1 PENGARUH MODERNISASI TERHADAP TATA CARA ADAT PERNIKAHAN SUKU SAKAI DI DESA PINGGIR KECAMATAN
PINGGIR KABUPATEN BENGKALIS Oleh :
Cipta Pratama Tarigan 1), Zahirman 2), Ahmad Eddison 2) 1
) Mahasiswa Program Studi PKn Universitas Riau 2
) Dosen Program Studi PKn Universitas Riau Email : virusinfactions@gmail.com
No. Hand Phone : 085664564083
Abstrak
This research of background with existence of influence modernize to custom procedures nuptials of tribe of sakai in Pinggir countryside district of sub-province Pinggir of bengkalis. this Formula research internal issue is " How influence modernize to Procedures Custom Nuptials of tribe of Sakai in Countryside Pinggir District Of Pinggir Sub-Province of Bengkalis?". This Research aim to know how influence modernize to Procedures Custom Nuptials of Tribe of Sakai in Pinggir countryside district of sub-province Pinggir of bengkalis. becoming population in this research is tribe society of sakai from 1255 KK there are 7,126 people. While technique intake of sampel use Random Sampeling taknik according to Suharsimi Arikunto that is if subjek the research too much hence sampel can be taken by 20% from populations amount that is 50 people. Data collected to pass/through observation, enquette, interview, and book technique. In analysing data use Descriptive analysis qualitative.
this Research result indicate that Influence Modernize To Procedures Custom Nuptials Of Tribe of Sakai In Countryside Pinggir District Of Pinggir Sub-Province of Bengkalis with percentage 48,61% if evaluated from opinion of Sutrisno Hadi where Influence Modernize To Procedures Custom Nuptials Of Tribe of Sakai In Countryside Pinggir District Of Pinggir Sub-Province of Bengkalis meaning enough have an effect on that is ranging from 33,33 - 66,66%. Hence hypothesis sounding " Influence Modernize To Procedures Custom Nuptials Of Tribe of Sakai In Countryside Pinggir District Of Pinggir Sub-Province of Bengkalis Enough Influential", accepted or proven. Thereby can be concluded that Enough Modernization Influential To Procedures Custom Nuptials Of Tribe of Sakai In Countryside Pinggir District Of Pinggir Sub-Province of Bengkalis.
Keyword : Influence, Modernization, Procedures Custom Nuptials of Tribe of Sakai.
2 PENDAHULUAN
Modernisasi diartikan sebagai proses transformasi, dalam rangka mencapai status modern, struktur dan nilai-nilai tradisional secara total harus diganti dengan seperangkat struktur dan nilai-nilai modern (Suwarsono dan Alvin Y. So, 1994: 23). Dalam tinjauan sosiologis-historis, dasar dan konsep modern banyak diilhami oleh kebudayaan-kebudayaan pada abad ke-4 SM yakni kebudayaan Yunani dan Romawi yang berupa pemikiran-pemikiran tentang alam semesta dan sikap berpikir obyektif. Terdapat beberapa masa yang mengiringi pemikiran modern dan modernisasi yaitu, Pada Abad Pertengahan Protestanisme, Humanisme, Reformasi, Renaissance, dan Aufklarung Kemudian. Sebagai suatu konsep teori, modernisasi memiliki suatu paradigma, pada sisi lain istilah modern dan meodernisasi dikaitkan pada masyarakat dengan unsur pola sikapnya yang disebut modern.
Suku sakai merupakan suku terasing yang mendiami provinsi Riau. Dari tempat tinggal, masyarakat Sakai dapat dibedakan menjadi sakai Luar dan sakai Dalam. Sakai dalam merupakan warga sakai yang masih hidup setengah menetap dalam rimba belantara, dengan mata pencarian berburu, menangkap ikan dan mengambil hasil hutan. Sakai luar adalah warga yang mendiami perkampungan berdampingan dengan pemukiman-pemukiman puak melayu dan suku lainnya. Dilingkungan masyarakat suku sakai masih ditemukan upacara yang berkaitan dengan daur hidup (Life cycle). Pelaksanaan upacara tersebut dilaksanakan secara turun temurun yang masih dipertahankan oleh masyarakat suku sakai. Adapun upacara tersebut antara lain: (1) Upacara kematian, (2). Upacara kelahiran, (3). Upacara pernikahan, (4). Upacara penobatan batin (orang yang dituakan atau pemimpin suku) baru. Selain upacara yang berkaitan dengan lingkungan hidup (ife cycle) ada juga upacara yang berkaitan dengan peristiwa alam diantaranya, (1). Upacara menanam padi, (2). Upacara menyiang, (3). Upacara sorang sirih, dan (4). Upacara tolak bala.
Dewasa ini masyarakat sakai sudah mengalami perubahan sebagian sudah memeluk agama Islam dan memperoleh pendidikan mulai Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Masyarakat suku sakai tidak hanya bekerja sebagai peramu tetapi sudah ada yang bekerja sebagai guru, pegawai negeri, pedagang, petani dan nelayan. Walaupun sudah mengalami perubahan dalam masyarakat sakai tetapi masih berkaitan dengan upacara daur hidup masih melekat dalam kehidupan mareka. Masyarakat berpandangan apabila tidak melaksanakan upacara tersebut akan mendapatkan musiah menurut kepercayaan mereka yaitu akan diganggu oleh makhluk-makhluk gaib yang dinamakan antu (hantu). Dari uraian di atas maka peneliti tertarik mempelajari sejarah asal usul orang suku sakai dan tentang bagaimana suku sakai dalam masa 3 kekuasaan pemerintah yang ada di Riau ini.
Dizaman Modernisasi ini telah banyak pergeseran nilai – nilai adat disebabkan masuknya dampak dari Modernisasi, baik positif maupun negatif , salah satunya adalah tata cara adat pernikahan suku sakai yang telah mengalami perubahan. Dalam 20 tahun Suku Sakai di Riau sudah banyak berubah. Tidak
3 hanya pada kehidupan sehari-hari seperti cara berpakaian, bahasa, hingga lagu-lagu, tetapi adat juga banyak bergeser (Mohamad : 2009). Budaya sakai hari-kehari semakin jarang dipamerkan dalam setiap acara, baik acara lokal dan nasional. Padahal diantara budaya itu terdapat keunikan yang harus ditonjolkan sebagai keragaman warna suku di Provinsi Riau (Ketua LAMSR, Muhammad Yatim : 2011)
Dampak positif yang terjadi karena Modernisasi yaitu masyarakat suku sakai dapat menerima kebudayaan dari luar dan dapat ilmu pengetahuan dari sekolah yang ada di desa tersebut, selanjutnya dampak negatifnya adalah suku tersebut tidak lagi menggunakan kebudayaan tata cara pernikahannya lagi karena adanya pengaruh dari kebudayaan yang modern,hal ini di dukung dengan adanya pernyataan dari ketua LAMSR. Muhammad Yatim, mengatakan, pelestarian budaya suku sakai merupakan wujud kecintaan warga Bengkalis atas kebudayaan lokal."Budaya sakai hari-kehari semakin jarang dipamerkan dalam setiap acara, baik acara lokal dan nasional. Padahal diantara budaya itu terdapat keunikan yang harus ditonjolkan sebagai keragaman warna suku di Provinsi Riau,"dan pernyataan bupati bengkalis yaitu Herliyan Saleh, menganggap suku sakai merupakan suku nenek moyang masyarakat Riau yang penuh dengan ragam keunikan."Banyak memang yang mengetahui sakai dan budayanya. Namun banyak juga yang tidak paham. Saya sangat kwatir budaya sakai justru terimbas kemajuan zaman. Apalagi generasi muda tidak mau menggali budaya mereka sendiri,"
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pengaruh Modernisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi adat istiadat, penulis mengangkat suatu perumusan masalah, yaitu: ”Bagaimanakah pengaruh modernisasi terhadap Tata Cara Adat Pernikahan suku Sakai di Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis?
Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka tujuan dari penelitian ini yaitu :Untuk mengetahui bagaimana pengaruh modernisasi terhadap Tata Cara Adat Pernikahan Suku Sakai
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Agustus 2012
4 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah jumlah seluruh warga Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. Yang berjumlah 21.257 orang dari 4.421 Kepala keluarga. Berdasarkan populasi diatas , maka dalam menentukan sample penulis berpedoman kepada teknik random sampeling menurut Suharsimi Arikunto yaitu : Jika subjeknya besar dapat diambil diantara 10 – 15 % atau 20 – 25 atau tergantung seitdak – tidaknya dari :
1. Kemampuan penelitian dilihat dari waktu, tenaga, dan dana
2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut hanya sedikitnya data.
3. Besar – kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti ( Suharsimi Arikunto, 2002 : 112 )
Berdasarkan pendapat diatas, maka sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 20% dari 250KK ( jumlah populasi ) yang ada yaitu sebanyak 50 orang yang diambil secara acak.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data menggunakan data primer dan data sekunder yang berhubungan dengan penelitian ini. Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan terperinci dalam menguji hipotesis maka digunakan beberapa teknik pengumpulan data yang meliputi: Observasi, Wawancara, Angket, Dokumentasi dan Studi Kepustakaan.
Teknik Analisa Data
Karena penelitian ini bersifat deskriptif, maka analisa datanya menggunakan teknik analisa data deskriptif kualitatif dengan persentase.
Caranya adalah :
Apabila datanya telah terkumpul maka diklasifikasikan kepada dua kelompok data, yaitu data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Terhadap data yang kualitatif digambarkan dengan kata – kata atau kalimat di pisah – pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Selanjutnya data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka – angka. Hasil penghitungan atau pengukuran dapat dip roses dengan cara dijumlahkan dengan persentase. (Suharsimi Arikunto, 1992; 69)
Adapun langkah – langkah untuk mengolah data tersebut : 1. Mengumpulkan semua data yang diinginkan.
2. Mengklasifikasikan alternatif jawaban. Alternatif jawaban masing – masing diberikan skor untuk Baik diberi skor 3, untuk Cukup diberi 2, untuk Kurang diberi 1.
3. Menentukan besar persentase alternatif jawaban responden dengan menggunakan rumus. Adapun rumus yang digunakan adalah :
5 (Anas Sudijono;43)
Keterangan : P = Besar persentase alternatif jawaban f = Frekuensi alternatif jawaban
n = Jumlah frekuensi
Hasil analisis dikelompokkan menurut persentase jawaban responden tolak ukur dalam pengambilan kesimpulan, adapun tolak ukur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Persentase antara 66,67% - 100% dikatakan “Berpengaruh”
2. Persentase antara 33,34% - 66,66% dikatakan “ Cukup Berpengaruh “ 3. Persentase antara 0% - 33,33% dikatakan “Tidak Berpengaruh”
(Sutrisno Hadi, 1990 : 229) HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Daerah Penelitian
Desa pinggir memiliki luas pemukiman 3400 ha / m2 , luas perkebunan 14305 ha / m2 dan luas perkarangan 8573 ha / m2. Desa pinggir juga memiliki jumlah bulan hujan yaitu 4 bulan dan suhu rata – rata harian 32 0C. suhu tersebut di sebabkan karena adanya minyak bumi yang berada dibawah dari daratan yang ada di desa pinggir.
Ketinggian 2130 meter dari permukaan air laut serta beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angina laut, sehingga curah hujan cukup tinggi. Keadaan tanah di desa pinggir seluruhnya terdiri dari dataran rendah yang landai, subur dan sangat cocok untuk jenis tanaman kelapa sawit dan karet, tanah jenis ini terletak lebih kurang 2000 meter dari tepi sungai.
Jika dilihat data tentang perkembangan penduduk desa pinggir dari tahun ketahun, menunjukan suatu demografis yang meningkat. Dapat dibandingkan hasil sensus penduduk diakhir tahun 2012 penduduk desa pinggir adalah 21.257 jiwa dari 4.421 Kepala keluarga.
Mata Pencaharian
Mata Pencaharian Masyarakat Desa Pinggir, Kecamatan Pinggir, antara lain :
1. Pertanian
Ladang sawit dan karet merupakan jenis pertanian sebagai mata pencaharian di Desa Pinggir, Sawit dan Karet merupakan salah satu penghasilan yang potensial, karena sawit dan karet merupakan mampu ditanam di daerah itu sendiri, sehingga didaerah ini banyak ditanami sawit dan karet di hampir setiap lahan.
6 Kondisi daerah yang menghasilkan banyak sawit dan karet, memberi peluang kepada masyarakat untuk menjadi buruh.
3. Pedagang
Pedagang didaerah ini dilakukan sebahagian penduduk, terutama suku minang,dan jawa yang mendominasi jumlah pedagang yang ada ditoko dan pasar.
4. Pegawai Negeri
Pegawai Negeri didaerah ini adalah sebahagian kecil terdiri dari suku minang , jawa, batak dan sakai yang ditugaskan oleh Negara, diantaranya Pegawai,Guru,Polisi, dll.
Agama dan Adat Istiadat
Adat Istiadat di Desa Pinggir Kecamatan Pinggir cukup heterogen hal ini terjadi karena di pengaruhi oleh kondisi masyarakatnya yang juga cukup heterogen, namun tidak pernah terjadi perang suku didaerah ini, jikapun ada hanya pertengkaran individu – individu pada masyarakat daerah ini.
Kondisi Pendidikan
Seperti pada masyarakat majemuk didaerah – daerah Riau, dimana orang – orang telah menyadari pentingnya kehadiran pendidikan dalam masyarakat terutama pendidikan formal, begitu juga pada masyarakat Desa Pinggir yang secara umum telah memiliki pemikiran yang maju
Identitas Responden 1. Usia Responden
Dari hasil penelitian ini diketahui umur responden berkisar antara 17 – 25 tahun.
2. Pendidikan Terakhir Responden
dari hasil penelitian ini di ketahui pendidikan terakhir responden yaitu Sekolah Menengah = 30 orang , Sekolah Kejuruan = 14 orang , Perguruan Tinggi = 6 orang.
3. Pekerjaan responden
dari hasil penelitian ini di ketahui pekerjaan responden yaitu Petani = 10 orang, Pelajar = 35 orang, Wiraswasta = 5 orang.
7 Untuk mengetahui lebih jelas tingkat pengaruh modernisasi terhadap tata cara adat pernikahan suku sakai, maka dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel – Tabel Yang Menyatakan Pengaruh Modernisasi Terhadap Tata Cara Adat Pernikahan Suku Sakai
No Tabel
Jawaban Responden Jumlah
Ya ( Berpengaruh) Kadang – kadang ( Cukup Berpengaruh ) Tidak ( Tidak Berpengaruh ) F P ( % ) F P ( % ) F P ( % ) N % 8 43 86,00 - - 7 14,00 50 100 9 5 10,00 11 22,00 34 68,00 50 100 10 46 92,00 4 8,00 - - 50 100 11 15 30,00 3 6,00 32 64,00 50 100 12 35 70,00 13 26,00 2 4,00 50 100 13 29 58,00 16 32,00 5 10,00 50 100 14 - - 11 22,00 39 78,00 50 100 15 45 90,00 5 10,00 - - 50 100 16 17 34,00 9 18,00 24 48,00 50 100 17 3 6,00 2 4,00 45 90,00 50 100 18 11 22,00 7 14,00 32 64,00 50 100 19 - - - - 50 100 50 100 20 47 94,00 3 6,00 - - 50 100 21 7 14,00 18 36,00 25 50,00 50 100 22 38 76,00 9 18,00 3 6,00 50 100 23 15 30,00 6 12,00 29 58,00 50 100 24 35 70,00 3 6,00 12 24,00 50 100 25 35 70,00 3 6,00 12 24,00 50 100 26 9 18,00 39 78,00 2 4,00 50 100 27 43 86,00 7 14,00 - - 50 100 28 48 96,00 2 4,00 - - 50 100 29 30 60,00 2 4,00 18 36,00 50 100 Jumlah 556 1020,00 170 346,00 371 742,00 1050 Rata – rata 25 8 17 50 Persentase 48,61% 16,06% 35,33% 100%
Sumber: Data Olahan Tahun 2012.
Dari Tabel diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa dari 50 reponden yang menyatakan Berpengaruh adalah 48,61% , yang menyatakan Cukup Berpengaruh adalah 16,06%, dan yang menyatakan Tidak Berpengaruh adalah 35,33%.
Dari Ke – 22 Tabel yang mendukung hipotesis diatas, maka untuk mengetahui berapa persen besar Pengaruh Modernisasi Terhadap Tata Cara Adat Pernikahan Suku Sakai di Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis,
8
Persentase Pengaruh Modernisasi Terhadap Tata Cara Adat Pernikahan Suku Sakai
Peranan Kaum Terdidik
Berpengaruh Cukup Berpengaruh Tidak Berpengaruh Jumlah Tabel yang mendukung Hipotesis Jumlah Tabel Yang Menyatakan Berpengaruh % Jumlah Tabel yang mendukug Hipotesis Jumlah Tabel Yang Menyatakan Cukup Berpengaruh % Jumlah Tabel yang mendukug Hipotesis Jumlah Tabel Yang Menyatakan Tidak Berpengaruh % 22 12 48,61 22 1 16,06 22 9 35,33
Sumber: Data Olahan Tahun 2012.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari 22 tabel yang mendukung hipotesis, hanya 12 tabel yang meyatakan Berpengaruh Terhadap Tata Cara Adat Pernikahan Suku Sakai sebesar 48,61 %.
2. Dari 22 tabel yang Mendukung Hipotesis, hanya 1 tabel yang menyatakan Cukup Berpengaruh Terhadap Tata Cara Adat Pernikahan Suku Sakai sebesar 16,06%.
3. Dari 22 tabel yang mendukung Hipotesis, ada 9 tabel yang menyatakan Tidak Berpengruh Terhadap Tata Cara Adat Pernikahan Suku Sakai Sebesar 35,33%.
Dari hasil pengujian hipotesis diatas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah diterima atau terbukti, Pengaruh Modernisasi Terhadap Tata Cara Adat Pernikahan Suku Sakai hanya berkisar 48,61%, sedangkan menurut Sutrisno Hadi Sikap Itu berkisar antara 33,34%-66,66%, selain itu hasil penelitian juga menunjukan Tidak Berpengaruh Sebanyak 35,33%, jadi dari penelitian ini dapat disimpulkan Pengaruh Modernisasi Terhadap Tata Cara Adat Pernikahan Suku Sakai Cukup Berpengaruh.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis menyimpulkan hal – hal sebagai berikut :
Bahwa modernisasi sudah cukup berpengaruh terhadap Masyarakat suku sakai di desa pinggir terutama di dalam tata cara adat pernikahan suku sakai hal ini berdasarkan jawaban responden yaitu sebesar 48,61%.
Berdasarkan tolak ukur dari BAB II menurut pendapat Sutrisno Hadi “ Menyatakan Jika Persentase 66,67% - 100% = Berpengaruh,Jika Persentase 33,34% - 66,66% = Cukup Berpengaruh, dan Jika Persentase 0% - 33,33% = Tidak Berpengaruh. Penulis mendapatkan pengaruh modernisasi terhadap tata
9 cara adat pernikahan suku sakai di desa pinggir kecamatan pinggir kabupaten bengkalis adalah 48,61% yang menyatakan Cukup Berpengaruh.
Sehingga Hipotesis Yang menyatakan Pengariuh Modernisasi Terhadap Tata Cara Penikahan Suku Sakai di Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis di terima Secara Empirik hal ini terbukti dari hasil penelitian dengan persentase 48,61% hasil sesuai dengan tolak ukur sebesar 33,34% - 66,66% = Cukup Berpengaruh, bahwa kategori ini tidak cukup menolak hipotesis yang manyatakan bahwa Pengaruh Modernisasi Terhadap Tata Cara Adat Pernikahan Suku Sakai Di Desa Pinggir Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis.
Saran – Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan hal- hal sebagai berikut :
1. Tokoh Adat Masyarakat Suku Sakai Hendaknya Lebih Memperhatikan Kondisi tata cara adat pernikahan suku sakai
2. Para Generasi Muda Suku Sakai Seharusnya Menyadari untuk menjaga dan melestarikan budaya Suku Sakai
3. Menghimbau pada Masyarakat Suku Sakai Untuk Kelestarian Budaya Suku Sakai Yang dimulai dari Lingkungan Keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Depsos, 1988, Petunjuk Teknis Masyarakat Terasing dan Terbelakang, Direktorat Bina Masyarakat Terasing, Jakarta.
Eddison, Ahmad, 2007,”Metodologi Penelitian”,Cendikia Insani, Pekanbaru Hambali,2007,”Pemikiran, Perspektif dan paradigma Modern dan
Modernisasi, Jurnal PPKn ,Pekanbaru http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sakai
http://melayuonline.com/ind/opinion/read/373/kepemimpinan-tarekat-naqsabandiyah-bagi-suku-sakai
Koentjaraningrat, 1984, Masyarakat Desa di Indonesia, FE UI, Jakarta. Louis Gohschalk, 1975, Mengerti Sejarah, Jakarta: Yayasan Penerbit UI. Suparlan, Parsudi. 1993. “ Masyarakat Sakai di Riau”. Dalam Masyarakat
Terasing di Riau. Koenjaningrat dkk. (Ed.) Jakarta : Gramedia.
Suparlan, Parsudi. 1993.” Orang Sakai di Riau: Masyarakat Terasing dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Yayasn Obor.
Suroyo, 2005, Upacara Perkawinan Dalam Masyarakat Suku Terasing di Propinsi Riau (Studi Pada Suku Sakai di Mandau Kab. Bengkalis Propinsi Riau, (Tesis) UNP, Padang.
UU Hamidi, 1991, Masyarakat Terasing Daerah Riau Abad XXI, Zamrud, UIR, Pekanbaru.