• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Telaah Artikel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Telaah Artikel"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Tentang

Penelitian Epidemiologi Analitik

Oleh : Dekha

Yatmi Nabila

Suci Apsari 1411212032

Revi Metia Hartati 1411212060

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS 2016

(2)

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai Penelitian Epidemiologi Analitik dalam rangka memenuhi salah satu tugas perkuliahan Telaah Artikel.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun tentunya mendapat banyak bimbingan ataupun saran dan koreksian. Untuk itu, terima kasih penyusun ucapakan kepada Dosen Pembimbing dan teman-teman yang telah bekerja sama dalam kelompok belajar. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penyusun dan juga pembaca.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, Agustus 2016

Penyusun

(3)

KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB 1 : PENDAHULUAN...4 1.1 Latar Belakang...4 1.2 Perumusan Masalah...4 1.3 Tujuan Penelitian...4 BAB 2 : PEMBAHASAN...5

2.1 Metode-Metode Penelitian Epidemiologi Analitik...5

2.1.1 Studi Observasional...5

2.1.2 Studi Eksperimental...14

2.2 Perbedaan Metode-Metode Penelitian Epidemiologi Analitik...14

2.3 Hasil Ukur dalam Metode-Metode Penelitian Epidemiologi Analitik...22

BAB 3 : PENUTUP...25

3.1 Kesimpulan...25

3.2 Saran...25

(4)

1.1 Latar Belakang

Epidemiologi analitik adalah epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu masalah kesehatan.Studi analitik digunakan untuk menguji hubungan sebab akibat dan berpegangan pada pengembangan data baru. Kunci dari studi analitik ini adalah untuk menjamin bahwa studi di desain tepat sehingga temuannya dapat dipercaya (reliabel) dan valid.

Penelitian eksperimen merupakan metode yang paling kuat untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat. Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan menaksir (mengestimasi) besarnya hubungan / pengaruh paparan terhadap penyakit. Studi analitik merupakan studi epidemiologi yang menitikberatkan pada pencarian hubungan sebab (faktor-faktor resiko) – akibat (kejadian penyakit). Studi epidemiologi analitik adalah studi epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban tentang penyebab terjadinya masalah kesehatan (determinal), besarnya masalah/ kejadian (frekuensi), dan penyebaran serta munculnya masalah kesehatan (distribusi) dengan tujuan menentukan hubungan sebab akibat anatara faktor resiko dan penyakit.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa saja metode-metode yang terdapat dalam penelitian epidemiologi analitik?

2. Apa saja perbedaan yang terdapat dalam metode-metode penelitian epidemiologi analitik?

3. Bagaimana hasil ukur dari metode-metode penelitian epidemiologi analitik? 1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui metode-metode yang terdapat dalam penelitian epidemiologi analitik

2. Untuk mengetahui perbedaan yang terdapat dalam metode-metode penelitian epidemiologi analitik

1. Untuk mengetahui hasil ukur dari metode-metode penelitian epidemiologi analitik

(5)

BAB 2 : PEMBAHASAN

Survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara fator risiko dengan faktor efek. Yang dimaksud faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko, sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek atau pengaruh. Merokok adalah suatu faktor risiko untuk terjadnya penyakit kanker paru-paru (efek). Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit jantung (efek).

Dalam penelitian (survei) analitik, dari analisis korelasi dapat diketahui seberapa juh kontribusi faktor risiko tertentu terhadap adanya suatu kejadian tertentu (efek). Secara garis besar survei analitik dini dibedakan dalam tiga pendekatan (jenis), yakni survei analitik cross sectional, survei analitik case control (retrospektive), dan survei analitik cohort (prospektive).

2.1 Metode-Metode Penelitian Epidemiologi Analitik

Berdasarkan perannya epidemiologi analitik dibagi menjadi dua, yaitu : Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong lintang (cross sectional) dan studi Kohort.

Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized Controlled Trial /RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi).

2.1.1 Studi Observasional

Studi observasional didasarkan pada kejadian/peristiwa secara alami tanpa suatu perlakuan khusus terhadap kelompok yang diteliti.

1. Studi Cross Sectional

Studi cross sectional adalah salah satu bentuk studi observasional (non eksperimental) yang paling sering dilakukan. Kira-kira sepertiga artikel orisinal dalam jurnal kedokteran merupakan studi croos sectional. Penelitian ini dilakukan tanpa mengikuti perjalanan penyakit tetapi hanya dilakukan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode tertentu dan setiap subjek studinya hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian.

(6)

Dalam arti kata luas, studi cross sectional mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada suatu saat. Studi cross sectional dibagi dua jenis, yakni studi cross sectional deskriptif dan analitik, ia dapat semata-mata bersifat deskriptif, jika studi ini hanya menggambarkan tentang paparan, prevalensi penyakit pada suatu populasi, dan juga penelitian analitik, misalnya studi perbandingan antara kadar asam urat pada manula yang normal dan kegemukan. Dengan kata lain, semua penelitian yang pengukurannya hanya sekali, dapat disebut penelitian cross sectional.

Pada umumnya penelitian cross sectional disebut studi prevalensi dengan tujuan mengadakan deskripsi subjek studi seperti pada penelitian deskriptif murni, studi cross sectional dikatakan studi prevalensi karena variabel bebas (faktor risiko) dan tergantung (efek) dinilai secara simultan pada suatu saat dan tidak ada follow up. Meskipun studi ini lebih dikenal sebagai studi prevalensi tetapi dalam hal tertentu, penelitian dengan pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk analitik.

Penelitian klinis yang dilakukan di rumah sakit banyak menggunakan pendekatan cross sectional dengan tujuan untuk mencari adanya hubungan antara pajanan terhadap faktor risiko dan timbulnya penyakit akibat pajanan tersebut. Hal ini dilakukan karena penelitian dengan pendekatan cross sectional untuk tujuan analitis akan lebih cepat, lebih praktis dan efisien serta data yang telah ada dapat dimanfaatkan walaupun terdapat beberapa kelemahan karena pengamatan sebab dan akibat dilakukan pada saat bersamaan, tanpa urutan waktu yang lazim, yaitu sebab mendahului akibat, yang merupakan salah satu syarat penting dalam menentukan hubungan sebab akibat.

Walaupun penelitian analitik yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional sangat praktis dengan waktu penelitian yang pendek dan biaya yang relatif kecil, tetapi mengingat kelemahan-kelemahan yang terjadi dan kesimpulan yang ditarik mempunyai potensi untuk menimbulkan bias.

Hasil pengamatan studi cross sectional untuk mengidentifikasi faktor risiko ini kemudian disusun dalam tabel 2x2. Untuk desain seperti ini biasanya yang dihitung adalah rasio prevalensi, yakni perbandingan antara prevalens kejadian penyakit atau efek pada subjek dari kelompok risiko, dengan prevalens penyakit atau efek pada suatu subjek pada kelompok tanpa risiko.

Studi cross sectional hanyalah merupakan salah satu jenis studi observasional untuk menentukan hubungan antara faktor risiko dan penyakit. Study cross sectional untuk mempelajari etiologi suatu penyakit digunakan terutama untuk mempelajari

(7)

faktor risiko penyakit yang mempunyai onset lama (slow onset) dan lama sakit

(duration) yang panjang, sehingga biasanya pasien tidak mencari perawatan

kesehatan sampai penyakitnya relative cukup lanjut. Contoh penyakit di atas adalah bronchitis kronik, TB paru, studi kohort kurang tepat digunakan untuk penyakit tersebut karena diperlukan sampel besar, waktu untuk follow up yang sangat lama, dan juga sulit untuk mengetahui saat mulainya penyakit (sulit untuk menentukan insidennya). Sebaliknya peyakit yang memiliki lama sakit yang pendek tidak tepat diteliti dengan pendekatan cross sectional oleh karena hanya sedikit jumlah kasus yang akan diperoleh dalam kurun waktu pendek.

2. Studi Kasus Kontrol

Rancangan penelitian kasus kontrol merupakan suatu rancangan yang banyak digunakan oleh ahli epidemiologi dalam penelitian epidemiologis, tetapi sebagian klinisi kurang berminat melakukan penelitian ini karena bersifat retrospektif yaitu peelitian yang mengikuti proses perjalanan penyakit kearah belakang berdasarkan urutan waktu. Atau studi ini menganalisis hubungan kausal dengan menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan dulu penyakit, kemudian mengidentifikasi penyebab.

Dalam urutan kekuatan hubungan sebab-akibat, desain kasus kontrol berada dibawah desain eksperimental dan studi kohort, akan tetapi lebih kuat daripada studi cross sectional, oleh karena pada studi kasus kontrol terdapat unsur waktu, sedangkan pada studi cross sectional analitik tidak.

Studi kasus kontrol adalah studi yang dimulai dengan mengidentifikasi kelompok dengan penyakit atau efek tertentu (kasus) dan kelompok tanpa efek (kontrol), kemudian secara retrospektif diteliti faktor risiko yang mungkin dapat menerangkan mengapa kasus terkena efek, sedangkan kontrol tidak. Pleh Feinstein, desain kasus kontrol disebut juga studi trohoc, kebalikan dari cohort.

Pada studi kasus kontrol sekelompok kasus (pasien yang menderita penyakit atau efek yang sedang diteliti) dibandingkan dengan kelompok kontrol (mereka yang tidak menderita penyakit atau efek). Dalam penelitian ini ingin diketahui apakah faktor risiko tertentu benar berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti. Cara melakukan studi kasus kontrol

1. Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai 2. Mendeskripsikan variabel penelitian: faktor risiko dan efek 3. Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus kontrol) 4. Melakukan pengukuran variabel efek dan faktor risiko 5. Menganalisis data

(8)

1. Menetap pertanyaan penelitian dan hipotesis

Misalnya peneliti ingin meneliti tentang hubungan penggunaan pil KB dengan kejadian penyakit hipertensi, maka:

a. Pertanyaan penelitiaanya adalah :Apakah penggunaan pil KB berhubungan dengan kejadian Hipertensi?

b. Hipotesisnya : Penggunaa pil KB berhubungan dengan kejadian Hipertensi.

2. Mendefinisikan variabel penelitian

Faktor Risiko : intensitas pajanan faktor risiko dapat dinilai dengan mengukur dosis, frequensi, atau lamanya pajanan.Ukuran pajanan terhadap faktor risiko yang berhubungan dengan frequensi dapat bersifat :

a. Dikotom, yaitu bila hanya terdapat dua kategori, misalnya merokok dan tidak merokok

b. Polikotom, pajanan diukur pada lebih dari 2 tingkat, misalnya status gizi baik, sedang dan buruk

c. Kontinyu, pajanan diukur dalam skala kontinyu, misalnya umur dalam tahun, berat lahir

Efek : untuk beberapa penyakit tertentu tersedia kriteria baku khusus untuk mendiagnosis, seperti Tb Paru, Hipertensi, namun tidak jarang kriteria diagnosis yang baku pun perlu dilakukan modifikasi agar sesuai dengan pertanyaan penelitian.

Counfonder : faktor pengganggu

a. Faktor luar yang mengacau sehingga seolah-olah ada hubungan antara masalah kesehatan dengan paparan yang diteliti atau yang mengaburkan hubungan yang sebenarnya.

b. Harus ada hubungan dengan paparan teapi bukan merupakan akibat paparan

c. Merupakan faktor risiko untuk masalah kesehatan yang diteliti 3. Menentukan subjek penelitian

a. Penentuan kasus

Dalam menentukan kasus ada dua langkah:

1. Tentukan definisi kasus atau masalah kesehatan yang akan dipelajari secara jelas. Definisi kasus memerlukan dua spesifikasi:

a) Uraian mengenai masalah kesehatan yang tidak membingungkan dan objektif, termasuk bagaimana masalah kesehatan tersebut didiagnosis

b) Kriteria eligibilitas yang akan digunakan untuk memilih kasus unutk penelitian

(9)

2. Tentukan sumber kasus

a) Semua orang dengan penyakit tertentu pada suatu sarana kesehatan tertentu dalam periode tertentu

b) Semua orang dengan kondisi tertentu pada suatu populasi yang lebih umum seperti kota, kecamatan pada suatu waktu tertentu c) Kasus baru, lebih disukai hanya menggunakan kasus-kasus yang

baru didiagnosa didalam periode tertentu untuk memudahkan interpretasi data.

b. Penentuan kontrol

1. Tujuan mengadakan grup kontrol adalah untuk mengetahui angka eksposure yang diharapkan terjadi pada grup kasus. Oleh karena itu, kontrol harus sebanding dengan kasus dalam semua sifat variabel, kecuali penyakit yang dipelajari. Perbedaan dalam angka exposure yang terjadi akan menggambarkan hubungan yang benar antara exposure dengan penyakit.

Syarat pemilihan kontrol:

a) Kontrol adalah subjek penelitian yang tidak mempunyai masalah kesehatan atau kesudahan yang diteliti.

b) Kontrl harus mirip dengan kasus dalam hal potensi untuk terpapar c) Kriteria yang dipakai untuk memilih kontrol harus sebanding

dalam semua hal dengan kriteria untuk memilih kasus, kecuali bahwa kontrol tidak mempunyai masalah kesehatan yang diteliti d) Oengambilan sampel atau populasi keseluruhan (kecuali kasus) e) Dimatch dengan kasus dalam variabel tertentu agar pengendalian

perancu dalam analisis lebih efisien.

Asal kontrol: rumah skait, klink tempat praktek dokter, masyarakat, dan populasi umum.

c. Matching

Adalah prosedur untuk memilih kelompok penelitian dan kelompok pembanding sedemikian rupa sehingga mereka sebanding dalam hal faktor-faktor luar: matching individual dan matching frekuensi.

Hal yang perlu diperhatikan dengan matching:

1. Matching pada variabel tertentu tidak memmungkinkan meneliti hubungan antara variabel tersebut dengan kesudahan

2. Dapat memperberat pekerjaan yang harus dilakukan untuk mendapatkan individu yang tidak mempunyai masalah kesehatan/ penyakit lainnnya

3. Dapat menimbulkan masalah pada waktu menginterpretasi data 4. Memerlukan matched analisis

(10)

3. Studi Kohort

Studi kohort atau studi prospektif merupakan penelitian epidemiologik analitik yang mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan efek atau penyakit. Perkataan KOHORT berasal dari istilah Romawi kuno Cohort yang berarti sekelompok tentara yang maju berbaris ke medan perang. Model pendekatan yang digunakan pada rancangan penelitian cohort adalah pendekatan waktu secara longitudinal atau time period approach, causa atau faktor risiko diidentifikasi terlebih dahulu, kemudian subjek diikuti sampai periode waktu tertentu untuk melihat terjadinya efek atau penyakit yang diteliti.

Pada studi kohort, sekelompok subjek penelitian yang belum mengalami pajanan terhadap faktor risiko dan belum mengalami penyakit atau efek tertentu diikuti secara prospektif. Secara alamiah terbagi ke dalam:

1. Kelompok dengan faktor risiko, dan 2. Kelompok tanpa faktor risiko.

Kemudian kedua kelompok tersebut diikuti sampai waktu tertentu untuk menentukan terjadi atau tidaknya efek yang diteliti.

Jenis-jenis studi kohort

1. Studi kohort prospektif dengan kelompk pembanding internal

Adalah studi kohort dimana kohort yang dipilih sama sekali belum terpajan faktor risiko serta belum mengalami efek.

2. Studi kohort prospektif dengan kelompk pembanding eksternal

Adalah studi kohort dimana subjek yang sudah terkena faktor risiko tetapi belum mengalami efek, dan kelompok pembandingnya dipilih dari subjek yang lain yang tanpa pajanan faktor risiko dan tanpa efek.

3. Studi kohort retrospektif

Adalah studi kohort dimana peneliti melakukan penelusuran terhadap sekelompok kohort yang sudah mengalami efek.

4. Nested case control study

Adalah bentuk studi kohort dimana terdapat bentik studi kasus kontrol yang bersarang (Nested). Data yang dipakai adalah data yang dioeroleh dari studi kohort. Pada waktu merancang studi kohort sudah diduga adanya variabel tertentu sebagai faktor risiko timbulnya penyakit atau efek, tetapi karena biaya pemeriksaan mahal, maka variabel yang terdapat dalam bahan laboratorik yang dapat disimpan yang layak yang dijadikan sebagai data faktor risiko yang diselidiki. Kemudian diakhir penelitian, subjek yang dengan efek positif

(11)

dijadikan kasus dalam penelitian nested case control, kemudian kelompok kontrol dicari dari antara subjek yang tidak terkena efek. Terhadap kelompok kasus dan kontrol yang baru inilah dilakukan pemeriksaan serum yang mengandung variabel yang diselidiki, sedangkan lainnya tidak diperiksa. Langkah berikutnya adalah analisis hasil penelitian dilakukan pada studi kasus kontrol.

Langkah-langkah pelaksanaan studi kohort 1. Merumuskan pertanyaan penelitian

Misalnya ingin menentukan apakah kebiasaan merokok pada ibu hamil berhubungan dengan kejadian BBLR. Maka pertanyaan penelitiannya adalah apakah kebiasaan merokok pada ibu hamil berhubungan dengan kejadian BBLR. 2. Menetapkan kohort

Pertimbangan yang digunakan adalah tersedianya kelompok subjek tanpa efek tertentu sejak awal penelitian, subjek yang dipilih dari populasi yang memenuhi kriteria pemilihan (eligibility criteria) yang terdiri dari kriteria inklusi dan ekslusi.

Cara pemilihan kolompok terpapar (pembanding internal):

a. Uraian yang objektif dan tidak membingungkan mengenai apa yang merupakan paparan

b. Deefinisi meliputi: tingkat paparan minimum yang dapat diterima c. Kriteria eligibilitas lain untuk ikut penelitian

d. Individu tidak boleh mempunyai riwayat pernah mengalami kesudahan e. Pertimbangkan untuk memakai lebih daari satu kelompok paparan 3. Memilih kontrol

Pada studi kohort prospektif dengan kohort internal, kelompok kontrol terbentuk secara alamiah, yaitu bagian yang tidak terpajan dengan faktor risiko. Studi kohort dengan kelompok pembanding internal mempunyai keuntungan yaitu:

a) Kedua kelompok berasal dari populasi yang sama

b) Terhadap kedua kelompok dilakukan follow up dengan prosedur yang sama. Pada studi kohort pemilihan kontrol pada umumnya tidak diperlukan teknik matching dengan kelompok terpajan terutama apabila subjek yang diteliti cukup besar atau bila proporsi subjek dengan faktor risiko positif lebih besar. Namun dalam beberapa hal tertentu teknik matching perlu dilakukan, misalnya peneliti ingin mengetahui besarnya pengaruh paparan secara lebih akurat.

Cara pemilihan kontrol:

a. Mirip dengan kelompok terpapar kecuali dalam hal paparan yang diteliti b. Kriteria umum yang sama untuk ikut dalam penelitian

(12)

d. Mempunyai peluan yang sama dengan kelompok terpapar untuk didiagnosis dengan kesudahan

e. Dalam populasi yang sama: maka sebaiknya ambil pop seluruhnya atau sampel jenuh, tentukan status paparan tiap individu, klasifikasikan tiap individu ke dalam kategori paparan sesuai

f. Kelompok yang lain mirip komposisinya tetapi tidak terpapar

g. Bandingkan kesudahan diantara subjek penelitian yang terpapar dengan angka di populasi

4. Mengidentifikasi variabel penelitian

Variabel penelitian dalam studi kohort harus didefinisikan dengan jelas. Pada penelitian kohort, faktor risiko dapat bersifat internal, yang menyebabkan predisposisi atau sebagai predileksi timbulnya penyakit ataupun efek tertentu, namun juga dapat berupa faktor risiko eksternal, yaitu faktor lingkungan yang memudahkan individu terjangkit penyakit tertentu. Penyakit yang terjadi selalu merupakan variabel dependent. Variable yang tidak diteliti juga harus diidentifikasi, yang mungkin merupakan variabel perancu sehingga harus diperhatikan, untuk disingkirkan dalam desain atau analisis.

1. Mengamati dan mengukur efek

Pengukuran paparan dapat dilakukan pada waktu mulai ikut penelitian melalui metode wawancara, kuisioner, dan catatan yang ada. Pengukuran paparan dapat mengkur frekuensi paparan lama, dosis an waktu apakh paparannya sekali atau mengalami perubahan.

Pengamatan timbulnya efek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengamatan tunggal dan pengamatan berkala. Pada pengamatan tunggal pengamatan hanya dilakukan sekali saja yaitu pada akhir masa penelitian sedangkan pengamatan berkala, tiap subjek diamati secara periodik menurut interval waktu tertentu, termasuk pengamatan pada akhir penelitian. Penilaian terhadap timbulnya efek harus dilakukan berdasarkan kriteria baku yang telah disusun pada awal penelitian. Untuk mengurangi bias, idealnya peneliti tidak boleh mengetahui apakah subjek yang dinilai termasuk kelompok kasus atau kontrol, namun hal itu tidak mudah dilaksanakan.

2. Menganalisis hasil

Studi kohort, besarnya efek yang diperoleh menggambarkan insiden kejadian pada tiap kelompok. Perbandingan insiden penyakit antara kelompok dengan faktor risiko dengan kelompok tanpa risiko disebut risiko relatif atau rasio risiko.

(13)

Seperti halnya studi cross sectional dan case control, maka interval kepercayaan risiko relatif perlu disertakan, agar dapat dilakukan interpretasi yang memadai. Interpretasi nilai RR, dengan interval kepercayaannya sama dengan pada studi prevalens dan studi kasus kontrol.

2.1.2 Studi Eksperimental

Studi eksperimental merupakan penelitian di mana peneliti melakukan kegiatan intervensi atau perlakuan khusus pada objek atau sasaran yang diteliti. Dengan demikian, pada penelitian eksperimental peneliti dapat mengatur perlakuan sesuai dengan keinginannya dan dapat mengamati proses kejadian secara langsung, baik pada individu maupun pada kelompok. Secara garis besar, dikenal dua macam penelitian eksperimental, yaitu: penelitian eksperimental murni (dengan randomisasi), dan eksperimental semu (tanpa randomisasi)

1. Eksperimental murni

Penelitian eksperimantal murni merupakan penelitian eksperimental yang sering dilakukan di laboratorium maupun klinik dengan menggunakan randomisasi yaitu setiap individu dalam penelitian tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih dalam kelompok kasus atau kontrol. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain penelitian : laboratorium untuk uji hipotesis tentang penyebab dan faktor risiko, percobaan klinis termasuk uji coba pengobatan, dan pencegahan dan intervensi klinis. Di samping itu, dapat pula dilakukan untuk intervensi pada kelompok komunitas tertentu dalam menentukan risiko tinggi dan untuk menilai berbagai kegiatan klinis dalam komunitas tertentu.

2. Eksperimental semu ( eksperimental quasi)

Eksperimental semu meerupakan penelitian eksperimental tanpa menggunakan randomisasi. Bila pada penelitian eksperimental murni kita lebih banyak menggunakan binatang percobaan maka pada eksperimental semu dapat dilakukan terhadap kelompok populasi tertentu yang merupakan satu kesatuan unit yang tidak terpisahkan. Bentuk penelitian ini antara lain: intervensi komunitas, uji coba sistem pelayanan kesehatan terpadu bagi masyarakat, analisis biaya pelaksanaan usaha kesehatan pada kelompok penduduk tertentu dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, hasil yang diperoleh dapat dibandingkan dengan keadaan pada kelompok penduduk lainnya atau dengan kelompok penduduk yang sama sebelum percobaan dilakukan.

(14)

2.2 Perbedaan Metode-Metode Penelitian Epidemiologi Analitik

Untuk perbedaan dari setiap metode-metode dalam penelitian epidemiologi analitik dapat di lihat dari beberapa hal seperti, ciri-ciri, skema rancangan, serta kelebihan dan kekurangan masing-masing metode.

Berikut perbedaan metode-metode penelitian epidemiologi analitik Studi Observasional

a. Berdasarkan ciri-ciri 1. Studi cross sectional

Ciri-ciri penelitian cross sectioanl sebagai berikut:

1) Sesuai dengan istilahnya, pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan pengalaman subjek studi hanya dilakukan saru kali selama satu penelitian

2) Penghitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok yang terpajan atau tidak

3) Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi 4) Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik 5) Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan

sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau ekssperimental. 2. Studi kasus kontrol

Ciri-ciri penelitian kasus kontrol adalah sebagai berikut:

1) Bersifat retrospektif yang berarti mengikuti perjalanan penyakit ke arah belakang berdasarkan urutan waktu atau dari akibat ke sebab

2) Penelitian diawali dengan kelompok kasus yaitu penderita penyakit yang akan diteliti dan kelompok bukan penderita sebagai kontrol

3) Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada atau tidaknya hubungan sebab akibat

4) Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistik

5) Kelompok kontrol mempunyai risiko terpajan yang sama dengan kelompok kasus.

6) Pada penelitian ini, yang diabndingkan ialah pengalaman terpajan oleh faktor risiko antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol

7) Pengukuran besarnya risiko relatif hanya didasarkan atas perkiraan melalui perhitungan odds ratio.

(15)

3. Studi kohort

Ciri-ciri penelitian kasus kontrol adalah sebagai berikut: 1) Merupakan penelitian prospektif

2) Bersifat observasi

3) Pengamatan dilakukan dari sebab akibat 4) Disebut juga studi insiden

5) Intervensi dilakukan oleh alam atau yang bersangkutan 6) Terdapat kelompok control

7) Terdapat hipotesis spesifik b. Berdasarkan skema rancangan

1. Skema studi cross sectional

Faktor risiko (+) Faktor risiko (-)

Efek

Ya Tidak Jumlah

Faktor risiko Ya A B A+B

Tidak C D C+D

Keterangan :

A : Subjek dengan faktor risiko yang mengalami efek B : Subjek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek C : Subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek

D : Subjek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek 2. Skema studi kasus kontrol

Paparan

Pengukuran variabel bebas dan tergantung dilakukan pada satu saat

Efek (+) A Efek (-) B Efek (+) C Efek (-) D

A= Ya

B= Tidak Kasus Subjek penelitian diidentifikais menurut status penyakit

(16)

Saat ini

Masa Lalu Masa akan datang Efek

Ya Tidak Jumlah

Faktor risiko Ya A B A+B

Tidak C D C+D

A+C B+D A+B+C+D

Keterangan : A : Kasus yang mengalami pajanan B : Kontrol yang mengalami pajanan C : Kasus yang tidak mengalami pajanan D : Kontrol yang tidak mengalami pajanan Risiko relatif dinyatakan dengan Odds Ratio (OR)

Interpretasi

OR>1 : faktor risiko OR=1 : netral

OR<1 : bukan faktor risiko 3. Skema studi kohort

Efek + (A) Efek – (B) Diikuti prospektif Efek + (C) Efek - (D) D= Tidak C= Ya Kontrol RO atau OR = AD/BC Subjek penelitian (diidentifikasi menurut status paparan) Terpapar Tidak terpapar

(17)

Efek

Ya Tidak Jumlah

Faktor risiko Ya A B A+B

Tidak C D C+D

A+C B+D A+B+C+D

Keterangan :

A: subjek dengan faktor risiko yang mengalami efek B: subjek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek C: subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek

D: subjek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek

Interpretasi

OR>1 : Faktor risiko OR=1 : Netral

OR<1 : Bukan faktor risiko

Hasil yang diperoleh dalam studi kohort.

Dengan melakukan follow up secara longitudinal dapat diketahui kejadian efek dengan faktor risiko dan tanpa faktor risiko, automatis dari studi kohort dapat diperoleh inciden rate.

c. Berdasarkan Kelebihan dan Kekurangan 1. Kelebihan dan kekurangan cross sectional

Kelebihan:

1) Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya yang mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadai 2) Desain ini relative mudah, murah dan hasilnya cepat dapat diperoleh 3) Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variabel

4) Tidak terancam loss- follow up (drop out)

5) Dapat dimasukkan kedalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya

6) Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian berikutnya yang lebih konklusif

Kekurangan :

RR = A/(A+B) : C/C+D

(18)

1) Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship) tidak jelas. Akibatnya sering tidak mungkin dilakukan mana yang sebab dan mana yang akibat. Misalnya hubungan kausal antara diare dan malnutrisi menyebabkan sindrom malabsorbsi dengan gejala diare kronik.

2) Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit yang panjang daripada mereka yang mempnyai masa sakit yang pendek. Hal ini disebabkan karena individu yang cepat sembuh atau cepat meninggal akan mempunyai kesempatan yang relatif kecil untuk terjaring dalam studi ini. Bola karakteristik pasien yang cepat sembuh atau cepat mennggal itu berbeda dengan mereka yang mempunyai masa sakit yang panjang, maka akan dapat terjadi salah interpretasi dari hasil temuan studi tersebut.

3) Dibutuhkan subjek yang cukup besar, terutama bila variabel yang dipelajari banyak

4) Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis 5) Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker

lambung

6) Mungkin terjadi bias prevalensi atau bias insidens karena efek suatu faktor risiko selama selang waktu tertentu disalah tafsirkan sebagai efek penyakit.

2. Kelebihan dan kekurangan kasus kontrol Keuntungan

1) Menguntungkan untuk mempelajari masalah kesehatan yang jarang terjadi

2) Menguntungkan untuk mempelajari penyakit yang masa latennya lama 3) Lebih murah dibandingkan kohort karena masa studi yang relatif pendek 4) Memerlukan subjek yang lebih sedikit

5) Hasil dapat diperoleh dengan cepat

6) Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus. Kerugian

1) Sulit memastikan apakah kasus dan kontrol sebanding dalam hal faktor risiko

2) Bias mungkin terjadi karena data paparan diperoleh dari catatan atau ingatan dari sampel diteliti

(19)

3) Tidak dapat digunakan untuk menentukan inciden rate penyakit secara langsung pada kelompok terpapar, kecuali jika studi berbasis populasi 4) Tidak dapat digunakan untuk menentukan kemungkinan efek paparan

yang lain (lebih dari satu variabel dependent) tetapi hanya memperhatikan satu kesudahan

5) Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh. 3. Kelebihan dan kekurangan kohort

Kelebihan :

1) Desain yang terbaik dalam menentukan insiden dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti

2) Memungkinkan uraian secara lengkap mengenai pengalaman seseorang setelah terkena paparan termasuk perjalanan alamiah penyakit

3) Memberikan urutan waktu yang jelas antara paparan dan penyakit 4) Memberikan peluang bagus untuk mempelajari paparan yang jarang 5) Memungkinkan penilaian kesudahan yang majemuk (risiko dan manfaat)

yang mungkin terkait dengan paparan tertentu

6) Memungkinkan estimasi angka kejadian masalah kesehatan secara langsung dan risiko relatif yang ada hubungannya dengan paparan yang teliti

7) Menyajikan informasi yang umumnya lebih mudah dimengerti oleh mereka yang bukan ahli epidemiologi

8) Tidak perlu menahan perlakuan seperti pada randomized clinical trrial Kekurangan

1) Dibutuhkan subjek yang besar untuk penyakit yang jarang 2) Relatif lebih mahal

3) Tindak lanjut mungkin sulit dan kehilangan pada tindak lanjut dapat mempengaruhi hasil penelitian

4) Status paparan mungkin berubah selama pelaksanaan penelitian

5) Terancam adanya drop out atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau faktor risiko dapat mengganggu analisis hasil.

Studi Eksperimental

1. Ciri-ciri studi eksperimenral murni

1) Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang diteliti (memanipulasi suatu variabel).

2) Ada randominasi, yaitu penunjukan subjek penelitian secara acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian.

(20)

3) Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol hampir semua pengaruh faktor penelitian terhadap variabel hasil yang diteliti 2. Ciri-ciri studi eksperimental semu

1) Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan sujek penelitian secara tidak acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian. Hal ini disebabkan karena ketika pengalokasian faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan randominasi.

2) Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan pengalokasian faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan randominasi sehinggasulit mengontrol variabel secara ketat

(21)

2.3 Hasil Ukur dalam Metode-Metode Penelitian Epidemiologi Analitik 1. Hasil Ukur Studi Cross Sectional

Analisis hubungan atau perbedaan kelompok – kelompok yang diobservasi dilakukan setelah validasi dan pengelompokkan data penelitian yang diperoleh. Analisis dapat berupa suatu uji hipotesis ataupun analisis untuk memperoleh risiko relative. Hal yang terakhir inilah yang lebih sering dihitung dalam studi faktor risiko. Yang dimaksudkan dengan istilah resiko relatif adalah perbandingan antara prevalensi penyakit (efek) pada kelompok dengan risiko, dengan prevalensi efek pada kelompok tanpa risiko. Pada study cross sectional, resiko relatif yang diperoleh bukan resiko relatif yang murni. Pada study cross sectional estimasi resiko relatif diperoleh dengan menghitung rasio prevalens. Berikut formula Rasio Prevalens : A/A+B = proporsi (prevalens) subyek yang mempunyai faktor risiko yang mengalami efek, sedangkan

C/ C+D = Proporsi (prevalen) subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek. Rasio prevalens harus disertai dengan interval kepercayaan (Confiden interval) yang dikehendaki, yag menentukan apakah rasio prevalens tersebut bermakna atau tidak. Interval kepercayaan akan menunjukan rentang nilai rasio prevalens yang diperoleh pada populasi terjangkau apabila sampling dilakukan berulang – ulang.

Hasil Ukur atau Interpretasi Hasil

1) Bila nilai rasio prevalens = 1 berarti variabel yang diduga merupakan faktor risiko tersebut tidak ada pengaruhnya untuk terjadinya efek, dengan kata lain bersifat netral. Misalnya semula diduga bahwa pemakaian kontrasepsi oral merupakan risiko untuk terjadinya penyakit jantung bawaan. Bila dalam perhitungan ternyata rasio prevalensnya= 1, maka dari data yang ada berarti kontrasepsi oral bukan merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung bawaan.

2) Bila nilai asio prevalensi >1 berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko untuk timbulnya penyakit tertentu. Misalnya rasio prevalensi pemakaian KB suntik pada ibu menyusui terhadap, kurang gizi pada anak =2, hal ini

(22)

menunjukkan bahwa KB suntik merupakan faktor risiko untuk terjadinya defisiensi gizi pada bayi.

3) Apabila nilai Rp< 1, berarti faktor risiko yang diteliti tersebut justru mengurangi kejadian penyakit, dengan perkataan lain variabel yang diteliti tersebut merupakan faktor protektif. Misalnya RP pemberian ASI untuk tejadinya diare pada bayi adalah 0.5 berarti ASI justru menjadi faktor pencegah terjadinya diare. 2. Hasil ukur Studi Kasus Kontrol

1) Bila nilai OR=1 berarti variabel yang diduga merupakan faktor risiko tersebut tidak ada pengaruhnya untuk terjadi efek, dengan kata lain bersifat netral. Misalnya semula diduga bahwa pemakaian kotrasepsi oral merupakan risiko untuk terjadinya penyakit jantung bawaan. Bila dalam perhitungan ternyata OR=1, maka dari data yang ada berarti kontrasepsi oral bukan merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung bawaan.

2) Bila nilai OR > 1 berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko untuk timbulnya penyakit tertentu. Misalnya OR pemakaian KB suntik pada ibu menyusui terhadap kurang gizi pada anak=2, hal ini menunjukkan bahwa KB suntik merupakan faktor risiko untuk terjadinya defisiensi gizi pada bayi.

3) Bila nilai OR < 1 berarti faktor yang diteliti tersebut justru mengurangi kejadian penyakit, dengan perkataan lain variabel yang diteliti tersebut merupakan faktor protektif. Misalnya OR pemberian ASI untuk terjadinya diare pada bayi adalah 0,5 berarti ASI justru merupakan faktor pencegh terjadinya diare.

3. Hasil Ukur Studi Kohort

1) Bila nilai RR=1 berarti variabel yang diduga merupakan faktor risiko tersebut tidak ada pengaruhnya untuk terjadi efek, dengan kata lain bersifat netral. Misalnya semula diduga bahwa pemakaian kotrasepsi oral merupakan risiko untuk terjadinya penyakit jantung bawaan. Bila dalam perhitungan ternyata RR=1, maka dari data yang ada berarti kontrasepsi oral bukan merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung bawaan.

2) Bila nilai RR > 1 berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko untuk timbulnya penyakit tertentu. Misalnya RR pemakaian KB suntik pada ibu menyusui terhadap kurang gizi pada anak=2, hal ini menunjukkan bahwa KB suntik merupakan faktor risiko untuk terjadinya defisiensi gizi pada bayi.

3) Bila nilai RR < 1 berarti faktor yang diteliti tersebut justru mengurangi kejadian penyakit, dengan perkataan lain variabel yang diteliti tersebut merupakan faktor

(23)

protektif. Misalnya RR pemberian ASI untuk terjadinya diare pada bayi adalah 0,5 berarti ASI justru merupakan faktor pencegah terjadinya diare.

(24)

BAB 3 : PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara fator risiko dengan faktor efek.

Berdasarkan perannya epidemiologi analitik dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong lintang (cross sectional) dan studi Kohort.

b. Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized Controlled Trial /RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi). 3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menjadi penunjang bagi pembaca dalam perkuliahan Telaah Artikel karena perkuliahan Metodologi Penelitian yang menjadi dasar dalam perkuliahan ini belum dipelajari.

(25)

Budiarto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar. Jakarta: EGC

Hasmi. 2012. Metode Penelitian Epidemiologi. Jakarta : CV. Trans Info Media Noor, Nur Nasry. 2014. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Pratiknya, Ahmad Watik. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran

Referensi

Dokumen terkait

dimensi terendah terdapat pada dimensi A Climate of Citizenship atau iklim kewarganegaraan. Berkaitan dengan hal tersebut, diharapkan kepala sekolah sebagai

x Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan di UPT perpustakaan UNIMA menunjukan bahwa dari aspek integrasi personal (kepercayaaan), pada umumnya mahasiswa

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 37 responden yang terdiri dari 15 petani, 8 pedagang pengumpul dan 14 pedagang pengecer di Kelurahan Teritip Kecamatan Balikpapan

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai kualitas perairan Kali Lamong berdasarkan indeks keanekaragaman plankton diatas, dapat diambil kesimpulan yaitu di perairan

Pada bulan Oktober 2016, kelompok komoditas yang memberikan andil/sumbangan terhadap inflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau dan kelompok perumahan,

Sebaran responden non natural menggunakan perawatan kecantikan selain mengkonsumsi produk

Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik sederhana secara cross sectional yaitu metode yang meneliti tentang hubungan antara faktor risiko tentang (riwayat

Sehingga tradisi kebebasan yang mereka dapatkan di negara Barat, seringkali dipraktikkan ketika mereka telah kembali ke nagara asal (Arab Saudi). Perubahan life style