• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. silang antara dua buah Samudera -Pasifik dan Hindia- dan diapit oleh dua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. silang antara dua buah Samudera -Pasifik dan Hindia- dan diapit oleh dua"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1 .I. Latar Belakang

Letak geografis lndonesia yang sangat strategis yaitu pada posisi silang antara dua buah Samudera -Pasifik dan Hindia- dan diapit oleh dua Benua -Asia dan Australia- serta besarnya potensi sumber daya alam yang dimiliki, memberikan kontribusi besar dalam pengembangan kegiatan kemaritiman dan pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir seperti sumber daya perikanan, rumput laut, par~wisata bahari dan sumberdaya mineral termasuk hidrokarbon yang terdapat di lepas pantai.

Berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya mineral (hidrokarbon) tersebut, hingga tahun 1995, kurang lebih 41% dari total produksi minyak dan gas bumi lndonesia berasal dari daerah lepas pantai, dan sisanya diperoleh dari daerah pesisir atau daratan (Siagian, 1994). Dengan ditemukannya ladang-ladang rninyak baru di perairan lndonesia, maka kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan produksi minyak semakin meningkat. Kondisi tersebut tentunya tidak hanya memberikan manfaat ganda

(multiplier e f f e c t s )

seperti perolehan devisa negara, penyediaan

kesempatan kerja dan kegiatan ekonomi lain yang terkait, tetapi juga berpotensi menimbulkan resiko pencemaran perairan faut seperti yang terjadi di Perairan Teluk Jakarta (PTJ) (Salirn, dkk. 1997).

(2)

Teluk Jakarta merupakan wilayah perairan yang memiliki potensi surnberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat penting. Diantara potensi dan sumberdaya Perairan Teluk Jakarta (PTJ) adalah ikan dan biota laut, hutan mangrove dan terumbu karang; sedang jasa-jasa lingkungan rneliputi industri, pariwisata, transportasi laut dan sebagainya. Pemanfaatan sumberdaya tersebut urnumnya dilakukan rnelalui berbagai kegiatan sepertj perikanan dan pariwisata bahari ber~kut penyediaan fasilitas pendukungnya seperti pelabuhan.

Digunakannya PTJ untuk kegiatan lalulintas kapal, kegiatan perikanan, pariwisata dan lain-lain, merupakan sumber pencemar potensial di PTJ. Kegiatan yang makin intensif tersebut mengakibatkan PTJ telah mengalami perubahan (gangguan) dan dapat menyebabkan kerusakan (tekanan) pada lingkungan perairan disertai dengan menurunnya kualitas perairan. Fenornena lain adalah digunakannya PTJ sebagai jalur lalulintas kapal-kapal tanker oleh perusahaan pertambangan minyak lepas pantai di Wilayah Kuasa Pertambangan (WKP) Pertarnina Kepulauan Seribu. Kegiatan tersebut menggugah perhatian akan bahaya resiko ekologis yang rnungkin muncul akibat ceceran rninyak oleh pecahnya (blowout) anjungan minyak atau kecelakaan kapal tanker dari perusahaan perminyakan yang-berada di sekitar PTJ.

Minyak yang tumpah dari kecelakaan kapal tanker dapat menyebar perlahan-lahan ke perairan pesisir. Lapisan minyak yang menutupi

(3)

permukaan air, akan rnengganggu aktivitas respirasi biota laut, dan menirnbulkan pembiusan (narkosis) serta kernatian berbagai biota laut pada berbagai tahap penyebaran. Tingginya mortalitas pada daerah produktif selanjutnya akan menurunkan nilai catch per unit of effort atau nilai CPUE nelayan setempat. Partikel minyak yang terakumulasi dalam jaringan tubuh vegetasi dan fauna yang menjadi sumber pangan bagi manusia, akan mernbahayakan kesehatan manusia. Selain itu pada konsentrasi dan tingkat ketebalan tertentu partikel rninyak juga akan merusak sistern perikanan atau budidaya tarnbak, menurunkan sektor pendapatan bisnis dan pariwisata bahari di sepanjang pesisir (Seip. 1995).

Kondisi tersebut merupakan suatu tantangan besar bagi para pengguna (users) khususnya para pengambil keputusan di bidang pengelolaan surnberdaya alarn dan lingkungan hidup. Karena di satu sisi untuk rnensejahterakan rakyat, harus dilakukan kegiatan pembangunan di berbagai sektor termasuk sektor rnigas (minyak dan gas bumi), di lain pihak pembangunan yang rnemanfaatkan SDA tersebut menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.

Oleh karena itu berkaitan dengan bentuk pengelolaan lingkungan laut dan pesisir terhadap tumpahan minyak serta untuk mendukung rencana pengembangan lokasi pengeboran minyak lepas pantai dan mengevaluasi pilihan bentuk pengelolaan tumpahan minyak yang paling layak, diperlukan beberapa kegiatan penunjang seperti kegiatan pengkajian resiko ekologis

(4)

akibat tumpahan rninyak lepas pantai oleh perusahaan pertambangan minyak di WKP Perairan Kepulauan Seribu.

Untuk menanggulangi pencemaran laut oleh tumpahan minyak, perlu dilakukan upaya terpadu baik dalam skala mikro maupun makro, termasuk pengembangan perangkat lunak berbasrs digital yang dapat mernprediksi pola pergerakan tumpahan minyak di perairan laut. Perangkat lunak yang telah dikembangkan saat ini umumnya baru pada tahap memprediksi pola pergerakan tumpahan minyak, dan belum pada kegiatan pengkajian resiko yang ditimbulkan. Walaupun kegiatan pengkajian resiko telah dilakukan akan tetapi kegiatan tersebut masih dilakukan secara terpisah dan belum terintegrasi. Oleh karena itu untuk perbaikan dan peningkatan kegiatan tersebut dilakukan penelitian lanjutan yang bersifat laboratorium, yang bertujuan selain mengembangkan model pergerakan yang sudah ada juga dimaksudkan untuk memprediksi peluang resiko yang ditirnbulkan mulai dari tahap pelepasan (release) partikel minyak mentah, tahap partikel minyak rnengenai biota (exposure), tahap peluang partikel minyak mernpengaruhi biota laut sampai tahap penentuan tingkat resiko minyak mentah terhadap biota laut.

Kegiatan pengkajian resiko ekologis tersebut merupakan kebutuhan mendesak yang harus dilakukan secara lebih dini, terus menerus dan menyeluruh. Akan tetapi terlalu kompleksnya sistem pesisir dan sifat ketidak pastian (uncerfainty) yang dimiliki sistem pesisir dan laut serta beragamnya

(5)

karakteristik tumpahan minyak, memungkinkan untuk dipilih alternatif penggunaan alat analisis (analytical tool) yang marnpu menyederhanakan kompleksitas sistem yang dikaji. Untuk itu penggunaan teknik pendekatan simulasi dan permodelan yang dikombinasikan dengan distribusi peluang sangat rnernbantu dalam metakukan kegiatan pengkajian resiko yang dilakukan. Pendekatan simulasi dan permodelan digunakan untuk menyederhanakan kompleksitas dari sistem, sedangkan distribusi peluang digunakan untuk mernbantu meminimalisasi ketidakpastian sistem.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian MODEL PENGKAJIAN RESIKO EKOLOGIS AKIBAT TUMPAHAN MINYAK Dl PERAIRAN TELUK JAKARTA.

1.2. Perurnusan Masalah

Permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana menetapkan karakteristik pelepasan (release) partikel minyak 2. Bagaimana menentukan karakteristik zat pencemar yang mengenai biota

(exposure),

3. Bagaimana menentukan karakteristik efek partikel minyak terhadap biota laut

4. Bagaimana mengkombinasikan ketiga karakteristik tersebut sehingga diperoleh karakteristik resiko tanpa harus rnenggunakan dunia nyata

(the

real world).

(6)

1 . 3 Kerangka Pemikiran Pemecahan Masalah

Secara skematik kerangka pemikiran pemecahan masalah penelitian ini ditampilkan pada Gambar 1 . Pengeboran minyak lepas pantai dan aktivitas perminyakan yang rnenggunakan perairan laut dan pesisir sebagai jalur pelayaran kapal tanker dapat menimbulkan pencemaran berupa tumpahan minyak ke perairan sekitar. Fenomena tersebut harus diantisipasi sejak dini melalui berbagai bentuk kegiatan diantaranya kegiatan pengkajian resiko Iingkungan. Proses pengkajian resiko lingkungan menggunakan empat tahap kegiatan yaitu: tahap penentuan pelepasan

( r e l e a s e ) ,

tahap penyebaran zat pencemar yang mengenai biota

( e x p o s u r e ) ,

tahap penentuan efek serta tahap penentuan tingkat resiko ekologis yang ditimbulkan akibat tumpahan minyak.

Agar proses penentuan tingkat resiko ekologis dapat dilakukan dengan baik diperlukan beberapa komponen penunjang yaitu komponen manusia (terdiri atas pengelola, pengguna dan perencana) yang dapat memberi masukan dan menyediakan informasi data yang dibutuhkan dalarn proses simulasi dan uji laboratorium. Komponen lain adalah komponen alat (tool), seperti pengembangan perangkat lunak untuk membangun sub-sub model terkait yang mampu menjabarkan hubungan antara tingkat zat pencemar mengenai penerima

( r e s e p t o i )

dan tingkat efek. Peran sub-sub model tersebut dijelaskan sebagai berikut : ( 1 ) tingkat zat pencemar mengenai penerima

(reseptorj

dijelaskan oleh sub model zat pencemar mengenai

(7)

penerima (reseptor), (2) tingkat efek dijelaskan dalam sub model efek, (3) kemudian keduanya dijabarkan kembali ke dalam beberapa sub model terkait, seperti sub model pergerakan (trajectory) partikef minyak dan sub model ekologis untuk menjabarkan sub model efek. (4) Hasil interaksi tingkat pelepasan, penyebaran dan pengaruh kemudian digunakan untuk rnenduga tingkat resiko.

Karena seluruh sub model terkait rnerupakan abstraksi dari sistem nyata yang kompieks dan senantiasa menghadapi kondisi ketidakpastian (uncedainfy), maka untuk dapat melakukan simulasi terhadap sub-sub model tersebut diperlukan prosedur permodelan sistem dinamik dan konsep distribusi peluang. Prosedur permodelan sistem dinamik diperlukan dalam mengabstraksikan dunia nyata dalam model analisis pengkajian resiko (APR) yang lebih sederhana, sehingga model yang terbentuk mampu mensimulasikan kondisi real dari sistem pada setiap tahap pengkajian resiko. sedangkan konsep distribusi peluang berperan dalam meminimalisasi ketidakpastian sistem dengan menghitung peluang-peluang kejadian yang muncul dari sekian banyak kejadian yang disimulasikan. Dengan demikian untuk mengetahui tingkat resiko akibat tumpahan minyak, penggunaan kombinasi teknik pendekatan sistem dengan distribusi peluang merupakan alternatif terbaik yang dipilih. Sebelum dikomunikasikan kepada pengelola. hasil pengkajian resiko tersebut mendapat rnasukan dari para pengguna dan pengambil keputusan untuk menetapkan bentuk pengelolaan dan

(8)

pengambilan keputusan yang menjadi dasar bagi kegiatan pengeloaan

resiko ekologis akibat tumpahan minyak di laut. Hasil akhir pengkajian resiko

yang diperoleh dapat digunakan oleh para pengelola resiko dalam

menentukan bentuk kebijakan pengelolalaan resiko tumpahan minyak

terhadap Perairan Teluk Jakarta

di

masa depan.

Analisis Resiko Dialog Pengelola

dan Perencana Tumpahan Minyak

Model Nasib dan Lintasan Partikel Minyak Karakteristik Penyebaran 1 . Data masukan 2. Proses Iterasi 3. Pemantauan Has i l peluang

+

Karakteristik Efek Karakteristik Pengelolaan 3. Pengambilan

kepada pengelola resiko

Pengelola Resiko

r----l

(9)

4 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengembangkan kegiatan pengkajian resiko dalam mengidentifikasi resiko ekologis akibat tumpahan minyak di wilayah pesisir PTJ. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1) Menentukan karakteristik pelepasan (release) partikel minyak

2) Menentukan karakteristik zat pencemar (partikel rninyak) mengenai biota laut (exposure)

3) Menentukan karakteristik efek partikel minyak terhadap biota laut

4) Memberikan informasi mengenai tingkat resiko ekologis yang ditimbulkan akibat turnpahan minyak terhadap biota laut.

1.5. Manfaat Penelitian

lnforrnasi yang dihasilkan dari kegiatan pengkajian resiko dapat digunakan dalam pengambilan keputusan di bidang pengelolaan tumpahan minyak sekarang dan di masa depan. Proses tersebut juga diharapkan dapat memberi arahan berupa kerangka kerja bagi para pengguna (users) dalarn menetapkan kebijakan terbaik dalam pengelolaan resiko ekologis akibat tumpahan minyak di perairan laut dan pesisir. Pengkajian resiko yang dilakukan setidaknya dapat menentukan bentuk penanganan atau pengendalian resiko tumpahan minyak dengan tingkat strategi pengelolaan yang tepat.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pernikiran Pemecahan Masalah

Referensi

Dokumen terkait

Kandou Manado tahun 2020 dalam meningkatkan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas-tugas teknis dapat dilihat melalui hasil pengukuran pencapaian target tiap-tiap

Jika dilihat lebih dalam pada internal industri perbankan syariah, variabel interaksi D1 dengan RR menunjukkan bahwa BUS mendapatkan tambahan tingkat DPK yang lebih besar

Titer antibodi mencit pada sampling pertama dan kedua menunjukkan bahwa vaksin yang berasal dari protein fraksi nomor 22 memberikan titer antibodi yang tertinggi

multikulturailsme di Indonesia serta menggambarkan gejala – gejala di lingkungan masyarakat terhadap suatu kasus pelanggaran hak-hak minoritas atau konflik-konflik

Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2021 dimaksudkan untuk menetapkan dokumen perencanaan yang memuat program dan kegiatan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir

Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk... Bayan Resources

Persiapan BKK dalam memperoleh mitra kerjasama dengan industri di SMK PGRI 3 Malang, yang meliputi: (a) Cara mencari calon industri yang akan dijadikan mitra