• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Penggunaan Lahan Gambut untuk Pertanian Di Kawasan Hutan Produksi Muara Bedak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Potensi Penggunaan Lahan Gambut untuk Pertanian Di Kawasan Hutan Produksi Muara Bedak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Potensi Penggunaan Lahan Gambut untuk Pertanian Di Kawasan

Hutan Produksi Muara Bedak Kecamatan Bayung Lincir

Kabupaten Musi Banyuasin

Potency using of Peat Landscape for Agriculture at Muara Medak

Production Forest Area Bayung Lincir Subdistrict,Musi

Banyuasin Regency

Nova Tri Buyana1), Muharnawan Jumadi1) , Muh. Bambang Prayitno1), Bakri1) Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

*)

Corresponding author: aya_noone@yahoo.co.id

ABSTRACT

This study aims to determine the potential of peat lands for agriculture which can be seen through the characteristic landscape of peat in production forests and peat depth, physical and chemical properties of peat, hydrology and vegetation conditions in the village of Muara Medak Bayung Musi Banyuasin slippy. The survey method used is survey method with the observation point based on GPS coordinates with boring observation distance is 1 kilometer, then do grouping based on the uniformity of peat in order to get some point representation. The results showed peat with a depth of 0-3 meters potential as agricultural land, while the depth of more than 3 meters recommended as forest conservation. Maturity peat on the top layer is dominated by fibric and at deeper depths is very diverse (fibric, hemik and sapric). High pool of river Lalan and its tributaries which reach 1 meter, affect the hydrological conditions at the location of the dominant vegetation on the site is an annual tree like meranti (Shorea sp), mangosteen (Koompassia malacensis), jelutung (Dyera sp.), Varnish, durian payo (Durio sp), and also some lower plants such as red nut.

Key words : Peat, forest

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi lahan gambut untuk pertanian yang dapat diketahui melalui karakteristik gambut pada bentang lahan hutan produksi yang meliputi kedalaman gambut, sifat fisik dan kimia gambut, kondisi hidrologi dan kondisi vegetasi di Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin. Metode survai yang digunakan adalah metode survai dengan titik pengamatan berdasarkan koordinat GPS dengan jarak pengamatan boring adalah 1 kilometer, kemudian dilakukan pengelompokan berdasarkan keseragaman gambut sehingga didapat beberapa titik pewakil. Hasil penelitian menunjukkan gambut dengan kedalaman 0 – 3 meter berpotensi sebagai lahan pertanian, sedangkan kedalaman lebih dari 3 meter di rekomendasikan sebagai hutan konservasi. Kematangan gambut pada lapisan atas didominasi oleh fibrik dan pada kedalaman lebih dalam sangat beragam (fibrik, hemik dan saprik). Tinggi genangan Sungai Lalan dan anak sungainya yang mencapai 1 meter, mempengaruhi kondisi hidrologi pada lokasi dengan vegetasi dominan pada lokasi tersebut merupakan pohon tahunan seperti meranti (Shorea sp), manggis (Koompassia malacensis), jelutung (Dyera sp.), rengas, durian payo (Durio sp), dan juga beberapa tanaman lebih rendah seperti pinang merah.

Kata kunci : Gambut, hutan

PENDAHULUAN

Hutan memiliki banyak manfaat untuk manusia, merupakan paru-paru dunia sehingga perlu dijaga agar tidak membawa dampak yang buruk di masa kini dan masa datang. Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lan sebagainya serta menempati daerah yang cukup luas.

(2)

Negara kita Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas dan beraneka ragam jenisnya dengan tingkat kerusakan yang cukup tinggi akibat kebakaran hutan, penebangan liar dan lain sebagainya. Menurut Resosudarmo (2003) Luas hutan di Sumatera selama tahun 1985 – 1997 telah hilang sekitar 30 %, dan hampir 100% dari kawasan tersebut aslinya tertutup hutan, pada tahun 1997 hanya sekitar 35 % Pulau Sumatera yang ditutupi hutan.

Hutan gambut merupakan hutan hujan tropis berdaun lebar dimana tanah yang terendam air mencegah dedaunan dan kayu terdekomposisi sepenuhnya. Seiring waktu berlalu, terbentuk lapisan gambut yang bersifat asam.

Menurut Radjagukguk (1990) Gambut terbentuk dari bahan organik yang terdekomposisi secara anaerobik dimana laju penambahan bahan organik lebih tinggi dari laju dekomposisinya. Daerah dataran rendah dan dataran pantai, mula-mula terbentuk gambut topogen karena kondisi anaerobik yang dipertahankan oleh tinggi permukaan air sungai, tetapi kemudian penumpukkan seresah tanaman yang semakin bertambah menghasilkan pembentukkan hamparan gambut ombrogen yang berbentuk kubah (dome), akibat akumulasi seresah vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun, sehingga status keharaan rendah dan mempunyai kandungan kayu tinggi.

Tanah gambut merupakan tanah dengan lapisan bahan organik lebih dari 50 cm, dan tanah bergambut adalah tanah dengan kedalaman lapisan organik kurang dari 50 cm. Dalam padanan tatanama klasifikasi tanah dinyatakan tanah gambut sama dengan Organosol (sistem Dudal-Soepraptoharjo) ; Organosol (Pusat Penelitian anah dan Agroklimat) ; Histosol (FAO/UNESCO) ; Histosol (USDA Soil Taxonomi) (Hardjowigeno, 1992).

Jumlah areal gambut di dunia diperkirakan lebih dari 500 juta Ha, sedangkan di Indonesia penyebarannya cukup luas, diperkirakan mempunyai cadangan gambut seluas 17 juta ha. Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang mempunyai cadangan gambut terbesar keempat di dunia setelah Kanada, Rusia dan Amerika Serikat (Soepraptohardjo dan Drieesen, 1976).

Data yang tersedia menyebutkan kira-kira 6,6 juta ha lahan gambut masih terdapat di Sumatera dan sekitar 1,5 juta ha berada di Sumatera Selatan, namun demikian hampir seluruh lahan tersebut tidak lagi berhutan. Hasil survai dan kajian dari Wetlands International Indonesia Programme (WIIP) telah mengidentifikasi adanya sistem hutan rawa gambut yang cukup luas di Kabupaten Musi Banyuasin (Wetlands. 2005)

Hutan rawa gambut di muara medak merupakan sumberdaya utama bagi perekonomian masyarakat setempat yang pemanfaatannya perlu diperhatikan karena merupakan habitat dan koridor satwa liar antara Taman Nasional Berbak di Jambi dan Taman Nasional Sembilang di Sumatera Selatan.perlu dikelola dengan baik sehingga terjamin pemanfaatan yang berkelanjutan dan berfungsi sebagai penyangga air dan udara, selain tempat hidup beberapa hewan asli Sumatera Selatan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi lahan gambut untuk pertanian yang dapat diketahui melalui karakteristik gambut pada bentang lahan hutan produksi yang meliputi kedalaman gambut, sifat fisik dan kimia gambut, kondisi hidrologi dan kondisi vegetasi di Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin.

BAHAN DAN METODE

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Peta wilayah penelitian daerah Kecamatan Bayung Lincir, 2) Sampel tanah, 3) Peta kerja (Foto Citra) skala 1 : 100.000, sedangkan alat yang digunakan adalah : 1) GPS, 2) Meteran, 3) Bor gambut, 4) Munsell Soil Color Charts, 5) Ring sampel, 6) Kompas, 7) Alat-alat yang dipergunakan untuk analisis tanah di laboratorium dan 8) Alat tulis.

(3)

Gambar 1. Lokasi Penelitian di Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin.

Penelitian menggunakan metode survai dengan titik pengamatan telah ditentukan berdasarkan koordinat GPS dengan jarak pengamatan boring adalah 1 kilometer (Gambar 1). Pengamatan meliputi :

1. Pengeboran setiap titik dengan awal pengeboran 50 cm sampai pada lapisan mineral. 2. Sampel tanah gambut diambil pada kedalaman

- 1 meter pertama (di bawah permukaan tanah)

- 1 meter terakhir (diatas batas kedalaman gambut atau diatas tanah) - Masing-masing sampel diambil 1 kg.

3. Kematangan tanah di lapangan ditentukan melalui sidik cepat, yaitu : a. Bahan Fibrik bila kandungan bahan organik kasar lebih dari 2/3 bagian b. Bahan Hemik bila bahan organik dengan tingkat pelapukan kasar 1/3 – 2/3 bagian.

c. Bahan Safriks bila kandungan bahan yaitu : organik kasar kurang dari 1/3 bagian. Hasil pengamatan dan pengambilan sampel kemudian dilakukan pengelompokan berdasarkan keseragaman gambut sehingga didapat beberapa titik pewakil. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah, Air dan Tanaman Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Sifat Kimia Gambut

Kondisi yang sama untuk sifat kimia pada lokasi penelitian yang dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat Kimia Gambut Pada Kawasan Hutan Produksi Muara Medak

No . Kode Sampel pH H2O (%) C-Organik (%) N Nisbah C/N Nilai Sifat tanah Nilai Sifat tanah Nilai Sifat tanah Nilai Sifat tanah 1 1A 4,88 m 27,75 St 1,13 St 25 St 2 2A 4,70 m 26,25 St 1,19 St 22 T 3 3A 4,90 m 20,25 St 0,96 St 21 T 4 5A 4,78 m 29,06 St 1,33 St 22 T 5 5B 4,48 m 39,56 St 0,84 St 47 St 6 7A 4,64 m 39,56 St 1,33 St 30 St 7 7B 4,54 m 38,63 St 0,79 St 49 St 8 9A 4,71 m 42,94 St 1,52 St 28 St 9 9B 4,51 m 43,31 St 0,83 St 52 St 10 11A 4,78 m 40,88 St 1,11 St 37 St 11 11B 4,67 m 42,56 St 0,75 St 57 St 12 13A 4,61 m 40,69 St 1,41 St 29 St

(4)

13 13B 4,59 m 40,69 St 0,69 St 59 St 14 15A 4,51 m 43,88 St 1,00 St 44 St 15 15B 4,64 m 41,81 St 0,94 St 44 St 16 17A 4,59 m 43,88 St 1,47 St 30 St 17 17B 4,57 m 42,38 St 0,64 St 66 St 18 19A 4,70 m 39,00 St 1,27 St 31 St 19 19B 4,98 m 44,25 St 0,95 St 47 St 20 21A 4,67 m 38,06 St 1,15 St 33 St 21 21B 4,72 m 38,44 St 0,88 St 44 St 22 23A 4,54 m 43,50 St 1,47 St 30 St 23 23B 4,61 m 41,44 St 0,90 St 46 St

Keterangan : Sm = Sangat masam, m=masam St= Sangat tinggi, T= Tinggi, S= Sedang, R= Rendah Penilaian sifat tanah didasarkan atas kreteria menurut Pusat Penelitian Tanah (1982) A = Lapisan atas

B = Lapisan Bawah

a. Reaksi Tanah (pH)

Hasil analisis laboratorium, menunjukkan, reaksi tanah (pH) sangat rendah (masam) (Tabel 1). Pada tanah-tanah masam umumnya dijumpai di daerah beriklim basah dengan curah hujan tinggi, dalam tanah tersebut konsentrasi ion H melebihi konsentrasi ion hidroksil (OH-) dan banyak mengandung Al, Fe, dan Mn terlarut. (Tan, 1982).

Reaksi tanah (pH) hasil analisis pada lokasi penelitian ini tergolong masam dengan kisaran pH 4,48 pada titik pengamatan 5B dan yang tertinggi pH 4,98 pada titik pengamatan 19B.

b. Kandungan C – Organik (%)

C-organik merupakan hara utama yang banyak terdapat pada bahan organik termasuk gambut, dengan demikian semakin tinggi kandungan bahan organik pada suatu media akan mempunyai potensi ketersediaan hara C juga tinggi.

Berdasarkan hasil analisis tanah di laboratorium (Tabel 1) dan kriteria penilaian sifat kimia tanah PPT (1983) ternyata kandungan C-organik pada lahan gambut di kawasan Hutan Produksi Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin tergolong sangat tinggi dengan kisaran nilai 20,25% pada titik 3A hingga 43,88% pada titik 15A dan 17A.

c. Kandungan N – Total (%)

Kandungan nitrogen yang dianalisis sebagai nitrogen-total pada lokasi survai Dusun 1, Muara Medak atau pada titik pengamatan 1 hingga 26, disajikan pada Tabel 1. kandungan N pada seluruh sampel gambut dikategorikan sangat tinggi, kecuali pada titik pengamatan 13 lapisan bawah dan 17 lapisan bawah pada kategori tinggi.

Kandungan N pada kategori sangat tinggi, mempunyai nilai persentase N pada kisaran 0,75% (terendah pada 11B) hingga 1,52% (tertinggi pada 9A), sedangkan persentase N pada kategori tinggi dengan nilai 0,64% (titik 17B) dan 0,69% (titik 13B).

Kandungan N-total ini tentunya sangat dipengaruhi oleh lingkungan setempat. nitrogen merupakan unsur yang mudah hilang sebagai gas. Kondisi reduksi (tergenang) dapat mempertahankan kandungan N di dalam tanah. Unsur N-total dialam bersumber pada bahan organik, dan juga di udara dalam bentuk N tersedia. Jumlah N total ini merupakan salah satu sumber hara N di alam yang dapat berubah menjadi nitrogen tersedia setelah mengalami proses pelapukan sempurna (Najiyati, 2005).

(5)

Hasil analisis dari C/N (Tabel 1)maka didapatkan nilai yang terendah untuk lapisan atas dari pengamatan survai gambut ini terdapat pada titik pengamatan 3A dengan nilai C/N 21 dan yang tertinggi untuk lapisan atas terdapat pada titik 15A dengan nilai C/N, sedangkan untuk lapisan bawah yang mempunyai nilai terendah yaitu pada titik pengamatan 15B dan 21B dengan nilai C/N 44 dan nilai yang tertinggi pada lapisan bawah terdapat pada titik pengamatan 17B dengan nilai C/N 66.

Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa tingkat pelapukan yang terjadi belum lanjut. Dekomposisi yang lambat disebabkan kondisi lahan yang jenuh bahkan tergenang air mengakibatkan mikroba perombak bahan organik menjadi tidak aktif. Tingkat dekomposisi yang lambat ini tidak diimbangi dengan laju penumpukkan bahan organik.

e. Kalium Dapat Dipertukarkan

Kalium tergolong unsur yang bersifat mobil, artinya mudah larut dan hilang dari tanah sehingga ketersediaannya juga sangat dipengaruhi jumlah kalium yang hilang dari tanah, gambut yang berasal dari Kawasan Hutan Produksi Muara Medak tergolong rendah dan sedang. Untuk kategori rendah yang mempunyai nilai hasil analisis yaitu 0,19 sampai 0,26 yang terdapat pada hampir semua titik pengamatan. Untuk kategori sedang mempunyai nilai kisaran 0,32 sampai 0,45 (Tabel 2).

Menurut Nyakpa et al., (1986), tanah-tanah organik mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi, tetapi daya ikat kation seperti kalium adalah rendah, sehingga K-dd cepat hilang tercuci dari tanah akibat hujan.

Tabel 2. Lanjutan Sifat Kimia Gambut Pada Kawasan Hutan Produksi Muara Medak

No .

Kode Sampe

l

K-dd (me/100g) Na (me/100g) Ca (me/100g) Mg (me/100g) Nilai Sifat tanah Nilai Sifat tanah Nilai Sifat tanah Nilai Sifat tanah 1 1A 0,38 S 0,55 S 0,73 Sr 0,07 Sr 2 2A 0,45 S 0,65 S 0,88 Sr 0,17 Sr 3 3A 0,26 R 0,44 S 0,77 Sr 0,14 Sr 4 5A 0,45 S 0,65 S 1,34 Sr 0,22 Sr 5 5B 0,32 S 0,44 S 0,50 Sr 0,08 Sr 6 7A 0,38 S 0,55 S 0,86 Sr 0,28 Sr 7 7B 0,32 S 0,55 S 0,45 Sr 0,06 Sr 8 9A 0,45 S 0,65 S 1,25 Sr 0,30 Sr 9 9B 0,26 R 0,44 S 0,63 Sr 0,12 Sr 10 11A 0,38 S 0,55 S 0,97 Sr 0,16 Sr 11 11B 0,26 R 0,44 S 0,90 Sr 0,25 Sr 12 13A 0,26 R 0,44 S 1,33 Sr 0,22 Sr 13 13B 0,32 S 0,55 S 0,63 Sr 0,16 Sr 14 15A 0,38 S 0,55 S 0,66 Sr 0,20 Sr 15 15B 0,26 R 0,44 S 0,84 Sr 0,11 Sr 16 17A 0,32 S 0,44 S 1,42 Sr 0,29 Sr 17 17B 0,26 R 0,33 S 0,84 Sr 0,20 Sr 18 19A 0,19 R 0,44 S 1,49 Sr 0,34 Sr 19 19B 0,26 R 0,44 S 0,96 Sr 0,33 Sr 20 21A 0,26 R 0,55 S 2,05 Sr 0,34 Sr 21 21B 0,38 R 0,55 S 0,83 Sr 0,17 Sr 22 23A 0,26 R 0,44 S 1,08 Sr 0,25 Sr 23 23B 0,19 R 0,65 S 0,73 Sr 0,20 Sr

Keterangan : S = Sedang, R = Rendah, Sr = Sangat Rendah, T = Tinggi, St = Sangat Tinggi Penilaian sifat tanah didasarkan atas kreteria menurut Pusat Penelitian Tanah (1982) A = Lapisan atas

B = Lapisan Bawah

(6)

Kandungan unsur Mg pada lampiran 1, baik di tanah ataupun pada media lain biasanya mempunyai hubungan erat dengan unsur Ca, karena kedua unsur ini di alam terdapat pada mineral tanah yang sama, seperti dolomit, calsit dan gibs.

Ketersediaan hara Mg pada bentang lahan gambut lokasi survai Dusun 1 Muara Medak, seperti disajikan pada lampiran 1, semua sampel tergolong sangat rendah, dengan nilai kisaran 0,06 pada titik pengamatan 7B sampai 0,34 pada titik 19A dan titik 21A.

g. Ca Tanah

Kandungan unsur Ca pada lahan gambut di lokasi survai Dusun 1 Muara Medak, disajikan pada lampiran 1, terlihat bahwa unsur Ca pada kategori sangat rendah.

Kandungan Ca pada kategori sangat rendah mempunyai nilai pada kisaran 0,45 me/100g (7B) hingga 1,49 me/100g (titik 19A). Untuk kategori rendah nilai Ca adalah 2,05 me/100g pada titik 21A.

h. Na Tanah

Natrium adalah salah satu unsur hara yang banyak dijumpai di laut dalam bentuk Na-Cl, dan biasanya pada bentang lahan di dekat atau pesisir laut mempunyai kandungan Na cukup tinggi. Kondisi pasang dan surut air laut akan menyebarkan unsur Na hingga terjauh dan berarti pula potensi pengendapan Na di lahan tersebut.

Kandungan Na pada bentang lahan gambut di lokasi ini terlihat bahwa Na dapat dikategorikan pada sedang, dengan kisaran nilai 0,33 me/100gr (titik 17 lapisan bawah) hingga 0,65 me/100gr (titik 3 lapisan atas, 9 lapisan atas, 23 lapisan bawah dan 12 pada kedalaman 150 cm).

2. Karakteristik Sifat Fisik Gambut

Kondisi hutan rawa gambut di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan telah mengalami perubahan yang sangat nyata dari kondisi semula, yang artinya bahwa baik secara fisik, kimia, biologi dan ekosistem telah mengalami degradasi pada tingkatan yang berbeda.

a. Kematangan Gambut

Penentuan tingkat kematangan di lapangan dilakukan dengan metode peras (squeezing test) dan hasil tingkat kematangan dilihat dari hasil perasan.

Hasil uji dilapangan menunjukkan tingkat kematangan gambut pada lokasi survai berkisar hemik hingga saprik. Pada kedalaman 0,5 meter hingga 1 meter kematangan fibrik terdapat hampir dari setiap titik pengamatan, hal ini disebabkan pada lokasi penelitian mengalami tergenang air, sehingga mengakibatkan laju dekomposisi terhambat dan semakin banyaknya penumpukan sisa dari tumbuhan. Kematangan hemik pada lapisan 0,5 meter sampai 1 meter terdapat pada titik 1, 15, 17, dan 20. Secara umum proses dekomposisi berlangsung lambat karena kondisi fisik lahan yang tergenang sehingga aktivitas mikro organisme pengurai menjadi terhambat. Selain itu bahan organik yang berasal dari jaringan tumbuhan yang banyak mengandung selulosa dan lignin sukar dilapuk.

b. Ketebalan Gambut

Ketebalan gambut pada lokasi penelitian ini sangat beragam (Gambar 2), mulai dari terdangkal sampai dengan terdalam. Gambut dangkal terdapat pada titik pengamatan 3 dengan kedalaman 0,5 meter dan gambut terdalam dijumpai pada titik pengamatan 12 dengan kedalaman 5 meter. Perbedaan kedalaman gambut ini dimungkinkan karena adanya perbedaan permukaan tanah mineral, disisi lain kondisi permukaan air yang rata akan membuat potensi permukaan gambut rata pada saat ini.

Kedalaman gambut yang beragam ini akibat dari permukaan tanah yang tidak sama. diduga, sebagai hasil proses erosi dan sedimetasi serta geologi yang terjadi pada masa lampau. Semakin jauh dari sungai, ketebalan gambut semakin dalam.

-2,50 -2,00 -1,50 -1,00 -0,500,00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Titik Pengamatan

(7)

Gambar 2. Grafik Kedalalam Gambut Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin.

Pada titik pengamatan 9 sampai 12 kedalam gambut cukup dalam, lokasi ini diduga sebagai kuba gambut, karena lokasi ini merupakan lokasi yang terdalam dari beberapa titik pengamatan, lokasi ini juga cukup jauh dari sungai dan kondisinya selalu tergenang air sehingga dekomposisi bahan organik lambat dan semakin banyaknya bahan organik diatasnya yang menumpuk.

c. Bobot Isi

Hasil analisis sifat fisik gambut, maka didapat nilai bobot isi gambut lokasi desa Medak Kecamatan Bayung Lincir berkisar paling rendah pada titik pengamatan 6 dengan nilai bobot isi 0,06 gram/cm3 dan yang tertinggi pada titik pengamatan 5 dan 7 dengan nilai bobot isi 0,28 gram/cm3 (Tabel 3).

Tabel 3. Bobot Isi Tanah Gambut Muara Medak

Kode Sampel Bobot Isi Kode Sampel Bobot Isi

(gram/cm3) (gram/cm3) 1 0,18 13 0,12 2 0,12 14 0,13 3 0,29 15 0,12 4 0,20 16 0,13 5 0,28 17 0,10 6 0,06 18 0,11 7 0,28 19 0,13 8 0,11 20 0,18 9 0,14 21 0,17 10 0,11 22 0,12 11 0,11 23 0,17 12 0,15

Bobot isi yang rendah karena gambut terdiri dari bahan organik dengan kadar air yang tinggi akibat kemampuan memegang air yang tinggi. Ada kecenderungan semakin lanjut tingkat pelapukan maka bobot isi akan semakin meningkat pula. Gambut memiliki sifat kering tak balik bila kering menjadi sangat ringan dan mudah lepas.

d. Kadar Air

Tabel 4. Kandungan Air Tanah Gambut Muara Medak

Kode Sampel Kadar air Kode Sampel Kadar Air

( % ) ( % ) 1 565,78 13 821,63 2 739,45 14 782,40 3 386,89 15 794,28 4 406,56 16 741,91 5 334,07 17 1004,96 6 1531,55 18 849,68

(8)

7 334,74 19 729,62 8 972,86 20 543,38 9 719,82 21 414,61 10 817,99 22 829,13 11 943,24 23 492,03 12 653,30

Berdasarkan hasil pengukuran kadar air kapasitas lapang untuk hutan rawa gambut desa Medak Kecamatan Bayung lincir cukup bervariasi (Tabel 4) dimana nilai terendah untuk kadar air tersebut terdapat pada titik 5 dengan nilai kadar air 334,07 % dan yang tertinggi terdapat pada titik 6 dengan nilai kadar air 1531,55 %. Ini disebabkan karena gambut memiliki kemampuan memegang air yang tinggi sehingga kadar air sangat tinggi juga.

Subagyo (2002), mengatakan gambut mempunyai pori-pori dan kapiler yang tinggi sehingga mempunyai daya menahan air yang besar. Pada keadaan jenuh kandungan air gambut mencapai 4,5 – 30 kali bobot keringnya. Kondisi tanah tetap lembab dengan kadar air tinggi meskipun musim kemarau.

e. Warna

Warna berkisar coklat gelap hingga hitam (Lampiran 2). Perubahan warna sangat jelas untuk gambut dengan tingkat kematangan yang berbeda, gambut Fibrik berwarna merah coklat hingga colat gelap, hemik memiliki warna peralihan dan saprik berwarna sangat jelas yaitu hitam.

Tabel 5. Warna Gambut di Lokasi Penelitian Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin

Kode sampel Warna Gambut Keterangan

1 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

2 10 YR 3/2 Coklat sangat gelap keabu-abuan

3 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

4 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

5 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

6 10 YR 2/1 Hitam

7 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

8 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

9 10 YR 3/1 Abu-abu sangat hitam

10 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

11 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

12 10 YR 3/2 Coklat sangat gelap keabu-abuan

13 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

14 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

15 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

16 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

17 10 YR 2/1 Hitam

18 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

19 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

20 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

21 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

22 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

23 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap

Hasil dari pengamatan di lokasi warna gambut di lokasi Desa Medak kecamatan Bayung Lincir di dominasi oleh warna coklat sangat gelap, hanya beberapa lokasi saja yang warnanya sedikit berbeda. Warna gelap akibat dari kandungan bahan organik yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Darmawijaya (1992), bahwa bahan organik memberi warna kelam pada tanah.

3. Vegetasi

Vegetasi yang tumbuh di lahan gambut pada umumnya adalah vegetasi khas, dan banyak ditemukan pada lokasi lahan gambut lainnya. Namun demikian dengan adanya penebangan hutan baik legal dan illegal dan kegiatan hanya akan mampu mengurangi populasi dan jenis vegetasi yang tumbuh pada suatu bentang lahan gambut.

(9)

Vegetasi dominan pada lokasi tersebut merupakan pohon tahunan seperti meranti (Shorea sp), manggris (Koompassia malacensis), jelutung (Dyera sp.), rengas, durian payo (durio sp), dan juga beberapa tanaman lebih rendah seperti pinang merah. Pohon meranti dan durian payo banyak ditemukan dengan diameter cukup besar (sekitar 50 cm) dan sangat tinggi Kondisi vegetasi ini cukup baik, karena areal survai ini merupakan hutan produksi, namun demikian di lapangan telah banyak pohon yang roboh dan ditebang oleh masyarakat sekitar, sehingga populasinya jaun berkurang.

Hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem yang unik, kaya akan keanekaragaman hayati, memiliki atau dapat memberikan jasa kepada lingkungan seperti pengaturan tata air, penyerapan dan penyimpanan karbon agar perubahan iklim lokal maupun global dapat terkendali.

4. Hidrologi

Kondisi hidrologi pada daerah survai Dusun 1, Muara Medak yang pada umumnya merupakan perbatasan darat dan rawa gambut ketinggian air tidak begitu dalam, namun demikian semakin kea rah hutan atau mendekati sungai ketinggian air cukup dalam.

Gambut merupakan media yang sangat bagus dalam pengikatan air, dengan demikian meskipun air sangat dangkal atau hanya mempunyai ketinggian sekitar 10 cm, namun untuk melewatinya masuk cukup sulit, terutama pada kondisi gambut yang telah matang.

Tabel 6. Tinggi Genangan Pada Lokasi Gambut Muara Medak.

Kode Tinggi Muka Air Kode Tinggi Muka Air

Sampel (cm) Sampel (cm) 1 100 12 5 2 30 13 15 3 8 14 12 4 10 15 10 5 6 16 8 6 12 17 10 7 7 18 15 8 4 19 15 9 4 20 15 10 5 21 20 11 5 22 5 23 10

Di Lokasi penelitian ini semuanya tergenang air, dengan ketinggian bervariasi antara 4 – 30 cm, dan ada satu lokasi yaitu pada titik 1 yang tinggi genangannnya mencapai 1 meter . kondisi ini di karenakan berada di dekat sungai sehingga air sungai dengan mudah masuk ke hutan rawa gambut ini. Kondisi yang selalu tergenang ini menyebabkan dekomposisi bahan organik menjadi lambat, sehingga banyaknya bahan organik yang bereda diatas permukaan dan mengakibatkan tebalnya gambut di lokasi penelitian ini. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil pengamatan dan analisis di lapangan maka dapat ditarik kesimpulan antara lain: 1. Kedalaman gambut pada lokasi penelitian terdalam pada titik 11 dan 13 yakni 5

meter dan menurun hingga menuju tanah mineral (titik 25).

2. Kematangan gambut pada lapisan atas didominasi oleh fibrik pada lokasi penelitian, dan pada kedalaman lebih dalam sangat beragam (fibrik, hemik dan saprik).

3. Sifat kimia gambut pada lokasi penelitian ini yaitu reaksi tanah (pH) tanah tergolong masam, C-Organik, N-total serta kandungan C/N tergolong sangat tinggi, K-dd tergolong rendah hingga sedang, Na tergolong sedang, Ca dan Mg tergolong sangat rendah.

(10)

4. Sifat fisik gambut pada lokasi penelitian ini yaitu bobot isi berkisar antara 0,06 gram/cm3 hingga 0,28 gram/cm3, kadar airnya mempunyai nilai kisaran 334,07 % hingga1531,55 % dan warna gambut pada lokasi penelitian ini berwarna coklat sangat gelap.

5. Gambut dengan kedalaman 0 – 3 meter berpotensi sebagai lahan pertanian, sedangkan kedalaman lebih dari 3 meter di rekomendasikan sebagai hutan konservasi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan pada pihak yang memberikan dukungan dalam penelitian dan penulisan makalah, baik sebagai mitra konsultasi dan/atau penyandang dana.

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, N, M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, Go Ban Hong, H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung

Isa Darmawijaya, M. 1990. Klasifikasi Tanah. Dasar-dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Gajah Mada Universty Press. Yogyakarta. Notohadiprawiro. 1995. Selidik Cepat Ciri Tanah di Lapangan. Yogyakarta.

Radjagukguk, A. 1990. Pertanian Berkelanjutan di Lahan Gambut dalam Alami Pengolahan Gambut Berwawasan Lingkungan Volume 2 Nomor 1 Tahun 1997.

Rismundar, T. 2001. Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Menciptakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Makalah Falsafah Sains. Juni 2001. Institut pertanian Bogor. Program Pasca Sarjana (S3).

Resosudarmo, I.A.P. 2003. Kemana harus Melangkah ? Masyarakat, Hutan, dan Perumusan Kebijakan di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Subagjo, H. 2002. Penyebaran dan Potensi Tanah Gambut di Indonesia untuk Pengembangan Pertanian. Technical Report 410.02. Wetlands International-Indonesia Programme, Wildlie Habitat Canada, Bogor.

Soepraptohardjo, M. and P.M. Driessen. 1976. The Lowland Peat of Indonesia, a challenge for the future. In : Peat and Podzolic Soils and their Potensial for Agriculture in Indonesia. Soil Res. Institute Bogor.

Tan, Kim H. 1982. Principles of Soil Chemistry. Diterjemahkan oleh Goenadi, D.H. 1998. Dasar-Dasar Kimia Tanah Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Wahyu, C. A., I Nyoman N. Suryadiputra, Bambang Hero Saharjo dan Labueni Sibora. 2005. Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut. Wetlands Internasional-IP. Bogor

Wahyunto, S. Rintung, Suparto, H. Subagjo. 2005. Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon di Sumatera dan Kalimantan. Wetlands Internasional-IP. Bogor.

Wetlands International. 2005. Draft Rencana Tata Ruang dan Pengelolahan Kawasan Hutan rawa Gambut Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera selatan. Palembang.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian di Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir                     Kabupaten Musi Banyuasin
Tabel 2. Lanjutan Sifat Kimia Gambut Pada Kawasan Hutan Produksi Muara Medak
Tabel 3. Bobot Isi Tanah Gambut Muara Medak
Tabel  5.  Warna  Gambut  di  Lokasi  Penelitian  Desa  Muara  Medak  Kecamatan  Bayung  Lincir  Kabupaten Musi Banyuasin

Referensi

Dokumen terkait

Pertama, adanya tekanan persaingan dari organisasi lain (terutama organisasi nonKoperasi). Kedua, adanya perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat perubahan waktu

Buy on Weakness : Harga berpotensi menguat namun diperkirakan akan terkoreksi untuk sementara Trading Buy : Harga diperkirakan bergerak fluktuatif dengan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pembelajaran kimia yang telah dilakukan pada sejumlah SMA Negeri di Kota Palu ditemukan bahwa pembelajaran kimia yang dilakukan sangat

Dengan hasil tersebut, maka hipotesis penelitian H1 yang menyatakan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan

2012 Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi (dana Tugas Pembantuan/TP dan Dekon) melalui program pengelolaan.. Upaya yang telah dilakukan Direktorat Budidaya Aneka

Tiga kompetensi warga negara ini sejalan dengan tiga komponen kewarganegaraan yang baik, yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan

Di sisi lain, perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah ini perlu dibarengi dengan penyediaan sumber daya insani yang kompenten, handal, dan profesional dalam bidang ekonomi

Pada Bulan September Tahun 2013, PKH mulai aktif di Kabupaten Sukoharjo dan dapat diakses di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo sejumlah 12 kecamatan dan 128