SPIRITUALITAS PETANI
(Implementasi Nilai-nilai Spiritual Para Petani Desa Kemantren Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan dalam Perspektif Teologi Qadariyah)
Skripsi
Disusun untuk Mememenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S-I) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat
Oleh:
IIN IFSANTIN
NIM: E01213027
PRODI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
JURUSAN FILSAFAT DAN PEMIKIRAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
viii
ABSTRAK
Iin Ifsantin, E01213027. SPIRITUALITAS PETANI (Implikasi Nilai-nilai Spiritual Para Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dalam Perspektif Teologi Qadariyah).
Kata kunci: spiritualitas petani, nilai spiritual petani perspektif teologi Qadariyah.
Skripsi yang berjudul “SPIRITUALITAS PETANI (Implikasi Nilai-nilai Spiritual Para Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
dalam Perspektif Teologi Qadariyah)” ini adalah hasil penelitian lapangan untuk
menjawab pertanyaan mengenai bagaimana hubungan antara spiritual dan ketentraman hidup dalam konsep paham Qadariyah, bagaimana kehidupan spiritual dan paham keagamaan petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, bagaimana hubungan antara spiritual petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dengan ketentraman hidupnya, dan bagaimana implementasi nilai-nilai spiritual para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan perspektif teologi Qadariyah.
Data penelitihan ini dihimpun melalui penelitian lapangan dari wawancara yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teori teologi Qadariyah. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menjabarkan langsung hasil penelitian dengan cara menggambarkan kehidupan spiritual dan paham keagamaan para petani, hubungan spiritual para petani dengan ketentraman hidupnya, dan implementasi nilai-nilai spiritual para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan selama proses penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi,
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar nilai spiritual yang dimiliki oleh para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dalam perananya sebagai seorang petani. Petani merupakan profesi yang mempunyai peran besar bagi pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Karena profesi petani merupakan profesi yang dominan dalam kehidupan pedesaan. Tujuan lain dari penelitihan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peranan agama Islam dalam kehidupan seorang petani, sehingga para petani mampu menjalankan aktifitasnya yang penuh dengan perjuangan saat menghadapi musim tanam dan musim panen demi kelangsungan kehidupan keluarganya.
Penelitian ini menyimpulkan, bahwa dalam jiwa seorang petani terdapat spirit yang tinggi dalam meningkatkan tujuan hidup dan kedekatan dengan Tuhanya. Sehingga diperoleh nilai sepiritual para petani ketika di sawah saat menghadapi musim tanam dan musim panen, saat bersosialisasi dengan tetangganya, maupun saat kegiatan keagamaan yang membawa para petani untuk
sabar, tenang, ikhlas, ikhtiar, dan berdo’a dalam menghadapi permasalahan yang
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
PEDOMAN TRANLITERASI ... xv
BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. dentifikasi Masalah ... 11
C.Rumusan Masalah ... 11
D.Tujuan Penelitian ... 12
E. Manfaat Penelitian ... 12
F. Penegasan Judul ... 13
G.Penelitihan Terdahulu ... 14
H.Metode Penelitian ... 16
I. Sistem Penulisan ... 23
xiii
A.Petani ... 25
B. Nilai Spiritualitas ... 31
C.Takdir Manusia Menurut Kajian Teologi ... 36
D.Teologi Qadariyah dengan Konsep Hidup Tenang ... 42
E. Hubungan Antara Spiritual Dan Ketentraman Hidup Dalam Konsep Qadariyah ... 50
BAB III : KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN PETANI DESA KEMANTREN KECAMATAN PASIRAN KABUPATEN LAMONGAN A.Profil Desa ... 54
B. Latar Belakang Pendidikan Para Petani ... 58
C.Kehidupan Sosial Para Petani ... 62
D.Tradisi Keagamaan ... 65
E. Kehidupan Keagamaan ... 70
F. Hububungan Antara Tradisi Keagamaan dan Profesi Petani ... 77
B. Hubungan Antara Spiritual Petani Desa Kemantren Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan Dengan Ketentraman Hidupnya .... 95
C. Implementasi Nilai-nilai Spriritual Para Petani Desa Kemantren
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Perspektif Teologi
Qadariyah ... 101
BAB V : PENUTUP
A.Kesimpulan ... 114
B.Saran ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 117
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Spiritual berasal dari kata spirit yang berarti jiwa, sukma, dan roh.1
Sedangkan spiritualitas adalah hal-hal yang berkaitan dengan roh dan jiwa.2
Spiritualitas juga diartikan sebagai hidup yang didasarkan pada pengaruh dan
bimbingan Allah. Sesuatu yang bersifat spiritual memiliki kebenaran abadi yang
berhubungan dengan tujuan hidup manusia. Salah satu aspek menjadi spiritual
adalah memiliki arah dan tujuan hidup yang secara terus menerus meningkatkan
kebijaksanaan dan kekuatan berkehendak dari seseorang untuk meencapai
hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan.3
Islam menyerukan kepada umatnya, pertama dan terutama, agar benar-benar
beriman dan bersikap tulus kepada Allah, berhubungna akrab denganNya, selalu
mengingatNya dan tawakal kepadaNya, selain terus berupaya menolong dirinya
sendiri. Seorang muslim harus merasakan di dalam jiwanya bahwa ia senantiasa
memerlukan pertolongan dan dukungan Allah SWT, tidak soal seberapa yang bisa
dilakukan untuk dirinya. Seorang muslim sejati yang tulus selalu berhati-hati dan
terbuka pikirannya kepada keindahan ciptaan Allah. Dia menyadari bahwa Allah
yang mengontrol segala urusan di dunia dan kehidupan manusia. Seorang muslim
1
Poerwadarminto, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, t. th.), 963.
2
Irmansyah Effendi, Spiritualitas: Makna, Perjalanan yang Telah Dilalui, dan Jalan yang Sebenarnya, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), 11.
3
Ari Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
2
yang tulus harus patuh kepada Allah dalam keadaan bagaimanapun. Ia tidak boleh
melampaui batas, ia harus mengikuti perintah dan bimbingan Allah sekalipun hal
itu tidak sesuai dengan keinginanya. Ujian keimanan seorang muslim terletak
dalam mengikuti perintah Allah dan RasulNya dalam segala keadaan ini, baik
dalam persoalan besar maupun kecil, tanpa ragu dan tanpa syarat.4
Petani adalah orang yang pekerjaanya bercocok tanam.5 Pertanian adalah
mata pencaharian dan lapangan kerja pokok bagi penduduk pedesaan, sehingga
dalam pembangunan pedesaan perhatian utama tetap harus ditujukan pada
pembangunan pertanian sebagai sektor kegiatan ekonomi yang menonjol.6 Dalam
faktanya sebagian petani tidak hanya kaum laki-laki saja melainkan kaum
perempuan juga ikut andil dalam bercocok tanam. Selain peran laki-laki, peran
perempuan juga cukup besar dalam pembangunan pertanian Desa. Pada
realitasnya kaum perempuan dan kaum laki-laki bersama-sama dalam bekerja di
sawah.
Profesi petani pada hakikatnya mempunyai nilai yang sangat mulia. Di
samping mendapat manfaat ekonomi secara langsung juga akan mendapat pahala
atau ganjaran. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW:
ًرْ يًط ُِْم ُلُكْأَيَ ف اًعْرَز ُعَرْزَ ي ,اًسْرَغ ُسِرْغَ ي ٍمِلْسُم ْنِم اَم
َا ْو
ناَسْنِإ
ةَمْيََِْوَا
ِِب َُل َناَك َاِا
ُاَوَر( ةَقَدَص
)ملسم و ىِراَُُ
.
4
Muhammad Ali al-Hasyimi, Menjadi Muslim Ideal: Pribadi Islami Menurut al-Qur’an
dan as-Sunnah, Terj. Ahmad Baidowi (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), 11-12.
5
Hasan alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 1141.
6
3
Artinya: Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian hasil tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan (tanaman tersebut) menjadi sedekah baginya. (HR. Imam Bukhari hadits no. 2321).
Sedangkan Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa pekerjaan yang baik
adalah pertanian karena dikerjakan dengan tangan sendiri dan juga memberi
manfaat pada dirinya sendiri, umat dan kepada binatang. Di samping itu, pertanian
juga mampu membawa para petani kepada sikap tawakal, yaitu sikap pasrah diri
kepada Allah SWT, karena adanya ikhtiar.7
Dalam keseharianya seorang petani selalu pergi ke sawah, baik untuk
menanam padi dan tanaman sejenisnya, merawat atau menyemprot tanaman di
sawah. Selain aktifitasnya di sawah seorang petani tetaplah manusia biasa yang
beragama dan bersosialisasi baik bagi keluarga maupun tetangganya.8
Dalam masyarakat Jawa salah satu kunci dalam menghadapi kehidupan ini
adalah sebagaimana yang dikonsepsikan sebagai rukun, harmoni, dan slamet.
Kerukunan adalah kata kunci dalam mengarungi kehidupan. Tanpa kerukunan
sosial, maka tidak ada stabilitas sosial atau keteraturan sosial. Basis kehidupan
bermasyarakat sesungguhnya adalah keteraturan sosial tersebut. Dalam konsepsi
Jawa didapat adagium yang berbunyi: rukun agawe sentoso, artinya melalui
kerukunanlah kehidupan yang damai, tentram, aman, dan berkekuatan akan
didapatkan.
7
Junaedi, Teologi Pembebasan Petani,
http://pecangkul.blogspot.com/2010/02/teologi-pembebasan-petani.html?m=1 (22 Januari 2017, 20.00).
8
4
Di dalam prateknya, kerukunan itu dimanefetasikan di dalam berbagai corak
kehidupan yang mengedepankan tindakan saling mengenal, saling menyapa,
saling bertemu didalam berbagai forum yang mengidentifikasikan adanya sikap
dan tidakan kerukunan tersebut. Bahkan dalam menghapi perbedaan tradisi Jawa
mengajarkan: ojo waton suloyo, artinya jangan asal berbeda. Jadi, diajarkan agar
perbedaan itu adalah sesuatu itu benar-benar berbeda. Orang Jawa akan memilih
sikap diam jika ada perbedaan pendapat yang sangat kontras. Menjaga hubungan
yang harmonis dengan Allah dan juga hubungan baik dengan sesama manusia
adalah kewajiban manusia didalam kehidupanya.9
Penyebaran Agama Islam di Jawa mengalami aktualisasi dengan tradisi
lokal. Akulturasi itu karena peran dari para Wali Songo yang menyebarkan Islam
melalui cara memasukkan nilai keislaman kedalam tradisi Jawa. Dalam suatu
Desa khususnya di wilayah jawa terdapat tradisi Islam lokal seperti tradisi
tahlilan, istighosah, pengajian, diba’an, muludan, tingkepan pada orang hamil.
Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan merupakan salah satu
Desa yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Di Desa ini terdapat
beberapa tradisi yang unik dan menarik seperti tradisi Pleret, yaitu tradisi ini
terdapat pada acara pernikahan. Tradisi ini berlangsung sehari setelah pernikahan
berlangsung. Tradisi ini dilakukan dengan membagikan makanan ke tetangga
sekitar. Yang unik dari tradisi Pleret yaitu makanan yang dibagikan berupa
jajanan cenil, nasi karak (nasi akin), dan nasi ketan yang telah dikukus. Tradisi ini
9
Nur Syam, Tarekat Petani: Fenomena Tarekat Syattariyah Lokal (Yogyakarta: PT. LkiS
5
dimaksudkan supaya pernikahan yang berlangsung itu tidak ada gangguan dan
tetap langgeng.
Ada juga tradisi lain yang dilakukan pada saat panen tiba. Tradisi ini
berlangsung dengan cara menyembelih ayam jawa yang bulunya putih dan
membuat nasi gurih. bentuk tradisi ini adalah mengundang orang-orang tertentu
dan ada pengajiannya. Acara ini berlangsung di rumah orang yang mempunyai
hajat. Tradisi ini dinamakan dulkadiran. Banyak sekali tradisi Islam lokal yang
berada di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dan di Desa
ini kekentalan keberagamaan sangat terasa, apalagi ada makam mbah Maulana
Iskhak yang merupakan ayah dari Sunan Giri membuat rasa keagamaan di Desa
Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan semakin kental.
Dalam kehidupan sosial, seorang petani bersosialisasi baik dengan tetangga
sekitar. Di Desa yang mayoritas petani ada petani kaya dan petani miskin. Dalam
kehidupan nyata sekecil apapun strata sosial masih tetap berjalan baik khususnya
dalam kehidupan pedesaan. Dalam kehidupan pedesaan strata sosial itu muncul
apalagi pada kalangan petani, baik petani kaya maupun petani miskin yang
banyak menimbulkan kecemburuan sosial.10
Pada masa lalu wilayah pedesan Indonesia, terutama Jawa sering
digambarkan sebagai komunitas agraris yang tertutup, berbudaya homogen, dan
didomonasi oleh ikatan tradisional dengan struktur suprdesa yang bersifat feodal
dan kolonial. Hubungan feodal yang membagi masyarakat ke dalam dua kelas,
10
6
yaitu kelas produktif dan kelas konsumtif, menjadikan petani sebagai pemasok
barang dan layanan kepada kelas atasan.11
Seorang petani adalah manusia biasa yang kadang melakukan kesalahan
maupun kehilafan dalam kehidupannya. Manusia dalam pengertian yang ada
dalam dirinya terdapat unsur positif sekaligus negatif, memang tepat untuk
disebut sebagai makhluk ganda atau monodualis. Dengan segala potensi
keunggulan, kelebihan yang ada padanya, manusia dapat mencapai derajat
kemanusiaan paling tinggi. Sebaliknya, dengan segala potensi negatif, kelemahan
yang ada padanya, manusia dapat turun ke tingkat kemanusian terendah, bahkan
bisa jadi lebih rendah dibanding hewan. Ketika positif dapat menetralisir unsur
negatif, maka derajat kemanusiaan manusia dapat mencapai puncak maksimal
yaitu menjadi manusia yang mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi dalam
kehidupanya. Di mana manusia dihadapkan untuk menolong sesama.12
Kapankah kekuatan positif dapat menetralisir kekuatan negatif atau
sebaliknya kekuatan negatif mengungguli kekuatan positif? Saat itu, roh dapat
mengalahkan kecenderungan jasmani, fisik, tubuh, maka manusia dapat
menikmati kemanusiaan. Untuk dapat membuat roh tidak terkalahkan, maka roh
harus senantiasa disiagakan, diefektifkan dengan berbagai macam selerah roh
yaitu nilai-nilai kemanusiaan. Roh harus diberi input positif berupa: kesabaran,
ketakwaan, keimanan, keikhlasan, dan sebagainya melalui aksi sepiritual. Jika
selerah roh tidak terpenuhi, niscaya selerah fisik lebih menonjol dan itu berakibat
11
Kuntowijoyi, Radikalisme Petani: Esai-esai Sejarah (Yogyakarta:Yayasan Bentang
Budaya, 2002), 4.
12
Juraid Abdul Latief, Manusia, Filsafat, dan Sejarah (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012),
7
pada tenggelamnya kemanusiaan manusia. Akal sebagai pembeda manusia yang
paling prinsip tidak dapat menjadi nurani, melainkan berpihak pada kehendak
relatif tubuh.13
Oleh sebab itu, untuk menetralisir adanya sifat negatif, peran Agama sangat
berperan penting dalam kehidupan manusia khususnya Agama Islam yang
menjadi panutan maupun tuntunan orang muslim untuk mencapai kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat terkhusus pada kehidupan para petani yang selalu
berkerja keras hanya untuk menafkahi istri dan anaknya.
Dalam kajian teologi, ada suatu paham yang bernama Qadariyah. Menurut
Qadariyah, bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam
menentukan perjalanan hidup.14 Dengan kata lain, bahwa manusia berkuasa atas
perbuatan-perbuatanya; manusia melakukan, baik atas kehendak maupun
kekuasaan sendiri, dan manusia pula yang melakukan atau menjahui
perbuatan-perbuatan jahat atau kemauan dengan dayanya sendiri.15 Harun Nasution turut
menegaskan bahwa kaum Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia
mempunyai qadrah (kekuatan) untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan
berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.16
Menurut An-Nazam salah satu pengikut paham ini, bahwa manusia mempunyai
kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan Tuhan.17
Sedangkan Menurut Ghailan al-Dimasqi, bahwa manusia menentukan
13
ibid., 22.
14
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta:
UI Press, 1986), 33
15
Ibid., 94.
16
Abdul Rozak dan Roshihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka, 2014), 87-88.
17
8
perbuatannya dengan kemauannya dan mampu berbuat baik dan buruk tanpa
campur tagan Tuhan. Maka dapat disimpulkan, bahwa Tuhan tidak akan merobah
keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka,
artinya bahwa manusia berkuasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan atas
kehendak dan kekuasaanya sendiri. Manusia tidak dipaksa untuk tunduk pada
qadar Tuhan, tidak seperti wayang yang digerakkan oleh dalang tetapi dapat
memilih.18 Artinya manusia berhak memperbaiki hidupnya, seperti jika manusia
ingin mahir berbahasa inggris, maka manusia harus belajar bahasa inggris supaya
mahir dalam berbahasa ingris.
Oleh sebab itu, dalam faham ini manusia mempunyai kehendak atas dirinya
sendiri untuk melakukan perbuatannya. Manusia hanya makhluk biasa yang
mempunyai kekurang dan kelebihan. Kekurangan manusia yaitu selalu kurang dan
tidak mensyukuri apa yang didapatnya. Agama Islam sangat penting dalam
kehidupan manusia untuk mengarahkan manusia ke jalan yang baik. Maka,
manusia harus berusaha untuk mengubah takdirnya dan juga harus diserta do’a
supaya hasil yang didapat itu sesuai jeri payahnya. Selain itu, manusia wajib
mensyukuri setiap rizki yang diberikan kepadanya, sehingga hasil yang diperoleh
menjadi halal dan barokah.
Keterkaitanya dengan petani yaitu ketika petani bercocok tanam di
ladangnya, maka petani harus berusaha untuk merawat tanamanya seperti
memberi pupuk dan menyemprot tanamanya agar tidak diserang hama, sehingga
tanaman yang ditanam para petani menjadi subur dan hasil panenya berlimpah.
18
9
Akan tetapi, selain berusaha petani juga perlu berdo’a supaya hasil panenya
diberikan Allah kelimpahan. Dari kegiatan spiritual para petani baik di sawah
maupun di rumah akan membawa petani lebih bersifat ikhtiar, bersyukur, sabar,
dan tawakal.
Konsep Islam yang diyakini sebagai jalan keselamatan di dunia dan di
akhirat adalah satu Agama yang diturunkan kepada umat Islam berupa Kitab Suci
yaitu al-Qur’an dan Rasul yang bernama Muhammad SAW sesuatu dengan
ketetapan hukum yang mencakup aqidah, ibadah, akhlak, adat istiadat, dan
mu’amalat. Apabila manusia memahami dan mengamalkan hukum-hukum
tersebut dengan baik, setiap individu akan menjadi baik, dan tatanan keluarga
yang dibangun akan menjadi kokoh. Begitu juga hubungan antar sesama manusia
akan terjalin dengan baik. Aktifitas kehidupan juga berjalan lancar sebagaimana
mereka juga dapat melaksanakan perintah-perintah Allah selalu konsisten.
Namun, apabila pemahaman dan pelaksanaan mereka terhadap konsep itu
menyimpang, kehidupan individualitas dan sosial mereka akan rusak karena jauh
dari perintah-perintah Allah.19
Di masayarakat Desa yang rata-rata berprofesi sebagai petani, Agama
merupakan tuntunan hidup yang dijalani dan sebagai jalan untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Apa yang didapat selalu disyukuri, baik itu
besar atau kecil. Sehingga apa yang didapat menjadi barokah dan bermanfaat baik
bagi dirinya, keluarganya, maupun orang lain. Keberkahan itu yang menciptakan
kehidupan yang sejahtera, rukun, dan bahagia. Di Desa Kemantren Kecamatan
19
10
Paciran Kabupaten Lamongan mayoritas penduduknya muslim dan berprofesi
sebagai petani. Letak Desa ini berada di pesisir pantai, maka desa ini merupakan
desa dengan berbudaya pesisir. Yang menarik dari Desa ini yaitu meskipun ada
laut, tetapi profesi masyarakatnya didominasi oleh profesi tani bukan nelayan.
Sehingga Desa ini dikatakan sebagai komunitas petani dalam kebudayaan pesisir.
Meskipun Desa ini lebih didominasi oleh petani, tetapi masyarakatnya hidup
sejahtera, dan bisa aktif mengikuti kegiatan sosial maupun kegamaan termasuk
tradisi-tradisi yang sudah lama ada. Selain itu, ada Mushola kecil yang berada di
tengah sawah yang dilengkapi sumur untuk tempat shalat dan tempat wudhu para
petani. Keagamaan di Desa ini dikatakan sebagai agama Islamnya tinggi dengan
mayoritas Islam NU 89,25 %, 10 % Islam Muhammaddiyah, dan 0,75 % Tarekat
Syadziliyah.20
Kekentalan keagamaan dan tradisi lokal ditengah kehidupan masyarakat
Desa Kemantren dengan profesi mereka sebagai petani membuat tertarik penulis
untuk meneliti tentang peran Agama Islam dalam kehidupan masyarakat petani
pedesaan dalam membentuk akhlak (prilaku) mereka, sehingga diperoleh data dan
pemahaman terkait nilai sepiritualitas para petani yang dikaitkan dengan teologi
Qadariyah. Dalam penelitian ini, penulis meneliti langsung tentang kehidupan
sosial dan keagamaan petani di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan melalui pengamatan langsung dan wawancara. Oleh karena itu,
peneliti akan menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk memperoleh data
yang diinginkan.
20
11
B.Identifikasi Masalah
Dari latarbelakang yang dikemukakan penulis diatas, maka penulis akan
mengidentfikasi masalah yang akan diteliti sebelum pada rumusan masalah yang
menjadi pokok kajian yang diteliti, diantaranya sebagai berikut:
1. Kehidupan keagamaan para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan.
2. Kehidupan sosial para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan.
3. Latar belakang pendidikan para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan.
C.Rumusan Masalah
Dari latarbelakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan penulis
diatas, maka penulis membatasi pokok permasalahan pada penelitihan ini,
diantaraanya sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara spiritual dan ketentraman hidup dalam konsep
paham Qadariyah?
2. Bagaimana kehidupan spiritual dan paham keagamaan petani Desa Kemantren
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?
3. Bagaimana hubungan antara spiritual petani Desa Kemantren Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan dengan ketentraman hidupnya?
4. Bagaimana implementasi nilai-nilai spiritual para petani Desa Kemantren
12
D.Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitihan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara spiritual dan ketentraman hidup dalam
konsep paham Qadariyah.
2. Untuk mengetahui kehidupan spiritual dan paham keagamaan petani Desa
Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara spiritual petani Desa Kemantren
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dengan ketentraman hidupnya.
4. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai spiritual para petani Desa
Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan perspektif teologi
Qadariyah.
E.Manfaat Penelitian
Pelitian ini mempunyai manfaat yang besar, baik bagi penulis maupun
pembaca, diantaranya yaitu:
1. Bagi penulis menambah akademisi dalam wawasan spiritualitas dan teologi
Islam.
2. Bagi pembaca dapat menambah keilmuan mengenai spiritualitas dan teologi
13
F. Penegasan Judul
Setelah memahami atas permasalahan yang akan dibahas dalam penelitihn
ini, maka penulis akan menjelaskan mengenai makna pada judul yang akan
dibahas pada penelitian ini supaya tidak ada kesalapahaman dalam penelitian ini.
Penelitian dengan judul “ SPIRITUALITAS PETANI : Implementasi Nilai-nilai
Spiritual Para Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
dalam Perspektif Teologi Qadariyah, istilah - istilah ini akan peneliti jelaskan
dibawah ini:
Sebelum membahas Spiritulitas petani, maka penulis akan membahas
mengenai pengertian spiritual dan petani. Spiritual yaitu berasal dari kata spirit
yang berarti jiwa, sukma, dan roh.21 Sedangkan spiritualitas adalah hal-hal yang
berkaitan dengan roh dan jiwa.22 Spiritualitas juga diartikan sebagai hidup yang
didasarkan pada pengaruh dan bimbingan Allah.23 Sedangkan Petani adalah orang
yang pekerjaanya bercocok tanam.24 Petani merupakan sekelompok konklusi,
sangat sedikit petani yang mempunyai dorongan sentimentil bahwa menggarap
tanah hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Namun, demikian juga petani
yang menganggap usaha taninya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dan sebagian untuk dijual ke pasar.25 Maka spiritualitas petani adalah aktualisasi
keimanan dalam aktifitas keimanan petani dalam jiwanya. Dimana dalam
kehidupannya petani selalu berhubungan dengan tuhanya, seperti menjalani
21
Poerwadarminto, Kamus Bahasa, 963.
22
Effendi, Spiritualitas: Makna, 11.
23
Ali Maksum, Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern: Tela’ah Signifikasih
konsep Tradisionalisme Islam (Surabaya: PS4M, 2003), 79.
24
Alwi, Kamus Besar, 1141.
25
Eva Banowati dan Sriyanto, Geografi Pertanian (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013),
14
kewajibanya yaitu shalat yang kemudian menimbulkan sikap yang sabar, tenang,
ikhtiar, bersyukur, dan tawakal.
Nilai spiritual adalah nilai-nilai batiniyah yang memberikan dorongan batin,
dimana manusia mengimplementasikan perbuatannya dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun nilai spiritual secara umum adalah kebenaran, kejujuran,
kesederhanaan, kepedulian, kerjasama, kedamaian, rasa percaya, kedamaian hati,
kerendahan hati, kesetiaan, kecermatan, kemuliaan, keberanian, kesatuan, rasa
syukur, ketekunan, kesabaran, keadilan, persamaan, keseimbangan, ikhlas, hikma
dan keteguhan.26
Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
merupakan objek yang dipilih penulis dalam penelitihan ini. Yang mana Petani
Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten menurut penulis mempunyai
keunikan dan kekhasan tersendiri.
G.Penelitihan Terdahulu
Dalam penelitihan ini, penulis mendapatkan sebuah penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan penelitian ini. Tidak banyak penulis yang meneliti dan
menguraikan yang berhubungan mengeni spiritualitas maupun kaitanya dengan
petani dari sudut pandang yang berbeda-beda baik dalam bentuk thesis, skripsi,
jurnal maupun artikel, diantaranya yaitu:
Pada tahun 2005, Muhammad Romadloni, Mahasiswa Jurusan Sosial
Budaya Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, menulis “TEOLOGI
26
M. Suyanto, 15 Rahasia Mengubah Kegagalan menjadi Kesuksesan dengan SQ
15
PETANI: Analisis Peran Islam Dalam Radikalisme Gerakan Petani Pada Forum
Perjuangan Petani Nelayan Batang Pekalongan (FP2NBP) Di Kabupaten Batang
Dan Pekalongan”. Dalam thesis ini menjelaskan mengenai peran Islam dalam
gerakan petani pada forum perjuangan petani nelayan batang pekalongan
(FP2NBP) untuk memperjuangkan haknya pada permasalahan sengketa tanah.
Dan dijelaskan juga tentang peran hukum Islam dalam konflik yang terjadi
disektor pertanian yaitu mengenai perebutan tanah. Petani beranggapan apabila
tanah ditelantarkan oleh pemegang hak guna usaha mereka bisa
mempergunakanya dan memilikinya karena mereka beranggapan bahwa hal
tersebut sesuai hukum Islam.
Pada tahun 2014, Muhammad Aris Fajaruddin, Mahasiswa Prodi Sosiologi
Fakultas Dakwa dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, menulis “SOLIDARITAS PETANI: Studi Tentang Gotong Royong
Masyarakat Petani di Desa Sumberwudi Kecamatan Karanggeneng Kabupaten
Lamongan”. Dalam skripsi ini menjelaskan tentang kebersamaan yang timbul
pada para petani Desa Sumberwudi sangatlah kental, terlihat pada para petani
yang sering kumpul dalam pembahasan-pembahasan permasalahan yang sering
terjadi dikawasan pertanian, seperti pembangunan irigasi, bagaimana mereka
memperoleh pupuk-pupuk, dan juga adanya perkumpulan yang dilakukan oleh
para petani yang sudah mereka sepakati dan mereka bentuk sebuah keadaan yang
baik.
Skripsi yang berjudul: SPIRITUALITAS PETANI : Implementasi Nilai-nilai
16
dalam Perspektif Teologi Qadariyah masih belum ada. Oleh sebab itu, dalam
Skripsi ini saya membahas tentang SPIRITUALITAS PETANI : Implementasi
Nilai-nilai Spiritual Para Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan dalam Perspektif Teologi Qadariyah untuk memberikan gambaran
mengenai prilaku keagamaan pada setiap individu (para petani) sehingga
diperoleh nilai spiritualnya dengan analisis teologi Qadariyah.
H.Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode sangatlah penting dan berguna bagi si peneliti
supaya memudahkan si peneliti untuk menyelesaikan karya ilmiahnya, serta
dalam penelitiannya juga dapat dipertanggunggjawabkan secara ilmiah. Adapun
metode yang digunakan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitihan ini menggunakan penelitihan lapangan, sehingga semua
data didasarkan pada data-data lapangan dengan mengangkat teori tentang
teologi Qadariyah untuk meperkuat hasil penelitihan yang diperoleh. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Dalam penelitihan lapangan dilakukan dalam kehidupan yang
sebenarnya. Penelitihan lapangan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
data dan informasi melalui observasi, wawancara secara mendalam, serta
dokumentasi berdasarkan pada tempat yang ditentukan.
17
Metode pengumpulan data ini sangat penting dalam sebuah observasi
penelitihan, dimana peneliti harus mengumpulkan data sebaik mungkin. Dalam
penelitihan ini mengangkat sebuah data primer dan data sekunder, dimana data
yang digali dari sebuah kajian-kajian buku, jurnal, maupun artikel yang
bersangkutan dengan judul yang diangkat si peneliti, serta juga mengumpulkan
data dari para Petani di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan yang menjadi objek utama dalam penelitihan ini, serta untuk
memperkuat data penelitian disini peneliti akan mengambil informasi dari
masyarakat Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang
berprofesi selain petani mengenai akhlak maupun spiritual dalam memandang
para petani.
a. Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dilapangan oleh
peneliti sebagai obyek penulisan. Sumber data tersebut berupa pengamatan
langsung maupun wawancara secara mendalam terhadap objek yang
diteliti pada judul yang diangkat. Adapun pengamatan yang dilakukan
peneliti yaitu mengamati langsung kehidupan para petani dan wawancara
terhadap beberapa petani serta tanggapan masyarakat yang berprofesi
selain petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
dalam memandang akhlak maupun spiritual para petani Desa Kemantren
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, sehingga diperoleh data yang
failid yang sesuai peneliti harapkan.
18
Data sekunder adalah data yang bukan dari sumber pertama sebagai
sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah
yang diteliti. Data yang digunakan biasanya menggunkan data kepustakaan
yang diperoleh dari buku, jurnal, artikel, dan dokumen-dokumen yang
resmi.27 Sumber ini sebagai penegas dari data yang didapat saat
penelitihan. Adapun buku yang termasuk dalam buku ini adalah:
1.) Irmansyah Effendi, Spiritualitas: Makna, Perjalanan yang Telah
Dilalui, dan Jalan yang Sebenarnya, (Jakarta: PT. Gramedia, 2014).
2.) Nur Syam, Tarekat Petani: Fenomena Tarekat Syattariyah Lokal,
(Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang, 2013).
3.) Kuntowijoyo, Radikalisasi Petani, (Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya, 2002).
4.) Eva Banowati dan Sriyanto, Geografi Pertanian (Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2013).
5.) Greg. Soetomo, Kekalahan Manusia Petani: Dimensi Manusia Dalam
Pembangunan Pertanian, (Yogyakarta: Kansius: 1997).
6.) Tuhana Taufik Andrianto, Pengantar Ilmu Pertanian: Agraris,
Agrobisnis, dan Argoteknologi (Yogyakarta: Global Pustaka Utama
Yogyakarta, 2014)
7.) Luthfi Fatah, Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
(Banjarbaru: Jurusan Sosek Fakultas Pertanian Universitas Lambung
Mangkurat dengan Pustaka Benua, 2006)
27
Jonathan Sarwono, Metode Penelitihan Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta:
19
8.) Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam): sejarah, ajaran,
dan perkembanganya, (jakarta: Rajawali Pers, 2012)
9.) Muhammad Ali al-Hasyimi, Menjadi Muslim Ideal: Pribadi Islam
Menurut al-Qur’an, Terj. Ahmad Baidowi, (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 1999).
10.)Abdul Latief, Juraid, Manusia, Filsafat, dan Sejarah, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2012).
11.)Yusuf Al-Qardhawi, Islam dan Sekuralisme, Terj. Amirullah Kandu
(Bandung: CV Pustaka Setia).
12.)Harun Nasution, Teoogi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa dan
Perbandingan, (Jakarta: UI-Press, 1986)
13.)Abdul Rozak dan Roshihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: CV
Pustaka, 2014)
3. teknik pengumpulan data
Agar dalam penelitihan ini diperoleh data yang benar dan dapat
dipertanggung jawabkan, maka peneliti menulis beberapa teknik dan metode
pengumpulan data yang relavan dengan permasalahan yang ada dalam judul
yang diangkat peneliti. Adapun metode yang digunakan antara lain sebagai
berikut:
a. Metode observasi adalah salah satu metode dalam observasi yang digunakan
peneliti, untuk melakukan observasi dengan cara membawa kertas kosong
untuk turun ke lapangan dengan cara mengamati, mencatat prilaku baik
20
teliti dan merekam prilaku-prilaku yang dianggap penting dan bermakna
sesegera mungkin setelah prilaku tersebut muncul. Catatan tersebut harus
sedetail mungkin dan selengkap mungkin sesuai dengan kejadian
sebenarnya tanpa merubah kronologinya.28 Dalam metode observasi pada
penelitihan ini saya fokuskan pada prilaku keagamaan para petani Desa
Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
b. Metode wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara tajam, halus, tepat dan
menangkap buah pikiran orang lain dengan cepat bedasarkan tujuan
penelitihan. Penelitihan ini menggunakan wawancara bebas, dimana
wawancara bebas menanyakan apa saja yang berhubungan dengan judul
yang diangkat oleh peneliti, tetapi juga akan menanyakan data-data yang
akan dikumpulkan.29 Dalam metode wawancara, peneliti mewawancarai
beberapa petani serta tanggapan masyarakat Desa Kemantren Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan yang berprofesi selain petani dalam
memandang akhlak maupun spiritual para petani Desa Kemantren
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, sehingga diperoleh data yang
failid yang sesuai peneliti harapkan.
c. Metode informan dalam penelitihan kualitatif, tidak menggunakan istilah
populasi maupun sampel seperti dalam penelitihan kuantitatif. Dalam
28
Haris Herdiansyah, Metode Penelitihan Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), 133.
29
Joko Subagyo, Metode Penelitihan dalam Teori dan Pratek (Jakarta: PT Rineka Cipta,
21
penelitihan kualitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang
terdiri dari obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik
kesimpulannya. Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan informan untuk
memperoleh berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitihan.
Informan penelitihan yang berdasarkan teknik snowball yaitu dengan
mencari informan kunci. Yang dimaksud dengan informan kunci adalah
mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informan pokok yang
diperlukan dalam penelitihan atau informan yang mengetahui secara
mendalam permasalahan yang sedang diteliti.30 Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka yang menjadi kunci dalam penelitihan ini adalah Para Petani,
serta masyarakat yang berprofesi selain petani Desa Kemantren Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan dalam memandang nilai spiritual para petani
Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
4. Teknik pengelolahan data
data yang didapat dari lapangan dan dokumen yang sudah terkumpul
dilakukan analisa, berikut tahapan-tahapan:
a. Editing, yaitu mengadakan pemeriksaan kembali terhadap data-data yang
diperoleh secara cermat baik dari data primer atau sekunder, tentang nilai
spiritual dan peran Agama Islam dalam kehidupan para petani Desa
Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
30
22
b. Organizing, yaitu menyusun data secara sistematis mengenai nilai spiritual
dan peran Agama Islam dalam kehidupan para petani Desa Kemantren
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
c. Analizing, yaitu tahapan analisis terhadap data mengenai nilai spiritual dan
peran Agama Islam dalam kehidupan para petani Desa Kemantren
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang dikaitkan dengan teori
teologi Qadariyah.
5. Metode Analisis Data
Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.31 Pada
penelitihan ini, penulis menganalisis melalui metode deskriptif. Metode
deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dengan memberikan gambaran
terhadap masalah yang dibahas dengan menyusun fakta-fakta sedemikian rupa,
sehingga membentuk konfigurasi masalah yang dapat dipahami dengan
mudah.32 Langkah yang ditempuh penulis adalah mendeskripsikan secara
sistematis semua fakta aktual yang diketahui, kemudian dianalisis
menggunakan teologi Qadariyah untuk memperkuat nilai spiritual para petani,
sehingga dapat memberikan sebuah pamahaman yang kongkrit.
31
Dedy Mulyana, Metode Penelitihan Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), 180.
32
23
I. Sitematika penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun untuk mempermudah
pemahaman sehingga dapat menghasilkan pembahasan yang sistematis. Penulisan
penelitian ini dibagi atas 5 bab, tiap bab terbagi manjadi beberapa sub bab.
Adapun sistematika pembahasan secara terperinci yang penulis pergunakan adalah
sebagai berikut:
BAB I : Dalam bab pertama ini dipaparkan tentang pendahuluan yang berisi latar
belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penegasan judul, kajian pustaka, metode penelitian, sistematika
penulisan.
BAB II : Pada bab kedua ini membahas tentang petani dan spiritualitas yang berisi
teori yang meliputi pengertian petani, nilai spiritualitas, takdir manusia menurut
kajian teologi, teologi Qadariyah dengan konsep hidup tenang, dan hubungan
antara spiritual dan ketentraman hidup dalam konsep Qadariyah.
BAB III : Dalam bab ketiga ini membahas tentang kehidupan sosial keagamaan
petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang meliputi,
profil Desa Kemantren, latar belakang pendidikan para petani, kehidupan sosial
para petani, tradisi keagamaan, kehidupan keagaman, dan hubungan antara tradisi
keagamaan dan profesi petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan.
BAB IV : Dalam bab keempat ini membahas tentang analisis dari penelitian di
Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang meliputi,
24
petani dengan ketentraman hidupnya, dan implementasi nilai-nilai spiritual para
Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan perspektif
teologi Qadariyah.
BAB V : pada bab kelima yaitu penutup yang berisi kesimpulan hasil penelitian
25
BAB II
PETANI DAN SPIRITUALITAS
A.Petani
Petani adalah orang yang pekerjaanya bercocok tanam.1 Manusia berusaha
mengatur atau mengusahakan tumbuh-tumbuhan dan hewan serta memanfaatkan
hasilnya. Mereka mengubah tempat tumbuhan dan hewan serta lingkunganya agar
dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia seperti itu disebut petani atau
pengusaha pertanian.2 Pertanian adalah mata pencaharian dan lapangan kerja
pokok bagi penduduk pedesaan, sehingga dalam pembangunan pedesaan
perhatian utama tetap harus ditujukan pada pembangunan pertanian sebagai sektor
kegiatan ekonomi yang menonjol.3 Menurut Mubyarto, sektor pertanian
memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian Nasional. Hal ini
ditunjukkan dengan mayoritas penduduk Indonesia hidup di pedesaan dengan
pertanian sebagai sumber pendapatan.4
Pada masa lalu wilayah pedesan Indonesia, terutama Jawa sering
digambarkan sebagai komunitas agraris yang tertutup, berbudaya homogen, dan
didominasi oleh ikatan tradisional dengan struktur supradesa yang bersifat feodal
dan kolonial. Hubungan feodal yang membagi masyarakat ke dalam dua kelas,
1
Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 1141.
2
Soetriono, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian (Malang: Bayumedia Publising, 2006), 12.
3
Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad, Petani Desa dan Kemiskinan (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1987), 9.
4
Luthfi Fatah, Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (Banjarbaru: Jurusan
26
yaitu kelas produktif dan kelas konsumtif, menjadikan petani sebagai pemasok
barang dan layanan kepada kelas atasan.5
Sejarah pertanian telah mencatat bahwa pola pertanian masyarakat petani
awal adalah pertanian subsistem. Mereka menanam berbagai jenis tanaman
pangan sebatas untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Mereka
menanam berbagai jenis biji-bijian, antara lain padi, gandum, dan jagung, ataupun
tanaman sayur-sayuran.6
Profesi petani pada hakikatnya mempunyai nilai yang sangat mulia. Di
samping mendapat manfaat ekonomi secara langsung juga akan mendapat pahala
atau ganjaran. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW:
ْأَيَ ف اًعْرَز ُعَرْزَ ي ,اًسْرَغ ُسِرْغَ ي ٍمِلْسُم ْنِم اَم
ِْم ُلُك
َاًرْ يًط ُ
َأ
ٌناَسْنِإْو
َأ
ُاَوَرُ ٌةَقَدَص ِِب َُل َناَك اِا ٌةَمْيََِْو
.َملسم و ىِراَُُ
Artinya: Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian hasil tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan (tanaman tersebut) menjadi sedekah baginya. (HR. Imam Bukhari hadits no. 2321).
Sedangkan Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa pekerjaan yang baik
adalah pertanian karena dikerjakan dengan tangan sendiri dan juga memberi
manfaat pada dirinya sendiri, umat dan kepada binatang. Di samping itu, pertanian
juga mampu membawa para petani kepada sikap tawakal, yaitu sikap pasrah diri
kepada Allah SWT, karena adanya ikhtiar.7
5
Kuntowijoyi, Radikalisme Petani: Esai-esai Sejarah (Yogyakarta:Yayasan Bentang
Budaya, 2002), 4.
6
Greg Soetomo, Kekalahan Manusia Petani: Dimensi Manusia Dalam pembangunan
Pertanian (Yogyakarta: Kansius, 1997), 21.
7
Junaedi, Teologi Pembebasan Petani,
27
Pertanian dapat dianggap sebagai suatu usaha untuk mengadakan suatu
ekosistem buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia.
Ekosistem buatan yang dibentuk memiliki hubungan yang saling mempengaruhi
antara masyarakat, makhluk hidup dan lingkunganya yang tidak hidup. Pertanian
juga merupakan kegiatan manusia mengelolah lahan melalui proses produksi
biologis tumbuhan dan hewan untuk kesejahteraan umat manusia, termasuk
kegiatan ekstraktif yang selektif yang tidak merusak kelestarian lingkungan.
Secara garis besar unsur-unsur pertanian diringkaskan mencakup proses produksi,
tanah tempat usaha, petani dan pengusaha, dan usaha pertanian.8 Menurut
Sajogyo, makin luas usaha tani, maka makin besar presentasi penghasilan rumah
tangga pertanian.9
Gambaran nyata profil petani dapat dengan mudah ditemui di
pedesaan-pedesaan yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian bercocok tanam
atau bertani. Secara umum orang petani bekerja keras. Kegiatan pertanian yang
mereka lakukan sesuai dengan apa yang dilakukan orang tuanya atau secara turun
temurun.10
Berkaitan dengan kehidupan ini, mereka hanya berharap adanya sedikit
perubahan. Mereka telah merasa senang atau bahagia sekiranya dapat terhindar
dari kelaparan, sakit, dan kematian anak-anak mereka dari kelaparan atau
kekurangan pangan. Keinginan hidup mereka tidak bermacam-macam dan
muluk-muluk. Sekedar bisa mempertahankan tanah garapan yang mereka miliki sudah
8
Fatah, Dinamika Pembangunan, 29.
9
Prayitno, Petani Desa, 102
10
Tuhana Taufik Andrianto, Pengantar Ilmu Pertanian: Agraris, Agrobisnis, dan
28
menyenangkan, apalagi jika mereka dapat memperluas atau menambah
kepemilikan tanah garapan pertanian akan lebih menyenangkan hati mereka.
Karena sekedar untuk bisa bertahan saja terkadang dirasakan amat susah bagi
sebagian petani.11 Oleh sebab itu, cita-cita utama petani adalah status penghidupan
dan sosial yang diperoleh didalam suatu rentang hubungan-hubungan sosial yang
sempit.12
Penerapan IPTEK canggih dalam bidang pertanian akan membawa mereka
hidup lebih baik karena hasil pertanian yang mereka peroleh juga meningkat
jumlahnya. Menurut Soetriono terdapat tiga macam kebiasaan mental petani yang
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan pertanian di
Indonesia yakni kebiasaan mengukur, bertanya, dan melihat atau mencari
alternatif yang dilakukan petani selama ini. Kebiasaan mengukur oleh petani
tercermin dari kegiatan berpikir dalam mengukur penggunaan sarana produksi
yang akan dipergunakan termasuk jumlah benda-benda yang dimiliki. Kegiatan
bertanya biasanya dilakukan ketika petani menghadapi permasalahan dalam
bercocok tanam mereka, contohnya mengapa buah yang dihasilkan oleh tanaman
ini lebih manis daripada buah yang dihasilkan oleh tanaman itu?, dan sebagainya.
Petani memiliki kebiasaan melihat atau mencari alternatif dari cara yang telah
dikenal dan dilakukan terhadap cara baru yang lebih baik. Uji coba semacam itu
11
Ibid., 32-33.
12
Eric R. Wolf, Perang Petani, Terj. Eka Kurniawan (Yogyakarta: INSIST PRESS,
29
dilakukan oleh petani dengan maksud untuk memperoleh hasil panen yang lebih
banyak dari segi mutu (kualitas).13
Berkaitan dengan sikap pengambilan keputusan dalam menjalankan roda
usaha tani, umumnya petani memiliki sifat-sifat yang sangat dipengaruhi oleh
keadaan keluarga, masyarakat, tradisi, dan agama yang mereka anut. Keputusan
penting untuk menentukan jenis usaha tani yang akan diupayakan petani
terkadang dengan pertimbangan keadaan masyarakat disekitanya. Dengan kata
lain, keputusan yang dibuat usaha tani dipengaruhi oleh sikap, prilaku-prilaku,
dan hubungan-hubungan dalam masyarakat disekitarnya. Dalam pembangunan
pertanian perlu diperhatikan peran tradisi besar dan agama yang dianut oleh
petani. Kedua hal itu perlu diperhatikan, sebab berpengaruh terhadap masyarakat
dalam kesediaan menerima program-program pembangunan pertanian dari
pemerintah.14
Petani merupakan sekelompok konklusi, sangat sedikit petani yang
mempunyai dorongan sentimentil bahwa menggarap tanah hanya untuk memenuhi
kebutuhan sendiri. Namun, demikian juga petani yang menganggap usaha taninya
digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagian untuk dijual ke
pasar.15
Dalam kegiatan pertanian, petani mempunyai tiga tugas atau peranan, yaitu
petani sebagai penggarap, petani sebagai menajer, dan petani sebagai manusia
biasa. Alasan pengelompokan petani seperti itu dikemukakan berikut:
13
Andrianto, Pengantar Ilmu, 33-35.
14
Ibid., 37-39.
15
Eva Banowati dan Sriyanto, Geografi Pertanian (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013),
30
1. Petani sebagai Penggarap
Sesuai dengan sebutanya petani berperan utama sebagai pemelihara
tanaman dan hewan (ternak dan ikan) untuk memperoleh hasil yang
dibutuhkan demi kelangsungan hidupnya. Hal-hal yang dilakukan petani
dalam pemeliharaan tanaman meliputi: mempersiapkan lahan, penyiapan
bibit/benih, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan
tanaman penganggu, pengaturan air, pemberantasan hama/penyakit, dan
perlakuan setelah panen.16
2. Petani sebagai manajer
Peran penting petani dalam usaha tani yaitu sebagai manajer. Sebagai
manajer petani menggunakan otak terutama dalam pengambilan keputusan
atau pemilihan alternatif tanaman/ternak ikan yang akan dibudidayakan.17
Keputusan-keputusan yang harus diambil petani mencangkup jenis tanaman
atau varietes yang akan diterima, menggunakan pupuk atau tidak, memilih
jenis ternak yang akan dipelihara, dan penentuan pembagian kerja untuk
berbagai kegiatan, terutama pada saat semua kegiatan harus dilakukan pada
saat yang sama. Kemampuan manajerial tersebut memberikan kemungkinan
bagi mereka untuk membuat usaha taninya lebih produktif sehingga dapat
meningkatkan manfaat dan penerimaan hasil usaha taninya.18
3. Petani sebagai manusia biasa.
16
Ibid., 47.
17
Andrianto, Pengantar Ilmu, 39-40.
18
Soetriono, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian (Malang: Bayumedia Publising, 2006),
31
Petani berkedudukan sebagai manusia biasa yang memiliki peran
dalam keluarga dan masyarakat seperti halnya manusia lainya. Keadaan
petani sebagai manusia perorangan dalam masyarakat amat ditentukan oleh
peran kongkrit petani sebagai penggarap tanah sekaligus sebagai menajer.
Dengan pernyataan lain, keberhasilan petani sebagai manusia biasa amat
ditentukan oleh keberhasilan petani yang berperan sebagai penggarap tanah
dan manajer usaha tani yang digelutinya.19 Sebagai manusia, petani juga
memerlukan komunikasi dengan manusia yang lain, baik itu dalam bentuk
keluarga maupun masyarakat. Dengan berhubungan dengan orang lain,
maka petani menjadi lebih mendapat banyak masukan tentang apa dan
bagaimana pertanian yang baik dan optimal yang pada akhirnya hasil yang
diperoleh lebih meningkat.20
B.Nilai Spiritualitas
Sebelum membahas tentang nilai spiritualitas, kita akan membahas lebih
dulu tentang definisi nilai dan spiritual. Nilai dalam bahasa latin disebut Valere
yang berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, kuat.21 Nilai adalah alat
yang menunujukkan alasan dasar bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir
tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan
akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa
19
Andrianto, Pengantar Ilmu, 41.
20
Banowati, Geografi Pertanian, 48.
21
32
ide seseorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan.22
Subyektifitas nilai adalah pandangan bahwa nilai-nilai seperti kebaikan,
kebenaran, keinginan, tidak ada dalam dunia real objektif tetapi merupakan
perasaaan-perasaan, sikap-sikap pribadi, dan merupakan penafsiran atas
kenyataan.23
Sedangkan pengertian spiritual yaitu berasal dari kata spirit yang berarti
jiwa, sukma, dan roh.24 Spiritualitas adalah hal-hal yang berkaitan dengan roh dan
jiwa.25 Menurut Ary Ginanjar Agustian, spiritualitas adalah kemampuan untuk
memberi makna ibadah terhadap setiap prilaku dan kegiatan, melalui
langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia seutuhnya (hanif) dan
memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik), serta berprinsip “hanya karena
Allah (lillahita’ala).26 Menurut Hegel, spiritual adalah kesatuan dari kesadaran
diri dan kesadaran yang dicapai secara rasio dan menganggapnya sebagai suatu
kesatuan antara kegiatan praktis dan teoritis. Hegel juga berpendapat, bahwa
spiritual memperoleh kehadirannya dalam diri sendiri. Spiritualitas adalah hidup
yang didasarkan pada pengaruh dan bimbingan Allah. Spiritualitas juga dapat
diartikan sebagai bidang penghayatan batiniah terhadap Tuhan melalui prilaku
22 Wikipedia, “
Nilai”, https://id.m.wikipedia.org/Wiki/Nilai (Minggu, 18 Maret 2017, 21.00)
23
Bagus, Kamus Filsafat, 718.
24
Poerwadarminto, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, t. th.), 963.
25
Irmansyah Effendi, Spiritualitas: Makna, Perjalanan yang Telah Dilalui, dan Jalan yang Sebenarnya, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), 11.
26
Ari Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
33
tertentu yang sebenarnya terdapat pada setiap agama, tetapi tidak semua pemeluk
agama menekuninya.27
Spiritualitas juga diartikan sebagai hubungannya dengan Yang Maha Kuasa
dan Maha Pencipta, tergantung kepercayaan yang dianut oleh induvidu. Agar
individu dapat memehami keberdaan maupun pengalamannya dimulai dari
kesadarannya mengenai adanya realitas transenden (berupa kepercayaan kepada
Tuhan ataupun yang dipersepsikan individu sebagai sosok transenden) dalam
kehidupan dan dicirikan oleh pandangan atau nilai-nilai yang dipegangnya
berkaitan dengan diri sendiri, orang lain secara universal, alam, hidup dan apapun
yang dipersepsikan sebagai Yang Mutlak. Menurut Maslow, spiritualitas diartikan
sebagai tahapan aktualisasi diri seseorang, yang mana seseorang berlimpah
dengan kreatifitas, intuisi, keceriaan, suka cita, kasih, kedamain, toleransi,
kerendahan hati, serta memiliki tujuan hidup yang jelas.28
Sesuatu yang bersifat spiritual memiliki kebenaran abadi yang berhubungan
dengan tujuan hidup manusia. Salah satu aspek menjadi spiritual adalah memiliki
arah dan tujuan hidup yang secara terus menerus meningkatkan kebijaksanaan dan
kekuatan berkehendak dari seseorang untuk meencapai hubungan yang lebih dekat
dengan Tuhan.29
Spiritualitas sebagai bentuk kesadaran ruhani manusia untuk berhubungan
dengan kekuatan besar, menemukan nilai-nilai keabadian, menemukan makna
hidup dan keindahan, membangun keharmonisan dan keselarasan dengan semesta
27
Ali Maksum, Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern: Tela’ah Signifikasih
konsep Tradisionalisme Islam (Surabaya: PS4M, 2003), 79.
28
Duane Schultz, Psikologi Pertumbuhan, terj. Yustinus (Yogyakarta: Kansius, 1991), 89.
29
34
alam, menangkap sinyal dan pesan dibalik fakta yang secara menyeluruh dan
berhubungan dengan hal-hal ghaib mempunyai beberapa aspek yaitu:
1. Prayer Fulfillment (pengalaman ibadah) yaitu sebuah perasaan gembira dan
bahagia yang disebabkan oleh keterlibatan diri dengan yang transenden.
Dalam hal ini dapat mengambail manfaat ibadah yang telah dilakukan.
2. Universality (universalitas) yaitu sebuah keyakinan akan kesatuan
kehidupan.
3. alam semesta dengan dirinya.
4. Connectedness (keterkaitan) yaitu sebuah keyakinan bahwa seseorang
merupakan bagian dari realitas manusia yang lebih besar melampaui
generasi dan kelompok tertentu.
Selain itu, terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan spiritualitas,
yaitu sebagai berikut:
1. Diri sendiri
Jiwa seseorang merupakan hal yang fundamental dalam atau
penyelidikan spiritual.
2. Sesama
Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan saling
berhubungan telah lama diakui sebagai pokok pengalaman manusiawi.
Sehingga hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri
sendiri.
35
Pemahaman dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan
secara tradisional dipahami dalam kerangka hidup keagamaan. Akan tetapi,
dewasa ini dipahami secara luas dan tidak terbatas. Manusia memahami
Tuhan dengan banyak cara seperti dalam suatu hubungan alam dan seni.
Fokus spiritual adalah manusia. Jika wilayah Psikologi mengkaji jiwa
sebagai ego, maka spiritual mengkaji manusia sebagai spirit. Manusia bermaksud
untuk membuat diri dan hidupnya dibentuk sesuai dengan semangat dan cita-cita
Allah.30
Oleh sebab itu, nilai spiritual yaitu nilai-nilai batiniah yang memberikan
dorongan batin. Adapun nilai-nilai spiritual yang umum antara lain meliputi
kebenaran, kejujuran, kesederhanaan, kepedulian, kerjasama, kebebasan,
kedamaian, cinta, pengertian, amal baik, tanggungjawwab, tenggang rasa,
integritas, rasa percaya, kebersihan hati, kerendahan hati, kesetiaan, kecermatan,
kemuliaan, keberanian, kesatuan, rasa syukur, humor, ketekunan, kesabaran,
keadilan, persamaan, keseimbangan, ikhlas, hikma dan keteguhan.31
C.Takdir Manusia Menurut Kajian Teologi
Takdir adalah yang sudah lebih dulu ditentukan oleh Allah, Keputusan
Tuhan, nasib.32 Dalam Islam istilah takdir lebih dikenal dengan qadla dan qadar
30
Maksum, Tasawuf Sebagai Pembebasan, 79.
31
M. Suyanto, 15 Rahasia Mengubah Kegagalan Menjadi Kesuksesan dengan SQ
Kecerdasan Spiritual (Yogyakarta: Andi, 2006), 5.
32
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya, AMELIA
36
yang artinya keputusan atau kehendak Allah.33 Qadla berasal dari bahasa Arab
yang akar katanya: qadlo - yaqdli - qadlaan, bisa berarti hukum atau keputusan,
perintah, kehendak. Sedangkan qadar berasal dari akar kata: Qadara – yuqadiru –
taqdiran, yang mempunyai arti kadar atau ukuran, ketentuan atau aturan, dan
kekuasaan. Qadla dan qadar (takdir) artinya hukum, keputusan, perintah,
kehendak, ciptaan menurut kadar, ukuran, ketentuan, aturan, dan kekuasaan.34
Allah SWT Maha Bijaksana dan Maha Perencana sesuai dengan kehendak
dan kekuasaan-Nya. Allah SWT bersifat mengetahui dan Maha Adil. Apa saja
yang telah terjadi dan yang akan terjadi pada makhluk-Nya tidak lepas dari ilmu
dan ketentuan Allah Yang Maha Bijaksana itu. Semua yang terjadi dalam alam
semesta ini berjalan sesuai dengan aturan yang ditetapkaNya. Allah berfirman
dalam surat Ar-Ra’d ayat 8 yang berbunyi:
....
ٍراَدْقِِ َُدِْع ٍءْىَش لُكَو
(
)
Artinya: Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. (Q.S Al-Ra’d: 8).
Allah SWT yang menentukan apa yang terjadi pada manusia begitu juga
pada semua makhluk ciptaan-Nya. Allah bisa berbuat apa saja yang
dikehendaki-Nya, karena Allah bersifat berkehendak (Iradat) dan yang berkuasa (Al-Qadir).
Allah pula yang Maha Memutuskan nasib manusia karena Allah memang bersifat
Yang Maha Memutuskan (Al-Muqtadiru). Meskipun Allah bebas memutuskan
apa saja yang dikehendaki-Nya, namun Allah tidaklah berbuat sekehendaknya
33
Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal : Potret Dari Cirebon (jakarta: PT
Logos Wacana Ilmu, 2001), 96.
34
Kaelany HD, Islam Dan Aspek-aspek Kemasyarakatan (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),
37
tanpa perhitungan, karena Allah bersifat Yang Maha Penghitung (Al-Manshi),
sedang keputusanya selalu mengandung hikma dan kebijaksanaan, karena Allah
juga bersifat Maha Pemberi Keputusan dan Maha Bijaksana (Al-Fatah dan
Al-Hakim).35
Iman kepada takdir adalah meyakini bahwa apa yang telah, sedang, dan
akan terjadi dalam hidup dan kehidupan kita, sudah ada ketentuannya di sisi Allah
sejak zaman azali.36 Oleh sebab itu, takdir tidak boleh dianggap sebagai jalan
bertawakal (berserah diri) yang tidak sewajarnya, tidak boleh pula dijadikan
alasan untuk melakukan kemaksiatan, bahkan tidak boleh diartikan sebagai suatu
paksaan Tuhan terhadap hambaNya. Sebaliknya takdir harus dianggap sebagai
jalan untuk meyakinkan tujuan-tujuan atau cita-cita yang besar dari sekian banyak
macam amal perbuatan yang besar pula.37 Takdir dapat dilawan dengan ikhtiar
/usaha dan disertai dengan do’a, supaya usaha yang dilakukan mendapat hasil
yang sesuai dengan harapan. Karena usaha saja tanpa do’a akan sia-sia, maka
usaha harus senantiasa diiringi oleh do’a. Yang bisa merubah takdir manusia
adalah manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, manusia dituntut untuk selalu
berikhtiar dan berdo’a.
Nasib baik atau buruk manusia, baik yang diinginkan atau tidak pada
dasarnya sudah ditentukan oleh Allah. Dengan kata lain, segala sesuatu terjadi
karena kehendak Allah.38 Menurut Sudika, ketentuan (takdir) ini tidak sesuai
mengingat disamping takdir, ada keharusan berikhtiar. Ikhtiar ini penting bukan
35
Ibid., 91
36
Bustanuddin Agus, Al-Islam: Buku Pedoman Kuliyah Mahasiswa Untuk Mata Ajaran
Pendidikan Ajaran Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), 30.
37
Kaelany, Islam Dan Aspek, 97
38
38
hanya karena Allah mengharuskan manusia untuk berbuat demikian, tetapi juga
demi kepentingan manusia sendiri, karena ikhtiar merupakan prasyarat atas
realisasi berkah, kemunduran, dan karunia Allah. Suparman juga mengatakan
nasib dapat diubah dalam batas-batas tertentu melalui usaha dan hubungan
seseorang dengan lingkungan.39
Perlu kita ketahui, bahwa takdir yang menimpa bukanlah sesuatu yang harus
disesali, maka tidak ada alasan bagi kita untuk larut dalam kegelisahan dan
keresahan. Dengan demikian selayaknya kita menghadapi dunia ini dengan
keyakinan dan keberanian. Dengan menggunkan pikiran yang jernih seseorang
akan sanggup menghadapi cobaan dengan berani dan tegar. Adapun jika jiwanya
lalai terhadap Allah, maka ia akan memandang kejadian-kejadian tersebut seperti
gelombang ombak yang menghantamnya dengan dahsyat, yang akan hanyut
siapa-siapa yang tenggelam didalamnya. Orang yang lalai kepada Allah hidupnya
dipenuhi hawa nafsu yang akan mempermainkannya pada kejadian-kejadian dan
keresahan-kerasahan itu. Sikap tunduk kepada takdir bukan karena manusia tidak
mau ikhtiar/usaha dan do’a, akan tetapi akan mengilhami baginya sikap berani
dalam menyosong hari esok yang ia akan jalani, juga akan memberi baginya
penangkal terhadap kejadian-kejadian itu dan menjadikan seseorang selalu
menerima akan kenyataan dengan penuh senyum meskipun tertimpa kerugian
jiwa maupun harta. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 51
yang berbunyi:
ََل ُها َبَتَك اَم اِإ آََ بْيِصُي ْنَل ْلُق
ا
َوُ
َلْوَم
ُ َنْوُ ِمْؤُمْلا ِلكَوَ تَيْلَ ف ِها ىَلَعَو ,اَى
َ
39
39
Artinya: Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuk kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada
Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal. (Q. S. At-Taubah: 51).40
Maka manusia harus selalu berfikir positif kepada takdir yang ditentukan
oleh Allah untuk manusia