• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Kemiskinan Daerah Istimewa Yogyakarta Maret 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Profil Kemiskinan Daerah Istimewa Yogyakarta Maret 2017"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN

 Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2017 sebesar Rp 374.009,- per kapita per bulan. Sementara garis kemiskinan pada Maret 2016 sebesar Rp 354.084,- per kapita per bulan, atau garis kemiskinan mengalami kenaikan sekitar 5,63 persen. Bila dibandingkan kondisi September 2016 yang sebesar Rp 360.169,- per kapita per bulan maka dalam kurun satu semester terjadi kenaikan sebesar 3,84 persen.

 Peran komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2017, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 71,52 persen.

 Jumlah penduduk miskin, yaitu penduduk yang konsumsinya berada di bawah garis kemiskinan, pada Maret 2017 di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 488,53 ribu orang. Bila dibandingkan dengan keadaan Maret 2016 yang jumlah penduduk miskinnya mencapai 494,94 ribu orang, maka selama satu tahun terjadi penurunan sebesar 6,41 ribu jiwa.

 Tingkat kemiskinan yaitu persentase penduduk miskin dari seluruh penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2017 sebesar 13,02 persen. Apabila dibandingkan dengan keadaan September 2016 yang besarnya 13,10 persen berarti ada penurunan sebesar 0,08 poin selama setengah tahun.

Sedangkan bila dibandingkan dengan kondisi Maret 2016 dengan persentase penduduk miskin sebesar 13,34 persen, terjadi penurunan sebesar 0,32 poin.

 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada periode Maret 2016 - Maret 2017 mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin menyempit.

No. 39/07/34/Th.XIX, 17 Juli 2017

Profil Kemiskinan Daerah Istimewa Yogyakarta Maret 2017

1. Garis Kemiskinan Maret 2016 - Maret 2017

Secara umum kemiskinan didefinisikan sebagai suatu kondisi kehidupan dimana terdapat sejumlah penduduk tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok (basic needs) minimum dan mereka hidup di bawah tingkat kebutuhan minimum

BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(2)

2 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XIX, 17 Juli 2017 tersebut (Todaro dan Smith, 2007). Konsep yang dipakai BPS dalam mengukur kemiskinan juga berdasarkan kebutuhan dasar (basic needs approach). Nilai kebutuhan dasar minimum digambarkan dengan garis kemiskinan (GK), yaitu batas minimum pengeluaran per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan non makanan, yang memisahkan seseorang tergolong miskin atau tidak.

Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2017 adalah Rp 374.009,- per kapita per bulan. Jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2016 yang garis kemiskinannya sebesar Rp 354.084,- per kapita per bulan, terjadi kenaikan sebesar 5,63 persen dan jika dibandingkan dengan kondisi September 2016 yang besarnya Rp 360.169,- per kapita per bulan, maka tampak adanya kenaikan garis kemiskinan sebesar 3,84 persen. Terjadinya peningkatan garis kemiskinan ini sejalan dengan terjadinya inflasi Maret 2016 ke Maret 2017 yang sebesar 3,40 persen, serta inflasi September 2016 - Maret 2017 sebesar 2,27 persen.

Tabel 1.

Garis Kemiskinan menurut Tipe Daerah Maret 2016 – Maret 2017

Daerah/Tahun

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Makanan Bukan Makanan Total

Perkotaan

Maret 2016 Sept 2016 Maret 2017

254 284 257 677 270 924

110 502 112 832 114 383

364 786 370 510 385 308 Perdesaan

Maret 2016 Sept 2016 Maret 2017

246 960 250 244 260 249

84 348 86 986 87 813

331 308 337 230 348 061 Kota+Desa

Maret 2016 Sept 2016 Maret 2017

252 284 255 304 267 501

101 800 104 865 106 508

354 084 360 169 374 009 Sumber: BPS, Susenas Maret 2016, September 2016, Maret 2017

Bila dilihat komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2016 sumbangan GKM terhadap GK sebesar 71,25 persen dan 71,52 persen pada Maret 2017.

Pada Maret 2017 garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp 385.308,- per kapita per bulan, mengalami kenaikan 5,63 persen dibanding keadaan Maret 2016 yang sebesar Rp 364.786,- per kapita per bulan. Garis kemiskinan di daerah perdesaan pada Maret 2017 sebesar Rp 348.061,- per kapita per bulan, mengalami kenaikan 5,06 persen dibanding keadaan Maret 2016 yang mencapai Rp 331.308,- per kapita per bulan.

(3)

Berdasarkan komoditas makanan, terdapat lima komoditas yang secara persentase memberikan kontribusi yang cukup besar pada garis kemiskinan makanan di perkotaan yaitu beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, dan gula pasir. Lima komoditi makanan yang berpengaruh cukup besar terhadap garis kemiskinan di perdesaan adalah beras, daging ayam ras, rokok kretek filter, telur ayam ras, dan gula pasir.

Komoditi non makanan yang memberikan sumbangan besar pada garis kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan yaitu perumahan, bensin, dan listrik. Komoditi lainnya yang termasuk dalam posisi lima terbesar di perkotaan adalah pendidikan dan kesehatan, sedangkan di perdesaan adalah kesehatan dan pendidikan.

Tabel 2.

Lima Kontribusi Terbesar Garis Kemiskinan menurut Tipe Daerah Maret 2017 (Persen)

Jenis Komoditi Perkotaan Jenis Komoditi Perdesaan

Makanan

Beras 27,31 Beras 33,08

Rokok kretek filter 12,06 Daging ayam ras 6,88

Daging ayam ras 6,99 Rokok kretek filter 6,33

Telur ayam ras 6,97 Telur ayam ras 5,30

Gula pasir 5,30 Gula pasir 4,55

Non Makanan

Perumahan 27,62 Perumahan 24,37

Bensin 25,65 Bensin 21,65

Listrik 9,67 Listrik 6,11

Pendidikan 7,26 Kesehatan 6,02

Kesehatan 3,88 Pendidikan 5,96

Sumber: BPS, Susenas Maret 2017

2. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta

Jumlah penduduk miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode September 2011 - Maret 2017 mengalami fluktuasi. Pada periode September 2011 - Maret 2012 mengalami kenaikan dan turun kembali sampai periode September 2013. Jumlah penduduk miskin pada September 2011 sebesar 568,05 ribu, dan pada bulan Maret 2012 jumlah penduduk miskin naik menjadi 568,35 ribu.

Sementara pada periode September 2012 - Maret 2017 mengalami fluktuasi. Perkembangan jumlah penduduk miskin seperti terlihat pada Gambar 1.

(4)

4 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XIX, 17 Juli 2017 Gambar 1.

Jumlah Penduduk Miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta September 2011 - Maret 2017 (dalam ribuan orang)

Sept 2011

Maret 2012

Sept 2012

Maret 2013

Sept 2013

Maret 2014

Sept 2014

Maret 2015

Sept 2015

Maret 2016

Sept 2016

Maret 2017 568,05 568,35 565,73

553,07

541,95 544,87

532,59

550,23

485,56

494,94

488,83 488,53

Sumber: BPS, Susenas September 2011 – Maret 2017

Penduduk miskin tersebar di perkotaan (63,26 persen) maupun perdesaan (36,74 persen).

Jumlah penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2017 sebanyak 309,03 ribu orang, berkurang 11,32 ribu orang bila dibandingkan keadaan Maret 2016 yang mencapai 297,71 ribu orang. Jumlah penduduk miskin di perdesaan pada Maret 2017 sebanyak 179,51 ribu orang, mengalami penurunan sekitar 17,72 ribu dari keadaan Maret 2016 yang jumlahnya mencapai 197,23 ribu orang (Tabel 3).

(5)

Tabel 3.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Tipe Daerah, Maret 2016 - Maret 2017

Daerah/Tahun Jumlah penduduk miskin (000)

Persentase penduduk miskin

Perkotaan

Maret 2016 September 2016 Maret 2017

297,71 301,25 309,03

11,79 11,68 11,72 Perdesaan

Maret 2016 September 2016 Maret 2017

197,23 187,58 179,51

16,63 16,27 16,11 Kota+Desa

Maret 2016 September 2016 Maret 2017

494,94 488,83 488,53

13,34 13,10 13,02

Sumber: BPS, Susenas Maret 2016, September 2016, dan Maret 2017

3. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode September 2011 - Maret 2017 cenderung mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin pada September 2011 sebesar 16,14 persen, turun menjadi 13,02 persen pada Maret 2017. Perkembangan tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta selengkapnya seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2.

Persentase Penduduk Miskin

di Daerah Istimewa Yogyakarta September 2011 – Maret 2017

16,14 16,05 15,88 15,43

15,03 15,00 14,55

14,91

13,16 13,34

13,10 13,02

12 13 14 15 16 17

Sept 2011

Maret 2012

Sept 2012

Maret 2013

Sept 2013

Mar 2014

Sept 2014

Maret 2015

Sept 2015

Maret 2016

Sept 2016

Maret 2017

(6)

6 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 39/07/34/Th.XIX, 17 Juli 2017 Tingkat kemiskinan di perkotaan lebih kecil daripada di perdesaan. Persentase penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2017 sebesar 11,72 persen mengalami penurunan 0,07 poin jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2016 yang besarnya mencapai 11,79 persen. Persentase penduduk miskin di perdesaan pada Maret 2017 sebesar 16,11 persen, mengalami penurunan 0,52 poin jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2016 yang mencapai 16,63 persen.

4. Kualitas Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Persoalan kemiskinan bukan hanya berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman/poverty gap index dan tingkat keparahan/poverty severity index dari kemiskinan. Artinya, selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan berkaitan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan tingkat keparahan kemiskinan itu.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada periode Maret 2016 - Maret 2017 sedikit mengalami penurunan. Indeks kedalaman kemiskinan turun dari 2,30 pada Maret 2016 menjadi 2,19 pada Maret 2017. Demikian pula Indeks keparahan kemiskinan turun dari 0,59 menjadi 0,55 pada periode yang sama (Tabel 4). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin menyempit.

Tabel 4.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Daerah, Maret 2016- Maret 2017

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) pada Maret 2017 di perdesaan lebih tinggi dari pada perkotaan, sedang Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada Maret 2017 di perdesaan lebih rendah dari pada perkotaan. Pada bulan Maret 2017 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perdesaan mencapai 2,29 sementara di perkotaan mencapai 2,15. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di perdesaan 0,47 sementara di perkotaan mencapai 0,58. Ini berarti rata-rata pengeluaran konsumsi penduduk miskin terhadap garis kemiskinan di perdesaan lebih besar dibandingkan di perkotaan.

Sementara itu kesenjangan pengeluaran konsumsi antar penduduk miskin di perdesaan lebih sempit dibandingkan dengan di perkotaan.

Tahun Kota Desa Kota + Desa

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2016

September 2016 Maret 2017

1,78 1,26 2,15

3,41 2,83 2,29

2,30 1,75 2,19 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2016 September 2016 Maret 2017

0,38 0,22 0,58

1,05 0,67 0,47

0,59 0,36 0,55

Sumber: BPS, Susenas Maret 2016, September 2016 dan Maret 2017

Referensi

Dokumen terkait

jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan berakhir, atau Grup mentransfer aset keuangan dan secara substansial mentransfer seluruh risiko

Etnobotani adalah penelitian ilmiah murni yang mengunakan pengalaman pengetahuan tradisional dalam memajukan dan improvisasi kualitas hidup, tidak hanya bagi manusia tetapi

Untuk mendapatkan minimum attractive rate of return (MARR), yang digunakan sebagai acuan untuk menetapkan apakah suatu investasi jalan tol layak atau tidak layak

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, bimbingan dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jawa Barat September 2016 5 Jika dilihat dari persentase, penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan turun sebesar 0,08 persen (11,80

PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN DI RIAU, MARET 2012 – MARET 2017 Jumlah penduduk miskin di Riau pada periode Maret 2012- Maret 2017 menunjukkan kecenderungan meningkat,

Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2013 sebesar17,62 persen, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan keadaan September 2012 yang

Tingginya persentase penduduk miskin selama periode 2010-2015 di Daerah Istimewa Yogyakarta dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya rendahnya produk domestik