3
II. TELAAH PUSTAKA
Penyebaran jamur L. edodes bermula dari dataran Cina, Jepang, Taiwan, Malaysia, Indonesia, sampai ke Papua Nugini (Chang dan Hayes, 1978). Jamur ini tumbuh secara alami pada pohon berdaun lebar yang sudah mati seperti Castanopsis cuspidata, Pasania spp., Quercuss spp. Tubuh buah L. edodes yaitu mempunyai tudung berbentuk payung, lebar tudung 5-25 cm, warna awalnya berwarna coklat tua sampai hitam, permukaannya kering, dan bersisik, bagian bawahnya terdapat lamella yang berwarna putih. Warna lamella yang berwarna putih berubah menjadi cokelat kemerahan jika mengalami luka memar, dan berubah secara bertahap menjadi kecokelatan dengan bertambahnya umur; sering kali memisah, sedikit menggergaji sampai bergerigi (Stamets, 2000).
Klasifikasi jamur Shiitake menurut Alexopoulos et al. (1996), adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes
Order : Agaricales
Family : Tricholomataceae
Genus : Lentinula
Species :Lentinula edodes
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel atau dapat didefinisikan sebagai penambahan massa atau komponen jumlah sel. Parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah adanya peningkatan jumlah sel, berat basah dan berat kering miselium (Stevenson, 1970). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan miselium jamur antara lain nutrien dan pH. Nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium jamur yaitu berupa sumber karbon (dekstrosa, glukosa, maltosa, sukrosa, fruktosa), sumber nitrogen (ekstrak yeast, ekstrak malt, pepton, tripton), vitamin (B1, B2, B5, B7) dan mineral (KH2PO4,
MgSO4, ZnSO4, MnSO4, CaSO4). Unsur karbon digunakan sebagai sumber energi,
unsur nitrogen diperlukan untuk sintesis protein, vitamin diperlukan sebagai katalisator sekaligus sebagai koenzim, dan unsur mineral meliputi unsur makro (C, H, O, N, S, K, P, Ca, Mg) dan unsur mikro (Cu, Zn, Mn, Cl, Mo) (Aryantha, 1998). Derajat keasaman (pH) optimum untuk pertumbuhan miselium antara 4 sampai 7
4
(Michael et al., 2001 dalam Aminuddin et al., 2013), sedangkan pH optimum L. edodes yaitu 4,4 sampai 7,5 (Gunawan, 2000). Menurut Fardiaz (1992), jamur yang diinokulasikan pada suatu medium mengalami beberapa fase pertumbuhan, yaitu fase lag (adaptasi), fase log (eksponensial), fase stasioner dan fase kematian.
Fase adaptasi merupakan fase awal jamur untuk menyesuaikan diri dengan medium dan kondisi lingkungannya. Fase tersebut belum terjadi pembelahan sel, hal tersebut disebabkan jamur belum mensintesis enzim yang ada, kemudian pada fase pertumbuhan, sel mulai mensintesis enzim yang ada sehingga terjadi pembelahan sel yang masih lambat, hal tersebut dikarenakan sel masih menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Fase eksponensial terjadi ketika inokulum mengalami pertumbuhan yang cepat sampai pertumbuhan yang lambat. Pertumbuhan yang lambat disebabkan berkurangnya nutrien didalam medium dan hasil metabolisme yang dapat menghambat pertumbuhan. Fase selanjutnya yaitu fase stasioner, fase ini jumlah sel yang dihasilkan dari pembelahan sama dengan jumlah sel mati, sehingga jumlah miselium menjadi konstan dan fase kematian terjadi penurunan jumlah miselium sampai mencapai jumlah tertentu. Menurut Crueger dan Crueger (1984), pertumbuhan mikroorganisme dalam menghasilkan senyawa metabolit sekunder terjadi pada fase stastioner, karena senyawa tersebut digunakan sebagai nutrien darurat untuk mempertahankan hidupnya. Medium adalah suatu substansi yang komposisinya terdiri atas nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan miselium.
Pemilihan medium yang sesuai sangat diperlukan untuk menumbuhkan miselium jamur. Medium yang dapat digunakan untuk menumbuhkan miselium meliputi medium padat dan cair. Medium yang banyak digunakan untuk menumbuhkan miselium adalah medium cair, hal tersebut karena penggunaan medium cair lebih menguntungkan dibandingkan dengan medium padat. Medium cair yang digunakan pada penelitian Ekowati et al. (2011), untuk menumbuhkan miselium L. edodes meliputi Kauffman medium (KM), Glucose-Yeast Extract-Malt Extract-Thiamin (GYMT), Yeast Extract-Malt Extract-Rice Bran (YEMR) dan menggunakan empat isolat yaitu LeM (Malang), LeC (Cianjur), LeL (Lembang), LeY (Yogyakarta). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa isolat Le Y memiliki pertumbuhan yang baik, dan mengandung golongan senyawa flavonoid, terpenoid dan alkaloid.
Medium YEMR merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan L. edodes
karena memiliki nutrien yang lengkap. Komposisinya terdiri atas ekstrak malt,
5
ekstrak yeast, bekatul dan CaSO4(Quimio, 1978). Ekowati et al. (2011), menyatakan
bahwa dengan penambahan mineral pada medium fermentasi cair, didapatkan hasil produksi metabolit bioaktif lebih tinggi dibandingkan tanpa ditambahkan unsur mineral. Menurut Manjunathan dan Kaviyarasan (2011) sumber nitrogen yang baik untuk mendukung sintesis senyawa bioaktif adalah ekstrak yeast. Medium fermentasi cair dengan penambahan nutrien akan menambah biomassa miselium jamur.
Hassegawa (2005) telah melakukan penelitian menggunakan tiga medium cair yaitu Malt Extract-Soybean Peptone (MP broth), Yeast Malt Extract-Peptone-Glucose (YMPG broth), dan Yeast Extract-CaSO4-Malt Extract (YEM
broth) yang diperkaya dengan bekatul untuk pertumbuhan miselium L. edodes
terhadap konten egosterol. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata biomassa miselium kering yang diperoleh pada medium YEM broth, YEMPG broth
dan MP broth terhadap kontenegosteroladalah sebesar 0,37 mg/g-1.
Aktivitas antibakteri yang terdapat di dalam filtrat kultur diketahui sebagai senyawa metabolit sekunder. Hasil penelitian Hassegawa (2005), berdasarkan identifikasi ekstrak filtrat kultur menggunakan etil asetat dan kloroform serta menggunakan teknik kromatografi lapis tipis (KLT), diketahui bahwa senyawa tersebut adalah metabolit sekunder dari golongan senyawa triterpenoid, flavonoid dan alkaloid. Kandungan metabolit sekunder yang sama di dalam jamur L. edodes
juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Ekowati et al. (2011), menggunakan jamur yang sama tetapi medium yang digunakan berbeda yaitu medium YEMR.
Hipotesis yang dapat diambil dari perumusan masalah tersebut adalah isolat Yogyakarta memiliki biomassa miselium kering paling tinggi pada medium YEMR.
Ekstrak kloroform dan etil asetat dari keempat isolat L. edodes mengandung golongan senyawa terpenoid, flavonoid dan alkaloid.