• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 Evaluasi

2.1.1 Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2000: 220).

Pemahaman mengenai pengertian evaluasi dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Menurut Arikunto (2004: 1); “Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.”

Worthen dan Sanders (1979: 1); “Evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu.” Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.

Uzer (2003: 120), menyatakan bahwa:

Evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan alternatif yang diinginkan, karena penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil secara acak, maka alternatif-alternatif itu harus diberi nilai relatif, karenanya pemberian nilai itu harus memerlukan pertimbangan yang rasional berdasarkan informasi untuk proses pengambilan keputusan.

Anastasi (1978) mengartikan evaluasi sebagai : “a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils.”

(2)

Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas.

Dari beberapa definisi evaluasi di atas dapat diketahui bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, selanjutnya menyajikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan terhadap implementasi dan efektifitas suatu program.

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Segala sesuatu yang di lakukan pasti mempunyai tujuan dan fungsi yang akan dicapai, pastinya semua aktifitas tidak ingin hasilnya sia-sia, begitupun dengan evaluasi, ada tujuan dan fungsi yang ingin di capai. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Menurut Crawford (2000: 30) tujuan dan fungsi evaluasi adalah:

1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan.

2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap prilaku hasil. 3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan.

4. untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.

Menurut Arikunto (2002: 13); “Ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen.”

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan dan fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui program secara keseluruhan apakah tujuan-tujuan telah tercapai dan memberikan umpan balik pada kegiatan yang dilakukan.

2.1.3 Teknik Evaluasi

Istilah teknik dapat diartikan sebagai alat. Jadi teknik evaluasi berarti alat yang digunakan dalam rangka melakukan kegiatan evaluasi. Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai, teknik penilaian yang dimaksud antara lain melaui tes,

(3)

observasi, penugasan, inventori jurnal, penilaian diri dan penilaian antar teman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan. Dalam konteks evaluasi hasil proses pembelajaran dikenal adanya 2 macam teknik, yaitu teknik tes, dan teknik non test.

Menurut Sudijono (2006: 67 a. Teknik tes

) ada dua macam teknik evaluasi:

Teknik tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah oleh tes sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku dengan nilai-nilai yang dicapai oleh tes lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

b. Teknik non tes

Dengan teknik non tes, maka penilaian atau evaluasi dilakukan dengan tanpa menguji peserta.

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa teknik tes adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam pengukuran dan penilaian yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sehingga menghasilkan nilai dan dibandingkan dengan nilai standar tertentu. Sedangkan teknik non tes adalah evaluasi yang dilakukan tanpa pengujian.

Dalam memanfaatkan Database PubMed evaluasi dilakukan dengan teknik tes. Karena terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan untuk pengujian dan menghasilkan nilai sehingga nilai tersebut dapat dibandingkan dengan standar nilai tertentu.

a.

Sedangkan menurut Zaini, dkk. Dalam Qomari (2008: 8) mengelompokkan tes sebagai berikut:

b.

Menurut bentuknya: secara umum terdapat dua bentuk tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah bentuk tes yang diskor secara objektif. Disebut objektif karena kebenaran jawaban tes tidak berdasarkan pada penilaian dari korektor tes. Tes bentuk ini menyediakan beberapa option untuk dipilih peserta tes, yang setiap butir hanya memiliki satu jawaban yang benar. Tes subjektif adalah tes yang diskor dengan memasukkan penilaian dari korektor tes jenis ini antara lain: tes esai, lisan.

Menurut ragamnya: tes esai dapat diklasifikasi menjadi tes esai terbatas (restricted essay), dan tes esai bebas (extended essay). Butir tes objektif menurut ragamnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: tes benar-slah (true-false), tes menjodohkan (matching)m dan tes pilihan ganda (multiple choice).

(4)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa teknik evaluasi memerlukan alat atau teknik instrument yang valid dan realibel yaitu dengan menggunakan teknik tes dan teknik non tes.

2.1.4 Model evaluasi

Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Menurut Umar (2002: 41-42) Ada beberapa model yang dapat dicapai dalam melakukan evaluasi yaitu :

1. Sistem assessment

Yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi suatu sistem. Evaluasi dengan menggunakan model ini dapat menghasilkan informasi mengenai posisi terakhir dari sauatu elemen program yang tengah diselesaikan.

2. Program planning

Yaitu evalusi yang membantu pemilihan aktivitas-aktivitas dalam program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya.

3. Program implementation

Yaitu evaluasi yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang telah direncanakan.

4. Program Improvement

Yaitu evaluasi orang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisispasi masalah-masalah yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan. 5. Program Certification

Yaitu evaluasi yang memberikan informasi mengenai nilai atau manfaat program.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun terdapat beberapa perbedaan antara model-model evaluasi, tetapi secara umum model-model tersebut memiliki persamaan yaitu mengumpulkan data atau informasi dalam pengambilan kebijakan untuk memutuskan sesuatu.

(5)

Evaluasi memiliki tujuan-tujuan alternatif dan tujuan-tujuan tersebut mempengaruhi evaluasi suatu program atau kegiatan. Mengenal pandangan-pandangan yang beraneka ragam dan mengetahui bahwa tidak semua evaluator setuju pada pendekatan tersebut dalam melakukan evaluasi suatu program/kegiatan adalah penting.

Menurut Salehudin (2009: 5-7), ada beberapa pendekatan umum dalam melakukan evaluasi, yaitu :

1. Pendekatan pertama adalah objective-oriented approach. Fokus pada pendekatan ini hanya tertuju kepada tujuan program/proyek dan seberapa jauh tujuan itu tercapai. Pendekatan ini membutuhkan kontak intensif dengan pelaksana program/proyek yang bersangkutan.

2. Pendekatan kedua adalah pendekatan three-dimensional cube atau Hammond’s evaluation approach. Pendekatan Hammond melihat dari tiga dimensi yaitu instruction (karateristik pelaksanaan, isi, topik, metode, fasilitas, dan organisasi program/proyek), institution (karakteristik individual peserta, instruktur, administrasi sekolah/kampus/organisasi), dan behavioral objective (tujuan program itu sendiri, sesuai dengan taksonomi Bloom, meliputi tujuan kognitif, afektif dan psikomotor).

3. Pendekatan ketiga adalah management-oriented approach. Fokus dari pendekatan ini adalah sistem (dengan model CIPP: context-input-proses-product). Karena pendekatan ini melihat program/proyek sebagai suatu sistem sehingga jika tujuan program tidak tercapai, bisa dilihat di proses bagian mana yang perlu ditingkatkan.

4. Pendekatan keempat adalah goal-free evaluation. Berbeda dengan tiga pendekatan di atas, pendekatan ini tidak berfokus kepada tujuan atau pelaksanaan program/proyek, melainkan berfokus pada efek sampingnya, bukan kepada apakah tujuan yang diinginkan dari pelaksana program/proyek terlaksana atau tidak. Evaluasi ini biasanya dilaksanakan oleh evaluator eksternal.

5. Pendekatan kelima adalah consumer-oriented approach. Dalam pendekatan ini yang dinilai adalah kegunaan materi seperti software, buku, silabus. Mirip dengan pendekatan kepuasan konsumen di ilmu Pemasaran, pendekatan ini menilai apakah materi yang digunakan sesuai dengan penggunanya, atau apakah diperlukan dan penting untuk program/proyek yang dituju. Selain itu, juga dievaluasi apakah materi yang dievaluasi di-follow-up dan cost effective. 6. Pendekatan keenam adalah expertise-oriented approach. Dalam pendekatan

ini, evaluasi dilaksanakan secara formal atau informal, dalam artian jadwal dispesifikasikan atau tidak dispesifikasikan, standar penilaian dipublikasikan atau tidak dipublikasikan. Proses evaluasi bisa dilakukan oleh individu atau kelompok. Pendekatan ini merupakan pendekatan tertua di mana evaluator secara subyektif menilai kegunaan suatu program/proyek, karena itu disebut subjective professional judgement.

7. Pendekatan ketujuh adalah adversary-oriented approach. Dalam pendekatan ini, ada dua pihak evaluator yang masing-masing menunjukkan sisi baik dan

(6)

buruk, disamping ada juri yang menentukan argumen evaluator mana yang diterima. Untuk melakukan pendekatan ini, evaluator harus tidak memihak, meminimalkan bias individu dan mempertahankan pandangan yang seimbang. 8. Pendekatan terakhir adalah naturalistic & participatory approach. Pelaksana

evaluasi dengan pendekatan ini bisa para stakeholder. Hasil dari evaluasi ini beragam, sangat deskriptif dan induktif. Evaluasi ini menggunakan data beragam dari berbagai sumber dan tidak ada standar rencana evaluasi. Kekurangan dari pendekatan evaluasi ini adalah hasilnya tergantung siapa yang menilai.

Dari uraian diatas diketahui bahwa berbagai pendekatan untuk mengevaluasi suatu program atau proyek diterapkan untuk mendapatkan keefektifan dan keefisienan program atau proyek tersebut baik secara internal yaitu pihak pengembang atau pengelola, maupun secara eksternal yaitu pengguna. Bentuk-bentuk pendekatan evaluasi yang telah ada harus terus dikembangkan untuk meningkatkan kepuasan pengguna sebagai tujuan utama suatu program dijalankan.

2.2 Sumber Daya Informasi Elektronik

Informasi merupakan hasil proses data yang beragam dan telah dibentuk sedemikian rupa sehingga sesuai dengan permintaan pengguna, tentunya telah mengalami proses yang tersusun dengan baik dan benar dengan kriteria yang diinginkan. Informasi sangat penting bagi manajemen didalam megambil keputusan. Informasi adalah data yang telah diolah dan bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

Menurut

2.2.1 Jurnal elektronik (e-Journal)

Yusuf (2009: 1) menyatakan bahwa, “Informasi itu ada di mana-mana, di pasar, sekolah, rumah, lembaga-lembaga suatu organisasi komersial, buku-buku, majalah, surat kabar, perpustakaan dan tempat-tempat lainnya”.

Pendapat di atas menunjukkan bahwa Perpustakaan merupakan salah satu pusat sumber informasi, karena di dalam perpustakaanlah banyak ditemukan benda-benda yang menyimpan informasi, baik tercetak maupun dalam bentuk elektronik.

Ada banyak sumber-sumber yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, salah satunya adalah sumber informasi elektronik (yang bersumber dari internet/online database). Dari sumber informasi ini dapat diperoleh informasi berupa karya-karya digital, yaitu :

(7)

Jurnal elektronik merupakan sekumpulan artikel dari berbagai sumber, biasanya jurnal Ilmiah, majalah, surat kabar yang dikumpulkan dalam satu database dan dapat diakses secara online, dan umumnya harus dilanggan. Isinya ada yang berbentuk abstrak dan teks penuh

1. Paradigma Baru perpustakaan (fulltext).

Alasan perpustakaan berlangganan E-journal adalah:

2. Tuntutan Pengguna

3. Keterbatasan Ruangan perpustakaan 4. Keuntungan File Elektronik

Menurut Surjono (2009: 1); “E-journal adalah publikasi dalam format elektronik dan mempunyai ISSN (International Standard Serial Number).”

Menurut Tresnawan (2010: 2); “E-journal adalah terbitan serial seperti bentuk tercetak tetapi bentuk elektronik, biasanya terdiri dari tiga format, yaitu teks, teks dan grafik, serta full image (dalam bentuk pdf).”

Dari kedua pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa jurnal elektronik adalah sekumpulan artikel atau jurnal ilmiah dalam format elektronik, mempunyai ISSN (International Standard Serial Number) sehingga informasi yang terkandung di dalam nya dapat dipercaya. Jurnal elektronik biasanya terdiri dari tiga format yaitu teks, teks dan grafik, serta full image.

Format e-journal kini mulai banyak diminati pengguna perpustakaan karena perubahan paradigma dan kebiasaan membaca dokumen elektronik yang lebih efisien dalam hal tenaga, ruang, waktu dan biaya. Ada banyak keuntungan dan kemudahan dalam memanfaatkan file elektronik dibandingkan dengan file tercetak.

2.2.2 Buku Elektronik (e-Book)

Buku elektronik (e-book) adalah versi elektronik dari buku. Jika buku pada umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang dapat berisikan teks atau gambar, maka buku elektronik berisikan informasi digital yang juga dapat berwujud teks atau gambar. Dewasa ini buku elektronik diminati karena ukurannya yang kecil bila dibandingkan dengan buku, dan juga umumnya memiliki fitur pencarian, sehingga kata-kata dalam buku elektronik dapat dengan cepat dicari dan ditemukan. Terdapat berbagai format buku elektronik yang populer, antara lain adalah teks polos, pdf, jpeg, lit dan html.

(8)

Menurut Ahmad (2009: 1) menyatakan bahwa:

“E-book adalah singkatan dari Elektronic Book atau buku elektronik. E-book tidak lain adalah sebuah bentuk buku yang dapat dibuka secara elektronis melalui komputer. E-book ini berupa file dengan format bermacam-macam, ada yang berupa pdf (portable document format) yang dapat dibuka dengan program Acrobat Rader atau sejenisnya. Ada juga yang dengan bentuk format html, yang dapat dibuka dengan browsing atau internet eksplorer secara offline. Ada juga yang berbentuk format exe.”

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa e-book (buku elektronik) adalah buku yang dikemas dalam format elektronik yang dapat kita peroleh dan kita buka dengan memanfaatkan komputer. Kita dapat menyimpan berapa banyak buku elektronik dalam sebuah flashdisc dan dapat kita bawa kemana-mana, sedangkan buku dalam format tercetak kita akan mengalami kesulitan untuk membawanya kemana-mana dalam jumlah yang banyak. Pembuatan buku dalam format elektronik juga merupakan satu usaha untuk melestarikan informasi-informasi yang terdapat dalam buku tercetak. Buku dalam format tercetak lebih mudah mengalami kerusakan dan biaya perawatannya pun lebih mahal, maka dari itu akan lebih baik jika dilakukan transfer data/informasi dari buku ke buku elektronik (e-book) untuk menjaga kelestarian informasi yang ada.

2.2.3 Artikel Elektronik (e-article)

Artikel elektronik (e-article) adalah artikel yang dikemas dalam format elektronik. Artikel elektronik dapat kita temukan dalam jurnal elektronik atau dalam bentuk artikel lepas.

Dalam Wikipedia (2010: 1) dinyatakan bahwa:

“Electronic articles are articles in scholarly journals or magazines that can be accessed via electronic transmission. The are a specialized form of electronic document, with a specialized content, purpose, format, metadata, and availability– they consist of individual articles from scholarly journals or magazines (and now sometimes popular magazines), they have the purpose of providing material for academic research and study…”

Dengan kata lain pendapat di atas menunjukkan bahwa artikel elektronik adalah artikel yang terdapat dalam jurnal atau majalah ilmiah yang dapat diakses melalui transmisi elektronik. Artikel elektronik merupakan bentuk khusus dari dokumen elektronik, dengan konten khusus, tujuan, format dan metadata. Artikel

(9)

elektronik ini ditujukan untuk penyediaan informasi, baik untuk kegiatan pendidikan maupun sebagai bahan rujukan untuk penelitian akademik. Artikel elektronik dapat ditemukan dalam jurnal online (elektronik), sebagai versi online dari artikel yang terbit dalam jurnal tercetak.

2.3 Database

2.3.1 Pengertian Database

Database atau basis data merupakan bagian sangat penting dalam sebuah proses pengolahan data. Secara definisi, basis data adalah koleksi data yang saling berhubungan dan memiliki arti dan terorganisasi secara rapi. Data tersebut harus dapat diakses dengan urutan yang berbeda-beda secara logis dengan cara yang relative mudah.

Menurut Hartono (1999: 711); “Database adalah Kumpulan dari data yang saling berhubungan satu sama lainnya, tersimpan diperangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.” Database merupakan salah satu komponen yang penting dalam sistem informasi bagi para pemakainya. Sistem Istilah basis data berawal dari ilmu komputer. Kemudian artinya semakin meluas, memasukkan hal-hal di luar bidang elektronika. Catatan yang mirip dengan basis data sebenarnya sudah ada sebelum revolusi industri yaitu dalam bentuk buku besar, kwintasi dan kumpulan data yang berhubungan dengan bisnis.

Menurut Martin yang dikutip Sutanta (1975: 17) database adalah sebagai berikut:

“A database may be defined as a collection of interrelated data stored together without harmful or unnecessary redundancy to serve one or more application in an optimal fashion; the data are stored so that they are independent of programs with use the data; a common and controlled approach its used in adding new data and in modifying and retrieving existing data within the database.”

Dengan memahami pengertian di atas, maka istilah database dapat dipahami sebagai suatu kumpulan data terhubung (interrelated data) yang disimpan secara bersama-sama pada suatu media, tanpa mengatap satu sama lain atau tidak perlu suatu kerangkapan data kalaupun ada kerangkapan data tersebut harus seminimal mungkin dan terkontrol (controlled redundancy), data disimpan dengan cara-cara tertentu sehingga mudah untuk digunakan/ditampilkan kembali.

(10)

basis data (Database) adalah suatu sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Menurut Aurino (2007) menyatakan bahwa:

“Database adalah Kumpulan data yang saling berhubungan. Hubungan antar data dapat ditunjukkan dengan adanya field/kolom kunci dari tiap file/tabel yang ada. Dalam satu file atau tabel terdapat record-record yang sejenis, sama besar, sama bentuk, yang merupakan satu kumpulan entitas yang seragam. Satu record (umumnya digambarkan sebagai baris data) terdiri dari file yang saling berhubungan menunjukkan bahwa file tersebut dalam satu pengertian yang lengkap dan disimpan dalam satu record”.

Prinsip database menurut Aurino adalah pengaturan data dengan tujuan utama fleksibilitas dan kecepatan pada saat pengambilan data kembali.

Menurut Fathansyah (2004: 2) database adalah:

a. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganiasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah.

b. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redundansasi) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

c. Kumpulan file/table/arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan elektronis.

Database sendiri dapat diartikan dalam sejumlah sudut pandang seperti:

1. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan dan diorganisir sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan mudah dan cepat.

2. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (rendundancy) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

3. Kumpulan file/tabel/arsip yang saling berhubungan yang disimpan pada media penyimpanan elektronik.

4. Meliputi spesifikasi tipe data struktur dan pembatasan (constraints) dari data yang disimpan.

Menurut Subekti (2004: 13); “Database merupakan Kumpulan terintegrasi dari occurrences file/tabel yang merupakan representasi data dari suatu model enterprise.”

Dari definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka disimpulkan Database adalah susunan record data operasional lengkap dari suatu organisasi atau

(11)

perusahaan, yang diorganisir dan disimpan secara terintegrasi dengan menggunakan metode tertentu sehingga mampu memenuhi informasi yang optimal yang dibutuhkan oleh para pengguna.

2.3.2 Tujuan Pemanfaatan Database

Pemanfaatan database adalah suatu proses dan perbuatan pengguna dalam hal memanfaatkan informasi pada database untuk memenuhi kebutuhan. Informasi ilmiah yang terdapat dalam database cukup berperan dalam berbagai bidang kajian ilmu, yang selalu memerlukan data mutakhir dan akurat.

Database banyak dimanfaatkan dalam hal penelitian, studi kasus, pembuatan bahan ajar, penyusunan tugas akhir, karya ilmiah, tesis, serta disertasi yang menuntut suatu data akurat mengenai temuan-temuan baru.

Oleh sebab itu, para mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang sedang dalam proses perkuliahan dan penelitian sangat dianjurkan untuk memanfaatkan Database PubMed pada perpustakaan dan memberikan alternatif baru yang lebih memudahkan dan mengefisiensikan waktu bagi pengguna atau perpustakaan itu sendiri karena dapat diakses secara online.

2.3.3 Keuntungan Database

Penyusunan suatu database digunakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pada saat pengolahan data.

Menurut Sutanta (2004: 37) Basis data yang dikembangkan dengan benar, sesuai dengan batasan/kaidah basis data akan memberikan beberapa keuntungan, yaitu:

1. Kerangkapan data dapat diminimalkan

Jika file-file database dalam program aplikasi diciptakan oleh perancangan yang berbeda pada waktu yang berselang cukup lama, maka beberapa bagian data akan mengalami kerangkapan.

2. Inkonsistensi data dapat dihindari, database yang terbebas dari kerangkapan data akan terhindar dari munculnya data-data yang tidak konsisten.

(12)

3. Data dalam database dapat digunakan secara bersama-sama. 4. Standarisasi dapat dilakukan.

5. Pembatasan untuk keamanan data dapat diterapkan. 6. Integritas data dapat terpelihara.

7. Perbedaan kebutuhan data dapat diseimbangkan.

Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa keuntungan dari sebuah database untuk meminimalkan kerangkapan data yang dapat mengakibatkan penggunaan media penyimpanan (storage) secara sia-sia, waktu akses yang lebih lama dan akan menimbulkan masalah dalam integritas data.

2.3.4 Komponen Sistem Database

Sistem database dewasa ini sudah bisa dikembangkan, baik pada mesin mesin komputer mikro sampai dengan komputer main-frame yang tujuan dari sistem tersebut secara keseluruhan adalah untuk melakukan perawatan informasi dan menyajikannya kapan saja dibutuhkan oleh pengguna.

Menurut Subekti (2004: 1) Sistem database terdiri dari atas 4 komponen penting, yaitu:

1. Data

Data dalam database dapat merupakan single-user (hanya satu pengguna yang beroprasi terhadap database) atau multi-user, dimana satu atau lebih user beroprasi secara bersama kedalam database. Sehingga data dalam database terutama untuk sistem yang besar, harus terintegrasi dan dapat dipakai bersama. Pengertian terintegrasi bahwasanya database dapat dipandang sebagai kumpulan berbagai file yang saling terhubung dan dengan sebagian atau seluruh redundansi yang ada diantaranya dihilangkan. Sedangkan pengertian penggunaan bersama adalah bahwasanya setiap potong data yang ada didalam database dapat dipakai oleh lebih dari satu pengguna untuk penggunaan yang mungkin berbeda.

2. Perangkat keras

Piranti keras yang dibutuhkan untuk manejemen database biasanya berupa mesin standar yang ada, dalam arti tidak ada kekhususan tertentu. Akan tetapi karena sifatnya dalam akses yang lebih sangat bervariasi (yang tentunya cenderung lebih banyak direct-access) maka suatu manajemen database akan lebih banyak membutuhkan media penyimpanan.

3. Perangkat lunak

Antara fisik database dengan pengguna terdapat suatu piranti lunak yang disebut sistem manajemen basis data (DBMS). Semua kebutuhan access oleh

(13)

pengguna, seperti pembentukan file (create), penambahan data (insert), penghapusan (delete/drop), dan lain-lain, semua dilaksanakan oleh DBMS. 4. Pengguna (user)

Ada tiga pengguna database, termasuk diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pengguna akhir (end-user), yaitu orang yang menggunakan data di dalam

database untuk kebutuhan tugas dan fungsinya. Pengguna ini dapat meng-access database secara online dengan memanfaatkan bahasa query (seperti SQL) atau secara online maupun proses batch menggunakan proses aplikasi yang sudah disiapkan oleh programmer, atau pula menggunakan program utility yang telah tersedia di dalam DBMS.

b. Programmer aplikasi, yaitu orang yang bertanggung jawab untuk menulis program aplikasi, biasanya menggunakan berbagai bahasa pemograman. c. Administrator basis data (DBA), yaitu orang yang bertanggung jawab pada

keseluruhan sistem basis data. 2.3.5 Terminologi dalam database

a. Database adalah Sekumpulan data yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan.

b. Data adalah fakta-fakta yang dapat disimpan dan mempunyai arti tertentu. c. Tabel adalah Tempat untuk menyimpan data, tabel terdiri dari field dan record d. Field adalah disebut juga dengan kolom, yaitu bagian tabel tempat menyimpan

sebuah item data.

e. Record adalah disebut juga dengan baris, yaitu satu bagian informasi yang disimpan dalam tabel, misal data seorang mahasiswa akan disimpan dalam satu record yang terdiri dari beberapa kolom/field.

2.4 Database PubMed

PubMed adalah sebuah layanan dari National Library of Medicine, yang menyertakan lebih dari 21 juta kutipan untuk artikel-artikel biomedis sejak tahun 1950-an hingga kini. Kutipan-kutipan itu dari MEDLINE dan tambahan dari jurnal-jurnal sains kehidupan. PubMed menyertakan link ke banyak situs yang menyediakan teks lengkap dari artikel tersebut dan sumber-sumber yang berhubungan. PubMed Central (PMC) adalah tempat arsip digital jurnal bebas/gratis yang disediakan oleh Institut Kesehatan Nasional AS (National Institutes of Health-NIH) yang menyediakan literatur ilmiah di bidang biomedik dan ilmu hayat. Misal : Beberapa jurnal yang digunakan untuk referensi dalam penulisan tesis yang ditelusuri melalui data base pubmed.

(14)

Database PubMed menyediakan banyak menu-menu pilihan yang memungkinkan pengguna memperoleh informasi yang tepat, efektif dan efisien. Menu-menu tersebut antara lain:

• Menu Overview, berisi tentang penjelasan segala fasilitas yang ada pada database PubMed.

• Menu Help untuk menelusur jutaan bibliografi dan abstrak di bidang kedokteran, ilmu perawatan, dokter gigi, dokter hewan, sistem layanan kesehatan , dan ilmu preclinical. PubMed help juga menyediakan akses ke MEDLINE dan artikel sains jurnal terpilih di luar MEDLINE.

• Menu Tutorials merupakan penjelasan segala fasilitas database PubMed dengan audio dan animated tutorials yang dinamakan Quick Tours. Disajikan secara online menggunakan Macromedia Flash Player. Menu ini akan sangat memudahkan pengguna bagaimana cara memanfaatkan semua fasilitas database PubMed.

• Menu PubMed Service, database PubMed juga menyediakan beberapa menu layanan pilihan seperti: Jurnal Database yaitu layanan yang memungkinkan pengguna menelusur artikel dengan hanya mengetahui subjek, judul, pengarang, ISO, ISSN atau berada di database mana.

• Menu Single Citation Matcher yaitu menu yang memungkinkan pengguna memperoleh kutipan dari suatu artikel seperti judul, volume jurnal yang memuatnya, atau isu dari isi artikel tersebut.

• Menu Batch Citation Matcher yaitu layanan untuk pengguna yang ingin mengakses informasi dari link atau website lain diluar database PubMed. Dan banyak lagi seperti Clinical Queries, Link Out dan My NCBI.

• Menu Related Resources yang menyediakan menu pilihan seperti National Library of Medicine (NLM) Catalog dan TOXNET.

• Menu NLM Catalog menyediakan akses ke NLM data bibliografi untuk jurnal, buku, audiovisual, perangkat lunak komputer, sumber daya elektronik dan material lain. Hubungan ke perpustakaan Locatorplus, NLM online publik akses katalog, juga disajikan.

• Menu TOXNET (Toxicology Data Network) adalah database tentang ilmu racun (toxicology), bahan-kimia berbahaya (hazardous chemicals), kesehatan

(15)

lingkungan (environmental health), dan pelepasan racun (toxic releases). Disamping itu ada pula menu Order Documents, NLM Mobile, NLM Gateway, Consumer Health, Clinical Alerts, ClinicalTrials.gov dan PubMed Central.

2.5 Pemanfaatan Database sebagai Sumber Informasi

Pemanfaatan adalah suatu proses, cara, atau perbuatan dalam memanfaatkan sesuatu hal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 711); “Pemanfaatan adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan sesuatu untuk kepentingan tersendiri”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa pemanfaatan merupakan suatu proses memanfaatkan seseuatu untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan sendiri.

Database merupakan bagian sangat penting dalam sebuah proses pengolahan data. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan database adalah suatu proses dan perbuatan pengguna dalam hal memanfaatkan informasi pada database untuk memenuhi kebutuhan. Informasi ilmiah yang terdapat dalam database cukup berperan dalam berbagai bidang kajian ilmu, yang selalu memerlukan data mutakhir dan akurat.

Biasanya informasi yang diperoleh dari hasil penelusuran dapat di download, dicetak/hanya dibaca di monitor. Pada dasarnya pengguna dapat secara bebas memperlakukan informasi yang di dapatnya melalui penelusuran dari internet (Hasugian, 2005: 14).

Pada umumnya cara memanfaatkan koleksi dalam format elektronik yang paling sering dilakukan oleh pengguna adalah men-download. Hal ini dilakukan oleh pengguna apabila menemukan informasi yang relevan berdasarkan kebutuhan informasinya dalam format elektronik biasanya mereka akan men-download informasi tersebut untuk kemudian disimpan ke dalam media penyimpanan seperti flash disk, hard disk, CD ROM dan lainnya. Dengan melakukan download, pengguna memiliki kesempatan untuk melihat ulang rekaman informasi yang telah ia simpan dalam media penyimpanan tersebut. Dengan menggunakan mesin printer, hampir sebagian besar pengguna memilih untuk mencetak informasi elektronik yang mereka peroleh. Cara seperti ini dilakukan untuk memudahkan pengguna dalam membaca informasi elektronik yang telah diperolehnya.

(16)

Cara lain yang biasa dipergunakan oleh sebagian pengguna dalam memanfaatkan sumber daya informasi elektronik yaitu membaca informasi di layar komputer. Hal ini dilakukan oleh pengguna yang memiliki cukup waktu luang untuk membaca informasi tersebut. Biasanya informasi yang hanya dibaca di layar komputer adalah informasi yang kurang atau tidak penting untuk dimiliki (Hasugian, 2005:14). Ada kalanya suatu informasi yang ditampilkan dalam format elektronik tidak dapat di-download atau dicetak oleh pengguna sehingga pengguna hanya dapat mencatat informasi dari dokumen elektronik yang ditampilkan pada secarik kertas atau buku catatan.

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat ada beberapa cara pemanfaatan sumber daya informasi elektronik. Cara-cara yang ditempuh oleh pengguna tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang di antaranya adalah waktu, kenyamanan dan materi.

Gambar I: Contoh pemanfaatan Database Pubmed, dengan query Aids

2.5.1 Frekuensi Pemanfaatan Database

Setiap pengguna database akan memanfaatkan informasi didalam database dimana pengguna sangat membutuhkan informasi baik itu jurnal atau koleksi lain. Hal ini tergantung pada kebutuhan mereka akan informasi dan lainnya, dan setiap orang memiliki waktu dan kesempatan yang berbeda pula. Oleh sebab itu frekuensi pemanfaatan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui bagaimana pengguna situs memanfaatkan fasilitas situs.

(17)

Secara umum frekuensi diartikan sebagai “kekerapan, keseimbangan, keseringan”. Sedangkan pemanfaatan seperti yang dibahas sebelumnya adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan sesuatu untuk kepentingan tersendiri. Dengan merujuk pada kedua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa frekuensi pemanfaatan adalah proses atau cara yang kerap dilakukan secara teratur untuk memanfaatkan sesuatu guna kepentingan tersendiri. Kemudian apabila pengertian tersebut ditempatkan pada ruang lingkup yang lebih spesifik dalam penelitian ini yaitu database, maka dapat dinyatakan bahwa frekuensi pemanfaatan database adalah proses atau cara yang kerap dilakukan oleh pengguna dalam menggunakan database untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Adapun frekuensi pemanfaatan database biasanya dipengaruhi oleh ketersediaan dan kelengkapan informasi pada sebuah database, kebutuhan informasi, waktu dan lain sebagainya.

2.6 Kebutuhan Informasi

2.6.1 Pengertian Kebutuhan Informasi

Menurut Krikelas yang dikutip oleh Ishak (2006: 91); “Kebutuhan informasi merupakan “...when the current state of possessed knowledge is less than needed”. Dari pengungkapan Krikelas dapat diartikan bahwa kebutuhan informasi timbul ketika pengetahuan yang dimiliki seseorang kurang dari yang dibutuhkan, sehingga mendorong seseorang untuk mencari informasi.

Menurut Wilson yang dikutip oleh Harisanty (2000: 3); “Kebutuhan informasi adalah sebuah pengalaman subyektif yang hanya terjadi pada pikiran orang yang sedang dalam kondisi membutuhkan dan tidak bias secara langsung diakses oleh para pengamat.”

Pada Wikipedia (2011) menyatakan bahwa kebutuhan informasi yaitu:

Information need is an individual or group’s desire to locate and obstain information to satisfy a conscious need. The ‘information’ and ‘need’ in ‘information need’ are inseparable interconnection. Needs and interest call forth information. The objectives of studying information needs are:

1. The explanation of observed phenomena of information use are expressed need;

2. The prediction of instances of information uses;

3. The control and thereby improvement of the utilization of information manipulation of essentials conditions.

(18)

Artinya kebutuhan informasi adalah keinginan seseorang atau keinginan kelompok untuk mendapatkan dan memperoleh informasi di dalam memenuhi kebutuhan secara sadar atau tidak sadar. ‘informasi’ dan ‘kebutuhan’ pada kalimat ‘kebutuhan informasi’ adalah hubungan dua kata yang tidak dapat dipisahkan. Kebutuhan dan keinginan menimbulkan informasi.

Tujuan mempelajari infomasi adalah:

1. Menjelaskan tentang gejala yang diamati mengenai kegunaan informasi atau menjelaskan suatu kebutuhan;

2. Memprediksi kejadian dari kegunaan informasi;

3. Membatasi dengan memperbaiki peningkatan manipulasi informasi dari suatu kondisi yang penting.

Menurut Krikelas dalam purnomowati (2008); “Bahwa kebutuhan informasi adalah pengakuan tentang adanya ketidakpastian dalam diri seseorang yang mendorog seseorang untuk mencari informasi.” Dalam kehidupan yang sempurna, kebutuhan informasi (information needs) sama dengan keinginan informasi (information wants), namun umumnya ada kendala seperti ketiadaan waktu, kemampuan, biaya, faktor fisik dan faktor individu lainya, yang menyebabkan tidak semua kebutuhan informasi menjadi keinginan informasi. Jika seorang sudah yakin bahwa sesuatu informasi benar-benar diinginkan, maka keinginan informasi akan berubah menjadi permintaan informasi (information demands).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka penulis dapat menguraikan bahwa kebutuhan informasi adalah kebutuhan pokok bagi pengguna tertentu yang bertujuan untuk menambah pengetahuan, dan meningkatkan keterampilan yang pada akhirnya dapat merubah sikap dan perilakunya. Informasi dibutuhkan pengguna Kebutuhan informasi bagi setiap pengguna berbeda-beda antara pengguna yang satu dengan lainnya. Kebutuhan informasi bagi pengguna dapat diketahui dengan cara melakukan identifikasi kebutuhan pengguna.

2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi:

Menurut Nicholas yang dikutip oleh Ishak (2000 : 93) menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi pemakai, yaitu:

(19)

a. Jenis pekerjaan.

b. Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencarian informasi, meliputi ketepatan, ketekunan mencari informasi, pemcarian secara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan.

c. Waktu.

d. Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi). e. Sumber daya teknologi yang digunakan untuk mencari informasi.

Sementara itu menurut Wilson yang dikutip oleh Ishak (1981: 93) juga menguraikan faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu:

a. Kebutuhan individu (person)

Kebutuhan yang ada dalam diri individu meliputi kebutuhan psikologis (psychological needs), kebutuhan afektif (affectif needs), dan kebutuhan kognitif (cognitive needs). Ketiga kebutuhan ini secara langsung mempengaruhi kebutuhan informasi.

b. Peran social (social role)

Peran social meliputi peran kerja (work role) dan tingkat kinerja (performance level), akan mempengaruhi faktor kebutuhan yang ada dalam diri individu. c. Lingkungan (environment)

Faktor lingkungan, meliputi lingkungan kerja, lingkungan social-budaya, lingkungan politik-ekonomi, dan lingkungan fisik mempengaruhi faktor peran sosial maupun faktor kebutuhan individu. Sehingga terjadi pengaruh bertingkat yang akan membentuk kebutuhan informasi.

Dari penjelasan diatas penulisan dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya seseorang merasa terdorong untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain adalah masalah yang dihadapi di dalam pekerjaan, disiplin ilmu yang diamati, kebiasaan dalam keseharian dan lingkungan tempat tinggal.

2.6.3 Jenis Kebutuhan Informasi

Dikaitkan dengan lingkungan yang mendorong timbulnya kebutuhan, khususnya yang berkaitan dengan seseorang yang dihadapkan pada berbagai media penampung informasi (sumber-sumber informasi), maka banyak kebutuhan informasi yang bisa dikemukakan, antara lain:

Sedangkan menurut Guha yang dikutip oleh Saepudin, (2009: 4) ada empat jenis kebutuhan informasi, sebagai berikut:

1. current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna informasi yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi dengan sistem informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan

(20)

pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan antara pengguna dan sistem informasi.

2. everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna yang spesifik dan cepat. Informasi yang dibutuhkan pengguna merupakan informasi yang rutin dihadapi oleh pengguna.

3. exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna akan informasi yang mendalam, pengguna informasi mempunyai ketergantungan yang tinggi pada informasi yang dibutuhkan dan relevan, spesifik, dan lengkap.

4. catching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna akan informasi yang ringkas, tetapi juga lengkap khususnya mengenai perkembangan terakhir suatu subyek yang diperlukan dan hal-hal yang sifatnya relevan.

Berdasarkan pendapat Taylor yang dikutip Pendit (2008) menjelaskan empat tingkat kebutuhan informasi yaitu:

1. visceral need, yaitu tingkatan ketika “need for information not existing in the remembered experience of the inquirer” atau dengan kata lain ketika kebutuhan informasi belum sungguh-sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman seseorang dalam hidupnya. Inilah kebutuhan “tersembunyi” yang seringkali baru muncul setelah ada pengalaman tertentu.

2. conscious need, yaitu ketika seseorang mulai menggunakan “mental-description of an ill-defined area of indecision” atau ketika seseorang mulai menerka-nerka apa sesungguhnya yang ia butuhkan.

3. formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya, dan mungkin di saat inilah ia baru dapat menyatakan kebutuhannya kepada orang lain.

4. compromised need, yaitu ketika seseorang mengubah-ubah rumusan kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi tertentu.

Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menguraikan bahwa jenis kebutuhan informasi seseorang dapat dilihat dari pendekatan-pendekatan serta tingkatan-tingkatan kebutuhan yang pada akhirnya dapat membantu seseorang dalam menemukan serta memenuhi kebutuhan informasinya.

Dalam mencari informasi dibutuhkan acuan untuk dapat memudahkan informasi tersebut yaitu salah satunya sumber daya informasi elektronik yang dapat membantu pengguna menemukan informasi tersebut.

2.6.4 Identifikasi Kebutuhan Informasi

Menurut Sankarto (2008: 10) Identifikasi dengan pendekatan kualitatif terhadap kebutuhan informasi dilakukan antara lain:

(21)

1. Untuk memahami bagaimana persepsi pengguna mengenai jenis, bentuk, media serta makna dari informasi bagi pengguna. Memahami perspektif pengguna biasanya sulit dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti dapat menggali penjelasan mengenai perilaku pengguna terhadap informasi.

2. Untuk memahami pengaruh informasi terhadap pengguna. Implementasi pengguna informasi, kesuksesan maupun kegagalan terjadi dalam konteks sosial dan usahatani. Sebuah informasi tidak selalu memberikan hasil yang sama ketika diimplementasikan di tempat lain. Penelitian kualitatif dapat memberikan pemahaman mengenai hal ini sekaligus mendukung pengembangan hipotesis dan teori.

3. Menyelidiki proses sebab akibat. Penelitian eksperimental dapat menunjukkan ada tidaknya hubungan kausal namun tidak bisa memberikan alasan bagaimana proses kausal tersebut berlangsung. Di sinilah kelebihan penelitian kualitatif dibandingkan eksperimental atau survei.

4. Memberikan evaluasi formatif (evaluasi yang bertujuan untuk memperbaiki sistem yang sedang dalam tahap pengembangan) dibandingkan hanya sekedar melakukan pengkajian. Menggunakan metode kualitatif dapat memberikan gambaran masalah potensial yang sedang dihadapi sehingga memberikan peluang untuk memperbaiki sistem.

5. Meningkatkan utilisasi dari hasil evaluasi. Pembuat kebijakan, dan praktisi seringkali mengalami kesulitan menggunakan hasil studi kuantatif karena hal tersebut tidak terkait dengan pemahaman mereka mengenai situasi yang sedang terjadi. Penelitian kualitatif, sebaliknya, dapat meningkatkan kredibilitas dan kemanfaatan hasil evaluasi untuk para pengembil keputusan.

Identifikasi kebutuhan informasi merupakan langkah awal dalam menentukan jenis informasi apa yang yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna akan tergantung pada keberhasilan dalam melakukan identifikasi kebutuhan informasi. Identifikasi kebutuhan informasi yang tidak tepat sudah pasti menghasilkan informasi yang tidak berguna.

Identifikasi kebutuhan informasi adalah sebuah proses untuk mendapatkan informasi yang sesuai kebutuhan dan diinginkan pengguna. Dalam proses identifikasi kedua belah pihak terlibat aktif pada tahap ini. Informasi yang diperoleh dari pengguna menjadi acuan abagi penyedia informasi sebagai bahan pertimbangan menyediakan informasi yang tepat. Tiga faktor yang harus dipenuhi ketika melakukan identifikasi kebutuhan informasi yaitu lengkap, detail, dan benar.

Lengkap, artinya semua informasi yang diharapkan pengguna didapatkan oleh pihak yang melakukan identifikasi. Detail, adalah informasi yang terkumpul terinci sampai hal-hal yang kecil. Benar, yaitu semua data yang diperoleh harus benar, bukan

(22)

benar menurut identifikator tetapi benar dan sesuai dengan apa yang dimaksud pengguna.

Gambar

Gambar I: Contoh pemanfaatan Database Pubmed, dengan query Aids

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji analisis didapatkan nilai p value sebesar 0.000 (p value< 0.05), dan nilai r sebesar 0.558, artinya ada hubungan yang signifikan dengan kekuatan korelasi

Anggota yang berpraktek bagi publik harus memperhatikan prinsip-prinsip pada kode etik profesi dalam menentukan. lingkup dan sifat jasa yang

14 Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, selalu berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku ( code of conduct ) yang telah

Penyusunan skala penelitian ditentukan berdasarkan indikator dari variabel yang telah dikemukakan dalam teori. Pada penelitian ini digunakan dua skala, yaitu skala

Hasil pengujian pada penelitian ini menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility tidak dapat memoderasi pengaruh Tax Haven Utilization terhadap ETR, yang berarti bahwa

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh EPS ( Earning Per Share ), ROE ( Return On Equity ) dan Tingkat Bunga Deposito

Secara umum masalah pengembangan padi hibrida di Indonesia saat ini antara lain adalah: (a) produksi benih rendah, baru sekitar 1 t/ha, dan sistem perbenihan belum berkembang, pada

Hubungan keeratan dalam kategori kuat antara peran fasilitator dengan tingkat keberdayaan peternak ini dikarenakan penyuluh telah cukup berperan dalam membantu menyediakan fasilitas