• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGANN ANTARA KESABARAN DENGAN STRES KERJA KARYAWAN. Oleh: SEKAR LARAS SITTA SIREGAR HARYANTO FADHOLAN ROSYID, Drs,.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGANN ANTARA KESABARAN DENGAN STRES KERJA KARYAWAN. Oleh: SEKAR LARAS SITTA SIREGAR HARYANTO FADHOLAN ROSYID, Drs,."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KARYAWAN

 

Oleh: 

SEKAR LARAS SITTA SIREGAR HARYANTO FADHOLAN ROSYID, Drs,.MA

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008

(2)

HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DENGAN STRES KERJA

KARYAWAN

Telah Disetujui Pada Tanggal

_________________

Dosen Pembimbing Utama

(3)

Sekar Laras Sitta Siregar Haryanto Fadholan Rosyid

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kesabaran dengan stres kerja pada karyawan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kesabaran dengan stres kerja pada karyawan perusahaan garmen, Semakin tinggi kesabaran yang dimiliki karyawan maka semakin rendah stres kerja. Subyek dalam penelitian ini adalah 50 orang karyawan laki-laki dan perempuan di perusahaan garmen Yogyakarta.

Alat ukur yang digunakan adalah skala stres kerja yang mengacu pada teori Robbins (2003) dan skala kesabaran yang mengacu pada Al Jauziyah (2006). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS 12.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kesabaran dengan stres kerja.

Uji korelasi product moment dari Spearman menunjukkan korelasi sebesar r = 0,142 dengan p = 0,163 (p >0.05), yang artinya tidak ada hubungan antara kesabaran dengan stres kerja pada karyawan

Kata Kunci : Stres kerja, Kesabaran

         

(4)

Alamat : Jl. Kaliurang km 13,5 Perumahan Griya Perwita Wisata Blok Melati Nomer 6, Sleman, Yogyakarta

(5)

BAB 1

PENGANTAR Latar Belakang Masalah

Menjadi karyawan di pabrik garmen merupakan suatu tantangan karena tingkat stres di pabrik garmen lebih besar dibandingkan kalau bekerja di kantor. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu karyawan, bahwa setiap hari karyawan garmen menerima bentakan dan teguran dari supervisor yang menginginkan target kerja tercapai. Maka dari itu karyawan di pabrik garmen dituntut memiliki kesabaran yang lebih besar dari karyawan yang berada pada perusahaan lain. Diusia belasan sampai empat puluhan tahun tenaga karyawan seperti mesin yang selalu siap untuk dipakai. Ditambah karyawan dituntut memiliki mental yang kuat. Kuat dalam arti rela untuk ditegur, meninggalkan rasa sentimental akan masalah keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ikhsan (2007), bahwa karyawan CV Dayabudaya stres melihat keadaan perusahaan tempatnya bekerja yang selalu memberikan beban kerja yang terlalu banyak dengan tingkat kesulitan menjahit yang bermacam–macam sehingga menyebabkan karyawan pulang malam. Belum lagi ditambah dengan atasan yang selalu menuntut untuk memenuhi target kerja, jika karyawan telah dapat memenuhi target, atasan selalu menaikkan jumlah target yang ada, pembayaran gaji yang selalu di bayarkan separuh dari gaji membuat karyawan menjadi tambah merasa stres (http://selayar.blogspot.com, 10 September 2007)

Tingkat stres karyawan yang berprofesi sebagai supervisor lebih tinggi karena

selain supervisor menjadi penanggung jawab dari proses produksi, jika terjadi

kesalahan pada proses produksi supervisor yang mendapat teguran dari atasan selain itu supervisor juga harus menyusun rencana produksi. Ledakan emosi bukan hanya

milik supervisor, tekanan yang ditujukan pembeli ke tim produksi dapat berakibat

bagi seluruh karyawan garmen yang lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu supervisor perusahaan (2007) bahwa satu kelalaian kecil yang dilakukan oleh

(6)

operator garmen berakibat fatal bagi sebuah produksi. Karena hanya salah memasang label dan salah melipat garmen, membuat masalah yang besar yaitu eksport terhambat, orang- orang harus bekerja ekstra (mengulang) dari awal, menanggung malu pada buyer dan mendapat teguran dari atasan.

Fitrihana (2007) menjelaskan bahwa sistem kerja di pabrik garmen, dimulai

dari pengecekan kain di ruang penyimpanan kain kemudian proses disain dan pembuatan pola, grading dan marker, kemudian dilanjutkan ke proses pembuatan sample dan pemotongan kemudian dilakukan proses pengepresan. Setelah bagian-bagian yang terpotong tadi dipres maka dilanjutkan ke proses produksi (penjahitan). Proses penjahitan ini dilakukan per piece (bagian) sehingga untuk menjahit satu kemeja terkadang bisa mencapai 100 variasi proses penjahitan. Oleh karena itu produksi garmen dikenal dengan proses piece to piece.. Setelah dijahit maka dilanjutkan proses penyempurnaan/penyelesaian akhir, seperti pemasangan kancing, label, pembersihan dan penyetrikaan dan kemudian dilakukan pengepakan dan pengiriman ke konsumen. Karakteristik pekerjaan di industri garmem umumnya adalah proses material handling, posisi kerja duduk dan berdiri, membutuhkan ketelitian cukup tinggi, tingkat pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot, bertinteraksi dengan benda tajam seperti jarum, gunting dan pisau potong, terjadi paparan panas di bagian pengepresan dan penyetrikaan dan banyaknya debu-debu serat dan aroma khas kain, terpaan kebisingan, getaran, panas dari mesin jahit dan lainnya. Untuk mengerjakan proses tersebut tentunya karyawan dituntut untuk mempunyai kesabaran sehingga hasil produksi dapat tercapai dengan maksimal.

Perusahaan perlu memahami manajemen stres untuk menghentikan perilaku yang menyebabkan terganggunya semangat kerja, produktivitas dan komunikasi. Rich mengidentifikasi adanya empat kondisi yang bisa muncul di tempat kerja akibat stres karyawan. Yakni, tekanan waktu, ketidakmampuan untuk perform, harapan-harapan yang tak terpenuhi dan minimnya kontrol terhadap hal-hal yang mempengaruhi lingkungan kerja. Sehingga, pemicu stres antara satu karyawan dengan karyawan lain berbeda.(Meyer,2007).

(7)

Fraser (2006) mengelompokkan dua macam pekerjaan yang sedikit banyak dapat menimbulkan stres yakni pekerjaan yang menuntut kekuatan fisik dan pekerjaan yang menuntut keterampilan atau kemahiran (garmen).

Schuller (1980) mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Berdasarkan hasil penelitian ini, stres yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja, serta tendensi mengalami kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja,mengganggu kenormalan aktivitas kerja, menurunkan tingkat produktivitas, menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan, kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya kesalahan yang berulang.(e-psikologi.com, 2 Februari 2008)

Seberapa besar seseorang beresiko mangalami stres dilihat dari seberapa besar sikap sabar yang dimilikinya. Sabar sangat berkaitan dengan kepribadian yang dimiliki seseorang, karena sabar merupakan sifat yang dimiliki seseorang karena sabar merupakan sifat yang dimiliki setiap orang, hanya kadarnya yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pengertian sabar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dimana kesabaran merupakan sifat tenang atau sifat sabar yang dimiliki oleh seseorang. Kesabaran mempunyai beberapa manfaat yang besar dan mendidik diri, memperkuat kepribadian dan meningkatkan kemampuan manusia dalam menanggung kesulitan. Apabila seseorang telah belajar bersabar dalam menanggung derita kehidupan dan malapetaka, menahan cobaan dan bersabar dalam menaati Allah, maka ia akan menjadi manusia yang mempunyai kepribadian yang matang, seimbang, utuh, produktif, aktif juga terhindar dari kegelisahan dan terlindung dari berbagai gangguan kejiwaan atau psikis (stres misalnya) (Thalib,1991)

(8)

Salah satu kunci sukses adalah sabar. Orang yang tidak sabar akan sulit meraih impian dan cita-cita orang yang tidak sabar ingin meraih segala sesuatunya dengan jalan pintas, dan umumnya jalan pintas bukan merupakan jalan yang benar. Cara untuk menjadi orang yang mempunyai sikap sabar adalah berjanjilan pada diri sendiri untuk tidak cepat marah pada peristiwa yang tidak menyenangkan, mencoba untuk menepati janji, menahan emosi ketika dihadapkan pada peristiwa dan situasi yang tidak menyenangkan. Saat terjadi stres membayangkan kejadian-kejadian yang menyenangkan. Ketika waktu tersisa untuk menunggu, baik menunggu teman, menanti giliran, mencoba menanti ketenangan disaat penantian. Mencari kenikmatan diantara kepenatan. Salah satu lagi untuk menjadi orang yang sabar dengan cara berdoa. Saat merasa jenuh dari berbagai persoalan hidup, yang harus dilakukan adalah berdoa (www.astaga.com, Maret 2008)

Kesabaran yang dimiliki karyawan sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat stres kerja yang dialami karyawan. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja adalah terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja, mengganggu kenormalan aktivitas kerja, menurunkan tingkat produktivitas, menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya kesalahan yang berulang. (http://www.e-psikologi.com, 5 Januari 2008)

Sehubungan dengan itu maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan kesabaran dengan stres kerja yang dialami karyawan perusahaan

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stres Kerja Karyawan 1.Pengertian Stres

Selye (1987) mengartikan bahwa stres adalah respons non spesifik dari badan terhadap tuntutan yang dibuat atasnya. Stres tidak selalu dan tidak otomatis buruk, tergantung bagaimana orang menerimanya.

Kamus Lengkap Psikologi (2000) menjelaskan bahwa stres adalah keadaan tertekan baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan uraian dapat disimpulkan bahwa stres adalah gangguan mental dan emosional, stres merupakan reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit. Stres membuat tubuh untuk memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi untuk mempertahankan diri.

2.Pengertian Stres Kerja

Stres yang berkaitan dengan pekerjaan lebih sering muncul berupa ketegangan sehari-hari dari pada peristiwa-peristiwa besar yang traumatis. Meskipun kecil, ketegangan sehari-hari dapat menyebabkan stres karena pola kejadian yang relatif tetap dan terus-menerus, seperti beban tugas yang meningkat, pertengkaran dan konflik (Smet, 1994)

Sedangkan Anoraga (2006) mengatakan bahwa stres pekerjaan adalah bagian dari stres kehidupan. Stres akibat pekerjaan yang berhasil dan penuh kreatifitas serta mengasyikkan akan bermanfaat. Sebaliknya stres karena kegagalan, penghinaan, dan penyakit tentu akan mengakibatkan hal buruk.(Selye, 2005)

Stres kerja adalah suatu kondisi fisik dan atau psikis yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik didalam maupun diluar pekerjaan, dan kondisi tersebut akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau mempengaruhi prestasi seseorang

(10)

3.Aspek-Aspek Stres Kerja

Robbins (2003) menjelaskan bahwa gejala stress kerja dapat di bagi dalam 3 (tiga) aspek, yaitu gejala psikologis, gejala psikis dan perilaku.

a. Gejala psikologis

Secara langsung maupun tidak langsung, stres kerja menimbulkan masalah psikologis yang penting. Berbagai studi menunjukkan bahwa level stres kerja yang tinggi senantiasa disertai oleh kecemasan, ketegangan, kemarahan, komunikasi yang tidak efektif, depresi dan kebosanan.

b.Gejala fisik

Level stres yang tinggi dapat disertai dengan berbagai masalah yang meliputi meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, meningkatnya sekresi adrenalin dan nondrenalin, gangguan gastrogestinal, mudah terluka, mudah lelah secara fisik, kematian, gangguan kardiovaskuler, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit, kepala pusing, migran, kanker, ketegangan otot, probelem sulit tidur.

c. Gejala perilaku

Perilaku yang secara langsung dapat tampak dalam level stres yang tinggi meliputi menunda atau menghindari tugas, menurunnya prestasi dan produktifitas kerja, peningkatan penggunaan minuman keras, meningkatnya frekuensi absensi kerja, perilaku makan yang tidak normal, meningkatnya agresivitas, penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman..

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan aspek-aspek stres kerja adalah adanya aspek gejala fisik, aspek gejala psikologi dan aspek gejala perilaku.

(11)

4.Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja

Luthans (2006) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah

a. Stresor ekstraorganisasi

b.Stresor organisasi

c. Stresor kelompok

d.Stresor individu

Stresor individu menyangkut karakteristik kepribadian dari seseorang yang terbagi menjadi dua yaitu kepribadian tipe A dan kepribadian tipe Karakateristik Kepribadian

(1) Karakteristik kepribadian tipe A (2) Karakteristik kepribadian tipe B

Beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah faktor lingkungan,faktor organisasional dan faktor individual. Faktor lingkungan adalah ketidakpastian lingkungan yang memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap individu melalui organisasi. Faktor organisasional yang dapat mempengaruhi stres meliputi tuntutan antar individu, struktur organisasional, kepemimpinan organisasi. Faktor individual adalah semua hal yang terdapat dalam kehidupan pribadi individu di luar pekerjaan, seperti masalah-masalah keluarga,ekonomi, karakteristik kepribadian.

B. Kesabaran 1.Pengertian Kesabaran

Al-Jauziyah (2006) mengartikan kata sabar adalah mencegah dan menghalangi. Sabar adalah menahan diri untuk tidak berkeluh kesah, mencegah lisan untuk merintih dan menghalangi anggota tubuh untuk tidak menampar pipi dan merobek pakaian dan sejenisnya. Sabar menurut Al-Mishri (Al-Jauziah, 2006) adalah usaha untuk menjauhi segala larangan Allah, sikap tenang dalam menghadapi segala macam duka cita yang membelit, menampakkan sikap

(12)

lagaknya orang kaya pada waktu didera kefakiran dalam ranah kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan sabar ketika dapat menerima dan menghadapi segala macam cobaan dengan tenang dan tabah, serta berusaha untuk bersikap layaknya orang yang tidak diterpa apa-apa ketika sedang ditimpa kesusahan sehingga tidak sedikitpun ada keluhan yang terlontar dari mulutnya.

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kesabaran adalah pengendalian diri ataupun menahan diri untuk senantiasa taat kepada Allah. Kesabaran karyawan berarti pengendalian diri untuk taat kepada atasan, menjalankan perintah dari atasan dan rekan kerja. Karyawan dapat mengendalikan diri ketika dihadapkan pada musibah dan masalah dalam hidup, tetap tenang, tidak mudah mengeluh dan tidak berkeluh kesah.

2.Aspek-aspek Kesabaran

Aspek-aspek kesabaran menurut Al-Jauziyah (2006) yaitu:

a. Mampu menguasai diri untuk tidak mengatakan apa saja yang seharusnya

tidak dikatakan

b. Mampu menjaga diri dari berbagai kelebihan dunia dan sanggup

menyepelekannya

c. Mampu menahan diri dari dorongan nafsu kemarahan

d. Mampu menahan diri untuk tidak tergesa-gesa dalam melakukan segala

sesuatu

e. Mampu membendung segala dorongan hawa nafsu untuk lari dan kabur

f. Mampu menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain

g. Mampu menahan diri untuk tidak berlaku malas

h. Mampu menahan diri untuk tidak melemparkan hal-hal yang tidak disukai

kepada orang lain

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kesabaran menurut Al-Jauziyah dan Qardhawi dibangun atas landasan ketaatan manusia terhadap Allah, yaitu mampu menguasai ataupun menahan diri untuk tidak melakukan

(13)

hal-hal yang dilarang oleh Allah dan mampu menguasai ataupun menahan diri untuk tetap melaksanakan perintah Allah dalam situasi apapun, baik dalam keadaan sulit maupun senang. Sehingga dapat diketahui bahwa orang yang sabar akan tetap senantiasa beribadah kepada Allah dalam kondisi apapun. Landasan tersebut kemudian dijelaskan dalam beberapa bentuk perilaku, seperti yang telah dipaparkan pada aspek-aspek di atas, dimana aspek-aspek tersebut merupakan bentuk perilaku seseorang yang tetap taat kepada Allah dalam berbagai hal. Dengan demikian suatu hal yang dapat menghimpun semua aspek-aspek di atas adalah kesabaran.

3.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesabaran

Muhammad bin Shalih Al-Munajjid (2006) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sabar adalah :

a. Mengenal karakteristik dan fitrah kehidupan

b.Harus beriman bahwa dunia seluruhnya adalah hak milik Allah

c. Mengenal imbalan sabar dan pahala dari sikap sabar

d.Percaya akan mendapatkan kemudahan

e. Meminta pertolongan kepada Allah dan berlindung di bawah naungan-Nya serta

meminta bantuan-Nya.

f. Iman kepada qadha’ dan qadar

Berdasarkan uraian faktor-faktor yang mempengaruhi sabar adalah mengenal karakteristik dan fitrah kehidupan dunia yang didalamnya penuh dengan penderitaan dan susah payah., beriman bahwa dunia seluruhnya adalah hak milik Allah, mengenal imbalan sabar dan pahala dari sikap sabar, percaya akan mendapatkan kemudahan, meminta pertolongan kepada Allah dan berlindung di bawah naungan-Nya serta meminta bantuan-Nya, mengetahui watak kehidupan dunia, mengetahui manusia itu sendiri, yakin akan balasan baik di sisi allah, yakin akan adanya jalan keluar, meminta pertolongan kepada allah,

(14)

menjauhi penyakit yang merusak kesabaran yang teridiri dari Isti'jal (ketergesaan), Al Gadhdhab (marah), putus asa

C. Hubungan Kesabaran dengan Stres Kerja Karyawan

Hubungan kesabaran dengan stres kerja karyawan adalah semakin tinggi kesabaran yang dimiliki oleh karyawan pada perusahaan maka karyawan semakin tidak merasa stress. Karyawan pada perusahaan garmen selalu dituntut untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan tepat. Tepat dalam arti teliti, berhati-hati dalam bekerja sehingga tidak terjadi kecacatan atau kesalahan dalam menjahit. Hal ini sesuai dengan arti sabar yakni tidak tergesa-gesa, hati-hati dalam melakukan pekerjaan.

Karyawan pada perusahaan garmen setiap hari harus menyelesaikan beban pekerjaan yang banyak yang sering mengakibatkan karyawan kerja lembur. Hal ini sering membuat karyawan merasa stres karena merasa beban pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan terlalu banyak dan berat sehingga menimbulkan stress kerja pada karyawan. (Northcraft, 1990)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kesabaran dalam menghadapi masalah dan terhindar dari stres. Orang yang sabar adalah orang yang mau menerima segala cobaan dan selalu bersikap tenang. Sikap sabar merupakan kemampuan untuk mengontrol emosi dalam menghadapi kesulitan dan cobaan (Turfee,2006). Dengan memiliki emosi yang terkontrol orang akan terhindar dari stres.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kesabaran dengan stres kerja karyawan. Semakin tinggi kesabaran yang dimiliki karyawan maka semakin rendah stres kerja.

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Tergantung : Stres kerja

Variabel Bebas : Kesabaran

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Stres Kerja

Stres kerja adalah merupakan keadaan di mana seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau oleh kemampuannya. Aspek-aspek terdiri dari (1) fisik, (2) psikologi, (3) perilaku.

2. Kesabaran

Kesabaran adalah pengendalian diri ataupun menahan diri untuk

senantiasa taat kepada Allah. Kesabaran karyawan berarti pengendalian diri untuk taat kepada atasan, menjalankan perintah dari atasan dan rekan kerja. Karyawan dapat mengendalikan diri ketika dihadapkan pada musibah dan masalah dalam hidup, tetap tenang, tidak mudah mengeluh dan tidak berkeluh kesah.

Kesabaran diukur dengan skala sabar yang mengacu pada aspek-aspek kesabaran menurut Al-Jauziah (2006), yaitu (1) mampu menguasai diri untuk tidak mengatakan apa saja yang seharusnya tidak dikatakan, (2) mampu menjaga diri dari berbagai kelebihan dunia dan sanggup menyepelekannya, (3) mampu menahan diri dari dorongan nafsu kemarahan, (4) mampu menahan diri untuk tidak tergesa-gesa dalam melakukan segala sesuatu, (5) mampu membendung segala dorongan hawa nafsu untuk lari dan kabur, (6) mampu menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain, (7) mampu menahan diri untuk tidak berlaku malas dan (8) mampu menahan diri untuk tidak melemparkan hal-hal yang tidak disukai kepada orang lain.

(16)

C. Tehnik Pengambilan Subyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti (Azwar, 2007). Subyek dari penelitian ini adalah karyawan perusahaan garmen CV Dayabudaya Corporation di Ringroad Barat Yogyakart.

D.Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilakukan secara kuantitatif. Pengumpulan data dalam bentuk angket (kuisioner) dengan menggunakan metode skala.

1. Skala Stres Kerja

Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap seberapa besar tingkat stres pada karyawan. Skala ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori dari Robbins (2003). Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek yang berupa fisik, psikologis dan perilaku.Jumlah aitem dalam skala ini adalah sebanyak 54 aitem, yang terdiri dari aitem favourable dan aitem unfavourable.

2. Skala Kesabaran

Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap seberapa besar kesabaran karyawan perusahaan garmen. Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek kesabaran menurut Al-jauziah (2006), yaitu (1) mampu menguasai diri untuk tidak mengatakan apa saja yang seharusnya tidak dikatakan, (2) mampu menjaga diri dari berbagai kelebihan dunia dan sanggup menyepelekannya, (3) mampu menahan diri dari dorongan nafsu kemarahan, (4) mampu menahan diri untuk tidak tergesa-gesa dalam melakukan segala sesuatu, (5) mampu membendung segala dorongan hawa nafsu untuk lari dan kabur, (6) mampu menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain, (7) mampu menahan diri untuk tidak berlaku malas dan (8) mampu menahan diri untuk tidak melemparkan hal-hal yang tidak disukai

Jumlah aitem dalam skala ini adalah sebanyak 50 aitem, yang terdiri dari aitem favourable dan aitem unfavourable.

(17)

BAB 4

HASIL PENELITIAN 1. Hasil Uji Asumsi

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dengan menggunakan teknik one-sample Kolmogorof-Smirnov Test dari program SPSS 12.00 for Windows menunjukkan nilai K-SZ = 0,711 dengan nilai p = 0,693 (p>0,05) untuk tingkat stres kerja. Nilai K-SZ = 0,394 dengan nilai p = 0,998 (p>0,05) untuk tingkat kesabaran. Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa tingkat stres kerja dengan tingkat kesabaran memiliki sebaran

mengikut bentuk kurve normal.

b) Uji Linieritas

Hasil uji linieritas dengan menggunakan program SPSS ( Statistic Program For Social Science) 12.00 for Windows dengan teknik Compare Means menunjukkan F = 1.268 dengan p = 0.272. Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat dikatakan bahwa hubungan variabel stres kerja dengan variabel kesabaran tidak linier karena p>0,05.

2. Uji Hipotesis

Hasil analisis data menunjukkan tidak adanya korelasi yang negatif antara variabel kesabaran dengan stres kerja karyawan. Hasil analisis menunjukkan bahwa r = 0,142 dengan p = 0,163 (p > 0,05). Sehingga hipotesis yang diajukan ditolak. Hal ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kesabaran dengan stres kerja karyawan.

(18)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang telah diajukan yaitu ada hubungan negatif antara kesabaran dengan stres kerja karyawan perusahaan garmen ditolak. Jadi tidak ada hubungan antara kesabaran dengan stres kerja karyawan garmen ditunjukkan dengan koefisien korelasi r = 0,142 dengan p = 0,163 (p > 0,05). Faktor-faktor yang menyebabkan kesabaran tidak berhubungan dengan stres kerja adalah

1. Latar belakang pendidikan yang berbeda-beda dari setiap karyawan.

Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda dari setiap karyawan membuat hasil yang berbeda-beda pada tingkat kesabaran yang dimiliki. Hal ini mencakup cara menghadapi suatu masalah yang ada di perusahaan garmen dan cara untuk menjawab dari skala diajukan oleh peneliti. Tingkat pendidikan karyawan perusahaan garmen termasuk rendah, kebanyakan dari karyawan adalah lulusan SMP dan SMA. Hal ini menyebabkan karyawan tidak mengerti mengenai tujuan penelitian dan kurangnya kepahaman dalam mengisi skala penelitian.

2. Pengalaman kerja

Pengalaman kerja yang berbeda-beda dan dalam prosedur penerimaan kerja perusahaan tidak menuntut karyawan untuk mempunyai pengalaman kerja.

3. Kondisi lingkungan kerja

Kondisi lingkungan kerja yang kondusif membuat karyawan terhidar dari stres. Perusahaan garmen memberikan kebebasan karyawan untuk menjalankan sholat. Hal ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kesabaran serta mengurangi stres kerja.

4. Faktor kepribadian dari karyawan

5. Peran dari keluarga

6. Adanya tingkat kebutuhan dari karyawan untuk bekerja.

(19)

a. Kebutuhan akan status

Karyawan membutuhkan pekerjaan di tepat yang tepat dengan pekerjaan yang tepat. Untuk mencapai kebutuhan itu karyawan menekan stres kerja dengan kesabaran sehingga kebutuhan akan status dapat terpenuhi.

b. Kebutuhan afiliasi

c. Kebutuhan untuk berprestasi

Untuk mencapai kebutuhan tersebut maka karyawan akan melewati sasaran yang sulit, melakukan sesuatu dengan penuh konsentrasi, kesabaran sehingga karyawan dapat berhasil berprestasi dengan baik.

d. Kebutuhan keamanan

Dengan rasa aman yang diperoleh karyawan, karyawan mendapatkan kenyamanan dalam bekerja sehingga terhindar dari stres.

e. Kebutuhan aktualisasi diri

Dengan karyawan yang mempunyai aktualisasi diri, maka akan mengoptimalkan kemampuan yang ada dalam diri untuk bekerja dengan maksimal, bekerja dengan kesabaran sehingga terhindari dari stres.

7. Adanya sosial disabillity

Sosial disability sangat mempengaruhi hasil penelitian, hal ini terkait dengan kondisi psikologis dari karyawan.

Dalam mengatasi semua kesulitan yang ada hendaknya karyawan senantiasa selalu berdoa dan beribadah kepada Allah agar diberi kemudahan. Salah satu ciri orang yang sabar adalah tetap menerima pertolongan Allah dengan terus berdoa dan bersikap teguh dalam memegangi Al Qur’an dan sunnah, dia tetap beribadah kepada Allah SWT baik saat menemui kesulitan atau tidak.

Akhirnya peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih dari sempurna. Penelitian ini masih banyak kekurangan oleh karena itu peneliti berharap bahwa hal ini mampu menjadi bahan evaluasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

(20)

Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan, yaitu kurangnya referensi yang digunakan oleh peneliti baik mengenai stres kerja maupun kesabaran sehingga teori yang digunakan dalam penelitian ini kurang beragam, masih ada kelemahan dalam alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yakni pada skala kesabaran dimana aitem-aitem yang dibuat dalam skala ini hanya mengacu pada satu konsep kesabaran saja yakni konsep kesabaran dalam Islam. Namum begitu, secara keseluruhan penelitian ini berjalan dengan lancar.

(21)

BAB 5 KESIMPULAN

Hipotesis yang diajukan peneliti yaitu adanya hubungan negartif antara kesabaran dengan stres kerja karyawan ditolak. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak ada hubungan antara kesabaran dengan stres kerja adalah :

1. Latar belakang yang berbeda-beda dari setiap karyawan.

2. Pengaman kerja karyawan

3. Kondisi lingkungan kerja

4. Faktor kepribadian dari karyawan

5. Peran dari keluarga

6. Adanya kebutuhan karyawan untuk bekerja

7. Adanya social disability.

Berdasarkan penelitian, secara keseluruhan tingkat kesabaran karyawan perusahaan garmen berada pada taraf yang sedang.,secara keseluruhan tingkat stres kerja karyawan garmen berada pada level yang sedang.

 

SARAN

Mencermati hasil penelitian yang telah dilakukan, serta dengan mempertimbangkan berbagai kendala yang penulis hadapi di lapangan, ada beberapa saran yang dapat di sampaikan antara lain:

Saran untuk peneliti berikutnya :

1. Hendaknya peneliti selanjutnya yang akan melakukan dengan topik yang

sama mengontrol trait (karakter) subyek yang akan diteliti terlebih dahulu

2. Untuk menghindari terjadinya social disability maka peneliti selanjutnya

disarankan untuk mengambil tempat penelitian di tempat yang netral

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Afriady, D. 2008. Hubungan Antara Kesabaran Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Karyawan, Skripsi (tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Al-Jauziyah, A. Q. 2006. Kemuliaan Sabar dan Keagungan Syukur. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Al-Munajjid, S. M. 2006. Silsilah Amalan Hati. Bandung: Irsyad Baitus Salam

Anoraga, P dan Widianti N. 1990. Psikologi Dalam Perusahaan. Rineka Cipta: Jakarta

Arraiyyah, M. H. 2002. Sabar Kunci Surga. Jakarta: Khazanah Baru. As’ad, M. 1984. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty

Chaplin, J. P. 2000. Kamus Lengkap Psikologi. Rajawali Pres: Jakarta Ghazali, I. 1996. Taubat, Sabar dan Sukur. Jakarta: Tintamas.

Handoko, H. T. 1998. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. BPFE. Yogyakarta

Hardjana, A. M. 1994. Stres Tanpa Distres: Seni Mengolah Stres. Yogyakarta: Kanisius.

Irawati, A. 2008. Hubungan Kesabaran dan Stres Pada Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Skripsi, Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Kartono, K. & Gulo, D. 2003. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya. Khalid, A. M. 2007. Sabar dan Bahagia. Jakarta: Serambi.

Luthans,F. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi

Looker, T & Gregson, O. 2004. Managing Stres. (Terjemahan). Baca: Surabaya Mikam, K. I. 2006. Teknik Sabar Kunci Sukses Karier Gemilang. Jakarta: Dian

(23)

Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press.

Reksoadmodjo, T. 2006. Statistika Untuk Psikologi Dan Pendidikan. Bandung: Repika Aditama

Rini, F. J. 2002. Stres Kerja. http//.e-psikologi.com/ manajemen/2002/0301

Rivai, V. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan : Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi Jilid 2. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia

___________. 2006. Perilaku Organisasi. Indeks Gramedia: Jakarta Selye, H. 1956. The Stress of Life. New York : McGraw Hill.

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo.

Slamet, S. dan Markam, S. 2003. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: UI-Press. Sigit, S. 2003. Esensi Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Bagian Penerbitan

Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa

Suprihatno,J.,Harsiwi, Agung,TH & Hadi P. 2003. Perilaku Organisasi. Yogyakarta.: STIE YKPN

Turfee, T. A. 2006. Mukjizat Sabar (Terapi Meredam Gelisah Hati). Bandung: PT Mizan Pustaka.

Taylor, S. 1995. Health Psychology Third Edition. Singapura: McGrawhill Taylor, S. 2003. Health Psychology Fifth Edition. New York: McGrawhill.

Yuwono, Fajriati & Suhariadi,. 2005. Psikologi Industri dan Organisasi. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara budaya organisasi dengan stres kerja karyawan. Pelitian ini diharapkan dapat

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan yang negatif antara stres kerja dengan prestasi kerja pada sales di suatu perusahaan, artinya

karyawan yang bekerja di perusahaan yang sangat besar, khususnya para wanita yang bekerja dikabarkan sebagai pihak yang mengalami stres lebih tinggi dibandingkan

Hipotesis hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja pada

Berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa stres kerja memiliki pengaruh yang negatif terhadap kinerja karyawan, yang berarti bahwa semakin tinggi stres kerja

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga gaya kepemimpinan, stres kerja dan lingkungan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga gaya kepemimpinan, stres kerja dan lingkungan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

Karyawan Perhutani yang memiliki kecerdasan emosi tinggi diharapkan akan memiliki daya tahan yang baik dan manajemen stres, sehingga tidak menggangu kemampuan