• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK

PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN

POS PEMBERDAYAAN KELUARGA

(2)

POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

UCAPAN TERIMA KASIH

Peningkatan kualitas manusia sebagai sumber daya pembangunan merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. Tujuan utama pembangunan millenium atau Millenium Development Goals (MDGs) di Indonesia, dengan prioritas pengentasan kemiskinan, menetapkan proporsi penduduk miskin pada tahun 2015 diturunkan menjadi setengahnya atau 8,2 % dari jumlah penduduk. Dalam RPJM 2004-2009 sasaran itu dipercepat pencapaiannya pada tahun 2009. Keputusan itu merupakan tekad dan kebijaksanaan pemerintah yang perlu didukung semua instansi dan institusi pembangunan. Agar upaya itu berhasil dengan baik perlu diikuti pengembangan gerakan pemberdayaan keluarga yang dilaksanakan secara intensif.

Yayasan Damandiri yang memiliki kepedulian dan komitmen yang tinggi dalam pengembangan SDM melalui pemberdayaan keluarga, dengan prioritas pengentasan kemiskinan, menganjurkan pembentukan pos pemberdayaan keluarga sebagai pusat pengembangan swadaya masyarakat di pedesaan dan pedukuhan. Pos yang disebutsebagai Posdaya, adalah forum kebersamaan yang anggotanya melakukan aktivitas nyata dalam gerakan pembangunan di lingkungan pemukiman yang paling bawah, yaitu di tingkat RT, RW, dukuh atau dusun. Dalam pertemuan di Posdaya, keluarga-keluarga sebagai anggota diarahkan untuk menghidupkan kembali budaya gotong royong dengan bersama-sama melakukan kegiatan pemberdayaan keluarga, terutama untuk memperluas cakupan dan mutu pendidikan, memperbaiki akses pelayanan kesehatan dan pengembangan wirausaha.

Dalam merumuskan gagasan tersebut, Yayasan Damandiri bekerja sama dengan berbagai instansi, antara lain Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), melalui suatu tim

(3)
(4)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

kerja yang diikuti pertemuan dan koordinasi dengan berbagai organisasi sosial.

Dalam kegiatan itu telah dikumpulkan dan ditampung masukan dari berbagai instansi dan lembaga masyarakat. Bersama atau sendiri-sendiri anggotaTim telah juga memperoleh masukan dari kalangan instansi pemerintah di tingkat Pusatdan Daerah, bahkan dengan Kepala Negara, Pimpinan Yayasan atau organisasi masyarakat lainnya. Kegiatan konsultasi juga dilakukan melalui acara Gelar Posyandu PKK di DKI Jakarta, pertemuan dengan Presiden saat kunjungan di Pacitan, audiensi dengan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Menteri Sosial, Menteri Perencanaan Pembangunan/Ketua Bappenas, Gubernur/Wakil Gubernur, penyajian pada jajaran BKKBN, IBI, BK3S dalam pertemuan di Jakarta, Jawa Barat, JawaTengah, JawaTimur, Bali, Sumatra Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bengkulu, Lampung dan diberbagai pertemuan dengan Pemda dan Organisasi Sosial di Tingkat Kabupaten/Kota.

Dalam berbagai pertemuan tersebut dipaparkan gagasan maupun perumusan bentuk-bentuk kegiatan pemberdayaan keluarga yang dapatdilancarkan melalui POSDAYA. Para peserta menaruh perhatian, memberikan sambutan dan dukungan yang posistif. Atas dasar masukan yang diterima, dirumuskan pokok-pokok pikiran dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengembangkan POSDAYA. Dengan diterbitkannya Buku petunjuk yang sederhana ini diharapkan diperoleh pemahaman yang sama tentang konsep dan upaya-upaya untuk membentuk serta mengembangkan POSDAYA.

Penyusunan buku ini hanya bisa berhasil berkat sumbangan pikiran yang begitu luas. Karena itu kepada semua kalangan yang telah memberikan masukan dan sumbangan pemikiran untuk penyusunan maupun penyempurnaan perumusan buku ini, Yayasan Damandiri, khususnya Tim Penyusun, mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-sebesarnya. Meskipun demikian, sebagai sarana untuk mendorong partisipasi masyarakat dan memberdayakan institusi di lapangan agar bisa bekerja secara sinergis, masih perlu lebih banyak masukan. Oleh karena itu kepada para pembaca yang masih ingin menyampaikan masukan untuk penyempurnaan buku ini akan sangatdihargai. Mudah-mudahan melalui Buku Petunjuk ini upaya-upaya pemberdayaan keluarga sebagai upaya membangun keluarga sejahtera dan pengentasan kemiskinan dapatdiwujudkan sebagaimana diharapkan. Semoga Allah S.W.T. memberikan ridho kepada usaha kita sekalian. Amien, ya Robiel Alamien.

Jakarta, 10 Oktober 2007

Tim Penyusun

Prof. Dr. Haryono Suyono, MA, PhD. Dr. Rohadi Hariyanto, MSc.

(5)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

PENGANTAR

Pada akhir bulan Nopember 2006, saat menutup Kongres Pembangunan Manusia Indonesia2006, Presiden Rl, Susilo Bambang Yudhoyono, menyerukan agar semua pihak bekerja sama menyingsingkan lengan baju ikut membangun manusia Indonesia yang jumlahnya melimpah. Sekaligus, melihat perkembangan penduduk yang makin tinggi, Presiden berpesan agar program KB digalakkan lagi. Presiden juga menegaskan bahwa pembangunan, utamanya pembangunan manusia dan keluarga, tidak saja menjadi tanggung jawab dan monopoli pemerintah, tetapi memerlukan kerja sama dan partisipasi masyarakat luas.

Di masa lalu pemba-ngunan manusia melalui pemberdayaan keluarga, utamanya dalam bidang KB dan kesehatan, dinilai sangal berhasil karena kerjasama masyarakat yang sangat luas melalui wadah kebersamaan dalam Posyandu. Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu pada masa itu adalah salah satu lembaga pedesaan

atau pedukuhan yang sangat terkenal, apalagi hampir semua keluarga desa, melalui Posyandu, khususnya ibu-ibu, ikut gerakan pembangunan kesejahteraan keluarga atau PKK. Posyandu menampung dan menjadi wahana partisipasi masyarakat dalam pembangunan, utamanya dalam bidang KB dan Kesehatan.

Posyandu, disamping mendapat dukungan secara luas dari keluarga pedesaan, juga didukung jajaran BKKBN dan Departemen Kesehatan. Karena itu penyebaran dan perkembanganya sangat

(6)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSDAYA)

cepat. Posyandu merupakan kunci pendukung pelayanan terpadu yang mengantar suksesnya Program Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan, sehingga dalam pengertian banyak kalangan, Fbsyandu, biarpun gagasan dasarnya diarahkan untuk pemberdayaan keluarga secara paripurna, menjadi seakan-akan identik sebagai lembaga pelayanan terpadu untuk KB dan Kesehatan.

Untuk memenuhi tuntutan masyarakat, secara bertahap dan kreatif Posyandu berkembang menjadi lembaga pemberdayaan keluarga yang paripurna dan ampuh. Posyandu memungkinkan keluarga sederhana di pedesaan belajar dari keluarga tetangga yang berkumpul bersama. Posyandu, dibandingkan lembaga lain, dianggap mampu merangsang pemberdayaan keluarga sekaligus merangsang setiap keluarga mau dan bisa memberdayakan keluarganya sendiri secara mandiri.

Pada tahun 1990-an, sejalan dengan makin majunya gerakan KB sebagai upaya awal pemberdayaan keluarga, Posyandu makin dituntut menjadi wahana pemberdayaan keluaiga secara paripurna. Dengan diterima dan disyahkannya Undang-Undang tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera sebagai UU nomor 10 tahun 1992, Posyandu makin dipersiapkan dan dikembangkan menjadi wahana pemberdayaan keluarga.Tugas pokoknya melebar menjadi lembaga pemberdayaan untuk membantu keluarga mengembangkan delapan fungsi keluarga yang utama. Posyandu yang sederhana, dan disebut sebagai Posyandu Pratama, dengan kemampuan yang luar biasa dari masyarakat desa, dikembangkan menjadi Posyandu Purnama, kemudian menjadi Posyandu Mandiri, yang sudah jauh lebih maju dan sempurna dibandingkan Posyandu Pratama, atau Posyandu Madya.

Di beberapa daerah, Posyandu Purnama tersebut disebut juga dengan nama khusus daerah seperti Posyandu Gerbang Mas, Posyandu Plus, atau Pos Pemberdayaan Keluarga atau POSDAYA. Program KB yang inti awalnya merupakan ajakan untuk mengatur kehamilan dan kelahiran keluarga usia subur, sesuai dengan kesepakatan yang

tertuang dalam UU nomor 10 tahun I992, berubah menjadi gerakan pembangunan keluarga sejahtera. Di banyak desa gerakan ini disambut dengan kesadaran menuntaskan wajib belaj ar sem bilan tahun dan pemberantasan buta aksara. Di banyak tem pat lain, dalam suasana pengentasan kemiskinan yang marak, para peserta KB menjadi pelopor gerakan pengentasan kemiskinan dengan program-program sederhana yang dilakukan masyarakat dan keluarga pedesaan secara gotong royong. Pada tingkat awal, kegiatan kelompok dalam Posyandu, yang semula hanya dalam KB dan Kesehatan, meluas dan muncul dengan kegiatan lantainisasi. Program ini dilaksanakan sebagai gerakan gotong royong merapikan rumah-rumah yang berlantai tanah, sekaligus menghilangkan salah satu indikator keluarga pra sejahtera yang paling mudah dan murah.

Gerakan lantainisasi berkembang menjadi gerakan memperbaiki atap dan dinding rumah karena ternyata, setelah lantai tanah dirumahnya dipoles, kalau hujan malah becek dan dinding rumahnya menjadi nampak reyot. Untuk menolong tetangga yang makin sadar akan kebersihan dan kesehatan, gerakan lantainisasi gotong royong tersebutdikembangkan menjadi gerakan menolong keluarga yang berumah reyot dengan bantuan perbaikan atap dan dindingnya. Gerakan itu terkenal sebagai "gerakan Aladin" atau gerakan membantu keluarga pra sejahtera memperbaiki atap, lantai dan dinding.

Gerakan perbaikan rumah secara fisik itu diikuti dengan meningkatnya kesadaran keluarga peserta KB dan tetangganya untuk mengembangkan kehidupan keagamaan dan pemberdayaan anak balita yang merekamiliki.Anak mereka, yang dianjurkan hanya dua orang saja, laki-laki perempuan sama saja, secara sadar dipersiapkan menjadi anak yang cerdas dan berkualitas. Karena itu, anggota

(7)
(8)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

Posyandu mulai mengembangkan gerakan Bina Keluarga Balita (BKB) yang secara gotong royong memberikan pemberdayaan kepada keluarga yang mempunyai anak balita. Gerakan ini sejalan dengan kegiatan ibu-ibu untuk belajar agama, bukan untuk dirinya, tetapi belajar menjadi "guru agama", dengan belajar membaca huruf-huruf Arab dengan sistem lqra, untuk mengajar anak-anak balita dan anak remaja di rumahnya.

Sejalan dengan itu keluarga-keluarga muda anggota kelompok keluarga sejahtera belajar menabung dalam gerakan sadar menabung yang dikembangkan bersama Yayasan Damandiri. Mereka yang sudah mempunyai tabungan diberikan kesempatan untuk belajar mengembangkan usaha kecil dan koperasi melalui pemberian kesempatan kredit Kukesra, yang juga didukung oleh Yayasan Damandiri. Posyandu yangtelah berkembang menjadi pendukung kelompok Keluarga Sejahtera menjadi wahana pemberdayaan keluarga yang makin paripurna.

Perkembangan itu menggembirakan. Posyandu yang berkembang menjadi forum pemberdayaan keluarga secara paripurna terbukti bisa menjadi wahana yang cocok untuk pemberdayaan sumber daya manusia yang paripurna. Sehingga tepatapabiladi sebagianwilayah forum Posyandu telah diubah namanya menjadi forum komunikasi atau forum pemberdayaan. Di sebagian wilayah lain Posyandu tetap dikembangkan dengan sebutan sebagai Posyandu Plus yang kegiatannya diperluas meliputi pemberdayaan delapan fungsi keluarga, yaitu keimanan dan ketaqwaan kepadaTuhan yang Maha Kuasa sampai kepada kecintaan dan pengembangan lingkungan yang kondusif.

Lebih dari itu, banyak sekali perkembangan yang menarik. Di Jawa Tengah misalnya, di sekitar Posyandu pemerintah daerah mendirikan Poliklinik Pedesaan atau Polindes, yang berkembang menjadi unit pelayanan kesehatan yang bermutu untuk rakyat. Dengan demikian, Pos Pelayanan Terpadu, melalui pelayanan lima meja utama untuk KB dan ksehatan, tidak diperlukan lagi sebagai

tempat memberi pelayanan kesehatan. Lebih-lebih kalau berkembang pula kegiatan praktek Bidan KB yang mandiri di Desa. Apalagi kalau di sekitar Posyandu berkembang pula Pelayanan Bina Keluarga Balita, Pusat Pengajaran Al Qur'an, Pelayanan Kredit Pedesaan, serta p e l a y a n a n k e b u t u h a n pemberdayaan keluarga lainnya. Pelayanan terpadu di Posyandu berubah menjadi pelayanan pemberdayaan untuk mempersiapkan keluarga desa di sekitarnya menjadi makin mampu, bisa dan tidak tertinggal dalam mengakses unit-unit pelayanan yang tumbuh di desanya. Pelayanan terpadu yang semula berada dalam satu titik, karena perkembangan situasi dan kebutuhan yang meluas, biarpun di pedesaan, berkembang menjadi pelayanan spesialis sederhana yang makin canggih.

Sejalan dengan perkembangan tersebut, Kelompok Akseptor KB yang semula tumbuh sebagai kelompok keluarga yang memegang peranan penting dalam pembinaan dan pengembangan Posyandu, berkembang menjadi Kelompok Keluarga Sejahtera. Sementara itu, secara tidak resmi Posyandu berkembang menjadi Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya untuk mendukung pemberdayaan keluarga yang mandiri.

Selain untuk menyambut dan membantu seruan Presiden agar berubah menjadi kenyataan di lapangan, pengembangan Pos Pemberdayaan juga dimaksudkan untuk mengantisipasi perluasan unit-unit pelayanan mandiri atau swasta yang akan segera membanjiri pedesaan. Unit-unit itu akan dibangun pemerintah atau masyarakat, berupa unit-unit pelayanan keagamaan, kesehatan, pendidikan, wirausaha, lembaga keuangan, atau bahkan pembinaan lingkungan yang kondusif. Masyarakat akan diberi bantuan dengan

Posyandu berkembang menjadi Pos Pemberdayaan Keluarga

(9)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

pemberdayaan, sehingga dengan mudah keluarga kita akan bisa memanfaatkan pelayanan yang diperlukan.

Oleh karena itu, melalui buku ini masyarakat dan keluarga pedesaan diajak untuk bersatu dan mengembangkan kelompok-kelompok di pedesaan dalam wadah Pos Pemberdayaan Keluarga. Melalui POSDAYA, yang dibangun, dibina dan dikembangkm oleh perorangan, organisasi atau pemerintah daerah, keluarga Indonesia diharapkan dapat bersatu dan mempersiapkan diri secara dini. Atau minimal, dapat bersama-sama belajar atau saling belajar dengan keluarga lain sesama anggota POSDAYA. Keluarga yang lebih mampu diharapkan bisa memberi bantuan pencerahan, sebaliknya keluarga yang masih tertinggal dapat meluangkan waktu belajar mandiri bersama anggota POSDAYA lainnya.

Dengan tetap mengharapkan masukan untuk penyempurnaan buku pedoman umum ini, kami mengundang para pembaca untuk ikut secara aktif membangun POSDAYA sebagai wahana pemberdayaan, wahana pencerahan, dimana saja, di rumahnya, di warungnya, di masjidnya, di kantornya, atau bahkan di kampung orang lain, agar keluarga Indonesia yang masih tertinggal dapat diberdayakan untuk mampu mengakses fasilitas pelayanan pembangunan keluarga, yang bakal muncul, atau sebenamya sudah sangat melimpah, dan tersebar luas, di sekitar kita. Kalau perlu, marilah kita ulurkan bantuan agar proses pemberdayaan itu dapat berjalan lancar dan kemampuan keluarga Indonesia untuk mengakses berbagai tawaran pelayanan dapat dinikmati secara merata.

SemogaTuhan Yang Maha Kuasa memberkati usaha kita bersama. Selamat membangun keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

DAFTAR ISI

Ucapan Terima Kasih ... i

Pengantar... v

I. Pendahuluan ... 1

II. Maksud dan Tujuan Pembentukan POSDAYA 1. Maksud... 7

2. Tujuan... 11

III. Proses Pembentukan POSDAYA ... 12

1. Pembangunan Komitmen untuk membentuk POSDAYA ... 12

2. Pendataan, Pemetaan, Pengumpulan, Aspirasi ... 13

3. Penyelenggaraan Mini Lokakarya di Desa/Kelurahan ... 15

4. Penetapan Bentuk dan Kegiatan POSDAYA ... 16

A. Pemberdayaan BidangWirausaha bagi Ibu /Wanita ... 16

B. Pemberdayaan Bidang Pendidikan... 17

C. Pemberdayaan Bidang KB dan Kesehatan ... 18

IV. Strategi Pengembangan... 19

a. Perluasan Jangkauan... 19

b. Pembinaan... 24

c. Pelembagaan dan Pembudayaan ... 26

V. Arah dan Jenis Pengembangan POSDAYA ... 29

1. Bina Keluarga Balita (BKB)... 31

2. Bina Keluarga Remaja ... 32

3. Bina Keluarga Dewasa... 33

4. Bina Keluarga Lansia ... 35

5. Bina Keluarga Cacat ... 36

6. Bina Keluaraga Ekonomi ... 37

7. Penyegaran, Pengadaan dan Pengembangan Pelayanan ... 38

(10)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENCEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSDAYA)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA

(POSDAYA KELUARGA)

I. PENDAHULUAN

Sampai saat ini telah lebih dari sebelas tahun Yayasan Damandiri membantu masyarakat mengembangkan Keluarga Sejahtera melalui berbagai pendekatan. Sejak didirikan padatanggal 15 Januari 1996, bersama berbagai lembaga, antara lain BKKBN, Yayasan telah menyelenggarakan Gerakan Sadar Menabung yang diikuti sekitar 13,6 juta keluarga pra sejahtera. Para keluarga diberikan tabungan yang disebut Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra), kemudian mengikuti upaya pengentasan kemiskinan dengan dibantu Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (Kukesra) yang secara keseluruhan menjangkau sekitar 10,3 juta keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I di seluruh Indonesia.

Namun karena krisis yang berkepanjangan, berbagai kegiatan tersebut terputus. Sejak tahun 2000 Yayasan Damandiri bersama beberapa pemerintah daerah, perguruan tinggi, bank pembangunan daerah dan BPR melanjutkan usaha tersebut dengan mengembangkan jejaring baru sekaligus mempersiapkan sumber daya manusia untuk melanjutkan upaya yang terhenti itu. Pengembangan jejaring tersebut dilakukan dengan mengajak berbagai kalangan melaksanakan bagian-bagian penting dari upaya pemberdayaan sumber daya manusia dan sekaligus mengembangkan komitmen, mencari dukungan serta partisipasi di kalangan pemerintah, perguruan tinggi, organisasi atau lembaga masyarakat lain serta lembaga keuangan di daerah.

Pengembangan jejaring bersama pemerintah terutama dilakukan dengan menggalang kerjasama dengan pemerintah kabupaten dan

(11)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSDAYA)

kota. Dengan perguruan tinggi dilakukan kerjasama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) atau lembaga lain yang ditunjuk oleh masing-masing Rektor Perguruan Tinggi yang bersangkutan. Untuk memelihara keberhasilan di masa lalu sekaligus menolong keluarga yang telah berhasil dalam kegiatan sadar menabung Takesra dan kredit Kukesra, Yayasan Damandiri memberi bantuan kredit baru Kukesra Mandiri, atau kemudian Kredit Sudara dan Pundi. Pelaksanaan kredit tersebut dilakukan melalui BPD, Bank Bukopin atau BPR di daerah dengan sistem eksekuting yang berbeda dengan sistem sebelumnya yang bersifat chanelling.

Di samping itu dilakukan pula pendekatan kepada lembaga atau organisasi sosial melalui DNIKS termasuk BK3S di Propinsi dan K3S di Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan dan kesiapan masyarakat setempat. Upaya mencari kader-kader baru dalam bidang sosial dilakukan bekerjasama dengan Hipprada dan lembaga lainnya. Khusus kepada masyarakat yang mayoritas beragama Islam, pendekatannya dilakukan melalui masjid atau lembaga keagamaan lainnya. Untuk provinsi Bali pengembangan jaringan dilakukan sampai ke tingkat banjar.

Proses pengembangan jejaring dirintis Yayasan Damandiri melalui program pengembangan SDM bekerjasama dengan LPM Perguruan Tinggi dan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan membantu mahasiswa anak-anak keluarga miskin memperingan biaya pendidikan di Perguruan Tinggi dengan dukungan pembayaran SPP. Kerjasama itu diperluas ke sekolah menengah atas dengan merangsang terbentuknya sekolah yang bermutu melalui pengembangan "SMA Plus". Untuk maksud itu Yayasan Damandiri memberikan dukungan dan fasilitasi bagi peningkatan kualitas guru dan siswa anak-anak keluarga kurang mampu. Antara lain kepada Kepala Sekolah dan guru-guru terpilih, Yayasan Damandiri memberikan kesempatan magang atau studi banding ke SMA yang lebih unggul. Melalui magang dalam waktu yang singkat ternyata banyak hal bisa diperoleh oleh kepala sekolah

dan guru-guru SMA sehingga mampu memperbaiki proses belajar dan mengajar di sekolah masing-masing. Di banyak daerah ajakan melaksanakan kegiatan ini telah mendapat sambutan yang sangat positif dari Pemda dan Dinas Pendidikan setempat.

Kepada siswa dari keluarga kurang mampu yang terpilih diberikan pelatihan ketrampilan agar memiliki kecakapan hidup yang memadai. Mereka diberikan pelatihan ketrampilan dan kesempatan magang pada perusahaan kecil atau menengah di dekat sekolahnya, atau di desa lain yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Tujuan magang adalah agar setiap siswa memperoleh kesempatan terjun dalam usaha ekonomi produktif yang nyata di lapangan. Pemberian pelatihan ini didasari kenyataan bahwa siswa SMA yang telah tamat, atau lulus, hanya sebagian kecil atau kurang dari 50 % yang meneruskan kuliah. Oleh karena itu melalui pelatihan dan magang ini siswa SMA yang tidak melanjutkan kuliah diharapkan dapat lebih siap menjadi tenaga kerja yang mandiri.

Setelah melalui persiapan dan upaya yang panjang dan matang, pada tahun 2007 jejaring dan sumber daya manusia untuk membantu masyarakat luas di pedesaan dianggap siap. Kegiatan selanjutnya, yaitu mengentaskan kemiskinan dan membangun mutu sumber daya

m anus ia, p e r l u d i d u k u n g o l e h masyarakat luas di pedesaan. Oleh karena itu segera digagas pembentukan suatu forum silaturahmi dan pemberdayaan tingkat desa dan dukuh. K e m u d i a n m u l a i dibangun lem baga pedesaan yang diberi

(12)
(13)

PETUNIUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

nama generik Pos Pemberdayaan Keluarga atau disingkat POSDAYA. Sesuai dengan tujuannya POSDAYA dikembangkan sebagai wahana bagi masyarakat dan semua keluarga di daerahnya guna menyampaikan, memperoleh, memperkuat dan membina komunikasi, informasi, edukasi, motivasi dan sekaligus advokasi kepada dan sesama anggota untuk membangun keluarga sejahtera serta menyegarkan kembali modal sosial budaya yang ada dalam masyarakatnya.

Tenaga yang diharapkan menjadi penggerak upaya ini bermacam ragam. Kelompok PKK yang di masa lalu sangat aktif dalam Posyandu diharapkan bisa menjadi tulang punggung gerakan ini. Pokja IV PKK yang berpengalaman luas dalam menggerakkan Posyandu bisa menjadi tulang punggung Posdaya dengan mengajak

Pokja-pokja l a i n n y a bergabung mengelola suatu POSDAYA yang program dan kegiatannya lebih luas. Siswa SMA anak keluarga kurang mampu yang dikembangkan melalui SMA unggul, dengan bimbingan guru-gurunya, bisa menjadi tenaga muda yang berfungsi ganda. M e r e k a m em p e r o l e h kesempatan menjadi tenaga sukarela sekaligus berlatih dalam POSDAYA sehingga setiap anak mempunyai rasa percaya d i r i , memiliki pengalaman lapangan dan menyatu d e n g a n masyarakatnya. Selama belaj ar m em peroleh

kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dalam praktek kerja di lapangan.

Pengembangan POSDAYA yangdi prakarsai Yayasan Damandiri hakekatnya merupakan sambutan atas seruan Presiden Rl Susilo Bambang Yudhoyono dalam Peringatan Hari Kesehatan Nasional tahun 2005, yaitu mendukung Revitalisasi atau Penyegaran Posyandu, yang pada tahun 1980-an pernah menjadi gerakan masyarakat yang sangat menentukan dalam membawa keberhasilan program KB dan Kesehatan di Indonesia. Gerakan menyegarkan atau Revitalisasi tersebut sangat diperlukan mengingat munculnya kembali gejala terjadinya gizi buruk, bangkitnya kembali polio serta penyakit menular lainnya. Banyak pihak mengkaitkan kejadian tersebut sebagai akibat makin menurunnya intensitas pembinaan dan kegiatan POSDAYA.

Meskipun demikian substansi atau cakupan materi program pemberdayaan keluarga yang disegarkan melalui POSDAYA tidak terbatas pada masalah KB, Kesehatan yang sasaran utamanya Ibu dan anak Balita. Tuntutan itu tercermin dari pernyataan Presiden Rl Susilo Bambang Yudhoyono ketika menutup Kongres Pembangunan Manusia Indonesia pada bulan November 2006 di Jakarta. Dalam kesempatan tersebut Presiden menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk diduga meningkat kembali melebihi 1,3 persen per tahun. Demikian juga dikhawatirkan bahwa angka kematian ibu hamil dan melahirkan, angka kematian bayi dan anak, serta bahaya penyakit yang disebabkan serangan Virus HIV/AIDS, Malaria dan berbagai penyakit lain masih tinggi. Bahkan serangan Virus Flu Burung, Demam Berdarah, Hepatitis dan penyakit menular lainnya masih mengkhawatirkan.

Presiden juga prihatin pada keadaan gizi anak-anak bangsa yang apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan mutu penduduk Indonesia tidak kunjung maju dibandingkan mutu

(14)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEM8CRDAYAAH KELUARCA (POSDAYA)

bangsa-bangsa lain di dunia. Rendahnya mutu penduduk itu juga disebabkan karena upaya melaksanakan wajib belajar sembilan tahun belum dapat dituntaskan. Buta aksara yang selama ini kita tangani masih belum dapat diselesaikan. Begitu juga tingkat kemiskinan belum berhasil diturunkan. Upaya yang telah dijalankan dengan gigih seakan berjalan ditempat.

Berbagai masalah yang dihadapi bangsa kita itu dihadapi juga oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Oleh karena itu PBB telah m e ng un da ng pa ra

pemimpin dunia untuk mengambil langkah bersama. Hasilnya suatu Komitmen Pemimpin Dunia pada tahun 2000 berupa M i l l e n i u m Development Goals (MDGs) yang akan dilaksanakan dengan s u n g g u h -s u n g g u h . Komitmen itu diper-baharui lagi pada tahun 2005. Pernyataan Presiden pada akhir tahun 2006 merupakan

wujud nyata dari komitmen pemerintah Indonesia pada sidang PBB tahun 2000 dan 2005 tersebut. Proses pemberdayaan keluarga dan pengembangan sumber daya manusia diprioritaskan pada keluarga muda dengan anak balita atau mereka yang mempunyai anak-anak di bawah usia 25 tahun. Dengan cara itu kegiatan pada POSDAYA menjadi cara yang paling tepat bukan saja untuk penduduk pada umumnya, tetapi juga untuk anak muda dari keluarga kurang mampu yang ikut terjun secara langsung di dalamnya. Melalui advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi yang intensif dalam POSDAYA, setiap keluarga memperoleh

informasi dan bertambah kemampuannya untuk memanfaatkan pelayanan yang disediakan pemerintah atau swasta untuk melaksanakan fungsi-fungsi utama keluarga, terutama dalam bidang kesehatan, pendidikan dan wirausaha.

Proses pembentukan dan kegiatan dalam POSDAYA itu dijelaskan dalam Buku Pedoman ini. Buku ini disiapkan untuk membantu lembaga atau perorangan yang peduli dan berminat membentuk dan mengembangkan Pos Pemberdayaan Keluarga atau POSDAYA. Melalui POSDAYA diharapkan masyarakat mampu mendorong kepedulian sesama anggota dalam wilayahnya, mendorong Pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam masyarakat, untuk bersama-sama secara konkrit mewujudkan komitmen, seperti komitmen pemerintah pusat dan daerah, juga komitmen para pemimpin dunia yang dituangkan dalam Milleneum Development Goals (MDGs), bekerja keras membangun sumber daya manusia dengan mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan keluarga sejahtera.

II. MAKSUD DAN TUJUAN PEMBENTUKAN POSDAYA

1. MAKSUD

Maksud Pembentukan POSDAYA a d a l a h membangun wadah bagi keluarga di suatu daerah, terutama keluarga yang kondisi sosial ekonominya lem ah, untuk diajak bergabung dalam suatu proses pemberdayaan bersama. Dalam POSDAYA,

(15)
(16)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

dengan pendampingan perorangan yang peduli, atau petugas pemerintah dan organisasi masyarakat, keluarga yang lebih mampu bergotong royong membantu keluarga yang lemah dengan cara memberikan tambahan wawasan, pengetahuan serta kemampuan dalam melaksanakan fungsi keluarga sehingga keluarga yang terbelakang mampu memberdayakan anggota keluarganya.

Untuk menjelaskan maksud pembentukan Posdaya dapat digambarkan melalui contoh-contoh berikut:

Contoh Pertama

Apabila di masyarakat sudah ada Posyandu dan para pengurusnya sepakat bisa dikembangkan menjadi POSDAYA, yaitu dengan menambah kegiatan yang semula dalam bidang pelayanan KB dan Kesehatan dengan kegiatan lainnya sehingga Posyandu tersebut sekaligus berperan sebagai forum pertemuan yang diisi kegiatan advokasi bidang lain yang lebih luas. Kegiatan tambahan m is a ln ya da lam bi da ng Pendidikan Anak Batita dan Balita, Kegiatan Bina KeluargaBali t a (BK B ) , atau penyelenggaraan kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), deteksi dini tentang kemungkinan masalah sosial yang dialami anak balita, antara lain melalui pemberian petunjuk praktis tentang Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak. Atau melalui kegiatan ekonomi keluarga melalui sistem kerjasama antar anggota, bahkan bisa langsung dikembangkan

menjadi koperasi. Karena kegiatan Posyandu tersebut bertambah sangat luas, maka Posyandu yang biasanya hanya diurus oleh Pokja IV bisa ditambah kepengurusannya dengan menggabungkan Pokja I, Pokja II, Pokja III dan Pokja IV sekaligus. Hubungan Posyandu yang semula erat dengan Bidan Desa, Klinik Desa atau Puskesmas, dalam posisi baru tersebutdiperluas dengan Bank atau Sekolah atau instansi terkait lainnya.

Contoh Kedua

Jika dalam masyarakat sudah ada perkumpulan anak remaja ya ng m em ilik i k eg iat a n pengajian, kesenian, olahraga atau kegiatan sosial lain, maka kelompok tersebut dapat dikembangkan menjadi forum yang dapat menyiapkan generasi muda lebih siap menghadapi masa depan, baik dengan memberikan pengetahuan tentang masalah kehidupan remaja atau pembekalan yang diperlukan untuk menghadapi persaingan, terutama meraih sumber-sumber kehidupan atau terjun dalam dunia usaha.

Dengan demikian mereka yang menganggur, putus sekolah dan selama ini masih menjadi beban keluarga bisa diarahkan potensinya menjadi sumber daya manusia yang handal. Keanggotaan dalam forum juga diperluas dengan mengajak kelompok masyarakat lainnya. Kepengurusannya bisa dilengkapi dengan unsur-unsur lain dalam masyarakat sehingga menjadi lembaga pedesaan yang lestari dengan program-program pengembangan terpadu.

(17)
(18)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

Contoh Ketiga

Demikian pula halnya jika dalam masyarakat telah ada kumpulan ibu-ibu yang menyelenggarakan arisan, maka kelompok tersebut bisa dikembangkan menjadi usaha bersam a dengan memberikan pelatihan dalam berorganisasi atau berusaha dengan pemberian ketrampilan atau teknis produksi serta memberikan akses permodalan sehingga kelompok dapat mengorganisir dirinya menjadi kelompok usaha yang memiliki kegiatan ekonomis produktif atau bahkan membangun suatu wadah dalam bentuk koperasi.

Koperasi tersebut dapat menjadi titik sentral dari gerakan pemberdayaan dalam bidang lainnya, termasuk untuk anak balita, ibu hamil dan membantu anak-anak keluarga kurang mampu untuk sekolah, membuka pelatihan ketrampilan bagi anak putus sekolah, membuka usaha agar ibu-ibu keluarga kurang mampu bisa bekerja dan mendirikan Posyandu untuk pelayanan KB dan kesehatan. Contoh Keempat

Hal yang serupa untuk para lansia yang sudah mengorganisir diri dengan mengadakan pertemuan di bidang kerohanian, kesenian, olahraga dan sebagian bisa ditingkatkan menjadi perkumpulan untuk menambah wawasan di bidang kesehatan, pendidikan tenaga kerja pada kesempatan kedua atau pengembangan usaha. Kegiatan para lansia ditambah dengan kegiatan bukan saja untuk

anggota tetapi juga u ntuk k el ua rg a, utamanya keluarga kurang mampu.

Para lansia dapat b erp eran s eb ag ai sesepuh untuk berbagai k e gi ata n te rs e bu t sehingga kegiatan yang d i l a k u k a n o l e h kelompok lansia tersebut bervariasi dan menarik. Kegiatan yang menarik tersebut bisa menjadi

pemicu untuk para anggota yang secara fisik dan finansial masih mampu dalam amal ibadahnya.

Dalam berbagai contoh di atas kegiatan dalam POSDAYA bisa dikembangkan dengan menambah anggota yang ikut serta, dengan menambah kegiatan yang dibahas dan dilakukan bersama, serta menambah kepengurusan di dalamnya.

2. TUJUAN

Melalui pengembangan POSDAYA diharapkan dapat dicapai hal-hal sebagai berikut:

1. Disegarkannya kembali modal sosial berupa kehidupan gotong royong dalam masyarakat untuk peduli dan saling membantu dalam proses pemberdayaan atau bersama-sama memecahkan masalah kehidupan sehingga keluarga yang tertinggal dapat memenuhi kebutuhan dan membangun keluarga sejahtera secara mandiri.

(19)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PIMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

2. Tumbuh dan berkembangnya lembaga dalam masyarakat dengan terorganisirnya infrastruktur sosial yang sudah ada, yaitu keluarga, yang memiliki kegiatan atau usaha bersama yang akan menjadi perekat atau kohesi sosial, sehingga tercipta suatu kehidupan yang rukun dan dinamis untuk mencapai kesejahteraan bersama.

3. Terbentuknya wadah organisasi atau wahana partisipasi sosial, di mana setiap keluarga dapat memberi dan menerima pembaharuan yang bisa membantu proses pemantapan fungsi- fungsi keluarga sehingga mampu membangun kehidupan keluarga dengan mulus dan sejuk.

4. Terlaksananya program dan kegiatan yang dinamis untuk mencapai tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yang telah menjadi komitmen nasional.

III. PROSES PEMBENTUKAN POSDAYA

Keberhasilan suatu POSDAYA sangat tergantung pada beberapa faktor penting antara lain Komitmen pengurus dan anggota yang tinggi, program yang menarik, bervariasi dan menguntungkan anggotanya, berkelanjutan, serta citra yang tinggi bagi anggota untuk duduk dalam kelompoknya. Oleh karena itu perlu ditempuh proses pengembangan POSDAYA antara lain sebagai berikut:

/. Pembangunan Komitmen untuk membentuk POSDAYA Untuk membentuk dan mengembangkan POSDAYA perlu dibangun komitmen Pimpinan atau Tokoh Masyarakat, baik tokoh formal maupun non formal, antara lain Lurah atau Kepala Desa serta aparatnya. Komitmen tersebut diperlukan agar dicegah kecurigaan sehingga dapat ditingkatkan perhatian dan fasilitasi

positif untuk memperlancar pembentukan Posdaya di desanya. Jika dukungan diperlukan pada tingkat pemerintahan yang lebih tinggi, maka komitmen dari Camat, Bupati atau Walikota juga perlu dikembangkan.

Karena Posdaya merupakan kegiatan kemasyarakatan, maka tokoh informal, seperti tokoh agama, tokoh adat atau tokoh masyarakat lain perlu diajak dengan komitmen yang tinggi. Pimpinan lembaga lain seperti Ketua PKK, LKMD, LPMD, LMD atau DEKEL diajak berpartisipasi membantu dan mendampingi pengembangan POSDAYA sebelum masyarakat sendiri mampu menjalankan kegiatannya secara mandiri. Kunjungan kepada tokoh formal maupun informal ini sekaligus sebagai upaya mendapatkan arahan untuk pengembangan POSDAYA. Oleh karena itu dalam kunjungan ini sekaligus dapat dilakukan inventarisasi tentang bentuk-bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat yang sudah ada dan perlu dipelihara atau dikembangkan lebih lanjut.

2. Pendataan, Pemetaan dan

Pengumpulan Aspirasi Anggota POSDAYA Organisasi Remaja

atau Pengurus PKK Kelurahan / Desa di ting-kat RT atau RW perlu mengadakan pendataan seluruh keluarga-keluarga di wilayah sekitar POSDAYA yang a k a n d i b a n g u n . Pendataan keluargadila-kukan dengan mem-pergunakan kriteria atau indikator yang

(20)
(21)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

dipergunakan oleh BKKBN atau BPS, utamanya untuk mengetahui keberadaan keluarga dalam posisi pra sejahtera, sejahtera I, sejahtera II, sejahtera III, atau sejahtera III plus. Indikator BPS dapat dipergunakan untuk menentukan apakah sebuah keluarga tergolong miskin atau tidak miskin.

Indikator yang biasa dipakai antara lain sebagai berikut:

jenis kebutuhan pemberdayaan yang diperlukan. Pengumpulan informasi tentang kebutuhan pemberdayaan ini merupakan upaya untuk melengkapi kekurangan atau menambah kegiatan yang sudah ada, serta menentukan jenis atau bentuk program yang perlu dilaksanakan dalam POSDAYA.

3. Penyelenggaraan Mini Lokakarya di Desa/Kelurahan.

• Melaksanakan ibadah secara teratur Ya Tidak

• Makan dua kali sehari Ya Tidak

• Mempunyai pakaian layak Ya Tidak

• Lantai rumah umumnya tidak berupa tanah Ya Tidak • Anak sakit dibawa ke rumah sakit atau dokter Ya Tidak • Seminggu sekali makan dengan daging atautelur Ya Tidak • Mempunyai pakaian baru setahun sekali Ya Tidak • Luas lantai rumah 8 m2 per anggota keluarga Ya Tidak • Seluruh keluarga bisa membaca dan menulis Ya Tidak • Anak-anak usia sekolah bisa sekolah Ya Tidak • Salah satu anggota keluarga bekerja Ya Tidak • Sebulan seluruh anggota keluarga dalam

keadaan sehat

Ya Tidak

Apabila dengan mengajukan 5 (lima) pertanyaan urutan pertama di atas, suatu keluarga menyatakan satu saja jawaban tidak, maka keluarga tersebut dapat digolongkan menjadi keluarga pra sejahtera. Apabila untuk pertanyaan berikutnya suatu keluarga menyatakan satu jawaban tidak, maka keluarga tersebut tergolong keluarga Sejahtera 1. Dari hasil pendataan ini selanjutnya dibuat peta, sehinggadapatdengan mudah diketahui persebaran lokasi keluarga yang perlu dibantu untuk meningkatkan diri menjadi keluarga yang lebih sejahtera.

Selain pendataan dan pemetaan sebagai sarana untuk menentukan prioritas sasaran, kepada setiap keluarga perlu diketahui

L o k a k a r y a i n i d i l a k u k a n u n t u k memperoleh kesepakatan tentang pola atau langkah operasional yang perlu dikembangkan dan jenis atau bentuk POSDAYA yang perlu didirikan di Desa/Kelurahan, Dusun, Dukuh atau RW/RT. Pelaksanaan lokakarya d i l a k u k a n d e n g a n m enyajik an hasiI pendataan, pengumpulan pendapat para tokoh serta h a s i l inventarisasi kebutuhan masyarakat

yang diperoleh melalui kegiatan 1 dan 2 diatas. Hasil pendataan diatas disajikan oleh pemrakarsa pembentukan POSDAYA. Untuk pelaksanan kegiatan ini diundangselain tokoh formal dan informal, juga wakil-wakil masyarakat terutama mereka yang akan menjadi sasaran kegiatan POSDAYA.

Dalam Lokakarya dilakukan konfirmasi tentang sasaran prioritas yang akan digarap, jenis-jenis kegiatan yang diperlukan, serta kepengurusan POSDAYA yang perlu disusun. Misalnya untuk

(22)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

POSDAYA di bidang KB dan Kesehatan, Pendidikan atau Wirausaha, sesuai data yang diperoleh. Dengan demikian dari hasil pendataan dan penjajagan perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam sehingga pokok-pokok kegiatan POSDAYA dapat diusulkan. 4. Penetapan Bentuk dan Kegiatan POSDAYA

POSDAYA menempatkan keluarga muda, utamanya keluarga yang mempunyai anak dibawah usia 15 tahun, atau mempunyai anak dibawah usia 25 tahun, sebagai sasaran dengan prioritas yang tinggi. POSDAYA memberi kesempatan kepada penduduk lansia untuk ikut terjun sebagai pembina, pengasuh, pelindung atau pengawas kegiatan yang dijalankan bersama anggota muda lainnya.

A. Pemberdayaan Bidang KB dan Kesehatan

Apabila di sekitar POSDAYA belum ada

Posyandu maka

m e r e k a y a n g berkumpul dalam Posdaya dapat meme-lopori pembentukan Posyandu. Apabila sudah ada Posyandu, maka mereka yang berkumpul dalam

POSDAYA

membe-rikan duk ungan penyegaran dan pembinaan Posyandu dengan sungguh-sungguh. Keluarga muda, utamanya Ibu muda, Bayi dan Anak Balita, ditetapkan sebagai sasaran utama Posyandu dan dibantu untuk ikut KB dan memperbaiki kesehatan ibu dan anak-anak balitanya.

Apabila keluarga yang terdeteksi sebagai keluarga Pra Sejahtera atau Sejahtera I belum mengikuti KB atau mempunyai tingkat kesehatan ibu dan anak yang rendah, POSDAYA menganjurkan kepada yang bersangkutan untuk segera mengikuti KB dan menganjurkan rajin berkunjung pada acara Posyandu atau mengikuti program pada klinik yang terdekat. POSDAYA menempatkan kegiatan KB dan perbaikan kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas yang penting. Sasaran utamanya adalah:

a. Keluarga muda, utamanya ibu muda, ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu menyusui;

b. Ibu muda dengan anak-anak dibawah usia 15 tahun; c. Bayi (0- 1) tahun,

d. Anak Balita (1 - 5) tahun, B. Pemberdayaan Bidang Pendidikan

Untuk pemberdayaan di bidang Pendidikan perlu diambil langkah dengan melihat hasil pendataan atau inventarisasi anak-anak usia 0-15 tahun

yang belum sekolah. Jika ada anak-anak di bawah usia 5 (lima) tahun yang belum sekolah, perlu dipersiapkan pem-b e n t u k a n T a m a n Pendidikan Al Qur'an, atau kegiatan Bina Keluarga Balita, atau PAUD, atau pembentu-kan Kelompok Bermain, atau kelompok Bina Anak Pra Sekolah dan seba-gainya.

(23)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

Jika banyak anak usia 6-15 tahun yang belum atau tidak sekolah karena orang tuanya tidak mampu, maka anggota Posdaya perlu mengadakan upaya gotong royong agar anak-anak tersebut bisa sekolah. Misalnya mencari orang tua asuh, mengumpulkan dana bantuan sekolah atau mencari sekolah atau lembaga yang dapat menyertakan anak dalam proses pendidikan.

Jika anak-anak yang telah dewasa 15-25 tahun cukup banyak, tetapi tidak dalam status sekolah, karena putus sekolah atau tidak meneruskan ke Perguruan Tlnggi serta belum bekerja, POSDAYA atau lembaga lain yang ada di desa itu bisa mengembangkan kursus-kursus ketrampilan atau latihan wirausaha agar mereka memperoleh kesempatan kerja, seperti contoh 3.

C. Pemberdayaan Bidang Wirausaha bagi Ibu/Wanita. Jika dari pendataan

keluarga diperoleh kenyataan bahwa banyak ibu-ibu keluarga pra sejahtera atau sejahtera 1 dengan anak balita atau mempunyai anak dibawah usia 15 tahun yang tidak mempunyai kegiatan usaha, maka keluarga ters ebut perlu diajak berhimpun dalam kelompok yang ada, seperti arisan, majelis taklim, PKK tingkat RT/RW.

Keluarga kurang mampu tersebut didorong dan

dibantu melakukan kegiatan usaha ekonomi bersama anggota kelompok lainnya, utamanya yang telah berhasil dalam usaha ekonomi. Mereka perlu diberi pelatihan, penambahan pengetahuan atau dibantu melaksanakan usaha dengan mendatangkan guru atau tenaga yang telah berhasil mengembangkan usaha. Kalau perlu keluarga tersebut diajak magang atau bekerja sambil berlatih pada pengusaha lain yang telah berhasil. Kelompok POSDAYA membantu menjajagi kerjasama dengan lembaga keuangan atau bank yang ada di desaatau di kecamatan untuk penyediaan modal, meningkatkan pengetahuan tentang kualitas produksi, pemasaran dan sebagainya.

Untuk membentuk dan mengembangkan POSDAYA dengan berbagai bentuk dan jenis kegiatan diatas tentunya diperlukan petugas-petugas pelaksana yang perlu diidentifikasi dan disiapkan dengan meminta kesediaan mereka, melatih, membina dan memberikan tugas yang tepat sesuai dengan pendidikan, pengalaman, pelatihan dan kesiapannya untuk bekerja di lingkungan dan bersama masyarakat di desanya.

IV. STRATEGI PENGEMBANGAN

Jika POSDAYA sudah terbentuk perlu dilaksanakan perluasan garapan atau pengembangan POSDAYA melalui berbagai kegiatannya dengan pentahapan dan pengembangan melalui pendekatan tiga dimensi, yaitu perluasan jangkauan, pembinaan serta pelembagaan dan pembudayaan. Tahap-tahap pengembangan perluasan jangkauan, pembinaan dan pembudayaan itu dilakukan sesuai dengan kematangan masyarakat menangani POSDAYA dan kegiatan yang dilaksanakannya sebagai berikut:

(24)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

a. Perluasan Jangkauan

Dari sudut pemrakarsa ada tiga jenis prakarsa yang dapat dikembangkan sebagai upaya untuk perluasan jangkauan:

Pertama: Pada POSDAYA yang pengembangannya diprakarsai oleh masyarakat. Prakarsa pengembangan POSDAYA bisa berasal dari perorangan, misalnya sebuah keluarga mampu yang ingin membantu tetangganya yang kurang mampu untuk berbagi kesejahteraan. Keluarga tersebut menyediakan rumah

dan halamannya untuk kegiatan berkumpul dan menjadi ajang kegiatan masyarakat setempat. Agar kegiatan POSDAYA berlangsung mulus, maka keluarga pemrakarsa tersebut memberi bantuan keuangan atau bantuan dalam bentuk lain bagi kelangsungan kegiatan POSDAYA. Perluasan lebih lanjutdari POSDAYA semacam ini sebaiknya dirundingkan dengan pemrakarsa utamanya. Untuk memulai dan mengembangkan POSDAYA perlu diberi tahukan dan mendapat dukungan dari Kepala Desa dan aparatnya. Akan sangat ideal kalau pengembangan itu mendapat restu, sponsor atau ijin dari Kepala Desa dan aparatnya.

POSDAYA yang prakarsanya berasal dari lembaga masyarakat seperti PKK Desa, Pengurus Panti Asuhan, Sekolah yang ada di desa, Taman Bacaan Al Qur'an, atau lembaga lain yang bergerak dalam bidang sosial, perluasannya perlu dilakukan dengan kerjasama yang erat dengan lembaga yang bersangkutan. Misalnya Pengurus PKK Desa perlu menganjurkan agar seluruh Kelompok Kerja PKK dapat secara aktif ikut dalam perluasan, pengembangan dan pembinaan POSDAYA. Berbeda dengan pembinaan Posyandu di masa lalu, yang khusus melayani atau menjadi wahana untuk Pokja IV, POSDAYA bisa menjadi ajang kiprah dari seluruh Pokja yang ada. Artinya, Pokja I, Pokja II, Pokja III dan Pokja IV, bisa secara terpadu ikut mengembangkan dan memberdayakan keluarga secara terpadu melalui forum POSDAYA.

POSDAYA yang dikembangkan oleh seluruh Pokja mempunyai kemungkinan berkembang sangat cepat karena bisa menyatukan seluruh kegiatan PKK di dalam POSDAYA yang dibentuk tersebut.

Kedua, dengan dukungan Yayasan Damandiri pengembangan POSDAYA dilakukan melalui kerjasama antara LPM Perguruan Tinggi dan SMA binaan di Kabupaten atau Kota yang ditetapkan. Pengembangan POSDAYA melalui jalur ini dilakukan di beberapa kabupaten/kota terpilih dengan melibatkan guru dan siswa SMA yang bersangkutan. Guru dan Siswa SMA dengan pendamping dari LPM Perguruan Tinggi memilih desa dan mengembangkan POSDAYA di desa yang dipilih. Selanjutnya bersama masyarakat setempat, seperti juga dalam POSDAYA yang dikembangkan oleh masyarakat, dilakukan pendataan keluarga dan identifikasi potensi kelembagaan yang ada, musyawarah atau mini lokakarya di desa, diselenggarakan pelatihan tenaga untuk membangun POSDAYA dan selanjutnya dikembangkan jenis dan bentuk

2 1

(25)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

POSDAYA sesuai potensi yang ada.

Selain melalui SMA, Yayasan Damandiri juga bekerja sama dengan Lembaga dan Yayasan lain merintis pengembangan POSDAYA Berbasis Mesjid, terutama Masjid yang dibangun oleh Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (YAMP). Untuk pengembangan POSDAYA Masjid ini sebagai tenaga pelaksana adalah Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) atau Takmir Masjid. Bentuk dan jenis kegiatan P O S D A Y A M a s j i d disesuaikan deng an keinginan Pengurus dan kebutuhan masyarakat sekitar mesjid dengan memberikan prioritas pada usaha pemberdayaan b i d a n g eko no m i, pendidikan dan kesehatan. Dengan BKKBN Provinsi dan Pemda Kabupaten/Kota setempat Yayasan juga merintis pengembangan POSDAYA berbasis Desa atau Dukuh, dan berbasis Banjar di Bali. Khusus di Kabupaten Jembrana

berkat dukungan Bupati yang sangat luar biasa POSDAYA telah diadopsi menjadi sarana pemberdayaan masyarakat di Banjar. POSDAYA Banjar di Jembrana sekaligus dipersiapkan untuk memberikan pelayanan berbagai bidang dan namanya menjadi lengkap sebagai Posdayandu atau Pos Pemberdayaan dan Pelayanan Terpadu.

Ketiga, Banyak juga POSDAYA yang dikembangkan oleh Pemda yang ditugasi untuk melaksanaan pemberdayaan MDGs pada tingkat pedesaan. Pengembangan POSDAYA oleh Pemda tersebut dilakukan dengan dukungan infrastruktur dan aparat Pemda secara terpadu. Pengembangan POSDAYA, dengan nama dan fungsi yang berbeda-beda, melalui jalur pemerintah pada tingkat kabupaten atau kota dibina oleh Dinas-dinas terkait. Secara vertikal dan berjenjang dilakukan melalui Camat, Kepala Desa dan perangkat desa lainnya. Seluruh aparat secara terpadu mengembangkan POSDAYA di desa. Pengembangan POSDAYA melalui jalur ini bisa saja berasal dan dimulai dari Kelompok Posyandu atau kelompok lain yang telah berkembang sebelumnya di tingkat desa. Ada kemungkinan besar pada tahun 2008 yang akan datang POSDAYA ini, atau lembaga semacam dengan nama lain, akan difungsikan untuk mensinkronkan program dan kegiatan pengentasan kemiskinan yang selama ini terkesan masih terpisah-pisah oleh berbagai instansi di daerah dan di pedesaan.

Dalam proses pengembangan tersebut para pengurus POSDAYA, misalnya kelompok PKK dan seluruh anggotanya, atau organisasi dan warga lainnya, mengembangkan persatuan, menyatu dalam kesatuan, bersama-sama merencanakan kegiatan yang pelaksanaannya diatur dan dilakukan secara bergiliran sesuai dengan program dan kegiatan, petugas atau kelompok petugas serta sasaran yang ditetapkan. Dengan demikian kegiatan para ibu, atau petugas yang ditetapkan di

(26)
(27)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

pedesaan, dapat dirancang dan diarahkan agar proses pemberdayaan berlangsung secara teratur, saling mengisi dan menghasilkan keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Apabila prakarsa itu datang dari Pengurus Panti Asuhan, maka pengurus panti dapat menugaskan para anggotanya untuk bekerja sama dengan keluarga yang ada di sekitar panti. Pengurus panti bisa menghubungi Ketua RT, RW dan Lurah atau Kepala Desa, untuk memperoleh dukungan, baikdukungan moril atau dukungan fasilitasi lainnya, setidak-tidaknya agar usaha pemberdayaan keluarga selalu berada dalam suasana yang nyaman.

Pengurus panti tidak perlu khawatir karena keterlibatan anak-anak mereka dalam masyarakat akan menambah rasa percaya diri anak panti dan membawa anak-anak itu menyatu dengan masyarakatnya. Apabila anak-anak panti bisa bergaul dengan baik maka harga diri mereka akan terangkat dan membawa mereka kepada kehidupan masa depan yang lebih sejahtera.

b. Pembinaan

Setelah pendataan maka perorangan, Pengurus PKK, Pengurus Panti, dan lainnya, yang mengambil prakarsa pembentukan POSDAYA bisa mulai menyusun pengurus, atau Tim Kerja, yang setiap hari ditugasi mengurusi kegiatan POSDAYA. Pengurus atau Tim Kerja selanjutnya melakukan kegiatan rutin pembinaan POSDAYA dan merancang kegiatan selanjutnya bersama anggota timnya. Apabila diperlukan penyiapan tenaga pelaksana dapat dilakukan pembinaan melalui orientasi atau pelatihan khusus oleh tenaga yang kompeten.

Kegiatan rutin bisa dimulai dengan mencatat seluruh keluarga yang telah didata dan mengetahui jumlah mereka yang kurang mampu serta sebab-sebabnya. Misalnya dilakukan penjumlahan berapa keluarga yang miskin karena alasan agama, tidak melakukan ibadah secara teratur. Dapat juga

2

5

(28)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

dijumlahkan keluarga yang miskin karena rumah mereka berlantai tanah atau berukuran kurang dari 8 m2/anggota, atau keluarga tersebut miskin karena alasan lainnya. Selanjutnya secara bergotong royong dilakukan upaya memperbaiki kondisi yang kurang baik sehingga rumah yang tidak layak huni dibantu dikembangkan secara gotong royong menjadi rumah layak huni dan lepas dari kriteria keluarga pra sejahtera atau sejahtera.

c. Pelembagaan dan Pembudayaan

Pada tahapan ini pengurus POSDAYA sudah mempunyai banyak pengalaman. POSDAYA yang dikembangkan untuk menolong keluarga kurang mampu agar bisa magang atau ikut

berusaha dalam bidang ekonomi mulai tertata. Sebagian keluarga kurang mampu sudah mulai berlatih usaha atau sudah mulai ikut magang pada keluarga lain yang mempunyai usaha ekonomi. Bahkan bisa saja beberapa keluarga sudah mulai berusaha s e n d i r i dengan p e n d a m p i n g a n keluarga lain yang b e r p e n g a l a m a n . POSDAYA b i s a menjadi pendorong makin munculnya semangat dan wahana pemberdayaan ekonomi keluarga di desa. Mereka yang membutuhkan pekerjaan sudah melakukan kegiatan ekonomi, baik bekerja di tetangganya, atau di tempat lain.

Apabila dukungan terhadap kegiatan ekonomi, atau setidak-tidaknya penduduk sudah mulai tertarik dalam bidang ekonomi, bisa segera dikembangkan dalam bidang lainnya. Tetapi kalau penduduk tertarik dalam bidang lainnya, baru kemudian dalam bidang ekonomi tidak ada halangan mulai dengan bidang lainnya, misalnya dalam bidang keagamaan, motivasi untuk cinta tanah air, cinta kepada sesamanya, dan perlindungan terhadap ketenteraman lingkungan, KB dan kesehatan reproduksi, pendidikan, wirausaha dan perhatian yang tinggi terhadap keserasian lingkungan sekitarnya.

Dalam kondisi pelembagaan dan pembudayaan diharapkan sudah makin banyak keluarga anggota Posdaya yang mengenal penanganan masalah kesehatan dan makin mempunyai akses yang lebih mudah terhadap lembaga-lembaga pelayanan kesehatan di sekitarnya. Bidang kesehatan sudah menjadi bagian dari kegiatan rutin di desa atau di sekitar POSDAYA setempat. POSDAYA dan Posyandu, atau POSDAYA dan Puskesmas mempunyai kerjasama yang sangat erat. Apabila ada anak yang sakit, dengan mudah anak yang sakit dapat dibawa ke Puskesmas, atau dokter, atau bidan, di desa atau kecamatan.

Tahapan berikutnya harus dilihat apakah seluruh anak keluarga kurang mampu yang berusia di bawah 15 tahun sudah sekolah atau belum. Apabila diketemukan anak di bawah usia 15 tahun belum sekolah, maka keluarga di POSDAYA harus bekerja sama agar anak tersebut segera disekolahkan. Kegiatan itu harus merangsang orang tua anak tersebut rela dan dengan senang hati mendukung usaha menyekolahkan anaknya tersebut.

Kegiatan Bina Keluarga Balita mulai dikembangkan menjadi kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yang dikelola secara teratur. Kegiatan PAUD sekaligus dikembangkan bersamaan kegiatan pelatihan ketrampilan atau pelatihan usaha

(29)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

ekonomi untuk ibu dari anak-anak balita tersebut. Anak-anak Balita mengikuti PAUD dan ibunya mengikuti kursus atau latihan ketrampilan. Dalam satu atau dua bulan anak-anak sudah makin berani sendiri bersama gurunya, dan orang tuanya bisa diatur oleh Posdaya untuk magang pada usaha ekonomi pada keluarga yang mempunyai usaha di desa tersebut. Akhirnya orang tua bisa ikut dalam kegiatan ekonomi di desanya.

Dalam tahapan ini harus tetap dipelihara semangat kebersamaan dan penghargaan kepada mereka yang berjasa dalam upaya pemberdayaan keluarga. Keluarga-keluarga yang sedang berjuang dalam lingkungannya sendiri, dan kemungkinan mendapat kesulitan, dapat dibantu secara gotong royong. Bantuan tersebut sifatnya adalah pendampingan sehingga keluarga itu tidak tergantung pada bantuan yang diterimanya, tetapi dapat berkembang secara mandiri dan menurut pilihannya sendiri.

Dalam suasana yang makin kondusif tersebut, apabila dalam satu kecamatan baru ada satu desa yang memiliki POSDAYA, maka untuk desa-desa yang lain yang belum memiliki POSDAYA dapat didorong dan dipersiapkan pembentukan POSDAYA sederhana, yaitu forum yang memberi penjelasan tentang masalah ekonomi rumah tangga, masalah pendidikan anak, KB dan Kesehatan Ibu dan Anak. POSDAYA itu sekaligus bisa berfungsi mengundang tenaga-tenaga yang dibutuhkan dari instansi pemerintah atau anggota yang ada di desanya.

POSDAYA itu selanjutnya mengadakan pendataan yang lebih teliti, misalnya tentang anak-anak usia sekolah, utamanya dari keluarga kurang mampu. Keluarga yang lebih mampu diajak membantu anak-anak tersebut agar bersekolah. Kalau keluarga di desa tidak mampu mengatasi masalah itu, maka Kepala Desa diajak meminta pertolongan pada tingkat

kecamatan dan kabupaten. Sekolah-sekolah yang ada di desa, utamanya sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, diajak menyediakan kesempatan bagi anak keluarga kurang mampu dari desa yang sama. Dengan demikian diharapkan tidak ada anak dari keluarga kurang mampu yang tidak sekolah.

Apabila jangkauan atau cakupan untuk anak-anak tercapai, khususnya dalam bidang KB, kesehatan dan sekolah, keluarga desa anggota Posdaya diharapkan mengusahakan agar pelayanan KB, Kesehatan dan Pendidikan di desanya disempurnakan dan ditingkatkan mutunya. Kalau perlu tenaga kesehatan dan guru-guru di desa itu diberi penghargaan oleh masyarakat desa. Masyarakat dapat mengajak Kepala Desanya untuk mengembangkan sistem insentif guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan di desanya.

V. ARAH DAN JENIS PENGEMBANGAN POSDAYA.

Seperti telah dikemukakan, pembentukan dan pengembangan POSDAYA bisa dilakukan oleh anggota masyarakat sendiri, oleh PKK, oleh Pengurus Masjid, oleh Pengurus Panti Asuhan, atau lembaga lain yang ada di desa. Posdaya bisa juga distimulir oleh LPM PTN/PTS dan siswa-siswa SMA dengan bimbingan guru-gurunya. POSDAYA bisa juga dikembangkan oleh Pemda dan seluruh aparatnya di kecamatan dan desa. Dalam setiap POSDAYA, keluarga yang mampu diharapkan menolong keluarga lain yang belum mampu untuk meningkatkan kemampuan keluarganya.

Kegiatan POSDAYA dikembangkan utamanya dengan cakupan sasaran keluarga muda dengan anak-anak usia 0-14 tahun, utamanya keluarga yang isterinya sedang mengandung, keluarga dengan remaja usia 15-24 tahun dan keluarga dengan anak dewasa usia 25-35 tahun. POSDAYA dibentuk dengan dukungan anggota keluarga yang berusia lanjut, sebagai forum silaturahmi maupun kesempatan anggota keluarga lansia membantu keluarga lain yang

(30)
(31)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSDAYA)

lebih muda. Oleh karena itu jika dalam suatu desa telah terbentuk POSDAYA, segera dapat dikembangkan kelompok-kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),

Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Dewasa (BKD), dan Bina Keluarga Lansia (BKL). POSDAYA bisa mengembangkan dan membentuk kelompok Bina Keluarga Cacat (BKC) untuk menampung keluarga yang salah satu anggotanya mempunyai kecacatan, kelompok keluarga yang sedang membangun ekonomi atau Bina Keluarga Ekonomi (BKE) atau P2K, UPPKS, KUBE dan sebagainya.

Dalam keadaan pelayanan sosial kemasyarakatan tidak memadai, POSDAYA bisa memprakarsai pembentukan atau pengadaan pelayanan yang diperlukan, misalnya membangun koperasi usaha, simpan pinjam atau koperasi untuk keperluan lain. Posdaya bisa juga membangun sarana pendidikan, misalnya KelompokTaman Bermain untuk Balita atau Batita, seperti PAUD, BKB atau sarana lain yang diperlukan. POSDAYA bisa juga membangun atau menyegarkan pelayanan kesehatan misalnya menyegarkan Posyandu, membantu peralatan Posyandu, membantu pengadaan dan pelayanan bidan mandiri, dan sebagainya.

Agar kegiatan BKB, BKR, BKD, BKL, BKC dan BKE atau unit-unit pelayanan yang disebutkan diatas memadai dan menjadi bagian dari pemberdayaan keluarga secara paripurna, perlu dilakukan penajaman, antara lain dengan prinsip-prinsip pokok sebagai berikut:

/. Bina Keluarga Balita (BKB)

Kelompok BKB umumnya terdiri dari keluarga muda dengan anggota yang mempunyai anak batita atau anak balita. Untuk memberdayakan keluarga Batita (Bawah UsiaTigaTahun) dan keluarga Balita (Bawah Usia Lima Tahun), seluruh jajaran pemba-ngunan, termasuk kekuatan keluarga yang tergabung dalam POSDAYA, diarahkan agar setiap keluarga memberi

prioritas yang tinggi terhadap kesehatan dan pertumbuhan anak balitanya. Orang tua dalam POSDAYA dapat d i s i a p k a n u n t u k menyegarkan kembali Gerakan Bina Keluarga Balita (BKB), sebagai gerakan bersama antara p e m e r i n t a h d a n m asyar ak at u nt uk memelihara kesehatan, h a n t a r a n t u m b u h kembang anaknya, deteksi dini kelainan atau kecacatan dan akhirnya m e n yi a p k a n a nak balitanya siap sekolah bersama anak-anak lain.

(32)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANCAN POS PEM8CRDAYAAN KELUARCA (POSDAYA)

Gerakan Bina Keluarga Balita bisa menjadi bagian dari Posdaya, tetapi juga kelompok keluarga dengan anak balita bisa saja mengadakan pertemuan lebih sering untuk mengembangkan kegiatannya menjadi PAUD yang dikelola oleh masyarakat dan tenaga muda yang ada di kampungnya. Dengan keikut sertaan anak dalam PAUD memberikan kesempatan kepada Ibunya untuk bekerja dan memperoleh penghasilan yang dapat meringankan beban keluarga.

Generasi muda yang diajak diutamakan generasi muda yang sekolah agar ada kesinambungan. Anak-anak remaja yang sekolah pagi bisa membantu kegiatan PAUD pada siang dan sore hari. Anak-anak remaja yang sekolah sore bisa membantu kegiatan Paud pada pagi hari. Mereka bisa dipersiapkan terlebih dahulu. Apabila anak-anak balita mereka ikut dalam PAUD, maka orang tua keluarga Balita bisa dipersiapkan dengan pelatihan ketrampilan agar mampu makin maju dalam bidang ekonomi. Kalau perlu mereka diajak bekerja dalam usaha-usaha ekonomi produktif di desanya.

2. Bina Keluarga Remaja

Bina Keluarga Remaja (BKR). Dalam kelompok ini diusahakan pemberdayaan untuk keluarga yang mempunyai anak remaja. Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kesadaran keluarga dengan anak remaja bahwa anak-anak mereka adalah bibit unggul yang harus dipersiapkan menjadi kekuatan pembangunan yang bermoral dan bermutu. Orang tua keluarga remaja ditingkatkan kesadarannya agar mereka siap menjadi agen pembangunan yang bisa mendampingi anak-anak tumbuh subur menjadi kekuatan pembangunan yang "tangguh, tanggap dan tanggon".

Orang tua dengan anak remaja dipersiapkan memahami persoalan yang dihadapi atau bakal dihadapi oleh

anak-anak rem ajanya, mendukung sekolah mereka dengan gigih, m e m p e r h a t i k a n makanan dan gizi anak-anak agar bisa sekolah dengan baik, memberi dukungan keagamaan dan budi pekerti agar bisa mewarisi nilai-nilai luhur budaya bangsa. Anak-anak remaja mengalami perubahan mental dan fisik. Sebagian memasuki masa puber yang seringkali dianggap aneh dan ingin mendapatkan informasi, tetapi biasanya malu bertanya kepada bapak ibunya, takut ditertawakan atau mengira orang tuanya tidak tahu menahu tentang masalah yang mereka alami. Sebagian orang tua juga memasuki masa-masa kritis dalam rumah tangganya. Ada pula keluarga yang mengalami ketidak puasan dalam perkawinan, mempunyai masalah keluarga atau masyarakat sekitarnya, ada pula yang mulai memasuki masa menopause. Konflik dalam berbagai dimensi perubahan ini bisa menyebabkan perhatian orang tua kepada anak-anak remajanya mengendur dan menimbulkan rasa tidak puas, atau tanda tanya yang aneh dari para remaja tentang perhatian yang mereka harapkan dari orang tua. Masalah-masalah tersebut adalah bahan yang dapat dipecahkan melalui forum Bina Keluarga Remaja.

Oleh karena itu orang tua dengan anak remaja harus menjadi prioritas pemberdayaan dalam bidang ekonomi agar

(33)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

pendapatannya meningkat. Pendapatan yang lebih baik akan memungkinkan orang tua memberikan yang terbaik untuk anak remajanya.

3. Bina Keluarga Dewasa

Bina Keluarga Dewasa (BKD). Upaya yang dilakukan dalam kelompok ini adalah meningkatkan lebih lanjut upaya penyadaran keluarga yang mempunyai anak dewasa bahwa anak-anak mereka yang sudah dewasa perlu terus diarahkan menjadi SDM yang handal, memiliki moral yang tetap terjaga dan terus membina kualitasnya. Orang tua keluarga dewasa harus memberikan bimbingan dan pengarahan bahwa anak-anak yang sudah dewasa adalah kekuatan pembangunan yang produktif dan mampu menghasilkan keturunan yang makin meningkat mutunya.

Orang tua dengan memahami persoalan anak-anak yang sudah ahli atau pelatih yang ada di sekolah, p e r u s a h a a n , o r ga nis a s i ata u lembaga lain yang berkompeten anak-anak bisa dipro-gramkan mengikuti pelatihan ketrampilan atau magang sehingga m e m p e r o l e h pekerjaan sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia. Generasi muda perlu

mendapatkan pekerjaan yang bisa menjamin kehidupan untuk seluruh keluarganya yang akan tumbuh dan berkembang.

Para orangtua yang lebih mampu diharapkan membantu anak-anak yang memasuki usia dewasa dengan pembekalan mental yang kuat untuk menghadapi kehidupan dunia yang keras. Kegagalan dalam kehidupan jangan sampai menyebabkan putus asa dan mengalami stress sehingga terjadi gangguan mental dan fisik. Sebagian yang sudah akan memasuki kehidupan perkawinan perlu mendapatkan informasi yang cukup tentang kehidupan berkeluarga dan siap untuk menghadapi berbagai masalah yang mungkin saja akan mereka alami. Masalah-masalah tersebut adalah bahan yang dapat dipecahkan melalui forum Bina Keluarga Dewasa.

4. Bina Keluarga Lansia

Keluarga Lansia (Lanjut Usia) adalah keluarga yang mempunyai anggota diatas usia enampuluh atau enampuluh lima tahun. Keluarga lansia biasanya mempunyai anggota yang masih aktif, remaja yang mulai kerja dan memberi harapan indah untuk kakek dan neneknya. Bisa saja lansia itu hidup anak dewasa perlu dipersiapkan untuk

yang dihadapi atau bakal dihadapi oleh makin dewasa. Melalui dukungan tenaga

(34)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

sendiri karena tidak mempunyai anak yang dekat atau cucu yang tinggal serumah. Banyak terjadi lansia hidup sendiri karena anak-anak merantau atau pindah karena pekerjaan dan mata pencahariannya.

Dalam keadaan ada yang muda di dalam keluarganya, maka usaha untuk menjadikan keluarga sebagai pembina lansia dalam rumah tangganya merupakan suatu nuansa yang baru. Seluruh keluarga harus bisa memberikan suasana yang tenteram tetapi dinamis agar lansia yang tinggal dalam rumah bisa menikmati sisa hidupnya secara produktif dan bahagia. Untuk itu potensi lansia yang masih ada perlu dipelihara dan dikembangkan.

Para lansia yang masih sehat dan segar bugar seyogyanya mendapat kesempatan untuk berkarya dalam lingkungan rumah atau bekerja di luar dalam batas-batas kemampuan fisik yang makin berkurang. Sebaliknya yang tidak mampu secara fisik dapat memperoleh kesempatan untuk mendapatkan tempat yang terhormat dalam lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Para lansia seperti ini dapat berperan sebagai pembina atau penasehat POSDAYA.

5. Bina Keluarga Cacat

Keluarga Cacat adalah sekelompok keluarga yang tidak saja mempunyai keterbatasan karena menyandang cacat fisik, termasuk juga keluarga yang dianggap miskin dan memerlukan bantuan fasilitasi dalam mengembangkan kemampuannya. Kelompok ini bisa terdiri dari berbagai kohort, artinya bisa ada yang muda bisa pula bercampur dengan keluarga lansia. Keterpaduan tersebut apabila mendapat perhatian dan dukungan yang wajar bisa menjadi keluarga yang dapat diandalkan. Perhatian terhadap keluarga penyandang cacat dalam jangka panjang akan menjadikan keluarga Indonesia mampu

memberi perhatian dengan cara mengembangkan kebersamaan yang sejuk.

K elua rga da r i berbagai kelompok umur b i s a saja bergabung bersama untuk mengembang-kan kewirausahaan dengan partisipasi y a n g ti n g g i . Kebersamaan tersebul dikembangkan dengan mengacu kepada

kerjasama antara k el ua rg a k ur an g mampu dan keluarga yang lebih mampu. Usaha bersama dapat dikembangkan dengan cara koperasi atau dengan mengembangkan kebersamaan dalam usaha ekonomi produktif. 6. Bina Keluarga Ekonomi

(35)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

Kebersamaan antara keluarga dengan anggota muda dan keluarga lansia bisa menghasilkan kebersamaan dalam usaha ekonomi produktif tersebut. Perbedaan umur biasanya bisa menghasilkan kebersamaan karena adanya kelebihan pada keluarga yang lebih tua yang bisa membantu dan memberikan pengalamannya kepada keluarga yang lebih muda atau belum berpengalaman. Kerjasama itu juga bisa menjalin usaha bersama untuk saling memberi dan saling menerima.

7. Penyegaran, Pengadaan dan Pengembangan Pelayanan Pada prinsipnya POSDAYA adalah lembaga pedesaan untuk memungkinkan anggotanya saling hidup gotong royong memperkuat proses pemberdayaan. Asumsi yang diambil adalah bahwa sesungguhnya pelayanan untuk hidup mandiri dan sejahtera sudah ada atau akan diusahakan oleh pemerintah dan swasta di pedesaan. Karena itu agar setiap keluarga mampu memanfaatkan pelayanan secara maksimal, setiap keluarga diperkuat pemberdayaannya melalui forum POSDAYA.

Namun ada kemungkinan bahwa pelayanan masyarakat itu tidak atau belum tersedia. Dalam keadaan seperti itu maka POSDAYA dapat mengajak anggotanya untuk secara gotong royong memprakarsai pembentukan dan pengembangan pelayanan itu di desanya, atau di sekitar POSDAYA. Prakarsa itu bisa dalam bidang ekonomi seperti lembaga keuangan pedesaan, koperasi atau pusat-pusat penjualan produksi lokal.

Pelayanan itu bisa juga dalam bidang pendidikan seperti pembentukan dan pengembangan unit-unit PAUD, menambah ruang kelas di sekolah yang berada di desanya, atau mengembangkan kursus-kursus ketrampilan untuk anak putus sekolah dan membuka kesempatan kerja bagi anak-anak yang tidak lagi sekolah. Pelayanan itu juga bisa dalam bidang

kesehatan seperti Revitalisasi Posyandu, pengembangan pelayanan bidan atau bahkan membentuk klinik desa di sekitar POSDAYA.

VI. PENUTUP

Buku Petunjuk ini berisi uraian singkat untuk pembentukan dan pengembangan POSDAYA di lapangan, khususnya apabila kegiatan belum dimulai atau baru dimulai, sehingga uraian dan langkah-langkah dalam Buku Petunjuk ini bisa menjadi pegangan. Apabila contoh atau gambaran kegiatan yang diuraikan tidak sesuai dengan keadaan di lapangan, maka bentuk dan substansi kegiatan POSDAYA dapat dimodifikasi sesuai keinginan masyarakat. Sebagai salah satu prinsip yang perlu diambil dalam menentukan kegiatan

(36)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

POSDAYA adalah keluarga dan penduduk di tempat itu bersedia berpartisipasi atau mau mengikuti kegiatan POSDAYA secara rutin dan berkelanjutan.

Dengan Buku Petunjuk ini perorangan atauTim Kerja POSDAYA mampu mengambil langkah-langkah kegiatan dalam mengelola POSDAYA, baik berupa kegiatan ekonomi untuk membantu keluarga kurang mampu mengentaskan kemiskinan, kegiatan KB-Kesehatan sebagai kelanjutan Posyandu, maupun memulai kegiatan lain dalam Posdaya yang lebih lengkap dan bersifat pemberdayaan delapan fungsi keluarga, atau pelaksanaan kegiatan yang menjadi sasaran dan target MDGs. Buku ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk membangun kesamaan persepsi, penggunaan istilah atau bahasa serta kesatuan gerak bagi para petugas dan relawan dalam melaksanakan atau mengembangkan POSDAYA.

Semoga Buku Petunjuk ini ada manfaatnya.

Jakarta, 10 Oktober 2007

Penyusun,

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai perkembangan saat ini, usaha-usaha yang lebih tepat dan memungkinkan serta dapat diandalakan untuk menambah sumber Pendapatan Asli Daerah tersebut bila

The main objective of this study is importance of E banking in Pakistan .In the banking industry E banking is an important sector .E banking has bought very huge changes in

Fungsional Ops ATR Data & Informas i Ops Alsus Subag Ops Mindik & Anev Fungsiona l Surveillance Fungsion al Admin Admin Fungsiona l DF Fungsiona l Analis IT Sarpras /

Pada penelitian tersebut menganalisis besarnya Kontribusi Pajak Parkir dan Retribusi Pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Padang Sedangkan

Independent Sample J-Jest untuk rnelihat perbedaan kedua kelornpok penelitian pada variabel uang saku, pengeluaran pangan, jarak ternpat tinggal dari warung

UNTUK DITAMPAL..

Grafik Pemberitaan HIV/AIDS Tahunan Berdasarkan Media Periode Caturwulan III 2016 0 5 10 15 20 25 Antaranews.com Beritaekspres.com Beritajakarta.com Beritasatu.com Bisnis.com

Kehendak merupakan aktivitas batin manusia yang pada gilirannya berkaitan dengan pertanggung jawaban manusia atas perbuatannya, 31 adalah merupakan pertanggung