PROFI L KABUPATEN / KOTA
KOTA M ETRO
K O TA METRO
ADMINISTRASI
Profil Wilayah
Kota Metro berkembang menjadi kota transit bagi pendatang yang ingin menikamti keindahan alam dan kesejukan udara di sekitarnya. Lokasi Kota Metro yang dikelilingi gunung, rimba, laut, dan pantai (gurilap) memang strategis dijadikan tempat peristirahatan dan tujuan wisata.
Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA METRO
Kota Metro terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Metro Pusat, Metro Utara, metro Barat, Metro Timur, dan Metro Selatan seluas 68,74 km2 dengan jumlah penduduk keseluruhan sejumlah 118.448 jiwa.
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Metro, 2003
Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Metro Utara (19,64 km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Metro Barat (11,28 km2).
Pertanian merupakan salah satu potensi wilayah yang terdapat di Kota Metro. Pertanian tanaman pangan dan peternakan menjadi penyumbang kegiatan ekonomi pertanian, di samping perdagangan besar dan eceran. Laju pertumbuhan bidang pertanian untuk tahun 2002 negatif hampir 4 %, terutama karena pertumbuhan negatif pertanian tanaman pangan. Tanaman perkebunan, peternakan, dan perikanan justru tumbuh di atas 20 %.
Hingga saat ini terdapat 3.519 hektar sawah yang dipanen. Rata-rata produksinya mencapai 5 ton/Ha dengan total produksi mencapai 17,3 ribu ton. Selain itu, komoditas lain yang menonjol adalah jagung yang mencapai total produksi 5.000 ton lebih pada tahun 2002.
No. Kecamatan Luas (Km²)
1. Metro Pusat 11,39
2. Metro Utara 19,64
3. Metro Barat 11,28
4. Metro Timur 12,10
5. Metro Selatan 14,33
Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Metro mempunyai luas wilayah 68,74 km2 dengan batas-batas sebagai berikut :
Batas Utara : Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur
Batas Selatan : Kabupaten Lampung Timur
Batas Timur : Kabupaten Lampung Timur
Batas Barat : Kabupaten Lampung Tengah
Kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu Metro Pusat (3.719 jiwa/ km2), sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan terendah yaitu Kecamatan Metro Selatan (782 jiwa/ km2).
Bentang alam Kota Metro relatif datar (bergelombang lemah) melandai dari arah barat daya ke arah timur laut dengan ketinggian 25-60 meter dari permukaan laut (dpl). Di daerah aliran sungai umumnya lebar dan dangkal dengan dinding relatif landai. Pada dasar daerah lembah mengalir 4 sungai yaitu bagian utara sungai Way Bunut dan Way Raman, serta bagian selatan Way Sekampung dan Way Batanghari.
Kota Metro beriklim humid tropis dan kecepatan angin laut bertiup dari Samudera Indonesia dengan kecepatan rata-rata 70 km/hari atau 5,83 km/jam. Bulan November sampai dengan Maret angin bertiup dari arah barat laut, arah timur dan tenggara. Temperatur pada daerah dataran berkisar antara 27º-30º C dan suhu rata-rata berkisar 28º C. Kelembaban udara ± 80%-88% dan akan lebih rendah pada tempat-tempat yang lebih rendah. Musim hujan berkisar antara bulan September-Mei dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari sedangkan bulan kering terjadi pada bulan Juni-Agustus.
Pola penggunaan lahan pada wilayah Kota Metro didominasi oleh kawasan pertanian yang berupa persawahan dan ladang campuran/tegalan. Luas lahan wilayah Kota Metro terdiri dari pekarangan/perumahan (40,8%), sawah (43,9%) dan sisanya penggunaan lahan lainnya (15,3%).
PENDUDUK
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Tabel 2. JUMLAH PENDUDUK KOTA METRO
Jumlah penduduk terbanyak di Kota Banda Aceh terdapat di Kecamatan Metro Pusat, yaitu sejumlah 42.361 jiwa, sedangkan penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Metro Selatan, yaitu sebanyak 11.199 jiwa.
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Metro, 2003
No. Kecamatan Jumlah (jiwa)
Sebaran dan Kepadatan Penduduk
Tabel 3. SEBARAN DAN KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA METRO
Penduduk No. Kecamatan
Jumlah (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km²)
Total 118.448 1.723
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Metro, 2003
EKONOMI
Kondisi Perekonomian Daerah
Dari data tahun 2001, kontribusi yang cukup signifikan membangun perekonomian Kota Metro yaitu sektor jasa-jasa (24,86%), kemudian diikuti oleh sektor pertanian (22,57%), dan sektor perdagangan, hotel, listrik, gas, dan air bersih, industri
pengolahan, keuangan, pengangkutan dan komunikasi.
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Metro, 2003
DISTRIBUSI PERSENTASE KEGIATAN EKONOMI KOTA METRO TAHUN 2002
Keuangan Daerah
Tabel 4. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA METRO TAHUN 2003
PENDAPATAN JUMLAH (Rp)
1. Bagian Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu 40.733.296.370
2. Bagian Pendapatan Asli Daerah 9.871.026.525
3. Bagian Dana Perimbangan 154.749.487.666
4. Bagian Pinjaman Daerah -
5. Bagian Lain-lain Penerimaan yang Sah -
TOTAL 205.353.810.561 PENGELUARAN
1. Belanja Rutin 124.756.646.088
2. Belanja Pembangunan 80.597.164.473
TOTAL 205.353.810.561
Sumber: Pemerintah Kota Metro, 2003
FASILITAS UMUM DAN SOSIAL
Fasilitas Pendidikan
Dalam meningkatkan peningkatan kualitas SDM, pemerintah kota melaksanakan apa yang disebut penataan ulang SD. Dari jumlah SD 177 sekolah diharapkan pada tahun 2003 menjadi 121 sekolah yang merupakan jumlah ideal dibandingkan dengan jumlah murid di Kota Metro. Beberapa SD yang tidak efektif, misalnya karena kekurangan guru atau murid, akan dialihkan ke sekolah lain atau dijadikan satu sekolah binaan dengan sistem manajemen berbasis sekolah.
Kota Metro juga memiliki sarana pendidikan yang memadai, terutama untuk pendidikan dasar dan menengah, dengan 177 SD, 46 SLTP, dan 41 SLTA. Sayangnya, pendidikan tinggi yang ada secara kualitas dan kuantitas belum memadai untuk menampung lulusan SLTA. Siswa yang ingin menempuh pendidikan tinggi harus melanjutkan ke perguruan tinggi di Bandung, Bogor, dan Jakarta. Dengan potensi sekitar 5.000 lulusan SLTA dari Kota Metro dan 12.000 lainnya dari kabupaten, perguruan tinggi berkualitas sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN
Komponen Air Bersih
Pada umumnya masyarakat Metro dalam pemenuhan kebutuhan air bersih masih bersumber pada sumur dangkal, sumur pompa biasa, dan pompa listrik. Sumur tersebut biasanya berada di sekitar tempat tinggal. Tetapi bagi penduduk yang tinggal di pusat kota yaitu Kota Metro, kebutuhan air bersih untuk penduduk telah dipenuhi oleh PDAM Way Irang dimana proporsi pemenuhan kebutuhan air bersih adalah 75% oleh PDAM dan 25% oleh masyarakat dengan memanfaatkan mata air, pembuatan sumur bor, sumur gali, dan memanfaatkan air sungai.
Kebutuhan air untuk keperluan domestik pada tahun 2001 mencapai 5,38 l/dt sedangkan untuk kebutuhan non domestik sebesar 19,38 l/dt, sehingga jika dibandingkan dengan kapasitas produksi yang dihasilkan jumlah tersebut sudah tidak memadai. Di samping itu, tingkat kebocoran yang terjadi masih relatif besar yaitu sekitar 48% dengan tingkat pelayanan air bersih pada tahun 2001 sebesar 29% dari jumlah penduduk Kota Metro.
Tabel 5. DATA PENGELOLAAN AIR BERSIH DI KOTA METRO NO. URAIAN SATUAN BESARAN I. Pelayanan Penduduk
1. Jumlah penduduk Jiwa 118.448
III. Data Produksi
1. Kapasitas produksi Lt/dt 50
2. Kapasitas desain Lt/dt -
3. Kapasitas pasang Lt/dt -
4. Produksi aktual m3/th -
IV. Data Distribusi
1. Sistem distribusi : -
2. Kapasitas distribusi Lt/dt - 3. Asumsi kebutuhan air Lt//hr 13.063.200
4. Ratio kebutuhan % -
Dengan asumsi kebocoran yang diperbolehkan untuk Kota Sedang sebesar 15%, dan kebutuhan ideal adalah 100 liter/orang/hari, maka kebutuhan air bersih untuk Kota Metro disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6. DATA KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KOTA METRO Kapasitas Produksi
118.448 50 4.320.000 100 11.844.800 7.524.800
Sumber : analisis
Tabel 7. DATA PELAYANAN AIR BERSIH DI KOTA METRO
NO. URAIAN SATUAN BESARAN I. Pelayanan Penduduk
1. Jumlah penduduk Jiwa 118.448
III. Data Konsumen
1. Jumlah sambungan rumah Unit 4.716
12. Jumlah jiwa/sambungan rumah Jiwa/SR - 13. Jumlah jiwa/hidran umum Jiwa/unit -
14. Tingkat pelayanan umum % -
IV. Data Administrasi
1. Keuangan Rp -
Jumlah smabungan rumah di kota ini sebanyak 4.716 unit. Jika diasumsikan setiap 1 SR melayani penduduk 6 jiwa (luar Pulau Jawa), maka cakupan penduduk yang terlayani sejumlah 28.296 jiwa. Adanya perbedaaan jumlah antara hasil perhitungan dan data yang ada (yaitu sejumlah 34.350 jiwa), maka diperkirakan 1 unit SR tidak melayani 6 orang.
Komponen Persampahan
Tabel 8. DATA PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA METRO
NO. URAIAN SATUAN BESARAN I. Data Pengumpulan Sampah
1. Nama pengelola : DKP Kota Metro 2. Sistem : integrated system
3. Jumlah penduduk Jiwa 118.448
Lt//hr 355.344 4. Asumsi produksi sampah
m3/hr 355,34
III. Data Peralatan TPA
1. Bulldozer Unit -
2. Back hoe Unit -
3. Loader Unit -
4. Shovel Unit -
5. Water tank Unit -
Sumber : kompilasi data
Dengan asumsi timbulan sampah untuk kota sedang sebesar 3 liter/orang/hari, maka kebutuhan komponen persampahan Kota Metro disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 9. KEBUTUHAN KOMPONEN SAMPAH KOTA METRO
Jumlah
Sesuai dengan standar kota sedang, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3 liter/orang/hari, Kota Metro dengan jumlah penduduk 118.448 jiwa, menghasilkan 355,34 m3/hr timbulan sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk dikalikan 3/1000 (m3/hr). Namun Kota Metro baru dapat mengelola sebanyak 258,77 m3/hr. Sehingga banyaknya sampah yang belum terlayani adalah 96,57 m3/hr.
Komponen Sanitasi / Limbah Cair
Prasarana sanitasi yang digunakan penduudk Kota Metro pada umumnya adalah jamban keluarga, WC cubluk, WC Umum, dengan menggunakan tangki septik. Prasarana sanitasi perkotaan yang tersedia saat ini terdiri atas 1 unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang berlokasi di Karang Rejo dan dibangun pada tahun anggaran 1994/1995, namun saat ini kondisinya tidak terawat dan belum berfungsi secara optimal. Di samping IPLT, Kota Metro juga baru memiliki 1 unit mobil sedot tinja, dimana hal ini dirasakan kurang memadai dilihat dari tingkat perkembangan kota serta jumlah penduduk yang harus terlayani setiap tahunnya.
Untuk produksi limbah, setiap manusia diasumsikan memproduksi limbah cair sejumlah 0,2 lt/org/hr. Angka ini merupakan kebutuhan ideal dari setiap penduduk pada kelas kota sedang. Sehingga didapatkan asumsi produksi limbah di Kota Metro ini sejumlah 23.690 lt/hr dari hasil perhitungan kebutuhan ideal produksi limbah setiap manusia dikalikan dengan jumlah penduduk Kota Metro.
Komponen Drainase
Saluran drainase di Kota Metro umumnya mengikuti jalan dengan kondisi cukup baik dimana sebagian besar sudah menggunakan pasangan batu. Selain itu, Kota Metro juga dilintasi oleh dua buah sungai yaitu Way Bunut (3.600 m) dan Way Batang Hari (8.100 m).
Namun, terdapat beberapa bagian saluran yang tersumbat atau mengalami pendangkalan, sehingga mengakibatkan genangan air, seperti yang terjadi di sekitar drainase primer di daerah Kampus 15A, Kelurahan Banjar Agung, Desa Purwodadi, Kelurahan Hadimulyo, dan Kelurahan Purwosari dengan luas daerah potensial genangan 6,06 Ha.
Komponen Jalan
Pola jaringan jalan Kota Metro mengikuti bentuk kota, dimana jalan utama kota terdiri atas jalan yang berpola radial, sedangkan di daerah pinggiran berpola grid. Pada daerah pinggiran kota juga telah dibangun jalan lingkar yang menghubungkan Jl. Jend. Sudirman dengan Kota Metro – Bandar lampung, sedangkan Jl. Sudirman ke arah timur menghubungkan Kota Metro – Pekalongan, Jl. Ahmad Yani menghubungkan Kota Metro – Batang Hari, dan Jl. Imam Bonjol menghubungkan Kota Metro – Punggur.
Status jalan di Kota Metro terdiri dari jalan negara, jalan propinsi, dan jalan kabupaten, dimana ketiga jalan tersebut sudah merupakan bagian dalam sistem transportasi perkotaan di Kota Metro. Saat ini terdapat indikasi terjadinya kepadatan lalu lintas di Jl. Sudirman menuju ke pusat kota dan daerah pusat kota sebagai konsekuensi dari pola jalan radial, dimana arus lalu lintas regional dari dan ke Kota Metro harus melalui pusat kota.