• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bisnis biro perjalanan haji dan umroh PT. Arminareka Perdana dalam perspektif fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bisnis biro perjalanan haji dan umroh PT. Arminareka Perdana dalam perspektif fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT.

ARMINAREKA PERDANA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN

NO:83/DSN-MUI/VI/2012

SKRIPSI

Oleh:

Shoe Amilia Budi Rachmawati NIM. C 92213190

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syariah

Surabaya

(2)

BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT

ARMINAREKA PERDANA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN

NO:83/DSN-MUI/VI/2012

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Syariah dan Hukum

Oleh:

Shofie Amilia Budi Rachmawati NIM. C92213190

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Fakultas Syari ’ah Dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)

Surabaya

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Bisnis Biro Perjalanan Haji dan Umroh PT. Arminareka

Perdana dalam perspektif Fatwa DSN No:83/DSN-MUI/VI/2012” adalah hasil

penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana akad yang digunakan PT Arminareka Perdana dalam melaksanakan bisnis biro perjalanan haji dan umroh?, 2) Apa konsekuensi yang didapat apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi? dan 3) Bagaimana analisis Fatwa DSN No:83/DSN-MUI/VI/2012 tentang penjualan langsung berjenjang syariah layanan perjalanan umroh terhadap bisnis biro perjalanan haji dan umroh di PT. Arminareka Perdana?

Skripsi ini merupakan jenis penelitian lapangan dengan menggunakan metode kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan metode deskriptif verifikatif, dengan pola pikir induktif.

Hasil penelitian menyimpulakan bahwa: pertama, mekanisme bisnis biro perjalanan haji dan umroh menggunakan akad waka>lah bil ujra>h, alasan PT untuk menarik anggota agar mendaftar haji atau umroh dengan menggunakan PT. Arminareka, kemudian agen atau kantor cabang tersebut akan mendapatkan ujra>h sesuai jumlah anggota yang direkrut. Adapun untuk dapat menjadi agen atau kantor cabang, terlebih dahulu harus membeli voucher paket 13, 22 atau 40, yang kemudian voucher tersebut dapat dijual kepada calon anggota dan berlaku seumur hidup. Kedua, voucher yang telah dibeli oleh agen atau kantor cabang untuk menambah anggota tidak dapat diuangkan, karena voucher yang telah dibeli berlaku seumur hidup, namun voucher tersebut dapat dijual dan dipindahtangankan kepada orang lain, dengan ketentuan yang diatur oleh kedua belah pihak tanpa ada campur tangan perusahaan pusat, baru setelah itu agen atau kantor cabang baru membuat laporan resmi kepada kantor pusat. Ketiga, dalam perspektif fatwa DSN No:83/DSN-MUI/VI/2012 akad yang sesuai adalah ija>rah maushufahfi al-dz}immah, sedangkan akad yang digunakan oleh PT. Arminareka adalah akad waka>lah bil ujra>h, padahal akad tersebut lebih sesuai digunakan untuk pembiayaan asuransi. Selain itu ketentuan-ketentuan lain yang ada dalam fatwa tersebut seperti ketentuan pembatalan, ketentuan mengenai jaringan dan penyelenggaraan belum sesuai dengan praktik yang terjadi di lapangan.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Kajian Pustaka ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Tujuan Hasil Penelitian ... 13

G. Definisi Operasional ... 14

H. Metode Penelitian ... 16

I. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT. ARMINAREKA PERDANA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN NO: 83/DS-MUI/VI/2012 ... 22

A. Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) ... 22

1. Pengertian ... 22

2. Ciri-ciri PLBS yang Baik ... 23

3. Produk PLBS ... 23

4. Sistem Perdagangan PLBS yang Diperbolehkan Islam ... 24

(9)

1. Dasar Hukum ... 26

2. Ketentuan Akad ... 26

3. Hasil {Putusan ... 27

C. Ija>rah Maushufahfi al-D{zimmah ... 31

1. Pengertian ija>rah ... 31

2. Dasar Hukum ija>rah ... 33

3. Rukun ija>rah ... 34

4. Syarat ija>rah ... 34

5. Macam-macam ija>rah ... 36

6. Pembatalan dan berakhirnya ija>rah ... 36

D. Akad waka>lah ... 37

1. Pengertian waka>lah ... 37

2. Dasar Hukum ... 38

3. Rukun dan syarat ... 39

4. Berakhirnya waka>lah ... 39

BAB III PRAKTIK PENJUALAN LANGSUNG SYARIAH UMROH /HAJI PLUS DI PT ARMINAREKA OERDANA CABANG BOJONEGORO ... 41

A. Gambaran Umum ... 41

1. Sejarah Berdirinya PT. Arminareka ... 41

2. Visi dan Misi ... 43

3. Legalitas Perusahaan ... 43

4. Struktur Organisasi ... 44

5. Hak Calon Jamaah ... 46

6. Persyaratan Calon Jamaah ... 47

7. Biaya Umroh dan Haji Plus ... 49

B. Praktik Sistem Kemitraan Hak Usaha Penyelenggara Umroh dan Haji Plus PT Arminareka Cabang Bojonegoro ... 50

(10)

2. Perekrutan Anggota/Mitra ... 52

3. Sistem Bagi Hasil Hak Usaha Anggota/Mitra ... 56

4. Wanprestasi dalam PT. Arminareka ... 62

BAB IV ANALISIS BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT ARMINAREKA PERDANA CABANG BOJONEGORO DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN NO:83/DSN-MUI/VI/2012 ... 64

A. Analisis terhadap Bisnis Biro Perjalanan Haji dan Umroh PT. Arminareka Cabang Bojonegoro ... 64

B. Analisis Fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 di PT Arminareka Cabang Bojonegoro ... 67

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Syariat Islam memperbolehkan umatnya dalam kerjasama bisnis

untuk memperoleh keuntungan dan kerugian. Prosentase keuntungan dan

kerugian ini sesuai dengan perjanjian yang disepakati kedua belah pihak

secara bersama. Salah satu pihak bisa mendapatkan setengah, sepertiga,

seperempat atau kurang dari itu, sedangkan sisanya untuk yang lain. Jadi

masing-masing pihak akan mendapatkan bagian apabila usahanya untung, dan

sama menanggung kerugian apabila usahanya tidak berhasil.1

Oleh sebab itu, dalam berbisnis dibutuhkan kejujuran dalam mengelola

bagi hasil atau upah karena hal tersebut menjadi syarat mutlak dalam syariah.

Selain itu penting untuk diketahui dalam mengawali kerjasama adalah adanya

perjanjian atau akad. Maka seorang pedagang juga wajib mengetahui hukum jual

beli, seperti tidak berlebih-lebihan memuji barangnya ketika sedang

menawarkan kepada orang lain, karena seorang usahawan muslim harus

memiliki sifat adil dan arif dalam melakukan segala hal. 2

1 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 242.

(12)

2

Aturan hukum tentang ekonomi banyak terdapat dalam Al-Qur’an dan

sunnah Rasulullah. Yang bertujuan agar manusia berada di jalan yang lurus.

Dalam pandangan Islam ekonomi merupakan tuntutan kehidupan dan memiliki

nilai ibadah. Untuk itu Allah SWT memerintahkan kepada umatnya untuk

melakukan usaha yang produktif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 3

Pada dasarnya setiap kegiatan muamalah hukumnya diperbolehkan. Hal

ini berdasarkan beberapa kaidah fiqh yang berbunyi:

َهِمْيِرْحَت يَلَع ُليِلَدلا َلُدَي ْنَا َاِا ِةَحاَبِإا ِةَلَماَعُملا ىِف ُلْصَآَا

Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil

yang mengharamkan.4

Maksudnya adalah setiap kegiatan muamalah itu boleh dilakukan, selama

tidak ada dalil-dalil yang mengharamkan ataupun yang memakruhkannya.

Kerjasama dalam mitra usaha membutuhkan akad sebagai media perjanjian

untuk komitmen serta menjadikan tali tolong menolong bersifat timbal balik.

Maka dalam bermuamalah mengharuskan adanya kejelasan akad, agar dapat

menyelaraskan tujuan demi kepentingan individu maupun bersama dengan

kerelaan.

Pergi ke tanah suci (Baitulla>h) merupakan impian setiap muslim

sehingga wajar di Indonesia tiap tahun siklusnya selalu mengalami peningkatan.

Adapun haji serta umroh merupakan salah satu ibadah yang membutuhkan

(13)

3

banyak persiapan bersifat jasmani-rohani sehingga membutuhkan persiapan

dan bantuan terutama mengenai perjalanan menuju baitullah. Sesuai dengan

UU penyelenggaraan ibadah haji (UUNo.13 tahun 2008) bahwa perjalanan

ibadah haji dan umroh dapat dilakukan secara perseorangan atau rombongan

melalui penyelenggara perjalanan ibadah umroh yang dilakukan oleh pemerintah

atau biro perjalanan wisata yang ditetapkan Menteri.5

Di era yang serba modern ini banyak hal yang awalnya tidak mungkin

menjadi mungkin. Seperti ibadah haji yang merupakan ibadah yang terbilang

ibadah mahal karena memerlukan biaya yang cukup mahal, serta hanya

orang-orang tertentu yang dapat melaksanakannya, namun sekarang tidak lagi

demikian. Karena banyak biro-biro travel perjalanan haji dan umroh yang berani

membanting setir menawarkan perjalanan haji dan umroh dengan harga yang

relative murah atau dengan iming-iming suatu hal.

Seperti yang telah dipraktikkan oleh biro perjalanan haji dan umroh PT.

Arminareka Perdana dengan sistem marketing program solusi untuk

pembiayaan haji dan umroh bagi ummat Islam yang ingin menjalankan ibadah

haji maupun umroh. Melalui program solusi, dengan ini seseorang bisa

berkesempatan mendapatkan biaya haji tambahan hanya dengan cara

mendaftarkan diri menjadi calon jamaah haji di PT. Arminareka Perdana dan

mempromosikan kepada masyarakat agar ikut bergabung menjadi calon jamaah

(14)

4

haji di PT. Arminareka Perdana. Dengan mempromosikan kepada masyarakat

inilah calon jamaah yang bisa mendapatkan anggota baru akan mendapatkan

komisi dari perusahaan.

Pemicu utama bagi masyarakat yang ikut bergabung dalam PT.

Arminareka Perdana ini adalah bonus atau komisi utama, yaitu ibadah umrah

dan haji, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an tentang kewajiban

melaksanakan ibadah haji bagi manusia (umat Islam), yaitu:

                                            

Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitulla>h, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam (QS. Ali-Imra>n : 97).6

Adalah suatu keniscayaan bahwa sepanjang umat Islam masih ada di

muka bumi, mereka akan datang berhaji ke Baitulla>h di Makkah al Mukarramah

Saudi Arabia, sebab Allah SWT telah menetapkan bahwa Baitulla>h atau Ka’bah

merupakan pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi umat manusia7.

Sudah menjadi maklum bersama, sebagaimana di dalam ayat tersebut,

syarat bagi orang yang akan menunaikan ibadah haji salah satunya adalah

mampu terutama secara finansial, dan hal ini menjadi persoalan pelik,

6Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Penerbit Wali, 2012), 62.

(15)

5

mengingat kondisi ekonomi umat Islam tidak semuanya stabil. Ada banyak

kesenjangan ekonomi di tubuh umat Islam sendiri. Tetapi, persoalan ekonomi

seperti ini pada realitasnya tidak mengendurkan semangat umat Islam dari

segala lapisan untuk melaksanakan ibadah haji. Kondisi ekonomi memang

berbeda, tetapi niat menyempurnakan rukun Islam kelima sama. Maka, tak

heran ketika umat Islam berlomba-lomba untuk bisa menunaikan ibadah haji

dengan beragam cara, di antara sekian ragam cara itu ada model yang

berkembang di kalangan masyarakat yang menarik untuk diperhatikan,

relevansinya dengan persoalan hukum Islam, yaitu dengan cara menjadi anggota

di sebuah Multi Level Marketing syariah (MLM syariah).

Maraknya biro perjalanan haji dan umroh dengan sistem MLM berbasis

syariah membuat sebagian ummat Islam mulai resah akan status kehalalan

dalam melaksanakan ibadah haji sehingga pada tahun 2009 DSN-MUI

mengeluarkan fatwa tentang PLBS (Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah), yang berkaitan dengan produk dan sistem yang digunakan. Hal

ini termaktub dalam fatwa DSNMUI No: 75/DSN-MUI/VII/2009. Dalam fatwa

MUI tersebut diterangkan ketentuan-ketentuan mengenai sistem MLM. Mulai

dari segi produk yang harus halal sampai sistem transaksi, pemberian

(16)

6

dilarang oleh Islam. Seperti, adanya unsur money game, garar, maysir, d}arar,

riba, z}ulm dan maksiat.8

Namun Fatwa tersebut mencakup tentang penjualan langsung berjenjang

syariah secara keseluruhan, padahal akhir-akhir ini marak tentang penjualan

langsung berjenjang syariah haji dan umroh, sehingga dari situ muncul Fatwa

DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah Layanan Perjalanan Umroh yang lebih memfokuskan status penjualan

langsung berjenjang syariah dalam bisnis travel haji dan umroh.

PT. Arminareka perdana menggunakan sistem penjualan langsung

berjenjang syariah dengan cara menjaring anggota dengan kemitraan. Anggota

cukup mendaftarkan diri menjadi calon jamaah haji atau umroh di PT.

Arminareka perdana hanya dengan membayar DP pemberangkatan sebesar

5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) untuk keberangkatan haji, sedangkan untuk

keberangkatan umroh membayar pendaftaran sebesar RP. 3.500.000,- (Tiga Juta

Lima Ratus Ribu Rupiah). Bila telah membayar DP keberangkatan, maka

jamaah tersebut telah sah menjadi jama’ah haji dan umroh PT. Arminareka

perdana.

Untuk mencukupi biaya selanjutnya maka calon jamaah cukup

mempromosikan kepada jamaah lain untuk ikut bergabung menjadi calon

jamaah haji dan umroh di PT. Arminareka perdana. Komisi yang akan

8

(17)

7

diterima oleh jamaah yang berhasil mendapatkan satu orang jama’ah calon

jamaah haji yang ikut bergabung maka jamaah yang mempromosikan

tersebut mendapatkan bagi hasil sejumlah Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima

ratus). Adapun bila mendapat jamaah yang ikut bergabung menjadi calon

jamaah umroh maka jamaah yang mempromosi mendapatkan dana sejumlah

Rp. 1.500.000. (satu juta lima ratus rupiah). Dan ketentuan itu juga berlaku

untuk anggota kedua, yaitu menjaring anggota baru dan seterusnya tanpa

batas. Melihat sistem yang dipraktikkan oleh PT. Arminareka perdana strategi

seperti ini membuka sebuah peluang bagi seseorang yang ingin memiliki usaha

sendiri/wirausaha. Strategi seperti ini tidak membutuhkan modal awal yang

tinggi. 9

Selanjutnya penulis tertarik untuk mengamati secara mendalam

tentang bisnis yang dipakai oleh biro penyelenggara ibadah haji dan umroh di

PT. Arminareka perdana khususnya kantor perwakilan cabang Bojonegoro,

sebagai lembaga bisnis syariah apakah telah sesuai dengan ketentuan Fatwa

DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah Layanan Perjalanan Umroh serta sistem yang diterapkan oleh PT.

Arminareka dengan akad waka>lah bil ujra>h. Kemudian, penulis memberikan

judul penelitian ini dengan “Bisnis Biro Perjalanan Haji dan Umrah PT.

Arminareka Perdana dalam Perspektif Fatwa DSN No: 83/DSN-MUI-VI/2012”.

(18)

8

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, dapat

diidentifikasi beberapa masalah yang timbul sebagai berikut :

1. Akad yang digunakan PT. Arminareka Perdana dalam melaksanakan

bisnisnya.

2. Konsekuensi yang didapatkan jika salah satu pihak melakukan wanprestasi.

3. Mekanisme bisnis biro perjalanan haji dan umroh di PT. Arminareka.

4. Sistem kemitraan yang diterapkan oleh biro perjalanan haji dan umroh PT.

Arminareka.

5. Konsep penjualan langsung berjenjang syariah jasa perjalanan umroh dalam

hukum Islam.

6. Penerapan fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 terhadap mekanisme PT.

Arminareka.

Dari beberapa masalah yang tercantum di atas masih bersifat umum,

sehingga diperlukan batasan-batasan masalah dalam pembahasannya supaya

lebih terarah pada ruang lingkupnya serta permasalahannya. Maka penulis

memberikan batasan pembahasan melipurti sebagai berikut:

1. Akad yang digunakan PT. Arminareka Perdana dalam melaksanakan bisnis

biro perjalanan haji dan umroh.

(19)

9

3. Fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 tentang penjualan langsung

berjenjang syariah layanan perjalanan umroh di PT. Arminareka Perdana.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah

1. Bagaimana Akad yang digunakan PT. Arminareka Perdana dalam

melaksanakan bisnis biro perjalanan haji dan umroh?

2. Apa konsekuensi yang didapatkan jika salah satu pihak melakukan

wanprestasi?

3. Bagaimana analisis Fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 tentang

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Layanan Perjalanan Umroh,

terhadap bisnis biro perjalanan haji dan umroh di PT. Arminareka Perdana?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian

yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti sehingga

tidak terjadi pengulangan atau bahkan duplikasi kajian/penelitian yang telah

ada. Pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan gambaran topik yang akan

diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya, dengan harapan tidak ada pengulangan materi secara mutlak.

(20)

10

1. Skripsi yang ditulis oleh Riyani, yang berjudul “Perspektif Hukum

Islam terhadap Penjualan Jasa Layanan Perjalanan Umrah/Haji Plus (Studi

Kasus di PT. Arminareka Perdana Surabaya)”. Dar penelitian tersebut,

menyimpulkan bahwa layanan perjalanan umrah/haji plus yangdipraktikkan

oleh PT. Arminareka Perdana Surabaya dapat dikatakan sebagai sistem

member get member namun tidak masuk dalam kategori Multi Level

Marketing (MLM) seperti yang umum dipraktikkan. Kedua, sistem

penjualan jasa layanan perjalanan umrah/haji plus yang dipraktikkan oleh

PT Arminareka Perdana tidak terindikasi sebagai permainan uang (money

game). Ketiga, bahwa dari perspektif hukum Islam, sistem penjualan jasa

layanan perjalanan umrah/haji plus berbasis pemberian bonus yang

dipraktikkan di PT Arminareka Perdana Surabaya merupakan bentuk

transaksi ju’a>lah yang berselaras dengan norma norma akad ju’a>lah dan

karena itu hukumnya boleh atau halal. 10

2. Skripsi yang ditulis oleh Nurman Najib, yang berjudul “Pelaksanaan

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Umrah/Haji Plus PT. Arminareka

Perdana Cabang Surabaya (Perspektif Fatwa DSN-MUI

No:75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah)”, dalam

skrispsi ini penulis memaparkan bahwa sistem penjualan langsung

10 Riyani, “Perspektif Hukum Islam terhadap Penjualan Jasa Layanan Perjalanan Haji/Umrah Plus

(21)

11

berjenjang syariah yang dipraktikkan oleh PT. Arminareka Perdana cabang

Surabaya tidak bertentangan dengan ketentuan dalam fatwa DSN-MUI No:

75/DSN-MUI/VII/2009. Ini terlihat bahwa dalam akad yang digunakan akad

yaitu: jual-beli (bai’), ju’a>lah, ija>rah dan waka>lah bil ujra>h, dan produk yang

dijual adalah real berupa jasa layanan umrah/haji plus, pembagian bonus

yang diberikan berdasarkan hasil kerja para member, tidak ada eksploitasi

secara sepihak, perekrutan anggota baru dimaksudkan untuk memperluas

jaringan, dan anggota yang telah merekrut anggota baru maka harus

memberikan training berkaitan dengan sistem kerja di PT. Arminareka

Perdana cabang Surabaya.11

3. Skripsi yang ditulis oleh Lulu Ainun, yang berjudul “Analisis Sadd

Az|-Z|ari>‘ah terhadap pelarangan Multi Level Marketing (MLM) Haji oleh

Majlis Ulama Indonesia (MUI)”, dalam skripsi tersebut menyimpulkan

bahwa pelarangan yang dilakukan oleh MUI disebabkan terdapat banyak

dampak negatif yang ditimbulkan, yaitu:

a. Terjadinya kasus penipuan (gharar) yang dilakukan oleh Penyelenggara

Ibadah Haji Khusus (PIHK);

b. Mengumpulkan dana masyarakat dengan iming-iming biaya murah

untuk dapat berangkat haji;

(22)

12

c. Mengarah pada sistem money game (penggandaan uang);

d. Seseorang yang ingin menunaikan ibadah haji tidak diperkenankan

untuk berhutang; dan

e. Praktek Multi Level Marketing (MLM) haji bermotif mencari

keuntungan.12

Perbedaan skripsi yang penulis tulis dengan skripsi-skripsi terdahulu

terletak dalam Fatwa DSNnya, yakni penulis terdahulu lebih menggunakan

fatwa DSN-MUI No: 75/DSN-MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung

Berjenjang, dimana fatwa tersebut lebih global membahas PLBS secara umum,

sedangkan skripsi yang penulis tulis mengambil fatwa DSN No:

83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Layanan

Perjalanan Umroh, yang lebih rinci menjelaskan tentang PLBS jasa perjalanan

umroh. Selain itu skripsi terdahulu tidak pernah membahas tentang wanprestasi

yang terjadi di PT. Arminareka Perdana, kebanyakan skripsi-skripsi tersebut

hanya membahas akad dan mekanisme dalam PT. Arminareka Perdana.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui akad yang digunakan PT. Arminareka Perdana dalam

melaksanakan bisnis biro perjalalan haji dan umroh.

(23)

13

2. Mengetahui konsekuensi yang didapat jika salah satu melakukan

wanprestasi.

3. Mengetahui perspektif fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 dengan

praktik yang dilakukan oleh PT. Arminareka Perdana.

F. Tujuan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna

sekurang-kurangnya dua aspek, yaitu:

1. Aspek teoritis: sebagai upaya bagi pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya di bidang Mua>malah (Hukum Bisnis Islam) yang berkaitan

dengan masalah haji dan umroh.

2. Aspek praktis: dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi:

a. Masyarakat, untuk lebih berhati-hati dan lebih selektif dalam

memilih biro penjualan/pelayanan jasa perjalanan haji yang akhir-akhir

ini mulai ‘nakal’ dan pintar dalam mengiming-imingi masyarakat, dan

menggunakan kedok syariah untuk memperoleh keuntungan.

b. Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK), boleh saja membuat

inofasi dalam dunia bisnis namun harus berhati-hati agar tidak

menerapkan sistem baru yang tidak sesuai dengan peraturan

(24)

14

c. Dapat dijadikan catatan dan masukan bagi peminat dan pelaku ekonomi

untuk menentukan mana penjualan langsung berjenjang syariah yang

sesuai dengan peraturan DSN-MUI.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian ini

yakni “Bisnis Biro Perjalanan Haji dan Umroh di PT Arminareka Perdana dalam

Perspektif Fatwa DSN No 83/DSN-MUI/VI/2012”, maka perlu kiranya untuk

memperjelas maksud dari judul penelitian tersebut dengan definisi sebagai

berikut:

1. Haji dan Umroh: rukun Islam kelima (kewajiban ibadah) yang harus

dilakukan oleh orang Islam yang mampu dengan mengunjungi kakbah pada

bulan haji dan mengerjakan amalan haji, seperti ihram, tawaf, sai, dan

wukuf.13 Adapun umroh adalah kunjungan (ziarah) ke tempat suci (sebagai bagian dari upacara naik haji, dilakukan setiba di Mekah) dengan cara

berihram, tawaf, sai, dan bercukur, tanpa wukuf di padang Arafah, yang

pelaksanaannya dapat bersamaan dengan waktu haji atau di luar waktu

haji.14

2. Fatwa DSN: Pendapat yang dikemukakan seorang mujtahid atau fakih

sebagai jawaban yang diajukan peminta fatwa dalam suatu kasus yang

(25)

15

sifatnya tidak mengikat. Pihak yang meminta fatwa bias pribadi, lembaga,

maupun kelompok masyarakat.15Fatwa bersifat responsive, yang merupakan jawaban hukum (legal opinion) yang dikeluarkan setelah adanya suatu

pertanyaan atau permintaan Fatwa (based on demand). Pada umumnya

fatwa dikeluarkan sebagai jawaban atas pertanyaan yang merupakan

peristiwa atau kasus yang telah terjadi atau nyata. Sesorang pemberi fatwa

(mufti) boleh untuk menolak memberikan fatwa atas pertanyaan tentang

peristiwa yang belum terjadi. 16

Untuk memudahkan dalam merumuskan maksud dari pengangkatan judul

beserta rumusan masalahnya, maka maksud dari definisi operasional diatas,

yaitu tentang peninjauan hukum Islam terhadapa bisnis biro perjalanan haji dan

umroh pada PT. Arminareka Perdana dengan mengambil semple di kantor

perwakilan cabang Bojonegoro, untuk mendapatkan sebuah kesimpulan peneliti

akan menguraikan sistem yang digunakan oleh PT. Arminareka dalam

menjalankan bisnis haji dan umroh, serta keterkaitannya dengan wanprestasi

yang apabila terjadi, dan mengkaitkannya dengan ketetapan dari Fatwa DSN No

83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah

Layanan Perjalanan Umroh.

(26)

16

H. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah mengemukakan secara teknis tentang

metode-metode yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya. Dengan kata

lain, metode penelitian adalah ilmu tentang alat -alat untuk penelitian.17

1. Data yang Dikumpulkan

Penulis akan menggali setiap informasi berkaitan dengan subjek

penelitian dengan melakukan pengumpulan data dalam bentuk data tertulis

seperti pada situs resmi PT. Arminareka Perdana, buku panduan,

buku-buku ilmiyah hingga wawancara dengan subjek penelitian. Penulis

kemudian melakukan verifikasi, pencocokan antara data satu dengan yang

lain dan tela’ah ilmiyah dengan mengkomparasikan antara temuan-temuan

di lapangan dengan teori-teori yang ada sehingga membentuk suatu

kesimpulan konkrit terhadap status operasionalisasi PT. Arminareka

Perdana.

2. Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini dibedakan menjadi

dua kelompok yaitu:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari

sumber asli.18 Adapun yang tergolong sumber data primer yaitu

(27)

17

wawancara langsung dengan salah satu pemilik kantor perwakilan

cabang PT. Arminareka Perdana dan salah satu leader di Bojonegoro.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk

yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, dan

biasanya sudah berbentyk publikasi.19 Data sekunder ini biasanya sebagai pelengkap dari data primer. Sumber data penelitian ini, dapat

dihimpun dari:

1) Fatwa DSN No 83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan

Langsung Berjenjang Syariah Jasa Perjalanan Umroh

2) Buku-buku panduan dari PT. Arminareka Perdana,

3) Al-fiqh Al-Isla>mi Wa Adilla>tuh karya Wahbah az-zuhaili

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian

ini adalah studi dokumen, yaitu teknik pengumpulan data yang didasarkan

atas literatur, laporan atau publikasi yang ada berdasarkan penelitian –

penelitian lain yang sesuai, atau dari laporan-laporan lembaga yang

menerbitkan informasi atau segala jenis data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini. Maksudnya, pengumpulan data yang peneliti gunakan

berdasarkan literatur dan informasi yang ada di media online yang

18

Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 103.

(28)

18

berkaitan langsung dengan permasalahan yang peneliti angkat yaitu

tentang tinjauan Hukum Islam terhadap bisnis biro perjalanan haji dan

umroh di PT. Arminareka Perdana.

4. Teknik Pengolahan Data

Data penelitian kualitatif dari penelitian ini akan diperoleh melalui

beberapa teknik diantaranya :

a. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu metode yang digunakan untuk mencari

data dari hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.20 Dokumentasi ini dilakukan dengan cara pengumpulan beberapa

informasi pengetahuan, fakta dan data. pengumpulan segala informasi

dapat bersumber dari data, informasi dan fakta baik berupa sumber data

primer maupun sekunder terkait dengan obyek kajian penelitian yaitu

sistem pelaksanaan bisnis biro Haji dan Umrah di PT. Arminareka

Perdana, dan korelasi fatwa DSN-MUI No: 83/DSN-MUI/VI/2012

tentang penjualan langsung berjenjang syariah, baik dari data-data

tentang kesesuaian antara praktek dan undang-undang yang mengatur

serta kesesuaian dengan hukum bisnis Islam.

(29)

19

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan

makna dalam suatu topik tertentu.21 Pengumpulan data melalui interview ini, langkah penulis adalah dengan menemui bertatap muka

atau memanfaatkan media komunikasi yang dapat dijangkau.

Adapun target wawancara adalah dengan orang yang telah bergabung di

PT. Arminareka Perdana atau sebagai Agen. Adapun wawancaranya

kepada bapak H. Sambri selaku perwakilan agen (anggota Kemitraan)

yang berlokasi di Bakso Rahayu Jl. Basuki Rahmat No 23 kec.

Sugihwaras Bojonegoro. Dan Ibu Hj. Yusniar selaku salah satu Leader

daerah perwakilan Bojonegoro.

5. Teknik Analisis Data

Setelah tahapan pengolahan data, langkah selanjutnya yaitu

menganalis data. Analisa data adalah kegiatan untuk memaparkan data-data

yang telah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan pendekatan fiqh

mua>malah. Pola pikir yang digunakan dalam menganalisis data adalah pola

pikir induktif, yaitu cara mengungkapkan fakta-fakta atau kenyataan dari

hasil penelitian.

Metode analisis data yang digunakan adalah:

(30)

20

a. Deskriptif analisis, yakni suatu analisa penelitian yang dimaksud untuk

mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual secara

sistematis dan akurat.22 Penggunaan metode ini memfokuskan penulis

pada adanya usaha untuk menganalisa seluruh data tentang “ Bisnis

Biro Perjalanan di PT. Arminareka Perdana cabang Bojonegoro dan

fatwa DSN No:83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan Langsung

Berjenjang Syariah Layanan Perjalanan Umroh” sebagai satu kesatuan

dan tidak dianalisis secara terpisah.

b. Teknik verifikasi, teknik ini digunakan untuk menguji penerapan

kriteria fatwa DSN No:83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan

Langsung Berjenjang Syariah Layanan Perjalanan Umroh.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dan memahami apa yang ada dalam

penulisan penulisan skripsi ini, maka sistematikanya dapat dibagi menjadi lima

bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang satu sama lainnya saling

berkorelasi sehingga terperinci, sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan pendahuluan. Bab ini berisi pemaparan

latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,

(31)

21

kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi

operasioanl, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan.

Bab kedua menguraikan Fatwa DSN-MUI No: 83/DSN-MUI/VI/2012

tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Jasa Perjalanan Umroh, dan

teori hukum Islam dengan menggunakan akad ijara>h maushufahfi al-dz}immah

dan waka>lah sebagai landasan teori dalam penelitian ini.

Bab ketiga, memaparkan hasil penelitian tentang gambaran umum di

PT.Arminareka Perdana dalam pembahasannya akan disajikan mengenai

beberapa poin yaitu Profil Penyelenggara Umrah dan Haji Plus di PT.

Arminareka Perdana, Sistem Kemitraan di PT. Arminareka Perdana.

Bab keempat pemaparan hasil penelitian. Pada bab ini, data-data yang

telah diperoleh di bab II dan bab III akan dianalisis menggunakan perspektif

konsep yang ada, serta diarahkan agar mampu menjawab pertanyaan pada

rumusan masalah yang ada diatas.

Bab kelima, berisi yang memuat tentang kesimpulan sebagai jawaban

(32)

BAB II

BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT. ARMINAREKA PERDANA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN NO:83/DSN-MUI/VI/2012

A. Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS)

1. Pengertian Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS)

Penjualan langsung berjenjang syariah atau yang sering disebut

dengan Multi Lavel Marketing (MLM) adalah cara penjualan barang atau

jasa melalui jaringan pemasaran yang dilakukan oleh perorangan atau badan

usaha kepada sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya secara

berturut-turut.1

Multi Level Marketing adalah konsep penyaluran barang (produk atau

jasa tertentu) yang memberi kesempatan kepada para konsumen untuk turut

terlibat secara aktif sebagai penjual dan memperoleh keuntungan di dalam

garis kemitraannya.

Dengan kata lain, MLM sebuah metode pemasaran barang atau jasa

dari sistem penjualan langsung melalui program pemasaran berbentuk lebih

dari satu tingkat, di mana mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan

bonus penjualan dari hasil penjualan barang atau jasa yang dilakukannya

sendiri dengan anggota jaringan di dalam kelompoknya.2

(33)

23

2. Ciri-ciri MLM / PLBS yang baik

a. Uang pendaftaran tidak terlalu mahal.

b. Ada pelatihan yang teratur untuk meningkatkan kemampuan SDM

anggota.

c. Perusahaannya jelas, baik itu alamat, gedung serta struktur

kepegawaiannya.

d. Tidak ada unsur skema piramida, dimana hanya yang berada pada level

puncak saja yang diuntungkan, sedangkan pada level-level bawah

mengalami kerugian.

e. Tidak menjanjikan kaya mendadak, atau menjanjikan untuk

mendapatkan uang dengan cepat dan mudah.

f. Transparansi mengenai “Business Pland”/ rencana bisnis agar diketahui

oleh semua distributor.3

3. Produk

a. Ada transaksi riil atas barang atau jasa yang diperjual belikan.

b. Barang dan jasa diupayakan kebutuhan pokok, bukan barang mewah

yang mendorong pada konsumen untuk pemborosan.

c. Barang atau jasa yang diperjual belikan jelas kehalalannya, lebih baik

lagi jika dibuktikan dengan hasil penelitian dari pihak yang berwenang.4

3

(34)

24

4. Sistem perdagangan MLM yang diperbolehkan oleh syariat Islam dengan

syarat sebagai berikut:

a. Transaksi (akad) antara pihak penjual dan pembeli dilakukan atas dasar

suka sama suka dan tidak ada paksaan.

b. Barang yang diperjual belikan adalah barang-barang yang suci,

bermanfaat, dan transparan sehingga tidak ada unsur kesamaran atau

penipuan

c. Barang barang yang diperjual belikan memiliki harga yang wajar.5

B. Fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah Layanan Perjalanan Umroh

Dalam konteks negara Indonesia, fatwa yang dikeluarkan secara kolektif

pada umumnya dikeluarkan oleh ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah atau

MUI. Khusus menyangkut masalah-masalah di bidang fiqh mua>malah (ekonomi

dan bisnis syariah) MUI telah mendirikan DSN (Dewan Syariah Nasional) yang

diamanahi untuk menerbitkan fatwa-fatwa di bidang fiqh mua>malah.

Oleh karena fatwa adalah sebuah jawaban mengenai hukum Islam atas

kasus yang terjadi, maka fatwa terhadap suatu masalah di tempat yang berbeda

atau pada waktu yang berbeda, boleh jadi akan berbeda isi fatwanya, karena

detil kasusnya mungkin berbeda, atau situasi dan kondisi yang ada juga berbeda.

(35)

25

Apa yang diputuskan dalam fatwa pada umumnya memang memang mengacu

pada fenomena dan fakta yang terjadi.

Ibadah haji atau umroh yang dipasarkan dengan sistem MLM adalah

salah satu fenomena yang terjadi di Indonesia, dan salah satu fenomena

mengenai MLM haji/umroh adalah banyaknya masyarakat yang dirugikan

dengan MLM haji/umroh. Beberapa penyebab kekecewaan masyarakat terhadap

MLM haji/umroh adalah banyak dari mereka yang telah membayar sejumlah

uang tetapi tidak mendapatkan kepastian berangkat untuk melakasanakan

ibadah haji/umroh, ada juga perusahaan yang gagal memberangkatkan para

membernya kemudian perusahannya ditutup, bahkan ada perusahaan yang

melakukan penipuan, pada tahun-tahun pertama hampir semua jamaah yang

mendaftar berhasil diberangkatkan kemudian pada tahun berikutnya pemilik

perusahaannya kabur. Ini adalah beberapa contoh kasus yang terjadi seputar

masalah MLM haji/umroh.

Dengan banyaknya kasus inilah maka DSN MUI telah mencabut semua

sertifikat syariah bagi perusahaan mlm haji/umroh. Untuk itu DSN MUI

menerbitkan Fatwa no 83 tahun 2012 mengenai penjualan langsung berjenjang

syariah jasa perjalanan umroh. Perusahaan yang bergerak dalam bidang mlm

(36)

26

MUI harus memenuhi beberapa persyaratan yang disebutkan dalam fatwa

tersebut.6

1. Dasar Hukum

Dasar hukum menurut Fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012

a. Surat an-Nisa ayat 29

                                         

Hai orang-orang yang beriman Janganlah kalian memakan (mengambil) harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian

b. QS. al-Qashash 26

          



Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.

2. Ketentuan akad

PLBS (Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Perjalanan Umrah

menggunakan akad Ija>rah Maushufahfi al-Dz}immah dalam rangka anggota

memperoleh jasa perjalanan umroh dari perusahaan dan akad Jua>lah dalam

rangka penjualan langsung berjenjang (al-Taswi>q al-Syabaky).7

6 Penjabutan izin umrah, dalam www.k-link.co.id/FatwabaruPLBS diakses pada 28 Mei 2017.

(37)

27

3. Putusan penjualan langsung berjenjang syariah jasa perjalanan umroh

a. Ketentuan Umum

1) Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (syariah direct selling,

al-taswi>q al-syabaky, al-al-taswi>q al-harami, al-al-taswi>q al thabaqi atau

taswiq al-tijari)—selanjutnya disingkat PLBS – adalah network

marketing: yaitu metode penjualan jasa tertentu -- dalam hal ini jasa

perjalanan umrah – melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan

oleh anggota (mitra usaha) yang bekerja atas dasar imbalan (komisi

dan/atau bonus) berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen di luar

lokasi eceran tetap; metode penjualan jasa tersebut dijalankan

berdasarkan akad dan prinsip syariah;

2) Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau pelayanan

untuk dimanfaatkan konsumen (anggota);

3) Jasa perjalanan umroh adalah jasa penyelenggaraan dan pelayanan

ibadah umroh yang meliputi antara lain berupa bimbingan manasik,

visa, tiket pesawat, akomodasi (hotel dan catering), muthawwif,

ziarah, dan pengurusan administrasi di bandara (handling airport);

4) Perusahaan adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang

melaksanakan kegiatan usaha perdagangan jasa perjalanan umrah

(38)

28

syariah yang memenuhi semua persyaratan administrasi sesuai

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;

5) Anggota (mitra usaha) PLBS adalah anggota PLBS yang terdaftar di

perusahaan sebagai peserta (musta’jir dan ‘a>mil);

6) Ija>rah Maushu>fah fi al-Dz{immah adalah ija>rah atas jasa perjalanan

umrah yang pada saat akad hanya disebutkan sifat-sifat, kuantitas dan

kualitasnya;

7) Jua>lah adalah janji atau komitmen (iltizam) perusahaan untuk

memberikan imbalan (reward/’iwadh/ju’l) tertentu kepada anggota

(‘a>mil) atas pencapaian hasil (prestasi/natijah) yang ditentukan dari

suatu pekerjaan (obyek akad jua>lah);

8) Imbalan Jua>lah dalam PLBS adalah komisi dan/atau bonus yang

diberikan oleh perusahaan kepada anggota;

9) Prestasi anggota/mitra PLBS adalah prestasi pemasaran atas paket

perjalanan umrah dan perekrutan serta pembinaan anggota/mitra;

10)Rekrutmen adalah strategi perekrutan keanggotaan baru PLBS yang

dilakukan oleh anggota yang telah terdaftar sebelumnya;

11)Pembinaan adalah segala aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan

maupun anggota PLBS untuk memelihara dan menjaga komitmen

anggota lainnya agar menjalankan bisnis dengan metode penjualan

(39)

29

12)Money Game dalam PLBS jasa perjalanan umroh adalah penjualan

dengan pola berjenjang atas program perjalanan umroh yang ditandai

dengan:

a) Program perjalanan umroh yang dijual hanya kamuflase, antara

lain berupa kualitas pelayanan tidak sesuai dengan harga, dan

tidak bias repeat order (memesan kembali secara langsung);

b) Menjanjikan keuntungan sangat besar dalam waktu singkat;

c) Lebih menekan pada perekrutan, bukan penjualan; dan

d) Bonus dibayar bila hanya ada perekrutan;

13)Muqa>marah dalam PLBS adalah praktek pemasaran jasa yang

penjelasan informasi mengenai jasa tersebut melebihi kualitas atau

kuantitas yang sebenarnya dengan harapan akan diperoleh

keuntungan sebesar-besarnya yang bersifat untung-untungan;

14)Maysir adalah akad yang dilakukan dengan tujuan yang tidak jelas,

dan perhitungan yang tidak cermat, spekulasi atau untung-untungan;

15)Gharar adalah ketidak pastian/ ketidak jelasana dalam suatu akad,

baik mengenai kualitas atau kuantitas obyek akad maupun mengenai

penyerahannya;

16)Ighra’ adalah suatu promosi yang dilakukan oleh perusahaan/ agen

dengan janji memberikan suatu keuntungan (berupa bonus/komisi)

(40)

30

menjadikan seseorang lalai terhadap kewajibannya demi memperoleh

bonus/komisi atau keuntungan yang dijanjikan;

17)Riba> adalah tambahan yang diberikan dalam pertukaran

barang-barang ribawi (al-amwa>l al-riba>wi>yyah) dan tambahan yang diberikan

atas pokok utang dengan imbalan penangguhan pembayaran secara

mutlak;

18)D}arar adalah tindakan yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian

pihak lain;

19)Z}ulm adalah sesuatu yang mengandung unsur ketidak adilan,

ketidakseimbangan, dan merugikan pihak lain;

20)Tadli>s adalah tindakan menyembunyikan kecacatan obyek akad yang

dilakukan oleh penjual untuk mengelabui pembeli seolah-olah obyek

akad tersebut tidak cacat;

21)Ghisysy adalah salah satu bentuk tadlis, yaitu tindakan

menjelaskan/memaparkan keunggulan/keistimewaan obyek akad

(barang atau jasa) serta menyembunyikan kecacatannya;

22)Talbi>s adalah menyembunyikan kecacatan dengan cara menampakkan

kelebihan-kelebihan (idzhar al-bathil fi shurah al-haqq);

23)Jaha>lah adalah ketidakjelasan dalam suatu akad, baik mengenai obyek

akad, kualitas atau kuantitas, harganya, maupun mengenai waktu

(41)

31

24)Shubhat adalah sesuatu yang kedudukan hukumnya tidak jelas dari

segi halal haramnya; dan

25)Kitman adalah tindakan menyembunyikan dengan sengaja sesuatu

informasi mengenai obyek akad yang semestinya diketahui pihak lain

dalam akad.8

C. Ija>rah Maushufahfi al-Dz}immah

1. PengertianIja>rah

Secara etimologi, ija>rah berasal dari kata رجأي رجا yang berarti upah

yang kamu berikan dalam suatu pekerjaan,9 sedangkan secara syara’

mempunyai makna sama dengan bahasa. Oleh karenanya, hanafiyah

mengatakan bahwa ija>rah adalah akad atas manfaat disertai dengan

imbalan.10

Adapun secara terminologi sebagai berikut:

a. Ulama Malikiyah mendefinisikan ija>rah sebagai memberikan

kepemilikan manfaat sesuatu yang mubah dalam masa tertentu disertai

imbalan. 11

8 Ibid.

9 Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,2015), 195.

10Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuh, terj Abdul Hayyie al-Kattani et al, juz 5 (Jakarta:

Gema Insani, 2010) 387.

(42)

32

b. Menurut Sayyid Sabiq ija>rah adalah kepemilikan manfaat atas barang

bukan kepemilikan barang tersebut, akad ini mengharuskan penggunaan

manfaat dan bukan penggunaan barang itu sendiri.12

c. Menurut Amir Syarifuddin ija>rah secara sederhana dapat diartikan

dengan akad atau transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu.

Bila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari suatu

benda disebut Ija>rah al’Ain, seperti sewa menyewa rumah untuk

ditempati. Bila yang menjadi objek transaksi manfaat atau jasa dari

tenaga seseorang disebut Ija>rah ad-z{imah atau upah mengupah, seperti

upah mengetik skripsi. Sekalipun objeknya berbeda keduanya dalam

konteks fiqh disebut Ija>rah.13

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik bahwa ija>rah adalah

suatu jenis perikatan atau perjanjian yang bertujuan mengambil manfaat

suatu benda yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar upah

sesuai dengan perjanjian dan kerelaan kedua belah pihak dengan rukun dan

syarat yang telah ditentukan.14

12 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, terj. Nor Hasanudin, jilid 4 (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 203. 13 Abdul Rahman Ghazaly et al, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), 277.

(43)

33

2. Dasar Hukum

a. Surat At-Thalaq: 6

……            …

……Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu

maka berikanlah kepada mereka upahnya…..15

b. Al- Baqarah, 233

                                                     

Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.16

c. Hadith dari Ahmad, Abu Dawud, dan an-Nasa’i meriwayatkan dari Said

bin Abi Waqqash r.a yang berkata:17

و ر و

ى

ا

ْح

د

و ا ب

و

د وا

د

و

س نلا

ئا

ي

ع

ْن

س ْع

د

ْب ن

أ

ب

و

اق

ص

ر

ض

ي

لا

ع ْن

ه ق

لا

:

ك ن

ا ن

ْك

ري

لا

ْر

ض

با

ع

ىل

سلا

و قا

ي

م

ن

زلا

ْر ع

ف ن

هى

ر

س

لو

لا

ص

ىل

لا

ع ل

ْي ه

و س

ل م

ع ْن

ذ

ل

ك

و أ

م ر نا

أ ْن

ن

ْك

ر هي

ا ي

ذ

ب

أ

ْو

و ر

ق

15 Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Penerbit Wali,

2012), 559.

16

Ibid., 37.

(44)

34

Dahulu kami menyewa tanah dengan bayaran tanaman yang tumbuh, lalu Rasulullah melarang praktik tersebut dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau perak.

3. Rukun Ija>rah

Rukun ija>rah ada empat yaitu:

a. Shighat, atau ijab qabul

b. Muta’a>qidain (dua pihak yang melakukan transaksi), yaitu orang yang

menyewakan dan orang yang menyewa

c. Ma’qu>d ‘alaih (manfaat yang ditransaksikan)

d. Upah (sesuatu yang wajib diberikan oleh penyewa sebagai kompensasi

dari manfaat yang ia dapat).18 4. Syarat-Syarat Ija>rah

Sebuah akad sewa dinyatakan sah jika memenuhi syarat-syarat

berikut.

a. Yang terkait dengan dua orang yang berakad. Menurut ulama Syafi’iyah

dana Hanabilah disyaratkan telah baliq dan berakal. Oleh sebab itu,

apabila orang yang belum atau tidak berakal, seperti anak kecil dan

orang gila ija>rah tidak sah. Akan tetapi, ulama Hanafiyah dan Malikiyah

berpendapat bahwa kedua orang yang berakad itu tidak harus mencapai

usia balig. Oleh karenanya, anak yang baru mumayyiz pun boleh

melakukan akad ija>rah, hanya pengesahannya perlu persetujuan walinya.

(45)

35

b. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya melakukan

akad ija>rah. Apabila salah seorang di antaranya terpaksa melakukan akad

ini, maka akad ija>rah nya tidak sah.

c. Manfaat yang menjadi objek ija>rah harus diketahui, sehingga tidak

muncul perselisihan dikemudian hari. Apabila manfaat yang menjadi

objek tidak jelas, maka akadnya tidak sah. Kejelasan manfaat itu dapat

dilakukan dengan menjelaskan jenis manfaatnya dan penjelasan berapa

lama manfaat itu di tangan penyewa.

d. Objek ija>rah itu boleh diserahkan dan digunakan secara langsung dan

tidak ada cacatnya. Oleh sebab itu, para ulama fiqh sepakat, bahwa tidak

boleh menyewakan sesuatu yang tidak diserahkan dan dimanfaatkan

langsung oleh penyewa. Misalnya, seseorang menyewa rumah, maka

rumah itu dapat langsung diambil kuncinya dan dapat langsung boleh ia

manfaatkan.

e. Objek ija>rah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’. Oleh sebab itu para

ulama fiqh sepakat mengatakan tidak boleh menyewa seseorang untuk

menyantet, atau membunuh orang lain, demikian juga tidak boleh

menyewakan rumah untuk dijadikan tempat maksiat.

f. Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa, misalnya

menyewa orang untuk melaksanakan sholat untuk diri penyewa atau

(46)

36

ulama fioqh sepakat mengatakan bahwa akad sewa seperti ini tidak sah,

karena shalat dan haji merupakan kewajiban penyewa sendiri.19 5. Macam-macam ija>rah

a. Ija>rah yang bersifat manfaat, seperti sewa menyewa rumah, toko,

kendaraan, pakaian, dan perhiasan.

b. Ija>rah yang bersifat pekerjaan, yaitu dengan cara mempekerjakan

seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan, seperti buruh bangunan,

tukang cuci, tukang jahit, dan lain-lain.20 6. Pembatalan dan berakhirnya ija>rah

Ija>rah adalah jenis akad yang salah satu pihak yang berakad tidak

memiliki hak fasakh. Seperti dibawah ini:

a. Terjadi aib pada barang sewaan yang kejadiannya di tangan penyewa

atau terlihat aib lama padanya.

b. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah dan binatang yang

menjadi’ain

c. Rusaknya barang yang diupahkan (ma’ju>r ‘alaih), seperti baju yang

diupahkan untuk dijahitkan, karena akad tidak mungkin terpenuhi

sesudah rusaknya barang.

d. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, atau selesainya pekerjaan, atau

berakhirnya masa, kecuali jika terdapat uzur yang mencegah fasakh.

19

Abdul Rahman Ghazaly et al, Fiqh Muamalat,.. 279-280.

20

(47)

37

Seperti jika masa ija>rah tanah pertanian telah berakhir sebelum tanaman

dipanen, maka ia tetap berada di tangan penyewa sampai masa selesai

panen, sekalipun terjadi pemaksaan, hal ini dimaksudkan untuk

mencegah terjadinya kerugian pada pihak penyewa, yaitu dengan

mencabut tanaman sebelumnya.

e. Penganut-penganut mazhab Hanafi berkata, boleh memfasakh ija>rah,

kecuali adanya uzur sekalipun dari salah satu pihak. Seperti seseorang

yang menyewa toko untuk berdagang, kemudian hartanya terbakar, atau

dicuri, atau dirampas atau bangkrut, maka ia boleh memfasak ija>rah.21

D. Akad Waka>lah

1. Pengertian waka>lah

Secara Bahasa kata al-waka>lah atau al-waki>lah berarti al-Tafwidh (Penyerahan, pendelegasian dan pemberian mandat) seperti perkataan:

و ك

ل

ْت

رمآ

ا ى

ل

لا

أ

ف ى

و ض

ت ه

ا ل ْي

ه

Aku serahkan urusanku kepada Allah.22

Secara terminology (syara’) sebagaimana dikemukakan oleh fukoha,

menurut Imam Taqy al-Din Abu Bakr Ibnu Muhammad al-Husaini waka>lah

adalah menyerahkan suatu pekerjaan yang dapat digantikan kepada orang

lain agar dikelola dan dijaga pada masa hidupnya. Menurut Hasbi

Ash-Shiddiqie waka>lah ialah akad penyerahan kekuasaan di mana pada akad itu

21 Saiful Jazil, Fiqih Muamalah (Surabaya: CV. Cahaya Intan XII, 2014), 132.

(48)

38

seseorang menunjuk orang lain sebagai gantinya untuk bertindak.23 Menurut

mazhab syafi’i waka>lah adalah penyerahan kewenangan terhadap sesuatu

yang boleh dilakukan sendiri dan bisa diwakilkan kepada orang lain, untuk

dilakukan oleh wakil selama pemilik kewenangan asli masih hidup.24

Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud

waka>lah adalah penyerahan dari seseorang kepada orang lain untuk

mengerjakan sesuatu dimana perwakilan tersebut berlaku selama yang

mewakilkan masih hidup.25 2. Dasar hukum waka>lah

Surat Yusuf, 55

َلاَق يِنۡلَع ۡج ِنِئٓاَزَخ ىَلَع ِض ۡرَ ۡۡ

ميِلَع ٌظيِفَح يِنِإ ٥٥

Berkata Yusuf: "Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya Aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".26

3. Rukun dan syarat

a. Dua orang yang melakukan transaksi (orang yang mewakilkan dan yang

menjadi wakil)

1) Yang mewakilkan syaratnya ialah muwakkil adalah pemilik barang

tersebut atau berkuasa dan dapat bertindak sepenuhnya pada harta

23 Ibid., 127.

24

Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuh …, 268.

25 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka, 2001), 188.

(49)

39

tersebut. Jika muwakkil bukan pemilik atau pengampu barang atau

harta tersebut, maka wakalah tersebut batal.

2) Wakil (yang mewakili), syaratnya adalah orang yang berakal.

b. Shighah, yaitu ijab dan qobul, dalam ijab-qobul tidak disyaratkan

adanya lafadz tertentu bahkan dibolehkan menggunakan apapun yang

yang menunjukkan hal tersebut, baik berupa ucapan maupun perbuatan.

c. Muwakkul fih (sesuatu yang diwakilkan). Syarat bagi muwakkil fih

adalah diketahui oleh orang yang menjadi wakil. Kecuali apabila

diserahkan secara penuh oleh orang yang mewakilkan, hal-hal yang

boleh diwakilkan seperti jual beli, sewa-menyewa, melakukan

utang-piutang, melakukan perlawanan, perdamaian, talak, pengelolaan harta

kekayaan. Semua tindakan tersebut boleh diwakilkan tanpa

memperdulikan apakah ia hadir di tempat atau tidak.27 4. Berakhirnya waka>lah

Akad waka>lah dikatakan berakhir jika terjadi hal-hal berikut.

a. Salah satu pihak yang melakukan akad meninggal dunia atau menjadi

gila. Waka>lah mempersyaratkan pihak yang melakukan akad hiup dan

berakal. Apabila salah satu pihak wafat atau gila, maka waka>lah itu

menjadi tidak memenuhi syarat.

(50)

40

b. Berakhirnya pekerjaan tersebut. Jika pekerjaan yang diwakilkan tidak

memiliki batas akhir, maka waka>lah tidak bermakna apa-apa.

c. Pemutusan akad waka>lah oleh orang yang mewakilkan sekalipun tanpa

pemberitahuan terhadap wakil. Ulama mazhab Hanafi berpendapat

bahwa wakil wajib mengetahui pemutusan tersebut. Sebelum ia

mengetahui hal itu, maka status tindakannya sama seperti sebelum

akadnya diputuskan secara hukum.

d. Barang yang diwakilkan tidak lagi milik orang yang mewakilkan.

e. Waka>lah telah selesai dilakukan.28

(51)

BAB III

PRAKTIK PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH (PLBS) UMROH/HAJI PLUS DI PT. ARMINAREKA PERDANA

CABANG BOJONEGORO

A. Gambaran Umum Tentang PT. Arminareka Perdana

1. Sejarah Berdirinya PT. Arminareka Perdana

PT. Arminareka Perdana adalah Biro legal formal yang didirikan pada

tanggal 9 Pebruari 1990 di Jakarta oleh Bapak Drs. H. Guril dan Ibu Hj.

Corry Mundzakkar, dengan Bapak Sholichin Gp sebagai penasehatnya.

Kantor pusat PT. Arminareka ini terletak di gedung menara salemba Lt. V,

Jl. Salemba Rata No. 05, Jakarta Pusat 10440.

PT. Arminareka Perdana bergerak di bidang Travel perjalanan ibadah

haji plus dan umroh juga di bidang ketenagakerjaan wanita (TKW) untuk

berbagai negara. Perusahaan ini telah memegang hak atas penyelenggaraan

umrah dengan No. Izin Umroh: D/78 Tahun 2015 | dan No. Izin Haji: D/136

Tahun 2015

Agen PT. Arminareka Perdana tersebar di lebih dari 150 kota di 33

provinsi di Bojonegoro sendiri sudah banyak agen PT. Arminareka yang

berdiri yang salah satunya di Jl. Basuki Rahmat No 23 kec. Sugihwaras

(52)

42

puluhan ribu jamaah umroh dan haji plus ke tanah suci dari seluruh

Indonesia. Pada tahun 2016 jama’ah PT.Arminareka mencapai 31.000.1

Dalam waktu lebih dari 20 tahun PT. Arminareka Perdana telah

mencapai peringkat travel terbesar kedua (2) di Indonesia berdasarkan

jumlah Net Sales Umrah Garuda Airline (GA) pada tahun 2009, dan pada

tahun 2010 telah berhasil mencapai peringkat pertama net sales umrah

Garuda Airlines.

Untuk meningkatkan pemasaran jasa travel perjalanan ibadah

haji dan umrah tersebut, pada tanggal 13 mei 2008, Devisi Marketing

PT. Arminareka Perdana melalui PT. Lima Utama Sukses Agency

Marketing menerapkan Program ARUS (Armina Utama Sukses)

sebagai bentuk inovasi strategi pemasaran jasa penyelenggaraan

perjalanan ibadah haji dan umrah. Untuk menangani program ini PT.

Arminareka Perdana membuat tim khusus dalam bentuk PT dengan

nama PT. Armina Utama Sukses. 2

2. Visi, Misi dan Tujuan PT. Arminareka Perdana

a. Mengajak Masyarakat untuk Ibadah ke Tanah Suci.

1) Berangkat sekeluarga atau rombongan akan mendapat diskon

1 Yusniar,Wawancara, Bojonegoro, 9 April 2017.

2PT Arminareka, “Profil Arminareka”, dalam Www.arminarekaperdana.com, diakses pada tanggal 23

(53)

43

2) Berangkat ibadah dengan arminareka perdana mendapat tambahan

pahala

3) Membantu orang lain atau calon jamaah (saling bekerja sama) yang

mereferensikan akan dapat beribadah seperti anda juga

b. Meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat

1) Menambah income keluarga

2) Mendapatkan biaya tambahan untuk keluarga

3) Membantu orang lain bisa berangkat ke tanah suci, khusus calon

jamaah yang tidak mampu dan membantu masjid, pesantren, yayasan

anak yatim atau siapa saja yang akan anda niatkan untuk dibantu.

4) Menjadi tambahan pahala anda dan rejeki anda akan bertambah (Insya

Allah).

c. Memberikan solusi haji dan umroh dengan berbagai kemudahan. 3

3. Legalitas Perusahaan

Agar ada jaminan dari sisi hukum, PT. Arminareka Perdana

melindungi usahanya dengan melengkapi semua persyaratan untuk

memenuhi legalitas perusahaan. Perangkat dan dokumen legalitas PT.

Arminareka Perdana meliputi:

1) No. Surat izin usaha biro perjalanan umum dirjen pariwisata: Kep.

21/BPU/II/90

(54)

44

2) No. Izin umroh: D/78 Tahun 2015

3) No. Izin haji: D/136 Tahun 2015

4) Anggota AMPHURI (Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji Umrah

Republik Indonesia)

5) Sertifikasi Syariah Majelis Ulama Indonesia Nomor U-

333/DSNMUI/X1/2010

6) Terdaftar di kementrian Agama no.Dj.VII.I/4/Hj.09 /1332/2008.

7) Terdaftar di Ministry of Hajj Saudi Arabia.

8) Akreditasi dari IATA (International Air Transport Asosiation) tahun

2011.4

4. Struktur Organisasi PT. Arminareka Perdana

a. Direksi dan staff

1) Direktur Utama : Ir. Hj. Darnelly Guril, Msc.

2) Direktur Marketing : H. Subaebasni, SE.

3) Sekretaris Direksi : P. Widhiastuti, SP

4) Komisaris : H. Heru Syam

5) Presenter : Dhani Kusuma , Rita Andayani, Maulina Pabelu, Muchlis

Raya

6) IT : Muhammad Sultomi Staff, Irwan Syahputra, S.Kom

7) Bagian Umrah & Haji : Hj. Wiwi Sobarsari

(55)

45

8) Administrasi : Siska Nurfianti

9) Keuangan : Hj. Ismeini Lestari, Fitri Nurul Aini

10)Data Enrty : Khumaedi Priyo Leksono

11)Kasir : Diana Manifestari

12)Logistik : Budi Mulyanto

b. Dewan Pengawas Syariah Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Prof. Dr. Hj. Tuti Alawiyah (Ketua Dewan Pimpinan Harian MUI Pusat)

c. Tim Pembimbing Ibadah

1) Drs. K.H. Nuruddin Munawar

2) K.H. Ikin Ahmad Sodikin

3) K.H. Dave Ariant Yusuf

4) Drs. H.M. Arif Sholahuddin

5) Ust. H. Abdullah Amsyir

6) Drs. KH. Agus Darmawan, Isk, SE

d. Tim Pelaksana di Saudi Arabia

1) Reservasi hotel, bus, catering di Mekkah dan Jeddah : Khalid Nasir

2) Reservasi hotel, bus, catering di Madinah : Wisnu

3) Handling airport Jeddah : Wadut dan Khalid Nasir

e. Tim Muthawwif di Saudi Arabia

1) H. Marzuan

(56)

46

3) H. Tohir

4) H. Dofir

5) H. Badrun. 5

5. Hak Sebagai Calon Jamaah

a. Kartu perlindungan jamaah

Dari usia 0-65 tahun

Meninggal biasa : Rp.7.000.000

Meninggal kecelakaan : Rp.50.000.000

Perawatan karena kecelakaan : Rp.2.000.000

(dapat diperpanjang = Rp.100.000,- per 1 tahun, usia maksimal 65

tahun).

b. ID Card + staterkit (legalitas perusahaan)

c. Mendapatkan:

1) Souvenir pendaftaran: pria memperoleh baju koko, sedangkan untuk

wanita mukena

2) Souvenir keberangkatan : traveling bag, kain ihram (pria),

bahan batik, mukena dan bergo (wanita), buku manasik, ikat

pinggang (pria), tas gantung.

(57)

47

d. Voucher

Voucher ini nantinya berlaku tanpa batas dan

dapat diwariskan. DP umrah USD 350, DP haji USD 500.

Kegunaan voucher ini sebagai pengurang biaya paket umrah

dan haji plus yang harus dibayar pada saat keberangkatan. Dan

untuk sisa pembayaran dapat dilakukan dengan cara cash,

dicicil (angsuran), referensi (hak usaha).

e. Hak usaha jamaah

Hak usaha jamaah adalah ha

Referensi

Dokumen terkait

Di sinilah perlu kerja sama dari semua pihak, sehingga kaum perempuan tidak saja mewakili sikap, konsep diri, kematangan emosional, motivasi dan hal-hal yang

Untuk pengelolaan dengan asas lestari dan hasil yang maksimum perlu perencanaan dalam satu Kelas Perusahaan Cendana di dalam kawasan hutan dan Hutan Rakyat untuk pengembangan di

Pemulung pendatang berasal dari status sosial masyarakat kelas bawah berlatar belakang pendidikan dan keterampilan kurang memadai yang mencoba mencukupi kebutuhan

Adapun rata-rata skor keterampilan berpikir kritis pretes, postes dan N-Gain peserta didik pada kelas kontrol dan eksperimen di SMAN 1 Trumon Timur, SMAN 1 Trumon Tengah

(1) Setiap lembaga swasta atau elemen masyarakat yang aktivitasnya memiliki program dan kegiatan yang menggunakan keuangan daerah dengan sasaran kelompok resiko tinggi HIV dan

Pada bab ini membahas secara garis besar dari hasil penelitian disertai dengan analisis-analisisnya yang dibagi kedalam beberapa sub-bab dimulai dari menjelaskan

Penggunaan logika pada fungsi pop dan push harus benar , jika tidak maka program saat dijalankan akan error(outputnya tidak akan keluar dengan benar/ sesuai dengan

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mem- peroleh gambaran tentang program-program layanan pendidikan masyarakat yang dapat di- akses perempuan dan pengarusutamaan