• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh/By. KHAIRUN NISA Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Jl.A. Yani KM 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh/By. KHAIRUN NISA Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Jl.A. Yani KM 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 54 ANALISIS KUALITAS AIR DI KAWASAN HUTAN BUNDER KABUPATEN

GUNUNGKIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Analysis of water quality in Bunder Forest Area, Gunungkidul regency, Yogyakarta Special Province.

Oleh/By KHAIRUN NISA

Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat

Jl.A. Yani KM 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan

ABSTRACT

Tourism development in a nature area will result the increasing use of water resources. One of the interested factor for nature tourism area development is quality of water resources. This research was carried out in Bunder Forest area, square 19th and 22 nd. The objectives of this research was to study the quality of water resources that available in Bunder Forest. In this research, both field and laboratory observations were done. Data collected include : primary data such as water quality. Water quality was analyzed based on field and laboratory observations to examine its chemical and physical characteristics. Water bacteriology was also analyzed to compare with standard of good water quality. The research result shows that the primary water source for domestic use is groundwater. Water quality of the Oyo River is in good quality and classified as B level, except for the value of BOD and COD that are higher than that of the tolerable maximum value. For the groundwater, the coli bactery content is higher than that of the tolerable maximum value.

Keywords : Bunder Forest, Nature Tourism, Water Quality I. PENDAHULUAN

Kawasan hutan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta hanya sekitar 5 % dari luas seluruh wilayah (Anonim, 1998 : I-2) sehingga hasil hutan berupa kayu dinilai tidak potensial, berdasarkan hal tersebut sumber daya alam kawasan hutan yang ada perlu dikembangkan untuk dapat menghasilkan hasil hutan non kayu, misalnya dengan mengembangkan areal hutan sebagai objek wisata alam. Kawasan hutan Bunder yang terletak 30 km dari Yogyakarta dan terletak di Kabupaten Gunungkidul memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai kawasan hutan wisata karena memiliki potensi flora, potensi fauna, potensi bentang alam dan potensi pendukung diantaranya pabrik pembuatan minyak kayu putih, persemaian permanen dari berbagai jenis tanaman keras baik tanaman kehutanan maupun tanaman perkebunan, budidaya ulat sutera, dan penangkaran satwa langka.

(2)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 55

Di dalam pengembangan kawasan wisata alam diperlukan suatu perencanaan yang baik. Perencanaan pariwisata alam harus memperhatikan daya dukung lingkungan. Setiap kawasan pariwisata alam mempunyai daya dukung lingkungan tertentu untuk mendukung kegiatan wisata. Salah satu daya dukung yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu kawasan wisata alam adalah daya dukung air baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang keberadaannya dirasakan sangat penting oleh makhluk hidup, terutama manusia. Selain sebagai air minum, air juga dimanfaatkan manusia untuk berbagai kepentingan lainnya seperti keperluan rumah tangga, pertanian, perikanan, perhubungan, industri, pembangkit tenaga listrik, dan rekreasi.

Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama.

Di dalam kawasan hutan Bunder terdapat sungai yang cukup besar dan mengalir sepanjang tahun, yaitu sungai Oyo. Di samping itu, didalam kawasan hutan Bunder juga terdapat mata air yang mengalir sepanjang tahun yaitu mataair Sendang Mole. Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, masyarakat di Desa Bunder sangat tergantung pada mata air Sendang Mole, terutama pada saat musim kemarau.

Meningkatnya kepariwisataan akan mengakibatkan kebutuhan sumber daya khususnya sumber daya air menjadi meningkat pula. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diketahui potensi sumber daya air yang ada di hutan Bunder secara kualitatif sehingga dapat diketahui apakah sumber daya air tersebut dapat mendukung kehidupan masyarakat di sekitar hutan tersebut dan mendukung kegiatan wisata baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang.

II. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas sumber air yang ada di hutan Bunder (Sungai Oyo, mataair Sendang Mole dan sumur penduduk). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan masukan bagi pihak/instansi yang berwenang untuk mengatasi masalah kualitas air di daerah penelitian.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei 2004 – September 2004 pada petak 19 dan 22 di kawasan Hutan Bunder, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi

penelitian adalah Purposive Sampling Area. Dalam hal ini penelitian dilakukan pada

petak 19 dan 22 karena kedua petak tersebut merupakan zone yang diintensifkan untuk kegiatan wisata di hutan Bunder.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengamatan dan pengambilan sampel air sungai, mataair, dan airtanah di lokasi penelitian.

1. Kualitas Air Sungai

Cara pengambilan sampel adalah dengan menentukan lokasi pengambilan sampel air terlebih dahulu, yaitu pada bagian hulu sungai, tengah dan hilir sungai,

(3)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 56

dimana pada bagian tersebut masing-masing diambil sampel air sebanyak 1 liter. Penentuan titik pengambilan sampel bertujuan agar pada saat pengambilan sampel benda yang terapung di permukaan air dan endapan yang mungkin tergerus dari dasar sungai tidak ikut terambil (Effendi, 2003 : 19). Berdasarkan Standar Nasional Indonesia Bidang Pekerjaan Umum mengenai Kualitas Air (Effendi, 2003 : 19) titik pengambilan sampel air sungai ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. pada sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik sampel air diambil pada satu

titik di tengah sungai pada 0,5 x kedalaman sungai;

b. pada sungai dengan debit antara 5 – 150 m3/detik, sampel air diambil pada

dua titik, masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman sungai;

c. pada sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, sampel air diambil minimum

pada enam titik, masing-masing pada jarak 1/4, 1/2, dan 3/4 lebar sungai, pada 0,2 x kedalaman sungai dan 0,8 x kedalaman sungai.

Setelah pengambilan sampel air selesai maka sampel tersebut segera dianalisis di Laboratorium. Penetapan parameter-parameter yang akan diperiksa didasarkan atas keamanan terhadap kesehatan manusia yang mengacu pada standar baku mutu air berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No.153/KPTS/1993. Parameter yang diteliti meliputi pH, Besi (Fe), Nitrat (NO3), Nitrit (NO2), Amonia (NH3), Klorida (Cl), Mangan (Mn), kesadahan (CaCo3), Biological Oxygen Demand (BOD), dan Chemical Oxygen Demand (COD).

2. Kualitas Mataair

Sampel air yang diambil adalah sampel mataair Sendang Mole yang dipergunakan untuk suplai kebutuhan air domestik dan kebutuhan air lainnya (penangkaran satwa, pabrik minyak kayu putih dan persemaian) di daerah penelitian. Analisa ini ditujukan untuk air minum dengan asumsi cocok untuk keperluan domestik dan industri pariwisata. Sampel air yang diambil sebanyak 1 liter dan kemudian dianalisis sifat fisik, kimia dan biologinya di laboratorium. Penetapan parameter-parameter yang akan diperiksa didasarkan atas keamanan terhadap kesehatan manusia yang mengacu pada standar baku mutu air minum (Peraturan Menteri Kesehatan No.416/Menkes/Per/IX/1990). Parameter yang diteliti

meliputi pH, Besi (Fe), Nitrat (NO3), Nitrit (NO2), Klorida (Cl), Mangan (Mn),

kesadahan (CaCo3), dan sifat bakteriologis/bakteri coli.

3. Kualitas Airtanah

Pengambilan sampel air dilakukan pada pada sumur penduduk. Titik pengambilan sampel air sumur ditetapkan menurut ketentuan sebagai berikut (Effendi, 2003 : 21).

a. Pada sumur gali, sampel diambil pada kedalaman 20 cm di bawah permukaan air. Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada pagi hari.

b. Pada sumur bor dengan pompa tangan atau mesin, sampel diambil dari kran/mulut pompa (tempat keluarnya air). Pengambilan sampel dilakukan kira-kira lima menit setelah air mulai dibuang.

Sampel air yang diambil sebanyak 1 liter dan kemudian dianalisis sifat fisik, kimia dan biologinya di laboratorium. Penetapan parameter-parameter yang akan diperiksa didasarkan atas keamanan terhadap kesehatan manusia yang mengacu pada standar baku mutu air minum (Peraturan Menteri Kesehatan No.416/Menkes/Per/IX/1990). Parameter yang diteliti meliputi pH, Besi (Fe), Nitrat

(NO3), Nitrit (NO2), Klorida (Cl), Mangan (Mn), kesadahan (CaCo3), dan sifat

(4)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 57 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Kualitas Air Sungai

Peruntukan air Sungai Oyo ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No.153/KPTS/1993 (Anonim,1993: 327) yaitu :

Sungai Oyo mulai dari bagian hulu sampai pertemuan dengan Sungai Opak di Kecamatan Imogiri, menurut peruntukannya sebagai badan air sungai Golongan B. Selanjutnya dijelaskan yang dimaksud badan air sungai golongan B adalah air yang diperuntukkan bagi air baku untuk diolah menjadi air minum dan keperluan rumah tangga dan tidak memenuhi syarat golongan A (air yang diperuntukkan bagi air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu).

Dari hasil analisis sampel air yang telah dilakukan dilaboratorium didapatkan hasil seperti pada Tabel 1 yang kemudian dibandingkan dengan persyaratan Baku Mutu Air Golongan B.

Tabel 1. Kualitas Air Sungai Oyo Pada Tiap Titik Pengambilan Sampel

Parameter Satua n Baku Mutu Air Gol B Hasil Uji Pd Titik A Hasil Uji Pd Titik B Hasil Uji Pd Titik C Kesesuaian Fisika

a. Suhu o C Normal 25,5 25,5 26 Sesuai

b. Warna TCU - 6 8 5 Sesuai

c. Bau - - Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau Sesuai d. Rasa - - Tdk berasa Tdk berasa Tdk berasa Sesuai

e. Kekeruhan NTU - 0,83 1,26 0,19 Sesuai

Kimia a. pH - 5 - 9 8,1 8,1 8,1 Sesuai b. Fe mg/l 1 0,04 0,04 0,04 Sesuai c. NO3 mg/l 10 0,14 0,14 0,14 Sesuai d. NO2 mg/l 0,5 0,0012 0,0012 0,0012 Sesuai e. NH3 mg/l 0,5 0,0107 0,0068 0,0033 Sesuai f. Cl mg/l 500 9,1 7,1 7,1 Sesuai g. Mn mg/l 0,5 0,05 0,05 0,05 Sesuai h. (CaCO3) mg/lt - 119,40 102,49 102,49 - i. BOD mg/l 5 3,6 2,2 5,2 Ttk C tdk sesuai

j. COD mg/l 10 16 8 24 Titik A&C

tdk sesuai

Sumber : Analisis laboratorium BTKL (2004)

Dari tabel 1 dapat dilihat parameter fisik kualitas air di Sungai Oyo masih di bawah nilai standar evaluasi sehingga termasuk kategori baik.

Hasil analisis sampel air yang diambil di tiga titik sungai menunjukkan bahwa air Sungai Oyo cenderung bersifat basa karena memiliki pH 8,1, tingginya pH tersebut diduga disebabkan oleh banyaknya bikarbonat yang terlarut karena litologi daerah penelitian didominasi batu gamping. Hem dalam Bouwer (1978 : 346) menyatakan air alamiah sebagian besar terdapat dalam kisaran pH 6 – 8,5. Berdasarkan SK Gubernur DIY No. 214 Tahun 1991 tentang baku mutu air badan air golongan B, pH air Sungai Oyo tersebut masih memenuhi persyaratan.

Hasil analisis ketiga sampel air sungai menunjukkan bahwa Sungai Oyo mempunyai kadar besi lebih kecil (0,04) dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Air yaitu 1, sehingga Sungai Oyo masih memenuhi persyaratan untuk air minum dan kegiatan wisata tirta.

(5)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 58

Kandungan Nitrat ketiga sampel air Sungai Oyo menunjukkan jumlah yang sama besarnya yaitu 0,14 mg/liter. Berdasarkan Baku Mutu Air Golongan B, jumlah kandungan nitrat yang diperbolehkan maksimal 10 mg/liter, dengan demikian kandungan nitrat pada Sungai Oyo masih dalam batas toleransi syarat baku, sehingga kualitas air Sungai Oyo ditinjau dari jumlah kandungan nitrat dapat dikategorikan sebagai kualitas air sungai yang baik.

Ditinjau dari kandungan Nitrit kualitas air Sungai Oyo juga dapat dikatakan baik. Kandungan Nitrit pada ketiga sampel air juga menunjukkan jumlah yang sama besarnya yaitu 0,0012 mg/liter. Jumlah tersebut masih terletak di bawah batas toleransi menurut Baku Mutu Air Golongan B yaitu 0,5 mg/liter.

Batas tertinggi untuk Amonia berdasarkan Baku Mutu Air Golongan B adalah 0,5 mg/liter. Berdasarkan hasil analisis laboratorium ketiga sampel air Sungai Oyo

mempunyai konsentrasi Amonia (NH3) yang berbeda yaitu pada titik A

konsentrasinya 0,0107 mg/liter, pada titik B 0,0068 mg/liter dan pada titik C konsentrasinya 0,0033 mg/liter. dengan demikian air Sungai Oyo memenuhi syarat untuk air minum dan kegiatan wisata.

Konsentrasi klorida pada Sungai Oyo berdasarkan hasil analisis ketiga sampel air di laboratorium berkisar antara 7,1 mg/liter sampai 9,1 mg/liter.

Ketiga sampel air Sungai Oyo mempunyai konsentrasi yang sama yaitu 0,05 mg/liter. Dengan demikian kandungan Mangan pada Sungai Oyo masih dalam batas toleransi syarat baku, sehingga kualitas air Sungai Oyo ditinjau dari jumlah kandungan Mangan dapat dikategorikan sebagai kualitas air sungai yang baik.

Kesadahan air merupakan hal yang sangat penting dalam penyediaan air

bersih. Dalam penelitian ini hanya dianalisis kesadahan karbonat (CaCO3), yaitu

kesadahan yang disebabkan oleh zat karbonat terhadap kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Berdasarkan hasil laboratorium kesadahan air pada ketiga titik sampel masih berada dibawah ambang batas maksimum yang diperbolehkan untuk air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990, yaitu 500 mg/liter. Kesadahan air sementara akibat kandungan kalsium dan magnesium dapat dihilangkan dengan dididihkan atau menambah kapur dalam air (Suripin, 2002 : 150).

Sistem perairan alamiah umumnya mempunyai angka BOD berkisar antara 2 – 3 ppm (Asdak, 1995 : 534). Berdasarkan hasil analisa laboratorium, kandungan BOD pada ketiga sampel air Sungai Oyo berturut-turut adalah sebagai berikut : pada titik A konsentrasinya 3,6 mg/liter, pada titik B 2,2 mg/liter, dan pada titik C 5,2 mg/liter. Batas maksimal BOD yang diperbolehkan menurut Baku Mutu Air Badan Air Golongan B adalah 5 mg/liter, dengan demikian konsentrasi BOD pada titik C tidak memenuhi persyaratan karena melebihi batas toleransi, besarnya kandungan BOD di titik C disebabkan karena tempat tersebut merupakan bagian hilir yang sering dimanfaatkan penduduk untuk mencuci pakaian, di samping itu dilokasi tersebut juga terdapat beberapa buah warung makan dan minum yang kemungkinan membuang limbah warungnya di tempat tersebut.

Kandungan COD pada ketiga sampel air Sungai Oyo berturut-turut adalah sebagai berikut : pada titik A konsentrasinya 16 mg/liter, pada titik B 8 mg/liter, dan pada titik C 24 mg/liter. Batas maksimal COD yang diperbolehkan menurut Baku Mutu Air Badan Air Golongan B adalah 10 mg/liter, dengan demikian konsentrasi COD pada titik A dan titik C tidak memenuhi persyaratan karena melebihi batas toleransi.

b. Mataair

Kualitas mataair dikaji berdasarkan sampel air yang diambil dari mataair Sendang Mole. Hasil analisis kualitas mataair dapat dilihat pada Tabel 2.

(6)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 59

Tabel 2. Kualitas Mataair Sendang Mole

Parameter Satuan Kadar Maksimum

diperbolehkan *)

Hasil Uji Kesesuaian

Fisika

a. Suhu o C Suhu udara ± 3

o C

26oC Sesuai

b. Warna Skala TCU 15 Tak terdeteksi Sesuai

c. Bau - - Tidak berbau Sesuai

d. Rasa - - Tidak berasa Sesuai

e. Kekeruhan Skala NTU 5 0,38 Sesuai

Kimia

a. pH - 6,5 – 8,5 6,9 Sesuai

b. Besi (Fe) mg/l 0,3 0,04 Sesuai

c. Nitrat (NO3) mg/l 10 11,12 Tdk sesuai

d. Nitrit (NO2) mg/l 1,0 0,0012 Sesuai

e. Klorida (Cl) mg/l 250 17,2 Sesuai f. Mangan (Mn) mg/l 0,1 0,05 Sesuai g. Kesadahan (CaCO3) mg/l 500 357,78 Sesuai Mikro Biologik

a. Coliform tinja /100 ml 0 110 Tdk sesuai

Sumber : Analisis laboratorium BTKL (2004)

Keterangan : *) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No.416 tahun 1990 Tentang Persyaratan Kualitas Air minum

Kualitas air mataair Sendang Mole ditinjau dari sifat fisik (suhu, warna, bau, rasa dan kekeruhan) masih sesuai dengan peraturan menteri kesehatan No. 416 tahun 1990 sehingga masih layak untuk konsumsi air minum.

Kualitas kimia juga menunjukkan hal yang sama (pH, Fe, NO2, Cl, Mn, dan

CaCO3), masih sesuai dengan peraturan menteri kesehatan No. 416 tahun 1990,

kecuali Nitrat (NO3) yang melebihi batas toleransi.

Bakteri coli merupakan indikator pencemaran yang bersumber dari kotoran manusia dan binatang. Hasil analisis sampel air menunjukkan bahwa mataair Sendang Mole mengandung bakteri coli sebesar 110/100 ml. Air yang mengandung bakteri coli tinggi dapat menyebabkan sakit perut, standar yang dikehendaki untuk air minum adalah nihil (0,00 MPN/100 ml). Mengingat mataair Sendang Mole mengandung bakteri coli yang cukup tinggi maka untuk keperluan air minum harus diolah terlebih dahulu dengan cara memasaknya sampai mendidih. Hal ini sesuai

dengan pernyataan The Sushruta Samhita cit Jahn, 1981 : 117, bahwa seseorang

yang meminum air atau mandi menggunakan air yang terkontaminasi tanpa sebelumnya memurnikan air tersebut terlebih dahulu, dengan cepat mendapat risiko terinfeksi penyakit kulit, gangguan pencernaan, batuk, radang selaput lendir dihidung dan tenggorokan, sakit perut, dan bahkan orang tersebut dapat terjangkit penyakit yang mengerikan.

(7)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 60

c. Airtanah

Tabel 3. Kualitas Airtanah Pada Dua Buah Sumur Penduduk

Parameter Satuan Kadar Maksimum diperbolehkan *) Hasil Uji Sumur 1 Hasil Uji Sumur 2 Kesesuaian Fisika

a. Suhu o C Suhu udara ± 3oC 25oC 25oC Sesuai

b. Warna TCU 15 1 2 Sesuai

c. Bau - - Tdk berbau Tdkberbau Sesuai

d. Rasa - - Tidak

berasa

Tidak berasa

Sesuai

e. Kekeruhan NTU 5 0,28 0,09 Sesuai

Kimia

a. pH - 6,5 – 8,5 6,9 6,9 Sesuai

b. Besi (Fe) mg/l 0,3 0,04 0,05 Sesuai

c. Nitrat (NO3) mg/l 10 0,70 0,61 Sesuai

d. Nitrit (NO2) mg/l 1,0 0,0012 0,0012 Sesuai

e. Klorida (Cl) mg/l 250 6,1 19,2 Sesuai f. Mangan (Mn) mg/l 0,1 0,05 0,05 Sesuai g. Kesadahan (CaCO3) mg/l 500 351,75 357,78 Sesuai Mikro Biologik

a. Coliform tinja /100 ml 0 50 70 Tdk sesuai

Sumber : Analisis laboratorium BTKL (2004)

Keterangan : *) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No.416 tahun 1990 Tentang Persyaratan Kualitas Air minum.

Kualitas air kedua sumur penduduk juga berada di bawah batas toleransi menurut peraturan menteri kesehatan No. 416 tahun 1990 jika ditinjau dari sifat fisik (suhu, warna, bau, rasa dan kekeruhan) sehingga masih layak untuk konsumsi air

minum. Kualitas kimia juga menunjukkan hal yang sama (pH, Fe, (NO3, NO2, Cl, Mn,

dan CaCO3), masih sesuai dengan peraturan menteri kesehatan No. 416 tahun

1990.

Hasil berbeda ditunjukkan oleh kualitas mikrobiologi, yaitu kedua sumur penduduk ternyata mengandung bakteri coli (coli tinja), yaitu sumur 1 mengandung bakteri coli sebesar 50 MPN/100 ml sampel air sedangkan sumur 2 mengandung bakteri Coli sebesar 70 MPN/100 ml sampel air. Menurut Fardiaz (1992 : 44) Escheria coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga koliform fekal. Tingginya kandungan coli tinja pada kedua sumur diduga karena letak kamar mandi dan toilet yang berdekatan dengan kedua sumur tersebut.

V. KESIMPULAN

Kualitas air sungai ditinjau dari sifat fisik (suhu, warna, bau, rasa, dan

kekeruhan) dan kimia (pH, Fe, NO3, NO2, NH3, Cl, dan Mn ) masih memenuhi

persyaratan Baku Mutu Air Badan Air golongan B berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No. 153/KPTS/1993, kecuali nilai BOD pada titik C dan nilai COD pada titik A dan C yang melebihi jumlah maksimum yang diperbolehkan. Kualitas airtanah dan mataair juga memenuhi persyaratan untuk air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990, kecuali

kandungan Nitrat (NO3) pada mataair, dan bakteri Coli pada mataair dan kedua

(8)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 61

airtanah dan mataair telah terkontaminasi kotoran yang berasal dari daerah di atasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1993. Himpunan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Lingkungan Hidup. Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Setwilda Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Anonim, 1998. Studi Pengembangan Obyek Wisata Alam Hutan Bunder Gunung Kidul. Kanwil Departemen Kehutanan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Asdak, C., 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Bouwer, H., 1978. Groundwater Hydrology. McGraw-Hill Kogakusha, Ltd.

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Jahn, S.A.A, 1981. Traditional Water Purification in Tropical Developing Countries.

Gambar

Tabel 1.  Kualitas Air Sungai Oyo Pada Tiap Titik Pengambilan Sampel  Parameter Satua n  Baku Mutu Air Gol B  Hasil Uji   Pd Titik A  Hasil Uji  Pd Titik B  Hasil Uji   Pd Titik C  Kesesuaian  Fisika
Tabel  3.  Kualitas Airtanah Pada Dua Buah Sumur Penduduk  Parameter Satuan  Kadar  Maksimum

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah mengantar pemahaman mahasiswa akan pengertian Sistem Otonomi, Pengertian Pemerintah Daerah, konsep-konsep yang mendasari pembentukan Pemerintahan Daerah,

Nilai Kinerja Indikator Penilikan-I Progres Kinerja PHL 3. Luasan tertentu dari hutan produksi yang tidak terganggu, dan bagian yang tidak rusak. Perlindungan terha dap

Langkah awal dalam pengembangan model adalah melakukan identifikasi sistem yang bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem yang di kaji dalam bentuk diagram antara

Selanjutnya observer menyampaikan hal-hal yang menarik terkait dengan temuannya saat observasi di kelas, yaitu: (1) mahasiswa masih kesulitan dalam menggunakan teorema

Berdasarkan uji organoleptik yang dilakukan menggunakan skala numerik, dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik adalah dengan

Jumlah transaksi e-Toll Card pada tahun 2010 terus meningkat sejak pertama kali diluncurkan pada awal tahun

Evaluasi Penerapan E-Leave System Menggunakan Metode Six Sigma- DMAIC di PT ZTL Jakarta beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).. Dengan Hak Bebas Royalti

Penelitian ini (sintesis komposit ZIF-8@kitosan) merupakan pengembangan lebih lanjut dari penelitian sebelumnya, yaitu sintesis ZIF-8 dalam berbagai pelarut/temperatur