• Tidak ada hasil yang ditemukan

2015 3217 ped Pedoman Pencacahan VIOT 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "2015 3217 ped Pedoman Pencacahan VIOT 2015"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Sub Direktorat Statistik Pariwisata

Badan Pusat Statistik

PEDOMAN PENCACAHAN

(2)

KATA PENGANTAR

Buku Pedoman Pencacahan Survey Inbound Outbound Tourism (VIOT) ini disusun

sebagai petunjuk dan pedoman bagi petugas pencacah dan pengawas dalam melakukan

pengisian Daftar VIOT, yang disalin dari dokumen resmi Kantor Imigrasi setempat. Buku ini

merupakan perbaikan dari buku yang ada sebelumnya karena adanya perkembangan kebijakan

maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan pencatatan lalu lintas orang antar negara.

Buku ini memuat berbagai hal yang harus dipahami petugas pencacah, terutama berkaitan

dengan tata tertib, tata cara pencacahan di lapangan serta konsep dan definisi yang diperlukan

dalam pengisian Daftar VIOT.

Mengingat kualitas data sangat ditentukan oleh keberhasilan pencacahan di lapangan,

maka kepada para petugas pencacah diinstruksikan untuk dapat memahami dan mengikuti

petunjuk yang telah ditetapkan dalam buku ini. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan

pencacahan Inbound Outbound Tourism dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan

rencana, sasaran dan jadwal yang telah ditetapkan.

(3)

Pedoman Pencacahan VIOT iii

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ………. i

DAFTAR ISI ……….…. iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Tujuan ……… 3

1.3. Jadwal Kegiatan ……….. 4

BAB II RUANG LINGKUP 2.1. Cakupan Survey ……… 5

2.2. Tugas Pencacah ……… 6

BAB III METODOLOGI 3.1. Metode Pengumpulan Data ………. 7

3.2. Tata Cara Pelaporan ………. 8

3.3. Arus Pelaporan ………. 9

3.4. Organisasi Lapangan ………. 10

BAB IV KONSEP DAN DEFINISI 4.1. Wisatawan Mancanegara ………. 11

4.2. Jenis Paspor ………. 12

4.3. Jenis Visa ………. 14

4.4. Penghitungan Wisatawan Mancanegara ……… 19

BAB V CARA PENGISIAN DAFTAR VIOT 5.1. Tata Tertib Pengisian Daftar ……….. 22

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan pariwisata Indonesia dalam dua tahun terakhir berkembang cukup pesat.

Hal ini sangat menggembirakan baik bagi pemerintah maupun pihak swasta selaku pelaku di

bidang pariwisata seperti pihak hotel, penyedia taman rekreasi dan sebagainya. Dari sisi

permintaan, tidak saja wisatawan dari luar negeri yang meningkat jumlahnya tetapi juga

wisatawan domestik atau nusantara yang semakin banyak melakukan perjalanan. Memang

telah disadari bahwa pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia,

baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun sebagai pencipta lapangan kerja

serta kesempatan berusaha. Sudah diakui pula bahwa industri pariwisata merupakan salah

satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di

dunia saat ini. Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pengembangan pariwisata akan

terus dilanjutkan dan ditingkatkan melalui perluasan dan pemanfaatan sumber serta potensi

pariwisata nasional sehingga menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diharapkan untuk

meningkatkan penerimaan devisa. Namun demikian dalam pengembangan pariwisata

nasional, pandangan hidup dan kualitas lingkungan harus tetap dijaga.

Bertambahnya jumlah pengunjung dari mancanegara ke Indonesia menandai

semakin diminatinya Indonesia sebagai negara tujuan wisata. Dengan adanya kunjungan

wisatawan mancanegara, maka akan tercipta konsumsi wisatawan di dalam negeri. Konsumsi

atau belanja wisatawan tersebut menjadi faktor pendorong bagi pengembangan sarana dan

prasarana pariwisata yang pada akhirnya menuju pada perkembangan pariwisata itu sendiri

dan dampaknya pada perekonomian nasional. Seperti diketahui bahwa pariwisata merupakan

(5)

Pedoman Pencacahan VIOT

2

secara nyata dalam bentuk nominal langsung, namun nilai ekonomi tersebut langsung

berhubungan dengan para pelaku pariwisata itu sendiri. Sebagai contoh, seorang wisatawan

membeli sebuah cendera mata, maka yang akan menikmati rantai dari pembelian tersebut

adalah penjual, pembuat cendera mata, distributor dan bahkan pembuat bahan baku cendera

mata tersebut yang dalam kegiatan ekonomi dikelompokkan dalam industri. Dengan demikian

pariwisata bukan merupakan suatu sektor tersendiri, tapi ia menyebar ke berbagai sektor.

Dengan meningkatnya jumlah konsumsi wisatawan, tentu akan semakin besar dampak

ekonomi yang dinikmati, dan semakin banyak sektor yang terkait.

Pariwisata sebagai salah satu “komoditi ekspor” yang tidak bisa dilihat, terus

meningkat peranannya dalam perekonomian di Indonesia. Dalam usaha mengembangkan

pariwisata internasional, sangat diperlukan tahapan dalam rangka meningkatkan jumlah

kedatangan wisatawan mancanegara, yang dapat dilakukan dengan meningkatkan kegiatan

pemasaran dan perbaikan dari berbagai fasilitas dan pelayanan yang diperlukan wisatawan,

seperti pelayanan imigrasi, fasilitas angkutan, perbankan, akomodasi, restoran, biro

perjalanan, dan sebagainya.

Untuk melaksanakan hal-hal sebagaimana tersebut, tersedianya data statistik jumlah

wisatawan mancanegara menurut kebangsaan sangat diperlukan. Dari sisi pendapatan

negara, konsumsi wisman merupakan salah satu sumber devisa yang cukup diandalkan,

yaitu salah satu sarana untuk menghitung jumlah penerimaan devisa dari sektor pariwisata

internasional (inbound dan outbound tourism) yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam menetapkan langkah-langkah kebijaksanaan dan pengaturan lebih

lanjut. Di samping itu data mengenai penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri tidak

kalah pentingnya dengan data tamu mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Sedangkan

sumber data mengenai lalu lintas orang antar negara pada umumnya dan jumlah wisatawan

(6)

pada khususnya hanya dapat diperoleh dari Direktorat Jenderal Imigrasi sesuai dengan

Undang-Undang nomor 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian.

Sehingga dengan tersedianya data penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri

serta kunjungan tamu mancanegara dapat digunakan sebagai sarana untuk menghitung

neraca perjalanan yang merupakan salah satu komponen neraca jasa-jasa dalam neraca

pembayaran (balance of payment) di Indonesia.

Tersedianya data jumlah wisman yang tepat dan akurat setiap bulannya serta data

penduduk Indonesia yang ke luar negeri, akan sangat membantu dalam membuat rencana

yang terarah untuk meningkatkan usaha promosi pariwisata. Untuk itu pengumpulan data

tersebut sangat mutlak diperlukan baik oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta sebagai

pelaku ataupun penyedia sarana pariwisata bagi kepentingan wisatawan.

1.2. Tujuan

Tujuan dari buku pedoman ini adalah untuk:

1. Menyamakan persepsi tentang konsep dan definisi dari tamu asing atau selanjutnya

disebut wisatawan mancanegara (wisman).

2. Mendapatkan data jumlah wisman dari setiap UPT yang tepat waktu dan akurat

3. Mendapatkan data jumlah penduduk Indonesia yang pergi keluar negeri setiap bulannya.

4. Mendapatkan jumlah warga negara asing yang berdiam sementara atau berdiam tetap

setiap bulannya.

(7)

Pedoman Pencacahan VIOT

4

1.3. Jadwal Kegiatan

Kegiatan Waktu

1. Pencetakan dokumen September

2. Pengiriman dokumen ke daerah November

3. Pengumpulan data setiap bulannya Tanggal 6 s/d 11

4. Pengiriman fax/E-mail ke BPS Pusat Paling lambat tanggal 15 setiap

bulan

5. Pengiriman daftar VIOT dari BPS Kab/Kodya ke BPS Propinsi

Paling lambat diterima BPS Prop. tanggal 13

6. Pengiriman daftar VIOT dari BPS Prop ke BPS Pusat

(8)

BAB II

RUANG LINGKUP

2.1. Cakupan Survey

Survei kunjungan wisman atau survei "Inbound-Outbound" Tourism dilaksanakan di

seluruh wilayah Indonesia. Pengumpulan data dilakukan di 103 Unit Pelaksana Teknis (UPT)

di jajaran Direktorat Jenderal Imigrasi baik yang membawahi Tempat Pemeriksaan Imigrasi

(TPI) maupun tidak. Jumlah UPT Imigrasi dan TPI dari masing-masing propinsi seperti terlihat

dalam tabel 1. berikut. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel Lampiran 2.

Tabel 1. Jumlah UPT Imigrasi dan TPI menurut propinsi

(9)

Pedoman Pencacahan VIOT

6

2.2. Tugas Pencacah

a. Melakukan pencacahan setiap UPT/TPI Imigrasi yang menjadi wilayah tugasnya dengan

menggunakan kuesioner VIOT

b. Mengikuti pertemuan dengan Pengawas Kabupaten/Kota atau KSK untuk membahas

berbagai temuan/masalah yang ditemukan di lapangan dan cara mengatasinya

c. Melakukan kunjungan ulang terhadap responden dalam hal ini Kantor Imigrasi setempat

yang bermasalah disertai Pengawas.

d. Menyerahkan seluruh kuesioner hasil pencacahan kepada Pengawas.

(10)

BAB III

METODOLOGI

3.1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dari survei ini adalah dengan cara menyalin dari daftar

laporan statistik bulanan yang dibuat oleh setiap UPT Imigrasi untuk dilaporkan ke Kanwil

Imigrasi dengan tembusan ke Ditjen Imigrasi. Laporan ke Kanwil tersebut mulai dikirim oleh

masing-masing UPT Imigrasi setiap tanggal 5 bulan berikutnya dan paling lambat

pengirimannya tanggal 10.

Dari 30 macam jenis laporan tersebut dalam survei ini sumber data sebagian besar

disalin hanya dari 8 (delapan) jenis daftar yaitu:

a. STIND-1 yaitu Laporan Statistik Bulanan tentang lalu lintas WNI

b. STAPS-2 yaitu Laporan Statistik Bulanan tentang lalu lintas WNA pengunjung singkat

dengan visa dan tanpa visa

c. STATAS-2 yaitu Laporan Statistik Bulanan tentang Lalu Lintas WNA tinggal terbatas

bagian kedatangan

d. STATAS-3 yaitu Laporan Statistik Bulanan tentang lalu lintas WNA Tinggal Terbatas

bagian Keberangkatan

e. STATAP-3 yaitu Laporan Statistik Bulanan tentang lalu lintas WNA Tinggal Tetap bagian

Keberangkatan

f. SK-I/ITAS yaitu Laporan Statistik Bulanan tentang jumlah orang asing IjinTinggal

Terbatas menurut kebangsaan

g. SK-1/ITAP yaitu Laporan Statistik Bulanan Tentang Orang Asing Ijin Tinggal Tetap

menurut kebangsaan

(11)

Pedoman Pencacahan VIOT

8

3.2. Tata cara pelaporan

Karena setiap tanggal 5 bulan berikutnya setiap UPT Imigrasi sudah harus

melaporkan ke Kanwil Imigrasi setempat, maka petugas dari Kantor Statistik sudah bisa

melakukan kerjasama pengumpulan data setelah tanggal 5. Cara pelaporan hasil

pengumpulan data oleh Kantor Statistik dilakukan dengan 2 cara:

a. Laporan cepat melalui Fax/E-mail

Data yang dilaporkan hanya jumlahnya saja yang disalin dari daftar VIOT untuk

masing-masing UPT Imigrasi. Bentuk pelaporan seperti dalam lampiran 1 dirinci menurut:

1) Statistik Kedatangan

a) WNI dirinci menurut jenis papor yang disalin dari Blok III.A

b) WNA dirinci menurut jenis visa dan jenis ijin memasuki wilayah Indonesia yang

disalin dari Blok IV.A dan IV.B.

c) Crew dipisahkan menurut WNI dan WNA yang disalin dari Blok III.A

2) Statistik Keberangkatan

a) WNI dirinci menurut jenis paspor yang disalin dari Blok III.A.

b) WNA Tinggal Terbatas dirinci menurut ijin keberangkatan yang disalin dari Blok V.A

c) WNA Tinggal Tetap dirinci menurut ijin keberangkatan yang disalin dari Blok V.B

3) Kedatangan wisman menurut jenis visa dan kebangsaan

a) Kedatangan warga negara asing pengunjung singkat dengan Visa Kunjungan dan

Visa Tinggal Terbatas dirinci menurut kebangsaan. Disalin dari Blok IV.A

b) Kedatangan warga negara asing pengunjung singkat tanpa visa dirinci menurut

kebangsaan. Disalin dari Blok IV.B

Ketiga jenis laporan tersebut setiap bulannya agar dilampirkan juga dengan daftar STIND1 ,

STPAS2 dan STATAS2 dari Ditjen Imigrasi. Fax/E-mail dikirim oleh BPS Propinsi ke BPS

Pusat paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Untuk mempercepat pelaporan, BPS

(12)

BPS Pusat dengan tembusan ke Kantor Statistik Propinsi.

b. Dengan daftar VIOT

Daftar yang sudah diisi oleh petugas BPS Kabupaten/Kotamadya antara tanggal 6 sampai

dengan 11 harus diperiksa kebenarannya sebelum dikirim ke BPS Propinsi antara tanggal 8

sampai dengan 13 dan pada minggu ke 4 telah diterima di BPS Pusat. Daftar VIOT diisi

rangkap 2 (dua) yaitu:

1) Satu set dikirim ke BPS Pusat up. Sub Direktorat Statistik Pariwisata melalui BPS

Propinsi paling lambat minggu ke 3 atau ke 4 sudah diterima di BPS Pusat.

2) Satu set dikirim ke BPS Propinsi untuk file dan direkap sebagai bahan laporan fax/ e-mail

ke BPS Pusat.

3.3. Arus Pelaporan

Arus pengiriman dokumen dapat dilihat dalam bagan berikut:

(13)

Pedoman Pencacahan VIOT

10

3.4. Organisasi Lapangan

Penanggung jawab di BPS Pusat untuk Pengumpulan Data Statistik Lalu Lintas WNA

dan WNI (Survei “Inbound-Outbound” Tourism) ini adalah Direktur Statistik Keuangan, Teknologi Informasi dan Pariwisata. Sedangkan penanggung jawab pelaksanaan lapangan

adalah Kepala BPS Propinsi dibantu oleh Kepala Bidang Statistik Distribusi. Petugas

lapangan terdiri dari pencacah yaitu Koordinator Statistik Kecamatan atau staf BPS

Kabupaten/Kotamadya, dan pengawas yaitu staf atau Kasi Statistik Distribusi BPS

Kabupaten/Kotamadya. Setiap pencacah mengumpulkan data untuk 1 (satu) UPT Imigrasi.

Sedangkan pengawas hanya 1 (satu) untuk setiap BPS Kabupaten/Kotamadya. Sesuai

jenjang hirarki tersebut diatas, secara koordinatif jajaran Imigrasi di Pusat (Direktur Sistem

Informasi Keimigrasian, Ditjen Imigrasi), di wilayah (Kasi Forsakim Kanwil Dep.Hukum dan

HAM) dan di lapangan (Kasi Forsakim Kantor Imigrasi setempat) diharapkan memberikan

(14)

BAB IV

KONSEP DAN DEFINISI

4.1. Wisatawan Mancanegara

Konsep dan definisi mengenai wisatawan mancanegara yang digunakan mengacu

pada konsep dari World Tourism Organization (WTO) dan International Union of Office

Travel Organization (IUOTO). Kata yang digunakan secara internasional adalah “visitor “

atau pengunjung, yaitu setiap orang yang mengunjungi suatu negara di luar tempat

tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh

penghasilan di tempat yang dikunjungi. Definisi ini mencakup 2 (dua) kategori pengunjung,

yaitu:

a. Wisatawan (tourist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang tinggal paling

sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan maksud

kunjungan antara lain: berlibur, rekreasi, olah raga, bisnis, mengunjungi teman dan

keluarga, misi, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alasan

kesehatan, belajar dan keagamaan.

b. Pelancong (Same day visitor/Excursionist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di

atas yang tinggal kurang dari 24 jam di tempat yang dikunjungi (termasuk cruise

passenger, yaitu setiap pengunjung yang tiba di suatu negara dengan kapal atau kereta

api, dimana mereka tidak menginap di akomodasi yang tersedia di negara yang

dikunjungi tersebut).

(15)

Pedoman Pencacahan VIOT

12

Diagram 1. Klasifikasi Tamu Asing (Wisatawan Mancanegara)

4.2. Jenis Paspor

Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian yang mencakup

Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1994 tentang Surat Perjalanan

(16)

Republik Indonesia, disebutkan Surat Perjalanan Republik Indonesia atau disingkat SPRI

adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang memuat

identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan ke luar atau masuk wilayah

Negara Republik Indonesia. SPRI tersebut terdiri atas:

a. Paspor biasa, yaitu paspor yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia (WNI)

yang akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia. Paspor ini juga diberikan

kepada WNI yang tinggal di luar negeri.

b. Paspor diplomatik, yaitu paspor yang diberikan kepada WNI yang akan melakukan

perjalanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka penempatan atau perjalanan untuk

tugas yang bersifat diplomatik.

c. Paspor dinas, adalah paspor yang yang diberikan kepada WNI yang akan melakukan

perjalanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka penempatan atau perjalanan dinas

yang bersifat bukan diplomatik.

d. Paspor haji, adalah paspor yang yang diberikan kepada WNI yang akan melakukan

perjalanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka menunaikan ibadah haji.

e. Paspor untuk orang asing adalah paspor yang diberikan kepada orang asing, pada

saat berlakunya UU No. 9 Tahun 1992 ini telah memiliki izin tinggal tetap, yang akan

melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia dan tidak mempunyai surat perjalanan

serta dalam waktu yang dianggap layak tidak dapat memperoleh dari negaranya atau

negara lain. Paspor ini tidak berlaku lagi pada saat pemegangnya memperoleh surat

perjalanan dari negara lain.

f. Surat perjalanan laksana paspor (SPLP) untuk WNI adalah surat perjalanan yang

diberikan dalam keadaan khusus apabila paspor biasa tidak dapat diberikan.

g. Surat perjalanan laksana paspor (SPLP) untuk WNA, adalah surat perjalanan yang

diberikan kepada orang asing yang tidak mempunyai surat perjalanan sah dan:

(17)

Pedoman Pencacahan VIOT

14

tersebut tidak terkena pencegahan;

2) dikenakan tindakan pengusiran atau deportasi; atau

3) dalam keadaan tertentu yang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional,

diberi izin masuk ke wilayah Indonesia.

SPLP ini hanya diberikan untuk satu kali perjalanan.

h. Surat perjalanan laksana paspor (SPLP) dinas adalah surat perjalanan yang

diberikan kepada WNI dalam keadaan khusus apabila paspor dinas tidak dapat

diberikan.

4.3. Jenis Visa

Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian yang mencakup

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk,

dan Izin Keimigrasian, disebutkan bahwa visa adalah izin tertulis yang diberikan oleh pejabat

yang berwenang pada Perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lainnya yang ditetapkan

oleh Pemerintah Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi orang-orang asing untuk

masuk dan melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia.

Visa diberikan kepada orang asing yang maksud dan tujuan kedatangannya di

Indonesia bermanfaat serta tidak akan menimbulkan gangguan terhadap ketertiban dan

keamanan nasional. Visa tersebut dapat digolongkan menjadi:

a. Visa Diplomatik, yaitu visa yang diberikan kepada orang asing pemegang paspor

diplomatik yang hendak berpergian ke Indonesia dengan tugas diplomatik.

b. Visa Dinas, yaitu visa yang diberikan kepada orang asing pemegang paspor dinas yang

hendak berpergian ke Indonesia untuk menjalankan tugas resmi dari pemerintah asing

yang bersangkutan atau diutus oleh Organisasi Internasional sedangkan tugas itu tidak

bersifat diplomatik.

(18)

1) Visa Transit, yaitu visa yang diberikan kepada orang asing yang dalam

perjalanannya perlu singgah/transit di Indonesia untuk pindah kapal laut/udara guna

meneruskan perjalanan. Disamping itu visa transit juga dapat diberikan kepada

awak kapal laut/terbang yang datang di Indonesia sebagai penumpang dengan

maksud untuk menggabungkan diri dengan kapal laut/udara yang berada di salah

satu pelabuhan di Indonesia dengan ketentuan bahwa kapal laut/udara tersebut

tidak beroperasi di dalam wilayah RI.

2) Visa Kunjungan, yaitu visa yang diberikan kepada orang asing untuk berkunjung di

wilayah Indonesia paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal

diberikannya izin masuk. Visa tersebut diberikan bagi mereka yang bermaksud

melakukan kunjungan dalam rangka tugas pemerintahan, pariwisata, kegiatan sosial

budaya, dan usaha, sehingga visa tersebut dibedakan menjadi:

a) Visa Kunjungan Wisata (VKW), yaitu visa yang diberikan kepada orang asing

yang bermaksud berkunjung ke Indonesia dengan tujuan wisata yang tidak

untuk maksud berdiam atau berdiam sementara. Visa kunjungan wisata dapat

diberikan secara perorangan atau kolektif selama 60 (enam puluh) hari. Jangka

waktu 60 hari untuk kunjungan wisata tidak dapat diperpanjang.

b) Visa Kunjungan Usaha (VKU), yaitu visa yang diberikan kepada orang asing

yang bermaksud untuk berkunjung ke Indonesia dengan maksud melakukan

usaha di bidang perdagangan, pertanian, perikanan dan lain sebagainya yang

tidak bermaksud bekerja menurut ketentuan hukum yang berlaku dan tidak

untuk berdiam atau berdiam sementara. Visa kunjungan usaha diberikan untuk

jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari. Kepada orang asing yang

untuk kepentingan suatu perusahaan memerlukan berkali-kali untuk berkunjung

ke Indonesia dapat diberikan Visa Kunjungan Usaha Beberapa Kali Perjalanan

(19)

Pedoman Pencacahan VIOT

16

diizinkan tinggal paling lama 3 (tiga) minggu.

c) Visa Kunjungan Sosial Budaya (VKSB), yaitu visa yang diberikan kepada

orang asing yang bermaksud untuk berkunjung ke Indonesia dengan keperluan

sosial budaya yang tidak termasuk kunjungan untuk wisata atau usaha seperti

mengunjungi sanak famili, mengunjungi organisasi sosial yang mempunyai

kegiatan sejenis seperti lembaga pembinaan cacat mental, pertukaran antar

lembaga pendidikan, kesenian dan olah raga serta tidak bermaksud untuk

berdiam atau berdiam sementara di Indonesia.

d) Visa Kunjungan Pemerintahan

Visa yang diberikan kepada orang asing yang bermaksud berkunjung ke

Indonesia dengan tujuan pemerintahan seperti melakukan kerjasama antara

pemerintah dengan pemerintah, perorangan dengan pemerintah, Organisasi

Internasional dengan pemerintah serta Badan Swasta Asing dengan

pemerintah Indonesia.

3) Visa Singgah, yaitu visa yang diberikan bagi orang asing yang bermaksud singgah

di wilayah Indonesia untuk meneruskan perjalanan ke negara lain atau kembali ke

negara asal. Visa Singgah diberikan paling lama 14 (empat belas) hari terhitung

sejak diberikannya izin.

4) Visa Tinggal Terbatas (VITAS) atau Visa Berdiam sementara (VBS), yaitu visa

yang diberikan kepada orang asing termasuk istri dan anak-anak di bawah umur

yang bermaksud berdiam sementara dengan tujuan untuk bekerja, menanamkan

modal, melaksanakan tugas sebagai rohaniawan, mengikuti pendidikan dan latihan

atau melakukan penelitian ilmiah. Visa Tinggal Terbatas diberikan paling lama 1

(satu) tahun terhitung sejak diberikannya izin masuk.

5) Tanpa Visa,

(20)

BVKS adalah kunjungan tanpa visa yang diberikan sebagai pengecualian bagi

orang asing warga negara dari negara-negara tertentu yang bermaksud

mengadakan kunjungan ke Indonesia dalam rangka berlibur, kunjungan sosial

budaya, kunjungan usaha dan tugas pemerintah. BVKS diberikan berdasarkan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang BVKS

dan telah diubah dengan KEPPRES No. 103 Tahun 2003 tentang BVKS.

Kebijakan pemberian BVKS ini pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan arus

wisatawan mancanegara ke Indonesia, yang diberi nama Bebas Visa Wisata

(BVW). Namun demikian, karena dalam pelaksanaannya setiap kunjungan

wisata maupun kegiatan sosial budaya, usaha dan konvensi mempunyai

keterkaitan yang erat dalam pengembangan pariwisata, maka kebijakan

pemberian Bebas Visa Wisata menjadi Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS).

BVKS diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari.

Negara yang diberi fasilitas BVKS ada 11 negara dimana utamanya adalah

negara-negara ASEAN.

b) Visa Kunjungan Saat Kedatangan (VKSK) atau Visa on Arrival (VOA)

Dalam KEPPRES No 18 Tahun 2003, disebutkan bahwa orang asing warga

negara dari negara lain yang tidak mendapat fasilitas BVKS dapat diberikan Visa

Kunjungan Saat Kedatangan (VKSK) atau Visa on Arrival (VOA) sesuai dengan

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. VOA merupakan salah satu

solusi kemudahan bagi wisatawan atau orang asing yang ingin berkunjung ke

Indonesia. Mereka dapat mengajukan visa di TPI (pelabuhan laut maupun udara)

yang telah ditentukan. Hal ini merupakan suatu kemudahan karena orang asing

dari negara tertentu itu dapat langsung ke Indonesia tanpa terlebih dahulu

(21)

Pedoman Pencacahan VIOT

18

untuk jangka waktu 7 (tujuh) hari dan 30 (tiga puluh) hari.

c) Courtesy, adalah mereka (WNA) yang diberikan status kehormatan yaitu

pemegang paspor Dinas atau Diplomatik.

d) Dispensasi Fasilitas Keimigrasian (Disfakim)

Adalah fasilitas yang diberikan kepada tenaga ahli/awak kapal asing yang

diikutsertakan dalam operasi-operasi pembangunan di lautan yang termasuk

dalam batas yuridiksi nasional.

e) Smart Card adalah surat izin masuk khusus yang dikeluarkan di pintu masuk

Kawasan Kepulauan Riau. Guna kelancaran pemeriksaan ke-imigrasian dan

kemudahan bagi penumpang yang datang/berangkat, di Kawasan Jaringan

Terpadu Propinsi Kepulauan Riau dan Singapura (Pulau Batam, Pulau Bintan,

Pulau Karimun dan Pulau Belakang Padang) dapat dipergunakan Smart Card,

yaitu semacam kartu elektronik yang berisi data pemegangnya yang dapat dibaca

oleh mesin pembaca di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

Smart Card tersebut dapat diberikan kepada orang-orang yang sering bepergian

keluar masuk ke / dari luar negeri di wilayah tersebut diatas, yaitu:

1). Warga negara Indonesia penduduk kawasan tersebut;

2). Warga negara asing sebagai :

a) Penanam modal atau pekerja pada perusahaan di kawasan tersebut

yang memiliki KITAS atau VKUBP;

b) Anggota perkumpulan Golf atau Marina dan Country Club di kawasan

tersebut yang memperoleh fasilitas BVKS;

c) Keluarga dari warga negara asing yang dimaksud a) dan b)

f) Exit Reentry Permit (ERP)

(22)

tinggal tetap (ijin berdiam), apabila akan keluar wilayah Indonesia dan masuk

kembali dapat memohon ERP, tanpa harus memohon visa pada waktu akan

masuk kembali ke wilayah Indonesia. Apabila ijin tersebut bisa digunakan lebih

dari satu kali, maka dinamakan Multiple Exit Reentry Permit (MERP). Sedangkan

WNA yang sudah memilki ijin tinggal terbatas atau ijin tinggal tetap apabila akan

keluar wilayah Indonesia mendapatkan Exit Permit Only (EPO), maka apabila

ingin memasuki wilayah Indonesia harus terlebih dahulu memperoleh visa.

4.4. Penghitungan Wisatawan Mancanegara

Berdasarkan jenis paspor, jenis visa dan jenis dokumen lainnya yang digunakan

untuk memasuki wilayah Republik Indonesia, maka yang dapat digolongkan sebagai

wisatawan mancanegara (wisman) sesuai dengan konsep WTO dalam laporan Statistik

Kedatangan adalah :

1. Warga Negara Indonesia (WNI)

Ada beberapa kriteria dimana WNI yang datang ke Indonesia dianggap sebagai wisman,

yaitu:

a. 50% dari WNI yang menggunakan paspor diplomatik. Asumsi ini dipakai kerena

sebagian WNI yang menggunakan paspor diplomatik kemungkinan tinggal (menetap)

di luar negeri

b. 10% dari WNI yang menggunakan paspor dinas. Asumsi ini dipakai kerena sebagian

WNI yang menggunakan paspor dinas kemungkinan tinggal (menetap) di luar negeri

c. 100% dari WNI yang berstatus Penlu/Pendul (penduduk luar negeri). Penlu ini

biasanya menggunakan paspor biasa.

d. 10% dari WNI yang bekerja sebagai TKI. Asumsi ini dipakai karena mereka akan

(23)

Pedoman Pencacahan VIOT

20

datang ke Indonesia akan kembali lagi bekerja di luar negeri.

Jenis paspor lainnya, yaitu paspor biasa, SPLP dan paspor haji (PPH) semuanya tidak

digolongkan sebagai wisman. Data ini disalin dari daftar STIND-1.

2. Warga Negara Asing (WNA)

Tidak semua WNA yang datang ke Indonesia dianggap wisman, namun beberapa jenis

dokumen yang dipakai oleh WNA yang datang ke Indonesia seperti di bawah ini semuanya

(100%) dimasukkan sebagai wisman, yaitu :

a. Courtesy yang terdiri dari visa diplomatik dan visa dinas

b. ABTC (APEC Business Travel Card)

c. Visa Kunjungan Usaha (VKU)

d. Visa Kunjungan Usaha untuk Beberapa kali Perjalanan (VKUBP)

e. Visa Kunjungan Sosial Budaya (VKSB)

f. Visa Kunjungan Pemerintah

g. Visa Kunjungan Wisata (VKW)

h. Visa Saat Kunjungan (VSK/ VOA)

i. Visa Singgah Saat Kedatangan (VSSK)

j. Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS) atau Bebas Visa Wisata (BVW)

k. Visa Transit, baik untuk awak pesawat/ kapal (crew) maupun penumpang (non crew)

l. Smart Card dimana hanya berlaku di Batam namun yang dimasukkan sebagai wisman

hanya sebesar 80% saja.

Data ini disalin dari daftar STAPS-2, sedangkan data yang disalin dari daftar STATAS-2

adalah :

m. Visa Tinggal Terbatas (VITAS) baik itu Visa Berdiam Sementara (VBS) maupun

(24)

3. Awak Pesawat/ Awak Kapal (Crew)

Yang dapat digolongkan sebagai wisman hanya awak pesawat/ awak kapal warga

negara asing (WNA).

Penumpang yang datang dari luar negeri yang menggunakan dokumen selain yang

(25)

Pedoman Pencacahan VIOT

22

BAB V

CARA PENGISIAN DAFTAR VIOT

Daftar VIOT ini terdiri dari VII blok. Khusus UPT yang tidak membawahi TPI hanya mengisi Blok I,

Blok II, Blok VI dan Blok VII. Sedangkan untuk UPT yang melakukan pencatatan penduduk

pelintas batas, seperti UPT Entikong dan UPT Singkawang (Kalbar), UPT Nunukan (Kaltim), UPT

Manado (Sulut), UPT Jayapura dan UPT Merauke (Papua) serta UPT Atambua (NTT) diminta

untuk melampirkan Daftar Pelintas Batas menurut Kebangsaan.

5.1. Tata Tertib Pengisian Daftar

a. Semua pengisian daftar harus menggunakan pinsil hitam

b. Isian harus ditulis dengan jelas dan mudah dibaca. Penulisan menggunakan huruf

kapital (balok), tidak boleh disingkat, kecuali singkatan yang sudah umum. Angka ditulis

dengan angka biasa (bukan angka romawi).

c. Perhatikan instruksi/rambu-rambu tata cara pengisian di setiap pertanyaan

d. Pengisian daftar menggunakan beberapa cara:

1. Mengisi keterangan/jawaban pada tempat tersedia

2. Penulisan angka ke dalam kotak mengikuti kaidah tepi kanan (right justified)

5.2. Tata Cara Pengisian Daftar VIOT

A. BLOK I : KETERANGAN TEMPAT

Rincian 1 - 4: Tuliskan nama propinsi, kabupaten/ kotamadya, kecamatan dan kelurahan/ desa

Rincian 5 & 6: Tuliskan nama Unit Pelaksana Teknis (UPT) Imigrasi dan nama Tempat

Pemeriksaan Imigrasi (TPI).

(26)

B. BLOK II : KETERANGAN PENCACAHAN

Tujuan blok ini adalah untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab dalam pengisian

dan pemeriksaan daftar, serta kapan dilakukan pencacahan, pengawasan, dan pemeriksaan.

Rincian 1 - 3: Tuliskan nama pencacah, tanggal pencacahan saat data dikumpulkan dan tanda

tangan pencacah.

Rincian 4 - 6: Tuliskan nama pengawas/ pemeriksa dan tanggal pengawasan/ pemeriksaan serta

tanda tangan pengawas/ pemeriksa setelah semua isian dalam daftar diperiksa kebenarannya.

C. BLOK III.A: KETERANGAN LALULINTAS WARGA NEGARA INDONESIA MENURUT JENIS PASPOR (Disalin dari Daftar STIND1)

Tujuan blok ini adalah untuk mencatat jumlah WNI dan awak pesawat/ kapal (crew)

WNA/WNI yang berangkat keluar wilayah Indonesia serta yang datang (kembali) ke wilayah

Indonesia, serta jumlah WNI yang tinggal di luar negeri yang berkunjung ke Indonesia dirinci

menurut jenis paspor dan moda angkutan yang digunakan.

Kolom (2): Isikan jumlah WNI dan crew WNA/WNI yang datang dari luar negeri melalui udara

dirinci menurut jenis paspor.

Kolom (3): Isikan jumlah WNI dan crew WNA/WNI yang datang dari luar negeri melalui laut dirinci

menurut jenis paspor.

Kolom (4): Isikan jumlah WNI dan crew WNA/WNI yang datang dari luar negeri melalui darat dirinci

menurut jenis paspor.

Kolom (5): Isikan jumlah WNI dan crew WNA/WNI yang berangkat ke luar negeri melalui udara

dirinci menurut jenis paspor.

Kolom (6): Isikan jumlah WNI dan crew WNA/WNI yang berangkat ke luar negeri melalui laut dirinci

menurut jenis paspor.

(27)

Pedoman Pencacahan VIOT

24

dirinci menurut jenis paspor.

Blok ini disalin dari daftar STIND-1.

Untuk UPT yang daftar STIND-1-nya tidak mencantumkan isian pada rincian 8 (Lainnya) dimana

terdiri dari Crew Aktif (WNI dan WNA) dan Pendul/Penlu harap meminta (menanyakan) langsung

informasi ini pada penanggung jawab UPT yang bersangkutan.

D. BLOK III.B: KETERANGAN LALU LINTAS WARGA NEGARA INDONESIA MENURUT TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI

Tujuan blok ini adalah untuk mencatat jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang pergi ke

luar wilayah Indonesia serta WNI yang datang kembali ke wilayah Indonesia dirinci menurut tempat

pemeriksaan imigrasi (TPI).

Kolom (2): Isikan jumlah WNI yang datang dari luar negeri melalui udara dirinci menurut tempat

pemeriksaan imigrasi.

Kolom (3): Isikan jumlah WNI yang datang dari luar negeri melalui laut dirinci menurut tempat

pemeriksaan imigrasi.

Kolom (4): Isikan jumlah WNI yang datang dari luar negeri melalui darat dirinci menurut tempat

pemeriksaan imigrasi.

Kolom (5): Isikan jumlah WNI yang berangkat ke luar negeri melalui udara dirinci menurut tempat

pemeriksaan imigrasi.

Kolom (6): Isikan jumlah WNI yang berangkat ke luar negeri melalui laut dirinci menurut tempat

pemeriksaan imigrasi.

Kolom (7): Isikan jumlah WNI yang berangkat ke luar negeri melalui darat dirinci menurut tempat

pemeriksaan imigrasi.

Baris jumlah merupakan penjumlahan semua isian masing-masing TPI pada kolom (2) s/d (7).

(28)

kolom pada blok III.A, kecuali rincian crew WNA dan pas lintas batas WNA.c Baris jumlah pada

masing-masing kolom harus bersesuaian dengan penjumlahan masing-masing kolom pada blok

III.A, kecuali rincian crew WNA dan pas lintas batas WNA.

Catatan :

Untuk mengisi Blok III.B dengan TPI lebih dari 1 perlu rincian masing-masing TPI, karenanya

diperlukan rekap masing-masing TPI dengan format seperti STIND-1 di UPT bersangkutan. Hal

tersebut sekaligus akan memudahkan pengisian Blok III.A untuk UPT yang membawahi lebih dari

satu TPI dengan moda angkutan yang berbeda, seperti UPT Padang (Sumbar) yang membawahi

TPI Minangkabau (udara) dan TPI Teluk Bayur (laut), UPT Batam (Kepri) yang membawahi 6 TPI

yang berbeda, UPT Kupang (NTT) yang membawahi TPI Eltari (udara) dan TPI Kupang-Tenau

(laut) dan lain sebagainya.

E. BLOK IV.A: KETERANGAN KEDATANGAN WARGA NEGARA ASING PENGUNJUNG SINGKAT DENGAN VISA KUNJUNGAN DAN WNA DENGAN VISA TINGGAL TERBATAS (Disalin dari Daftar STAPS-2 dan STATAS-2)

Tujuan blok ini adalah mencatat jumlah WNA yang berkunjung ke Indonesia dengan

menggunakan visa kunjungan dan visa tinggal terbatas. Blok ini disalin dari daftar STAPS-2 dan

STATAS-2 yang dirinci menurut kebangsaan. Dalam STAPS-2 dan STATAS-2 kolom kebangsaan

ada yang ditulis dengan menggunakan kode negara sehingga untuk pencatatan data menurut

kebangsaan dari daftar STAPS-2 ke dalam daftar VIOT perlu diperhatikan kode-kode negara

tersebut. Bagi negara yang secara spesifik disebutkan dalam daftar VIOT, kode tersebut bisa

dilihat langsung dari kolom (2). Apabila dalam daftar VIOT tidak disebutkan secara spesifik nama

negaranya (merupakan gabungan dari beberapa negara), maka cara pencatatannya harus

dijumlahkan terlebih dahulu dengan melihat kelompok negara yang ada sesuai dengan kode

(29)

Pedoman Pencacahan VIOT

26

Kolom (3): Disalin dari penjumlahan WNA pengunjung singkat yang datang ke Indonesia dengan

menggunakan visa singgah sebagai crew dan non crew dirinci menurut kebangsaan (dari daftar

STAPS-2).

Kolom (4): Disalin dari penjumlahan WNA pengunjung singkat yang datang ke Indonesia dengan

menggunakan visa kunjungan usaha, sosial budaya, pemerintahan, dan wisata dirinci menurut

kebangsaan (dari daftar STAPS-2).

Kolom (5): tidak diisi, karena menrupakan Visa Kunjungan Beberapa kali perjalanan yang masuk

dalam dokumen baru.

Kolom (6): Isikan jumlah WNA yang datang ke Indonesia dengan menggunakan Visa Tinggal

Terbatas (Vitas) atau Visa Berdiam sementara (VBS) dirinci menurut kebangsaan (dari daftar

STATAS-2).

Kolom (7): Isikan jumlah kolom (3) sampai dengan kolom (6).

F. BLOK IV.B: KETERANGAN KEDATANGAN WARGA NEGARA ASING PENGUNJUNG SINGKAT TANPA VISA (Disalin dari Daftar STAPS-2)

Tujuan blok ini adalah untuk mencatat jumlah WNA yang berkunjung ke Indonesia tanpa

menggunakan visa. Blok ini disalin dari daftar STAPS-2.

Kolom (3): Isikan jumlah WNA pengunjung singkat yang datang ke Indonesia sebagai Courtesy

karena urusan diplomatik dirinci menurut kebangsaan.

Kolom (4): Isikan jumlah WNA pengunjung singkat yang datang ke Indonesia sebagai Courtesy

karena urusan dinas dirinci menurut kebangsaan.

Kolom (5): Isikan jumlah WNA pengunjung singkat yang datang ke Indonesia dengan memperoleh

fasilitas Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS) dirinci menurut kebangsaan.

Kolom (6): Isikan jumlah WNA pengunjung singkat yang datang ke Indonesia dengan memperoleh

(30)

kebangsaan.

Kolom (7): Isikan jumlah WNA pengunjung singkat yang datang ke Indonesia dengan memperoleh

fasilitas Visa Singgah Saat Kedatangan (VSSK) dirinci menurut kebangsaan.

Kolom (8): Isikan jumlah WNA pengunjung singkat yang datang ke Indonesia dengan

menggunakan fasilitas Smart Card atau Saphire dirinci menurut kebangsaan.

Kolom (9): Isikan jumlah WNA pengunjung singkat yang datang ke Indonesia dengan

menggunakan fasilitas ABTC (APEC Business Travel Card) dirinci menurut kebangsaan.

Kolom (10): Isikan jumlah WNA pengunjung singkat yang datang ke Indonesia dengan

menggunakan fasilitas APEC (Asia Pacific Economy Cooperation) dirinci menurut kebangsaan

Kolom (11): Isikan jumlah kolom (3) sampai dengan kolom (10).

Catatan:

Smart card hanya berlaku di kawasan terpadu Kepulauan Riau dan Singapura, sedangkan saphire

berlaku di Jakarta

G. BLOK V: KETERANGAN KEBERANGKATAN WARGA NEGARA ASING TINGGAL TERBATAS DAN TINGGAL TETAP (Disalin dari Daftar STATAS-3 dan STATAP-3)

Tujuan blok ini adalah untuk mencatat penduduk Indonesia berwarga negara asing yang

memiliki ijin tinggal terbatas (ijin berdiam sementara) dan memiliki ijin tinggal tetap (ijin berdiam)

yang melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia. Blok ini disalin dari daftar STATAS-3 dan

STATAP-3.

Kolom (3): Isikan jumlah WNA tinggal terbatas pemegang Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS)

yang melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia dengan memperoleh fasilitas Reentry Exit

Permit (REP)

Kolom (4): Isikan jumlah WNA tinggal terbatas pemegang Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS)

(31)

Pedoman Pencacahan VIOT

28

Reentry Exit Permit (MREP).

Kolom (5): Isikan jumlah WNA tinggal terbatas pemegang Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS)

yang melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia dengan memperoleh fasilitas Exit permit

Only (EPO).

Kolom (6): Isikan jumlah WNA tinggal tetap yang melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia

dengan izin berangkat berupa Reentry Exit Permit (REP) dari Imigrasi.

Kolom (7): Isikan jumlah WNA tinggal tetap yang melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia

dengan izin berangkat berupa Multiple Reentry Exit Permit (MREP) dari Imigrasi.

Kolom (8): Isikan jumlah WNA tinggal tetap yang melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia

dengan izin berangkat berupa Exit permit Only (EPO) dari Imigrasi.

Kolom (9): Isikan jumlah kolom (3) sampai dengan kolom (8).

H. BLOK VI: KETERANGAN WARGA NEGARA ASING IZIN TINGGAL TERBATAS DAN IZIN TINGGAL TETAP MENURUT KEBANGSAAN (Disalin dari Daftar SK-1-ITAS dan SK-1-ITAP)

Tujuan blok ini adalah untuk mengetahui banyaknya warga negara asing dengan izin tinggal

terbatas dan izin tinggal tetap dirinci menurut kebangsaan yang disalin dari daftar SK-1-ITAS dan

SK-1-ITAP.

Kolom (3): Isikan jumlah WNA dengan izin tinggal terbatas sampai dengan bulan lalu.

Kolom (4): Isikan jumlah penambahan WNA dengan izin tinggal terbatas yang berasal dari

kelahiran baru, Visa Tinggal Terbatas (VITAS) baru, Konversi dari I.K dan yang pindah dari kantor

imigrasi (Kanim) lain.

Kolom (5): Isikan jumlah pengurangan WNA dengan izin tinggal terbatas yang berasal dari

Pengembalian Dokim, pindah ke Kanim yang lain, menjadi WNI, Konversi ke ITAP dan Izin Masuk

Kembali (IMK) yang tidak kembali.

(32)

kolom (3) + kolom (4) - kolom (5).

Kolom (7): Isikan jumlah WNA dengan izin tinggal tetap sampai dengan bulan lalu.

Kolom (8): Isikan jumlah penambahan WNA dengan izin tinggal tetap yang berasal dari kelahiran

baru, Konversi dari ITAS, pindah dari Kanim lain dan lain-lain.

Kolom (9): Isikan jumlah pengurangan WNA dengan izin tinggal tetap yang berasal dari

Pengembalian Dokim, pindah ke Kanim yang lain, menjadi WNI, meninggal dunia, dan Izin Masuk

Kembali (IMK) yang tidak kembali.

Kolom (10): Isikan jumlah WNA dengan izin tinggal tetap pada bulan ini yang merupakan jumlah

kolom (8) + kolom (9) - kolom (10).

10. BLOK VII: C A T A T A N

Blok ini digunakan untuk menuliskan hal-hal yang tidak bisa dijelaskan pada blok-blok

(33)

Daftar VIOT

B U L A N : T A H U N :

1. P r o p i n s i

2. K a b u p a t e n/ K o t a *)

3. K e c a m a t a n

I. K E T E R A N G A N T E M P A T

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK

SURVEI "INBOUND-OUTBOUND" TOURIST

(PENGUMPULAN DATA STATISTIK LALU LINTAS WNI DAN WNA)

4. K e l u r a h a n/ D e s a *)

5. Nama Unit Pelaksana Teknis (UPT)

6. Nama Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) a. b. c.

7. A l a m a t L e n g k a p U P T

(Jalan, Nomor, RT, RW dan Nomor Telepon)

1. Nama Pencacah 4. Nama Pengawas

2. Tanggal Pencacahan 5. Tanggal Pengawasan

3. Tanda Tangan Pencacah 6. Tanda Tangan Pengawas

*) Coret yang tidak sesuai

(34)

Udara Laut Darat Udara Laut Darat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Paspor Diplomatik

2. Paspor Dinas

3. Paspor Biasa

4. SPLP

5. Lainnya

a. Pendul (Penlu)

a. Crew (WNI)

b. Crew (WNA)

6. Pelintas Batas

a. WNI

b WNA

III.A. KETERANGAN LALULINTAS WARGA NEGARA INDONESIA

Kedatangan dari luar negeri Keberangkatan ke luar negeri (Disalin dari daftar kedatangan dan keberangkatan)

MENURUT JENIS PASPOR

J e n i s P a s p o r

b. WNA

Udara Laut Darat Udara Laut Darat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. TPI . . . .

2. TPI . . . .

3. TPI . . . .

J u m l a h

Kedatangan dari luar negeri Keberangkatan ke luar negeri III.B. KETERANGAN LALULINTAS WARGA NEGARA INDONESIA

MENURUT TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI

(35)

Visa Singgah Visa Kunjungan VKBP

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Brunei Darussalam BRI

Malaysia MLS

IV.A. KETERANGAN KEDATANGAN WARGA NEGARA ASING PENGUNJUNG SINGKAT DENGAN VISA KUNJUNGAN DAN WNA DENGAN VISA TINGGAL TERBATAS

(Disalin dari daftar kedatangan dari luar negeri)

(36)

Diplomatik Dinas BVKS VOA/ VKSK Smart Card/

Saphire ABTC APEC

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Brunei Darussalam BRI

Malaysia MLS

IV.B. KETERANGAN KEDATANGAN WARGA NEGARA ASING PENGUNJUNG SINGKAT TANPA VISA

(Disalin dari daftar kedatangan dari luar negeri)

(37)

K O D E

K E B A N G S A A N NEGARA J u m l a h

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Brunei Darussalam BRI

Malaysia MLS

V. KETERANGAN KEBERANGKATAN WARGA NEGARA ASING TINGGAL TERBATAS DAN TINGGAL TETAP

MREP EPO

KITAS KITAP

(Disalin dari daftar keberangkatan ke luar negeri)

(38)

K O D E

K E B A N G S A A N NEGARA Jumlah Penambahan Pengurangan Jumlah Bulan Jumlah Penambahan Pengurangan Jumlah Bulan Bulan Lalu Bulan Ini Bulan Ini Ini (3+4-5) Bulan Lalu Bulan Ini Bulan Ini Ini (7+8-9)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Brunei Darussalam BRI

Malaysia MLS

VI. KETERANGAN JUMLAH DAN PERUBAHAN DATA ORANG ASING IZIN TINGGALTERBATAS DAN IZIN TINGGAL TETAP MENURUT KEBANGSAAN

(Disalin dari Daftar SK-1-ITAS dan SK-1-ITAP)

WNA Izin Tinggal Terbatas (Disalin dari Daftar SK-I-ITAS) WNA Izin Tinggal Tetap (Disalin dari Daftar SK-1-ITAP)

(39)

Gambar

Tabel 1. Jumlah UPT Imigrasi dan TPI menurut propinsi

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap Orang Asing warga negara dari negara tertentu dibebaskan dari kewajiban memiliki Visa Kunjungan untuk masuk dan keluar Wilayah Indonesia dalam rangka wisata.. Orang Asing

Penelitian yang berjudul “ BENTUK PENGAWASAN BEBAS VISA KUNJUNGAN SINGKAT (BVKS) OLEH KANTOR KEIMIGRASIAN KEPADA WARGA NEGARA ASING YANG TINGGAL DI INDONESIA ”

Hal yang dibahas di dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah praktek penyalahgunaan izin tinggal kunjungan dan izin tinggal terbatas oleh warga negara asing

Pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui sikap saling hormat menghormati sebagai bentuk toleransi beragama responden terhadap agama orang lain melalui sikap

- strata 1: apabila jumlah luas tanam komoditas palawija yang diusahakan oleh rumah tangga pertanian tersebut kurang dari atau sama dengan.. nilai rata-rata luas luas tanam

Izin Tinggal Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 angka 3, dapat diberikan kepada orang asing pemegang Visa Tinggal Terbatas dan orang asing pemegang Visa Terbatas dan

Untuk memperoleh Visa tinggal terbatas saat kedatangan bagi Orang Asing yang akan bergabung untuk bekerja di atas kapal, alat apung, atau instalasi yang beroperasi di wilayah

1) Pemohon Visa tinggal terbatas saat kedatangan bagi Calon TKA dan Orang Asing pemegang Izin Masuk Kembali atau Multiple Re-Entry Permit tidak dapat diberikan izin masuk