PENGARUH KONSUMSI PANGAN DAN PRODUK DOMESTIK
BRUTO TERHADAP IMPOR INDONESIA TAHUN 2010-2019
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Muhammad Nasrullah
135020107111025
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
PENGARUH KONSUMSI PANGAN DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP
IMPOR INDONESIA TAHUN 2010-2019
Yang disusun oleh :
Nama
: Muhammad Nasrullah
NIM
: 135020107111025
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di
depan Dewan Penguji pada tanggal 26 November 2020
Malang, 12 Desember 2020
Dosen Pembimbing,
Dr. rer. pol Wildan Syafitri. S.E.,M.E.
PENGARUH KONSUMSI PANGAN DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP IMPOR
INDONESIA TAHUN 2010-2019
Muhammad Nasrullah Dr. rer. pol Wildan Syafitri. S.E.,M.E.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang Email: mukhammadnashrullah@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi pangan dan produk domestik bruto terhadap
impor di Indonesia tahun 2010-2019. Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan
sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, jurnal ilmiah dan beberapa literatur yang mendukung
penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif menggunakan regresi data
panel. Analisis data yang digunakan adalah teknik regresi linier berganda. Analisis data juga dilengkapi
dengan analisis dara deskriptif dan analisis inferensial. Hasil dari penelitian ini adalah konsumsi pangan
dan produk domestik bruto berpengaruh signifikan dan positif terhadap impor Indonesia Tahun 2010-2019
secara parsial dan simultan.
Kata kunci : konsumsi pangan, produk domestik bruto, impor
A. PENDAHULUAN
Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa indikator ekonomi yang bisa mencerminkan kegiatan ekonomi di masyarakat. Perkembangan indikator ini tidak saja dapat berpengaruh pada tingkat stabilitas ekonomi, tetapi juga pada tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Adapun salah satu indikator terpenting adalah pertumbuhan ekonomi yang untuk pencapaiannya tidak hanya dipengaruhi oleh ketersedian pembiayaan yang memadai, tetapi juga oleh masalah distribusi sumber daya yang ada. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat ditentukan dengan kenaikan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut. Besar kecilnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor.
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas suatu wilayah selama periode satu tahun. Interprestasi dari pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa yang dihitung dalam kategori PDB adalah produk atau output yang berupa barang dan jasa yang diproduksi oleh input atau faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara yang bersangkutan maupun warga negara asing yang tinggal secara geografis di negara itu (Sunyoto, 2014).PDB per kapita Indonesia dilaporkan sebesar 4,193.109 USD pada 2019. Rekor ini naik dibanding sebelumnya yaitu 3,945.168 USD untuk 2018. Data Pdb Per Kapita Indonesia diperbarui tahunan, dengan rata-rata 3,677.725 USD dari 2010 sampai 2019, dengan 10 observasi. Data ini mencapai angka tertinggi sebesar 4,193.109 USD pada 2019 dan rekor terendah sebesar 3,178.704 USD pada 2010.
Perdagangan internasional sangat berperan dalam mendukung ekonomi negara di tengah perekonomian dunia yang semakin terkait satu sama lain (Todaro dan Smith, 2006:79). Salah satunya dengan ekspor dan impor. Nilai impor
Indonesia mengalami kenaikan yang fluktuatif, semisal dari tahun 2011-2015 tahun 2011 nilai impor Indonesia senilai 177,4 Milyar. Tahun selanjutnya nilai impor mengalami kenaikan sebesar 190 milyar, dimana hampir berimbang dengan nilai ekspor dengan total 191,7 Milyar. Pada tahun 2013 nilai impor Indonesia mengalami penurunan dengan total 182,6 Milyar. Tahun 2014 pun mengalami penurunan nilai impor 176 milyar. Pada tahun 2015, baik nilai ekspor menjadi 142,7 Milyar.
Kebijakan impor terjadi apabila jumlah konsumsi dalam negeri meningkat, sedangkan jumlah produksi dalam negeri tidak mampu memenuhinya. Pola konsumsi pangan masyarakat akan berbeda dan berubah dari waktu ke waktu. Pola konsumsi pangan antara daerah satu dengan daerah lainnya dapat berbeda tergantung dari lingkungannya termasuk sumber daya dan budaya setempat, selera dan pendapatan masyarakat. Konsumsi makan makanan dan minuman pada masyarakat mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun, misalnya data BPS pada tahun 2019 pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk makanan dan minuman (selain restoran) pada triwulan I 2019 tumbuh 5,29% dibanding triwulan I tahun sebelumnya (yoy). Capaian tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan total pengeluaran konsumsi masyarakat sebesar 5,01% (yoy), maupun pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,07% (YoY).
B. KAJIAN PUSTAKA Teori Depedensia
Teori ketergantungan merupakan teori yang muncul tahun 1960-1970 sebagai kritik, sebagai tanggapan terhadap teori modernisasi. Seperti pada faktanya bahwa teori ini mengkritik melambatnya pembangunan di negara ketiga, yang digadang-gadang bakal menguntungkan dalam hal pertumbuhan ekonomi, sebaliknya justri menambah kemiskinan di negara-negara berkembang. Teori dependensia memberikan solusi bagi negara berkembang untuk melepaskan diri dari hegemoni negara pusat yang memberikan modal selama ini. Teori ini lahir dari dua induk. Induk yang pertama adalah seorang ahli ekonomi liberal: Raul Prebisch dan Paul baran. Ada beberapa asumsi dasar dari teori Dependensi yang meliputi: (1) keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu gejala yang sangat umum, berlaku bagi seluruh negara dunia ketiga; (2) ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh ‘faktor luar’; (3) permasalahan ketergantungan lebih dilihat sebagai masalah ekonomi, yang terjadi akibat mengalirnya surplus ekonomi dari negara dunia Ketiga ke negara maju; (4) situasi ketergantungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses polarisasi regional ekonomi global; dan (5) keadaan ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan pembangunan (Suwarsono-So, 1991).
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang disertai dengan aspek dinamis dalam suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu kewaktu. Namun demikan, mengingat banyak teori pertumbuhan ekonomi, pada skripsi ini akan dipaparkan teori pertumbuhan ekonomi Solow.
Pada intinya, model ini merupakan pengembangan dari formulasi Harrod- Domar dengan menambahkan faktor kedua, yakni tenaga kerja, serta memperkenalkan variabel independen ketiga, yaitu teknologi ke dalam persamaan pertumbuhan. Berbeda dengan model Harrod-Domar yang mengasumsikan skala hasil tetap (constant
terus berkurang (diminishing returns) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis secara terpisah; jika keduanya dianalisis secara bersamaan atau sekaligus, Solow juga memakai asumsi skala hasil tetap tersebut. Kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan tinggi rendahnya pertumbuhan itu sendiri oleh Solow maupun para teoretisi lainnya diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Model Pertumbuhan Sollow menunjukkan bagaimana tabungan, pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian dan pertumbuhannya sepanjang waktu. Model ini dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan dalam persediaan modal, pertumbuhan dalam angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian yang pada akhirnya berpengaruh terhadap output barang dan jasa suatu Negara secara keseluruhan (Mankiw, 2003).
Impor
Impor dapat diartikan sebagai pembelian barang dan jasa dari luar negeri ke dalam negeri dengan perjanjian kerjasama antara 2 negara atau lebih. Impor juga bisa dikatakan sebagai perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1996). Dalam sub bagian ini akan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi impor, dan kebijakan impor. Terdapat banyak teori yang mempengaruhi impor. Dilihat dari sisi teori permintaan, maka impor dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, pendapatan, harga barang lainnya dimana didalamnya terdapat barang substitusi dan barang komplementer, faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi permintaan seperti selera konsumen, perkiraan dimasa depan, dan jumlah penduduk. Menurut Hutabarat, 1996. Kebijakan impor bertujuan untuk membatasi impor demi meningkatkan produksi dalam negeri. Kaitan antara impor dan ekspor sangat erat, maka kebijakan yang diambil untuk kedua bidang ini dalam praktik sulit dipisahkan satu sama lain.
Konsumsi
Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Michael, konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan manusida untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Tindakan konsumsi dilakukan setiap hati oleh siapapun, tujuannya adalah untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran dalam arti terpenuhi berbagai macam kebutuhan, baik kebutuhan pokok maupun sekunder. Selanjutnya Michael menjelaskan: “Tingkat konsumsi memberikan gambaran tingkat kemakmuran seseorang atau masyarakat”.
Teori konsumsi yang dikemukakan oleh JM. Keynes mengatakan bahwa besar kecilnya pengeluaran konsumis hanya didasarkan atas besar kecilnya tingkat pendapatan masyarakat. Keynes menyatakan bahwa ada pengeluaran konsumis minimum yang harus dilakukan oleh masyarakat (konsumsi outonomus) dan pengeluaran konsumsi akan meningkat dengan bertambahnya penghasilan (Mankiw, 2007).
Produk Domestik Bruto
Todaro & Smith (2009) mendefinisikan produk domestik bruto (GDP) adalah total output akhir barang dan jasa yang dihasilkan perekonomian suatu negara di wilayah negara itu, oleh penduduk dan bukan penduduk, tanpa melihat alokasinya baik klaim domestik maupun klaim luar negeri. Menurut Mankiw (2009) produk domestik bruto merupakan sebagai nilai pasar semua barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun
waktu tertentu. produk domestik bruto (PDB) atau gross domestic product (GDP) diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai perkembangan ekonomi suatu negara. Perhitungan pendapatan nasional ini mempunyai ukuran makro utama tentang kondisi suatu negara.
Menurut Lipsey (1992) PDB merupakan pendapatan nasional yang diukur dari sisi pengeluaran yaitu jumlah pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor-impor. PDB dikategorikan menjadi dua, yaitu nominal dan riil. Dikatakan PDB nominal yaitu PDB total yang dinilai pada harga-harga sekarang. Sedangkan PDB riil ialah PDB yang dinilai pada harga periode dasarnya.
Hubungan antar kedua PDB dapat ditulis sebagai berikut:
PDB nominal = PDB nominal x deflator ………… (1) Komponen-komponen dari PDB (Mankiw:2003) adalah:
A. konsumsi
B. Investasi/tabungan C. Pengeluaran pemerintah D. Ekspor-impor (NX)
Sehingga dapat ditulis sebagai berikut:
PDB = C+I+G+NX………. (2)
Persamaan 1 dan 2 menunjukkan bahwa konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah dan ekspor impor melibatkan sektor luar negeri.
Teori Keunggulan Komparatif
David Ricardo adalah tokoh pencetus dari teori keunggulan komparatif yang ditulis dibukunya yang berjudul
The Principle of Political Economy pada tahun 1817. Ricardo ini merumuskan perbedaan antara pembentukan harga
perdagangan dalam negeri dengan pembentukan harga dalam perdangan internasional. Teori keunggulan komparati mengutarakan, sebaiknya suatu negara berspesialisasi dan mengekspor barang-barang dimana negara tersebut memiliki keunggulan komparatif. Artinya, dalam konteks biaya, setiap negara akn memperoleh keuntungan jika mengekspor barang-barang yang biaya produksinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Atau dapat pula diartikan produktivitas relati f yang dimiliki oleh negara tersebut dalam memproduksi barang-barang yang diekspor adalah yang paling tinggi.
Teori keunggulan komparatif menjelaskan negara dapat melakukan perdagangan walaupun salah satu negara tidak memiliki keunggulan absolut atau dengan kata lain mememiliki kerugian absolut atas negara lain dalam memproduksi dua barang. Lebih lanjut, David Ricardo menjelaskan perdagagan akan tetap menguntungkan apabila negara yang mengalami kerugian absolut menspesialisasikan produksinya pada barang yang memiliki kerugian absolut lebih kecil. Suatu negara yang memiliki keunggulan komparatif di sektor tertentu secara potensial harus mampu mempertahankan dan bersaing dengan negara lain. Keunggulan komparatif berubah karena faktor yang mempengaruhinya. Scydlowsky (1984) dalam Zulaiha (1997) mengatakan bahwa faktor-faktor yang berubah adalah ekonomi dunia, lingkungan domestik dan teknologi.
Keunggulan kompettitif secara sederna menunjukan kemampuan suatu daerah memasarkan produknya ke luar daerah dalam suatu negara maupun ke luar negeri (pasar global) secara menguntungkan. Konsep keunggulan kompetitif membandingkan potensi suatu poriduk dalam suatu negara terhadap semua produk negara lain dalam pasar global dan tidak mempertimbakan komparasi produk yang sama di suatu negara dengan negara lainnya.
Secara operasional konsep ini bukan untuk menggantikan konsep keunggulan komparatif, namun saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Artinya jika suatu komoditas memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, maka komoditas tersebut layak dan menguntungkan untuk diproduksi dan dapat bersaing di pasar internasional. Jika keunggulan komparatif berfungsi sebagai alat untuk mengukur keuntungan sosial dan dihitung berdasarkan harga sosial dan harga bayangan nilai tukar uang, maka keunggulan kompetitif berfungsi sebagai alat untuk mengukur keuntungan privat dan dihitung berdasarkan harga pasar dan nilai tukar resmi yang berlaku, (Septiyorni : 2009).
Teori Permintaan
Definisi Permintaan terhadap barang dan jasa adalah kuantitas barang atau jasa yang orang bersedia untuk membelinya pada berbagai tingkat harga dalam suatu periode tertentu. Dengan kata lain, orang bersedia untuk membeli untuk memberi penekanan konsumsi yang dipengaruhi oleh tingkat harga. Maksud dari kata bersedia disini adalah konsumen memiliki keinginan untuk membeli suatu barang atau jasa dan sekaligus memiliki kemampuan yaitu uang atau pendapatan. Kemampuan seringkali disebut dengan istilah daya beli. (Mustofa Edwin Nasution dkk, 2006: 80). Dengan kata lain, teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan harga dapat dibuat grafik kurva permintaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan barang adalah : 1) harga barang itu sendiri, 2) harga barang-barang lain ( merupakan barang substitusi atau barang komplementer, 3) pendapatan rata-rata masyarakat, 4) selera masyarakat, 5) jumlah penduduk, dan 6) ramalan keadaan di masa mendatang.
Kurva Permintaan (Demand Curve) menyatakan seberapa banyak kuantitas barang atau produk yang bersedia dibeli oleh konsumen dikarenakan perubahan harga per unit. Dalam hal ini, permintaan akan kuantitas suatu barang dipengaruhi oleh tingkat harga yang ditetapkan. Dengan kata lain, hubungan antara jumlah permintaan dan harga dapat digambarkan berikut:
Gambar 1 Pergerakan Sepanjang Kurva
Sumber : M. Nur Rianto Al Arif & Dr. Euis Amalia, 2010.
Dari gambar diatas diketahui bahwa kurva permintaan yang ditandai dengan D, kemiringannya (Slope) menurun. Hal ini disebabkan karena perilaku rasional konsumen, yaitu apabila harga naik mereka akan menurunkan
konsumsinya, begitu pula sebaliknya apabila harga turun mereka akan menaikkan konsumsinya. Satu-satunya faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat kuantitas suatu produk adalah perubahan tingkat harga. Hal ini dalam ilmu ekonomi disebut. pergerakan sepanjang kurva.
C. MOTODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang diteliti, yaitu pengaruh konsumsi pangan dan dan produk domestik bruto terhadap impor Indonesia Tahun 2010-2019, maka jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang menitikberatkan pada pengujian hipotesis dengan informasi yang terukur dan akan menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan.
Identifikasi Variabel dan Sumber Data
1. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
a. PDB. Pada penelitian ini data laju pertumbuhan PDB Indonesia diambil dari bps.go.id.
b. Konsumsi makanan dan minuman. Pada penelitian ini data konsumsi makanan dan minuman diambil dari bps.go.id.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Impor Indonesia pada tahun 2010-2019. Tabel 1. Definisi Operasional
No. Konsep Variabel Definisi Operasional Skala
Pengukuran 1. Konsumsi Konsumsi
Pangan (X1)
Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan
seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Interval 2. Pertumbuhan Ekonomi PDB (Produk Domestik Bruto) (X2)
PDB adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu.
Interval
Impor (Y) Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan.
Interval
Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2020)
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Model
1. Hasil Common Effect Model
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa data panel menunjukkan kondisi yang sesungguhnya. Pendekatan ini menggabungkan seluruh data time series dan data cross section kemudian diestimasi menggunakan metode OLS.
Pendekatan common effect juga mengasumsikan bahwa intersep dan koefisien regresi tetap untuk setiap gabungan data.
Tabel 2. Hasil Hasil Common Effect Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob
C -16,79968 1,044689 -16,08104 0,0000
PDRB 1,960253 0,148131 13,23325 0,0000
Konsumsi Makanan -0,234845 0,157539 -1,490714 0,1370
R-Squared 0,749047
F-Statistic 0,000000
Sumber : Eviews, 2020 (data diolah)
Hasil R-Squared dalam pendekatan common effect model menunjukan angka sebesar 0,749047. Artinya variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 74,90%. Sisanya dijelaskan oleh variabel diluar model.
2. Hasil Fixed Effect Model
Untuk mengantisipasi perubahan dalam intersep, maka model akan diestimasi menggunakan Least Square
Dummy Variabel (LSDV). Model ini juga memungkinkan data cross section memiliki intersep yang berbeda, tetapi
koefisien regresinya tetap. Sedangkan data time series diasumsikan memiliki intersep dan koefisien regresi yang tetap. Tabel 3. Hasil Fixed Effect Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob
C -12,852217 1,517428 -8,469736 0,0000
PDRB 1,126716 0,202515 5,563617 0,0000
Konsumsi Makanan 0.442237 0,241200 1,833489 0,0677
R-Squared 0,992150
F-Statistic 0,000000
Sumber : Eviews, 2020 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.2 nilai dari probabilitas F-Statistic adalah 0,000000. Hal ini berarti secara simultan variabel PDRB dan konsumsi makanan berpengaruh signifikan terhadap impor. variabel PDRB secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel impor. Sementara variabel konsumsi. Hasil R-Squared dalam pendekatan
fixed effect model menunjukan angka sebesar 0,992150. Artinya variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependen sebesar 99,22%. Sisanya dijelaskan oleh variabel diluar model. 3. Hasil Random Effect Model
Model ini mengasumsikan bahwa setiap variabel memiliki intersep yang berbeda, tetapi perbedaan ini bersifat random. Pendekatan ini menggunakan residual yang memiliki hubungan yang kuat antar gabungan data. Oleh karena itu, pendekatan ini menggunakan estimasi Generalized Least Square (GLS).
Tabel 4. Hasil Random Effect Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob
PDRB 1,237796 0,185773 6,662958 0,0000 Konsumsi Makanan 0,347246 0,217251 1,598361 0,1109
R-Squared 0,590405
F-Statistic 0,000000
Sumber : Eviews, 2020 (diolah)
Pengujian signifikansi secara simultan atau F-Test dilakukan dengan melihat probabilitas F-Statistic. Berdasarkan tabel 4.2 nilai dari probabilitas F-Statistic adalah 0,000000. Hal ini berarti secara simultan variabel PDRB dan konsumsi makanan berpengaruh signifikan terhadap impor. variabel PDRB secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel impor. Sementara variabel konsumsi makanan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel impor. Hasil R-Squared dalam pendekatan random effect model menunjukan angka sebesar 0,590405. Artinya variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 59,04%. Sisanya dijelaskan oleh variabel diluar modell. Pemilihan Model
1. Uji Chow
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan model yang tepat digunakan antara model common effect atau model fixed effect. Hipotesis yang dibentuk adalah :
2. H0 : Model common effect
3. H1 : Model fixed effect
Tabel 5. Hasil Uji Chow
Effects Test Statistic d.f Prob
Cross-section F 285,270638 (33,304) 0,0000
Cross-section Chi-square 1177.998109 33 0,0000
Sumber : Eviews, 2020 (diolah)
Dari hasil yang ditunjukan tabel 4.4, nilai probability Chi-square sebesar 0,0000. Dengan derajat kepercayaan 95%, maka hipotesis H0 ditolak yang artinya model yang tepat digunakan dalam pengujian ini adalah model fixed efect.
2. Uji Hausment
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan model yang tepat digunakan antara model fixed effect atau model
random effect. Hipotesis yang dibentuk adalah :
H0 : Model random efect H1 : Model fixed effect
Jika nilai probability cross section < α maka hipotesis H0 ditolak. Hal ini berarti model yang tepat digunakan adalah model fixed effect dan sebaliknya.
Tabel 6. Hasil Uji Hausment
Test Summary Chi-Sq. Statistic d.f. Prob.
Cross-section random 3.215332 2 0,0000
Dari hasil yang ditunjukan tabel 4.6, nilai probability cross-section sebesar 0,0000. Dengan derajat kepercayaan 95%, maka hipotesis H0 ditolak yang artinya model yang tepat digunakan dalam pengujian ini adalah model fixed effect.
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Autokorelasi
Dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan fixed effect, nilai uji Durbin-Watson adalah sebesar 0,253511. Dengan jumlah observasi 360 dan terdapat 2 variabel, maka nilai tabel Durbin-Watson adalah dL sebesar 1,82150 dan dU sebesar 1,83264. Keputusan yang diambil adalah terdapat autokorelasi positif dalam penelitian ini. Karena d < dL atau 0,253511 < 1,82150.
2. Uji Heterokedastisitas
Dalam penelitian ini uji heterokedastisitas menggunakan uji glejser. Caranya adalah dengan meregresikan residual dengan variabel-variabel independen. Hipotesisnya dalah sebagai berikut :
H0 : Tidak ada heterokedastisitas H1 : Ada heterokedastisitas
Jika nilai prob. value < α maka H0 ditolak, artinya terdapat heterokedastisitas. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Berikut adalah hasil dari uji glejser.
Tabel 7. Uji Heterokedastisitas
Variabel Prob. Value
PDRB 0,0069
Konsumsi Makanan 0,0068
Sumber : Eviews, 2020 (diolah)
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diambil keputusan bahwa terdapat heterokedastisitas dalam penelitian ini karena seluruh variabel memiliki nilai probabilitas kurang dari 0,05. Jadi, kesimpulannya adalah terdapat autokorelasi dan heterokedastisitas dalam penelitian ini. Untuk mengatasi masalah tersebut, estimasi model dapat menggunakan model cross-section SUR. Berikut adalah estimasi model regresi menggunakan model cross-section
SUR.
Tabel 8. Hasil Estimasi Menggunakan Model Cross-Section SUR
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob
C -12,85222 0,876541 -14,66243 0,0000
PDRB 1,126716 0,147572 7,635006 0,0000
Konsumsi Makanan 0,442237 0,145114 3,047515 0,0025
R-Squared 0,992150
Prob. F-Statistic 0,000000
Sumber : Eviews, 2020 (diolah)
Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel menggunakan cross-section SUR model, dapat dijelaskan hasilnya secara singkat sebagai berikut.
1. Pengujian signifikansi secara simultan atau F-Test dilakukan dengan melihat probabilitas F-Statistic. Berdasarkan tabel 4.7 nilai dari probabilitas F-Statistic adalah 0,000000. Hal ini berarti secara simultan variabel PDRB dan konsumsi makanan berpengaruh signifikan terhadap impor.
2. Pengujian signifikansi secara parsial atau t-Test dilakukan dengan melihat probablilitas t-value. Variabel PDRB memiliki probabilitas di bawah 0,05, yaitu 0,0000. Variabel konsumsi makanan memiliki probabilitas di bawah 0,05, yaitu sebesar 0,0025. Artinya dengan tingkat kepercayaan 95%, variabel PDRB dan konsumsi makanan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel impor.
3. Hasil R-Squared dalam pendekatan fixed effect dan cross-section SUR model menunjukan angka sebesar 0,992150. Artinya variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 99,22%. Sisanya dijelaskan oleh variabel diluar model..
Analisis Hasil Estimasi
Berdasarkan pemilihan model dalam penelitian ini, model yang paling tepat digunakan adalah model fixed
effect. Setelah dilakukan uji asumsi klasik, dapat ditarik kesimpulan terdapat autokorelasi dan heterokeda stisitas
dalam model yang telah diestimasi. Untuk menghilangkan masalah tersebut, maka dilakukan pendekatan cross-section
SUR dalam mengestimasi model. Berikut akan dibahas mengenai analisis hasil estimasi yang meliputi uji koefisien
determinasi, uji koefisien regresi simultan (F-test), uji koefisien regresi parsial (t-test) dan analisis koefisien dalam regresi ini.
Tabel 9. Perbandingan Hasil Regresi dan Hipotesis Awal Variabel Koefisien Signifikansi Tanda Koefisien
Prob. Signifikan / Tidak Hipotesis Awal Hasil Regresi C -12,85222 0,0000
PDRB 1,126716 0,0000 Signifikan Positif Positif Konsumsi Makanan 0,442237 0,0025 Signifikan Positif Positif
Periods Included 10
Cross Section Included 34
Panel Observation 340
R-Squared 0,992150
Prob (F-Statistic) 0,000000
Sumber : Eviews, 2020 (diolah)
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Koefisian determinasi (R-Squared) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel independen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor diluar penelitian. Berdasarkan tabel 4.8 nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini sebesar 0,992150. Hal ini berarti variabel PDRB dan konsumsi makanan menjelaskan variabel impor sebesar 99,22%. Sedangkan sisanya sebesar 0,78% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian.
Untuk menguji hipotesis pengaruh simultan dari variabel independen terhadap variabel dependen, digunakan uji statistik F. Berdasarkan tabel 4.8 nilai dari Prob. (F-Statistic) adalah sebesar 0,000000 yang berarti nilai ini lebih kecil dari 0,05 (α). Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penelitian ini variabel PDRB dan konsumsi makanan berpengaruh signifikan terhadap variabel impor secara simultan atau secara bersama-sama. 3. Hasil Uji t-Statistik
Untuk menguji hipotesis pengaruh parsial dari variabel independen terhadap variabel dependen, digunakan uji t-statistik dalam penelitian ini. Berikut ini adalah tabel 4.9 yang merangkum uji t-statistik masing-masing variabel independen.
Tabel 10. Hasil Uji t-Statistik
Variabel Nilai Probabilitas Hasil
PDRB 0,0000 Signifikan
Konsumsi Makanan 0,0025 Signifikan
Sumber : Eviews, 2020 (diolah)
4. Analisis Koefisien
Berdasarkan hasil estimasi yang telah diolah dalam tabel 4.8, maka dapat dibuat model persamaan untuk penelitian ini yaitu :
Pertumbuhan Ekonomi = -12,85222 + 1,126716 PDRB + 0,442237 Konsumsi Makanan + e Berikut ini adalah analisis koefisien dari masing-masing variabel independen dalam penelitian ini.
1. Variabel PDRB
Nilai koefisien regresi variabel PDRB memiliki hubungan yang bernilai positif sebesar 1,126716 menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada PDRB sebesar 1% maka nilai impor akan mengalami peningkatan sebesar 1,126716 dengan faktor lain dianggap tetap. Sebaliknya jika ada penurunan pada PDRB sebesar 1% maka nilai impor akan turun sebesar 1,126716 dengan faktor lain dianggap tetap.
2. Variabel Konsumsi Makanan
Nilai koefisien regresi variabel konsumsi makanan memiliki hubungan yang bernilai positif sebesar 0,442237 menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada konsumsi makanan sebesar 1% maka nilai impor akan mengalami peningkatan sebesar 0,442237 dengan faktor lain dianggap tetap. Sebaliknya jika ada penurunan pada konsumsi makanan sebesar 1% maka nilai impor akan turun sebesar 0,442237 dengan faktor lain dianggap tetap.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Bahwa pada PDB berpengaruh positif pada impor, terlebih apabila nilai PDB mengalami kenaikan maka berpengaruh terhadap impor.
2. Pada variabel konsumsi pangan, berpengaruh pada impor tetapi ke arah negatif dan tidak siginfikan pengaruhnya. 3. Hasil dari analisi statistik menunjukan bahwa PDB dan konsumsi pangan secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap impor pada periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2019. Saran
1. Pemerintah seharusnya dapat mengendalikan impor, dan lebih mengedanpan impor untuk barang-barang produksi ekpsor. Ini akan berpengaruh pada PDB.
2. Konsumsi masayarakatcakan pangan setiap tahun meningkat. Hal ini berpengaruh pada ketersedian pangan. Pemerintah seharusnya mengedepankan varietas yang bisa menjadi opsi pengganti pangan.
3. Pemerintah seharusnya berupaya untuk meningkatkan PDB dengan cara membuat strategi yang tepat guna untuk mengatasi konsumsi pangan masyarakat dan berupaya untuk meingkatkan PDB.
DAFTAR PUSTAKA Buku
Basri, Faisal H. 1992. Perkembangan Terbaru Teori Perdagangan Intemasional. Ekonomi dan Keuangan Indonesia. 40 (3).
Boediono.1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE UGM : Yogyakarta
Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta
Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Kencana, Jakarta
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Universitas Diponegoro.Semarang.
Hutabarat, Roselyn. 1996. Transaksi Ekspor Impor. Erlangga, Jakarta.
Krugman, P.R dan O. Maurince. 2004. Teori dan Kebijakan Ekonomi Internasional. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta. Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Purwanto dan Sulistyastuti. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Administrasi Publik dan Masalah-Masalah
Sosial. Yogyakarta: Gava Media.
Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Salemba Empat, Jakarta.
Salvatore, D. 1990. Ekonomi Internasional Edisi Kelima. Penerjemah Haris Munandar. Erlangga, Jakarta.
Salvatore, Dominick. 2008. Theory and Problem of Micro Economic Theory. 3rd Edition. Alih Bahasa oleh Rudi Sitompul. Penebit Erlangga. Jakarta
Soelistyo. 1993. Ekonomi Internasional : Pengantar Lalu lintas Pembayaran Internasional : Edisi Kedua. Liberty. Yogyakarta.
Sudarmanto, R. Gunawan. 2013. Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan Program IBM SPSS Statistic 19. Mitra Wacana Media, Jakarta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Alfabeta. Bandung. Sukirno, S. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.
Simatupang, P. 1991. The Conception of Domestic Resource Cost and Net Economic Benefit for Comparative
Advantage Analyisis. Agribusiness Division Working Paper N0. 2/91. Centre for Agro-Socioeconomic
Research. Bogor.
Suparmoko, M. 2002. Pengantar Ekonomika Makro. BPFE. Yogyakarta.
Todaro, M. P. 2000. Pembangunan Ekonomi. Haris Munandar. Penerbit Erlangga, Jakarta. Peraturan Pemerintah
Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) RI No.56/M-DAG/PER/12/2018 Tentang Ketentuan Produk Tertentu Permendag Nomor 73/M-DAG/PER/1-/2014.
Jurnal
Adner, R. & Zemsky, P. 2006. A Demand-based Perspective on Sustainable Competitive Advantage. Strategic Management Journal. Vol. 27. Pp. 215- 239.
Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 19 No. 3, Desember 2014 67. KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN