• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rully Rezki Saputra. Abstract. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rully Rezki Saputra. Abstract. Abstrak"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN SEMIOTIK MICHAEL RIFFATERRE ATAS KUMPULAN

PUISI SERUMPUN AYAT-AYAT TUHAN KARYA IBERAMSYAH

BARBARY (A STUDY OF SEMIOTICS MICHAEL RIFATERRE

IN SERUMPUN AYAT-AYAT TUHAN POEM ANTHOLOGY BY

IBERAMSYAH BARBARY)

Rully Rezki Saputra

SMA GIBS, Jl. Trans Kalimantan, Sungai Lumbah, Alalak, Kab. Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan, 70582,e-mail rullysaputra684@yahoo.co.id

Abstract

A Study of Semiotics Michael Rifaterre in Serumpun Ayat-Ayat Tuhan Poem Anthology by Iberamsyah Barbary. This study will examine (1) How is the expression of elemental analysis indirect Serumpun Ayat-Ayat Tuhan poem Iberamsyah Barbary work? (2) How heuristic and hermeneutic reading in rhyme Serumpun Ayat-Ayat Tuhan poem Iberamsyah Barbary work? (3) How matrices, models, and variants in rhyme Serumpun Ayat-Ayat Tuhan poem Iberamsyah Barbary work? (4) How is the relationship intertextuality rhyme Serumpun Ayat-Ayat Tuhan poem Iberamsyah Barbary work? He approach used in this study is a semiotic approach. This was done considering that the semiotic is an approach that emphasizes the aspect of extracting the meaning of the sign in a literary work. Semiotic approach that will be used is semiotic model of Michael Riffaterre. Riffaterre models used semiotic approach based on the consideration that the semiotic Riffaterre more specialized in the analysis of the meaning of a literary work with the interpretation of the reader. In this study, which becomes the data are words, phrases, and sentences in rhyme Serumpun Ayat-Ayat Tuhan poem Iberamsyah Barbary work. The results showed that the expression indirect element found the words, phrases, and sentences which is a form of replacement sense, meaning irregularities, and the creation of meaning. At this stage of heuristic readings found meanings that are not grammatical; not integrated. However, after reading it hermenutik done then discovered the meanings contained in the poem, concerning the content, goals, and objectives. Matrix, models, and variants are at the core of the meaning contained in the poem. Determination of the matrix, models and variants is important to understand the full meaning. Intertextual relationship rhyme Serumpun Ayat-Ayat Tuhan poem helps to find understanding of the meaning of the poem is more leverage. Intertextual relationship rhyme Serumpun Ayat-Ayat Tuhan poem have in common with some verses in the holy book Quran and Al Hadith.

Key words: poem, semiotics

Abstrak

Kajian Semiotik Michael Rifaterre atas Kumpulan Puisi Serumpun Ayat-Ayat Tuhan Karya Iberamsyah Barbary. Penelitian ini akan mengkaji (1) Bagaimana makna sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary berdasarkan unsur ketidaklangsungan ekspresi sajak? (2) Bagaimana makna sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary berdasarkan pembacaan heuristik dan? (3) Bagaimana makna sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary berdasarkan matriks, model, dan variannya? (4) Bagaimana makna sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary berdasarkan hubungan intertekstualitas? Pendekatan yang digunakan dalam

(2)

penelitian ini adalah pendekatan semiotik. Hal itu dilakukan mengingat bahwa semiotik merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada aspek penggalian makna terhadap tanda dalam suatu karya sastra. Pendekatan semiotik yang akan dipakai adalah semiotik model Michael Riffaterre. Pendekatan semiotik model Riffaterre dipakai berdasarkan pertimbangan bahwa semiotik Riffaterre lebih mengkhususkan pada analisis makna sebuah karya sastra dengan interpretasi pembaca. Dalam penelitian ini, yang menjadi data adalah kata-kata, frasa, dan kalimat dalam sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam unsur ketidaklangsungan ekspresi ditemukan kata-kata, frasa, dan kalimat yang merupakan wujud dari penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti. Pada tahap pembacaan heuristik ditemukan arti-arti yang tidak gramatikal; tidak terpadu. Namun, setelah pembacaan secara hermenutik dilakukan maka ditemukan makna-makna yang terkandung di dalam sajak, menyangkut isi, sasaran, dan tujuan. Matriks, model, dan varian merupakan inti dari makna yang terkandung di dalam sajak. Penentuan matriks, model dan varian penting dilakukan untuk memahami makna secara utuh. Hubungan interteks sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan membantu untuk menemukan pemahaman makna sajak secara lebih maksimal. Hubungan intertekstual sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan memiliki kesamaan dengan beberapa ayat dalam kitab suci Al quran dan Al hadits.

Kata-kata kunci: sajak, semiotik

PENDAHULUAN

Di antara sajak-sajak yang lahir di dunia kesusastraan, sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan adalah salah satunya. Sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan ditulis oleh seorang penyair asal Kalimantan Selatan bernama Iberamsyah Barbary. Sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan adalah salah satu dari 104 judul kumpulan sajak yang dibukukan pada tahun 2011. Sebagai bagian dari kumpulan 104 judul lainnya, sajak Serumpun Ayat Tuhan dipilih sebagai judul dalam buku kumpulan sajak Serumpun

Ayat-Ayat Tuhan. Dengan pemilihan judul tersebut mengindikasikan bahwa sajak Serumpun Ayat-Ayat-Ayat-Ayat Tuhan merupakan sajak yang dianggap dapat mewakili keseluruhan tema sajak lain. Indikasi yang

dibawa oleh sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan ini dapat dijadikan latar belakang pentingnya sajak tersebut diteliti. Makna-makna apa saja yang terselubung di dalam rangkaian bahasanya. Bagaimana bahasa-bahasa tersebut menjadi penanda dan petanda untuk mewakili isi dan kandungan makna sajak lainnya. Dengan demikian sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan dipilih sebagai objek kajian dalam penelitian ini.

Iberamsyah Barbary dikenal sebagai seorang penyair asal Kalimantan Selatan. Karyanya yang berjudul sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan diterbitkan sebagai kumpulan puisi pertamanya. Buku tersebut berisi kumpulan puisi-puisinya dari tahun 1970-2011. Iberamsyah Barbary dikenal sangat aktif menulis puisi pada tahun 1960 an. Tetapi tahun 1972 dia hilang dari peredaran kesastraan Kalimantan Selatan karena kesibukan dinas dan selalu berada di luar Kalimantan Selatan, sehingga dia tidak memiliki banyak waktu menulis puisi dan mempublikasikan karya-karyanya. Setelah memasuki purna tugas di tahun 2008 dia kembali aktif menulis. Pemilihan karya Iberamsyah Barbary ini sebagai objek kajian juga dilatarbelakangi pertimbangan penulis. Pertimbangan tersebut terkait dengan kesusastraan yang dilahirkan di Kalimantan Selatan. Penulis merasa penting untuk mengangkat hasil karya sastra yang diciptakan oleh pengarang Kalimantan. Hal tersebut bertujuan agar karya sastra yang ada di Kalimatan dapat lebih dikenal.

(3)

Ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang kajian semiotik Michael Riffaterre, yaitu Fatmawaty (2009) dengan judul tesisnya Sosok Wanita dalam Puisi “Portrait D’une Femme” Karya Ezra

Pound (Sebuah Kajian melalui Pendekatan Struktural dan Semiotik). Kedua, Al Hafizh (2009) dengan judul

penelitian Sejadah Terakhir Karya Edy A. Effendi: Sebuah Analisis Semiotik Michael Rifaterre. Uniawati (2007) dengan judul Mantra Malaut Suku Bajo: Interpretasi Semiotik Riffaterre.

Rusmana (2014: 39) mengartikan tanda sebagai representasi dari gejala yang memiliki sejumlah kriteria, seperti nama, peran, fungsi, tujuan, dan makna. Tanda tersebut berada di seluruh kehidupan manusia sehingga menjadi nilai intrinsik dari setiap kebudayaan manusia dan menjadi sistem tanda yang digunakan sebagai pengatur kehidupan.

Terkait dengan tanda, Peirce (dalam Nöth, 2006: 42) mendefinisikan tanda atau representamen

adalah sesuatu yang mengacu pada seseorang atas sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda bukanlah sejenis objek. Tanda hanya ada di benak interpreter. Tidak ada sesuatu yang merupakan tanda kecuali diinterpretasikan sebagai tanda. Sejalan dengan hal ini, Preminger (dalam Pradopo, 2011: 225) menyebutkan dua aspek tanda, yaitu penanda (signifier) dan petanda (sinified). Berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya ada tiga jenis tanda, yaitu ikon, indeks, dan simbol.

Puisi adalah wujud ekspresi yang mengungkapkan makna tidak secara langsung. Terkait dengan hal tersebut Riffaterre (dalam Uniawati, 2007:38) menyatakan bahwa puisi mengekspresikan konsep-konsep dan benda-benda secara tidak langsung. Puisi merupakan pernyataan suatu hal dengan maksud lain. Hal ini yang membedakan bahasa puisi dengan bahasa sehari-hari. Lebih lanjut, Riffaterre menyebutkan langkah-langkah dalam memahami sebuah teks puisi ada empat, yaitu: (1) puisi itu ekspresi tidak langsung; menyatakan suatu hal dengan arrti lain, (2) pembacaan heuristik dan hermeneutik, (3) matriks, model, dan varian, dan (4) hipogram.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan semiotik. Hal itu dilakukan mengingat bahwa semiotik merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada aspek penggalian makna terhadap tanda dalam suatu karya sastra. Siswantoro (2014: 48) menyatakan

bahwa apa pun bentuk puisi yang dihadapi, sepanjang masih berada dalam dunia fisik, dunia riil

manusia, ia tetap dapat dikaji secara rasional dengan penggunaan teori-teori yang relevan.

Pendekatan semiotik yang akan dipakai adalah semiotik model Michael Riffaterre. Pendekatan semiotik model Riffaterre dipakai berdasarkan pertimbangan bahwa semiotik Riffaterre lebih mengkhususkan pada analisis makna sebuah karya sastra dengan interpretasi pembaca. Sajak termasuk dalam jenis karya sastra, oleh karena itu pendekatan semiotik yang lebih tepat digunakan adalah pendekatan semiotik Riffaterre.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unsur Ketidaklangsungan Ekspresi Sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan Karya Iberamsyah Barbary

Dalam sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan penggantian arti tampak dalam baris-baris berikut. [1] Serumpun Ayat-Ayat Tuhan, hinggap di waktu pagi

(Barbary, 2012:103)

(4)

arti (1) bertengger setelah terbang atau (2) menimpa (berhubungan dengan penyakit; menjangkit). Pada baris di atas, kata hinggap digunakan untuk menerangkan kata sebelumnya, yaitu kata Serumpun. Kata serumpun secara semantik berarti (1) kelompok tumbuhan yang tumbuh anak beranak seakan-akan

mempunyai akar yang sama atau (2) orang-orang seketurunan. Kata hinggap merupakan kiasan yang

termasuk dalam kategori personifikasi. Dinyatakan demikian karena kata hinggap merupakan kata yang seharusnya digunakan untuk menerangkan sifat yang bernyawa (burung) tetapi dalam baris di atas, kata hinggap digunakan untuk mnerangkan benda, yaitu serumpun ayat-ayat. Pemakaian kiasan

personifikasi tersebut menjadikan baris [1] di atas memiliki penggantian arti. Arti lain muncul dari

kata tersebut ketika pemakaiannya dihubungkan dengan kata-kata lain yang mengikutinya, yaitu

Ayat-Ayat Tuhan, pada Serumpun Ayat-Ayat Tuhan, hinggap di waktu pagi. Kata Ayat-Ayat Tuhan

ditulis dengan awal huruf kapital. Salah satu penggunaan huruf kapital adalah untuk ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci. Oleh karena itu, Ayat-ayat Tuhan diartikan sebagai firman; bagian surah dari kitab suci Al quran. Dalam kehidupan nyata, Al quran diturunkan kepada manusia untuk dibaca dan dipahami, dijadikan pegangan hidup dan petunjuk dalam mencari keselamatan. Bait hinggap di waktu pagi merupakan bait yang menerangkan serumpun

Ayat-Ayat Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Ayat-Ayat-Ayat-Ayat Tuhan diterangkan hinggap (boleh jadi ayat yang

didengar atau ayat-ayat yang dibaca si aku) adalah untuk mengiaskan bahwa si aku sedang membaca dan memahami beberapa dari ayat-ayat Al quran. Dengan demikian, dalam baris [1] ditemukan

penggantian arti dengan adanya penggunaan kiasan personifikasi.

Terkait dengan penyimpangan arti, Riffaterre (dalam Pradopo, 2012:213) mengemukakan bahwa penyipangan arti terjadi bila dalam sajak ada ambiguitas, kontradiksi, ataupun nonsense. Dalam sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan penyimpangan arti ditemukan dalam baris-baris berikut.

Di desir air tak sempat berpijak, berputih hatilah aku kala tersakiti

Kata Di menunjukkan keterangan tempat, di mana sebuah peristiwa atau keadaan terjadi.

Desir merupakan tiruan tiupan bunyi, dalam hal ini adalah bunyi air. Tak sempat berpijak kata tak

merupakan bentuk tidak formal dari kata tidak. Kata ini berfungsi untuk memberikan negasi atau penidakan atas suatu kondisi. Sempat berarti suatu keadaan yang mengarah pada adanya suatu kesempatan atau ada peluang untuk sesuatu. Kata berpijak berarti melakukan suatu tumpuan atau berdiri. Baris berikutnya berbunyi berputih hatilah aku kala tersakiti. Kata berputih merupakan sebuah bentuk kata kerja yang berarti menjadi baik atau berbaik hati. Kata kala menunjukkan pada suatu waktu. Tersakiti menunjukkan keadaan menderita atau kesusahan. Tersakiti merupakan keadaan di mana seseorang mengalami penderitaan atau kesusahan karena perilaku atau perbuatan orang lain. Jadi, si aku berbaik hati ketika ia mengalami sesuatu yang menyusahkan akibat dari perbuatan orang lain.

Dalam sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan ditemukan irama sajak yang menimbulkan suasana mistis dalam dialog manusia dengan Tuhan yang meneyangkan, sebagaimana tampak dalam baris-baris berikut.

Sapa-Nya jadilah engkau naga, karena sudah bemata, mengembaralah! Jelajahi tebing dan bebatuan

Jangan berhenti mendaki, di ujung letih akan mekar sebuah rahasia

(5)

Di puncak kupetik lagi setangkai ayat Tuhan warna kuning naga Kupakai pada siang dan malam

Aku berbisik pada tuhan; Telah engkau beri aku mata hati

Hamba yang direndahkan telah mendaki Kuning-Mu cahaya-Mu, telah aku mengerti memberi binar langkahku, kupatri yakinku

Pada sajak di atas tampak efony yang tergambar dari ulangan bunyi a, e, u yang dipadu dengan

m, h, n yang dominan dalam sajak. Hal tersebut menimbulkan suasana mistis dalam dialog antara

manusia dengan Tuhan. Bunyi efony menimbulkan suasana yang menyenangkan.

Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik

Pembacaan Heuristik

Kalimat Serumpun Ayat-Ayat Tuhan yang digunakan penyair sebagai judul dalam sajak. Kata

serumpun berarti beberapa bagian atau beberapa potong. Kalimat Serumpun Ayat-Ayat Tuhan juga

digunakan penyair dalam mengawali sajak, yaitu sebagai baris pertama dalam sajak. Kata ayat-ayat

Tuhan berarti ayat-ayat suci yang terdapat di dalam kitab Al quran. Ayat-ayat Tuhan ialah firman

Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai wahyu. Jadi judul dan baris pertama sajak tersebut berarti beberapa ayat-ayat dalam kitab suci Al quran.

Hinggap di waktu pagi. Kata hinggap merupakan kata yang berarti bertengger setelah terbang,

kata ini dipakai untuk menggambarkan keadaan para hewan yang memiliki sayap, seperti burung, capung, dan sebagainya. Kata hinggap juga dapat diartikan menimpa atau menghampiri. Kata di waktu

pagi menunjukkan keterangan keadaan atau bagian dari awal hari; waktu setelah matahari terbit

hingga menjelang siang hari. Baris tersebut, yaitu hinggap di waktu pagi merupakan bagian anak kalimat dari kalimat sebelumnya, yaitu serumpun ayat-ayat Tuhan. Dalam kalimat yang utuh, kedua baris sajak tersebut menunjukkan bahwa pada waktu pagi beberapa ayat dari kitab suci Al quran menyertai si aku. Makna dari menyertai adalah ketika si aku membaca dan memahami isi atau makna dari ayat-ayat Al quran.

Pembacaan Hermeneutik

Al quran diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia. Bagi seseorang yang berpegang teguh kepada ayat-ayat yang tercantum di dalam Al quran dijanjikan akan mengikuti jalan keselamatan. Keselamatan mengacu pada jalan hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat. Dunia merupakan tempat hidup sementara dan akhirat adalah tempat yang abadi. Setiap makhluk di dunia akan menemui kebinasaan hidup. Jin, manusia, dan hewan adalah makhluk yang akan dimatikan. Ketika apa yang ada di dunia telah dibinasakan akan datang masa atau hari pembalasan. Pembalasan adalah hari setiap amal baik dan amal yang buruk diperhitungkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Segala amal baik akan menuntun pada kenikmatan surga, dan amal buruk akan mendapatkan siksaaan di neraka.

Dalam sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan, si aku menyadari bahwa dengan berpegang teguh pada Al quran akan mengantarkan menunju keselamatan. Kesadaran tentang hakikat jalan yang selamat tersebut disadarinya pada waktu si aku masih muda, yaitu pada baris hinggap di waktu pagi.

(6)

Baris tersebut menunjukkan pula tentang sikap rendah diri dan rasa kesyukuran si aku. Dengan pemilihan kata hinggap sebagai petanda untuk sesuatu yang datang atau menghampiri. Si aku menyadari bahwa petunjuk jalan yang benar, yaitu Al quran didatangkan (dipahamkan) kepadanya. Hal tersebut membuat si aku bersikap rendah diri karena merasa tidak berbuat apa-apa tetapi diberi banyak hal. Pemberian tersebut berupa pemahaman si aku tentang ayat-ayat Tuhan yang diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia.

Baris berikutnya, yaitu kupetik setangkai menghiasi jendela hati, dirumbai cerah matahari. Baris tersebut menunjukkan bahwa si aku membesarkan dan menghormati kitab suci Al quran. Al quran yang diturunkan sebagai petunjuk disadari si aku mengandung banyak hal dan pelajaran yang berarti. Oleh karena itu, sebagian kecil (setangkai) saja dari ayat-ayat Al quran jika dipahami dapat memperindah diri dan menerangi hati seseorang. Al quran diibaratkan cerah matahari, sebagai sesuatu yang dapat menerangi seluruh apa-apa yang ada di muka bumi. Dijadikan petunjuk, penuntun hidup dalam jalan menuju kebahagian yang abadi. Besarnya isi dan kandungan makna di dalam Al quran, sedikit saja (dirumbai) mampu dipahami dan ikuti, diyakini si aku akan membawanya pada kebahagian yang sejati.

Matriks, Model, dan Varian dalam Sajak

Serumpun Ayat-Ayat Tuhan

Karya Iberamsyah

Barbary

Dalam sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary kalimat Ayat-Ayat Tuhan adalah kalimat yang memiliki pengulangan dominan dibanding kalimat lain. Dalam sajak di atas, kalimat Ayat-Ayat Tuhan diulang sembilan kali. Hal ini menunjukkan bahwa kalimat tersebut memiliki dominasi. Dominasi yang digambarkan dalam sajak tersebut mengindikasikan bahwa kalimat

Ayat-Ayat Tuhan merupakan petunjuk dalam menentukan matriks. Dengan pertimbangan tersebut yang

menjadi matriks dalam sajak adalah Al quran. Al quran adalah kitab suci umat Islam. Al quran

berisi firman Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Adapun varian-varian yang

digunakan dalam sajak ini ada lima, yaitu warnanya putih puisi, mekar sebuah rahasia, warnanya kuning

naga, kuning-Mu, cahaya-Mu. Kelima varian ini memberikan sokongan makna terhadap matriks dan

model. Kelima varian ini merupakan manifestasi nyata bagaimana si aku memahami makna-makna yang terkandung dari dalam kitab suci Al quran.

Hubungan Intertekstualitas Sajak

Serumpun Ayat-Ayat Tuhan

Karya Iberamsyah Barbary

Sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan memiliki hubungan intertekstualitas dengan teks lain, seperti hubungannya dengan ayat suci Al quran.

Kupetik setangkai menghiasi jendela hati, di rumbai cerah matahari

warnanya putih puisi, putihnya pasir terhampar tempat aku menapak jejak

Pada baris di atas dinyatakan bahwa ayat-ayat Tuhan dapat mengisi hati si aku (ayat-ayat Tuhan dipahami sebagai pedoman hidup). Baris selanjutnya juga menyatakan bahwa ayat-ayat Tuhan warnanya putih puisi, putihnya pasir terhampar. Ayat-ayat Tuhan (Al quran) dinyatakan berwarna putih puisi, hal ini menunjukkan bahwa Al quran memiliki keindahan dan makna dalam. Penyair menyatakan bahwa ayat-ayat Tuhan digunakan untuk menghiasi hati. Hal tersebut memiliki hubungan intertekstualitas dengan ayat-ayat Tuhan yang menyatakan bahwa Al quran diturunkan

(7)

sebagai petunjuk bagi manusia (yang tidak berilmu) dalam mengarungi kehidupan (tempat aku menapak jejak). Hal ini telah tercantum sebelumnya di dalam kitan suci Al quran, yaitu sebagai berikut.

Tafsir surat Al-baqarah Ayat 2: Allah Subhanahu wa swt. berfirman: Dzalikal kitabu la raiba fihi hudal lil muttaqin. Artinya: “Kitab (Al quran) ini tidak ada keraguan pada nya dan petunjuk bagi

orang yang bertakwa.” Tafsir Ayat:Dzalikal Kitab (Kitab Al quran ini). Kata Zalika arti sebenarnya adalah “Itulah” akan tetapi disini diartikan sama dengan Hadza yakni inilah. Pemindahan arti ini diambil dari isyarat yang menggunakan huruf Lam yang menunjukkan jarak yang lebih jauh, untuk memberikan makna betapa tingginya kedudukan dan derajat Al quran ini. Al-Kitab disini maksud nya adalah Al quran. Bukan Injil, bukanTaurat dan bukan yang lain nya. La Raiba fihi (tidak ada keraguan pada nya), kata Ar-Raib artinya keraguan. Makna ayat ini adalah bahwa kitab Al quran ini tidak ada keraguan di dalamnya, dalam bentuk apapun, karena ia diturunkan dari sisi Allah swt.

Intertekstuliatas lain dari sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan juga tampak dari kutipan berikut.

Kecantikan, kegagahanmu hanyalah pupur Debu cacing yang hancur

Melebur di lumpur kotor

Agar tidak kecewa kala terhempas

Agar tidak merasa berkibar kala di puncak

Baris di atas menyatakan bahwa janganlah merasa tinggi hati (sombong) atas anugerah yang diberikan, baik berupa kecantikan maupun kegagahan. Hal itu dipahami si aku bersifat sementara (pupur), yaitu dapat hilang sekejap mata. Seperti pupur atau bedak di wajah yang akan luntur ketika dicuci dengan air. Jadi, tidak akan ada artinya menyombongkan sesuatu yang bahkan tidak abadi (debu cacing yang hancur). Si aku memberi nasihat agar anak-anaknya mengetahui hakikat hidup di dunia. Hakikat tentang dirinya dan Tuhan. Dunia dan isinya akan hancur. Semua manusia akan mati. Ketika seseorang mengenal dirinya dan mengenal Tuhannya maka yang ada adalah perasaan rendah hati dan tidak merasa memiliki (melembur di lumpur kotor). Seseorang yang memiliki hati mulia (sifat rendah hati) akan selamat dan bahagia. Meskipun ada banyak hal yang akan membuatnya sedih dan sakit (agar tidak kecewa kala terhempas) dan banyak hal lainya yang akan membawanya berada di kenikmatan (agar tidak merasa berkibar kala di puncak). Oleh karena ilmu yang telah ada di hatinya (sabar dan syukur) akan membawa anak-anak itu menuju jalan kebahagiaan dan keselamatan.

Jangan terlalu berbangga dengan nikmat yang diperoleh karena itu bukanlah hasil dari kemampuan manusia. Itu semua adalah takdir yang Allah tetapkan dan rezeki yang telah Allah

bagikan. Hal tersebut memiliki hubungan intertekstualitas dengan firman Allah swt. Yang artinya:

“Dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu” Janganlah menjadikan nikmat Allah sebagai sikap sombong dan membanggakan diri di hadapan lainnya. Itulah selanjutnya Allah swt. berfirman: yang artinya “Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” Janganlah bersedih dengan nikmat dunia yang luput darimu. Janganlah pula

berbangga dengan nikmat yang diberikan padamu. Karena nikmat tersebut dalam waktu dekat bisa sirna. Sesuatu yang dalam waktu dekat bisa sirna tidak perlu dibangga-banggakan. Jadi tidak perlu berbangga dengan hasil yang diperoleh dan tidak perlu engkau bersedih dengan sesuatu yang luput darimu. Semua ini adalah ketetapan dan takdir Allah.

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dalam unsur ketidaklangsungan ekspresi ditemukan kata-kata, frasa, dan kalimat yang merupakan wujud dari penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti. Pembacaan heuristik dan hermeneutik sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary. Pada tahap pembacaan heuristik ditemukan arti-arti yang tidak gramatikal; tidak terpadu. Namun, setelah pembacaan secara hermeneutik dilakukan maka ditemukan makna-makna yang terkandung di dalam sajak, menyangkut isi, sasaran, dan tujuan. Matriks, model, dan varian sajak Serumpun

Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary. Matriks, model, dan varian merupakan inti dari makna yang

terkandung di dalam sajak. Oleh karena itu, penentuan matriks, model dan varian penting dilakukan untuk memahami makna secara utuh. Hubungan intertekstualitas sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary. Hubungan interteks sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan membantu untuk menemukan pemahaman makna sajak secara lebih maksimal. Hubungan intertekstual sajak

Serumpun Ayat-Ayat Tuhan memiliki kesamaan dengan beberapa ayat dalam kitab suci Al quran dan

Al hadits.

Saran

Kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian atas antologi puisi Serumpun Ayat-Ayat

Tuhan karya Iberamsyah Barbary dengan menggunakan teori semiotika yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Al Hafizh, Muhammad. 2009. Sejadah Terakhir Karya Edy A. Effendi: Sebuah Kajian Semiotik Michael Riffaterre. Lingua Didaktika Volume 2 Edisi 4.

Barbary, Iberamsyah. 2012. Serumpun Ayat-Ayat Tuhan. Banjarbaru: PT Grafika Wangi Kalimantan.

Fatmawaty, Lynda Susana Widya Ayu. 2009. Sosok Wanita dalam Puisi “Portrait D’une Femme” Karya

Ezra Pound (Sebuah Kajian Melalui Pendekatan Struktural dan Semiotik). Semarang: Universitas

Diponegoro.

Nöth, Winfried. 2006. Handbook of Semiotic. Diterjemahkan oleh . Surabaya: Airlangga University

Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2011. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rusmana, Dadan. 2014. Filsafat Semiotika. Bandung: Pustaka Setia.

Siswantoro. 2014. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Uniawati. 2007. Mantra Melaut Suku Bajo: Interpretasi Semiotik Riffaterre. Semarang: Universitas Diponegoro.

Referensi

Dokumen terkait

Suatu aset berwujud yang dimiliki perusahaan dan umurnya lebih dari satu tahun, tetapi dibeli perusahaan dengan maksud untuk dijual lagi, tidak dapat dikategorikan sebagai aset

Para mahasiswa baru ini memasuki lingkungan kampus tanpa mengetahui sedikitpun tentangapa itu peraturan dan sistem akademik di dalam kampus, seandainya pun ada yang tahu

berarti tingkat kepuasan wisatawan untuk tingkat kepuasan wisatawan terhadap kualitas makanan dan kecepatan pelayanan dari Room Service berada pada penilaian penilaian

Quadrupole and ion trap mass analysers show constant peak widths and mass differences over the entire mass range, hence both analyser types operate at constant mass resolution

Berdasarkan hasil penelitian ini maka kesimpulan yang dapat penulis ambil dari penelit ian adalah sebagai berikut : (1) Budaya organisasi di r umah sakit Islam sw ast a di Kot a

Dengan ini kami mengundang perusahaan saudara untuk megikuti Klarifikasi Penawaran Paket Pekerjaan Peningkatan Jalan Ruas Kopi - Owata pada kegiatan Pembangunan

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui gaya arsitektur bangunan Indis yang berada di pusat kota Boyolali dan pengaruhnya terhadap dinamika sosial budaya

memperlihatkan hasil SEM-EDX dari permukaan paduan kobalt setelah rolling yang diambil pada dua titik berbeda, yaitu pada daerah normal (permukaan rata) dan pada