalah ketidak pastian/ ketidak jelasana dalam suatu akad,
baik mengenai kualitas atau kuantitas obyek akad maupun mengenai
penyerahannya;
16)Ighra’ adalah suatu promosi yang dilakukan oleh perusahaan/ agen
dengan janji memberikan suatu keuntungan (berupa bonus/komisi)
30
menjadikan seseorang lalai terhadap kewajibannya demi memperoleh
bonus/komisi atau keuntungan yang dijanjikan;
17)Riba> adalah tambahan yang diberikan dalam pertukaran
barang-barang ribawi (al-amwa>l al-riba>wi>yyah) dan tambahan yang diberikan
atas pokok utang dengan imbalan penangguhan pembayaran secara
mutlak;
18)D}arar adalah tindakan yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian
pihak lain;
19)Z}ulm adalah sesuatu yang mengandung unsur ketidak adilan,
ketidakseimbangan, dan merugikan pihak lain;
20)Tadli>s adalah tindakan menyembunyikan kecacatan obyek akad yang
dilakukan oleh penjual untuk mengelabui pembeli seolah-olah obyek
akad tersebut tidak cacat;
21)Ghisysy adalah salah satu bentuk tadlis, yaitu tindakan
menjelaskan/memaparkan keunggulan/keistimewaan obyek akad
(barang atau jasa) serta menyembunyikan kecacatannya;
22)Talbi>s adalah menyembunyikan kecacatan dengan cara menampakkan
kelebihan-kelebihan (idzhar al-bathil fi shurah al-haqq);
23)Jaha>lah adalah ketidakjelasan dalam suatu akad, baik mengenai obyek
akad, kualitas atau kuantitas, harganya, maupun mengenai waktu
31
24)Shubhat adalah sesuatu yang kedudukan hukumnya tidak jelas dari
segi halal haramnya; dan
25)Kitman adalah tindakan menyembunyikan dengan sengaja sesuatu
informasi mengenai obyek akad yang semestinya diketahui pihak lain
dalam akad.8
C. Ija>rah Maushufahfi al-Dz}immah
1. PengertianIja>rah
Secara etimologi, ija>rah berasal dari kata رجأي– رجا yang berarti upah
yang kamu berikan dalam suatu pekerjaan,9 sedangkan secara syara’
mempunyai makna sama dengan bahasa. Oleh karenanya, hanafiyah
mengatakan bahwa ija>rah adalah akad atas manfaat disertai dengan
imbalan.10
Adapun secara terminologi sebagai berikut:
a. Ulama Malikiyah mendefinisikan ija>rah sebagai memberikan
kepemilikan manfaat sesuatu yang mubah dalam masa tertentu disertai
imbalan. 11
8 Ibid.
9 Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,2015), 195.
10Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuh, terj Abdul Hayyie al-Kattani et al, juz 5 (Jakarta:
Gema Insani, 2010) 387.
32
b. Menurut Sayyid Sabiq ija>rah adalah kepemilikan manfaat atas barang
bukan kepemilikan barang tersebut, akad ini mengharuskan penggunaan
manfaat dan bukan penggunaan barang itu sendiri.12
c. Menurut Amir Syarifuddin ija>rah secara sederhana dapat diartikan
dengan akad atau transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu.
Bila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari suatu
benda disebut Ija>rah al’Ain, seperti sewa menyewa rumah untuk
ditempati. Bila yang menjadi objek transaksi manfaat atau jasa dari
tenaga seseorang disebut Ija>rah ad-z{imah atau upah mengupah, seperti
upah mengetik skripsi. Sekalipun objeknya berbeda keduanya dalam
konteks fiqh disebut Ija>rah.13
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik bahwa ija>rah adalah
suatu jenis perikatan atau perjanjian yang bertujuan mengambil manfaat
suatu benda yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar upah
sesuai dengan perjanjian dan kerelaan kedua belah pihak dengan rukun dan
syarat yang telah ditentukan.14
12 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, terj. Nor Hasanudin, jilid 4 (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 203. 13 Abdul Rahman Ghazaly et al, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), 277.
33
2. Dasar Hukum
a. Surat At-Thalaq: 6
…… …
……Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu
maka berikanlah kepada mereka upahnya…..15
b. Al- Baqarah, 233
Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.16
c. Hadith dari Ahmad, Abu Dawud, dan an-Nasa’i meriwayatkan dari Said
bin Abi Waqqash r.a yang berkata:17
و ر و
ى
ا
ْح
د
و ا ب
و
د وا
د
و
س نلا
ئا
ي
ع
ْن
س ْع
د
ْب ن
أ
ب
و
اق
ص
ر
ض
ي
لا
ع ْن
ه ق
لا
:
ك ن
ا ن
ْك
ري
لا
ْر
ض
با
ع
ىل
سلا
و قا
ي
م
ن
زلا
ْر ع
ف ن
هى
ر
س
لو
لا
ص
ىل
لا
ع ل
ْي ه
و س
ل م
ع ْن
ذ
ل
ك
و أ
م ر نا
أ ْن
ن
ْك
ر هي
ا ي
ذ
ب
أ
ْو
و ر
ق
15 Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Penerbit Wali,
2012), 559.
16
Ibid., 37.
34
Dahulu kami menyewa tanah dengan bayaran tanaman yang tumbuh, lalu Rasulullah melarang praktik tersebut dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau perak.
3. Rukun Ija>rah
Rukun ija>rah ada empat yaitu:
a. Shighat, atau ijab qabul
b. Muta’a>qidain (dua pihak yang melakukan transaksi), yaitu orang yang
menyewakan dan orang yang menyewa
c. Ma’qu>d ‘alaih (manfaat yang ditransaksikan)
d. Upah (sesuatu yang wajib diberikan oleh penyewa sebagai kompensasi
dari manfaat yang ia dapat).18 4. Syarat-Syarat Ija>rah
Sebuah akad sewa dinyatakan sah jika memenuhi syarat-syarat
berikut.
a. Yang terkait dengan dua orang yang berakad. Menurut ulama Syafi’iyah
dana Hanabilah disyaratkan telah baliq dan berakal. Oleh sebab itu,
apabila orang yang belum atau tidak berakal, seperti anak kecil dan
orang gila ija>rah tidak sah. Akan tetapi, ulama Hanafiyah dan Malikiyah
berpendapat bahwa kedua orang yang berakad itu tidak harus mencapai
usia balig. Oleh karenanya, anak yang baru mumayyiz pun boleh
melakukan akad ija>rah, hanya pengesahannya perlu persetujuan walinya.
35
b. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya melakukan
akad ija>rah. Apabila salah seorang di antaranya terpaksa melakukan akad
ini, maka akad ija>rah nya tidak sah.
c. Manfaat yang menjadi objek ija>rah harus diketahui, sehingga tidak
muncul perselisihan dikemudian hari. Apabila manfaat yang menjadi
objek tidak jelas, maka akadnya tidak sah. Kejelasan manfaat itu dapat
dilakukan dengan menjelaskan jenis manfaatnya dan penjelasan berapa
lama manfaat itu di tangan penyewa.
d. Objek ija>rah itu boleh diserahkan dan digunakan secara langsung dan
tidak ada cacatnya. Oleh sebab itu, para ulama fiqh sepakat, bahwa tidak
boleh menyewakan sesuatu yang tidak diserahkan dan dimanfaatkan
langsung oleh penyewa. Misalnya, seseorang menyewa rumah, maka
rumah itu dapat langsung diambil kuncinya dan dapat langsung boleh ia
manfaatkan.
e. Objek ija>rah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’. Oleh sebab itu para
ulama fiqh sepakat mengatakan tidak boleh menyewa seseorang untuk
menyantet, atau membunuh orang lain, demikian juga tidak boleh
menyewakan rumah untuk dijadikan tempat maksiat.
f. Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa, misalnya
menyewa orang untuk melaksanakan sholat untuk diri penyewa atau
36
ulama fioqh sepakat mengatakan bahwa akad sewa seperti ini tidak sah,
karena shalat dan haji merupakan kewajiban penyewa sendiri.19 5. Macam-macam ija>rah
a. Ija>rah yang bersifat manfaat, seperti sewa menyewa rumah, toko,
kendaraan, pakaian, dan perhiasan.
b. Ija>rah yang bersifat pekerjaan, yaitu dengan cara mempekerjakan
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan, seperti buruh bangunan,
tukang cuci, tukang jahit, dan lain-lain.20 6. Pembatalan dan berakhirnya ija>rah
Ija>rah adalah jenis akad yang salah satu pihak yang berakad tidak
memiliki hak fasakh. Seperti dibawah ini:
a. Terjadi aib pada barang sewaan yang kejadiannya di tangan penyewa
atau terlihat aib lama padanya.
b. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah dan binatang yang
menjadi’ain
c. Rusaknya barang yang diupahkan (ma’ju>r ‘alaih), seperti baju yang
diupahkan untuk dijahitkan, karena akad tidak mungkin terpenuhi
sesudah rusaknya barang.
d. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, atau selesainya pekerjaan, atau
berakhirnya masa, kecuali jika terdapat uzur yang mencegah fasakh.
19
Abdul Rahman Ghazaly et al, Fiqh Muamalat,.. 279-280.
20
37
Seperti jika masa ija>rah tanah pertanian telah berakhir sebelum tanaman
dipanen, maka ia tetap berada di tangan penyewa sampai masa selesai
panen, sekalipun terjadi pemaksaan, hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya kerugian pada pihak penyewa, yaitu dengan
mencabut tanaman sebelumnya.
e. Penganut-penganut mazhab Hanafi berkata, boleh memfasakh ija>rah,
kecuali adanya uzur sekalipun dari salah satu pihak. Seperti seseorang
yang menyewa toko untuk berdagang, kemudian hartanya terbakar, atau
dicuri, atau dirampas atau bangkrut, maka ia boleh memfasak ija>rah.21
D. Akad Waka>lah
1. Pengertian waka>lah
Secara Bahasa kata al-waka>lah atau al-waki>lah berarti al-Tafwidh (Penyerahan, pendelegasian dan pemberian mandat) seperti perkataan:
و ك
ل
ْت
رمآ
ا ى
ل
لا
أ
ف ى
و ض
ت ه
ا ل ْي
ه
Aku serahkan urusanku kepada Allah.22
Secara terminology (syara’) sebagaimana dikemukakan oleh fukoha,
menurut Imam Taqy al-Din Abu Bakr Ibnu Muhammad al-Husaini waka>lah
adalah menyerahkan suatu pekerjaan yang dapat digantikan kepada orang
lain agar dikelola dan dijaga pada masa hidupnya. Menurut Hasbi
Ash-Shiddiqie waka>lah ialah akad penyerahan kekuasaan di mana pada akad itu
21 Saiful Jazil, Fiqih Muamalah (Surabaya: CV. Cahaya Intan XII, 2014), 132.
38
seseorang menunjuk orang lain sebagai gantinya untuk bertindak.23 Menurut
mazhab syafi’i waka>lah adalah penyerahan kewenangan terhadap sesuatu
yang boleh dilakukan sendiri dan bisa diwakilkan kepada orang lain, untuk
dilakukan oleh wakil selama pemilik kewenangan asli masih hidup.24
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
waka>lah adalah penyerahan dari seseorang kepada orang lain untuk
mengerjakan sesuatu dimana perwakilan tersebut berlaku selama yang
mewakilkan masih hidup.25 2. Dasar hukum waka>lah
Surat Yusuf, 55
َلاَق يِنۡلَع ۡج ِنِئٓاَزَخ ىَلَع ِض ۡرَ ۡۡ
ميِلَع ٌظيِفَح يِنِإ ٥٥
Berkata Yusuf: "Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya Aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".26
3. Rukun dan syarat
a. Dua orang yang melakukan transaksi (orang yang mewakilkan dan yang
menjadi wakil)
1) Yang mewakilkan syaratnya ialah muwakkil adalah pemilik barang
tersebut atau berkuasa dan dapat bertindak sepenuhnya pada harta
23 Ibid., 127.
24
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuh …, 268.
25 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka, 2001), 188.
39
tersebut. Jika muwakkil bukan pemilik atau pengampu barang atau
harta tersebut, maka wakalah tersebut batal.
2) Wakil (yang mewakili), syaratnya adalah orang yang berakal.
b. Shighah, yaitu ijab dan qobul, dalam ijab-qobul tidak disyaratkan
adanya lafadz tertentu bahkan dibolehkan menggunakan apapun yang
yang menunjukkan hal tersebut, baik berupa ucapan maupun perbuatan.
c. Muwakkul fih (sesuatu yang diwakilkan). Syarat bagi muwakkil fih
adalah diketahui oleh orang yang menjadi wakil. Kecuali apabila
diserahkan secara penuh oleh orang yang mewakilkan, hal-hal yang
boleh diwakilkan seperti jual beli, sewa-menyewa, melakukan
utang-piutang, melakukan perlawanan, perdamaian, talak, pengelolaan harta
kekayaan. Semua tindakan tersebut boleh diwakilkan tanpa
memperdulikan apakah ia hadir di tempat atau tidak.27 4. Berakhirnya waka>lah
Akad waka>lah dikatakan berakhir jika terjadi hal-hal berikut.
a. Salah satu pihak yang melakukan akad meninggal dunia atau menjadi
gila. Waka>lah mempersyaratkan pihak yang melakukan akad hiup dan
berakal. Apabila salah satu pihak wafat atau gila, maka waka>lah itu
menjadi tidak memenuhi syarat.
40
b. Berakhirnya pekerjaan tersebut. Jika pekerjaan yang diwakilkan tidak
memiliki batas akhir, maka waka>lah tidak bermakna apa-apa.
c. Pemutusan akad waka>lah oleh orang yang mewakilkan sekalipun tanpa
pemberitahuan terhadap wakil. Ulama mazhab Hanafi berpendapat
bahwa wakil wajib mengetahui pemutusan tersebut. Sebelum ia
mengetahui hal itu, maka status tindakannya sama seperti sebelum
akadnya diputuskan secara hukum.
d. Barang yang diwakilkan tidak lagi milik orang yang mewakilkan.
e. Waka>lah telah selesai dilakukan.28
BAB III
PRAKTIK PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH (PLBS) UMROH/HAJI PLUS DI PT. ARMINAREKA PERDANA
CABANG BOJONEGORO
A. Gambaran Umum Tentang PT. Arminareka Perdana
1. Sejarah Berdirinya PT. Arminareka Perdana
PT. Arminareka Perdana adalah Biro legal formal yang didirikan pada
tanggal 9 Pebruari 1990 di Jakarta oleh Bapak Drs. H. Guril dan Ibu Hj.
Corry Mundzakkar, dengan Bapak Sholichin Gp sebagai penasehatnya.
Kantor pusat PT. Arminareka ini terletak di gedung menara salemba Lt. V,
Jl. Salemba Rata No. 05, Jakarta Pusat 10440.
PT. Arminareka Perdana bergerak di bidang Travel perjalanan ibadah
haji plus dan umroh juga di bidang ketenagakerjaan wanita (TKW) untuk
berbagai negara. Perusahaan ini telah memegang hak atas penyelenggaraan
umrah dengan No. Izin Umroh: D/78 Tahun 2015 | dan No. Izin Haji: D/136
Tahun 2015
Agen PT. Arminareka Perdana tersebar di lebih dari 150 kota di 33
provinsi di Bojonegoro sendiri sudah banyak agen PT. Arminareka yang
berdiri yang salah satunya di Jl. Basuki Rahmat No 23 kec. Sugihwaras
42
puluhan ribu jamaah umroh dan haji plus ke tanah suci dari seluruh
Indonesia. Pada tahun 2016 jama’ah PT.Arminareka mencapai 31.000.1
Dalam waktu lebih dari 20 tahun PT. Arminareka Perdana telah
mencapai peringkat travel terbesar kedua (2) di Indonesia berdasarkan
jumlah Net Sales Umrah Garuda Airline (GA) pada tahun 2009, dan pada
tahun 2010 telah berhasil mencapai peringkat pertama net sales umrah
Garuda Airlines.
Untuk meningkatkan pemasaran jasa travel perjalanan ibadah
haji dan umrah tersebut, pada tanggal 13 mei 2008, Devisi Marketing
PT. Arminareka Perdana melalui PT. Lima Utama Sukses Agency
Marketing menerapkan Program ARUS (Armina Utama Sukses)
sebagai bentuk inovasi strategi pemasaran jasa penyelenggaraan
perjalanan ibadah haji dan umrah. Untuk menangani program ini PT.
Arminareka Perdana membuat tim khusus dalam bentuk PT dengan
nama PT. Armina Utama Sukses. 2
2. Visi, Misi dan Tujuan PT. Arminareka Perdana
a. Mengajak Masyarakat untuk Ibadah ke Tanah Suci.
1) Berangkat sekeluarga atau rombongan akan mendapat diskon
1 Yusniar,Wawancara, Bojonegoro, 9 April 2017.
2PT Arminareka, “Profil Arminareka”, dalam Www.arminarekaperdana.com, diakses pada tanggal 23
43
2) Berangkat ibadah dengan arminareka perdana mendapat tambahan
pahala
3) Membantu orang lain atau calon jamaah (saling bekerja sama) yang
mereferensikan akan dapat beribadah seperti anda juga
b. Meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat
1) Menambah income keluarga
2) Mendapatkan biaya tambahan untuk keluarga
3) Membantu orang lain bisa berangkat ke tanah suci, khusus calon
jamaah yang tidak mampu dan membantu masjid, pesantren, yayasan
anak yatim atau siapa saja yang akan anda niatkan untuk dibantu.
4) Menjadi tambahan pahala anda dan rejeki anda akan bertambah (Insya
Allah).
c. Memberikan solusi haji dan umroh dengan berbagai kemudahan. 3
3. Legalitas Perusahaan
Agar ada jaminan dari sisi hukum, PT. Arminareka Perdana
melindungi usahanya dengan melengkapi semua persyaratan untuk
memenuhi legalitas perusahaan. Perangkat dan dokumen legalitas PT.
Arminareka Perdana meliputi:
1) No. Surat izin usaha biro perjalanan umum dirjen pariwisata: Kep.
21/BPU/II/90
44
2) No. Izin umroh: D/78 Tahun 2015
3) No. Izin haji: D/136 Tahun 2015
4) Anggota AMPHURI (Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji Umrah
Republik Indonesia)
5) Sertifikasi Syariah Majelis Ulama Indonesia Nomor U-
333/DSNMUI/X1/2010
6) Terdaftar di kementrian Agama no.Dj.VII.I/4/Hj.09 /1332/2008.
7) Terdaftar di Ministry of Hajj Saudi Arabia.
8) Akreditasi dari IATA (International Air Transport Asosiation) tahun
2011.4
4. Struktur Organisasi PT. Arminareka Perdana
a. Direksi dan staff
1) Direktur Utama : Ir. Hj. Darnelly Guril, Msc.
2) Direktur Marketing : H. Subaebasni, SE.
3) Sekretaris Direksi : P. Widhiastuti, SP
4) Komisaris : H. Heru Syam
5) Presenter : Dhani Kusuma , Rita Andayani, Maulina Pabelu, Muchlis
Raya
6) IT : Muhammad Sultomi Staff, Irwan Syahputra, S.Kom
7) Bagian Umrah & Haji : Hj. Wiwi Sobarsari
45
8) Administrasi : Siska Nurfianti
9) Keuangan : Hj. Ismeini Lestari, Fitri Nurul Aini
10)Data Enrty : Khumaedi Priyo Leksono
11)Kasir : Diana Manifestari
12)Logistik : Budi Mulyanto
b. Dewan Pengawas Syariah Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Prof. Dr. Hj. Tuti Alawiyah (Ketua Dewan Pimpinan Harian MUI Pusat)
c. Tim Pembimbing Ibadah
1) Drs. K.H. Nuruddin Munawar
2) K.H. Ikin Ahmad Sodikin
3) K.H. Dave Ariant Yusuf
4) Drs. H.M. Arif Sholahuddin
5) Ust. H. Abdullah Amsyir
6) Drs. KH. Agus Darmawan, Isk, SE
d. Tim Pelaksana di Saudi Arabia
1) Reservasi hotel, bus, catering di Mekkah dan Jeddah : Khalid Nasir
2) Reservasi hotel, bus, catering di Madinah : Wisnu
3) Handling airport Jeddah : Wadut dan Khalid Nasir
e. Tim Muthawwif di Saudi Arabia
1) H. Marzuan
46
3) H. Tohir
4) H. Dofir
5) H. Badrun. 5
5. Hak Sebagai Calon Jamaah
a. Kartu perlindungan jamaah
Dari usia 0-65 tahun
Meninggal biasa : Rp.7.000.000
Meninggal kecelakaan : Rp.50.000.000
Perawatan karena kecelakaan : Rp.2.000.000
(dapat diperpanjang = Rp.100.000,- per 1 tahun, usia maksimal 65
tahun).
b. ID Card + staterkit (legalitas perusahaan)
c. Mendapatkan:
1) Souvenir pendaftaran: pria memperoleh baju koko, sedangkan untuk
wanita mukena
2) Souvenir keberangkatan : traveling bag, kain ihram (pria),
bahan batik, mukena dan bergo (wanita), buku manasik, ikat
pinggang (pria), tas gantung.
47
d. Voucher
Voucher ini nantinya berlaku tanpa batas dan
dapat diwariskan. DP umrah USD 350, DP haji USD 500.
Kegunaan voucher ini sebagai pengurang biaya paket umrah
dan haji plus yang harus dibayar pada saat keberangkatan. Dan
untuk sisa pembayaran dapat dilakukan dengan cara cash,
dicicil (angsuran), referensi (hak usaha).
e. Hak usaha jamaah
Hak usaha jamaah adalah ha