Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan
I. Post Information
Post Title : Pengacara Provinsi (10 posisi)
Supervisor : Program Manager dari Bankum Desa
Durasi : 27 April – 30 Desember 2015 (8 Bulan) dan dapat diperpanjang
Area Kerja : Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT,NTB, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara
II. Organizational Context
1. PNPM merupakan program besar pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk mengentaskan
kemiskinan di Indonesia pasca krisis tahun 1998. Program ini terbukti telah berhasil memotori
pembangunan berbasis komunitas desa (community driven development). Meskipun demikian,
pelaksanaan program ini juga diwarnai dengan kasus penyalahgunaan dana. Selama beberapa tahun
terakhir jumlah dan nilai kasus penyalahgunaan dana cenderung meningkat. Data Complaint Handling
System PNPM pada November 2014 memperlihatkan bahwa jumlah dana PNPM yang disalahgunakan
sudah mencapai 161,6 Milyar dari kasus yang terlapor dan tercatat yang masih dalam proses,
sedangkan 9% dari kasus PNPM adalah kasus senilai 200 jt lebih dengan total dana yang disalahgunakan
sebesar 94,6 M, merupakan 58% dari Total penyimpangan dana yang belum terselesaikan.
2. Beberapa kendala yang dihadapi dalam penyelesaian kasus PNPM yang terkait dengan kasus yang
dirujuk ke proses hukum seperti proses yang ditangani oleh aparat kepolisian dan kejaksaan seringkali
lambat bahkan stagnan. Selain berefek langsung pada kasus yang dirujuk juga berdampak secara tidak
langsung pada upaya penyelesaian kasus PNPM secara non‐litigasi. Jika aparat penegak hukum tidak
responsif, maka akan semakin banyak kasus yang tidak dapat diselesaikan melalui non‐litigasi
kemudian dirujuk ke sistem peradilan. Hal ini dapat berimplikasi pada makin tebalnya impunitas pelaku,
yang pada akhirnya meningkatkan kecenderungan perilaku koruptif di kalangan masyarakat dan
otoritas pengelola dana publik. Dikuatirkan kecenderungan yang sama dapat terjadi pada kasus‐kasus
pelaksanaan pembangunan di desa yang menggunakan dana desa dan dana masyarakat di masa
mendatang.
3. Dalam teknis penanganan kasus selama program PNPM‐MPd berjalan, fasilitator memegang fungsi
kunci untuk memfasilitasi masyarakat desa dalam menjalani proses penanganan kasus, termasuk
memfasillitasi diskusi atau musyarawarah penyelesaian perkara dengan pihak‐pihak terkait. Kedua yang
memegang peranan penting adalah SP2M yang menerima pengaduan, menganalisis masalah dan
memverifikasi kasus serta memfasilitasi proses penyelesaian masalah jika diperlukan. Pada satu waktu
SP2M juga dipanggil oleh pengadilan sebagai saksi ahli. Selain itu fungsi fasilitator dan SP2M juga
membangun jejaring dengan Aparat Penegak Hukum (APH) untuk penyelesaian masalah.
4. Dengan terbitnya Surat Edaran Dirjen PMD Kemendagri tertanggal 29 Desember 2014 No.
414.2/10768/PMD yang ditujukan kepada Kepala Badan PMD Provinsi Lokasi PNPM‐Mpd. Salah satu isi
surat adalah kontrak kerja Fasilitator PNPM‐MPd dengan Satker PNPM‐MPd Provinsi Periode Tahun
Anggaran 2014 berakhir pada tanggal 31 Desember 2014. Dengan surat ini praktis fungsi fasilitator dan
SP2M serta pendamping pelaksanaan proyek PNPM diberhentikan. Absennya peran pendampingan
tidak dimonitor dan didampingi akan menyebabkan impunitas.
5. Dengan dukungan dari Cardno Emerging Market yang didanai oleh Pemerintah Australia melalui AIPJ,
Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan melaksanakan Program Pendampingan Bantuan Hukum
untuk pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa atau Bankum Desa. Program ini bertujuan
untuk memberikan bantuan hukum bagi masyarakat dan pemerintah desa untuk menyelesaikan kasus
penyimpangan dana PNPM yang disalahgunakan PNPM dan mendapatkan lesson learnt untuk dijadikan
pembelajaran dalam implementasi UU Desa. Program ini akan dilaksanakan di 10 (sepuluh) provinsi di
wilayah yang mempunyai kasus besar dan kompleks sifatnya.
6. 10 Provinsi yang dimaksud adalah: Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara.
7. Program tersebut akan dilakukan melalui fasilitasi penanganan kasus dan pendampingan bantuan
hukum berjenjang dengan penanganan melalui jalur litigasi maupun non litigasi. Dalam program ini
Kemitraan akan menempatkan Tim Ahli Bantuan Hukum di semua provinsi yang terdiri dari Pengacara
Provinsi dan Tenaga Ahli Penanganan Kasus. Tim ini akan bertempat di masing‐masing provinsi dan
bekerja di wilayah kabupaten dan provinsi.
Tugas dan tanggungjawab Pengacara Provinsi:
1. Pengacara provinsi akan bertanggung jawab pada penanganan kasus yang dilaksanakan melalui
pendekatan litigasi. Selain itu dia juga akan bertanggung jawab pada efektivitas koordinasi dan
komunikasi penanganan kasus dan program Bankum Desa dengan stakeholders terkait. Dalam
menjalankan fungsinya, pengacara provinsi akan tunduk pada UU 13 tahun 2003 dan Ps. 1 Kode
etik advokat Indonesia
2. Dalam penanganan kasus, hubungan pengacara provinsi dan TA Penanganan Kasus adalah bersifat
komplementer atau saling mendukung. Keduanya akan bekerja berdasarkan panduan penanganan
kasus Bankum Desa yang sedang dalam proses penyusunan
Batasan dalam pelaksanaan Tugas:
1. Dalam menjalankan tugasnya, pengacara akan tunduk pada peraturan perundang‐undangan yang
berlaku; UU 8/81 tentang Hukum Acara Pidana, UU 13/2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban, UU 16/2011 tentang Bantuan Hukum, UU 14/1970 tentang kekuasaan kehakiman dan
peraturan lainnnya.
2. Pengacara provinsi yang direkrut akan bekerja sesuai dengan prinsip “client, quality and results‐
oriented” di Kemitraan
II. Expected Outputs
Output yang diharapkan dari adalah:
1. Data tentang kasus dan penanganannya secara litigasi yang terkonsolidasi (yang diselesaikan
melalui program Bankum Desa)
2. Laporan tentang progress penanganan kasus secara litigasi dengan update database kasus 3. Koordinasi jaminan keamanan bagi bukti‐bukti kasus
4. Jejaring dengan pemerintah daerah dan aparat penegak hukum untuk penanganan kasus
5. Jejaring dengan Aparat Penegak Hukum dan lembaga terkait (misal LPSK) untuk perlindungan
terhadap para saksi
6. Rekomendasi penyelesaian masalah dan kasus
7. Laporan pelaksanaan pendidikan hukum untuk masyarakat 8. Laporan kinerja pengacara provinsi.
III. Functions / Key Results Expected
Hasil dan fungsi yang diharapkan dari posisi Pengacara Provinsi ini adalah:
Hasil 1: Adanya klinik pendampingan bantuan hukum untuk penanganan dan penyelesaian kasus penyalahgunaan dana PNPM di 10 provinsi.
Melalui fungsi sebagai konsultan hukum bagi pemda dan masyarakat desa yang terkait dengan program
Bankum Desa atau kasus penyalahgunaan dana PNPM yang akan:
1. Memberikan layanan konsultasi hukum bagi pemerintah daerah maupun masyarakat desa dalam
penanganan kasus dan penyelesaian masalah terkait dengan penyalahgunaan dana masyarakat dan
dana PNPM;
2. Menindaklanjuti rekomendasi penyelesaian masalah dengan institusi atau aparat penegak hukum
yang terkait;
3. Menjadi narasumber di setiap pertemuan atau musyawarah desa yang terkait dengan penanganan
kasus dan penyelesaikan masalah bersama dengan TA penanganan kasus;
4. Memberikan pendidikan hukum bagi masyarakat tentang pendampingan bantuan hukum untuk
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Hasil 2: terselesaikannya kasus yang diselesaikan melalui jalur litigasi
Melalui fungsi sebagai Pengacara Penanganan Kasus yang akan melakukan:
a. Persiapan penanganan kasus:
‐ mengkomunikasikan kepada pihak terkait, terutama kepada BPMPD provinsi dan kabupaten
terpilih serta Aparat Penegak Hukum setempat, tentang rencana penanganan kasus oleh
pengacara sebelum pertemuan awal dengan pengacara bersama dengan Tenaga Ahli dan
Pendamping Teknis Penanganan Kasus;
‐ Memberikan orientasi kepada Pendamping Teknis tentang panduan dan pelaksanaan
penanganan kasus dan penyelesaian masalah.
‐ Menata kembali pengelolaan bukti‐bukti terkait dengan penanganan kasus litigasi.
b. Pelaksanaan penanganan kasus penyalahgunaan dana PNPM atau dana masyarakat secara litigasi
(detail akan dirinci dalam PTO)
‐ memberikan konsultasi hukum yang mencakup informasi mengenai kasus, hak‐hak dan
kewajiban masyarakat desa yang mengurus kasus dan proses peradilan
‐ pada perkara pidana, mendampingi masyarakat untuk memberikan laporan kepada aparat
penegak hukum dan untuk menjalani proses penanganan kasus dan penyelesaian perkara di
tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan (kasus pidana) ‐ pada kasus perdata, pengacara bertugas untuk mendampingi masyarakat untuk menjalani
proses pengajuan gugatan, mempersiapkan dokumen terkait perkara yang sedang diproses di
sidang pengadilan (replik, duplik, eksepsi dsb)
‐ mendampingi masyarakat dalam menjalani proses pembuktian baik pada kasus perdata
maupun pidana dalam hal menindaklanjuti penanganan kasus yang sudah diproses pada saat
sebelum program bankum desa ini dijalankan
‐ mendampingi masyarakat dalam menghadapi gugatan rekonvensi (apabila ada) ‐ melakukan koordinasi dengan sesama penegak hukum
c. Pelaporan:
‐ Menyusun laporan perkembangan penanganan kasus litigasi dan pemberian bantuan hukum
yang ditujukan kepada Tim Ahli Bankum Desa‐Kemitraan
‐ Melaporkan update database penanganan kasus dan pemantauan penanganan kasus tiap
minggu kepada TA Penanganan kasus sebagai Koordinator Tim Ahli Provinsi
Hubungan kerja Pengacara provinsi dan TA Penanganan Kasus dengan rincian penjelasan sbb:
‐ Pengacara provinsi lebih spesifik bertanggung jawab untuk memberikan bantuan hukum terhadap
kasus hukum yang sudah masuk proses LITIGASI.
‐ Dalam persiapan awal pelaksanaan tugas, pengacara provinsi akan didampingi oleh TA Penanganan
kasus. TA Penanganan kasus akan mensupport pengacara dalam hal tranfser data, informasi dan
akses kepada pengacara provinsi yang terkait dengan kasus yang masuk ke proses litigasi.
‐ Rencana tindak penanganan kasus secara litigasi akan diiinformasikan kepada masyarakat desa
oleh pengacara provinsi dan TA Penanganan kasus yang akan melakukan pengorganisasian
pertemuan diseminasi dan penyepakatan rencana tindak penanganan kasus.
‐ Dalam hal monitoring kasus, pengacara provinsi juga harus berdiskusi dengan TA penanganan
kasus dan pendamping teknis penanganan kasus untuk mencari solusi terhadap kendala dalam
penanganan kasus. Dan pengacara provinsi akan memberikan masukan terhadap laporan
pemantauan.
IV. Impact of Results
Rekrutmen pengacara provinsi ini akan berpengaruh pada pencapaian target penanganan kasus yang sudah
disepakati bersama antara Kemitraan, AIPJ, Kemendes PDT dan BPMPD masing‐masing provinsi. Selain itu
melalui peran ini Kemitraan akan dapat membangun jejaring dengan pihak aparat penegak hukum maupun
dengan paralegal di provinsi dan kabupaten.
V. Competencies
Corporate Responsibility & teamwork:
Mendorong visi ini misi, nilai, kemitraan strategis dan tujuan
Cakap membuat perencanaan, prioritas, dan dapat menyelesaikan tugas tepat waktu Berpartisipasi secara efektif dalam sebuah team‐based, mampu menyampaikan informasi di
lingkungan kerja, mampu bekerja sendiri tanpa supervisi maupun bekerja sama dengan orang lain Merespon fleksibel & positif melalui keterlibatan aktif
People Skills:
Mengakui dan merespon kepada ide‐ide, kepentingan, dan peduli kepada yang lain Set tujuan dan jelas kinerja; melaksanakan tanggung jawab sesuai standar
Partnering & Networking:
mencari dan menerapkan pengetahuan , informasi , dan best practices di dalam dan di luar dari
kemitraan tersebut
Results‐Orientation:
Dapat menyusun perencanaan untuk mencapai target output yang ditugaskan
Innovation & Judgment:
Memberikan kontribusi ide yang kreatif dan praktis serta pendekatan untuk mencapai tujuan
pada situasi yang menantang;
Fokus berjuang pada pelayanan yang berkualitas dari perspektif client atau quality client‐centered
Communication:
Menunjukkan kemampuan berkomunikasi secara verbal dan tertulis Menunjukkan keahlian sebagai negotiator yang sukses
Job Knowledge & Expertise
Melaksanakan day‐to‐day tasks secara sistematis dan efisien Menggunakan informasi teknologi efektif sebagai tools dan resource
Termotivasi dan dapat menunjukkan sikap yang penuh motivasi dan kapasitas untuk
pengembangan personal dan sikap mau belajar
VI. Recruitment Qualifications
Kandidat harus memenuhi kualifikasi sbb:
1. Mempunyai pengalaman min. 2 tahun sebagai pengacara;
2. Memiliki pengalaman menyelesaikan masalah dan kasus hukum sesuai dengan peraturan
perundang‐undangan yang berlaku;
3. Memiliki pengalaman membangun jejaring dengan aparat penegak hukum di wilayah program
Bankum Desa;
4. Memiliki pengalaman memfasilitasi pertemuan‐pertemuan dengan masyarakat dan pemerintah
baik di desa, kabupaten dan provinsi di provinsi wilayah Bankum Desa;
5. Memiliki kemampuan melakukan analisis dan menyusun laporan.
Kualifikasi pendidikan:
1. Lulusan S1 hukum di universitas yang diakui;
2. Sudah memiliki KTPA atau Kartu Tanda Pengenal Advokat yang diterbitkan oleh Dewan Pimpinan
Nasional PERADI (atau sedang dalam proses);
3. Pernah menjalani pendidikan paralegal atau fasilitator penyelesaian masalah.
Persyaratan Bahasa: Lancar berbahasa Bahasa Indonesia dan bahasa daerah diutamakan
VII. MetodeRecruitment : Advertisement di website Kemitraan, jaringan devjobsindo dan rujukan dari mitra
misal LBH daerah target proyek.
VII. Signatures‐ Job Description Certification
Incumbent (if applicable)
Name: Natalia Hera S Signature Date
Supervisor
Name: Henry MP Siahaan Signature Date
Chief Division/Section