• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 462009012 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 462009012 BAB III"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode penelitian

Penelitian ini menerapkan metode kualitatif dengan

pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan

bidang penyelidikan yang berdiri sendiri. Penelitian ini

menyinggung aneka disiplin ilmu, bidang, dan tema. Penelitian

kualitatif merupakan fokus perhatian dengan beragam metode,

yang mencakup pendekatan interpretif dan naturalistik terhadap

subjek kajiannya. Hal ini berarti bahwa para peneliti kualitatif

mempelajari benda-benda di dalam konteks alaminya, yang

berupaya untuk memahami, atau menafsirkan, fenomena dilihat

dari sisi makna yang dilekatkan manusia (peneliti) kepadanya.

(Denzin & Lincoln, 2009). Penelitian deskriptif yaitu penelitian

yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang

ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan

data, menganalisis dan menginterpretasi. Ia juga bersifat

komperatif dan korelatif. Penelitian dekskriptif banyak

membantu terutama dalam penelitian yang bersifat longitudinal,

genetik dan klinis. Tujuan penelitian deskriptif untuk pemecahan

masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta

(2)

3.2. Subjek Penelitian

Teknik purposive sampling digunakan dalam

pendekatan deskriptif karena pengambilan sampel yang

didasarkan atas pertimbangan peneliti sendiri. Peneliti sudah

melakukan studi pendahuluan, sehingga telah diketahui

karakteristik populasi yang akan diteliti. Teknik ini sangat cocok

terutama guna mengetahui berapa besarnya sampel minimal

suatu penelitian. (Suyanto, 2011)

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat Rumah

Sakit Umum Daerah Salatiga. Subjek untuk penelitian ini adalah

perawat Ruang Rawat Inap Dewasa Bangsal Cempaka RSUD

Salatiga dengan kriteria sebagai berikut: masa kerja minimal 1

tahun, latar belakang pendidikan perawat adalah Diploma III

(D3), dan Strata 1 (S1) keperawatan. Pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti meneliti di Rumah Sakit

Umum Daerah Salatiga. Peneliti memilih RSUD Salatiga karena

memudahkan peneliti dalam pengambilan data. Waktu

(3)

dengan perawat peneliti lakukan lebih fleksible, dilakukan di RS

saat perawat mempunyai waktu yang longgar yang sebelumnya

peneliti sudah melakukan kontrak waktu. Hal ini peneliti lakukan

untuk dapat menjalin hubungan saling percaya antara peneliti

dan perawat ruangan dan tidak menggangu jam kerja perawat.

3.4. Etika Penelitian

Bentuk umum perlindungan terhadap manusia sebagai

objek penelitian adalah Informed Consent yang berisi

penjelasan tentang hak dan kewajiban sebagai objek penelitian

serta perlindungan yang diberikan peneliti (Suyanto, 2011).

Dalam ilmu sosial yang bebas nilai, kode etik bagi

lembaga professional dan akademik merupakan bentuk

konvensional bagi prinsip-prinsip moral.

1) Persetujuan terlebih dahulu. Sejalan dengan komitmennya

pada otonomi individual, ilmu sosial dalam tradisi Mill dan

Weber menegaskan bahwa subjek penelitian memiliki hak

untuk diberitahu tentang hakikat dan konsekuensi yang

diikutinya. Rasa hormat yang semestinya pada kebebasan

manusia lazimnya mencakup dua syarat penting. Pertama,

subjek penelitian harus setuju untuk berpartisipasi secara

(4)

persetujuan harus didasarkan pada informasi yang lengkap

dan terbuka.

2) Penipuan, dalam menekankan persetujuan terlebih dahulu,

kode etik ilmu sosial secara tegas menolak penipuan.

Penerapan lugas prinsip ini menunjukkan bahwa para

peneliti merancang hasil yang berlainan yang bebas dari

penipuan aktif. Namun dengan konstruksi etika yang

berada di luar urusan ilmiah, maka muncullah aplikasi yang

ambigu.

3) Hak Privasi dan Kerahasian, kode etik menegaskan jaminan

untuk melindungi identitas masyarakat. Kerahasiaan harus

dipastikan sebagai pelindung utama dari pengeksposan

yang tak diinginkan. Semua data pribadi seharusnya

diamankan atau disembunyikan dan hanya dipublikasikan

secara anonim. Etika profesional secara tegas

menyimpulkan bahwa tak seorang pun layak disakiti atau

dilecehkan sebagai akibat praktik penelitian yang tidak

peka.

4) Akurasi, upaya memastikan agar datanya akurat merupakan

sebuah prinsip penting dalam kode etik ilmu sosial.

Rekayasa, data tipuan, penghapusan dan pemalsuan itu

(5)

internal dan eksternal merupakan fondasi realita secara

eksperimental (Denzin & Lincoln, 2011).

3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.5.1. Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara wawancara mendalam (in-depth

interview). Peneliti menggunakan pedoman wawancara

(interview guide) yang dibuat oleh peneliti untuk menggali

secara lengkap dan detail tentang persepsi perawat

mengenai perannya sebagai advoktor bagi pasien, yang

terdiri atas beberapa pertanyaan. Peneliti mencatat

hal-hal yang dianggap penting dan selama proses

wawancara dilakukan perekaman dengan menggunakan

recorder.

3.5.2. Alat pengumpulan data

Peneliti menggunakan dirinya sendiri dalam

mengumpulkan data yaitu dengan cara melakukan

indeep interview dengan menggunakan alat perekam

seperti recorder. Data yang dikumpulkan merupakan

sebuah deskripsi dari sebuah persepsi perawat mengenai

perannya sebagai advokator. Peneliti juga

(6)

melakukan wawancara. Sebelum melakukan wawancara,

peneliti menyiapkan pedoman wawancara sebagai acuan

dalam melakukan wawancara. Pedoman wawancara ini

memudahkan peneliti baik saat mengumpulkan data

ataupun saat melakukan observasi. Dalam hal ini, peneliti

harus bisa menyiapkan segala kemungkinan yang terjadi

pada saat penelitian berlangsung. Kreatifitas dan

kecakapan peneliti menjadi solusi saat peneliti menemui

kesulitan saat melakukan wawancara ataupun observasi.

Pedoman wawancara diambil dari tinjauan teori dan latar

belakang yang memperkuat pengambilan data peneliti.

3.6. Analisis Data

Analisa data merupakan proses berkelanjutan yang

membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis

catatan singkat sepanjang penelitian (Creswell, 2010).

Tahap pertama yaitu: melakukan pengumpulan data

dan membuat transkrip data dengan cara mendengarkan

berulang-ulang hasil rekaman yang kemudian menyusun hasil

wawancara dalam bentuk verbatim. Selanjutnya pada tahap

kedua peneliti membaca berulang kali transkrip data yang ada

(7)

signifikan dan memberikan garis bawah pada

pernyataan-pernyataan penting partisipan. Tahap ketiga adalah

menentukan kategori. Kategori merupakan proses yang rumit,

sehingga peneliti harus mampu mengelompokkan data yang

ada ke dalam suatu kategori. Selanjutnya kategori yang sudah

ada peneliti kelompokkan ke dalam sub tema, dimana sub

tema yang muncul peneliti kelompokkan lagi menjadi

tema-tema yang potensial. Tahap keempat adalah menulis laporan.

Dalam penulisan laporan, peneliti harus mampu menuliskan

setiap frasa, kata dan kalimat serta pengertian secara tepat

sehingga dapat mendeskripsikan data dan hasil analisa.

3.7. Keabsahan Data

Untuk uji keabsahan data merupakan upaya

pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan

memvalidasi kembali hasil temuan yang diperoleh peneliti.

Peneliti menggunakan teknik triangulasi yang diartikan sebagai

pengecekan data dengan berbagai cara, sumber dan waktu.

(Sugiyono, 2009). Yang sering digunakan adalah triangulasi

sumber. Untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian

kualitatif, terdapat 4 macam kriteria untuk memberikan validasi

dan reability terhadap data yang telah di dapat, yaitu :

credibility, dependability, confirmability, dan transferability.

(8)

a) Credibility (Derajat Kepercayaan)

Credibility seperti yang ditulis oleh Lincoln dan

Guba merupakan kriteria validasi yang primer. Dengan

credibility, data yang dikumpulkan akan divalidasi tentang

kebenaran yang bisa dipercaya dan diintepretasikan.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan credibility dengan

cara “member checking”, yaitu dengan mengembalikan

hasil penelitian untuk dimintakan klarifikasinya.

Berdasarkan hasil member checking yang

dilakukan peneliti mulai tanggal 3 Juli 2013 - 13 Juli 2013

hasil tema yang dideskripsikan dikembalikan ke partisipan,

peneliti memperoleh bahwa semua partisipan setuju

dengan enam tema yang peneliti dapatkan yaitu : (1)

Komunikasi menjadi hal utama dalam pelayanan

keperawatan, (2) Keterbatasan tenaga perawat menjadi

kelemahan dalam memberi pelayanan keperawatan, (3)

Dalam pemberian advokasi pada pasien dan keluarga

mengacu pada peraturan rumah sakit (4) Mengusahakan

memberi advokasi pada pasien, (5) Persetujuan adalah hal

pokok dalam pelaksanaan tindakan, (6) Kerja sama team

sangat membantu dalam peran advokasi. Hal ini

diungkapkan partisipan :

(9)

gak lepas dari profesi kita. Begitu juga dengan persetujuan tindakan, SOP-SOP yang dari rumah sakit itu harus kita patuhi juga, gak bisa kita langgar, karena itu aturan. Apapun kasus pasien di sini kita tetap usahakan memberi yang terbaik untuk mereka kok yah kalo tenaga perawat yang shift memang

terasa kurang kalo pasiennya banyak gitu“(P1).

“Tema-tema ini yah udah bagus mbak, yah menurut saya sesuai karena advokasi itu juga harus berkomunikasi yang baik, persetujuan tindakan itu juga penting, apalagi kerja sama kita yang shift itu harus karena kita gak bisa kerja sendiri-sendiri. Kalo kebutuhan pasien yah sama tenaga kerja yang

kita melangkah sendiri, harus sesuai gitu “(P2).

“Ya jelas saya setuju dengan pokok masalah yang mbak dapatkan ini, komunikasi itu dasar kita untuk berinteraksi dengan baik. Persetujuan tindakan itu juga gak bisa lepas dari profesi kita mbak, itu wajib kita berikan ke pasien. Menurut saya yah aturan yang ada itu harus kita taati juga, gak seenaknya kita kalo

melakukan tindakan” (P3).

“Menurut saya tema ini yah bisa masuk dalam advokasi, mungkin coba yang tema mengenai mengacu pada peraturan itu yah dek, kan beliau-beliau yang buat aturan juga kan mesti punya pertimbangan-pertimbangan yang banyak, jadi menurut saya pasti mereka juga sudah mempertimbangkan bagaimana advokasi itu bisa dilakukan dalam keperawatan. Itu ajah sih kalo dari saya dek. Nah kalo yang keterbatasan itu saya setuju tapi kita bisa kerja sama yang baik juga jadi bisa mengcover semua pasien yang ada”(P5).

(10)

sangat mempengaruhi juga kepuasan pasien kan, bisa memberikan pelayanan yang baik, kalo keterbatasan tenaga perawat itu juga kendala sih, tapi percuma kita disini minta untuk dikasikan

“Hasil-hasil tema yang kamu dapat kan ini saya rasa sudah bagus yah, sudah cocok kalo sama advokasi. Contohnya advokasi pada keluarga dan pasien yah misalnya tema yang ini persetujuan tindakan dan komunikasi itu penting loh buat keluarga dan pasien karena itu dasar buat kita dalam pelayanan keperawatan. Kalo tema-tema seperti kerja sama tim, keterbatasan tenaga, mengacu aturan-aturan yang ada itu adalah kewajiban penting buat kita yang perawat, jadi menurut saya ini sudah bagus. Sudah pas yah, kalo kita gak sesuai aturan kan ndak bisa, harus kita taatilah. Terus kalo mengusahakan advokasi itu juga bagus kok, ya karena kita mencoba memberikan yang terbaik dulu

gitu” (P7).

Untuk tema keterbatasan tenaga perawat menjadi

kelemahan dalam memberi pelayanan keperawatan

partisipan kedua dan kelima memberi tanggapan bahwa

keterbatasan dapat diatasi dengan kerjasama yang baik

dengan tim sehingga keterbatasan tidak menjadi

hambatan. Berdasarkan tanggapan kedua partisipan

tersebut, peneliti mengubah redaksional tema menjadi

(11)

b) Dependability (Kebergantungan)

Validasi yang kedua adalah dependability.

Dependability merupakan kriteria dalam penelitian kualitatif

yang digunakan untuk memantapkan data dari waktu ke

waktu dan pada berbagai kondisi. Salah satu pendekatan

dalam dependability yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini adalah inquiry audit. Inquiry audit adalah

peneliti membaca kembali data yang didapat dengan

cermat dan mencari data – data lain yang mendukung validasi data. Data – data lain yang mendukung peneliti ambil dari teori dan konsep sebelumnya.

c) Confirmability (Kepastian)

Confirmability merupakan keobjektifan atau

kenetralan data. Hal ini menyesuaikan antara dua atau

lebih intepretasi peneliti tentang keakuratan data, relevansi

data dan arti data. Confirmability pada penelitian ini adalah

para pembaca dapat menelusuri bagaimana peneliti

melakukan analisis data, dimulai dari membaca frase

bermakna sampai dengan penentuan kategori.

d) Transferability (Keteralihan)

Hasil penelitian ini dapat dilakukan oleh peneliti

selanjutnya di tempat yang berbeda tetapi dengan latar

belakang yang hampir sama dengan penelitian yang

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila tidak ada bobot pada faktor keamanan bertransaksi dan kualitas pelayanan sistem informasi perbankan maka kepuasan

Piaget menekankan bahwa abstraksi reflektif melibatkan dua fitur/ciri yang tidak dapat dipisahkan, yaitu pertama “reflechissement”, dalam pengertian suatu aktivitas

Pengertian Pedagang Eceran Obat menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Perizinan Sarana dan Bidang Kesehatan adalah Orang atau Badan Hukum yang

Spine mempunyai lekukan-lekukan yang normal ketika dilihat dari samping, namun tampak lurus ketika dilihat dari depan.Skoliosis dapat terjadi pada thoracal dan

mengelola kompensasi International Compensation  Pendahuluan  Minimal 80% dari pertanyaan yang diterapkan adalah ceramah Metode pengajaran yang 150 menit   Handout

Hasil perhitungan untuk hipotesis ketiga, menunjukkan nilai koefisien regresi untuk variabel ukuran perusahaan mempunyai hubungan negatif terhadap struktur modal sebesar -

Margin Ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di BEI sebelum dan sesudah diberlakukannya Undang-Undang Perpajakan Tahun 2008. Apakah terdapat perbedaan yang

Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen penilaian aljabar kelas VIII yang dikembangkan untuk jenis pilihan ganda mengacu pada standar TIMSS.. Mengetahui tingkat