• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III FENOMENA PEMBUATAN SERTIFIKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III FENOMENA PEMBUATAN SERTIFIKAT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

36 BAB III

FENOMENA PEMBUATAN SERTIFIKAT

1. SEJARAH, VISI, MISI DAN TUJUAN IAIN IMAM BONJOL PADANG 1.1. Sejarah Ringkas

Keberadaan IAIN (Institut Agama Islam Negeri) di Padang, Sumatra Barat, diawali dengan perubahan status Fakultas Agama Islam Jurusan Tarbiyah (milik Yayasan Imam Bonjol) menjadi Fakultas Tarbiyah Padang, cabang dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas Tarbiyah ini diresmikan berdiri pada 1 Oktober 1963 berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 29 Tahun 1963 tertanggal 21 September 1963. Tiga tahun kemudian, pada saat berdirinya IAIN Imam Bonjol Padang, fakultas tarbiyah tersebut dilepaskan dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan menjadi bagian dari IAIN Imam Bonjol Padang.

IAIN Imam Bonjol Padang diresmikan berdiri pada 29 November 1966 berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 77/1966 tertanggal 21 November 1966 dengan Surat Keputusan Menteri Agama itu IAIN Imam Bonjol Padang baru memiliki empat fakultas yaitu Tarbiyah di Padang, Fakultas Ushuluddin di Padang Panjang, Fakultas Syariah di Bukittingi dan Fakultas Adab di Payakumbuh. Dalam beberapa tahun kemudian IAIN Imam Bonjol Padang semakin bertambah jumlah fakultasnya yaitu bertambah dengan fakultas tarbiyah (pada 1968) dan fakultas Ushuluddin (pada 1970) di Padang Sidempuan (Sumatra Utara) sebagai cabang dari IAIN Imam Bonjol, Fakultas Dakwah di Solok (pada 1968) dan fakultas tarbiyah di Batusangkar (1971). Pada tahun 1973 kedua Fakultas cabang Padang Sidempuan bergabung dengan IAIN Sumatra Utara.

Sejak tahun 1976 lima Fakultas (Adab, Dakwah, Syari’ah, Tarbiyah, dan Ushuluddin) sudah dipusatkan di Padang, sebagai

(2)

Ibukota Provinsi Sumatra Barat, tapi keberadaan Fakultas Syari’ah di Bukittinggi dan Fakultas Tarbiyah di Batusangkar masih dipertahankan sebagai dua Fakultas cabang. Sejak tahun 1997 setelah pemerintah melepaskan semua fakultas-fakultas cabang dari IAIN dan meresmikan berdirinya 33 STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) di Indonesia maka fakultas cabang di Batusangkar dan Bukittinggi berobah status menjadi STAIN Syekh Jamil Jambek Bukittinggi. Sejak itu IAIN Imam Bonjol Padang sebagai salah satu dari 14 IAIN di Indonesia yang memiliki lima Fakultas di Padang, dan sedang berupaya menjadi lembaga pendidikan yang unggul dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, terutama dalam bidang-bidang ilmu keislaman. Pada tahun 2017 sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2017 UIN Imam Bonjol Padang resmi menjadi UIN Imam Bonjol Padang.

Selama perjalanan perkembangannya, IAIN Imam Bonjol Padang sudah mengalami 15 periodesasi kepemimpinan sebagai berikut:

No. Nama Tahun Periode

1. Prof. Mahmud Yunus (Rektor) 1966-1971 1

2. H. Mansur Datuk Nagari Basa

(Ketua Presedium Rektor) Feb-Juli 1971 2

3. H. Baharuddin Syarif (Rektor) Agus-Nov 1971 3

4. H. Hasnawi Karim

(Caretaker Rektor) 1971-1972 4

5. Drs. Soufyan Ras Burhany

(Ketua Presedium Rektor) 1973-1975 5

6. Drs. H. Fauzan, MA

(Ketua Presedium Rektor) 1975-1976 6

7. Drs. M. Sanusi Latief (Rektor) 1976-1982 7

8. H. Hasnawi Karim

(Caretaker Rektor)

1982-1983 8

9. Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin

(Rektor)

1983-1992 9

(3)

11. Prof. Dr. H. Abdul Aziz Dahlan

(Rektor) 1997-2001 11

12. Prof. Dr. H. Maidir Harun (Rektor) 2001-2006 12

13. Prof. Dr. H. M. Atho Mudzhar

Harun (Pgs) 2006-Feb 2007 13

14. Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, MA

(Rektor) 2007-2011 14

15. Prof. Dr. H. Makmur Syarif, SH.,

M.Ag (Rektor) 2011-2015 15

16. Dr. H. Eka Putra Wirman, Lc., M.A. 2015-sekarang 1.2. Visi, Misi dan Tujuan

1.2.1. Visi IAIN Imam Bonjol Padang adalah Menjadi pusat

pengembangan ilmu-ilmu keislaman multidisipliner yang unggul dan kompetitif. (Pedoman Akademik 2012, 3-5)

1.2.2. Misi IAIN Imam Bonjol Padang adalah:

1.2.2.1. Menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman yang

memiliki keunggulan dan dayasaing internasional.

1.2.2.2. Mengembangkan riset ilmu-ilmu keislaman yang relevan

dengan kebutuhan masyarakat.

1.2.2.3. Mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat muslim.

1.2.3. Tujuan IAIN Imam Bonjol Padang adalah:

1.2.3.1. Menyiapkan mahasiswa agar menjadi anggota masyarakat

yang memiliki akhlaq karimah dan kemampuan akademik

secara profesional yang dapat menerapkan,

mengembangkan dan atau menciptakan ilmu keislaman, teknologi dan seni yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.

1.2.3.2. Untuk menyebarluaskan ilmu-ilmu keislaman dan seni

yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman, serta

mengupayakan penggunaannya dan memperkaya

(4)

2. PENGERTIAN, TUJUAN, SIFAT, KEGUNAAN, JENIS-JENISSERTIFIKAT/ KREDIT EKSTRA KURIKULER (SKEK)

Untuk mengetahui pengertian, tujuan, sifat, kegunaan, jenis-jenis sertifikat/ kredit ekstra kurikuler (SKEK) akan diuraikan secara terperinci sebagai berikut:

2.1. Pengertian Sertifikat atau Satuan Kredit Ekstra Kurikuler (SKEK) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sertifikat adalah surat tanda atau surat keterangan (pernyataan tertulis) atau tercetak dari orang yang berwenang dan dapat digunakan sebagai bukti suatu kejadian. (PPPB 1989, 829). Sedangkan Satuan Kredit Ekstra Kurikuler (SKEK) adalah satuan kredit dalam jangka waktu tertentu yang diprogramkan untuk memenuhi persyaratan dalam

menyelesaikan studi di IAIN Imam Bonjol Padang, ada pun pengertian

Ekstra kurikuler adalah kegiatan mahasiswa yang dapat menunjang kegiatan kurikuler dan merupakan salah satu jalur pembinaan kegiatan kemahasiswaan di IAIN Imam Bonjol Padang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa surat pernyataan tertulis atau bukti suatu kejadian berupa sertifikat atau SKEK (Satuan Kredit Ekstra Kurikuler) merupakan semacam poin yang diberikan kepada mahasiswa yang aktif baik dalam organisasi kemahasiswaan, unit kegiatan mahasiswa, maupun mengikuti berbagai kegiatan akademik maupun nonakademik seperti lomba atau bahkan menjadi pembicara dalam sebuah seminar.

2.2. Tujuan Sertifikat atau Satuan Kredit Ekstra Kurikuler (SKEK) adalah: (Buku Pedoman Kemahasiswaan 2014, 58-59)

2.2.1. Menciptakan mahasiswa aktif, kreatif, dinamis, dan memiliki

kepedulian terhadap lingkungan akademik untuk meningkatkan output yang berkualitas.

2.2.2. Membina dan mengembangkan potensi, bakat minat mahasiswa

(5)

2.2.3. Menghargai aktifitas mahasiswa dalam kegiatan ekstra kurikuler 2.3. Sifat dan Kegunaan Sertifikat atau Satuan Kredit Ekstra

Kurikuler (SKEK) adalah: (Buku Pedoman Kemahasiswaan 2014, 59)

2.3.1. Kegiatan Ekstra Kurikuler bersifat individual yaitu masing-masing

mahasiswa menciptakan atau berinisiatif untuk mengadakan, mengikuti suatu kegiatan ekstra kurikuler yang telah ditentukan aspeknya.

2.3.2. Ekstra kurikuler adalah persyaratan ujian komprehensif.

2.3.3. Ekstra kurikuler dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk

pengusulan beasiswa, menjadi pengurus organisasi intra kampus, pemberian kesejahteraan dan fasilitas lainnya serta penentuan sarjana teladan/ berprestasi/aktivis kampus.

2.4. Jenis-Jenis Sertifikat atau Satuan Kredit Ekstra Kurikuler (SKEK)

2.4.1. Aspek Keagamaan dan Moral Pancasila. Aspek keagamaan ini

berkaitan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diikuti oleh mahasiswa salah satunya seperti kegiatan forum An-nisa’.

2.4.2. Aspek Penalaran dan Idealisme. Aspek ini berkaitan dengan

penalaran atau pemahaman akan suatu topik, hal ini banyak di peroleh dari diskusi atau dialog publik yang diadakan lewat seminar.

2.4.3. Aspek Kepemimpinan dan Loyalitas terhadap almamater, Negara,

Bangsa dan Agama. Aspek ini berkaitan dengan cara atau jiwa kepemimpinan dari mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan dalam mengelola suatu kegiatan atau acara.

2.4.4. Aspek pemenuhan minat dan bakat mahasiswa. Aspek ini berkaitan

dengan bakat atau keahlian yang dimiliki, contohnya seperti halnya mengikuti turnamen futsal.

(6)

2.4.5. Aspek pengabdian kepada masyarakat. Aspek ini berkaitan dengan hubungan mahasiswa dengan masyarakat. Hal ini banyak diperoleh dari kegiatan-kegiatan kebaktian sosial.

Kelima jenis sertifikat ini merupakan aspek yang harus dilengkapi oleh mahasiswa untuk memperoleh nilai yang diinginkan.

3. GAMBARAN TENTANG PRAKTIK PEMBUATAN SERTIFIKAT UNTUK KEBUTUHAN SKEK UNTUK MAHASISWA

Praktik pembuatan sertifikat untuk kebutuhan SKEK merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bisnis pembuatan sertifikat yang diteliti diketahui ada yang dilakukan oleh satu orang dan ada juga yang dilakukan oleh beberapa orang atau kelompok. Di mana usaha yang dilakukan oleh satu orang lebih banyak dilakukan daripada dilakukan oleh kelompok, yang tentunya tanggung jawab dan keuntungannya menjadi milik sendiri. Tetapi dalam mempromosikan kepada mahasiswa dibantu oleh teman-teman si pemberi jasa.

Orang yang melakukan usaha praktik pembuatan sertifikat untuk kebutuhan SKEK mahasiswa ini sebenarnya adalah orang yang sedang dalam proses perkuliahan serta mereka yang telah menamatkan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi Agama di Kota Padang. Ini diartikan bahwa pembuat sertifikat untuk kebutuhan SKEK ini adalah seorang intelek muda yang segala tindakannya tentu dilaksanakan dengan pengetahuan dan pemahaman. Selain itu mereka juga mengetahui hukum-hukum dalam Islam sebab mereka melakukan studinya di perguruan tinggi yang berbasis Agama Islam.

Munculnya praktik pembuatan sertifikat untuk kebutuhan SKEK ini pada dasarnya dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi. Dengan membuat sebuah sertifikat akan mendapatkan keuntungan yang besar dengan imbalan Rp.5000,00 dari 1 lembar sertifikat. Harga ini

(7)

dipengaruhi kualitas kertas yang digunakan misalnya kertas khusus sertifikat atau menggunakan kertas jilid serta bentuk dari sertifikat yang dibuat. Jika sertifikat yang dibutuhkan sebanyak 20 lembar, keuntungan yang diperolehnya sebesar Rp.100.000. Jika jumlah mahasiswa yang memesan sekitar 5 atau 10 orang, si pemberi jasa akan mendapatkan keuntungan yang banyak pula. (SF, Pembuat sertifikat 2016).

Biaya yang diminta oleh pembuat sertifikat juga bisa dipengaruhi oleh kedekatan mahasiswa dengan pembuat. Jika konsumen (mahasiswa) mempunyai hubungan akrab dengan pembuat sertifikat biaya pembuatan sertifikat bisa lebih murah. Misalnya dalam 100 poin SKEK biasanya Rp 50.000 s/d Rp 100.000 bagi mahasiswa yang akrab dengan pembuat sertifikat hanya mengeluarkan biaya Rp 50.000 s/d Rp 70.000. Berbeda halnya dengan mahasiswa yang tidak akrab dengan pembuat sertifikat biaya yang dikeluarkan Rp 100.000 untuk 100 poin SKEK. (MN, Mahasiswa 2017). Bagi yang masih kuliah pekerjaan ini menjadi kegiatan sampingan dalam mendapatkan penghasilan yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. (ZL, Pembuat Sertifikat 2016)

Para pembuatan sertifikat untuk kebutuhan SKEK ini pada dasarnya mempunyai latar belakang yang berbeda dan daerah asal yang

berbeda pula. Hal ini disebabkan keinginan merantau membuat mereka

mempunyai semangat yang tinggi dalam melanjutkan studinya. Oleh sebab itu mereka rela bekerja agar proses perkuliahan lancar. Pada awalnya usaha jasa pembuatan sertifikat untuk kebutuhan SKEK ini

hanya menawarkan jasa print out akan tetapi usaha pembuatan sertifikat

untuk kebutuhan SKEK ini berkembang dengan membuatkan sertifikat palsu untuk memenuhi kebutuhan SKEK mahasiswa yang lengkap dengan kop surat, tanda tangan dan stempel palsu. Di mana dalam pembuatan sertifikat ini mahasiswa hanya memberikan uang sebesar Rp 50.000 s/d Rp.100.000. untuk 100 poin sertifikat sebagai persyaratan

(8)

komprehensif, seperti yang dinyatakan oleh DA yang memanfaatkan jasa ini menyatakan: “Saya terpaksa memanfaatkan jasa pembuatan sertifikat ini karena sertifikat yang saya miliki tidak mencukupi persyaratan atau persentase yang dibutuhkan sebagai persyaratan ujian komprehensif”. (Mahasiswa 2016)

Senada dengan yang dinyatakan oleh SM lainnya:

“Saya membuat sertifikat ini disebabkan karena sertifikat yang saya miliki tidak lengkap serta jadwal untuk melengkapi persyaratan komprehensif sudah mendesak. Hal ini membuat saya memanfaatkan jasa ini”. (Mahasiswa 2016). Selanjutnya saudara MS manyatakan bahwa: “Saya memanfaatkan jasa pembuatan sertifikat ini disebabkan sertifikat yang saya miliki tidak mencukupi, dan dahulunya saya tidak terlalu mempedulikan hal ini, oleh sebab itu saya jarang mengikuti kegiatan-kegiatan di luar kampus”. (Mahasiswa 2016)

Kemudian saudara RN menyatakan bahwa: “Saya membuatkan sertifikat ini karena saya memiliki beberapa buah stempel yang bisa saya manfaatkan untuk melengkapi sertifikat yang saya buatkan untuk teman-teman yang akan mengikuti kompre, dan upah yang saya ambil dari pembuatan sertifikat ini 1 lembarnya Rp. 5000,00”. (Pembuat Sertifikat 2016)

Dari beberapa ungkapan di atas dapat disimpulkan mahasiswa membuat sertifikat untuk kebutuhan SKEK ini terpaksa melakukannya, hal itu disebabkan karena kelalaian dari mahasiswa yang tidak mempedulikan kegunaan dari sertifikat yang didapat dari berbagai kegiatan akademik maupun nonakademik seperti lomba atau bahkan menjadi pembicara dalam sebuah seminar. Namun ada juga yang hanya

menyediakan jasa print out dan mahasiswa itu sendiri menyediakan data

yang diperlukan. Seperti yang diungkapkan oleh saudara SI yang menyatakan bahwa:

“Dahulunya saya tidak terlalu mempedulikan sertifikat-sertifikat itu karena saya terlalu sibuk dengan kuliah saja, tanpa mempedulikan

(9)

kegiatan-kegiatan di luar kampus, bahkan sertifikat yang saya miliki hanya beberapa saja, karena hal tersebut saya terpaksa membuat sertifikat sendiri dan nantinya saya meminta stempel kepada teman-teman yang memiliki stempel seperti garin mesjid atau mushala”. (Mahasiswa 2016)

Hal ini juga diungkapan oleh salah seorang pemilik usaha fotokopi yang menyatakan bahwa:

“Saya bekerja sebagai jasa pembuat sertifikat untuk mahasiswa karena banyak dari mahasiswa yang membutuhkan sertifikat tersebut sebagai persyaratan komprenya, dan keuntungan yang saya dapatkan tergantung dari banyaknya pemakaian kertas dan tinta yaitu 1 lembarnya saya hargai Rp. 2000,00 s/d Rp. 3000,00”. (Kharisma Pemilik,

Fotokopi2016)

Kemudian saudara RZ, juga menyatakan bahwa: “Memang banyak mahasiswa yang memanfaatkan jasa print sertifikat di tempat usaha fotokopi saya, dan saya hanya menerima upah tanpa mengetahui bahwa

hal ini merupakan bentuk penipuan”. (RZ, Pemilik Fotokopi2016)

Dapat dilihat bahwa masih minimnya kesadaran mahasiswa terhadap sebuah penghargaan atas partisipasi akan suatu kegiatan akademik maupun nonakademik seperti lomba atau bahkan menjadi pembicara dalam sebuah seminar yang dibuktikan dengan sertifikat tersebut. Padahal tujuan dari sertifikat ini sebagai salah satu persyaratan komprehensif adalah terciptanya mahasiswa aktif, kreatif, dinamis dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan akademi untuk meningkatkan

output yang berkualitas. Dengan adanya praktik jasa pembuatan

sertifikat untuk kebutuhan SKEK ini berarti mematikan kreatifitas mahasiswa dan tidak lagi tercapai tujuan dari diadakannya sertifikat ini sebagai salah satu persyaratan untuk ujian komprehensif.

4. TRANSAKSI JASA DALAM PEMBUATAN SERTIFIKAT

Transaksi dalam sebuah usaha bisnis merupakan sesuatu kegiatan yang sudah biasa dilakukan dalam kegiatan ekonomi. Dalam melakukan kegiatan ekonomi yaitu dalam pelaksanaan akad atau

(10)

melakukan kegiatan bisnis harus sesuai dengan etika. Etika bisnis dalam Islam yaitu menghindari jika ada keraguan tentang kesesuaian dengan prinsip Islam kemudian tidak menjual barang-barang yang dilarang dalam Islam. Dalam sebuah transaksi manusia diberi kebebasan dalam bermu’amalah. Artinya, orang yang bertransaksi bebas menentukan subtansi kesepakatan mereka menurut kehendak mereka dan setiap apa yang mereka sepakati harus dilaksanakan dengan baik.

Transaksi dalam praktik pembuatan sertifikat untuk kebutuhan SKEK antara mahasiswa dan si pembuat serifikat dilakukan secara langsung. Seperti yang diungkapkan oleh SD: “Untuk bisa mendapatkan SKEK itu, saya bertemu langsung dengan pembuat SKEK agar nantinya tidak terjadi kesalahan dalam perjanjian seperti nama, nim saya”. (SD, Mahasiswa 2017)

Hal senada juga diungkapkan oleh ZF:

“Saya memesan SKEK itu secara langsung karena saya takut nantinya apa yang saya butuhkan tidak sesuai dengan yang saya inginkan, kemudian setelah perjanjian disepakati saya memberikan uang panjar agar proses pembuatan SKEK yang dilakukan lancar dan dapat terselesaikan dengan cepat”. (Mahasiswa 2016)

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam praktik pembuatan sertifikat

untuk kebutuhan SKEK dilakukan secara langsung. Pertama, konsumen

dan pembuat jasa bertemu di suatu tempat. Pada dasarnya, dalam melakukan suatu kegiatan ekonomi tidak ada larangan bagi pelaku ekonomi untuk melaksanakan transaksi tersebut. Hal ini tergantung kepada kedua belah pihak berdasarkan kesepakatan bersama.

Kedua, setelah kedua belah pihak (mahasiswa dan si pembuat) bertemu mahasiswa mengawali transaksi ini dengan mengutarakan keinginan untuk dibuatkan sertifikat setelah itu disepakati oleh si

pembuat sertifikat. Ketiga, setelah biaya dari pembuatan sertifikat serta

(11)

(mahasiswa) memberikan uang panjar agar pembuatan sertifikat itu berjalan dengan lancar. Dalam kurun waktu 2 sampai 5 hari sertifikat siap diberikan kepada pihak konsumen. (AL, Mahasiswa 2016)

Dalam hal promosi pihak pembuat jasa menawarkan produknya berupa sertifikat lengkap dengan kop surat, stempel dan tanda tangan antar mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Ini diartikan bahwa pihak pembuat sertifikat mengerjakan sertifikat itu sampai selesai, mulai dari print out sertifikat sampai pemberian tanda tangan dan stempel palsu pada sertifikat yang dibuat. Mahasiswa hanya menerima sertifikat yang sudah jadi tanpa harus mengikuti kegiatan akademik maupun nonakademik seperti lomba atau bahkan menjadi pembicara dalam sebuah seminar. Mahasiswa yang bersangkutan hanya membayar upah atau uang sebagai balas jasa apabila sertifikat tersebut telah selesai.Tetapi ada juga sebagian mahasiswa yang membuat sendiri sertifikat tersebut sampai selesai, dan pihak pembuat sertifikat hanya

mem-print out sertifikat yang sudah dimanipulasi oleh mahasiswa yang

bersangkutan. Namun upah yang diberikan tidak sama dengan

mahasiswa yang menerima sertifikat lengkap. (Pemilik Fotokopi 2016). Dari semua penjelasan yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya transaksi yang dilakukan oleh pihak pembuat sertifikat dengan pihak konsumen (mahasiswa yang minta dibuatkan sertifikatnya) khususnya dalam bidang akad perjanjian, dilakukan dengan cara lisan yakni konsumen meminta kepada pihak pembuat sertifikat untuk dibuatkan sertifikat. Setelah pekerjaan tersebut selesai maka dilakukan pemberian upah sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan sebelumnya sebagai imbalan atas jasa.

Dalam melakukan transaksi ini terdapat asas manfaat dan kerelaan, dan juga asas tolong menolong yang merupakan prinsip dalam berbisnis. Asas manfaat ini terletak kepada manfaat terhadap jasa yang diberikan kepada konsumen tersebut dan memiliki asas kerelaan ini

(12)

diartikan bahwa transaksi yang dilakukan itu berdasarkan suka sama suka tanpa adanya keterpaksaan dari salah satu pihak. Kemudian transaksi ini juga terdapat asas tolong-menolong antara kedua belah pihak. Pihak pembuat sertifikat membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, kemudian pihak konsumen juga membutuhkan sertifikat untuk kebutuhan SKEK agar bisa mengikuti ujian komprehensif.

Referensi

Dokumen terkait

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

Pada penelitian ini menggunakan Technology Acceptance Model (TAM), dimana konstruk yang digunakan hanya 4 konstruk yaitu Perceived Usefulness (persepsi kegunaan),

Kedudukan Polisi sebagai alat negara semakin diperkuat dengan diun- dangkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

 banyak membantu membantu dan dan mau mau bekerja bekerja sama sama dengan dengan Panitia Panitia Pengawas Pengawas Pemilu Pemilu Tingkat Kecamatan Rebang

Data penelitian diperoleh dari tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah independent sample t-test dan

Besaran dalam fisika didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat diukur serta Besaran dalam fisika didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat diukur

Pada item pernyataan (Masyarakat yang senantiasa membantu orang lain (misalnya dalam hal berbagi kesempatan kepada pembeli lain untuk membeli beras),

Kesiapsiagaan tersebut meliputi fasilitas dan penatalaksanaan pelayanan kesehatan untuk menangani kedaruratan sehari-hari maupun kejadian bencana yang bersifat massal