• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOMENA SEKS PRA NIKAH DI KALANGAN REMAJA DAN KONTROL SOSIAL MASYARAKAT DESA RANDUWATANG KECAMATAN KUDU KABUPATEN JOMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FENOMENA SEKS PRA NIKAH DI KALANGAN REMAJA DAN KONTROL SOSIAL MASYARAKAT DESA RANDUWATANG KECAMATAN KUDU KABUPATEN JOMBANG."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial (S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

KURNIA INTIKHOTUS SHOLIKAH

NIM. B05213011

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Kurnia Intikhotus Sholikah, 2017. Fenomena Seks Pra Nikah Di Kalangan Remaja dan Kontrol Sosial Masyarakat Desa Randuwatang Kecamatan Kudu

Kabupaten Jombang, “Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.”

Kata kunci:Seks Pra nikah, Kontrol Sosial

Fenomena seks pra nikah di kalangan remaja kian meningkat. Kontrol sosial masyarakat memiliki peranan penting guna membatasi perilaku seks pra nikah di kalangan remaja, peneliti membatasi rumusan masalah yang hendak dikaji dalam skripsi ini yaitu: (1) Bagaimana fenomena seks pra nikah di kalangan remaja desa Randuwatang kecamatan Kudu kabupaten Jombang? (2) Bagaimana kontrol sosial yang dilakukan masyarakat dalam mengatasi seks pra nikah di kalangan remaja desa Randuwatang kecamatan Kudu kabupaten Jombang?

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode ini dipilih agar diperoleh data penelitian yang bersifat mendalam dan menyeluruh mengenai fenomena seks pra nikah di kalangan remaja dan kontrol sosial masyarakat desa Randuwatang kecamatan Kudu kabupaten Jombang. Teori yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh adalah teori fungsionalisme struktural AGIL oleh Talcott Parsons.

(7)

DAFTAR ISI

BAB II : FENOMENA SEKS PRA NIKAH DAN KONTROL SOSIAL DALAM PERSPEKTIF TALCOTT PARSON

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 61

BAB IV : KONTROL SOSIAL DALAM MENGATASI PERILAKU SEKS PRA NIKAH DI KALANGAN REMAJA A. Profil Desa Randuwtatang Kecamtan Kudu Kabupaten Mojokerto ... 63

B. Fenomena Perilaku Seks Pra Nikah ... 71

(8)

D. Analisis Data Seks Pra Nikah dan Kontrol Sosial Masyarakat Dalam Teori AGIL ... 101

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 110 B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Dokumen lain yang relevan 3. Jadwal Penelitian

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan suatu masa yang berbahaya karena pada periode

itu, seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak, untuk menuju ke

tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu

krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang

mengalami pembentukan. Pada waktu itu dia memerlukan bimbingan terutama

dari orang tuanya.

Acapkali generasi muda ini mengalami kekosongan lantaran kebutuhan

akan bimbingan langsung dari orang tua tidak ada atau kurang. Hal ini

disebabkan karena keluarga mengalami disorganisasi. Pada keluarga-keluarga

yang secara ekonomis kurang mampu, keadaan tersebut disebabkan karena

orang tua harus mencari nafkah sehingga tidak ada waktu sama sekali untuk

mengasuh anak-anaknya. Sementara itu, pada keluarga yang mampu,

persoalannya adalah karena orang tua terlalu sibuk dengan urusan-urusan diluar

rumah. Keadaan tersebut ditambah lagi dengan kurangnya tempat-tempat

rekreasi, atau bila tempat-tempat tersebut ada biayanya mahal.1

Selain kurangnya kontrol sosial dari keluarga ditambah lagi modernisasi

yang kian berkembang pesat dimasyarakat menjadikan para remaja bebas

melakukan apa yang dia pikirkan dan inginkan. Karena pada masa remaja

1Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 326.

(10)

merupakan masa dimana anak mencari jati dirinya sehingga kontrol sosial dari

keluarga sangat dibutuhkan terutama dari orang tua dalam pembentukkan

kepribadian anak yaitu memberikan ketrampilan anak untuk bermasyarakat,

mengembangkan kemampuan anak untuk dapat berkomunikasi secara efektif,

menanamkan nilai dan norma pada anak, mendorong anak untuk membedakan

antara yang benar dan yang salah, menasehati anak jika melakukan kesalahan

dan mengusahakan agar anak selalu berdekatan dengan orang tua.

Modernisasi sendiri yaitu berasal dari bahasa Latin "modernus" yang

dibentuk dari kata modo dan ernus. Modo berarti cara dan ernus menunjuk pada

adanya periode waktu masa kini. Modernisasi berarti proses menuju masa kini

atau proses menuju masyarakat yang modern. Modernisasi dapat pula berarti

perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang modern. Jadi,

modernisasi merupakan suatu proses perubahan ketika masyarakat yang sedang

memperbarui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang

dimiliki masyarakat modern. Istilah modernisasi juga sering dikaitkan dengan

perkembangan teknologi.

Perkembangan teknologi sekarang inipun membawa dampak penting pada

kehidupan sosial. Sepanjang masa, manusia mengembangkan teknologi yang

sederhana. Namun, sekali-kali mereka mengembangkan teknologi yang

membawa dampak besar pada kehidupan manusia, pada saat inilah teknologi

baru merujuk. Bagi orang-orang yang hidup 500 tahun yang lalu, teknologi baru

menunjuk pada proses pencetakan. Sedangkan pada masa sekarang, teknologi

(11)

yang mana teknologi baru tersebut telah berkembang pesat dalam kehidupan

masyarakat. hal ini terlihat dari beraneka macam gadget yang beredar luas di

pasaran ditambah pula dengan spesifikasi yang menunjang dan super canggih

mulai dari harga yang murah sampai yang mahal, sehingga banyak remaja yang

berbondong-berbondong untuk memiliki gadget tersebut. Karena mereka

beranggapan bahwa kalau mereka tidak mempunyai gadget yang seperti itu,

mereka tidak modern, sudah ketinggalan zaman dan bahkan adapula ungkapan

muka masa gini hp masa gitu.

Oleh karena itulah, modernisasi juga membawa perubahan besar dalam

aspek nilai, sikap, serta kepribadian. Hal ini dapat dilihat dalam pendapat Lerner

mengenai "konsep manusia modern" yang dicirikan dengan beberapa karakter,

seperti: suka mencari sesuatu sendiri (mengarah pada individualisasi), suka

mencari sesuatu yang berbeda dengan orang lain, serta memiliki empati yang

merupakan kapasitas manusia modern untuk melihat diri sendiri menurut situasi

orang lain dan suatu keterampilan yang sangat diperlukan seseorang untuk

meninggalkan suasana tradisional.2

Akibatnya banyak para remaja yang terpengaruh dari lingkungan sekitar

mereka yaitu dari pergaulan dan pertemanan. Seringkali yang terjadi pada

pergaulan para remaja zaman sekarang lebih cenderung mengarah ke hal yang

tidak baik, sehingga mengakibatkan perilaku menyimpang. Perilaku

menyimpang bisa didefinisikan sebagai setiap perilaku yang tidak berhasil

menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok

(12)

tertentu dalam masyarakat. Penyimpangan adalah perbuatan yang mengabaikan

norma, dan penyimpangan ini terjadi jika seseorang atau sebuah kelompok tidak

mematuhi patokan baku didalam masyarakat. Biasanya perilaku penyimpangan

dikaitkan dengan istilah-istilah perilaku negatif seperti penyimpangan seksual.

Penyimpangan seksual adalah perilaku yang tidak lazim dilakukan oleh

individu didalam masyarakat. Jenis penyimpangan seksual ini biasanya berupa

perzinaan yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan oleh individu,

namun sekarang ini jenis penyimpangan tersebut seringkali dilakukan oleh para

remaja. Aktivitas seks pranikah dikalangan remaja tersebut dari tahun ketahun

tidak pernah menurun, bahkan sebaliknya terus mengalami peningkatan.

Dalam hal ini peran kontrol sosial masyarakat sangat dibutuhkan untuk

mengatasi seks pranikah di kalangan remaja, kontrol sosial ini dapat berupa:

pertama, cemoohan adalah jika salah seorang anggota masyarakat atau

kelompok berbuat sesuatu yang dianggap menyimpang dari nilai dan norma

yang berlaku, maka seseorang atau kelompok orang tersebut akan dicemooh

atau diejek oleh anggota masyarakat lainnya dengan tujuan agar tidak

melakukan perbuatan yang melanggar norma itu lagi, dan diharapkan anggota

masyarakat lain mengetahui jika perbuatan tersebut dianggap melanggar norma

atau nilai yang berlaku di dalam masyarakat tadi. Kedua, teguran merupakan

satu bentuk pengendalian sosial. Teguran bisa berupa peringatan, baik secara

(13)

agamanya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Jika melanggar ajaran

agamanya, ia akan merasa berdosa, tersingkir, dan akan berusaha bertobat.

Keempat, gosip atau desas-desus ialah berita yang menyebar secara cepat

dan tidak berdasarkan pada kenyataan. Biasanya terjadi ketika kritik sosial

secara terbuka, tetapi tidak dapat dilontarkan. Dengan gosip tersebut individu

yang berperilaku menyimpang akan merasa malu dan bersalah sehingga akan

lebih berhati-hati dalam bertindak. Kelima, ostrasisme dapat diartikan sebagai

pengucilan. Tujuan ostrasisme atau pengucilan ini agar anggota masyarakat

yang bersangkutan atau masyarakat lainnya tidak melakukan pelanggaran

terhadap nilai dan norma yang berlaku. Keenam, fraundulens ialah pengendalian sosial dengan jalan meminta bantuan kepada pihak lain yang

dianggap dapat mengatasi masalah. Ketujuh, intimidasi dilakukan dengan cara

menekan, memaksa, mengancam, atau menakut-nakuti. Kedelapan, Hukum ialah setiap masyarakat telah mengembangkan sistem penghargaan dan

hukuman atau sanksi agar merangsang para anggotanya untuk menyesuaikan

diri dengan norma-norma sosial yang berlaku. 3

Hal inipun terjadi di Desa Randuwatang Kecamatan Kudu Kabupaten

Jombang, yang mana desa tersebut terletak diperbatasan antara kota Jombang

dan kota Mojokerto. Kehidupan masyarakatnya yang kian berkembang dari

masyarakat tradisional secara perlahan mulai berubah menjadi masyarakat

modern. Hal ini bisa terlihat dari para remajanya yaitu dari segi penampilan

3 Cohen Bruce J, Soiologi Suatu Pengantar (Terjemah) (Jakarta: Bina Aksara, 1990), hal.

(14)

yang kian mengalami perubahan ditambah juga banyaknya lifestyle yang kini

berkembang, menjadikan para remaja bebas memilih bahkan mencontoh

lifestyle yang mereka inginkan. Didukung juga dengan adanya teknologi yang

di zaman sekarang ini semakin merajalela, berbagai macam teknologi sudah

berhasil merubah pola fikir para remaja, yang mana dulu para remaja

menghabiskan waktunya untuk belajar dan bermain bersama teman sebayanya,

sekarang karena adanya teknologi menjadikan remaja sibuk dengan gadgetnya

dan ironisnya segala yang baik tentu sulit untuk diterima, yang ada sesuatu yang

buruk mudah diterima.

Kemajuan zaman dan kemajuan teknologi yang sekarang ini tengah

berkembang, malah dimanfaatkan oleh sebagian besar remaja hanya untuk hal

yang begitu tidak penting. Kecanggihan teknologi yang semakin tidak

terkendali menjadi momok yang menakutkan dalam generasi penerus bangsa.

Bahkan ditambah juga dengan kemajuan internet yang mana dengan kemajuan

internet itulah para remaja yang tidak dapat memanfaatkan internet dengan baik,

secara sengaja membuka situs-situs porno seperti video porno, gambar-gambar

porno, dan lain sebagainya melalui aplikasi-aplikasi pencarian yang berupa

google, mozilla, chrome, dan lain-lain. Hal ini sangat ditakutkan akan

menimbulkan dampak negatif bagi para remaja. Kecanggihan teknologi juga

sebagian besar dimanfaatkan untuk berkomunikasi misalnya handphone,

handphone sekarang ini tidak hanya dapat digunakan untuk berkomunikasi

seperti telpon dan mengirim pesan saja tetapi juga bisa untuk mencari teman

(15)

kadang luput dari pengawasan orangtua, sehingga pergaulan remaja sangat

bebas.

Umumnya pergaulan bebas yang terjadi pada para remaja saat ini yaitu tidak

adanya batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Bentuk

pergaulan tersebut kini sudah menjadi hal biasa dikalangan remaja yaitu

pacaran. Namun dengan adanya pacaran inilah yang menjadikan para remaja

gagal fokus terhadap pendidikannya sebab ironisnya para remaja menganggap

pacaran adalah sesuatu yang utama dan menyalah artikan arti pacaran itu

sendiri. Mereka beranggapan bahwa ketika sudah menjadi pacar berarti mereka

saling memiliki satu sama lain, saling berbagi satu sama lain, dan lain

sebagainya. Oleh sebab itulah dari sebagian para remaja bebas melakukan

segala hal sesuai dengan pemikiran dan keinginan mereka salah satunya yaitu

seks pranikah. Seks pranikah tersebut berupa ciuman, melakukan hubungan

suami istri dan bahkan sampai hamil diluar nikah. Perilaku seks pranikah

tersebut mereka lakukan tanpa fikir panjang mengenai apa saja resiko atau

dampak yang akan diterimanya. Disinilah kontrol sosial masyarakat sangat

dibutuhkan dalam menghadapi seks pranikah di kalangan remaja agar tidak

terulang lagi dan lagi.

Banyak dari masyarakat ketika tengah terjadi seks pranikah di kalangan

remaja, sebagian besar dari mereka secara tidak langsung melakukan suatu

tindakan kontrol sosial kepada para pelaku seks pranikah. Jika pelaku seks

pranikah yang dilakukan masih dianggap ringan atau sedang oleh masyarakat

(16)

hanya sebatas cemoohan, teguran, gosip atau desas desus dan intimidasi.

Kontrol sosial ini bisa disebut pengendalian sosial preventif karena

pengendalian ini bertujuan agar tidak terjadi sesuatu atau untuk mencegah

sesuatu yang tidak diinginkan yaitu terjadi perilaku menyimpang yang tidak

sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku didalam masyarakat.

Sedangkan dalam menanggapi pelaku seks pranikah yang dilakukan sudah

dianggap berat seperti kehamilan diluar pernikahan, seringkali masyarakat tidak

hanya melakukan kontrol sosial yang berupa cemoohan, teguran, gosip atau

desas desus dan intimidasi saja tapi bahkan bisa berupa ostrasisme atau

pengucilan yang mana masyarakat akan menganggap perilaku yang dilakukan

sudah tidak sesuai nilai dan norma yang berlaku di masyarakat sehingga pelaku

tersebut dianggap buruk dan tidak terpuji, fraundulens atau meminta bantuan

pihak lain yaitu ketika ada remaja yang diketahui telah melakukan bentuk seks

pranikah yang berat, beberapa dari masyarakat akan melaporkan kepada toko

masyarakat yaitu perangkat desa atau orang yang dianggap bisa menengahi

masalah tersebut. Kemudian juga hukum atau sanksi mengenai hal ini biasanya

tidak dilakukan oleh masyarakat tetapi malah justru lebih dilakukan oleh pihak

keluarga yang bersangkutan. Kontrol sosial ini bisa disebut pengendalian sosial

represif karena kontrol sosial ini dilakukan pelaku seks pranikah tersebut tidak

menjadi contoh atau panutan bagi remaja lainnya.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih desa Randuwatang kecamatan Kudu

kabupaten Jombang dan mencari informan para remaja yang sedang dan pernah

(17)

dilakukan dalam mengatasi perilaku seks pranikah di kalangan reamaja. Dengan

alasan bahwa meskipun desa Randuwatang kecamatan Kudu kabupaten

Jombang merupakan sebuah desa namun karena letaknya yaitu diperbatasan

antara kota Jombang dan kota Mojokerto sehingga sangat mudah mengikuti

arus perkembangan modernisasi. Selain itu juga dikarenakan melihat angka

kehamilan diluar nikah di kalangan remaja mulai meningkat serta bagaimana

kontrol sosial masyarakat terhadap seks pranikah. Oleh sebab itu peneliti

mengangkat judul “Fenomena Seks Pra Nikah di Kalangan Remaja dan Kontrol

Sosial Masyarakat Desa Randuwatang Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang”.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk

mengungkapkan secara secara menyeluruh dan kompherensif semua aspek

yang terkait dengan fenomena seks pra nikah di kalangan remaja dan kontrol

sosial masyarakat dengan mengambil kasus di Desa Randuwatang Kecamatan

Kudu Kabupaten Jombang.

Adapun rumusan permasalahan yang ingin penulis kemukakan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana fenomena seks pranikah di kalangan remaja desa Randuwatang

kecamatan Kudu kabupaten Jombang?

2. Bagaimana kontrol sosial yang dilakukan masyarakat dalam mengatasi seks

pranikah di kalangan remaja desa Randuwatang kecamatan Kudu kabupaten

Jombang?

(18)

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan diatas, penelitian ini

bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk perilaku seks pra nikah di kalangan remaja desa

Randuwatang kecamatan Kudu kabupaten Jombang.

2. Untuk mengetahui tindakan pencegahan yang dilakukan masyarakat dalam

mengatasi perilaku seks pra nikah di kalangan remaja desa Randuwatang

kecamatan Kudu kabupaten Jombang.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang baik

bagi remaja yang bersangkutan maupun bagi masyakarat luas.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan

atau acuan untuk penelitian empiris.

2. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata tentang

fenomena seks pra nikah dan kontrol sosial masyarakat desa

Randuwatang kecamatan Kudu kabupaten Jombang.

2. Diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak

atau instasi yang terkait dalam memberi solusi atas fenomena seks pra

nikah di kalangan remaja dan kontrol sosial masyarakat desa

Randuwatang kecamatan Kudu kabupaten Jombang.

(19)

Penjelasan konsep yang mendasari pengambilan judul di atas sebagai

bahan penguat sekaligus spesifikasi penelitian yang akan dilakukan.

1. Seks Pra nikah

Seks pra nikah adalah suatu aktivitas seksual yang didorong oleh hasrat

seksual yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan sebelum adanya ikatan

resmi pernikahan menurut agama dan hukum, mulai dari bentuk perilaku seks

yang paling ringan sampai tahapan paling berat. Padahal Islam telah

menganjurkan kepada umatnya yang sudah mampu untuk menikah agar segera

untuk menjalankannya supaya terhindar dari perilaku seks pranikah yang

tentunya telah terpengaruh godaan setan. Sebagian para remaja yang terjerumus

pada perilaku seks pranikah merupakan akibat dari stimuli atau rangsangan

melalui gambar-gambar porno, film porno, dan stimuli melalui lingkungan

pergaulan.4

2. Remaja

Remaja berasal dari kata latin yaitu “adolescende” yang berarti

perkembangan menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti lebih luas yaitu mencakup kematangan emosional, mental, sosial dan fisik. Masa remaja

menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum

memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. 5

Remaja peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami

perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa

4Robert P. Masland, IT’S ALL ABOUT SEX (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 115. 5 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja (Bandung: Remaja

(20)

remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita

dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.6

3. Kontrol Sosial

Kontrol sosial adalah semua alat dan metode yang digunakan untuk

merangsang seseorang agar mau menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak

sesuatu kelompok atau masyarakat. Arti sesungguhnya kontrol sosial jauh lebih

luas, karena pada pengertian tersebut tercakup segala proses, baik yang

direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak, atau bahkan

memaksa warga-warga masyarakat mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial

yang berlaku. Dari sudut sifatnya dapatlah dikatakan bahwa kontrol sosial dapat

bersifat preventif atau represif, atau bahkan kedua-duanya. Preventif

merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan-gangguan

pada keserasian antara kepastian dengan keadilan. Sementara itu, usaha-usaha

yang represif bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah

mengalami gangguan. Usaha-usaha preventif misalnya dijalankan melalui

proses sosialisasi, pendidikan formal, dan informal. Sementara itu, represif

berwujud penjatuhan sanksi terhadap para warga masyarakat yang melanggar

atau menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku.7

F. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini terdiri 5 (lima) bab yang sistematika dan alur pembahasannya

dikemukakan sebagai berikut:

(21)

1. BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan deskripsi yang menjelaskan tentang objek yang diteliti,

menjawab pertanyaan what, kegunaan penelitian serta alasan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, maka bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual

dan Sistematika Pembahasan.

2. BAB II : FENOMENA SEKS PRANIKAH DAN KONTROL SOSIAL DALAM PERSPEKTIF TALCOTT PARSON

Dalam bab kajian teori ini, peneliti memberikan gambaran tentang definisi

konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, definisi konsep ini harus

digambarkan dengan jelas. Disamping itu juga harus memperhatikan relevansi

penelitian terdahulu dan teori yang akan digunakan dalam menganalisis

masalah yang akan dipergunakan guna adanya implementasi judul penelitian

Fenomena Seks Pra Nikah Di Kalangan Remaja dan Kontrol Sosial

Masyarakat di Desa Randuwatang Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang.

3. BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab metode penelitian, peneliti memberikan gambaran mengenai

kegiatan yang dilakukan di lapangan serta bagaimana menyusun pembahasan

tentang metode penelitian yang bukan sekedar jiplakan dari laporan penelitian

lain tetapi memuat apa yang benar-benar peneliti lakukan dilapangan. Oleh

karena itu, maka bab ini terdiri dari Jenis Penelitian, Lokasi dan Waktu

Penelitian, Tahap-Tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik

(22)

4. BAB IV : KONTROL SOSIAL DALAM MENGATASI PERILAKU SEKS PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA

Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang data-data

yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder. Penyajian data dibuat

secara tertulis dan dapat juga disertakan gambar, tabel atau bagian yang

mendukung data. Dalam menganalisis data, peneliti dapat mengemukakan

kecenderungan-kecenderungan yang ada, pola-pola berdasarkan

kategori-kategori atau tipologi yang disusun oleh subjek untuk menjelaskan dunianya. 8

Dalam bab ini peneliti juga memberikan gambaran tentang data-data yang

dikemas dalam bentuk analisis deskripsi. Setelah itu akan dilakukan

penganalisaan data dengan menggunakan teori yang relevan yakni terkait

Fenomena Seks Pra Nikah Di Kalangan Remaja dan Kontrol Sosial

Masyarakat di Desa Randuwatang Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang.

5. BAB V : PENUTUP

Dalam bab penutup ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian menjadi

elemen penting bab penutup. Disamping itu, adanya saran dan rekomendasi dari

hasil penelitian ada pada bab penutup ini.

8 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam

(23)

BAB II

FENOMENA SEKS PRA NIKAH DAN KONTROL SOSIAL DALAM PERSPEKTIF TALCOTT PARSON

A. Penelitian Terdahulu

Peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang bisa untuk ditindak

lanjuti, penelitian ini juga bisa membantu penelitian baru untuk menjadi

pengarah dan petunjuk serta menjadi referensi bagi peneliti baru untuk

melanjutkan dalam membuat penelitian yang lebih akurat.

Rujukan penelitian pertama yaitu skripsi Anna Salisa mahasiswi dari

Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi pada tahun 2010 dengan judul Perilaku Seks Pranikah Di

Kalangan Remaja (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Perilaku Seks Pranikah

Di Kalangan Remaja Kota Surakarta). Dalam penelitiannya peneliti

menggunakan metode jenis penelitian kualitatif deskriptif. Teknik

pengumpulan data dengan menggunakan data primer melalui wawancara

kepada remaja yang sedang atau pernah melakukan aktifitas hubungan seks

pranikah dan data sekunder menggunakan dokumentasi yaitu

dokumen-dokumen yang ada di kota Surakarta serta kepustakaan yaitu berupa

jurnal-jurnal, buku-buku terbitan pemerintah, karya-karya ilmiah yang berkaitan

dengan masalah perilaku, seks pranikah dan kehidupan dunia remaja. Metode

ini akan dapat disimpulkan permasalahan yang terjadi tentang perilaku seks

pranikah dikalangan remaja kota Surakarta. Dalam kerangka teoritik penelitian

ini menggunakan teori tindakan sosial Max Weber dan teori aksi Peter L.

(24)

Berger. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan sebagai berikut: (1) faktor-faktor penyebab munculnya perilaku

seks pranikah berdasarkan hasil penelitian diantaranya: (a) kegagalan fungsi

keluarga. (b) pengaruh media. (c) rendahnya pendidikan nilai-nilai agama. (2)

upaya pencegahan perilaku seks pranikah: (a) secara intern (dari dalam) yaitu

harus menamkan pada diri sendiri dan keyakinan yang tulus untuk

melaksanakan ajaran Islam secara utuh dan murni. (b) secara ekstern (dari luar)

yaitu perubahan itu juga harus didukung dari luar diantaranya dukungan dari

keluarga, teman dan lingkungan.1

Dari ulasan diatas, terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian

terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan. Persamaannya yakni metode

jenis penelitian kualitatif deskriptif dan permasalahan yang terjadi tentang

periaku seks pranikah di kalangan remaja. Perbedaannya yakni tujuan penelitian

hanya berfokus pada perilaku seks pranikah diantaranya faktor-faktor penyebab

dan upaya pencegahan sedang penelitian yang akan dilakukan juga berfokus

pada bagaimana kontrol sosial masyarakatnya terhadap seks pranikah di

kalangan remaja. Kerangka teoritik yang digunakan yaitu teori tindakan sosial

Max Weber dan teori aksi Peter L. Berger sedang teori yang digunakan dalam

penelitian yang akan dilakukan yaitu teori AGIL Talcott Parson. Lokasi dalam

penelitian ini dilakukan di kota Surakarta sedang lokasi penelitian yang akan

1 Anna Salisa, “Perilaku Seks Pranikah Di Kalangan Remaja (Studi Deskriptif Tentang

(25)

dilakukan dilakukan di desa Randuwatang kecamatan Kudu kabupaten

Jombang.

Rujukan penelitian yang kedua yaitu Jurnal Penelitian oleh Natalia Desi

Saputri dengan judul REMAJA DAN SEKS PRANIKAH (Kasus di Kecamatan

Pringsewu Kabupaten Pringsewu). Dalam jurnal ini peneliti berusaha untuk

menggambarkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi remaja

terlibat dalam seks pranikah bahkan juga dampak yang ditimbulkan dari

pergaulan seks pranikah dikalangan remaja. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi remaja terlibat dalam seks pranikah.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

tabel tunggal dengan menganalisis data primer yang berupa dalam bentuk

quesioner. Adapun kesimpulan dari jurnal ini yakni berdasarkan hasil penelitian

pada sejumlah responden mengenai perilaku yang menyebabkan remaja

melakukan seks pranikah di kecamatan Pringsewu kabupaten Pringsewu

diantaranya: (1). Perilaku seks pranikah di kalangan remaja di kecamatan

Pringsewu memprihatinkan karena hampir setengah dan sampel yang ada sudah

melakukan hubungan melakukan hubungan badan. Faktor penyebab mereka

melakukan seks pranikah yaitu termotivasi dari pertemanan atau pacaran,

memperoleh kesenangan atau kepuasan, dan rasa ingin tahu. (2). Dari dari hasil

penelitian diketahui bahwa dampak seks pranikah adalah dampak individu dan

(26)

dalam bentuk berhubungan badan, berganti pasangan bahkan hingga

menggunakan jasa psk.2

Dari ulasan diatas, terdapat persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu

dan penelitian yang akan dilakukan. Persamaannya yakni (1) penelitian jurnal

ini sama-sama membahas perilaku seks pranikah di kalangan remaja baik itu

faktor-faktor ataupun dampak dari seks pranikah. (2) metode yang digunakan

yaitu metode deskriptif. Perbedaan yakni (1) jika penelitian terdahulu dilakukan

di kecamatan Pringsewu kabupaten Pringsewu beda halnya dengan penelitian

yang akan dilakukan yaitu di desa Randuwatang kecamatan Kudu kabupaten

Jombang. (2) data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan tabel tunggal dengan menganalisis data primer yang berupa

bentuk quesioner sedang penelitian yang akan dilakukan menggunakan bentuk

wawancara atau informan. (3) jika peneliti terdahulu hanya membahas perilaku

seks pranikah, dalam penelitian yang akan dilakukan juga membahas kontrol

sosial masyarakat dalam mengatasi seks pranikah di kalangan remaja.

Rujukan penelitian yang ketiga yaitu jurnal penelitian oleh Khadijah Aalavi,

Salina Nen, Fauziah Ibrahim, Noremy Md, Mohd Suhami Mohamad,

Noorhasliza Mohd Nordin. Dengan judul “Hamil Luar Nikah Dalam Kalangan Remaja (Pregnancy Out Of Wedlock Among Teenagers)”. Latar belakang

penulis adalah banyaknya angka kelahiran anak yang berstatus tanpa bapak

dalam kota-kota di Malasya. Kondisi ini dikarenakan beberapa faktor yang

2 Natalia Desi Saputra, Remaja Dan Seks Pranikah (Kasus Di Kecamatan Pringsewu

(27)

mempengaruhi yaitu kurangnya kontrol dan motivasi orang tua dalam

memberikan pendidikan pada anaknya, pengaruh teman sebaya karena pribadi

remaja masih mudah dipengaruhi dan masa pencarian jati diri, dan pengaruh

media massa yang dengan mudah mengakses informasi termasuk tentang

seksologi. Fokus penelitian ini untuk mengetahui pengalaman remaja hamil luar

nikah sampai bayinya lahir dan hubungan remaja hamil diluar nikah dengan

orang tuanya. Hasil penelitian menyatakan bahwa banyak responden mengaku

memiliki hubungan tidak baik dengan kedua orang tuanya. Remaja yang

mengalami hamil diluar nikah ialah 13-17 tahun. Keseharian remaja hidup

dengan teman sebayanya, dimana peran teman selain menjadi teman curhat juga

sebagai saudara sebagai pengganti orang tuanya. Lingkungan tempat tinggal

mereka juga mempengaruhi mereka terjebak dalam perilaku seks prankah

karena kurangnya pengawasan dan kebebasan yang sering ditinggal orang tua

karena kesibukkannya.3

Dari ulasan diatas, terdapat persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu

dan penelitian yang akan dilakukan. Persamaan yakni: penelitian jurnal ini

sama-sama membahas perilaku seks pranikah di kalangan remaja. Perbedaan

yakni: jika penelitian terdahulu fokus permasalahannya untuk mengetahui

pengalaman remaja hamil diluar nikah sampai bayinya lahir dan hubungan

remaja hamil di luar nikah dengan orang tuanya. Sedang penelitian yang akan

dilakukan selain membahas seks pranikah dikalangan remaja tapi juga pada

3 Journal e-Bangi, FSSK, UKM. Hamil Luar Nikah Dalam Kalangan Remaja. Volume 7,

(28)

bagaimana kontrol sosial masyarakatnya terhadap seks pranikah di kalangan

remaja.

B. Kajian Pustaka a. Seks Pra Nikah

1. Pengertian Seks Pra Nikah

Seks dalam bahasa Latin adalah sexus yaitu merujuk pada alat kelamin. Seks hanya memiliki perngertian mengenai jemis kelamin, anatomi

dan filosofinya. Sedangkan menurut Budiarjo, seksual merupakan sesuatu

yang berhubungan dengan seks dan reproduksi juga berhubungan dengan

kenikmatan yang berkaitan dengan tindakan reproduksi. Seks adalah

mekanisme bagi manusia untuk melanjutkan keturunan. Seks pranikah

merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa mengindahkan nilai-nilai

dan norma-norma dalam masyarakat yang mengatur tindakan oleh remaja

sebelum pernikahan sah menurut agama dan Negara. Perilaku seksual dapat

didefiniskan sebagai bentuk perilaku yang didorong oleh hasrat seksual baik

dengan lawan jenis maupun sejenis.

Menurut Simkin4, perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang

didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama

jenis. Bentuk tingkah laku ini beranekaragam mulai dari perasaan tertarik

hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Sebagian besar

remaja yang terjerumus pada perilaku seks pranikah merupakan akibat dari

4 Dhede, Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja, 2002. Google:

(29)

stimulasi atau rangsangan melalui gambar-gambar porno, seringnya nonton

flim porno, atau stimulasi lingkungan pergaulan misalnya seorang teman yang

menceritakan pengalaman seksualitasnya.

Freud5 menyebut bahwa seks sebagai libido sexualis (libido =

gasang, dukana, dorongan hidup nafsu erotik). Seks juga merupakan

mekanisme bagi manusia untuk mengadakan keturunan. Karena itu seks

dianggap sebagai mekanisme yang sangat vital, dimana manusia bisa

mengabadikan jenisnya. Hubungan seksual antara dua jenis kelamin yang

berlainan sifat dan jenisnya, yaitu antara pria dan wanita disebut sebagai relasi

heteroseksual. Jika dilakukan di antara dua orang dari jenis kelamin yang

sama disebut sebagai homoseksual. Maka tujuan dari setiap macam pendidikan itu pada intinya ialah tidak hanya membimbing anak muda yang

belum dewasa menjadi dewasa saja, akan tetapi membimbing pemuda

menjadi pria dewasa, dan membimbing anak gadis menjadi wanita dewasa.

Laki-laki dan wanita dewasa adalah mereka yang nantinya mampu melakukan

relasi seksual yang tepat dan imbang. Dengan kata lain, wanita itu disebut

normal dan dewasa, bila dia mampu mengadakan relasi seksual dengan

seorang pria dalam bentuknya yang normal dan bertanggung jawab.

Sebaliknya, pria disebut normal dan dewasa apabila dia mampu mengadakan

relasi seksual dengan wanita yang sehat sifatnya dan bertanggung jawab.

Hubungan seksual yang normal itu mengandung pengertian sebagai

berikut.

(30)

a. Hubungan tersebut tidak menimbulkan efek-efek merugikan, baik bagi

diri sendiri maupun partnernya.

b. Tidak menimbulkan konflik-konflik psikis dan tidak bersifat paksaan atau

pemerkosaan.

Sedang relasi seksual yang bertanggung jawab itu mengandung

pengertian, kedua belah pihak menyadari akan konsekuensinya, dan berani

memikul tanggung jawab serta resikonya.6

Seksualitas diartikan sebagai: pertama, bagaimana laki-laki dan perempuan berbeda (dan mirip) satu sama lain, secara fisik, psikologis, dan

dalam istilah-istilah perilaku. Kedua, aktivitas, perasaan, dan sikap yang dihubungkan dengan reproduksi. Ketiga, bagaimana laki-laki dan perempuan berinteraksi dalam berpasangan dan didalam kelompok. Aktivitas seksual

adalah tindakan fisik atau mental yang menstimulasi, merangsang, dan

memuaskan secara jasmaniah. Tindakan itu dilakukan sebagai cara yang

penting bagi seseorang untuk mengekspresikan perasaan dan daya tarik

kepada orang lain. Mereka yang terlibat dalam aktivitas seksual, apakah

sendirian atau dengan orang lain, sungguh-sungguh karena menyenangkan.

Aktivitas seksual tertentu terutama hubungan intim, penting untuk reproduksi.

Jika diterjemahkan kedalam bahasa yang sederhana, seksualitas

adalah bagaimana orang merasakan dan mengekspresikan sifat dasar dan

ciri-ciri seksualnya yang khusus. Menjadi seksual dimulai dengan beberapa

perubahan pubertas selama masa remaja dan dilanjutkan seluruhnya dalam

(31)

kehidupan dewasa. Kadang-kadang dorongan seks pada remaja, keasyikkan

mereka dengan pikiran-pikiran dan birahi seksual, dihubungkan dengan

pengaruh dari jumlah hormon yang berlebihan. 7

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seks

pranikah adalah suatu aktivitas seksual yang didorong oleh hasrat seksual

yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan sebelum adanya ikatan resmi

pernikahan menurut agama dan hukum, mulai dari bentuk perilaku seks yang

paling ringan sampai tahapan paling berat. Padahal Islam telah menganjurkan

kepada umatnya yang sudah mampu untuk menikah agar segera untuk

menjalankannya supaya terhindar dari perilaku seks pranikah yang tentunya

telah terpengaruh godaan setan. Sebagian para remaja yang terjerumus pada

perilaku seks pranikah merupakan akibat dari stimuli atau rangsangan melalui

gambar-gambar porno, film porno, dan stimuli melalui lingkungan pergaulan.

2. Bentuk-Bentuk Perilaku Seks Pra Nikah

Bentuk perilaku seksual adalah tingkat perilaku yang dilakukan

pasangan lawan jenis dan bentuk perilaku disusun berdasarkan adanya ukuran

kepuasan seksual.

Bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Simandjuntak, yang biasa

dilakukan oleh remaja adalah sebagai berikut:

a. Bergandengan tangan adalah perilaku seksual mereka hanya terbatas pada

pergi berdua atau bersama dan saling berpegangan tangan. Bergandengan

tangan termasuk sebagai perilaku seks pranikah karena adanya kontak

(32)

fisik secara langsung antara dua orang lawan jenis yang didasari dengan

rasa suka atau cinta.

b. Berciuman didefinisikan sebagai suatu tindakan saling menempelkan

bibir ke pipi atau bibir ke bibir, sampai saling menempelkan lidah

sehingga dapat menimbulkan rangsangan seksual antara keduanya.

c. Bercumbu adalah tindakan yang sudah dianggap rawan yang cenderung

menyebabkan suatu rangsangan akan melakukan hubungan seksual

(senggama) dimana pasangan ini sudah memegang atau meremas

payudara, baik melalui pakaian atau secara langsung juga saling

menempelkan alat kelamin tapi belum melakukan hubungan seksual atau

senggama secara langsung.

d. Bersenggama yaitu melakukan hubungan seksual, atau terjadi kontak

seksual. Bersenggama mempunyai arti bahwa sudah memasukkan alat

kelamin laki-laki kedalam alat kelamin perempuan. 8

Adapun bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah antara lain:

a. Masturbasi

Masturbasi adalah stimulasi organ genital (seks), biasanya dengan

tangan, tanpa melakukan hubungan intim. Bagi laki-laki, masturbasi adalah

rangsangan penis dengan mengusap atau menggosok-gosoknya. Sedangkan

bagi perempuan, masturbasi biasanya termasuk mengusap-usap dan

menggesek-gesek daerah kemaluan, terutama klitoris dan vagina. Masturbasi

8 Simandjuntak, B & Pasaribu, Pengantar Psikologi Perkembangan (Bandung: Tarsito,

(33)

digolongkan kedalam kegiatan memuaskan diri sendiri. Tetapi kadang dapat

pula terjadi pada satu pasangan yang merangsang alat kelamin lawan jenisnya

untuk mencapai orgasme. Masturbasi bagi laki-laki dan perempuan

kadang-kadang dinamakan “bermain dengan diri sendiri”.

b. French Kiss

Berciuman dengan bibir ditutup merupakan ciuman yang umum

dilakukan. Berciuman dengan bibir dan mulut terbuka dan termasuk

menggunakan lidah itulah yang dimaksud dengan French kiss. Disebut demikian barangkali karena Prancis memiliki reputasi dalam soal cinta kasih.

Kadang-kadang ciuman model ini juga dinamakan ciuman mendalam atau

soul kiss.

c. Hickey

Beberapa orang merasakan kenikmatan untuk mengisap atau

menggigit dengan gemas pasangan mereka, kadang-kadang pada leher, buah

dada, atau paha. Yang menyebabkan sebuah tanda merah atau memar dan ini

yang dinamakan hickey. Tanda itu juga dinamakan tanda isapan, gigitan monyet, atau cupang.

d. Necking

Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking

adalah istilah yang umumnya digunakan untuk menggambarkan ciuman dan

(34)

e. Petting

Petting adalah langkah yang lebih mendalam dari necking. Ini

termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangannya termasuk

lengan, dada, buah dada, kaki dan kadang-kadang daerah kemaluan, entah

diluar atau didalam pakaian.

f. Foreplay

Foreplay meliputi merangsang secara seksual melalui berciuman,

necking, dan petting dalam persiapan untuk melakukan hubungan intim. 9

3. Jenis-jenis Perilaku Seks Pra Nikah

Batasan perilaku seks pranikah ditentukan oleh norma-norma

masyarakat. Jenis seks pranikah adalah sebagai berikut.

1. Penyimpangan seksual, adalah perilaku seksual yang tidak lazim

dilakukan. Penyimpangan seksual dapat dibedakan menjadi sebagai

berikut.

a. Perzinaan adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh pria dengan

wanita diluar pernikahan, baik mereka sudah pernah melakukan

pernikahan yang sah maupun yang belum.

b. Menyukai sesama jenis dalam penyimpangan seksual dibedakan

menjadi dua yaitu: pertama, lesbian adalah hubungan seksual yang

(35)

dilakukan sesama wanita. Kedua, homoseks adalah hubungan seksual yang dilakukan sesama pria.

Seseorang menjadi homoseksual karena pengaruh lingkungan

sosial, tetapi dapat juga disebabkan faktor bawaan sejak lahir. Tindakan ini

bertentangan dengan norma sosial dan agama sehingga dianggap sebagai

perilaku menyimpang.

2. Hubungan seksual di luar nikah (kumpul kebo)

Hubungan seksual di luar nikah (kempul kebo) adalah hubungan

suami istri tanpa ikatan perkawinan. Hal tersebut merupakan perilaku seks

bebas yang mengundang terjangkitnya penyakit kelamin yang

membahayakan seperti virus HIV penyebab penyakit AIDS. 10

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Seks Pra Nikah Remaja

Menurut Agoes Dariyo bahwa remaja memasuki usia subur dan

produktif, artinya secara fisiologis mereka telah mencapai kematangan

organ-organ reproduksi baik remaja laki-laki maupun wanita. Kematangan organ-organ

reproduksi tersebut, mendorong individu untuk melakukan hubungan sosial

baik dengan sesama jenis maupun lawan jenis.

Perilaku negatif pelajar terutama hubungannya dengan

penyimpangan seksualitas seperti seks pra nikah, pada dasarnya belum murni

tindakan diri mereka saja (faktor internal) melainkan ada faktor pendukung

atau mempengaruhi dari luar (faktor eksternal). Faktor-faktor tersebut antara

(36)

lain adalah tempat tinggal, keluarga, kawan dan komunitas. Adapun

faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya seks pranikah terbagi menjadi dua

bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal yang

menyebabkan terjadinya seks pranikah antara lain:

a. Meningkatnya libido seksualitas, dimana menurut Freud bahwa

energi-energi seksual berkaitan erat dengan kematangan fisik.

b. Proses kematangan organ tubuh yang menyangkut perkembangan fisik

maupun kematangan organ-organ seksual dikendalikan oleh kelenjar

endokrin yang terletak pada dasar otak. Kelenjar pituari ini menghasilkan

dua hormon, yaitu hormon pertumbuhan yang mempengaruhi ukuran dan

bentuk fisik tubuh individu, dan hormon gonadotropik yang merangsang

kelenjar gonad (kelenjar seks) menjadi lebih aktif sehingga menimbulkan

rangsangan-rangsangan seksual.

c. Kualitas diri pribadi seperti kurangnya kontrol diri atau pengendalian diri,

motivasi kesenangan, pengalaman emosional yang kurang sehat,

terhambatnya perkembangan hati nurani yang agamis, ketidakmampuan

mempergunakan waktu luang dengan baik.

Faktor-faktor eksternal yang menjadi penyebab terjadinya perilaku

seks pranikah antara lain:

a. Kurangnya informasi tentang seks. Hubungan seks dianggap eskpresi rasa

cinta. Selain itu tidak tersedianya infomasi yang akurat dan benar tentang

kesehatan reproduksi memaksa remaja mencari akses dan

(37)

memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung

jawab yang harus disandang dan resiko yang harus dihadapi, menjadi

acuan utama mereka.

b. Percintaan. Hubungan seks pada remaja umumnya akibat berpacaran atau

percintaan dan beberapa diantaranya berorientasi pada pemuasan nafsu

serta kebebasan seksual untuk mencapai kepuasan.

c. Kurangnya komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak sehingga

memperkuat munculnya perilaku yang menyimpang.

d. Pergaulan. Menurut Hurlock, perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh

lingkungan pergaulannya, terutama pada masa pubertas dimana pengaruh

teman sebaya lebih besar dibandingkan orang tua.

e. Adanya penundaan usia perkawinan yang menyebabkan tidak segera

dilakukan penyaluran kebutuhan biologis yang tepat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryoputro tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di Jawa Tengah adalah (1)

faktor internal yakni pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap

terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, karentanan yang

dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian

diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, agama dan status perkawinan. (2)

(38)

sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku

tertentu. 11

Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi remaja

melakukan seks pranikah dikalangan remaja secara umum adalah:

a. Kurangnya informasi tentang seks yang benar dan jelas.

b. Hubungan percintaan yaitu persepsi yang salah dalam mengartikan suatu

perasaan dan hubungan dalam pacaran.

c. Jauh dari orang tua, akhirnya remaja merasa mempunyai kelonggaran dan

kebebasan dalam bertingkah laku.

d. Media massa yaitu mudahnya akses infomasi dari majalah internet, jurnal

internet dan lain-lain.

e. Kualitas religiusitas (keimanan) diri remaja itu sendiri.

f. Kematangan biologis yang berkaitan dengan pengendalian dan kontrol

diri.

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku

reproduksi remaja diantaranya adalah faktor keluarga, faktor pergaulan dan

kemajuan teknologi. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum

menikah banyak diantaranya karena interaksi dengan orang tua tidak baik

kemudian didukung juga pergaulan yang salah dan penyalahgunaan teknologi

yang tidak tepat.

11 Suryoputro A., Nicholas J.F., Zahroh S., Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

(39)

Faktor didalam individu yang cukup menonjol adalah sikap

permisif. Sikap permisif itu sendiri banyak dipengaruhi oleh faktor luar dan

dalam diri individu. Dengan demikian faktor sikap dapat dijadikan prediktor

yang kuat terhadap munculnya perilaku seks sebelum menikah. Oleh karena

itu untuk memahami perilaku seks sebelum menikah bisa dilihat dari

sikapnya.

5. Dampak Seks Pra Nikah

Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak

negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut12:

a. Dampak psikologis

Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja

diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan

berdosa.

b. Dampak fisiologis

Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut

diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.

c. Dampak sosial

Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan

sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan

12 Ririn Damarsih, Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja SMA

(40)

yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari

masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.

d. Dampak fisik

Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono adalah

berkembangnya penyakit menular seksual dikalangan remaja, dengan

frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara

usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan

kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan resiko terkena PMS dan

HIV/AIDS.

Bukan hanya itu saja kondisi psikologis akibat dari perilaku seks

pranikah, pada sebagian remaja lain dampaknya bisa cukup serius, seperti

ketegangan mental dan kebingungan untuk menghadapi segala kemungkinkan

resiko yang akan terjadi, perasaan seperti itu akan timbul pada diri remaja jika

remaja menyesali perbuatan yang sudah dilakukannya.

Kehamilan remaja, pengguguran kandungan (aborsi), terputusnya

sekolah, perkawinan diusia muda, perceraian, penyakit kelamin,

penyalahgunaan obat merupakan akibat buruk pertualangan cinta dan seks

yang salah saat remaja masih sebagai seorang pelajar. Akibatnya, masa depan

mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah cinta dan seks.

Untuk itulah, pendidikan seks bagi remaja SMP dan SMA sebaiknya

(41)

Resiko-resiko yang menyangkut kesehatan bagi para pelaku

hubungan seksual dini meliputi trauma seksual, meningkatnya pertumbuhan

kanker serviks (leher rahim), terkena penyakit menular seksual dan juga

kehamilan diusia muda.13

b. Kontrol Sosial

1. Pengertian Kontrol Sosial

Kontrol sosial adalah semua alat dan metode yang digunakan untuk

merangsang seseorang agar mau menyesuaikan diri dengan

kehendak-kehendak sesuatu kelompok atau masyarakat. Arti sesungguhnya kontrol

sosial jauh lebih luas, karena pada pengertian tersebut tercakup segala proses,

baik yang direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak,

atau bahkan memaksa warga-warga masyarakat mematuhi kaidah-kaidah dan

nilai sosial yang berlaku.14

Kontrol sosial (Social Control) ialah pengawasan atau pengendalian

oleh masyarakat terhadap tingkah laku individu berupa kontrol psikologis dan

nonfisik, ini merupakan tekanan mental terhadap individu sehingga individu

akan bersikap dan bertindak sesuai penilaian masyakarat (kelompok), karena

ia berada dalam masyarakat (kelompok) tersebut. Hasil yang akan dicapai

dengan adanya kontrol sosial diantaranya yaitu terjaminnya kelangsungan

kehidupan kelompok (masyarakat), terjadinya integritas (keterpaduan)

13 Shahid Athar, Bimbingan Seks Bagi Kaum Muda Muslim (Jakarta: Pustaka Zahra, 2004),

hal. 9.

(42)

didalam masyarakat, dan terjadinya proses pembentukkan kepribadian sesuai

keinginan kelompok masyarakat tersebut.15

2. Tujuan Dan Macam-Macam Kontrol Sosial

Objek (sasaran) kontrol sosial adalah perilaku masyarakat. Menurut

Abu Ahmadi16, kontrol sosial meliputi proses sosial yang direncanakan

ataupun tidak direncanakan (spontan) untuk mengarahkan seseorang. Kontrol

sosial pada dasarnya mendidik, mengajak, bahkan memaksa warga

masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma sosial. Adapun

tujuan dan macam-macam kontrol sosial antara lain:

1. Tujuan kontrol sosial diantaranya mencegah timbulnya perilaku

menyimpang. Menjaga ketertiban, keteraturan, dan keharmonisan sosial.

Menjaga kelestarian nilai-nilai dan norma yang berlaku dan membantu

terciptanya keamanan dan ketertiban bagi seluruh warga masyarakat.

2. Macam-macam kontrol sosial dibagi menjadi dua yaitu Pertama, dilihat

dari asalnya digolongkan menjadi: 1). Kontrol sosial internal yaitu

pengendalian yang berasal dari pemerintah kepada kelompok masyarakat

tertentu yang dianggap menyimpang. 2). Kontrol sosial eksternal yaitu

pengendalian yang berasal dari rakyat kepada penguasa karena dirasa

adanya penyimpangan yang dilakukan oleh penguasa. Kedua, dilihat dari

pelaksanaannya digolongkan menjadi: 1). Kontrol sosial primer yaitu

pengendalian yang dilakukan oleh sekelompok kecil didalam masyarakat,

(43)

misalnya keluarga, klan, dan kelompok bermain. 2). Kontrol sosial

sekunder yaitu kontrol sosial yang dilakukan sekelompok besar yang tidak

bersifat pribadi dan mempunyai tujuan tertentu.

3. Cara-cara Melakukan Kontrol Sosial

1. Mempertebal keyakinan anggota masyarakat akan kebaikan

norma-norma masyarakat (yang mereka miliki).

2. Memberikan penghargaan kepada anggota-anggota masyarakat yang

taat pada norma-norma sosial atau kemasyarakatan.

3. Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa anggota masyarakat.

Bila menyimpang atau menyeleweng dari norma-norma sosial dan

nilai-nilai yang berlaku.

4. Menimbulkan rasa takut (sampai terkutuk) bila melanggarnya.

5. Menciptakan sistem baku, yaitu tata tertib beserta sanksi-sanksi yang

tegas. 17

Adapun cara-cara kontrol sosial berdasarkan aspek-aspek tertentu:

a. Berdasarkan waktu pelaksanaannya: 1). Tindakan preventif yaitu

tindakan yang dilakukan oleh pihak berwajib sebelum penyimpangan

sosial terjadi agar suatu tindak pelanggaran dapat diredam atau dicegah.

Kontrol yang bersifat preventif umumnya dilakukan dengan cara

melalui bimbingan, pengarahan dan ajakan. 2). Tindakan represif yaitu

suatu tindakan aktif yang dilakukan pihak berwajib pada saat

penyimpangan sosial terjadi agar penyimpangan yang sedang terjadi

(44)

dapat dihentikan. 3). Tindakan kuratif yaitu tindakan ini diambil setelah

terjadinya tindak penyimpangan sosial. Tindakan ini ditujukan untuk

memberikan penyadaran kepada para pelaku penyimpangan agar dapat

menyadari kesalahannya dan mau serta mampu memperbaiki

kesalahannya, sehingga dikemudian hari tidak lagi mengulangi

kesalahannya.

b. Berdasarkan sifatnya: 1). Pengendalian internal: kontrol sosial jenis ini

dilakukan oleh penguasa atau pemerintah sebagai pemegang kekuasaan

(the rulling class) untuk menjalankan roda pemerintahannya melalui

strategi-strategi politik. Strategi-strategi politik tersebut dapat berupa

aturan perundang-undangan ataupun program-program sosial lainnya.

2). Pengendalian eksternal: kontrol sosial jenis ini dilakukan oleh rakyat

kepada para penguasa. Hal ini dilakukan karena dirasa adanya

penyimpangan-penyimpangan tertentu yang dilakukan oleh kalangan

penguasa. Kontrol sosial jenis ini dapat dilakukan melalui aksi-aksi

demonstrasi atau unjuk rasa, melalui pengawasan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), ataupun melalui wakil-wakil di DPRD.

c. Berdasarkan cara atau perlakuan kontrol sosial: 1). Tindakan persuasif

yaitu tindakan pencegahan yang dilakukan dengan cara pendekatan

secara damai tanpa paksaan. Bentuk pengendalian ini, mislanya berupa

ajakan atau penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak melakukan

hal-hal yang menyimpang. 2). Tindakan koersif yaitu tindakan kontrol sosial

(45)

pemaksaan diwujudkan dengan pemberian sanksi atau hukuman

terhadap siapa saja yang melakukan pelanggaran sesuai dengan kadar

penyimpangannya. 18

4. Jenis-Jenis Kontrol Sosial

Masyarakat menginginkan tercapainya ketertiban sosial agar

aktivitas hidupnya berlangsung dengan lancer. Menyadari adanya berbagai

kepentingan individu dan adanya peluang terjadinya perilaku menyimpang

sangat besar menyebabkan masyarakat membutuhkan berbagai jenis-jenis

kontrol sosial sebagai berikut.

Pertama, Gosip atau desas desus, adalah bentuk pengendalian atau

kritik sosial yang dilontarkan secara tertutup oleh masyarakat terhadap warga

masyarakat yang menyimpang perilakunya. Kedua, Teguran, adalah kritik

sosial yang dilontarkan secara terbuka oleh masyarakat terhadap warga

masyarakat yang berperilaku menyimpang. Teguran ini umumnya dilakukan

oleh orang-orang dewasa seperti orang tua, guru, para tokoh masyarakat, dan

para pemimpin masyarakat. Dalam pelaksanaannya teguran ini ada dua

macam yaitu teguran lisan dan teguran tertulis.

Ketiga, Pendidikan, pendidikan juga berperan sebagai alat kontrol

sosial. Menurut pendapat para ahli sosiologi dan psikologi pengaruh

pendidikan sangat menentukan proses pembentukkan kepribadian seseorang.

Individu yang berpendidikan baik cenderung berperilaku lebih baik daripada

18 Dwi Narko J dan Bagong, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta: Kencana,

(46)

individu yang kurang berpendidikan. Berdasarkan asumsi tersebut, maka

pendidikan dapat berfungsi untuk mencegah dan mengatasi perilaku

menyimpang.

Keempat, Pendidikan agama, sama halnya dengan pendidikan, maka

agamapun dapat berperan sebagai alat kontrol sosial karena agama dapat

mempengaruhi sikap dan perilaku para pemeluknya dalam pergaulan hidup

bermasyarakat. Agama pada dasarnya berisikan perintah, larangan, dan

anjuran kepada pemeluknya dalam menjalani hidup sebagai makhluk pribadi,

makhluk tuhan, dan sekaligus sebagai makhluk sosial.

Kelima, Hukuman, alat kontrol sosial yang tegas dan lebih nyata

sanksinya yaitu hukuman yang dapat berupa hukuman fisik, seperti hukuman

mati, hukuman penjara, hukuman denda, atau pencabutan hak-hak oleh

masyarakat atau pemerintah. Dengan adanya sanksi hukuman yang keras

tersebut tentunya akan membuat jera bagi para pelanggar sehingga tidak

berani mengulanginya lagi. 19

5. Tahap Kontrol Sosial

Sebagai suatu proses, kontrol sosial yang berlaku di masyarakat

dapat dibedakan menjadi berikut ini:

a. Tahap sosialisasi atau pengenalan

Tahap sosialisasi atau pengenalan merupakan tahap awal proses

kontrol sosial. Pada tahap ini, masyarakat dikenalkan pada bentuk-bentuk

19 Cohen Bruce J, Soiologi Suatu Pengantar (Terjemah) (Jakarta: Bina Aksara,

(47)

penyimpangan sosial beserta sanksi-sanksinya. Pengenalan tersebut

dimaksudkan agar masyarakat menyadari efek dan sanksi yang akan

diterimanya bila mereka melakukan suatu tindakan penyimpangan sosial.

Didalam hal ini, tahap sosialisasi bersifat preventif yang bertujuan mencegah

perilaku menyimpangang sosial.

b. Tahap penekanan sosial

Tahap penekanan sosial dilakukan untuk mendukung terciptanya

kondisi sosial yang stabil. Pada tahap ini telah disertai dngan pelaksanaan

sanksi atau hukuman kepada para pelaku tindakan penyimpangan. Dengan

adanya sanksi yang menekan tersebut, diharapkan masyarakat segan dan tidak

mau melakukan berbagai perbuatan yang menyimpang.

c. Tahap pendekatan kekuasaan/kekuatan

Pada tahap ini, terlihat adanya pihak pelaku kontrol sosial dan pihak

yang dikendalikan. Tahap ini dilakukan jika tahap-tahap yang lain tidak

mampu mengarahkan tingkah laku manusia sesuai dengan nilai dan norma

yang berlaku. Berdasarkan pelakunya, tahap pendekatan kekuasaan atau

kekuatan ini dapat dibedakan diantaranya a). Pengendalian kelompok

terhadap kelompok, misalnya anggota Kepolisian Sektor Pasanggrahan

Jakarta Selatan mengawasi keamanan dan ketertiban masyarakat di

Kecamatan Pasanggrahan. b). Pengendalian kelompok terhadap anggotanya,

misalnya bapak/ibu guru sekolah mengendalikan dan membimbing

(48)

pribadi lain, misalnya seorang ayah yang mendidik dan merawat anaknya,

atau seorang kakak yang menjaga adiknya.

d. Akibat tidak berfungsinya lembaga kontrol sosial

Kontrol sosial dapat dilakukan secara internal dan secara eksternal.

Kontrol internal merupakan pengendalian yang dilakukan oleh komponen

masyarakat itu sendiri dibawah koordinasi para pemuka adat dan tokoh

masyarakat. Pengendalian ini dapat diawali dari tiap-tiap individu dengan

pelatihan pembudayaan norma dan nilai dari generasi tua ke generasi

mudanya. Apabila pengendalian ini berhasil maka sesungguhnya kontrol

sosial tidak memerlukan aparat formal, seperti kepolisian dan pengadilan.

Hal ini dapat terjadi pada masyarakat yang masih primitif sedangkan

pada masyarakat modern kontrol sosial internal rasanya tidak mungkin untuk

menjamin terciptanya suatu ketertiban. Pada masyarakat modern tegas dan

jelas dengan sanksi-sanksi yang memberatkan. Kontrol sosial eksternal ini

dilakukan oleh lembaga formal seperti kepolisian kejaksaan dan pengadilan

dengan berdasarkan pada norma hukum, baik perdata maupun pidana. Tiga

komponen dalam mewujudkan ketertiban yaitu:

1. Adanya norma-norma yang memadai yaitu norma-norma yang sesuai

dengan tingkat perkembangan masyarakatnya.

2. Adanya aparat penegak hukum, dalam hal ini aparat yang konsisten dalam

(49)

3. Adanya kesadaran dari seluruh warga masyarakat untuk berlaku tertib dan

menjunjung tinggi hukum dan aparat sebagai pilar penegak hukum.

Apabila lembaga-lembaga kontrol sosial tidak berfungsi, maka yang

terjadi didalam masyarakat adalah suatu kesemrawutan atau ketidak

kepastian. Bentuk nyata kejadian dalam masyarakat yang merupakan akibat

langsung dari tidak berfungsinya lembaga kontrol sosial diantaranya:

Pertama, tidak adanya kepastian hukum. Kedua, semua kepentingan

masyarakat sulit untuk dipenuhi. Ketiga, sering terjadi konflik, terutama konflik kepentingan yang berlatar pada hakekat hidup. Keempat, munculnya

komersialisasi hukum, jabatan, dan kekuasaan. Kelima, munculnya sidikat-sindikat kejahatan yang mempunyai kepentingan khusus.

6. Cara-Cara Untuk Menanggulangi Terjadinya Perilaku Menyimpang 1. Usaha di lingkungan keluarga

a. Menciptakan keluarga yang harmonis, terbuka dan jauh dari kekacauan.

Dengan keadaan keluarga yang seperti ini, mengakibatkan anak-anak

remaja lebih sering tinggal dirumah daripada keluyuran di luar rumah.

Tindakan ini lebih mendekatkan hubungan orang tua dengan anaknya.

b. Memberikan kemerdekaan kepada anak remaja untuk mengemukakan

pendapatnya dalam batas-batas kewajaran tertentu. Dengan tindakan

seperti ini, anak-anak dapat berani untuk menentukan langkahnya, tanpa

ada keraguan dan paksaan dari berbagai pihak. Sehingga mereka dapat

(50)

c. Orang tua selalu berbagi (sharing) pengalaman, cerita dan informasi

kepada anak-anak remaja. Sehingga mereka dapat memilih figure dan

sikap yang cocok untuk dijadikan pegangan dalam bertingkah laku.

d. Orang tua sebaiknya memperlihatkan sikap-sikap yang pantas dan dapat

diteladani oleh anak-anak mereka.

2. Usaha di lingkungan sekolah

a. Menegakkan disiplin sekolah yang wajar dan dapat diterima siswa dan

penghuni sekolah. Disiplin yang baik dan wajar dapat diterapkan dengan

pembentukkan aturan-aturan yang sesuai dan tidak merugikan berbagai

pihak.

b. Pelaksanaan peraturan dengan adil dan tidak pandang bulu. Tindakan

dilakukan dengan cara memberikan sanksi yang sesuai terhadap semua

siswa yang melanggar peraturan tanpa melihat keadaan orang tua siswa

tersebut. Seperti siswa yang berasal dari keluarga terpandang atau

pejabat.

c. Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat yang tinggal di

lingkungan sekitar sekolah. Dengan cara ini, masyarakat dapat

melaporkan langsung penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan

siswa yang diluar pekarangan sekolah.

3. Usaha di lingkungan masyarakat

a. Menegur remaja-remaja yang sedang melakukan tindakan-tindakan

(51)

b. Menjadi teladan yang baik bagi remaja-remaja yang tinggal di

lingkungan tempat tinggal.

c. Mengadakan kegiatan kepemudaan di lingkungan tempat tinggal.

Kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan melibatkan remaja-remaja

untuk berpartisipasi aktif. 20

Belakangan ini, sebagai dampak dari perubahan-perubahan

norma-norma budaya, aktivitas seksual remaja terlihat semakin meningkat.

Fenomena ini jelas sangat mengkhawatirkan orang tua dan masyarakat,

sebab meskipun seksualitas merupakan bagian normal dari perkembangan,

tetapi perilaku seksual tersebut disertai dengan resiko-resiko yang tidak

hanya ditanggung oleh remaja itu sendiri melainkan juga oleh orang tua dan

masyarakat. Oleh sebab itu kontrol sosial sangat dibutuhkan dalam

mengatasi perilaku menyimpang yang terjadi di masyarakat terutama

perilaku seks pranikah.

C. Kerangka Teori

Salah satu teori dalam ilmu sosiologi yang pernah lahir dan banyak

memberikan perhatian bagi sebagian besar sosiolog baik yang mendukung

ataupun yang mengkritiknya adalah teori fungsional struktural. Teori ini

merupakan salah satu teori yang terdapat dalam gugusan paradigma fakta sosial,

dimana pandangannya lebih mengutamakan pada peran setiap struktur

masyarakat dan pengaruhnya terhadap pola dan sistem dalam masyarakat.

Gambar

Tabel 1.1 : Proses Penelitian
Tabel 1.2. Daftar informan primer wawancara
Gambar 4.1. Wilayah Administrasi Desa Randuwatang Kecamatan Kudu
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
+2

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh hutang Mestikasawit Intijaya akan lunas apabila seluruh Aset telah terjual kepada Pihak Ketiga dan hasil penjualan tersebut diserahkan kepada CIMB

Transistor PMOS terbuat dari substrat dasar tipe-n dengan daerah source dan drain didifusikan tipe p + dan deerah kanal terbentuk pada permukaan tipe p. Positif MOS

1) Menetapkan materi layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan atau permasalahan siswa yang akan dikenai layanan. 2) Menetapkan tujuan atau hasil yang ingin dicapai. 3)

Untuk menggambarkan hal ini dengan tangan kanan Fleming aturan, ibu jari dan dua jari pertama dari tangan kanan diperluas pada sudut yang tepat untuk satu sama lain, ibu jari

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotifasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik

Tanda perubahan (alterasi) adalah istilah yang dipakai untuk perubahan kromatis (nada yang berjarak ½) salah satu nada dalam suatu Accord.. Tanda perubahan (alterasi) dibagi menjadi

Saran yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) bagi lembaga sekolah, diharapkan dapat lebih memberikan fasilitas yang lebih memadai untuk stimulasi keterampilan

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.